BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR. Mulai. Studi Literatur. Gambar Sketsa. Perancangan Desain. Penentuan dan Pembelian Komponen.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

LAPORAN PROYEK AKHIR DESAIN DAN ANALISIS RANGKA PADA MESIN HOLE POST AUGER

BAB III PROSES PERANCANGAN DAN GAMBAR

RANCANG BANGUN MESIN PEMBUAT TEPUNG SINGKONG

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

RANCANG BANGUN BAGIAN RANGKA PADA MESIN CHASSIS ENGGINE TEST BED

RANCANG BANGUN MESIN ROL STRIP PLAT (RANGKA) PROYEK AKHIR

KONSTRUKSI RANGKA PADA MESIN PENGHANCUR SAMPAH PLASTIK RUMAH TANGGA

RANCANG BANGUN MESIN PENGIRIS BAWANG BAGIAN PERHITUNGAN RANGKA

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Tumpuan Rol

RANCANG BANGUN MESIN PRESS SERBUK KAYU (RANGKA)

DESAIN DAN ANALISIS RANGKA LENGAN CNC SUMBU Y PADA HYBRID POWDER SPRAY CNC 2 AXIS

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN

RANCANG BANGUN MESIN PENANAM PADI ( RANGKA)

LAPORAN PROYEK AKHIR DESAIN DAN ANALISIS RANGKA LENGAN CNC SUMBU Z PADA PC BASED CNC MILLING MACHINE

RANCANG BANGUN MESIN PEMIPIL JAGUNG DENGAN KAPASITAS PRODUKSI 7KG / MENIT UNTUK USAHA KECIL MENENGAH ( RANGKA & POROS )

RANGKA SEPEDA MOTOR LISTRIK GENERASI II

RANCANG BANGUN MESIN COPY CAMSHAFT (SISTEM RANGKA)

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN MESIN PEMOTONG KRUPUK RAMBAK KULIT ( Rangka )

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

RANCANG BANGUN BAGIAN RANGKA MESIN PENEPUNG SINGKONG

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

RANCANG BANGUN BAGIAN RANGKA PADA MESIN PERONTOK PADI PROYEK AKHIR

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. Berikut adalah data data awal dari Upper Hinge Pass yang menjadi dasar dalam

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Mesin CNC turning

Gambar 3.1. Diagram Alir Perancangan Mesin Pengupas Kulit Kentang

Mulai. Pengumpulan Data

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

RANCANG BANGUN POROS DAN ULIR DAYA MESIN HOLE POST AUGER PROYEK AKHIR

BAB III PEMBUATAN DAN GAMBAR

11 Firlya Rosa, dkk;perhitungan Diameter Minimum Dan Maksimum Poros Mobil Listrik Tarsius X3 Berdasarkan Analisa Tegangan Geser Dan Faktor Keamanan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ENGINE STAND. hasilnya optimal dan efisien dari segi waktu, biaya dan tenaga. Dalam metode

PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN CONNECTING ROD DAN CRANKSHAFT MESIN OTTO SATU SILINDER EMPAT LANGKAH BERKAPASITAS 65 CC. Widiajaya

MESIN PENGAYAK PASIR (RANGKA)

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian rangka

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Prinsip Dasar Mesin Pencacah Rumput

30 Rosa, Firlya; Perhitungan Diameter Poros Penunjang Hub Pada Mobil Listrik Tarsius X3 Berdasarkan Analisa Tegangan Geser Dan Faktor Keamanan

RANCANG BANGUN MESIN DOWEL UNTUK PEMBUATAN KAYU SILINDER DENGAN DIAMETER 10 SAMPAI 20 MM UNTUK INDUSTRI GAGANG SAPU DAN SANGKAR BURUNG (RANGKA)

ANALISA KEGAGALAN POROS DENGAN PENDEKATAN METODE ELEMEN HINGGA

Rancang Bangun Sistem Chassis Kendaraan Pengais Garam

RANCANG BANGUN MESIN PENIRIS MINYAK PADA ABON SAPI

RANCANG BANGUN MESIN PENYAPU JALAN DENGAN TEKNOLOGI VACUM BERKAPASITAS TINGGI BAGIAN RANGKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS DESAIN MOBILE STAND VOLVO FH16-SST45 MENGGUNAKAN CATIA V5

