digilib.uns.ac.id PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR DALAM ACARA OPERA VAN JAVA DI TRANS 7: SEBUAH KAJIAN PRAGMATIK SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Disusun oleh DWI ARIYANI C0206002 FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 i
digilib.uns.ac.id PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR DALAM ACARA OPERA VAN JAVA DI TRANS 7: SEBUAH KAJIAN PRAGMATIK Disusun oleh DWI ARIYANI C0206002 Telah disetujui oleh pembimbing Pembimbing Miftah Nugroho, S.S., M.Hum. NIP 197707252005011002 Mengetahui Ketua Jurusan Sastra Indonesia Drs. Ahmad Taufiq, M.Ag. NIP 196206101989031001 ii
digilib.uns.ac.id PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR DALAM ACARA OPERA VAN JAVA DI TRANS 7: SEBUAH KAJIAN PRAGMATIK Disusun oleh DWI ARIYANI C0206002 Telah disetujui oleh Tim Penguji Skripsi Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Pada Tanggal 27 Desember 2010 Jabatan Nama Tanda Tangan Ketua Dra. Chattri Sigit Widyastuti, M.Hum. NIP 196412311994032005... Sekretaris Drs. Kaswan Darmadi, M.Hum. NIP 196203031989031005... Penguji I Miftah Nugroho, S.S., M.Hum. NIP 197707252005011002... Penguji II Dr. Dwi Purnanto, M. Hum. NIP 196111111986011002... Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Drs. Sudarno, M.A. NIP 195303141985061001 iii
digilib.uns.ac.id PERNYATAAN Nama : Dwi Ariyani NIM : C0206002 Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul Pelanggaran Prinsip Kesantunan dan Implikatur dalam Acara Opera Van Java di Trans 7: Sebuah Kajian Pragmatik adalah betul-betul karya sendiri, bukan plagiat, dan tidak dibuatkan oleh orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam skripsi ini diberi tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh dari skripsi tersebut. Surakarta, 14 Desember 2010 Yang membuat pernyataan, Dwi Ariyani iv
digilib.uns.ac.id MOTTO Perjalanan ratusan mil diawali dengan satu langkah. (Lao Tzu) Jangan pernah menyerah dengan apa yang sedang kau perjuangkan. Jika tidak, semua yang telah kau lakukan akan menjadi sia-sia. (Penulis) Pikiran yang bagus dan hati yang bagus adalah kombinasi yang hebat. (Nelson Mandela) Orang mungkin ragu pada apa yang kau katakan, tapi mereka akan percaya dengan apa yang kau lakukan. (Levis Cass) v
digilib.uns.ac.id PERSEMBAHAN Karya tulis ini Penulis persembahkan kepada: Bapak Ibu tercinta yang selalu memberi dukungan dan doa Kakakku satu-satunya, yang selalu memberi semangat Almamater Universitas Sebelas Maret Surakarta vi
digilib.uns.ac.id KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt. atas segala limpahan rahmat dan hidayah-nya, sehinga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pelanggaran Prinsip Kesantunan dan Implikatur dalam Acara Opera Van Java di Trans 7: Sebuah Kajian Pragmatik dengan lancar. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra di Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta. Pada kesempatan ini perkenankan penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak berikut. 1. Drs. Sudarno, M.A. selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret. 2. Drs. Ahmad Taufiq, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret yang telah memberi izin dalam penulisan skripsi ini. 3. Rianna Wati, S.S. selaku pembimbing akademis penulis selama masa kuliah. 4. Miftah Nugroho, S.S., M.Hum. selaku pembimbing penulis yang dengan penuh kesabaran membimbing dan memberi petunjuk pada penulis dalam mengerjakan skripsi ini. 5. Drs. Hanifullah Syukri, M.Hum. selaku penelaah penulis yang bersedia memberi petunjuk dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini. 6. Bapak dan ibu dosen serta seluruh staf pengajar Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret atas semua ilmu dan fasilitas yang telah penulis terima. vii
