POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) PRODUKSI JAGUNG

dokumen-dokumen yang mirip
PELUANG PENINGKATAN PRODUKTIVITAS JAGUNG DENGAN INTRODUKSI VARIETAS SUKMARAGA DI LAHAN KERING MASAM KALIMANTAN SELATAN

I. PENDAHULUAN. merupakan bagian dari bentang alam ( Landscape) yang mencakup pengertian lingkungan

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus

Perkembangan Produksi dan Kebijakan dalam Peningkatan Produksi Jagung

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) PENGGEMUKAN SAPI POTONG

PENDAHULUAN. Peranan studi kelayakan dan analisis proyek dalam kegiatan pembangunan. keterbatasan sumberdaya dalam melihat prospek usaha/proyek yang

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) INDUSTRI KERAJINAN KAYU

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

AGRITECH : Vol. XVII No. 2 Desember 2015 : ISSN :

V. PERKEMBANGAN PRODUKSI, USAHATANI DAN INFRASTRUKTUR PENDUKUNG PENGEMBANGAN JAGUNG

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) INDUSTRI KERAJINAN ROTAN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia,

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2006 PROSPEK PENGEMBANGAN SUMBER ENERGI ALTERNATIF (BIOFUEL)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) BUDIDAYA SAYURAN BERNILAI TINGGI

Prospek Produksi Benih Sumber Jagung Komposit di Provinsi Sulawesi Utara

I. PENDAHULUAN. bermata pencaharian sebagai petani. Tercatat bahwa dari 38,29 juta orang

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Efektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) BUDIDAYA UBI KAYU

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) BUDIDAYA BAWANG MERAH (Pola Pembiayaan Konvensional)

SAHABAT BRILLIANT PROGRAM KEMANDIRIAN EKONOMI KREATIF SEKTOR PETERNAKAN DAN PERTANIAN TERPADU BIDANG USAHA

DINAMIKA USAHATANI JAGUNG HIBRIDA DAN PERMASALAHANNYA PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN BONE. Hadijah A.D. 1, Arsyad 1 dan Bahtiar 2 1

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai

ANALISIS USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA AGROEKOSISTEM LAHAN TADAH HUJAN

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Program Pembiayaan Pertanian

Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut

Oni Ekalinda, Reni Astarina dan Anita Sofia Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau Abstrak.

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahun dengan laju kenaikan lebih dari 20% (Adisarwanto, 2000). Indonesia dengan luas areal bervariasi (Rukmana, 2012).

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia memegang peranan penting dari keseluruhan

Boks 1. Peluang Peningkatan Pendapatan Petani Karet Melalui Kerjasama Kemitraan Pemasaran Bokar Dengan Pabrik Crumb Ruber

I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTANIAN. Kredit Usaha. Pembibitan Sapi. Pelaksanaan. Pencabutan.

PENCAPAIAN TARGET SWASEMBADA JAGUNG BERKELANJUTAN PADA 2014 DENGAN PENDEKATAN SISTEM DINAMIS

I. PENDAHULUAN. yang dimiliki oleh suatu negara. Indonesia merupakan negara berkembang

I. PENDAHULUAN. negara dititikberatkan pada sektor pertanian. Produksi sub-sektor tanaman

PEDOMAN PELAKSANAAN KREDIT USAHA PEMBIBITAN SAPI

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) BUDIDAYA CABAI MERAH (Pola Pembiayaan Konvensional)

V. KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN PROGRAM

KELAYAKAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN MELALUI PENDEKATAN PTT

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang dikuasainya.

TUMPANG GILIR (RELAY PLANTING) ANTARA JAGUNG DAN KACANG HIJAU ATAU KEDELAI SEBAGAI ALTERNATIF PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN KERING DI NTB

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) BUDIDAYA BAWANG MERAH (Pola Pembiayaan Syariah)

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan subsektor perkebunan

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 3C Tahun 2008 Lampiran : 1 (satu) berkas TENTANG

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR KEPUTUSAN NOMOR 94 TAHUN 1980

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) PENGGEMUKAN PEDET SAPI PERAH

Analisis Penyebab Kenaikan Harga Beras

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR KEPUTUSAN NOMOR 112 TAHUN 1980 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN INTENSIFIKASI TEMBAKAU RAKYAT TAHUN 1980

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) INDUSTRI PEMINTALAN BENANG SUTERA ALAM

KONSTRUKSI KEBIJAKAN SUBSIDI PUPUK TAHUN 2006

Wilayah Produksi dan Potensi Pengembangan Jagung

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Komoditi jagung memiliki peranan cukup penting dan strategis dalam pembangunan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

POHON KINERJA TAHUN 2017 DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) BUDIDAYA AYAM RAS PETELUR

BAB I PENDAHULUAN. mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian pada setiap tahap

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

Potensi Efektivitas Asuransi Pertanian Terhadap Pendapatan Bersih Petani Cabai Besar Kabupaten Garut

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1

I. PENDAHULUAN. Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat

KINERJA PERTUMBUHAN PDB PERTANIAN 2003 : BERADA PADA FASE PERCEPATAN PERTUMBUHAN 1)

KAJIAN TENTANG HUBUNGAN STRATEGIS PRODUSEN KELAPA SAWIT DI KABUPATEN PELALAWAN PROVINSI RIAU. Henny Indrawati

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014

BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM INTENSIFIKASI PERTANIAN KABUPATEN PASURUAN TAHUN 2015

perluasan kesempatan kerja di pedesaan, meningkatkan devisa melalui ekspor dan menekan impor, serta menunjang pembangunan wilayah.

