TRANSFORMASI DUNIA PERPUSTAKAAN 1 Diao Ai Lien



dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Studi (Wajib) bagi mahasiswa program S-1 Ilmu komputer. Setelah. mendapatkan persetujuan dari tim pembina mata kuliah seminar Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. 21, manusia memasuki periode di mana teknologi informasi merambah ke hampir

Pendahuluan. Implementasi Program Information Skills di Universitas Indonesia 1. Mohamad Aries 2

Membangun Inovasi di Perpustakaan PPNS dengan Mengintegrasikan SIM Dosen dan Student Portal Melalui Knowledge Management System

Sistem Informasi untuk Pendidikan (3) Pengembangan Kurikulum S2 KRK640 3 SKS

Membangun Inovasi di Perpustakaan PPNS dengan Mengintegrasikan SIM Dosen dan Student Portal Melalui Knowledge Management System

BAB I PENDAHULUAN. dan rekreasi dengan menyediakan berbagai macam informasi yang sesuai dengan

JARINGAN INFORMASI IPTEK KESEHATAN Potensi dan Pengalaman USU

PANDUAN PELATIHAN E LEARNING DASAR

Knowledge Management Tools

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

IMPLEMENTASI E-LEARNING DALAM MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR MAHASISWA.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

EVALUASI KEMAMPUAN LITERASI INFORMASI PUSTAKAWAN DI PERPUSTAKAAN PUSAT UNIVERSITAS WARMADEWA

IMPLEMENTASI E-LEARNING DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI PENDIDIK DAN KEMANDIRIAN MAHASISWA.

PENGANTAR E-LEARNING

Disyaratkan menggunakan teknologi telekomunikasi dan computer

PENGANTAR E-LEARNING Apa yang kita bahas? Perkembangan/Trends ICT Tantangan Pendidik Bagaimana menghadapinya?

PERAN PERPUSTAKAAN DIGITAL DAN TEKNOLOGI INFORMASI DI ERA GLOBALISASI

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN

1. Perkembangan Perpustakaan dan Teknologi Informasi

PRAKTEK E-LEARNING Oleh: Tim ICT UNY


UPT PERPUSTAKAAN INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL

01/10/2010. Pertemuan 1. Process. People. Technology

21/09/2011. Pertemuan 1

Penerapan Sistem Otomasi Perpustakaan Untuk Meningkatkan Kinerja Pustakawan di Perpustakaan Pusat Universitas Warmadewa

Seleksi Koleksi : Langkah Pengembangan Menuju Kualitas Layanan Perpustakaan Akademik. Abstrak. Kata Kunci : Seleksi, Pengembangan Koleksi

Implementasi Blended Learning Dr. Sentot Kusairi, M. Si. Program Studi Pendidikan Fisika FMIPA UM Pendahuluan Dewasa ini perkembangan teknologi

BAB III ANALISIS PROSES BELAJAR DAN KONSEP KNOWLEDGE LIBRARY

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pemanfaatan ICT untuk meningkatkan kualitas pembelajaran

Infotek Digital Journal Al-Manär Edisi I/2004 Copyleft 2004 Digital Journal Al-Manär. Alif Muttaqin

Mengapresiasi e-learning Berbasis MOODLE Basori 1

Dyana Purwandini. NIP : Pendidikan Terakhir : S1 Ilmu Informasi & Perpustakaan Institusi : STIE Perbanas Surabaya Pustakawan

PRAKTEK E-LEARNING. Mengaskses e-learning UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Oleh: Puskom UNY

BAB II ANALISIS MASALAH

BAB 2 LANDASAN TEORI

PANDUAN PEMBUATAN KONTEN E LEARNING LENGKAP

Pengembangan KMS (Knowledge Management System) di Institut Pertanian Bogor

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Dipresentasikan pada acara Seminar dan workshop nasional: Perpustakaan dan pustakawan inovatif dan kreatif Diselenggarakan oleh Perpustakaan

MEMBANGUN DIMENSI MANUSIA-TUGAS DALAM PENGEMBANGAN E-LEARNING

LITERASI INFORMASI DI PERGURUAN TINGGI

USU e-learning PANDUAN BAGI DOSEN. Pusat Sistem Informasi USU UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Infrastruktur Teknologi Informasi pada Lembaga Pendidikan Kepustakawanan