digilib.uns.ac.id 7. Staf UPT Perpustakaan Universitas Sebelas Maret dan staf Perpustakaan Fakultas Sastra dan Seni Rupa yang telah memberikan kemudahan dalam mendapatkan sumber data dan buku-buku referensi untuk penyelesaian skripsi ini. 8. Bapak dan ibu tercinta, Hyongnim, dan seluruh keluarga atas doa dan dukungan yang selalu tercurah. 9. Mas Bayu yang selalu mengingatkan untuk mengerjakan skripsi. 10. Okky dan teman-teman rumah yang telah memberikan hiburan dan kebersamaan yang menyenangkan. Sahabat-sahabatku yang setia. 11. Teman-teman Sasindo 06 atas kebersamaan dan bantuannya selama ini. 12. Kakak-kakak tingkat angkatan berapa pun yang telah membantu penulis. 13. Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah ikut serta dalam melancarkan proses penulisan ini. Semoga segala kebaikan yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan dari Allah Swt. Karya tulis ini tidak luput dari kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan sumbangan kritik dan saran yang membangun. Akhir kata, semoga karya tulis ini bermanfaat bagi pembaca. Surakarta, 14 Desember 2010 Penulis, Dwi Ariyani viii
digilib.uns.ac.id DAFTAR ISI Halaman LEMBAR PERSETUJUAN... LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PERNYATAAN... MOTTO... PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR SINGKATAN... ABSTRAK... ii iii iv v vi vii ix xii xiii xiv BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Pembatasan Masalah... 5 C. Rumusan Masalah... 5 D. Tujuan Penelitian... 5 E. Manfaat Penelitian... 6 F. Sistematika Penulisan... 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI... 8 A. Tinjauan Pustaka... 8 B. Landasan Teori... 10 1. Pragmatik... 10 ix
digilib.uns.ac.id 2. Pragmatik Humor... 11 3. Situasi Tutur... 12 4. Tindak Tutur... 13 5. Kesantunan Berbahasa... 16 6. Teori Kesantunan Brown dan Levinson... 17 7. Prinsip Kesantunan Leech... 19 8. Prinsip Ironi... 25 9. Implikatur Percakapan... 25 10. Humor... 26 C. Kerangka Pikir... 28 BAB III METODE PENELITIAN... 30 A. Jenis Penelitian... 30 B. Sampel... 30 C. Data dan Sumber Data... 31 D. Metode dan Teknik Pengumpulan Data... 32 E. Klasifikasi Data... 32 F. Teknik Analisis Data... 33 G. Metode Penyajian Hasil Analisis Data... 34 BAB IV ANALISIS DATA... 35 A. Bentuk Pelanggaran Prinsip Kesantunan... 35 1. Maksim Kearifan... 35 2. Maksim Kedermawanan... 43 3. Maksim Pujian... 46 4. Maksim Kerendahan Hati... 51 x
digilib.uns.ac.id 5. Maksim Kesepakatan... 55 6. Maksim Simpati... 58 7. Maksim Pertimbangan... 62 B. Prinsip Ironi dalam Acara OVJ... 67 C. Implikatur yang Muncul dalam Acara OVJ... 70 1. Implikatur Menghina... 71 2. Implikatur Memancing Amarah... 72 3. Implikatur Tidak Suka dengan Kedatangan Orang Lain... 73 4. Implikatur Mempengaruhi... 74 5. Implikatur Tidak Suka... 75 6. Implikatur Ingin Menyiksa... 77 7. Implikatur Tidak Sayang kepada Istri... 78 8. Implikatur Menyuruh... 79 9. Implikatur Merayu... 80 BAB V PENUTUP... 82 A. Simpulan... 82 B. Saran... 83 DAFTAR PUSTAKA... 84 LAMPIRAN... 1 xi
digilib.uns.ac.id DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Lima Fungsi Umum Tindak Tutur... 15 Tabel 2. Pelanggaran Prinsip Kesantunan... 66 Tabel 3. Penerapan Prinsip Ironi... 70 Tabel 4. Implikatur Percakapan... 81 xii
digilib.uns.ac.id DAFTAR SINGKATAN CP OVJ PP : Cooperative Principle (Prinsip Kerja Sama) : Opera Van Java : Politeness Principle (Prinsip Kesantunan) xiii
digilib.uns.ac.id ABSTRAK Dwi Ariyani. C0206002. 2010. Pelanggaran Prinsip Kesantunan dan Implikatur dalam Acara Opera Van Java di Trans 7: Sebuah Kajian Pragmatik. Skripsi: Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta. Permasalahan dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimana bentuk pelanggaran prinsip kesantunan dalam OVJ?, (2) Bagaimana prinsip ironi dalam OVJ?, dan (3) Bagaimana implikatur yang muncul dalam OVJ? Tujuan penelitian ini adalah (1) Mendeskripsikan bentuk pelanggaran prinsip kesantunan dalam OVJ, (2) Mendeskripsikan prinsip ironi dalam OVJ, dan (3) Mendeskripsikan implikatur yang muncul dalam OVJ. Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan pragmatik. Sumber data yang digunakan adalah percakapan atau dialog dalam tayangan OVJ di Trans 7 episode 1-7 Februari 2010. Data dalam penilitian ini adalah tuturan yang mengandung pelanggaran prinsip kesantunan dan tuturan yang mengandung penerapan prinsip ironi dalam acara OVJ di Trans 7, yang ditayangkan pada 1-7 Februari 2010. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode simak, sedangkan teknik untuk pengumpulan data menggunakan teknik simak bebas libat cakap (SBLC), teknik rekam, dan teknik catat. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis heuristik. Metode penyajian hasil analisis data dalam penelitian ini adalah penyajian secara informal dan formal. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan beberapa hal. Pertama, ditemukan pelanggaran terhadap prinsip kesantunan. Pelanggaran terhadap prinsip kesantunan ditemukan pada banyak data dan meliputi semua maksimnya (tujuh maksim). Pelanggaran paling banyak ialah terhadap maksim pujian, yang diikuti oleh maksim kearifan, simpati, kesepakatan, pertimbangan, kerendahan hati, dan terakhir maksim kedermawanan. Kedua, terdapat prinsip ironi dalam acara OVJ. Hanya terdapat sedikit data yang mengandung penerapan prinsip ironi. Hal tersebut karena kemungkinan para pemain OVJ akan merasa lebih puas jika menghina/mengecam orang lain secara terang-terangan. Pemain OVJ kelihatan bahagia jika berhasil menghina orang lain, hal itu dapat dilihat dari raut muka mereka yang tersenyum. Ketiga, ditemukan beberapa implikatur percakapan dalam acara OVJ. Implikatur tersebut terdiri dari sembilan (9) macam implikatur yang berbeda. Kesembilan macam implikatur tersebut ialah implikatur menghina, memancing amarah, tidak suka dengan kedatangan orang lain, mempengaruhi, tidak suka, ingin menyiksa, tidak sayang kepada istri, menyuruh, dan merayu. Dalam acara OVJ implikatur yang terjadi didominasi oleh implikatur menghina. xiv
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sebagai alat komunikasi manusia mempunyai peranan yang sangat penting dalam interaksi manusia. Bahasa dapat digunakan untuk menyampaikan ide, gagasan, keinginan, perasaan, dan sebagainya kepada orang lain. Tanpa bahasa manusia akan kesulitan dalam berkomunikasi dan berinteraksi sosial. Selain sebagai alat komunikasi, bahasa juga berfungsi sebagai penyampai pesan seseorang kepada orang lain. Berbahasa dapat dilakukan secara tertulis maupun lisan. Dalam berbahasa, terkadang seseorang tidak menyatakannya secara langsung, melainkan melalui maksud yang tersembunyi di balik tuturannya. Selain itu, dalam memahami sebuah tuturan mitra tutur tidak dapat hanya mengandalkan kata-kata yang menyusunnya saja, melainkan harus memperhatikan juga fenomena yang ada di luar bahasa. Ketidakmampuan linguistik struktural untuk menjelaskan fenomena yang ada di luar kalimat serta kejenuhan para linguis terhadap linguistik struktural yang mengkaji bahasa dalam batasan kalimat saja memicu lahirnya cabang ilmu linguistik yang disebut pragmatik di awal tahun 1960-an. Pragmatik berisi halhal tentang penggunaan bahasa yang tidak dapat dijelaskan dari sudut pandang linguistik struktural (Jumanto, 2009: 83). Tidak semua tuturan mempunyai makna sesuai dengan kata-kata yang menyusunnya, terkadang ada maksud yang tersembunyi di belakangnya. Pragmatiklah yang dapat mengkaji hal ini. Menurut Gunarwan (dalam Rustono, 1999: 4), pragmatik adalah bidang linguistik yang 1
digilib.uns.ac.id 2 mengkaji hubungan (timbal balik) fungsi ujaran dan bentuk (struktur) kalimat yang mengungkapkan ujaran. Penelitian terhadap pragmatik dapat dilakukan pada segala macam tuturan yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik tuturan yang terdapat di masyarakat maupun tuturan di tayangan televisi. Dalam penelitian ini, penulis bermaksud untuk meneliti tuturan dalam acara humor Opera Van Java (yang selanjutnya akan disebut OVJ). OVJ menggunakan ragam tutur nonformal. OVJ merupakan sebuah acara humor yang unik, karena tidak sama dengan acara humor seperti biasanya yang dikemas dengan cerita yang rapi. Di sini, ceritanya sering tidak sesuai dengan jalan cerita yang seharusnya. Akan tetapi, justru inilah yang menjadikannya lucu. Selain itu, OVJ menggunakan konsep wayang yang juga lain dari yang lain. Konsep tersebut ialah bahwa wayang-wayangnya dapat berkomunikasi dengan dalang dan dapat mengadu argumentasi mereka. Hal menarik lainnya dalam OVJ adalah bahwa wayang dapat berbicara dengan wayang yang lain sebagai pemeran (pemeran