KEUNGGULAN KOMPARATIF USAHATANI JAGUNG MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI NTT. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

PROSPEK TANAMAN PANGAN

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani.

KINERJA PRODUKSI DAN HARGA KEDELAI SERTA IMPLIKASINYA UNTUK PERUMUSAN KEBIJAKAN PERCEPATAN PENCAPAIAN TARGET SUKSES KEMENTERIAN PERTANIAN

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) BUDIDAYA TANAMAN MANGGA

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) PEMELIHARAAN DOMBA

ANALISIS USAHATANI TALAS KIMPUL DI NAGARI DURIAN GADANG KECAMATAN AKABULURU KABUPATEN LIMA PULUH KOTA

Peran Teknologi Pertanian dalam Meningkatkan Produktivitas Tanaman Jagung Senin, 22 Maret 2010

BAB IV GAMBARAN UMUM Gambaran Umum Karakter Demografi Petani Kedelai. mencakup jenis kelamin, usia, dan tingkat pendidikan.

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. Usahatani dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana. produksi danpendapatanyang diinginkan pada waktu tertentu.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LAPORAN KEGIATAN KINERJA PENYALURAN DAN PEMANFAATAN KREDIT PROGRAM PERTANIAN KKPE DI PROVINSI BALI

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG

PENINGKATAN KEUNTUNGAN USAHA TANI KACANG TANAH MELALUI INTRODUKSI TEKNOLOGI VARIETAS UNGGUL DI DESA SIGEDONG KECAMATAN MANCAK KABUPATEN SERANG

I. PENDAHULUAN. titik berat pada sektor pertanian. Dalam struktur perekonomian nasional sektor

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA SILO JAGUNG di GAPOKTAN RIDO MANAH KECAMATAN NAGREK KABUPATEN BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi

Transkripsi:

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) PRODUKSI JAGUNG BANK INDONESIA Direktorat Kredit, BPR dan UMKM Telepon : (021) 3818043 Fax: (021) 3518951, Email : tbtlkm@bi.go.id

DAFTAR ISI 1. Pendahuluan......... 2 a. Latar Belakang......... 2 b. Tujuan......... 3 2. Kemitraan Terpadu......... 4 a. Organisasi......... 4 b. Pola Kerjasama......... 6 c. Penyiapan Proyek......... 7 d. Mekanisme Proyek......... 8 e. Perjanjian Kerjasama........ 9 3. Aspek Pemasaran.........11 a. Peluang Pasar......... 11 b. Harga Produksi......... 13 c. Persediaan......... 14 4. Aspek Produksi.........16 a. Pengolahan Tanah dan Penanaman...... 16 b. Panen dan Pasca Panen...... 17 5. Aspek Keuangan.........20 a. Sumber Dana, Biaya Produksi dan Kredit Modal Kerja... 20 b. Proyeksi Laba/Rugi dan Arus Kas...... 21 c. Kelayakan Usaha......... 23 d. Investasi untuk Lantai Jemur...... 26 LAMPIRAN......... 27 Bank Indonesia Produksi Jagung 1

1. Pendahuluan a. Latar Belakang Jagung merupakan bahan makanan pokok utama di Indonesia, yang memiliki kedudukan sangat penting setelah beras. Dalam perkembangan ekonomi dewasa ini, disamping sebagai bahan makanan pokok, jagung telah menjadi lebih sangat penting karena merupakan bahan pokok, jagung telah menjadi lebih sangat penting karena merupakan bahan pokok bagi industri pakan ternak. Kandungan jagung dalam pakan ternak mencapai lebih dari 50% yang apabila harus diimpor, karena produksi dalam negeri tidak cukup, akan menelan devisa yang tidak sedikit. Statistik impor jagung Indonesia, semenjak tahun 1991 menunjukkan adanya gejolak peningkatan yang kadang-kadang terjadi sangat tinggi. Dari hanya impor jagung sebanyak 323.000 ton pada tahun 1991, bisa menjadi lebih dari 1 juta ton pada tahun 1997. Ini antara lain dikarenakan adanya kebutuhan untuk pakan ternak dan hampir 90% dari kebutuhan jagung untuk pakan ternak tersebut kadang-kadang terpaksa harus diadakan melalui impor. Devisa yang harus dikeluarkan untuk impor jagung diberitakan mencapai US $ 168 juta sampai US $ 196 juta untuk tahun 1997 (Harian Ekonomi Neraca 21 Januari 1998). Dengan memperhatikan keadaan dan luas lahan serta kondisi lingkungan (iklim) di sebagai besar wilayah Indonesia, impor jagung, seharusnya bisa ditekan sekecil-kecilnya apabila ada upaya yang mendorong petani memanfaatkan lahannya dengan baik untuk penanaman jagung. Masalah bagi petani di dalam penanaman jagung, lebih banyak dikarenakan kesulitan mendapatkan modal dan tidak memiliki ketrampilan tehnis dalam menghadapai berbagai kendala serangan hama dan penyakit serta penggunaan benih varitas yang unggul. Pemberian kredit kepada petani guna penanaman jagung, dapat diharapkan memberikan hasil apabila disertai dengan adanya bantuan pembinaan budidaya serta kontrol yang baik terhadap serangan hama dan penyakit. Selanjutnya, usaha tani jagung juga hanya akan bisa berkelanjutan apabila disertai dengan diperolehnya pendapatan yang memadai untuk kesejahteraan keluarganya. Oleh karena itu pencapaian produksi jagung yang tinggi perlu diikuti dengan adanya pemasaran yang pasti dan mampu menciptakan keuntungan bagi petani. Biasanya petani selalu berada pada posisi yang sulit, karena pemasaran hasilnya menghadapi dilema harga yang tidak menguntungkan, terutama pada saat-saat panen. Apabila dalam kemitraan antara petani dan pengusaha Pabrik Makanan Ternak (PMT) dapat direncanakan kerjasama pengelolaan yang bisa mengatasi permasalahan yang mungkin timbul dalam kerangka usaha tani jagung, maka pemberian kredit kepada petani diharapkan dapat berhasil Bank Indonesia Produksi Jagung 2