UPAYA MENINGKATKAN KETRAMPILAN GURU SEKOLAH MENENGAH DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DALAM PEMBUATAN SUMBER BELAJAR MATEMATIKA BERBASIS WEB

KOMPETENSI PUSTAKA WAN KHUSUS DI ABAD KE-21 PENGANTAR

PERAN PUSTAKAWAN DI ERA INFORMASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Andi Wijaya, 2014 Pemanfaatan Internet Pada Perpustakaan Daerah Kabupaten Karawang

MEDIA SOSIAL & SOSIALISASI

Perangkat Lunak Aplikasi (2)

MEWUJUDKAN PERPUSTAKAAN IDEAL BERORIENTASI PENGGUNA

Alat Bahasa isyarat alat peraga gambar Bahasa verbal Teks (symbol atau huruf) Interaksi: Langsung Tidak langsung. sumber media tujuan

Pemanfaatan Google Drive Dalam Pengembangan Electronic Document Delivery : Pendekatan Aplikatif Untuk Peningkatan Kinerja Pustakawan

Mata Kuliah Teori Organisasi dan Manajemen Pengetahuan KNOWLEDGE SHARING MANAGEMENT PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI

Seri Pengembangan Perpustakaan Pertanian no. 55 PETUNJUK TEKNIS PENGELOLAAN MAILING LIST LAYANAN PERPUSTAKAAN BERBASIS WEB

Problem-based learning (PBL) berbasis teknologi informasi (ICT)

Fitur dalam PDA business software

BUKU PANDUAN PENGGUNAAN MODULAR OBJECT-ORIENTED DYNAMIC LEARNING ENVIRONMENT (MOODLE)

Membangun Perpustakaan Digital : Suatu Tinjauan Aspek Manajemen *

SAINS & TEKNOLOGI INFORMASI DALAM KONTEKS PENDIDIKAN SEJARAH. Hansiswany Kamarga

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KNOWLEDGE MANAGEMENT. Siklus Knowledge Management. Pertemuan 2

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. membantu memenuhi kebutuhan informasi seluruh karyawan perusahaan.

Enterprise Resource Planning

BUKU PANDUAN REFERENSI MANUAL

Digitalisasi Karya Ilmiah Lembaga Menuju Layanan Perpustakaan Drive Thru

I. Pendahuluan. Kebutuhan untuk membangun dukungan manajemen pengetahuan (Knowledge

7 PERANCANGAN PORTAL MANAJEMEN PENGETAHUAN

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR ONLINE. Harto Malik Dosen Faklutas Sastra dan Budaya, UNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KERJASAMA ANTAR PERPUSTAKAAN DI LINGKUNGAN IPB 1

Usaha Peningkatan Profesionalisme Guru Melalui Pelatihan Internet dan E-Learning Sekolah

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dewasa ini, teknologi informasi dan komunikasi atau

Pengembangan Aplikasi E-learning dengan Menggunakan PHP Framework Prado

TUGAS MAKALAH STRATEGI PEMASARAN JASA PERPUSTAKAAN ERA TEKNOLOGI INFORMASI MATA KULIAH MANAJEMEN PEMASARAN DAN JASA DOSEN : IBU.

S Pembelajaran berbasis komputer (CBL) S CD pembelajaran S Multimedia pembelajaran S Aplikasi tutorial S Games, dll. S Pembelajaran berbasis web (WBL)

QUO VADIS. Henny Linggawati Holbrook, M.A. Pustakawan CCPLS, Marietta-Georgia, A.S. - Ray Bradbury

Perpustakaan perguruan tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. hampir di semua bidang termasuk salah satunya perpustakaan. Perpustakaan

D i s a m p a i k a n pada W o r k s o p A A

MANUAL PROCEDURE PETUNJUK & MEKANISME PENGOPERASIAN ELEARNING

TAMPILAN E-LEARNING (biothink.web.id) BESERTA FITURNYA

MODEL INTERAKSI DALAM E-LEARNING

MANAJEMEN LAYANAN PERPUSTAKAAN DENGAN DOKUMEN MULTIMEDIA Oleh: Kudang B. Seminar, PhD Kepala Perpustakaan IPB

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SILABUS MATA PELAJARAN SIMULASI DIGITAL (DASAR PROGRAM KEAHLIAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI)

Digital Library & Distance Learning Lab. Petunjuk Teknis Pengembangan Konten Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Sharing vision mempunyai penekanan membangun dan mengasah kemampuan. analisis setiap individu. Oleh karena itu, data dan informasi kondisi perusahaan

