ABSTRAK. Yusup Subagio Sutanto Eddy Surjanto, Suradi, A Farih Raharjo SMF Pulmonologi dan Ilmu kedokteran Respirasi RSUD Dr Moewardi/ FK UNS Surakarta

dokumen-dokumen yang mirip
1 Windy D. P. Masengi 2 Elvie Loho 2 Vonny Tubagus.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam Garis Besar Haluan Negara, dinyatakan bahwa pola dasar

PROFIL RADIOLOGIS TORAKS PADA PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI POLIKLINIK PARU RSUD DR HARDJONO-PONOROGO SKRIPSI

Laporan Kasus. Water Sealed Drainage Mini dengan Catheter Intravena dan Modifikasi Fiksasi pada kasus Hidropneumotoraks Spontan Sekunder

DEPT PULMONOLOGI DAN ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI FKUI- RS PERSAHABATAN

Nova Faradilla, S. Ked

BAB 1 PENDAHULUAN. lapisan, yaitu pleura viseral dan pleura parietal. Kedua lapisan ini dipisahkan oleh

Eddy Surjanto, Yusup S Sutanto, Reviono, Yudi Prasetyo, Suradi

PENDAHULUAN ETIOLOGI EPIDEMIOLOGI

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Management of Spontaneous Pneumothorax Sinistra in Elderly

Mulyadi *, Mudatsir ** *** ABSTRACT

Penemuan PasienTB. EPPIT 11 Departemen Mikrobiologi FK USU

PNEUMOTHORAX. Click Oleh to edit Master subtitle style IDRIES TIRTAHUSADA Pembimbing: Dr Haryadi Sp.Rad 4/16/12

BAB I PENDAHULUAN. Efusi pleura merupakan manifestasi penyakit pada pleura yang paling sering

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang merupakan salah satu masalah kesehatan. anak yang penting di dunia karena tingginya angka

UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS

MODUL PULMONOLOGI DAN KEDOKTERAN RESPIRASI BATUK DARAH. Oleh

KANKER PARU MERUPAKAN FAKTOR RISIKO TERJADINYA EFUSI PLEURA DI RUMAH SAKIT Dr. MOEWARDI SURAKARTA. Oleh. Agus Suprijono, Chodidjah, Agung Tri Cahyono

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan masalah kesehatan utama masyarakat di dunia dan. penyebab kematian nomor dua di Amerika Serikat.

BAB I PENDAHULUAN. akhir tahun 2011 sebanyak lima kasus diantara balita. 1

TUBERKULOSIS PADA PASIEN DENGAN HIV AIDS. dr. Bambang Satoto,Sp.Rad(K),M.Kes Departemen Radiology F.K Undip /RSUP Dr Kariadi Semarang

BAB I PENDAHULUAN. ini terdapat diseluruh dunia, bahkan menjadi problema utama di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan semakin tingginya penjanan faktor resiko, seperti faktor pejamu

BAB I PENDAHULUAN. Efusi pleura adalah keadaan dimana terjadi akumulasi cairan yang abnormal. dalam rongga pleura. (Tierney, 2002)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pneumothorax didefinisikan sebagai suat penyakit yang berbahaya seperti

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis sebagian besar bakteri ini menyerang

Patofisiologi Batuk PENDAHULUAN REFLEKS BATUK. Dr. Tjandra Yoga Aditama

Ekspertise Efusi Pleura

STASE ILMU PENYAKIT PARU TINJAUAN PUSTAKA PNEUMOTORAKS LISTIANA MASYITA DEWI,

ANGKA KEJADIAN PENEMUAN TUBERKULOSIS PARU PADA PASIEN BRONKIEKTASIS DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA TAHUN 2012 SAMPAI 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. rangka pemberian pelayanan kesehatan. Dokumen berisi catatan dokter,

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan kematian. Lebih dari satu juta orang per tahun di dunia meninggal

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Tempat dilaksanakannya penelitian adalah di bagian bangsal bedah Rumah