mendorong peningkatan produksi sehingga mampu menggantikan jagung impor guna memenuhi kebutuhan perusahaan pakan ternak. Ini membantu menciptakan penghematan devisa negara. Disamping itu dengan mantapnya produksi jagung dalam negeri pada tingkat yang mencukupi, pasokan jagung untuk produksi pakan ternak akan lancar. Manfaat selanjutnya adalah terselenggaranya kelancaran dalam usaha peternakan ayam untuk produksi telur dan daging serta peternakan sapi untuk produksi daging dan susu, yang sangat penting guna meningkatkan kualitas gizi makanan masyarakat Indonesia. Adanya kelayakan petani dalam melakukan usaha tani jagung dengan menjalin kemitraan dengan pengusaha Pabrik Makanan Ternak ini, akan menarik perhatian Bank untuk bekerjasama dan memberikan kredit keperluan modal usaha. Proyek seperti ini, yang melibatkan kerjasama kemitraaan antara pihak petani, Perusahaan Makanan Ternak dan Bank, merupakan model Proyek Kemitraan Terpadu (PKT-Jagung Pakan Ternak) yang menjadi pokok bahasan buku ini. Kapasitas produksi perusahaan makanan ternak (PMT) di Indonesia, sekitar 6.908.000 ton/tahun. Apabila 50% berat bahan bakunya adalah jagung, berarti setiap tahun memerlukan pasokan hampir 3,5 juta ton. Dengan ratarata produksi jagung hibrida 5 ton/ha dan 2 kali tanam pertahun, ini berarti untuk memenuhi kebutuhan PMT saja akan diperlukan lahan sekitar 350.000 ha/tahun. Apabila untuk setiap ha memerlukan biaya sebesar Rp. 1.000.000 berarti diperlukan kredit sebanyak Rp. 350 milyar. Suatu pangsa kredit yang dapat menarik perhatian Bank di dalam ikut mendorong perkembangan ekonomi khususnya melalui subsektor peternakan. b. Tujuan Penulisan Model Kelayakan Proyek Kemitraan Terpadu Produksi Jagung ini bertujuan untuk : 1. Memberikan kepada perbankan informasi mengenai pola usaha produksi jagung untuk pakan ternak yang layak dibiayai dengan kredit Bank, sehingga dapat dipergunakan sebagai acuan di dalam mempertimbangkan permintaan kredit sejenis. 2. Dipergunakan sebagai model bagi para petani yang akan melaksanakan usaha tani jagung untuk pakan ternak dengan mengadakan PKT sehingga layak mendapatkan dana kredit Bank sebagai modal usaha. 3. Mendorong pengembangan usaha kecil (petani) dalam memproduksi jagung guna memenuhi kebutuhan pakan ternak dalam rangka penghematan devisa dan meningkatkan produksi ternak di Indonesia. Bank Indonesia Produksi Jagung 3

2. Kemitraan Terpadu a. Organisasi Proyek Kemitraan Terpadu ini merupakan kerjasama kemitraan dalam bidang usaha melibatkan tiga unsur, yaitu (1) Petani/Kelompok Tani atau usaha kecil, (2) Pengusaha Besar atau eksportir, dan (3) Bank pemberi KKPA. Masing-masing pihak memiliki peranan di dalam PKT yang sesuai dengan bidang usahanya. Hubungan kerjasama antara kelompok petani/usaha kecil dengan Pengusaha Pengolahan atau eksportir dalam PKT, dibuat seperti halnya hubungan antara Plasma dengan Inti di dalam Pola Perusahaan Inti Rakyat (PIR). Petani/usaha kecil merupakan plasma dan Perusahaan Pengelolaan/Eksportir sebagai Inti. Kerjasama kemitraan ini kemudian menjadi terpadu dengan keikut sertaan pihak bank yang memberi bantuan pinjaman bagi pembiayaan usaha petani plasma. Proyek ini kemudian dikenal sebagai PKT yang disiapkan dengan mendasarkan pada adanya saling berkepentingan diantara semua pihak yang bermitra. 1. Petani Plasma Sesuai keperluan, petani yang dapat ikut dalam proyek ini bisa terdiri atas (a) Petani yang akan menggunakan lahan usaha pertaniannya untuk penanaman dan perkebunan atau usaha kecil lain, (b) Petani /usaha kecil yang telah memiliki usaha tetapi dalam keadaan yang perlu ditingkatkan dalam untuk itu memerlukan bantuan modal. Untuk kelompok (a), kegiatan proyek dimulai dari penyiapan lahan dan penanaman atau penyiapan usaha, sedangkan untuk kelompok (b), kegiatan dimulai dari telah adanya kebun atau usaha yang berjalan, dalam batas masih bisa ditingkatkan produktivitasnya dengan perbaikan pada aspek usaha. Luas lahan atau skala usaha bisa bervariasi sesuai luasan atau skala yang dimiliki oleh masing-masing petani/usaha kecil. Pada setiap kelompok tani/kelompok usaha, ditunjuk seorang Ketua dan Sekretaris merangkap Bendahara. Tugas Ketua dan Sekretaris Kelompok adalah mengadakan koordinasi untuk pelaksanaan kegiatan yang harus dilakukan oleh para petani anggotanya, didalam mengadakan hubungan dengan pihak Koperasi dan instansi lainnya yang perlu, sesuai hasil kesepakatan anggota. Ketua kelompok wajib menyelenggarakan pertemuan kelompok secara rutin yang waktunya ditentukan berdasarkan kesepakatan kelompok. Bank Indonesia Produksi Jagung 4