ARTIKEL ILMIAH PROGRAM PPM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

P nge g rt r ia i n E-Com o m m e m rc r e

Petunjuk Penggunaan e-learning untuk Dosen Versi Dokumen Workshop E-Learning

Perkembangan dunia kepustakawanan. Pertemuan ke 2

Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta I merupakan salah satu unit pelaksana teknis di lingkungan Kementerian Kesehatan yang menyelengarakan

BAB I PENDAHULUAN. pada saat ini, persaingan antar organisasi semakin ketat untuk memberikan

Transkripsi:

TRANSFORMASI DUNIA PERPUSTAKAAN 1 Diao Ai Lien The perceived overabundance of information in 1860 is, of course, insignificant compared with the figures from the 2000 study How much information? (www.sims.berkeley.edu/how-muchinfo/summary.html) that the world s total annual production of print, film, optical and magnetic content would require the equivalent of 250 megabytes per person for every person on earth. Print documents only account for a very small part of the total, but still include 65 million titles, and 2.75 billion book sales a year. (Bundy, 2001) Kutipan tersebut di atas memperlihatkan gambaran tentang era yang kita sedang hidupi bersama sekarang ini dan yang akan lebih mencengangkan lagi di masa-masa mendatang. Pemicunya adalah teknologi informasi dan komunikasi (ICT) yang juga terus berkembang cepat. ICT memungkinkan pekerjaan dilakukan tanpa atau dengan sedikit sekali campur tangan manusia. ICT juga mempermudah dan mempercepat perekaman, pengorganisasian, editing, penelusuran kembali, penyebaran, dan sharing, informasi dan pengetahuan serta sumber-sumbernya (termasuk manusia) dalam bentuk multiformat: tacit, explicit; teks, audio, video, audio-visual, dsb.; tanpa memandang bidang ilmu dan kegiatan. Hal ini memacu terciptanya masyarakat pengetahuan (knowledge society) yang demokratis. Siapa saja bisa mempunyai akses ke sumber-sumber informasi dan pengetahuan, dan bisa dengan mudah mempublikasikan karyanya, di Internet. Siapa saja tanpa memandang status sosial ekonominya bisa berpartisipasi dalam suatu milis. Orang pun menjadi semakin mudah untuk melakukan multi-tasking (beberapa tugas dalam waktu yang sama hanya melalui satu komputer). ICT juga memudahkan orang untuk berpikir dan menuangkan gagasannya secara multi-format dan non-linear. Kemampuan ICT ini juga meningkatkan percepatan cross-breeding informasi dan pengetahuan yang bukan lagi dalam disiplin atau bidang kehidupan yang sama, tetapi juga secara intra- dan bahkan inter-disiplin atau bidang kehidupan. Sebagai akibat dari itu, masyarakat menempatkan informasi dan pengetahuan sebagai asset yang terpenting untuk meraih sukses di segala bidang, bahkan untuk mendapatkan waktu luang yang berkualitas. Itulah sebabnya kita mendengar istilahistilah seperti information society, knowledge society, knowledge economy. Dalam masyarakat informasi atau ekonomi berbasis pengetahuan, keunggulan masyarakat atau kegiatan ekonomi ditentukan oleh sejauh mana suatu keputusan dan tindakan diambil lebih berdasarkan pengetahuan daripada asset lainnya (seperti uang, energi, teknologi, kekuasaan, dsb.). Dengan perkataan lain, ledakan informasi dan pengetahuan serta kemajuan ICT, kedudukan informasi dan pengetahuan dalam information society sebagai asset yang 1 Gabungan antara makalah yang disampaikan dalam Musyawarah Kerja Nasional II dan Seminar Ilmiah Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia (FPPTI), yang diselenggarakan pada tanggal 16-18 September 2003 di Pusat Studi Jepang Universitas Indonesia, Depok; dan makalah yang dipresentasikan dalam Perpustakaan dan Layanan Informasi: Kebutuhan Pengelola Perpustakaan-pengguna dan masyarakat (a Refreshment Training) yang diselenggarakan pada tanggal 3-4 Agustus 2004, di Bandung, kerjasama UPT Perpustakaan ITB dan The British Council.