yang sebenarnya), bukan sebagai tokoh yang sedang dimainkan. Sebagai sebuah acara humor, tentu saja tuturan yang terdapat di dalamnya bertujuan untuk menimbulkan efek lucu. Dalam OVJ tidak jarang ditemukan tuturan yang merendahkan orang lain, atau bahkan diri sendiri. Misalnya ialah tuturan Sule Walaupun muka gua jelek, tapi pesek. Tuturan tersebut berarti bahwa Sule telah merendahkan dirinya sendiri, yaitu dengan mengatakan bahwa dia jelek. Tuturan dalang Parto Sek, saya lagi mo nutup Sek. (ditujukan kepada Sule) berarti merendahkan mitra tuturnya, yaitu Sule. Sek ialah kependekan dari pesek, yang berarti menghina Sule bahwa hidungnya pesek.
digilib.uns.ac.id 3 Tuturan-tuturan yang digunakan dalam OVJ menarik untuk diteliti. Meskipun dalam OVJ terdapat tuturan yang mematuhi dan melanggar prinsip kesantunan, yang akan diteliti ialah tuturan yang menunjukkan ketidaksantunan kepada orang lain. Hal tersebut karena, jika merendahkan diri sendiri berarti hanya akan menyakiti diri sendiri, bukan orang lain, dan hal itu sudah biasa karena tidak akan berdampak negatif pada orang lain. Bertutur yang menyakiti atau merugikan orang lain merupakan tindakan yang tidak sopan, sedangkan dalam kehidupan sehari-hari tentu saja semua orang lebih menyukai tuturan yang ditujukan kepadanya itu sopan. Akan tetapi, bagaimana dalam sebuah acara humor? Atas dasar apa para pemain menuturkan tuturan yang melanggar prinsip kesantunan? Dalam acara humor mungkin tidak seperti dalam kehidupan nyata. Sebuah acara humor tidak mempermasalahkan mengenai sopan santun kepada mitra tuturnya, karena jika tuturannya sopan akan terdengar sangat datar dan tidak menarik untuk ditonton. Selain itu mungkin juga ada implikatur di balik ketidaksantunan tuturan dalam sebuah acara humor. Mampu bertutur secara halus dan isi tutur katanya memiliki maksud yang jelas dapat menyejukkan hati dan membuat orang lain berkenan. Seandainya perilaku bahasa setiap orang seperti itu, rasa kebencian, rasa curiga, sikap berprasangka buruk terhadap orang lain tidak perlu ada (Pranowo, 2009: 1). Kesantunan seseorang dapat dilihat dari tuturannya, karena bahasa merupakan cermin kepribadian seseorang. Artinya, melalui bahasa yang digunakan seseorang dapat diketahui kepribadiannya (Pranowo, 2009: 3). Seseorang akan merasa senang jika mitra tuturnya berbicara dengan santun. Pemakaian bahasa secara santun belum banyak mendapat perhatian. Oleh karena
digilib.uns.ac.id 4 itu, sangat wajar jika sering ditemukan pemakaian bahasa yang baik ragam bahasanya, tetapi nilai rasa yang terkandung di dalamnya menyakitkan hati pembaca atau pendengarnya. Hal ini terjadi karena pemakai bahasa belum mengetahui bahwa di dalam suatu struktur bahasa (yang terlihat melalui ragam dan tata bahasa) terdapat struktur kesantunan. Struktur bahasa yang santun adalah struktur bahasa yang disusun oleh penutur/penulis agar tidak menyinggung perasaan pendengar atau pembaca (Pranowo, 2009: 4). Berdasarkan uraian tersebut, kesantunan mempunyai arti penting dalam berbahasa. Dalam pragmatik terdapat banyak prinsip mengenai kesantunan yang dapat digunakan untuk menganalisis tuturan. Prinsip mengenai kesantunan tersebut antara lain dikemukakan oleh Brown dan Levinson, Leech, Lakoff, Yueguo Gu, dan sebagainya (Asim Gunarwan, 2007: 102). Prinsip kesantunan Leech (selanjutnya akan disebut prinsip kesantunan saja) menjelaskan bagaimana bertutur secara santun dengan membagi menjadi tujuh macam maksim. Ketujuh maksim tersebut dijelaskan dengan masing-masing dua submaksim yang lebih terperinci. Dengan tujuh maksim yang dirumuskan oleh Leech, dapat dianalisis apakah tuturan tersebut santun atau tidak santun kepada orang lain. Setiap maksim dari tujuh maksim tersebut dapat dimanfaatkan untuk menentukan peringkat kesantunan sebuah tuturan. Prinsip kesantunan ini dapat digunakan untuk menganalisis tuturan dalam OVJ apakah termasuk sopan atau tidak. Dengan tujuh maksim yang dirumuskan oleh Leech, dapat dianalisis apakah tuturan tersebut santun atau tidak santun kepada orang lain. Selain itu, dalam prinsip kesantunan tersebut disertai pula dengan tiga skala kesantunan.