Jadwal Kuliah Blok/ Sistem Respirasi Kelas A Ruang Kuliah LT. 5 Semester Awal Tahun Ajaran 2017/2018

BAB I PENDAHULUAN. tuberculosis. Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri penyebab. yang penting di dunia sehingga pada tahun 1992 World Health

ANALISIS JURNAL PENGARUH LATIHAN NAFAS DIAFRAGMA TERHADAP FUNGSI PERNAFASAN PADA PASIEN

ABSTRAK PROFIL PENDERITA HEMOPTISIS PADA PASIEN RAWAT INAP RSUP SANGLAH PERIODE JUNI 2013 JULI 2014

PERANAN PRAKTEK DOKTER SWASTA DALAM PEMBERANTASAN TB PARU Oleh: Dr. Taufik SpP(K) Bagian Pulmonologi FK Unand/SMF Paru RS Dr M Djamil Padang

PERTOLONGAN GAWAT DARURAT

FAAL PERNAPASAN. Prof. DR. dr. Suradi Sp.P (K), MARS, FISR, Kresentia Anita R., Lydia Arista. Bagian Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan adalah penyakit Tuberkulosis Ekstra Paru di. bagian Ilmu Penyakit Dalam sub bagian Pulmologi

BAB 1 PENDAHULUAN. ditemukan di seluruh dunia dewasa ini (12.6% dari seluruh kasus baru. kanker, 17.8% dari kematian karena kanker).

BAB I PENDAHULUAN. Hemoptisis atau batuk darah merupakan masalah kesehatan yang berpotensi

Susunan Peneliti. a. Nama Lengkap : Dr. Samson Sembiring. d. Fakultas : Kedokteran. e. Perguruan Tinggi : Universitas Sumatera Utara

Karakteristik Hasil Pemeriksaan Bronkoskopi Serat Optik Lentur Pada Penyakit Paru di Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta

Profesi _Keperawatan Medikal Bedah_cempaka

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) masih menjadi penyebab kesakitan dan kematian yang

Keterampilan Klinis PUNGSI PLEURA

Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Bab 4 Batuk dan Kesulitan Bernapas Kasus II. Catatan Fasilitator. Rangkuman Kasus:

1. Batuk Efektif. 1.1 Pengertian. 1.2 Tujuan

Peran ISTC dalam Pencegahan MDR. Erlina Burhan Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI RSUP Persahabatan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Mycobacterium tuberculosis. Tanggal 24 Maret 1882 Dr. Robert Koch

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan yang baik atau kesejahteraan sangat diinginkan oleh setiap orang.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di instalasi rekam medis RSUP Dr. Kariadi

REFLEKSI DIRI MINGGU I

PROFIL PENDERITA HEMOPTISIS PADA PASIEN RAWAT INAP RSUP SANGLAH DENPASAR PERIODE JUNI 2013-JULI 2014

BAB I PENDAHULUAN. mengisi rongga dada, terletak disebelah kanan dan kiri dan ditengah

LAMPIRAN 1. Universitas Sumatera Utara

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN ASMA BRONKHIAL DI RUANG ANGGREK BOUGENVILLE RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Mencapai derajat sarjana S-1. Diajukan Oleh : NURHIDAYAH J FAKULTAS KEDOKTERAN

BAB I PENDAHULUAN. progressif nonreversibel atau reversibel parsial. PPOK terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Asma masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di. dunia dan merupakan penyakit kronis pada sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit menular bergeser ke penyakit tidak menular (noncommunicable

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian...

BAB IV METODE PENELITIAN

Diagnostic Radiology. Thorax-Mediastinum. Disusun oleh JB.Prasodjo.dr.,Sp.Rad. SMF.Ro.FKUNS/RSDM

Profile of Thorax Radiography In Patients With HIV/AIDS. Profil Radiografi Foto Thorax Pada Penderita HIV/AIDS

BAB 1 PENDAHULUAN. hidup manusia dan derajat kesehatan masyarakat dalam aspek pencegahan,

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan desain cross-sectional. Pengambilan data dilakukan secara