terpenting untuk meraih sukses di segala bidang, membuat semua pihak melakukan transformasi, kalau tidak mau tertinggal. Perpustakaan sendiri akan diabaikan kalau tidak dapat membantu pengguna lebih daripada kemampuan pengguna dalam memanfaatkan ICT dan informasi. Transformasi adalah perubahan yang bersifat struktural, secara bertahap, total, dan tidak bisa dikembalikan lagi ke bentuk semula (irreversible) (Danabalan, 1999). Dalam arti inilah transformasi perpustakaan dibicarakan, yaitu terutama dari segi fungsi dan fasilitas. Sebagian dari hal ini sudah pernah ditulis dalam Diao (2003). A. TRANSFORMASI FUNGSI Konteks tersebut di atas mengisyaratkan bahwa perpustakaan perlu melakukan transformasi. Dari segi fungsi, perpustakaan harus berusaha memainkan peranan penting dalam menambah nilai pada informasi dan juga pada perpustakaan itu sendiri, kalau tidak mau dikesampingkan oleh pengguna yang semakin dimudahkan oleh ICT dalam mengakses informasi dan pengetahuan. Caranya yaitu dengan melakukan streamlining, ekspansi, dan inovasi. Tabel berikut ini memperlihatkan perubahan fungsi perpustakaan sebelum dan sesudah era Internet. Tabel 1: Transformasi Fungsi Perpustakaan Sebelum Internet Memberikan multi-entry service atau pelayanan yang terpisah untuk pengadaan, pengolahan, transaksi peminjaman, referensi, dsb. Mengumpulkan informasi dan pengetahuan (umumnya tercetak) secara lokal Menjaga koleksi dan akses informasi dan pengetahuan Melayani individu atau kelompok tanpa melihat potensi hubungannya dengan individu atau kelompok lain Memberikan pelayanan di tempat (on site) dan sebatas jam pelayanan Manajemen informasi: memberikan pelayanan sebatas akses informasi dan pengetahuan Sesudah Internet Menyediakan one-stop service: multifunctional librarians serving multi-tasking customers Mengkoleksi dan menyediakan akses ke informasi dan pengetahuan serta sumbersumbernya yang tersebar di seluruh dunia, dalam multi-format (termasuk tacit) Menambah nilai pada informasi dan pengetahuan (adding value) Melayani individu atau kelompok sebagai anggota jaringan Memberikan pelayanan on-line 24 jam Manajemen pengetahuan: memberikan pelayanan bervariasi dan dinamis meliputi seluruh siklus pengetahuan (mulai dari penciptaan, perekaman dan publikasi, penyebaran, penggunaan, dan penciptaan kembali, pengetahuan) Memberikan pendidikan pemakai sebatas mengenai pemanfaatan perpustakaan (library skills and literacy) Meningkatkan information skills and literacy sedemikian rupa sehingga pengguna dapat memanfaatkan ICT untuk mengakses dan memanfaatkan informasi secara kritis; serta merekam,