digilib.uns.ac.id 5 Setiap maksim dari tujuh maksim tersebut dapat dimanfaatkan untuk menentukan peringkat kesantunan sebuah tuturan. Prinsip kesantunan ini dapat digunakan untuk menganalisis tuturan dalam OVJ apakah termasuk sopan atau tidak. Dengan skala kesantunan pula, dapat diketahui peringkat kesantunan sebuah tuturan. B. Pembatasan Masalah Pembatasan masalah dimaksudkan agar penelitian lebih terarah dan mempermudah penulis dalam menentukan data yang diperlukan. Penelitian ini dibatasi pada tuturan dalam acara OVJ yang melanggar prinsip kesantunan dan tuturan yang mengandung prinsip ironi. Tuturan-tuturan tersebut juga dibatasi pada penayangan OVJ episode 1 sampai 7 Februari 2010. C. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, masalah-masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut. 1. Bagaimanakah bentuk pelanggaran prinsip kesantunan dalam acara OVJ? 2. Bagaimana prinsip ironi dalam acara OVJ? 3. Bagaimana implikatur yang muncul berdasarkan pelanggaran prinsip kesantunan dalam acara OVJ? D. Tujuan Penelitian Suatu penelitian harus mempunyai tujuan yang jelas, sehingga hasil penelitiannya dapat diketahui. Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah sebagai berikut.
digilib.uns.ac.id 6 1. Mendeskripsikan bentuk pelanggaran prinsip kesantunan dalam acara OVJ. 2. Mendeskripsikan prinsip ironi dalam acara OVJ. 3. Mendeskripsikan implikatur yang muncul berdasarkan pelanggaran prinsip kesantunan dalam acara OVJ. E. Manfaat Penelitian Sebuah penelitian yang dilakukan harus dapat memberikan manfaat baik secara teoretis maupun praktis. Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain: 1. Manfaat Teoretis. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan bagi perkembangan studi tentang prinsip kesantunan, ironi, dan implikatur khususnya dalam tuturan yang bersifat humor. 2. Manfaat Praktis. Manfaat praktis penelitian ini adalah dapat memberikan kontribusi yang berarti dalam hal pemahaman wacana dialog humor, terutama dalam hal memahami pelanggaran prinsip kesantunan, penerapan prinsip ironi, serta implikatur yang muncul dari pelanggaran tersebut. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk landasan kajian penelitian sejenis selanjutnya. F. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan diperlukan untuk mempermudah penguraian masalah dalam suatu penelitian, karena cara kerja penelitian lebih terarah, runtut, dan jelas. Penulisan yang sistematis banyak membantu pembaca dalam
digilib.uns.ac.id 7 memahami hasil penelitian. Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini tersusun atas lima bab. Kelima bab itu adalah sebagai berikut. Bab pertama pendahuluan. Bab ini terdiri atas latar belakang masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bab kedua landasan teori. Bab ini terdiri atas tinjauan studi terdahulu, landasan teori, dan kerangka pikir. Tinjauan studi terdahulu merupakan tinjauan dari penelitian-penelitian sebelumnya yang sejenis, sedangkan landasan teori berisi tentang teori-teori yang digunakan untuk mengkaji dan memahami permasalahan yang diteliti. Kerangka pikir berisi gambaran secara jelas kerangka yang digunakan penulis untuk mengkaji dan memahami permasalahan yang diteliti. Bab ketiga metode penelitian. Bab ini akan memberikan gambaran proses penelitian yang terdiri atas metode penelitian, data dan sumber data, metode pengumpulan data, dan metode analisis data. Bab keempat analisis data. Bab ini merupakan inti dari penelitian yang berisikan analisis data yang sesuai dengan tujuan penelitian. Bab kelima penutup. Bab ini berisi simpulan hasil penelitian dan saran.
