BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan roda pemerintahan daerah sesuai dengan Undang-Undang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Republik Indonesia terdiri dari daerah-daerah yang tersebar di

bantuan hukum, pengkajian hukum serta dokumentasi,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 33 TAHUN 2011 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 33 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

WALIKOTA BATAM PERATURAN WALIKOTA BATAM NOMOR : 62 TAHUN 2012

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA BAGIAN HUKUM SETDA KOTA SALATIGA TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan Otonomi Daerah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23

RANCANGAN BUPATI BANTUL PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 38 TAHUN 2016 TENTANG

pembinaan permasalahan hukum serta pelayanan dokumentasi hukum.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 103 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. perombakan struktural dalam cara dan sumber kehidupan yang berakibat

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GAMBARAN UMUM BIRO HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI BALI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BURU NOMOR 05 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 06 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BUPATI BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 4 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT

GUBERNUR SUMATERA BARAT

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG

PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TENGAH NOMOR : 2 TAHUN 2001 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 48 TAHUN 2016

DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH ( DPA SKPD )

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI BANTEN TAHUN

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR : 5 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN SUBANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 02 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH DAERAH KOTA SAMARINDA

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 59 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH ( DPA SKPD )

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI JENEPONTO PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR 02 TAHUN 2014 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

BUPATI BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

PEMERINTAH PROVINSI RIAU

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA KOTAMOBAGU NOMOR 01 TAHUN 2007

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan melalui tiga asas yaitu desentralisasi, dekosentrasi dan tugas

BAB II BIRO KEUANGAN SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA. pemerintahan yang bernama Gouverment van Sumatera, yang meliputi

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PROSEDUR PENYUSUNAN PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN PROFIL ORGANISASI SEKRETARIAT DEWAN KOTA SALATIGA TAHUN 2017

PROVINSI RIAU BUPATI KEPULAUAN MERANTI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 07 TAHUN 2014 TENTANG

Tugas Dari Biro Administrasi Pembangunan

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. bentuk negara kesatuan ini maka penyelenggaraan pemerintahan pada prinsipnya

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah di Indonesia telah membawa

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 43 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR : 4 TAHUN 2008 TENTANG POLA ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN SUBANG

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

Gubernur Jawa Barat DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SINJAI TAHUN

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR : 5 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PROVINSI BANTEN

1 SALINAN GUBERNUR PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. untuk kepentingan masyarakat, demikian juga halnya dengan daerah-daerah yang

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

DIN PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG

DAFTAR ISI. Halaman Judul Surat Keputusan Kepala Dinas Pendidikan

RINGKASAN RENSTRA SEKRETARIAT DAERAH KOTA TANGERANG PERIODE

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2008

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2008

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA STRATEGIS WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI PROVINSI BALI

PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 41 TAHUN

KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN, REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR

Membanguan Keterpaduan Program Legislasi Nasional dan Daerah. Oleh : Ketua Asosiasi DPRD Provinsi Seluruh Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. cita-cita nasional yaitu; untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI BANTEN

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah Daerah mempunyai kewenangan untuk menata dan melaksanakan roda pemerintahan daerah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Pemerintahan Daerah. Di antarnya melaksanakan tugas-tugas yang berhubungan dengan kebijakan dan produk hukum dalam rangka untuk melaksanakan otonomi daerah. Dalam menata kebijakan dan pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan daerah senantiasa harus berpedoman pada suatu aturan perundang-undangan yang menjadi payung hukum dalam melaksanakan kebijakan dan tugas-tugas pemerintahan tersebut, yakni dalam bentuk peraturan daerah. Demikian juga halnya pada Pemerintah Provinsi Riau, dalam melaksanakan tugas-tugas pemerintahan daerah tentunya berdasarkan kepada peraturan daerah yang sudah disetujui bersama antara DPRD dengan Gubernur, yang digunakan sebagai pedoman untuk melaksanakan program pemerintahan daerah Pemerintah daerah dalam mengurus rumah tangganya sendiri dapat melakukan berbagai program yang bertujuan untuk memajukan dan mensejahterakan masyarakat bersama-sama dengan DPRD, termasuk dalam membuat dan merumuskan Peraturan Daerah (Perda) sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan yang terjadi dalam masyarakat. 1