mempublikasi atau share, pengetahuan dengan efisien. Di samping saling berkaitan, fungsi-fungsi yang baru tersebut belum lengkap daftarnya, karena perpustakaan dalam masyarakat pengetahuan dituntut untuk terus-menerus melakukan inovasi dalam menangkap peluang untuk menambah nilai pada organisasi maupun informasi dan pengetahuan yang ditanganinya. Berikut ini adalah uraian tentang fungsi-fungsi yang baru. Menyediakan One-stop service: multi-functional librarians serving multi-tasking customers ICT memungkinkan pustakawan dan pengguna untuk melakukan multi-tasking di komputer yang sama. Pekerjaan tradisional perpustakaan (yaitu, akuisisi, pengolahan, dan penyebaran informasi; dan juga pengelolaannya) dapat dilakukan melalui satu komputer, dan dengan prosedur yang jauh lebih pendek dibandingkan dengan kalau hal itu dilakukan secara manual dan menyangkut bahan non-elektronik. Seorang pustakawan bisa menerima pesanan untuk mencari informasi suatu topik, melakukan pencarian di dalam dan luar perpustakaan tempat ia bekerja, memesan pada toko buku dan/atau men download dari Internet atau perpustakaan lain, mengolah informasi yang didapatkannya, dan menyampaikannya pada si pemesan, tanpa harus berpindah komputer apalagi melakukan perjalanan ke luar perpustakaan. Pengguna juga dapat melakukan beberapa tugas sekaligus melalui sistem perpustakaan. Waktu mencari suatu informasi, misalnya gender, dia bukan hanya bisa mendapatkan sumber informasi non-personal, tetapi juga nama-nama pengguna yang mempunyai keahlian di bidang ini. Kemudian dia bisa memilih dengan meng klik nya dan berdiskusi dengan orang tersebut. Karya tulis yang dikerjakannya di komputer tersebut dapat juga dia kirimkan ke orang-orang yang dia inginkan masukannya. Dia juga bisa menaruh karya tersebut di database perpustakaan supaya bisa diberi masukan oleh siapa saja. Selain itu, dia juga bisa mencek sudah sejauh mana pesanan buku yang dia ajukan ke perpustakaan ditindaklanjuti, melihat menu makanan di kantin universitas atau jadwal kereta api, dsb. Semuanya ini mudah dilakukan dengan bantuan ICT. Menyediakan Koleksi dan akses informasi dan pengetahuan dalam multi-format Seperti diketahui informasi dan pengetahuan tersaji dalam pelbagai bentuk dan sumber. Di samping teks dan cetakan, ada bahan-bahan multi-media, digital, hypertext, dsb. Perpustakaan perlu menyediakan akses ke semua sumber tersebut, termasuk juga pertemuan dan diskusi formal dan informal Menambah nilai pada informasi dan pengetahuan (adding value) Kebutuhan Informasi dan pengetahuan mempunyai konteks. Nilai informasi dan pengetahuan ditentukan oleh sejauh mana informasi dan pengetahuan yang disajikan sesuai dengan konteks seorang pengguna. Penyediaan akses informasi yang disesuaikan dengan konteks dapat dilakukan melalui pelayanan personalised library, konsultasi, berdasarkan profil pengguna dan informasi tentang tahap dan jadwal kegiatan. Cara yang lain adalah dengan melibatkan pengguna dalam kegiatan

perpustakaan (misalnya, menentukan kata kunci untuk suatu sumber, link ke suatu situs, dsb.). Nilai informasi juga bisa ditingkatkan dengan cara menyediakan akses hanya ke sumber-sumber yang dapat dipercaya kualitasnya. Caranya yaitu dengan, misalnya, membuat portal atau pintu masuk ke sumber-sumber yang sudah diseleksi oleh perpustakaan atau lembaga lain (misalnya: virtual libraries, subject-based gateways). Nilai informasi juga meningkat bila diberikan pada waktu yang tepat, dan dapat digunakan dengan mudah. Secara rinci Skyrme (2002) menyebutkan 10 aspek yang dapat meningkatkan nilai informasi, yaitu, timeliness, accessibility, usability, utility, quality, customised, medium, repackaging, flexibility, dan reusability. Melayani individu atau kelompok sebagai anggota jaringan Kemajuan ICT memudahkan dan mendorong terjadinya kolaborasi di antara orangorang dan kelompok-kelompok yang tidak saling kenal dan dipisahkan oleh jarak dan waktu. Ini berarti, perpustakaan harus membantu individu dalam melakukan pengelolaan pengetahuan dalam konteks jaringan, yaitu dengan cara mendorong dan menyediakan fasilitas untuk mereka terhubung, berbagi pengetahuan dan berkolaborasi, dengan orang-orang di dalam dan luar kelompoknya. Memberikan pelayanan on-line 24 jam Fasilitas perpustakaan digital dan Internet memungkinkan perpustakaan diakses dan digunakan tanpa memandang waktu dan jarak. Hal ini akan menambah nilai pada perpustakaan yang bersangkutan. Manajemen pengetahuan Siklus pengetahuan meliputi penciptaan, perekaman dan organisasi, penyebaran dan akses, penggunaan, dan dilanjutkan dengan penciptaan kembali pengetahuan. Selama ini, perpustakaan (termasuk kajiannya) lebih banyak berfokus pada organisasi (kataloging, dsb.) dan penyebaran (termasuk pencarian informasi). Di samping itu, perpustakaan lebih memperhatikan pengetahuan yang sudah terekam di luar pikiran penciptanya. Padahal banyak pengetahuan yang masih ada dalam kepala (dan belum pernah direkam dalam sumber-sumber informasi yang umumnya dikelola oleh perpustakaan selama ini). Untuk meningkatkan nilainya, perpustakaan harus memfasilitasi dan berpartisipasi pasif maupun aktif dalam manajemen pengetahuan penggunanya. Caranya yaitu dengan melakukan kegiatan dan meyediakan fasilitas yang memudahkan terjadinya keseluruhan proses pengetahuan, misalnya menstimulasi terjadinya diskusi di perpustakaan maupun di milis, merangkum dan membuat resensi diskusi-diskusi tersebut; membantu pengguna untuk melakukan e-publishing, sharing, menyiapkan publikasi dalam pelbagai format (misalnya, menyajikan hasil penelitian dalam bentuk film), mengelola file-file elektroniknya; dsb.