BAB IV ANALISA DESAIN MEKANIK CRUISE CONTROL

PERANCANGAN TEKNIS BAUT BATUAN BERDIAMETER 39 mm DENGAN KEKUATAN PENOPANGAN kn LOGO

Soal 2. b) Beban hidup : beban merata, w L = 45 kn/m beban terpusat, P L3 = 135 kn P1 P2 P3. B C D 3,8 m 3,8 m 3,8 m 3,8 m

Jurnal Teknika Atw 1

BAB IV HASIL & PEMBAHASAN

ANALISIS DESAIN MOBILE STAND VOLVO FH16-SST45 MENGGUNAKAN CATIA V5

DESAIN MESIN PENYAPU LANTAI

BAB II DASAR TEORI P =...(2.1)

PERANCANGAN KONSTRUKSI PADA SEGWAY

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin Penyaring Pasir 2.2 Prinsip Kerja Sand Filter Rotary Machine

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut:

PERANCANGAN DAN ANALISIS PEMBEBANAN GERGAJI RADIAL 4 ARAH

BAB IV ANALISA PERHITUNGAN TEGANGAN DAN SIMULASI SOFTWARE

Analisis Kekuatan Konstruksi Underframe Pada Prototype Light Rail Transit (LRT)

Rancang Bangun Alat Bantu Potong Plat Bentuk Lingkaran Menggunakan Plasma Cutting

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor

PERENCANAAN ALAT BANTU PENGANGKAT DAN PEMINDAH KERTAS GULUNG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV PROSES PERANCANGAN

ANALISIS KEKUATAN STRUKTUR RANGKA TURBIN HELIKS TIPE L C500 DENGAN MENGGUNAKAN APLIKASI COSMOSWORKS 2007

STUDI PERBANDINGAN ANALISA DESAIN FOURANGLE TOWER CRANE DENGAN ANALISA DESAIN TRIANGLE TOWER CRANE MENGGUNAKAN PROGRAM ANSYS 12.0

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN MINIATUR TURBIN PELTON BAGIAN RANGKA STATIS DAN PENYUPLAI KAPASITAS 20 LITER PERMENIT LAPORAN PROYEK AKHIR

BAB IV PERHITUNGAN RANCANGAN

PERANCANGAN PALANG PARKIR OTOMATIS MODEL TEKUK 180 DERAJAT

BAB II DASAR TEORI 2.1 Spin Coating Metode Spin Coating

TUGAS AKHIR DESAINDAN ANALISIS MESIN PENCUCI CACAHAN BOTOL PLASTIK UNTUK INDUSTRI KECIL DENGAN MENGGUNAKAN SIMULASI

ANALISIS DEFLEKSI DAN TEGANGAN SHOCK ABSORBER RODA BELAKANG SEPEDA MOTOR YAMAHA JUPITER

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN

BAB II DASAR TEORI Sistem Transmisi

Bab 4 Perancangan Perangkat Gerak Otomatis

PERANCANGAN MESIN PENGKRISTAL GULA JAWA PROYEK AKHIR

PERENCANAAN MEKANISME PADA MESIN POWER HAMMER

RANCANG BAGUN MESIN PENANAM PADI (BAGIAN PROSES PRODUKSI) PROYEK AKHIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA KEKUATAN CRANKSHAFT DUA-SILINDER KAPASITAS 650 CC DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Prinsip Statika Keseimbangan (Meriam& Kraige, 1986)

Perancangandanpembuatan Crane KapalIkanUntukDaerah BrondongKab. lamongan

RANCANG BANGUN MESIN POLES POROS ENGKOL PROYEK AKHIR

SIMULASI BEBAN STATIS PADA RANGKA MOBIL GOKART LISTRIK TMUG 03 DENGAN MENGGUNAKAN SOLIDWORKS 2014

BAB IV ANALISIS TEKNIK MESIN

LAPORAN PROYEK AKHIR PRODUCTION PROCESS OF HOLE POST AUGER

PEMBANGKIT LISTRIK METODE PUMP AS TURBINES (PATs)