BAB 1 PENDAHULUAN. kejadiannya secara internasional diperkirakan lebih dari 3000 orang dalam 1 juta

BAB I PENDAHULUAN. global.tuberkulosis sebagai peringkat kedua yang menyebabkan kematian dari

DEFINISI BRONKITIS. suatu proses inflamasi pada pipa. bronkus

1 Dewi Risnawati 2 Ramli Haji Ali 2 Vonny Tubagus.

NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran. Diajukan Oleh : Hasbullah Kasim J

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kegagalan Penanganan Empiema Tuberkulosis dengan Penyaliran Selang Dada di RS Persahabatan

Asosiasi Gambaran Tingkat Lesi Foto Toraks Penderita Klinis Tuberkulosis Paru dengan Diabetes Melitus Dibandingkan Non Diabetes Melitus

BAB 1 PENDAHULUAN. menyerang lebih dari 25% populasi dewasa. (Smeltzer & Bare, 2001)

KOMUNIKASI TENTANG PASIEN KEPADA DPJP DENGAN METODE SBAR SITUATION BACKGROUND ASSESSMENT RECOMMEDATION

BAB I PENDAHULUAN. SK/XI/2008 tentang pedoman pengendalian Penyakit Paru Obstruktif Kronik,

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat deskriptif dengan metode cross sectional. Pengambilan data dari

BAB I PENDAHULUAN. Pneumonia merupakan infeksi akut di parenkim paru-paru dan sering

BAB I PENDAHULUAN. sebabkan oleh Mycobacterium tuberkulosis yang sampai saat ini menjadi masalah

INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT

Hubungan antara Penyakit Paru Obstruktif Kronik Eksaserbasi Akut dengan Hasil Kultur Sputum Bakteri pada Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. denyut/menit; 3. Respirasi >20/menit atau pa CO 2 <32 mmhg; 4. Hitung leukosit

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya penurunan absorbsi cairan. Efusi dapat ditimbulkan oleh berbagai

BAB 4 METODE PENELITIAN

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Karakteristik Pasien PPOK Eksaserbasi Akut

ABSTRAK ANGKA KEJADIAN KANKER PARU DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2010

D. KANDOU MANADO PERIODE 1 JANUARI DESEMBER

BAB I PENDAHULUAN. jantung, seorang pasien harus memiliki tampilan berupa gejala gagal. gangguan fungsi struktur atau fungsi jantung saat istirahat.

BAB I PENDAHULUAN. kedua pleura pada waktu pernafasan. Penyakit-penyakit yang dapat

Jadwal Kuliah Blok/ Sistem Respirasi Kelas C Ruang KuliahGA. 301(Lantai 3) Semester Awal Tahun Ajaran 2017/2018

BAB I PENDAHULUAN. infeksi yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia. Tuberculosis menyebabkan 5000 kematian perhari atau hampir 2 juta

Transkripsi:

ABSTRAK Yusup Subagio Sutanto Eddy Surjanto, Suradi, A Farih Raharjo SMF Pulmonologi dan Ilmu kedokteran Respirasi RSUD Dr Moewardi/ FK UNS Surakarta Tuberkulosis paru sebagai penyebab tertinggi kasus pneumotoraks di bangsal paru RSUD Dr Moewardi (RSDM) Surakarta tahun 2009. Latar Belakang: Pneumotoraks merupakan suatu kegawatan di bagian paru. Pneumotoraks spontan merupakan jenis pneumotoraks yang paling sering terjadi. Tuberkulosis paru merupakan penyebab pneumotoraks spontan sekunder tertinggi di beberapa negara berkembang. Prevalensi TB paru yang masih tinggi di Indonesia merupakan faktor penyebab terjadinya PSS berhubungan dengan kasus TB paru. Metode: Merupakan penelitian deskriptif retrospektif dengan menggunakan total sampling. Sampel diambil dari catatan medis dan resume perawatan sejak 1 Januari 2009 31 Desember 2009. Hasil: Total 39 sampel kasus pneumotoraks terdiri 25 pasien laki-laki (64,10%) dan 14 pasien perempuan (35,90%) dengan rerata umur 49,13 tahun. Pneumotoraks spontan primer 3 pasien (7,69%) PSS 35 pasien (89,75%) dan 1 pasien pneumotoraks artifisial (2,56%). Penyebab PSS tertinggi tuberkulosis 18 pasien (46,15%), keganasan 13 pasien (33,33%), Pneumonia 3 pasien (7,69%), PPOK 1 pasien (2,56%). Tuberkulosis paru aktif terdapat 15 pasien (83,3%) terdiri TB paru BTA (+) 5 pasien (33,33%) dan TB paru BTA (-) 10 pasien (66,67%). Pneumotoraks paru kanan 25 pasien (64,11%) paru kiri 13 pasien (33,33%) dan 1 pasien (2,56%) pneumotoraks bilateral. Pengembangan paru sempurna terdapat 20 pasien (51,28%) mengembang sebagian 19 pasien (48,72%). Kesimpulan: Tuberkulosis paru di RSDM sebagai penyebab tertinggi kasus pneumotoraks. Hal ini terjadi akibat Indonesia adalah negara dengan kasus TB tertinggi ketiga di dunia. Kata kunci: Pneumotoraks, tuberkulosis, keganasan Singkatan: PSS = pneumotoraks spontan sekunder, PPOK = Penyakit paru obstruktif kronik. Pendahuluan Pneumotoraks adalah kondisi rongga pleura terisi udara. 1-4 Istilah pneumotoraks dikemukakan oleh Itard pada tahun 1806 kemudian Laenec pada tahun 1819 menggambarkan secara klinis tentang pneumotoraks. Sebelum obat anti tuberkulosis ditemukan, pneumotoraks merupakan salah satu cara pengobatan tuberkulosis paru. 5 Pneumotoraks dapat dibagi berdasarkan atas penyebab antara lain : pneumotoraks spontan, pneumotoraks traumatik dan pneumotoraks iatrogenik. 6 Pneumotoraks spontan merupakan jenis pneumotoraks yang paling banyak ditemukan dengan kecenderungan semakin meningkat. 5 Pneumotoraks spontan sekunder (PSS) terjadi oleh karena pecahnya bleb yang berada di sub pleura viseralis dan sering ditemukan di daerah apeks

lobus superior dan inferior. Terbentuknya bleb akibat perembesan udara melalui alveoli yang dindingnya ruptur kemudian melalui jaringan intersisial ke lapisan jaringan ikat yang berada di sub pleura viseralis. 1,6 Sebab pecahnya dinding alveolus ini belum diketahui dengan pasti, diduga ada dua faktor yaitu penyakit paru dan peningkatan tekanan intraalveolar akibat batuk. 7 Komplikasi penyakit paru seperti pneumonia, abses paru, tuberkulosis paru, asma, PPOK, keganasan paru dan penyakit interstisial paru dapat mengakibatkan pneumotoraks. 6 Faktor keganasan sebagai penyebab pneumotoraks adalah melalui mekanisme invasi tumor, nekrosis tumor, efek mekanis, infeksi dan instrumentasi. 8 Istilah pneumothorax ex vacuo dikenal karena terjadi akibat evakuasi cairan efusi pleura sehingga terjadi kolap lobus akut akibat obstruksi bronkhial akut dan bukan sebagai pneumotoraks artifisial. 9 Metode Sumber data diperoleh dari catatan medis dan resume perawatan sejak 1 Januari 2009 31 Desember 2009. Merupakan suatu penelitian deskriptif retrospektif. Diagnosis pneumotoraks berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan radiologis menggunakan foto toraks. Gambaran avaskuler dan pleural line pada foto toraks mendukung diagnosis pneumotoraks. Foto toraks dibaca oleh ahli radiologi yang berpengalaman. Penyakit dasar penyebab pneumotoraks seperti: tuberkulosis, keganasan paru, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), pneumonia dan penyakit lain ditentukan oleh ahli paru berdasarkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Hasil Kasus pneumotoraks 39 kasus terdiri 25 pasien laki-laki (64,10%), 14 pasien perempuan (35,90%) dengan rerata umur 49,13 tahun (tabel 1). Berdasarkan atas penyebab pneumotoraks, dibedakan menjadi pneumotoraks spontan primer (PSP) 3 pasien (7,69%) pneumotoraks spontan sekunder (PSS) 35 pasien (89,75%) pneumotoraks artifisial 1 pasien (2,56%) dan tidak ada kasus pneumotoraks traumatik. Tabel 1. Distribusi kasus pneumotoraks berdasarkan usia Usia (tahun) Laki-laki Perempuan 15 0 (0%) 1 (2,56%) 16-25 1 (2,56%) 2 (5,13%) 26-35 4 (10,26%) 0 (0%) 36-45 3 (7,69%) 1 (2,56%) 46-55 6 (15,38%) 7 (17,95%) 56-65 6 (15,38%) 3 (7,69%) >65 5 (12,82%) 0 (0%) Jumlah 24 (64,10%) 14 (35,90%) Rerata (tahun) 51,28 45,29