Meningkatkan information skills and literacy Kemajuan pesat ICT memungkinkan akses yang tidak terbatas ke sumber-sumber informasi dan pengetahuan yang tidak semuanya terjamin mutunya. Hal ini dengan sendirinya meningkatkan kebutuhan pengguna akan penguasaan ICT dan kemampuan untuk mengakses (secara fisik dan intelektual), menseleksi, serta mengeksploitasi informasi dan pengetahuan tersebut, sedemikian rupa sehingga membantu terciptanya pengetahuan baru. Untuk itu perpustakaan perlu menyediakan training on site, online, maupun offline untuk information literacy yang di dalamnya juga termasuk ICT literacy. Topiknya meliputi kemampuan untuk mengenali informasi dan teknologi yang dibutuhkan, membangun strategi untuk mencari dan menemukan hal tersebut, mengevaluasi informasi dan sumbernya, mengorganisir dan menggunakannya sehingga berguna untuk menciptakan pengetahuan baru, dan mengkomunikasikannya (SCONUL seperti dikutip oleh Naibaho, 2004) B. TRANSFORMASI FASILITAS ICT Untuk menjalankan fungsi baru tersebut di atas, perpustakaan perlu mengembangkan fasilitas yang lebih dari sekedar perpustakaan digital, yaitu perpustakaan digital dengan fasilitas untuk: 1. menghubungkan orang-orang yang bekerja dengan topik yang sama atau serupa Untuk ini perlu dibuat fasilitas penghubung dengan para ahli yang ada di dalam dan luar kampus, database ahli, dan fasilitas diskusi melalui milis, dan konsultasi on-line atau liwat e-mail. 2. menghubungkan orang dengan informasi, yang terdapat di dalam dan luar kampus Di samping pangkalan data lokal, perpustakaan juga harus menyediakan links dengan sumber-sumber di luar. 3. merekam (capture) jalannya dan hasil pertemuan (termasuk rapat, seminar, kuliah, dsb.) 4. mempublikasi dalam pelbagai format (untuk ini diperlukan misalnya, software untuk video editing, web development, dsb.) 5. meng upload file multiformat bahkan sejak draft pertama, dan mendiskusikan karya yang di úpload tersebut 6. membuat perpustakaan digital pribadi, yaitu dengan fasilitas untuk membuat link dengan sumber-sumber di dalam dan luar perpustakaan menurut kata-kata kunci dan hubungan antar-kata kunci tersebut, yang ditentukan oleh pengguna sendiri 7. membuat modul-modul untuk training literacy skills secara on-line maupun offline