digilib.uns.ac.id BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka Bagian ini akan memaparkan beberapa hasil penelitian terdahulu yang sejenis dan relevan dengan penelitian ini. Erfan Rony Hadmoko (2004) dalam skripsinya yang berjudul Kesantunan Tindak Tutur Ilokusioner dalam Rubrik Konsultasi pada Surat Kabar memaparkan tiga masalah dalam penelitiannya. Ketiga masalah tersebut ialah 1) Bagaimanakah wujud tindak tutur ilokusioner berdasarkan skala kesantunan pragmatik dalam rubrik konsultasi, 2) bagaimanakah strategi tutur penanya dalam menuturkan pertanyaan pada rubrik konsultasi, dan 3) bagaimanakah wujud ungkapan penanda kesantunan dalam rubrik konsultasi. Berdasarkan hasil analisis data yang penulis lakukan, dapat disimpulkan bahwa berdasarkan skala kesantunan pragmatik wujud tindak tutur ilokusioner yang diutarakan penanya maupun pengasuh rubrik mengandung skala kerugian dan keuntungan, skala pilihan, skala ketidaklangsungan, dan skala keotoritasan. Dalam penelitian ini dideskripsikan juga mengenai wujud kesantunan strategi tutur penanya dalam menuturkan pertanyaan kepada rubrik konsultasi, yang mencakup hal-hal: (1) panjang pendek tuturan, (2) urutan tutur, (3) langsung tak langsung tuturan, dan (4) kata sapaan. Keempat hal tersebut dipandang sebagai faktor strategi tutur penanya dalam menuturkan pertanyaan kepada rubrik konsultasi. Secara linguistik, kesantunan dalam pemakaian tindak tutur ilokusioner dalam rubrik dalam rubrik konsultasi sangat ditentukan oleh muncul atau tidaknya ungkapan 8
digilib.uns.ac.id 9 penanda kesantunan. Penanda kesantunan itu dapat disebutkan, yaitu tolong, mohon, cobalah, dan hendaknya. Skripsi Bambang Pamuji Rahardjo yang berjudul Implikatur Tuturan Humor Politik dalam Acara News Dot Com di Metro TV: Pendekatan Pragmatik membahasa tiga permasalahan, yaitu (1) Bagaimanakah tindak tutur dari tinjauan pragmatik dalam acara News Dot Com (NDC) di Metro TV? (2) Bagaimanakah bentuk pelanggaran prinsip kerjasama dan kesopanan yang terjadi dalam acara NDC di Metro TV? (3) Bagaimanakah maksud implikatur percakapan yang terdapat dalam NDC di Metro TV? Berdasarkan hasil analisis data, penelitian tersebut mendeskripsikan (1) tindak tutur yang digunakan adalah tindak tutur asertif atau representatif untuk melaporkan dan menyombongkan diri, tindak tutur direktif yang berfungsi untuk menyarankan dan menolak, tindak tutur komisif berfungsi untuk menawarkan dan menjajikan. Tindak tutur ekspresif berfungsi untuk mengkritik, menyindir, mengejek, dan menyatakan keluhan. (2) Tindak tutur berimplikatur terjadi karena adanya pelanggaran terhadap prinsip kerjasama dan prinsip kesopanan. (3) Implikatur yang terkandung dalam acara NDC bermaksud untuk menyindir pemerintah, mengingatkan pemerintah, menawarkan kepada penonton, mengejek kepada tokoh NDC, melaporkan kepada pemerintah, menolak atau menyatakan ketidaksetujuan, menyombongkan diri sendiri, dan mengkritik kepada pemerintah. Penelitian ini hampir sama dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang juga meneliti tentang prinsip kesantunan. Dalam penelitian ini dibahas mengenai pelanggaran terhadap maksim-maksim dalam prinsip kesantunan dan implikatur yang muncul akibat pelanggaran tersebut. Selain itu, dalam penelitian ini juga
