PEDOMAN PRAKTIKUM GEOLOGI UNTUK PENGAMATAN BATUAN

dokumen-dokumen yang mirip
REKAMAN DATA LAPANGAN

III.1 Morfologi Daerah Penelitian

Raden Ario Wicaksono/

Besar butir adalah ukuran (diameter dari fragmen batuan). Skala pembatasan yang dipakai adalah skala Wentworth

MENGENAL JENIS BATUAN DI TAMAN NASIONAL ALAS PURWO

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Foto 3.21 Singkapan Batupasir Sisipan Batulempung Karbonan pada Lokasi GD-4 di Daerah Gandasoli

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

RESUME HASIL KEGIATAN PEMETAAN GEOLOGI TEKNIK PULAU LOMBOK SEKALA 1:

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

dan Satuan Batulempung diendapkan dalam lingkungan kipas bawah laut model Walker (1978) (Gambar 3.8).

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Umur GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Metamorfisme dan Lingkungan Pengendapan

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Gambar 2. Lokasi Penelitian Bekas TPA Pasir Impun Secara Administratif (

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III STRATIGRAFI 3. 1 Stratigrafi Regional Pegunungan Selatan

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Bab III Geologi Daerah Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kastowo (1973), Silitonga (1975), dan Rosidi (1976) litologi daerah

BAB II TINJAUAN UMUM

berukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit.

3.2.3 Satuan lava basalt Gambar 3-2 Singkapan Lava Basalt di RCH-9

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III Perolehan dan Analisis Data

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Gambar 3.6 Model progradasi kipas laut dalam (Walker, R. G., 1978).

Geologi dan Studi Fasies Karbonat Gunung Sekerat, Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur.

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 19 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P /

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Geologi Daerah Sirnajaya dan Sekitarnya, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat 27

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Proses Pembentukan dan Jenis Batuan

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Subsatuan Punggungan Homoklin

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

3.2.3 Satuan Batulempung. A. Penyebaran dan Ketebalan

POTENSI BAHAN GALIAN GRANIT DAERAH KABUPATEN TOLITOLI PROVINSI SULAWESI TENGAH

Ciri Litologi

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

KONTROL STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP SEBARAN ENDAPAN KIPAS BAWAH LAUT DI DAERAH GOMBONG, KEBUMEN, JAWA TENGAH

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Umur dan Lingkungan Pengendapan Hubungan dan Kesetaraan Stratigrafi

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 34 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P /

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Letak, Batas, dan Luas Daerah Penelitian. Sungai Oyo. Dalam satuan koordinat Universal Transverse Mercator

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Kecamatan Nunukan, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Timur

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB IV ASOSIASI FASIES DAN PEMBAHASAN

hancuran yang muncul sebagai breksiasi. Tebal batulempung dalam perselingan sangat bervariasi, dari 20 cm hingga 30 cm.

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB IV STUDI BATUPASIR NGRAYONG

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ibukota Jawa Barat berada disekitar gunung Tangkuban Perahu (Gambar 1).

BAB 3 Tatanan Geologi Daerah Penelitian

Foto 3.6 Singkapan perselingan breksi dan batupasir. (Foto diambil di Csp-11, mengarah kehilir).

BAB III GEOLOGI DAERAH BANTARGADUNG

BAB IV GEOMORFOLOGI DAN TATA GUNA LAHAN

BAB II TINJAUAN UMUM

LEMBAR DESKRIPSI PETROGRAFI

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Foto 3.5 Singkapan BR-8 pada Satuan Batupasir Kuarsa Foto diambil kearah N E. Eko Mujiono

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Gambar 3.5 Klasifikasi Batugamping berdasarkan Dunham, 1964 ( Loucks et. Al, 2003)

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sumatera terletak di sepanjang tepi Barat Daya Paparan Sunda, pada perpanjangan

Catatan Kuliah Lapangan Sedimentologi. Parapat Samosir Pusuk Buhit April 2011

PENELITIAN BATUAN ULTRABASA DI KABUPATEN HALMAHERA TIMUR, PROVINSI MALUKU UTARA. Djadja Turdjaja, Martua Raja P, Ganjar Labaik

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB 2 TATANAN GEOLOGI

Tekstur dan Struktur Pada Batuan Sedimen

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

MENENTUKAN BATAS SATUAN BATUAN. Arie Noor Rakhman

Adanya cangkang-cangkang mikro moluska laut yang ditemukan pada sampel dari lokasi SD9 dan NG11, menunjukkan lingkungan dangkal dekat pantai.