8. merekam semua transaksi yang pernah terjadi antara perpustakaan dan pengguna, sedemikian rupa sehingga perpustakaan dapat memanfaatkan akumulasi pengetahuan ini dengan mudah untuk mempercepat dan meningkatkan mutu pelayanan dan proses pengetahuan. Informasi yang perlu direkam adalah mengenai pengguna (minat, keahlian, publikasi, kegiatan, dsb.), informasi yang pernah dicarinya, dan bagaimana hasilnya; keluhan, kritik, dan usulan yang pernah disampaikannya; bagaimana atau sejauh mana tanggapan perpustakaan mengenai hal-hal tersebut, dan tanggapan pengguna terhadap respons perpustakaan; dst. Hal ini berguna untuk perpustakaan membangun hubungan dengan penggunanya secara individual dan mengantisipasi kebutuhannya. Dengan demikian, perpustakaan menjadi terintegrasi dengan kegiatan penggunanya. Hal ini pada akhirnya akan meningkatkan kebutuhan, kepuasan, dan kepercayaan pengguna akan perpustakaan, serta kemitraan di antara mereka. Gedung Meskipun tingkat penambahan koleksi tercetak tidak akan sebanyak dahulu, hal ini tidak berarti perpustakaan memerlukan ruang yang lebih kecil. Ruang yang lebih banyak perlu disediakan untuk training information skills, peralatan komputer untuk one-stop service, peralatan digitalisasi, ruang pengembangan bahan multimedia yang dibutuhkan pengguna, ruang pertemuan, ruang-ruang untuk menggunakan komputer pribadi, dsb. C. TRANSFORMASI PUSTAKAWAN Sebetulnya yang paling memerlukan dan yang harus pertama kali melakukan transformasi di era pengetahuan ini adalah para pustakawan. Adding value, manajemen pengetahuan, information literacy training, multi-fungsi, dsb.; semuanya ini memerlukan kemampuan yang lebih dari sekedar pengetahuan dan ketrampilan di bidang TI dan bidang-bidang pengetahuan yang digeluti pengguna. Yang terlebih diperlukan adalah kemampuan untuk melihat dan bekerja seperti kupu-kupu di padang bunga pengetahuan atau petani di kebunnya. Ini adalah kemampuan untuk melihat dan memanfaatkan (tepatnya mensinergikan) pelbagai potensi TI dan pengetahuan untuk sebanyak mungkin peningkatan kuantitas dan kualitas siklus pengetahuan. Ini merupakan kemampuan melihat di atas rata-rata pengguna dan kreativitas. Karena itu sebetulnya daftar pekerjaan baru perpustakaan tidak pernah berakhir, dan semuanya berpusat pada memfasilitasi pemanfaatan dan pengembangan pengetahuan. Berikut ini adalah kutipan tentang pustakawan yang dibutuhkan di era digital ini: Holistic librarians with a broad range of competencies and skills are an emerging prerequisite in academic libraries, especially in technology-oriented roles. (Dupuis & Ryan (2002, h5),.

New librarians will come from other backgrounds, and the emphasis will be on leadership, connectivity, innovation and creativity making new and powerful connections increasingly on an individual basis between people and their knowledge needs. (Kempster, 1999, h.201). PENUTUP Kemajuan ICT yang memudahkan dan mempercepat kegiatan pengetahuan mulai dari penciptaan sampai penciptaan kembali pengetahuan, menyebabkan perpustakaan perlu melakukan transformasi dari penjaga ke penambah nilai pada perpustakaan dan informasi, dari koleksi tercetak ke digital, dari pemain pasif ke peserta aktif dan dinamis dalam penciptaan pengetahuan pengguna, dari manajemen informasi ke manajemen pengetahuan, dari training library skills ke information skills. Hal ini memerlukan transformasi pustakawannya terlebih dahulu. Transformasi pustakawan ini terutama menyangkut perluasan pandangannya mengenai posisi dan peranannya dalam peningkatan nilai informasi dan sumber-sumbernya secara terusmenerus, proaktif, dan kreatif. Tentu saja ini memerlukan komitmen bukan hanya dari pustakawan, tetapi terutama juga dari pimpinan tertinggi di organisasi induk.

DAFTAR PUSTAKA Bundy, Alan (2001). The 21st century profession: objects, values, responsibilities. Paper delivered at CPD seminar ALIA Qld Branch 20 June 2001. Ditelusuri tanggal 28 Juli 2004 dari http://www.library.unisa.edu.au/about/papers/21century.htm Danabalan, Hon Dato V. (1999). Knowledge Economy and Knowledge Society - Challenge and Opportunities for Human Resource Management, Buletin JPA Online. Ditelusuri tanggal 31 Juli 2004 dari http://www.jpa.gov.my/buletinjpa/bil2/knowledge_economy_and_knowledge_.htm. Diao, Ai Lien (2003). Perubahan perpustakaan perguruan tinggi dan kebutuhan akan tenaga baru. Makalah yang dipresentasikan di Musyawarah Kerja Nasional II dan Seminar Ilmiah Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia (FPPTI), yang diselenggarakan pada tanggal 16-18 September 2003 di Pusat Studi Jepang Universitas Indonesia, Depok. Dupuis, J. & Ryan, P. (2002). Bridging the two cultures: a collaborative approach to managing electronic resources. Issues in Science and Technology Librarianship, spring. Kempster, G. (1999). Dawning of the age: the horizon for powerful people-centred libraries. Dalam S. Criddle, L. Dempsey, dan R. Heseltine (eds.) Information landscapes for a learning society: networking and the future of libraries 3. An international conference held at the university of bath, 29 june-1 july 1998 (199-204). London: Library Association Publishing. Skyrme, David (2002). Ten ways to add value to your business. Ditelusuri pada tanggal 29 Juli 2004 dari http://www.skyrme.com/pubs/tenways.htm.