2. Koperasi Para petani/usaha kecil plasma sebagai peserta suatu PKT, sebaiknya menjadi anggota suata koperasi primer di tempatnya. Koperasi bisa melakukan kegiatan-kegiatan untuk membantu plasma di dalam pembangunan kebun/usaha sesuai keperluannya. Fasilitas KKPA hanya bisa diperoleh melalui keanggotaan koperasi. Koperasi yang mengusahakan KKPA harus sudah berbadan hukum dan memiliki kemampuan serta fasilitas yang cukup baik untuk keperluan pengelolaan administrasi pinjaman KKPA para anggotanya. Jika menggunakan skim Kredit Usaha Kecil (KUK), kehadiran koperasi primer tidak merupakan keharusan. 3. Perusahaan Besar dan Pengelola/Eksportir Suatu Perusahaan dan Pengelola/Eksportir yang bersedia menjalin kerjasama sebagai inti dalam Proyek Kemitraan terpadu ini, harus memiliki kemampuan dan fasilitas pengolahan untuk bisa menlakukan ekspor, serta bersedia membeli seluruh produksi dari plasma untuk selanjutnya diolah di pabrik dan atau diekspor. Disamping ini, perusahaan inti perlu memberikan bimbingan teknis usaha dan membantu dalam pengadaan sarana produksi untuk keperluan petani plasma/usaha kecil. Apabila Perusahaan Mitra tidak memiliki kemampuan cukup untuk mengadakan pembinaan teknis usaha, PKT tetap akan bisa dikembangkan dengan sekurang-kurangnya pihak Inti memiliki fasilitas pengolahan untuk diekspor, hal ini penting untuk memastikan adanya pemasaran bagi produksi petani atau plasma. Meskipun demikian petani plasma/usaha kecil dimungkinkan untuk mengolah hasil panennya, yang kemudian harus dijual kepada Perusahaan Inti. Dalam hal perusahaan inti tidak bisa melakukan pembinaan teknis, kegiatan pembibingan harus dapat diadakan oleh Koperasi dengan memanfaatkan bantuan tenaga pihak Dinas Perkebunan atau lainnya yang dikoordinasikan oleh Koperasi. Apabila koperasi menggunakan tenaga Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL), perlu mendapatkan persetujuan Dinas Perkebunan setempat dan koperasi memberikan bantuan biaya yang diperlukan. Koperasi juga bisa memperkerjakan langsung tenaga-tenaga teknis yang memiliki keterampilan dibidang perkebunan/usaha untuk membimbing petani/usaha kecil dengan dibiayai sendiri oleh Koperasi. Tenaga-tenaga ini bisa diberi honorarium oleh Koperasi yang bisa kemudian dibebankan kepada petani, dari hasil penjualan secara proposional menurut besarnya produksi. Sehingga makin tinggi produksi kebun petani/usaha kecil, akan semakin besar pula honor yang diterimanya. Bank Indonesia Produksi Jagung 5

4. Bank Bank berdasarkan adanya kelayakan usaha dalam kemitraan antara pihak Petani Plasma dengan Perusahaan Perkebunan dan Pengolahan/Eksportir sebagai inti, dapat kemudian melibatkan diri untuk biaya investasi dan modal kerja pembangunan atau perbaikan kebun. Disamping mengadakan pengamatan terhadap kelayakan aspek-aspek budidaya/produksi yang diperlukan, termasuk kelayakan keuangan. Pihak bank di dalam mengadakan evaluasi, juga harus memastikan bagaimana pengelolaan kredit dan persyaratan lainnya yang diperlukan sehingga dapat menunjang keberhasilan proyek. Skim kredit yang akan digunakan untuk pembiayaan ini, bisa dipilih berdasarkan besarnya tingkat bunga yang sesuai dengan bentuk usaha tani ini, sehingga mengarah pada perolehannya pendapatan bersih petani yang paling besar. Dalam pelaksanaanya, Bank harus dapat mengatur cara petani plasma akan mencairkan kredit dan mempergunakannya untuk keperluan operasional lapangan, dan bagaimana petani akan membayar angsuran pengembalian pokok pinjaman beserta bunganya. Untuk ini, bank agar membuat perjanjian kerjasama dengan pihak perusahaan inti, berdasarkan kesepakatan pihak petani/kelompok tani/koperasi. Perusahaan inti akan memotong uang hasil penjualan petani plasma/usaha kecil sejumlah yang disepakati bersama untuk dibayarkan langsung kepada bank. Besarnya potongan disesuaikan dengan rencana angsuran yang telah dibuat pada waktu perjanjian kredit dibuat oleh pihak petani/kelompok tani/koperasi. Perusahaan inti akan memotong uang hasil penjualan petani plasma/usaha kecil sejumlah yang disepakati bersama untuk dibayarkan langsung kepada Bank. Besarnya potongan disesuaikan dengan rencana angsuran yang telah dibuat pada waktu perjanjian kredit dibuat oleh pihak petani plasma dengan bank. b. Pola Kerjasama Kemitraan antara petani/kelompok tani/koperasi dengan perusahaan mitra, dapat dibuat menurut dua pola yaitu : a. Petani yang tergabung dalam kelompok-kelompok tani mengadakan perjanjian kerjasama langsung kepada Perusahaan Perkebunan/ Pengolahan Eksportir. Bank Indonesia Produksi Jagung 6