Batuan beku Batuan sediment Batuan metamorf

BATUAN PEMBENTUK PERMUKAAN TANAH

Transkripsi:

PEDOMAN PRAKTIKUM GEOLOGI UNTUK PENGAMATAN BATUAN Kegiatan : Praktikum Kuliah lapangan ( PLK) Jurusan Pendidikan Geografi UPI untuk sub kegiatan : Pengamatan singkapan batuan Tujuan : agar mahasiswa mengenali berbagai jenis batuan di lapangan dan mengetahui persebarannya sehingga dapat menjelaskan hubungan genesis batuan tersebut sebagai material yang menyusun litosfer. A. Langkah-langkah Pengamatan : a) Siapkan perlengakapan : Tas, kantong plastik sampel, alat tulis, b) pinsil warna, peta (topografi dan geologi), kamera, kompas, loupe palu geologi, dan larutan HCl 0,1 N. c) Sebutkan lokasi praktikum : Di desa, kecamatan, kab/kota, bagaimana gambaran umum morfologi daerah tersebut dengan mengamati peta topografi d) Lokasi singkapan batuan di plot dalam peta, singkapan batuan insitu, sebutkan dimana menemukan singkapan batuan : Tebing / gawir, lembah sungai, galian sumur, fondasi rumah dll e) Bagaimana kondisi singkapan batuan tersebut : Dalam keadaan lapuk / segar, jika dalam keadaan lapuk amati warna tanahnya dan pelapukan batuan tersebut, lihat vegetasi di sekitarnya. f) Beri nomor pengamatan, jika perlu ambil sample batuan tersebut, buat sketsa yang menggambarkan posisi / letak batuan tersebut dengan yang lainnya.

B. Deskripsi batuan : 1) Untuk batuan beku sifat fisik yang harus diamati adalah : Sebutkan jenisnya (misalkan : Andesit, basal, granit dll), warna batuan dalam keadaan segar dan lapuk, tekstur batuan yang dapat dilihat tanpa alat berhubungan dengan kristalisasi mineral penyusunnya : Afanitik (halus), Fanerik (kasar), Porfitik ( campuran halus dan kasar), Vesikuler (berongga) dan Glasy (tidak mempunyai bentuk kristal) dan sebutkan mineral utama penyusunnya (Kuarsa, feldspar, olivin ) 2) Untuk batuan sedimen jenisnya harus diketahui bersarkan penamaan ukuran butir seperti : Batulempung batulanau, batupasir, breksi, konglomerat, dan sedimen organik batugamping atau penamaan campuran tergantung komposisi yang paling dominan seperti : Batulempung gampingan ( Napal / Marl), batupasir tufaan, batugampin pasiran, batupasir gampingan, batulempung tufaan dll. 3) Untuk mendeskripsi sedimen sungai atau batuan alluvial hanya disebutkan berdasrkan ukuran butirnya saja dari halus sampai kasar seperti : Lempung, lanau, pasir (halus kasar), kerikil, kerakal, bongkah dan sebutkan jenis bongkah yang ada si sungai tersebut misalkan : Andesit, batupasir, breksi, konglomerat dll 4) Sifat fisik yang harus diketahui untuk deskripsi batuan sedimen meliputi : a). Warna utama atau campuran batuan dalam keadaan segar ataupun lapuk seperti coklat kemerahan, kuning kecoklatan dll b). Besar butir / grain size untuk mengetahui jenis batuan sedimen harus mengetahu ukuran butir yang dihasilkan akibat proses fluvial berdasarkan skala Wentworth

Diameter butiran Penamaan Lebih besar dari 256 mm 64 mm 256 mm 4 mm 64 mm 2 mm 4 mm 2 mm 1/16 mm 1/16 mm 1/256 mm Lebih keci dari 1/256 mm Boulder / Bongkah Cobble / Berangkal Pebble / Kerakal Granule / Kerikil Sand / Pasir Silt / Lanau Clay / Lempung Untuk penamaan ukuran pasir dapat dinyatakan lebih rinci lagi yaitu : Berbutirr sangat kasar ( 2 mm 1 mm), berbutir kasar (1 mm 1/2 mm), berbutir sedang (1/2 mm 1/4 mm ), berbutir halus ( 1/4 mm 1/8 mm) dan berbutir sangat halus ( 1/8 mm 1/16 mm). Pada batuan sedimen klastik kasar seperti konglomerat dan breksi yang merupakan batuan yang dibentuk dari percampuran komponen atau fragmen dengan masa dasarnya maka berlaku sifat fisik yang harus diamati c). Pemilahan / Sorting adalah tingkat keseragaman butiran / fragmen istilah istilah yang dipakai terpilah baik (fragmen/butiran seragam ukurannya ) terpilah sedang (fragmen/butiran pada kisaran yang seimbang ukuran kecil dan besar) terpilah baik ( ukuran fragmen/butiran seragam ukurannya). d) Bentuk fragmen / graind shape adalah bentuk dari fragmen breksi atau konglomerat yang dapat dinyatakan dengan istilah membundar baik (well rounded), membundar (rounded), membundar tanggung (sub rounded), menyudut tanggung (sub anggular) dan menyudut (angular).