Transkripsi:

digilib.uns.ac.id BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Flow Chart Pembuatan Hole Post Auger Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa Perancangan Desain Penentuan dan Pembelian Komponen Proses Pembuatan Perakitan Analisa Dan Perbaikan Gagal Uji Kinerja Laporan Berhasil Laporan dan Produk Selesai Gambar 3.1. Alur kerja tim dalam pembuatan Pembuatan Mesin Hole Post Auger Proyek akhir ini mulai dikerjakan dari studi literatur dari jurnal, internet dan survei secara langsung dipasaran mengenai mesin pelubang tanah ini atau Hole Post Auger. Mencari informasi tentang prinsip kerja dan jenis bor yang digunakan. Selanjutnya tim melakukan commit gambar to user sketsa dan perancangan desain 13

digilib.uns.ac.id 14 yang cocok untuk rangka mesin bor biopori ini. Perancangan desain rangka menggunakan software SolidWorks agar dapat dievaluasi apakah sudah sesuai dengan spesifikasi yang diharapkan dan juga menghitung jumlah material yang diperlukan dalam pembuatan mesin. Beriringan dengan perancangan desain tim juga menentukan spesifikasi mesin yang akan digunakan untuk bor tersebut. Setelah itu tim membeli beberapa komponen dan melakukan proses pembuatan mesin. 3.2 Skema dan Prinsip Kerja Alat. Prinsip kerja alat bor biopori atau hole post auger ini adalah motor bensin 2 langkah dan ditransmisikan ke bor spiral melalui kopling. Sehingga bor yang dipasang vertikal dapat berputar dan menekan ke bawah tanah. Putaran bor yang spiral menghasilkan lubang sebesar diameter bor tersebut. Sketsa mesin bor biopori dapat dilihat pada Gambar.3.2 Tabel 3.1 Keterangan nama komponen NO Nama Komponen 7 1 4 1 Rangka Utama 2 Rangka Gerak 3 3 Motor Bensin 4 Katrol Tangan 2 5 Bor Biopori 6 Roda 7 Reducer 5 6 Gambar 3.2 Skema Alat 3.3 Pengertian Alat Mesin bor biopori dirancang untuk membuat lubang silindris pada tanah dengan menggunakan bor berbentuk spiral berdiameter 10cm. Mesin bor biopori ini merupakan mesin modifikasi dari mesin bor yang sudah ada dipasaran.

digilib.uns.ac.id 15 Modifikasi yang dilakukan adalah dengan menambahkan rangka pada mesin bor sehingga dapat membuat lubang biopori lebih efisien dan lebih cepat. Diharapkan mesin bor biopori yang dibuat dapat membantu dalam proses produksi lubang biopori untuk penanganan banjir. 3.4 Perencanaan Konstruksi Dalam pembuatan mesin Hole Post Auger atau pembuat lubang biopori, rangka merupakan bagian yang penting untuk menompang semua komponen. Oleh karena itu rangka harus didesain sedemikian rupa sehingga didapatkan hasil konstruksi yang kuat dan aman. Konstruksi rangka ditunjukan pada Gambar 3.3 Gambar 3.3 Perencanaan Konstruksi 3.4.1 Perencanaan rangka bagian atas Perhitungan perencanan rangka bagian atas adalah sebagai berikut: Data-data yang diketahui antara lain: - Massa 1 buah katrol tangan = 1,5 kg - Massa 1 buah bor tanah = 6 kg - Massa 1 buah motor bensin 2 tak = 2,5 kg - Massa rangka bagian tengah = 5 kg - Massa 1 buah reducer = 5 kg Massa total = massa 1 buah katrol tangan + massa 1 buah bor tanah + massa 1 buah motor bensin 2 tak + massa rangka bagian tengah + massa 1 buah reducer Massa total = 1,5 kg + 6 kg + 2,5 kg + 5 kg + 5 kg Massa total = 20 kg