2 Legislasi atau pembentukan peraturan daerah merupakan proses perumusan kebijakan publik. Sehingga peraturan daerah yang dihasilkan dapat pula dilihat sebagai suatu bentuk formal dari suatu kebijakan publik. Sebagai suatu kebijakan publik, maka substansi dari peraturan daerah memuat ketentuan yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat yang terkait dengan materi yang diatur. Dalam hal ini, jelas peran yang dilakukan oleh anggota DPRD adalah merumuskan kebijakan publik. Melalui kebijakan tersebut, DPRD telah melakukan salah satu fungsi negara, yaitu mewujudkan distributive justice. Melalui kewenangan tersebut DPRD mengartikulasikan dan merumuskan berbagai kepentingan kelompok masyarakat yang menjadi sasaran dari peraturan atau undang-undang yang dibuat. 1 Pembentukan peraturan daerah sesuai dengan ketentuan yang berlaku dapat berasal dari pemerintah daerah, dan dapat pula dari DPRD yang berupa inisiatif dari DPRD dalam rangka untuk menampung aspirasi dan kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu pemerintah daerah dan DPRD merupakan perangkat daerah yang saling bermitra dalam menentukan kebijakan yang berhubungan dengan kebutuhan masyarakat. Peraturan daerah yang dibentuk tersebut merupakan payung hukum bagi pelaksanaan kewenangan yang dilimphkan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah. Daerah dalam 1 http://eprints.undip.ac.id/27919/1/skripsi_indah_mustika_dewi 28 29.pdf h. 34.

3 mengurus rumah tangganya sendiri harus menggunakan aturan yang jelas agar tidak menyalahi ketentuan yang berlaku. 2 Pemerintah Provinsi Riau sebagai daerah otonom diberi kewenangan untuk mengelola dan menafaatkan sumber daya alam yang tersedia, yang dipergunakan untuk kemakmuran rakyat secara keseluruhan, berbagai bidang dapat dikelola dalam rangka untuk menambah pendapatan daerah, yang dalam pelaksanaannya harus menggunakan payung hukum yang disebut dengan Peraturan Daerah (Perda). Pemerintah Provinsi Riau telah mengeluarkan dan mengundangkan dalam lembaran daerah Peraturan Daerah dengan berbagai bidang. Hal ini tentunya bertujuan untuk memberdayakan suber daya yang tersedia pada Pemerintah Provinsi Riau. Dalam pembentukan peraturan daerah tersebut merupakan fungsi dari Biro Hukum dan HAM Daerah Pemerintah Provinsi Riau, yaitu untuk melakukan hal-hal sebagai berikut: 1. Penyelenggara perumusan kebijakan pada Bagian Produk Hukum Provinsi, Bagian Pembinaan dan Pengawasan produk hukum Kabupaten/Kota dan penyuluhan hukum, Bagian Bantuan Hukum dan Hak Asasi Manusia, Bagian Dokumentasi dan naskah hukum daerah. 2. Penyelenggaraan koordinasi dan fasilitasi pada Bagian Produk Hukum Provinsi, Bagian pembinaan penyelenggaraan koordinasi dan fasilitasi pada Bagian Produk Hukum Provinsi, Bagian Pembinaan Pengawasan Produk 2 Konsideran Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