Dengan bentuk kerja sama seperti ini, pemberian kredit yang berupa KKPA kepada petani plasma dilakukan dengan kedudukan Koperasi sebagai Channeling Agent, dan pengelolaannya langsung ditangani oleh Kelompok tani. Sedangkan masalah pembinaan harus bisa diberikan oleh Perusahaan Mitra. b. Petani yang tergabung dalam kelompok-kelompok tani, melalui koperasinya mengadakan perjanjian yang dibuat antara Koperasi (mewakili anggotanya) dengan perusahaan perkebunan/pengolahan/ eksportir. Dalam bentuk kerjasama seperti ini, pemberian KKPA kepada petani plasma dilakukan dengan kedudukan koperasi sebagai Executing Agent. Masalah pembinaan teknis budidaya tanaman/pengelolaan usaha, apabila tidak dapat dilaksanakan oleh pihak Perusahaan Mitra, akan menjadi tanggung jawab koperasi. c. Penyiapan Proyek Untuk melihat bahwa PKT ini dikembangkan dengan sebaiknya dan dalam proses kegiatannya nanti memperoleh kelancaran dan keberhasilan, minimal dapat dilihat dari bagaimana PKT ini disiapkan. Kalau PKT ini akan mempergunakan KKPA untuk modal usaha plasma, perintisannya dimulai dari : 1. Adanya petani/pengusaha kecil yang telah menjadi anggota koperasi dan lahan pemilikannya akan dijadikan kebun/tempat usaha atau lahan kebun/usahanya sudah ada tetapi akan ditingkatkan produktivitasnya. Petani/usaha kecil tersebut harus menghimpun diri dalam kelompok dengan anggota sekitar 25 petani/kelompok usaha. Bank Indonesia Produksi Jagung 7

Berdasarkan persetujuan bersama, yang didapatkan melalui pertemuan anggota kelompok, mereka bersedia atau berkeinginan untuk bekerja sama dengan perusahaan perkebunan/pengolahan/eksportir dan bersedia mengajukan permohonan kredit (KKPA) untuk keperluan peningkatan usaha; 2. Adanya perusahaan perkebunan/pengolahan dan eksportir, yang bersedia menjadi mitra petani/usaha kecil, dan dapat membantu memberikan pembinaan teknik budidaya/produksi serta proses pemasarannya; 3. Dipertemukannya kelompok tani/usaha kecil dan pengusaha perkebunan/pengolahan dan eksportir tersebut, untuk memperoleh kesepakatan di antara keduanya untuk bermitra. Prakarsa bisa dimulai dari salah satu pihak untuk mengadakan pendekatan, atau ada pihak yang akan membantu sebagai mediator, peran konsultan bisa dimanfaatkan untuk mengadakan identifikasi dan menghubungkan pihak kelompok tani/usaha kecil yang potensial dengan perusahaan yang dipilih memiliki kemampuan tinggi memberikan fasilitas yang diperlukan oleh pihak petani/usaha kecil; 4. Diperoleh dukungan untuk kemitraan yang melibatkan para anggotanya oleh pihak koperasi. Koperasi harus memiliki kemampuan di dalam mengorganisasikan dan mengelola administrasi yang berkaitan dengan PKT ini. Apabila keterampilan koperasi kurang, untuk peningkatannya dapat diharapkan nantinya mendapat pembinaan dari perusahaan mitra. Koperasi kemudian mengadakan langkah-langkah yang berkaitan dengan formalitas PKT sesuai fungsinya. Dalam kaitannya dengan penggunaan KKPA, Koperasi harus mendapatkan persetujuan dari para anggotanya, apakah akan beritndak sebagai badan pelaksana (executing agent) atau badan penyalur (channeling agent); 5. Diperolehnya rekomendasi tentang pengembangan PKT ini oleh pihak instansi pemerintah setempat yang berkaitan (Dinas Perkebunan, Dinas Koperasi, Kantor Badan Pertanahan, dan Pemda); 6. Lahan yang akan digunakan untuk perkebunan/usaha dalam PKT ini, harus jelas statusnya kepemilikannya bahwa sudah/atau akan bisa diberikan sertifikat dan buka merupakan lahan yang masih belum jelas statusnya yang benar ditanami/tempat usaha. Untuk itu perlu adanya kejelasan dari pihak Kantor Badan Pertanahan dan pihak Departemen Kehutanan dan Perkebunan. d. Mekanisme Proyek Mekanisme Proyek Kemitraan Terpadu dapat dilihat pada skema berikut ini : Bank Indonesia Produksi Jagung 8