digilib.uns.ac.id 16 Beban (F) = massa total x gaya gravitasi = 20 kg x 9,8 m/s 2 = 196 N (Karena pembebanan terdistribusi sepanjang 100 mm dan terjadi di 2 batang besi maka massa total dibagi 2) F = 196 N : 2 F = 98 N/100 mm = 0,98 N/mm Konstruksi rangka bagian atas ditunjukan pada Gambar 3.4 1. Analisa pada batang A-C Gambar 3.4 konstruksi rangka bagian atas Gaya yang bekerja pada batang dapat dilihat pada gambar 3.4 Gambar 3.5 Gaya yang bekerja pada batang Kesetimbangan Gaya Luar ΣFx = 0 ΣFy = 0 R AY + R BY 98 N = 0 R AY + R BY = 98 N

digilib.uns.ac.id 17 ΣM A = 0-98 N. 250 mm + R BY. 500 mm = 0-24500 Nmm + R BY. 500 mm = 0 R BY. 500 mm = 24500 Nmm R BY = 49 N R AY + R BY = 98 N R AY + 49 N = 98 N R AY = 98 N 49 N R AY = 49 N ΣM A = 0 ΣM C = 0 = R AY. 250 mm = 49 N. 250 mm = 12250 Nmm ΣM B = 0 = R AY. 500 mm 98 N. 250 mm = 49 N. 500 mm 98 N. 250 mm = 24500 Nmm 24500 Nmm = 0 Gambar 3.6 Gambar potongan gaya

digilib.uns.ac.id 18 Kesetimbangan gaya dalam a. Potongan x-x NX R AY =49 N X VX Gambar 3.7 Reaksi gaya dalam potongan x-x Nx = 0 Vx = 49 N Mx = 49. X Tabel 3.2 Nilai gaya dalam potongan x-x Jarak Titik Gaya Normal Gaya Geser Momen x = 0 A N A = 0 V A = 49 N M A = 0 x = 250 C N M = 0 V C = 49 N M C = 12250 Nmm b. Potongan y-y NX VX R BY =49 N Gambar 3.8 Reaksi gaya dalam potongan y-y Nx = 0 Vx = -49 N Mx = 49. x Tabel 3.3 Nilai gaya dalam potongan y-y Jarak Titik Gaya Normal Gaya Geser Momen x = 0 B N B = 0 V B = - 49 N M B = 0 x = 250 C N M = 0 V C = - 49 N M C = -12250 Nmm Diagram: Diagram NFD, SFD dan BMD seperti terlihat pada Gambar 3.10

digilib.uns.ac.id 19 Gambar 3.9 NFD, SFD dan BMD pada rangka bagian atas 2. Tegangan pada rangka atas Rangka yang ingin dipakai berupa besi hollow kotak ST 37 dengan dimensi 40 mm x 40 mm x 1,6 mm seperti pada gambar 3.8 Gambar 3.10 Inersia besi hollow kotak

digilib.uns.ac.id 20 a. Momen inersia ( I ) I = = = = 125952 mm 4 b. Jarak titik berat y = = = 20 mm c. Momen maksimum (M max ) = 12250 Nmm d. Tegangan yield bahan (σ y bahan ) = 620,422 N/mm 2 e. Tegangan ultimate bahan (σ u bahan ) = 723, 825 N/mm 2 f. Tegangan tarik pada rangka (σ tarik rangka ) = = = 1,95 N/mm 2 g. Faktor keamanan (S f ) = 3 Keterangan: Hal ini dikarenakan beban yang didapat oleh rangka adalah beban kejut. h. Tegangan ijin (σ ijin bahan ) = = = 206,8 N/mm 2 Karena tegangan tarik rangka < tegangan ijin bahan maka pemilihan rangka dengan profil hollow kotak ST 37 dengan dimensi 40 mm x 40 mm x 1,6 mm aman untuk menahan beban. 3.4.2 Perencanaan rangka bagian bawah Perhitungan perencanan rangka bagian atas adalah sebagai berikut: Data-data yang diketahui antara lain: - Massa 1 buah katrol tangan = 1,5 kg - Massa 1 buah bor tanah = 6 kg - Massa 1 buah motor bensin 2 tak = 2,5 kg - Massa rangka bagian tengah = 5 kg - Massa rangka bagian atas = 6 kg - Massa 1 buah reducer = 5 kg