4 Hukum Kabupaten/Kota dan penyuluhan hukum, Bagian Bantuan Hukum dan Hak Asasi Manusia, Bagian Dokumentasi dan naskah hukum daerah. 3. Penyelenggaraan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pada Bagian produk hukum Provinsi, bagian pembinaan dan pengawasan produk hukum Kabupaten/Kota dan penyuluhan hukum, Bagian bantuan hukum dan hak asasi manusia, bagian dokumentasi naskah hukum daerah. 3 Fungsi dari Biro Hukum dan HAM Sekretariat Daerah Pemerintah Provinsi Riau sebagaimana dijelaskan dalam Peraturan Gubernur Riau Nomor 10 Tahun 2015 tentang Rincian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah Provinsi Riau terlihat, bahwa semua peraturan daerah yang telah disahkan oleh DPRD dan Gubernur harus disosialisasikan kepada masyarakat kabupaten dan kota yang ada di Provinsi Riau. Dalam implementasinya tidak semua peraturan daerah yang diundangkan tersebut dapat dilaksanakan sesuai dengan maksud dan tujuannya, berbagai hal dapat menjadi hambatan dalam pelaksanaan peraturan daerah tersebut. Apalagi yang berhubungan dengan kewajiban masyarakat yang harus dipenuhi dalam peraturan daerah tersebut. Peraturan daerah yang mengatur tentang hal-hal yang berhubungan dengan kewajiban masyarakat untuk membayar sejumlah uang memang tidak mudah untuk diterapkan, karena masyarakat tidak dapat menerima begitu saja apa yang menjadi kebijakan dari pemerintah Provinsi Riau tersebut. 3 Ekspos Kepala Biro Hukum dan HAM Setda Provinsi Riau, 26 Agustus 2015

5 Oleh karena itu memang suatu produk peraturan daerah perlu dilakukan pengujian, dan sosialisasi kepada masyarakat, apakah suatu produk perda tersebut dapat diterima masyarakat atau tidak. Peraturan daerah yang dikeluarkan tersebut tidak hanya menjadi kemauan dari pemerintah daerah sendiri, tetapi juga harus menerima masukan dari berbagai pihak agar dalam pelaksanaannya dapat diterima oleh semua pihak. Dari berbagai hal yang ditemui dilapangan tersebut penulis merasa tertarik untuk mengkaji persoalan ini dalam suatu penelitian, agar nantinya dapat memberikan kontribusi kepada pihak-pihak yang terkait dalam merumuskan suatu peraturan daerah, dengan mengambil judul penelitian: Pelaksanaan Sosialisasi Peraturan Daerah oleh Biro Hukum dan Ham Pada Pemerintah Provinsi Riau. B. Batasan Masalah Dalam melakukan penelitian ini penulis membatasi pada permasalahan yang berhubungan dengan sosialisasi peraturan daerah yang dilakukan oleh Biro Hukum dan HAM Pemerintah Provinsi Riau terutama yang berhubungan dengan kendala dan upaya yang dilakukan dalam melakukan sosialisasi terhadap peraturan daerah tersebut. C. Rumusan Masalah Sehubungan dengan latar belakang dan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

6 1. Bagaimana pelaksanaan sosialisasi peraturan daerah yang dilakukan oleh Biro Hukum dan HAM Pemerintah Provinsi Riau? 2. Apa hambatan dalam pelaksanaan sosialisasi Peraturan Daerah oleh Biro Hukum dan HAM Pemerintah Provinsi Riau? 3. Apa upaya yang dilakukan oleh Biro Hukum dan HAM dalam mengatasi hambatan tersebut? D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai penulis dalam penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui pelaksanaan sosialisasi peraturan daerah oleh Biro Hukum dan HAM Pemerintah Provinsi Riau. b. Untuk mengetahui hambatan dalam pelaksanaan sosialisasi peraturan daerah oleh Biro Hukum dan HAM Pemerintah Provinsi Riau. c. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan oleh Biro Hukum dan HAM dalam mengatasi hambatan tersebut. 2. Kegunaan Penelitian a. Untuk menambah dan memperluas pengetahuan penulis, baik secara teoritis maupun secara praktek yang berhubungan dengan masalah sosialisasi peraturan daerah b. Sebagai salah satu sumber bacaan dan informasi bagi rekan-rekan mahasiswa dalam penelitian berikutnya yang masih berkaitan dengan penelitian ini.