Penyebab 35 kasus PSS mulai dari yang paling besar adalah tuberkulosis 18 pasien (46,15%), keganasan 13 pasien (33,33%), pneumonia 3 pasien (7,69%), PPOK 1 pasien (2,56%). Tuberkulosis paru aktif terdapat 15 pasien (83,3%) TB paru BTA (+) 5 pasien (33,33%) dan TB paru BTA (-) 10 pasien (66,67%). Tabel 2 menunjukan berbagai penyebab PSS. Letak lesi dari 39 kasus pneumotoraks lebih banyak pada paru kanan 25 pasien (64,11%) dibandingkan dengan paru kiri 13 pasien (33,33%) dan 1 pasien (2,56%) pneumotoraks bilateral. Pada laki-laki prosentase pneumotoraks kanan 62,5% sedangkan pada perempuan prosentase pneumotoraks kanan sama besarnya yaitu 66,67%. Prosentase pneumotoraks kiri 33,33% dan pneumotoraks bilateral 2,56%. Tabel.2 Penyebab pneumotoraks spontan sekunder Penyebab Jumlah Prosentase Tuberkulosis 18 51,43% Aktif 15 42,86% BTA(+) 5 14,29% BTA (-) 10 28,57% Bekas TB 3 8,57% Keganasan 13 37,14% Ca Paru 4 11,43% Tumor Mediastinum 1 2,86% Metastasis di paru 1 2,86% Belum terdiagnosis 7 20,0% Pneumonia 3 8,57% PPOK 1 2,86% Jumlah 35 100% Pengembangan paru dari 39 kasus pneumotoraks setelah pemasangan sistem water seal drainage (WSD) dari 38 kasus pneumotoraks didapatkan paru mengembang sempurna 19 kasus (50%), mengembang sebagian 19 kasus (50%) dan 1 kasus mengembang sempurna dengan konservatif. Diskusi Pneumotoraks merupakan kegawatan paru. Angka kejadian PSP di Inggris laki-laki 24 per 100.000 penduduk dan perempuan 9,8 per 100.000 penduduk per tahun. 1 Kasus pneumotoraks lebih sering terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan. Penelitian Khan dkk dikutip dari 6 di Pakistan kasus pneumotoraks laki-laki 63,58% dan perempuan 36,42%, sesuai penelitian kami dapatkan kasus pneumotoraks laki-laki 64,10% dan perempuan 35,90% dengan rerata umur 49,13 tahun. Penyebab pneumotoraks di negara barat paling banyak adalah PPOK 69%, tumor 18%, Sarkoidosis 5%, tuberkulosis 2%, Infeksi paru lain 3% serta sisanya adalah penyakit lain. C Sedangkan penelitian di Pakistan oleh Khan dkk dikutip dari 6 Tuberkulosis merupakan penyebab tertinggi pneumotoraks. Selain dikutip dari 10 itu penelitian di Jepang oleh Nakamura dkk menyebutkan bahwa penyebab tertinggi pneumotoraks pada perempuan adalah tuberkulosis sebesar 54%. Kasus tuberkulosis di negara barat sangat rendah sehingga tuberkulosis bukan sebagai penyebab tertinggi kasus pneumotoraks. Namun di negara Asia dan negara berkembang tuberkulosis menempati peringkat pertama sebagai penyebab pneumotoraks, seperti pada penelitian kami urutan 35 kasus PSP