Bank pelaksana akan menilai kelayakan usaha sesuai dengan prinsip-prinsip bank teknis. Jika proyek layak untuk dikembangkan, perlu dibuat suatu nota kesepakatan (Memorandum of Understanding = MoU) yang mengikat hak dan kewajiban masing-masing pihak yang bermitra (inti, Plasma/Koperasi dan Bank). Sesuai dengan nota kesepakatan, atas kuasa koperasi atau plasma, kredit perbankan dapat dialihkan dari rekening koperasi/plasma ke rekening inti untuk selanjutnya disalurkan ke plasma dalam bentuk sarana produksi, dana pekerjaan fisik, dan lain-lain. Dengan demikian plasma tidak akan menerima uang tunai dari perbankan, tetapi yang diterima adalah sarana produksi pertanian yang penyalurannya dapat melalui inti atau koperasi. Petani plasma melaksanakan proses produksi. Hasil tanaman plasma dijual ke inti dengan harga yang telah disepakati dalam MoU. Perusahaan inti akan memotong sebagian hasil penjualan plasma untuk diserahkan kepada bank sebagai angsuran pinjaman dan sisanya dikembalikan ke petani sebagai pendapatan bersih. e. Perjanjian Kerjasama Untuk meresmikan kerja sama kemitraan ini, perlu dikukuhkan dalam suatu surat perjanjian kerjasama yang dibuat dan ditandatangani oleh pihak-pihak yang bekerjasama berdasarkan kesepakatan mereka. Dalam perjanjian kerjasama itu dicantumkan kesepakatan apa yang akan menjadi kewajiban dan hak dari masing-masing pihak yang menjalin kerja sama kemitraan itu. Bank Indonesia Produksi Jagung 9

Perjanjian tersebut memuat ketentuan yang menyangkut kewajiban pihak Mitra Perusahaan (Inti) dan petani/usaha kecil (plasma) antara lain sebagai berikut : 1. Kewajiban Perusahaan Perkebunan/Pengolahan/Eksportir sebagai mitra (inti) a. Memberikan bantuan pembinaan budidaya/produksi dan penaganan hasil; b. Membantu petani di dalam menyiapkan kebun, pengadaan sarana produksi (bibit, pupuk dan obat-obatan), penanaman serta pemeliharaan kebun/usaha; c. Melakukan pengawasan terhadap cara panen dan pengelolaan pasca panen untuk mencapai mutu yang tinggi; d. Melakukan pembelian produksi petani plasma; dan e. Membantu petani plasma dan bank di dalam masalah pelunasan kredit bank (KKPA) dan bunganya, serta bertindak sebagai avalis dalam rangka pemberian kredit bank untuk petani plasma. 2. Kewajiban petani peserta sebagai plasma a. Menyediakan lahan pemilikannya untuk budidaya; b. Menghimpun diri secara berkelompok dengan petani tetangganya yang lahan usahanya berdekatan dan sama-sama ditanami; c. Melakukan pengawasan terhadap cara panen dan pengelolaan pascapanen untuk mencapai mutu hasil yang diharapkan; d. Menggunakan sarana produksi dengan sepenuhnya seperti yang disediakan dalam rencana pada waktu mengajukan permintaan kredit; e. Menyediakan sarana produksi lainnya, sesuai rekomendasi budidaya oleh pihak Dinas Perkebunan/instansi terkait setempat yang tidak termasuk di dalam rencana waktu mengajukan permintaan kredit; f. Melaksanakan pemungutan hasil (panen) dan mengadakan perawatan sesuai petunjuk Perusahaan Mitra untuk kemudian seluruh hasil panen dijual kepada Perusahaan Mitra; dan g. Pada saat pernjualan hasil petani akan menerima pembayaran harga produk sesuai kesepakatan dalam perjanjian dengan terlebih dahulu dipotong sejumlah kewajiban petani melunasi angsuran kredit bank dan pembayaran bunganya. Bank Indonesia Produksi Jagung 10

3. Aspek Pemasaran a. Peluang Pasar Komoditi Jagung sedang menjadi salah satu primadona dalam agribisnis. Konsumsi jagung untuk pakan cenderung meningkat dengan rata-rata pertumbuhan per tahun sebesar 11,52%, sementara itu pertumbuhan produksi hanya 6,11%. Disamping untuk pakan ternak, jagung juga diperlukan untuk industri makanan ternak yang pertumbuhannya juga makin meningkat. Kecenderungan konsumsi jagung di Indonesia yang makin meningkat lebih tinggi dari peningkatan produksi, menyebabkan makin besarnya jumlah impor dan makin kecilnya ekspor. Jagung pada dasarnya merupakan bahan pangan sumber karbohidrat kedua sesudah beras bagi penduduk Indonesia. Sehingga disamping keperluan pakan ternak, komoditi ini juga sebagai bahan makanan utama sesudah beras bagi penduduk Indonesia dan menjadi bahan baku industri makanan lainnya. Sejalan dengan adanya peningkatan pendapatan masyarakat dan tingkat pengetahuannya, konsumsi protein hewani khususnya daging ayam dan telor serta daging terlihat juga terus meningkat. Hal ini mendorong meningkatnya kebutuhan makanan ternak yang kemudian meningkatkan kebutuhan jagung, karena jagung merupakan 51% dari komponen pakan ternak. Peningkatan kebutuhan jagung ini dalam beberapa tahun terakhir tidak sejalan dengan laju peningkatan produksi di dalam negeri, sehingga mengakibatkan diperlukannya impor jagung yang makin besar. Perkembangan produksi, konsumsi, impor dan ekspor jagung Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1. Bank Indonesia Produksi Jagung 11