e) Kemas / Fabric adalah hubungan jarak/ kontak antara satu fragmen dengan fragmen yang lainnya, istilah yang dipakai adalah kemas terbuka jika hubungan antar fragmen saling berjauhan dan kemas tertutup jika hubungan antara fragmen saling berdekatan f) Porositas adalah kemampuan batuan dalam menyerap cairan/air dapat dilakukan dengan meneteskan air diatasnya, istilah yang dipergunakan yaitu porositas baik, sedang dan buruk yaitu dengan melihat kecepatan batuan tersebut menyerap air. g). Kekompakan, istilah yang dipergunakan adalah keras (hard), lunak (soft), padat (dense), getas ( brittle), kompak (compact) dan dapat diremas (friable) h) Kandungan Fosil, jika batuan tersebut mengandung cangkang/pecahan fosil hewan ataupun tumbuhan i) Struktur Sedimen dapat disebutkan yang utama adalah perlapisan, ukur ketebalan, strike (arah) dan dip (kemiringan) lapisan sedimen tersebut. j). Untuk batuan produk erupsi gunungapi sepert lava andesir, breksi vulkanik (breksi yang terbentuk melalui mekanisme letusan terdiri dari fargmen batuan beku yang sejenis seperti andesit dan masa dasarnya adalah tufa) lahar dan endapan tufa (debu vulkanik). Batuan produk gunungapi yang telah mengalami pelapukan dapat terlihat pada warna batuan dan tanahnya, yaitu berwarna kecoklatan, kekuningan atau kemerahan yang mencirikan mineral penyusunnya kaya akan unsur Fe (besi) seperti mineral pirosen, olivin dan amphibol C. Contoh cara pemerian / deskripsi batuan: Pada lokasi ( 12 ) pada tebing Ci Kaso dijumpai singkapan segar batupasir, berwarna abu-abu kehitaman, tekstur kasar, kompak, posositas sedang, bersifat gampingan, mengandung cangkang molusca, stuktur perlapisan jelas ketebalan lapisan 20-25 cm, berselingan dengan batulempung ketebalan 10 15

cm berwarna abu-abu terang, getas (menyerpih),bersifat gampingan, terlipat sedang dengan strike / dip N80E / 30. Di atasnya terdapat breksi berwarna abuabu gelap, kompak, pemilahan sedang, kemas terbuka, fragmen andesit dan batupasir berukuran antara 10 15 cm, menyudut tanggung, vegetasi semak belukar, setempat-setempat terjadi longsoran. Diperkirakan singkapan batuan tersebut dari formasi (sebutkan yang anda ketahui dari peta geologi) Pada lokasi (14) singkapan segar pada tebing jalan breksi vulkanik berwarna coklat gelap, sorting baik, kemas tertutup, masa dasar tufa, komponen andesit berewarna abu-abu terang tekstur porfiritik. Ukuran fragmen antara 20 25 cm, bentuk komponen menyudut. Dalm keadaan lapuk bresi tersebut berwarna coklat kemerahan kekuningan, dilapangan memperlihat morfologi bukit dengan kemiringan lereng terjal, mudah longsor dan vegetasi tanaman perkebunan. Pada lokasi ( 16) singkapan segar pada galian pondasi rumah batuan tufa berwarna putih kekuningan dalam keaadaan lapuk berwarna kuning kecoklatan menjadi tanah liat, banyak mengandung fragmen andesit (tufa lithic) dan batuapung mengandung batang-batang kayu yang terarangkan dilapangan memperlihatkan morfologi perbukitan landai, vegetasi perkebunan teh dan masyarakat memanfaatkan batuan tersebut untuk pondasi rumah.

Gambar di bawah ini memperlihatkan berbagai macam sorting dan bentuk fragmen batuan pada sedimen klastik kasar