digilib.uns.ac.id 10 terdapat perbedaan dengan penelitian-penelitian sebelumnya, yaitu memasukkan prinsip ironi dalam analisis penelitian. Dalam penelitian ini dimasukkan juga prinsip ironi, karena prinsip tersebut berhubungan dengan prinsip kesantunan dan juga dapat digunakan untuk mengetahui kesantunan orang lain. B. Landasan Teori 1. Pragmatik Levinson membatasi pragmatik sebagai studi bahasa yang mempelajari hubungan antara bahasa dan konteks yang tergramatisasi, atau terkodifikasi dalam struktur bahasa (1985: 9). Sementara itu, Thomas mendefinisikan pragmatik sebagai makna dalam interaksi. Menurutnya suatu makna bukanlah yang melekat pada suatu kata, tetapi merupakan proses dinamis yang melibatkan penutur dan petutur, konteks tuturan, dan makna potensial dari suatu tuturan (1996: 22). Yule mendefinisikan pragmatik ke dalam 4 (empat) definisi (dalam Indah Fajar Wahyuni dan Rombe Mustajab, 2006: 3-4). Pertama, menurutnya pragmatik adalah studi tentang maksud penutur. Hal tersebut karena pragmatik mempelajari makna yang disampaikan oleh penutur dan ditafsirkan oleh petutur. Kedua, pragmatik adalah studi tentang makna kontekstual. Diperlukan suatu pertimbangan tentang bagaimana cara penutur mengatur apa yang ingin mereka katakan yang disesuaikan dengan orang yang diajak bicara, di mana, kapan, dan dalam keadaan apa. Ketiga, pragmatik adalah studi tentang bagaimana agar lebih banyak yang disampaikan daripada yang dituturkan. Tipe studi ini menggali betapa
digilib.uns.ac.id 11 banyak sesuatu yang tidak dikatakan ternyata menjadi bagian yang disampaikan. Keempat, pragmatik adalah studi tentang ungkapan dari jarak hubungan. Keakraban, baik secara fisik, sosial, atau konseptual, menyiratkan adanya pengalaman yang sama. Pada asumsi tentang seberapa dekat atau jauh jarak petutur, penutur menentukan seberapa banyak kebutuhan yang dituturkan. Analisis pragmatik berupaya menemukan maksud penutur, baik yang diekspresikan secara tersurat maupun yang diungkapkan secara tersirat di balik tuturan. Maksud tuturan, terutama yang implikatif, hanya dapat dikenali melalui penggunaan bahasa secara konkret dengan mempertimbangkan komponen situasi tutur (Rustono, 1999: 17). 2. Teori Pragmatik Humor Di tingkat wacana, komunikasi serius mengenal beberapa aturan komunikasi, seperti disebut oleh H.P. Grice dalam Theory of Implicature. Menurut Grice (dalam Wuri Soedjatmiko, 1992: 76) ada dua jenis implikatur, yaitu konvensional dan tindak ujaran. Dalam implikatur yang konvensional makna ditentukan oleh bentuk linguistik, sedangkan dalam prinsip tindak ujaran (co-operative principle = CP) makna ditentukan oleh sejumlah elemen wacana. Leech mengatakan bahwa Maksim Cara sebetulnya tidak terbatas untuk CP, tetapi juga untuk retorika tekstual. Komunikasi menurut Leech, tidak selalu harus mengikuti CP. Dalam pragmatik, komunikasi merupakan gabungan antara fungsi ilokusi dan fungsi sosial. Dengan kata lain komunikasi tidak hanya harus lancar dan jelas, tetapi memenuhi tuntutan sosial juga.