Tabel 1. Perkembangan Produksi, Konsumsi, Impor dan Ekspor Jagung di Indonesia Tahun Produksi Jagung (Ton) Ekspor Jagung (Ton) Impor Jagung (Ton) Net Impor (Ton) Permintaan Jagung (Ton) 0 1 2 3 4 5 1987 5.154.735 4.680 220.998 216.318 5.371.053 1988 6.651.917 37.404 63.454 26.050 6.677.967 1989 6.192.512 232.093 33.340-198.753 5.993.759 1990 6.734.028 136.640 515-136.125 6.597.903 1991 6.255.906 30.740 323.176 292.436 6.548.342 1992 7.995.459 136.660 55.498-81.162 7.914.237 1993 6.459.737 52.090 494.446 442.356 6.902.093 1994 6.868.885 28.880 1.109.253 1.080.373 7.949.258 1995 8.245.902 74.879 969.145 894.266 9.140.168 1996 9.307.423 17.505 587.603 570.098 9.877.521 1997 9.161.362 18.956 1.098.353 1.087.397 10.248.759 Sumber : Direktorat Bina Prod. Tan. Pangan (1997) Penggunaan jagung impor untuk makanan ternak, telah memberatkan para peternak pada saat naiknya nilai dollar terhadap rupiah akhir-akhir ini. Harga impor jagung sebesar US $ 130 per ton, yang jika dihitung dengan kurs Rp. 8.000 per dollar menjadi Rp. 1.040 per kilogram. Padahal dalam komposisi pakan ternak, jagung memegang peran hingga 50 %. Dengan alasan ini, produsen makanan ternak menaikkan harga jual pakan ternak. Tindakan ini telah mengakibatkan belasan ribu peternak di seluruh pelosok tanah air menghadapi kesulitan. Bank Indonesia Produksi Jagung 12

Apabila pada suatu saat terjadi kelebihan produksi jagung, kelebihan ini dapat diekspor dengan harga yang sangat menarik. Importir jagung dapat beralih menjadi eksportir. b. Harga Produksi Harga jagung di tingkat petani di daerah Jawa selama periode 1986 1998 dapat dilihat pada Tabel 2. Dari tabel tersebut terlihat bahwa harga jagung bisa bervariasi antar Propinsi di Jawa. Pada umumnya, harga terus meningkat dengan rata-rata peningkatan sebesar 90 % tahun disemua daerah di Jawa. Rata-rata harga pada tahun 1996 tercatat mencapai antara Rp. 445,15/kg di Jawa Tengah sampai Rp 715,31/kg di Jawa Barat. Tabel 2. Perkembangan rata-rata jagung di Jawa (Rp./kg) Tahun 1986 PROPINSI Jawa Barat Jawa Tengah Yogyakarta Jawa Timur 238.03 161.16 165.19 154.68 1987 258.73 193.71 208.45 194.19 1988 314.64 232.34 229.01 218.19 1989 328.97 235.04 245.02 227.86 1990 353.14 253.43 260.63 254.62 1991 389.03 297.66 324.07 283.89 1992 416.41 268.95 266.38 261.18 1993 442.98 294.43 383.29 296.89 1994 500.66 360.51 539.11 389.86 1995 628.86 386.99 577.88 413.60 1996 715.31 445.15 628.32 505.24 Di tingkat internasional rata-rata harga jagung bulanan di pasar London (yellow maize) selama beberapa bulan (Juli 1997 Januari 1998) Bank Indonesia Produksi Jagung 13

menunjukkan angka yang relatif stabil ditunjukkan pada Tabel 3. Dengan perubahan nilai rupiah terhadap dollar yang fluktuatif, maka harga jagung di tingkat nasional juga mengikuti fluktuasi ini. Memperhatikan nilai jagung ekspor berdasarkan harga FOB seperti pada Tabel 3a dan harga jagung di pasar London Tabel 3., harga jagung ekspor pada waktu ini dapat diperhitungkan berada pada kisaran sekitar US $ 140/ton. Dengan menggunakan nilai tukar Rp 8.000/US$ 1 akan didapatkan harga sekitar Rp 1.120/Kg. Harga tersebut dua kali lebih tinggi dibandingkanharga ditingkat petani yang rata-rata masih sekitar Rp 500/kg. Dengan demikian, produksi jagung dalam negeri, selain untuk memenuhi kebutuhan pabrik pakan ternak, juga memiliki harga dengan daya saing tinggi di pasaran luar negeri. Tabel 3 Perkembangan Harga Jagung di Pasaran London (US$/ton) Juli 97 Agustus September Oktober Nopember Desember Januari 98 132 133.75 133.31 133.75 133.75 133.75 133.75 Sumber: Laporan Mingguan Bank Indonesia Tabel 3a. Perkembangan nilai jagung ekspor Indonesia Tahun Total Ekspor (Ton) Nilai Jagung Ekspor (FOB) Total (US $.) Per Ton (US.$.) 1991 33.222 3.872.524 116.56 1992 149.836 19.000.131 126.81 1993 60.837 7.943.828 130.58 1994 37.441 5.617.121 150.03 1995 79.144 11.268.206 142.38 1996 26.830 5.304.007 197.70 Sumber: Buletin Ringkas BPS, Edisi Maret 1993 1998, diolah. c. Persediaan Produksi, luas panen dan produktivitas jagung di Indonesia selama kurun waktu 1987 1997 dapat dilihat pada Tabel 4. Terlihat bahwa pada umumnya luas panen dan produktivitas jagung di Indonesia setiap tahunnya terus meningkat, yang berakibat pada adanya peningkatan produksi jagung dari Bank Indonesia Produksi Jagung 14