7 c. Penelitian ini sebagai pelengkap tugas dan syarat untuk meraih gelar Sarjana Hukum (SH) pada Fakultas Syariah dan Hukum UIN Suska Riau Pekanbaru. E. Metode Penelitian 1. Jenis dan Sifat Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian hukum sosiologis. Penelitian hukum sosiologis adalah penelitian yang dilakukan langsung ke lapangan dengan mengumpulkan data primer untuk menjawab menjawab permasalahan yang diteliti, dengan menggunakan alat pengumpul data berupa angket dan wawancara. Sedangkan sifat dari penelitian ini adalah deskriptif, artinya menggambarkan mengenai pelaksanaan sosialisasi peraturan daerah oleh Biro Hukum dan HAM Pemerintah Provinsi Riau 2. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada Biro Hukum dan HAM Pemerintah Provinsi Riau. Alasan pengambilan lokasi ini adalah berhubungan dengan permasalahan dalam melakukan sosialisasi terhadap peraturan daerah, karena banyak peraturan daerah yang telah diundangkan dalam lembaran daerah tetapi belum disosialisasikan kepada masyarakat. 3. Populasi dan Sampel. Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah Kepala Biro Hukum 1 orang, serta Kepala Bagian, Kepala Bagian, dan Kepala Sub Bagian sebanyak 16 orang. Oleh karena populasi tidak terlalu banyak, maka

8 penulis mengambil seluruh populasi tersebut sebagai sampel dalam penelitian ini dengan metode total sampling. 4. Sumber Data. a. Data Primer yaitu data yang diperoleh dari responden yang berhubungan dengan sosialisasi peraturan daerah kepada masyarakat. b. Data Skunder yaitu data yang diperoleh dari bahan-bahan kepustakaan seperti buku-buku, undang-undang, dan pendapat para ahli yang terkait dalam penelitian ini. 5. Tehnik Pengumpulan Data. Adapun yang menjadi metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah: a. Observasi, yaitu turun langsung kelapangan, melihat kondisi yang ada yakni yang berhubungan dengan penertiban dalam masyarakat. b. Wawancara, yaitu mengadakan tanya jawab secara langsung kepada informan tentang masalah yang diteliti, yakni dengan Kepala Biro Hukum, Kepala Bagian, dan Kepala Sub Bagian. c. Angket, yaitu mengajukan daftar pertanyaan kepada responden. Artinya sampel diberikan kesempatan yang seluas-luasnya untuk memberikan jawaban tentang sosialisasi peratutan daerah pada masyarakat. d. Studi kepustakaan, yaitu kajian terhadap teori-teori dan buku-buku yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti.

9 6. Metode Analisa Data. Dalam menulis dan membahas permasalahan, penulis mengutamakan metoda analisa data, sebagai berikut: a. Deduktif, yaitu dengan cara berfikir yang diawali dengan pengumpulan data yang bersifat umum, kemudian diuraikan dan dijelaskan serta mengambil kesimpulan yang bersifat khusus. b. Induktif, yaitu menarik kesimpulan dari yang bersifat khusus kepada yang umum. F. Sistematika Penulisan BAB I : Pendahuluan, yang terdiri dari Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Batasan Masalah, Tujuan dan Kegunaan Penelitian, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan. BAB II: Tinjauan Umum tentang Biro Hukum Setda Provinsi Riau, yang terdiri dari gambaran tentang Biro Hukum Setda Provinsi Riau, struktur organisasi Biro Hukum, dan Visi Misi Biro Hukum BAB III: Tinjauan Teoritis, yang terdiri dari Pemerintah Daerah, Asas-asas Pemerintahan Daerah, dan Kewenangan Pemerintahan Daerah. BAB IV: Hasil Penelitian dan Pembahasan, yang terdiri dari pelaksanaan sosialisasi peraturan daerah oleh Biro Hukum Setda Provinsi Riau, hambatan dalam pelaksanaan sosialisasi peratutan daerah, dan upaya yang dilakukan oleh Biro Hukum dalam mengatasi hambatan tersebut. BAB V: Kesimpulan dan Saran