digilib.uns.ac.id 12 Leech membagi retorika menjadi dua (1) retorika antar-pribadi, dan (2) retorika tekstual. Dalam retorika antar pribadi ditambahkan Politeness Principle = PP (Prinsip sopan-santun), dan Ironical Principle yang seringkali harus berlawanan dengan CP. Humor di tingkat wacana justru memanfaatkan penyimpangan terhadap CP dan PP (Wuri Soedjatmiko, 1992:78). 3. Situasi Tutur Pragmatik mengkaji makna dalam hubungannya dengan situasi tutur. Leech menyatakan aspek-aspek dalam situasi tutur (1993: 19-21). a. Yang menyapa (penyapa) atau yang disapa (pesapa) Orang yang menyapa disebut dengan penutur dan orang yang disapa disebut petutur. Petutur selalu menjadi sasaran tuturan dari penutur. b. Konteks sebuah tuturan Konteks ialah suatu pengetahuan latar belakang yang sama-sama dimiliki oleh penutur dan petutur, dan yang membantu petutur menafsirkan makna tuturan. c. Tujuan sebuah tuturan Istilah tujuan lebih netral daripada maksud, karena tidak membebani pemakainya dengan suatu kemauan atau motivasi yang sadar, sehingga dapat digunakan secara umum untuk kegiatan yang berorientasi tujuan. d. Tuturan sebagai bentuk tindakan atau kegiatan: tindak ujar Pragmatik berurusan dengan tindak-tindak atau performansiperformansi verbal yang terjadi dalam situasi dan waktu tertentu. Dengan
digilib.uns.ac.id 13 demikian, pragmatik menangani bahasa pada tingkatan yang lebih konkret daripada tata bahasa. e. Tuturan sebagai produk tindak verbal Sebuah tuturan dapat merupakan suatu contoh kalimat (sentenceinstance) atau tanda kalimat (sentence-stoken), tetapi bukanlah sebuah kalimat. Tuturan-tuturan merupakan unsur-unsur yang maknanya dikaji dalam pragmatik, sehingga dengan tepat pragmatik dapat digambarkan sebagai suatu ilmu yang mengkaji makna tuturan. 4. Tindak Tutur Pada suatu saat, tindakan yang ditampilkan dengan menghasilkan suatu tuturan akan menghasilkan tiga tindak yang saling berhubungan. Pertama, tindak lokusi, yang merupakan tindak dasar tuturan atau menghasilkan suatu ungkapan linguistik yang bermakna. Kebanyakan penutur tidak hanya menghasilkan tuturan yang tersusun dengan baik tanpa suatu tujuan. Penutur membentuk tuturan dengan beberapa fungsi di dalam pikiran. Ini adalah dimensi ke dua, yaitu tindak ilokusi. Tindak ilokusi ditampilkan melalui penekanan komunikatif suatu tuturan (Yule, dalam Indah Fajar Wahyuni dan Rombe Mustajab, 2006: 83-84). Tentu penutur tidak secara sederhana membuat tuturan yang memiliki fungsi tanpa mempunyai maksud bahwa tuturan itu memiliki akibat. Hal ini merupakan dimensi ke tiga, tindak perlokusi. Dengan bergantung pada keadaan, penutur akan menuturkan sesuatu dengan asumsi bahwa petutur akan mengenali akibat yang ditimbulkan. Biasanya dikenal juga sebagai akibat perlokusi (Yule, dalam Indah Fajar Wahyuni dan Rombe Mustajab, 2006: 84).
digilib.uns.ac.id 14 Di antara ketiga dimensi tersebut, yang paling banyak dibahas ialah tekanan ilokusi. Istilah tindak tutur biasanya diterjemahkan secara sempit dengan hanya diartikan sebagai tekanan ilokusi suatu tuturan. Tekanan tutur ilokusi ialah apa yang diperhitungkan tekanan itu (Yule, dalam Indah Fajar Wahyuni dan Rombe Mustajab, 2006: 84). Ada beberapa klasifikasi jenis tindak tutur umum yang biasanya digunakan. Sistem klasifikasi umum mencantumkan 5 jenis fungsi umum yang ditunjukkan oleh tindak tutur; deklarasi, representatif, ekspresif, direktif, dan komisif (Yule, dalam Indah Fajar Wahyuni dan Rombe Mustajab, 2006: 91-92). Searle (dalam Leech, 1993: 163) mengklasifikasikan tindakan ilokusi berdasarkan pada berbagai kriteria. Secara garis besar, kategori Searle (dalam Leech, 1993: 164-165) ialah sebagai berikut. a. Asertif Pada ilokusi ini penutur terikat pada kebenaran tuturan yang diujarkan. Tuturan ilokusi ini misalnya, menyatakan, mengusulkan, membual, mengeluh, mengemukakan pendapat, melaporkan. b. Direktif Ilokusi ini bertujuan menghasilkan suatu efek berupa tindakan yang dilakukan oleh petutur. Ilokusi ini misalnya, memesan, memerintah, memohon, menuntut, memberi nasehat. c. Komisif Pada ilokusi ini penutur (sedikit banyak) terikat pada suatu tindakan di masa depan. Ilokusi ini misalnya, menjajikan, menawarkan,