5,1 juta ton pada tahun 1987 menjadi 9,1 juta ton pada tahun 1997. Dibandingkan dengan besarnya konsumsi dalam negeri yang termasuk juga untuk keperluan pakan ternak (Tabel 1), menunjukkan adanya kekurangan setiap tahunnya dalam 5 tahun terakhir ini. Kekurangan tersebut harus dipenuhi dari impor, dan jumlah impor ini makin bertambah besar karena adanya sebagian produksi jagung yang diekspor. Tabel 4. Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Jagung di Indonesia selama Periode 1987-1996 Tahun Luas Panen (ha) Produktivitas (kg/ha) Produksi (Ton) 1987 2.626.033 1.963 5.154.735 1988 3.405.751 1..953 6.651.917 1989 2.944.199 2.103 6.192.512 1990 3.158.092 2.132 6.734.028 1991 2.909.100 1.150 6.255.906 1992 3.629.346 2.203 7.995.906 1993 2.939.534 2.198 6.459.737 1994 3.109.398 2.209 6.868.885 1995 3.651.838 2.258 8.245.902 1996 3.743.573 2.486 9.307.423 1997 3.564.245 2.570 9.161.362 Sumber: Direktorat Bina Prod. Tan. Pangan (1997) Bank Indonesia Produksi Jagung 15

4. Aspek Produksi a. Pengolahan Tanah dan Penanaman Pengolahan Tanah Jagung (Zea mays) adalah tanaman semusim yang mempunyai batang berbentuk bulat, beruas-ruas dan tingginya antara 60 300 cm. Tanaman jagung dapat tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi (ketinggian 0-1.300 m dpl). Curah hujan yang optimal adalah antara 85 100 mm/bulan merata sepanjang tahun. Jagung dapat di tanam secar monokultur atau tumpangsari dengan tanaman lain, misalnya ubi kayu. Jenis jagung yang ditanam oleh petani dapat berupa jagung komposit atau jagung hibrida. Pengolahan tanah dapat dilakukan dengan tenaga manusia, ternak atau mesin (traktor). Tanah dibajak dengan kedalaman 1520 cm yang kemudian diratakan. Biaya pengolahan tanah berkisar antara Rp. 80.000 - Rp. 150.000 per ha, tergantung dari jenis tenaga yang digunakan. Penanaman Varietas jagung yang ditanam dapat berupa jagung komposit atau hibrida. Kebutuhan benih untuk varietas jagung komposit (Arjuna) adalah 35 kg/ha, sedangkan yang hibrida : Bisi-1, Bisi-3, Pioneer 5 dan Pioneer 6, masingmasing 20 kg/ha, Pioneer 7, Pioneer 8 dan Pioneer 9, masing-masing 17 kg/ha dan Bisi-2 diperlukan 15 kg/ha. Jumlah benih tersebut untuk memenuhi jumlah tanaman yang optimum yang jumlahnya sekitar 66.000 tanaman/ha. Jika tanaman jagung ditumpangsarikan dengan ubi kayu, jumlah bibit ubi kayu yang diperlukan sekitar 12.500 stek/ha dan ditanam sesudah jagung berumur 1,5 bulan. Pemupukan Jenis pupuk yang diperlukan adalah Urea dengan dosis antara 300-450 kg/ha, TSP 100 kg/ha dan KCl antara 50 100 kg/ha. Pada waktu penanaman diberikan pupuk dasar yang terdiri dari TSP dan KCl (dosis penuh) dan 1/3 bagian dosis Urea. Kemudian sisa urea diberikan pada waktu tanaman berumur 3 dan 6 minggu, dengan dosis masing-masing 1/3 bagian. Pengendalian Hama dan Penyakit Bank Indonesia Produksi Jagung 16

Bila ada gejala serangan hama atau penyakit, segera dilakukan penyemprotan dengan pestisida yang telah dianjurkan oleh Dinas Pertanian Tanaman Pangan setempat. Pengairan Tanaman jagung memerlukan air yang cukup untuk pertumbuhan dan pembentukan biji. Air sangat diperlukan pada saat penanaman, pembuangan (45 55 hari sesudah tanam/hst) dan pengisian biji (60 80 hst). Di beberapa daerah yang cukup curah hujannya, kebutuhan air dapat dipenuhi oleh curah hujan tersebut, sedangkan untuk daerah-daerah yang mengalami kesulitan air, para petani dapat menggunakan pompa air yang disewa dengan biaya sekitar Rp. 350.000/ha. b. Panen dan Pasca Panen Umur panen jagung yang ditanam di dataran rendah lebih pendek dari yang ditanam di dataran tinggi. Umur panen jagung juga tergantung dari varietas yang ditanam. Pada Tabel 5. dapat dilihat umur panen dan produksi beberapa varietas jagung yang ditanam di Indonesia. Panen jagung terbesar (70%) terjadi pada bulan Januari April, sedangkan sisanya (30%) berlangsung pada bulan Juni Agustus. Kadar air jagung yang dipanen di musim hujan, dapat mencapai 35% sedangkan yang dipanen di musim kemarau kadar airnya sekitar 25%. Biji jagung mudah dipipil, jika airnya kurang dari 20%. Untuk pemipilan secara mekanis (dengan corn sheller), kadar air jagung sebaiknya kurang dari 18%. Kadar air yang tinggi akan merusak kualitasnya. Biaya pemipilan jagung secara mekanis berkisar antara Rp. 36 - Rp. 45/kg, sedangkan yang menggunakan tenaga manusia antara Rp. 6 - Rp. 8/kg. No. Tabel 5. Umur Panen dan Produktivitas Beberapa Varietas Jagung A. Hibrida Varietas Umur Panen (hari) Produktivitas (ton/ha)ppk Rata-rata Potensi 1. IPB 4 100 5,4 7,0 2. C-1 98 5,8 8 9 3. C-2 93 6,3 8 9 4. C-3 95 6,4 8,2 5. CPI-1 98 6,2 9,3 6. CPI-2 97 6,2 8 9 7. BISI-1 (CPI-3) 92 7,0 8 9 Bank Indonesia Produksi Jagung 17