mulai dari yang paling besar adalah tuberkulosis 18 (46,15%), keganasan 13 (33,33%), Pneumonia 3 (7,69%), PPOK 1 (2,56%). dikutip dari 6 Letak lesi pneomotoraks di Pakistan yang diteliti oleh Khan dkk lesi kanan lebih banyak dibandingkan lesi kiri yaitu 56,3% dibanding 43,7%. Sesuai dengan penelitian kami dari 39 kasus pneumotoraks lebih banyak pada paru kanan 26 kasus (66,67%) dibandingkan dengan paru kiri 13 kasus (33,33%).. Pada laki-laki maupun perempuan prosentase pneumotoraks kanan sama besarnya yaitu 66,67%. Lesi lebih banyak di paru kanan kemungkinan berkaitan dengan bentuk anatomis bronkus kanan yang lebih besar dan tegak dibandigkan dengan bronkus kiri. Pengembangan paru dari 39 kasus pneumotoraks setelah pemasangan sistem water seal drainage (WSD) dari 38 kasus pneumotoraks didapatkan paru mengembang sempurna 19 kasus (50%), mengembang sebagian 19 kasus (50%) dan 1 kasus mengembang sempurna dengan konservatif. Jumlah kasus pneumotoraks yang tidak mengembang setelah tindakan WSD masih cukup besar disebabkan oleh terjadinya penebalan pleura viceralis dan tindakan yang belum optimal akibat banyak pasien yang pulang paksa dengan alasan biaya. Kesimpulan Tuberkulosis paru sebagai penyebab PSS yang tersering. Hal tersebut mencerminkan insidensi dan prevalensi TB paru masih cukup tinggi, karena pneumotoraks merupakan salah satu komplikasi dari tuberkulosis paru. Sehingga menjadi perhatian bersama untuk dilakukan pencegahan dan pengobatan TB yang tuntas di negara berkembang seperti Indonesia. DAFTAR PUSTAKA 1. Light RW, Lee YCG. Pneumothorax, Chylothorax, Hemothorax and Fibrothorax. In: Murray and Nadel s Textbook of Respiratory Medicine. Editors: Mason RJ, Broaddus VC, Murray JF, Nadel JA. 4 th Eds. Pennsylvania. Elsevier Saunders 2005. p. 1961-82 2. Gupta D, Hansell A, Nichols T, Duong T, Ayres JG, Strachan D. Epidemiology of pneumothorax in England. Thorax 2000; 55: 666 71 3. Weissberg D, Refaely Y. Pneumothorax experience with 1,199 patients. Chest 2000; 117;1279-85 4. Tschopp JM, Porta RR, Noppen M, Astoul P. Management of spontaneous pneumothorax: State of the art. Eur Respir J 2006; 28: 637 50 5. Sahn SA, Heffner JE. Spontaneous pneumothorax. NEJM 2000; 342(12): 868-74 6. Khan N, Jadoon H, Zaman M, Subhani A, Khan AR, Ihsanullah M. Frequency and management outcome of pneumothorax patients. J Ayub Med Coll Abbottabad 2009; 21(1): 122-4 7. Alsagaff H, Mukti A. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru. Airlangga University Press.edisi 2. Surabaya: 2002. 8. Srinivas1 S, Varadhachary G. Spontaneous pneumothorax in malignancy: A case report and review of the literature. Annals of Oncology 2000; 11: 887-9 9. Woodring JH, Baker MD, Stark P. Pneumothorax ex vacuo. Chest 1996; 110: 1102-5

10. Nakamura H, Konishiike J, Sugamura A, Takeno Y. Epidemiology of spontaneous pneumothorax in women. Chest 1986; 89; 378-82