digilib.uns.ac.id 21 Massa total = massa 1 buah katrol tangan + massa 1 buah bor tanah + massa 1 buah motor bensin 2 tak + massa rangka bagian tengah + massa rangka bagian atas + massa 1 buah reducer Massa total = 1,5 kg + 6 kg + 2,5 kg + 5 kg + 6 kg + 5 kg Massa total = 26 kg Beban (F) = massa total x gaya gravitasi = 26 kg x 9,8 m/s 2 = 254,8 N (Karena pembebanan terjadi di 2 batang besi maka massa total dibagi 2) F = 254,8 N : 2 F = 127,4 N Konstruksi rangka bagian bawah ditunjukan pada gambar 3.10 1. Analisa pada batang E-F Gambar 3.11 Konstruksi rangka bagian bawah Gaya yang bekerja pada batang dapat dilihat pada gambar 3.11 Gambar 3.12 commit Gaya to yang user bekerja pada batang

digilib.uns.ac.id 22 ΣFx = 0 ΣFy = 0 R EY + R FY 127,4 N = 0 R EY + R FY = 127,4 N ΣM E = 0-127,4 N. 250 mm + R FY. 500 mm = 0-31850 Nmm + R BY. 500 mm = 0 R FY. 500 mm = 31850 Nmm R FY = 63,7 N R EY + R FY = 127,4 N R EY + 63,7 N= 127,4 N R EY = 127,4 N 63,7 N R EY = 63,7 N M E = 0 M G = 0 = R EY. 250 mm = 63,7 N. 250 mm = 15925 Nmm M F = 0 = R EY. 500 mm 127,4 N. 250 mm = 63,7 N. 500 mm 127,4 N. 250 mm = 31850 Nmm 31850 Nmm = 0

digilib.uns.ac.id 23 Kesetimbangan gaya dalam a. Potongan x-x Gambar 3.13 Gambar potongan gaya 63,7 N Gambar 3.14 Reaksi gaya dalam potongan x-x Nx = 0 Vx = 63,7 N Mx = 63,7. x Tabel 3.4 Nilai gaya dalam potongan x-x Jarak Titik Gaya Normal Gaya Geser Momen x = 0 E N E = 0 V E = 63,7 N M E = 0 x = 250 G N G = 0 V G = 63,7 N M G = 15925 Nmm b. Potongan y-y 63,7 N Gambar 3.15 Reaksi commit gaya to user dalam potongan y-y

digilib.uns.ac.id 24 Nx = 0 Vx = -63,7 N Mx = 63,7. x Tabel 3.5 Nilai gaya dalam potongan y-y Jarak Titik Gaya Normal Gaya Geser Momen x = 0 F N F = 0 V F = - 63,7 N M F = 0 x = 250 G N G = 0 V G = - 63,7 N M G = -15925 Nmm Diagram: Diagram NFD, SFD dan BMD seperti terlihat pada gambar Gambar 3.16 NFD, SFD dan BMD pada rangka bagian bawah 2. Tegangan pada rangka bawah Rangka yang ingin dipakai berupa besi hollow kotak dengan dimensi 40 mm x 40 mm x 1,6 mm seperti pada Gambar 3.16

digilib.uns.ac.id 25 a. Momen inersia ( I ) Gambar 3.17 Inersia besi hollow kotak I = = = = 125952 mm 4 b. Jarak titik berat y = = = 20 mm c. Momen maksimum (M max ) = 15925 Nmm d. Tegangan yield bahan (σ y bahan ) = 620,422 N/mm 2 e. Tegangan ultimate bahan (σ u bahan ) = 723, 825 N/mm 2 f. Tegangan tarik pada rangka (σ tarik rangka ) = = = 2,53 N/mm 2 g. Faktor keamanan (S f ) = 3 Keterangan: Hal ini dikarenakan beban yang didapat oleh rangka adalah beban kejut. h. Tegangan ijin (σ ijin bahan ) = = = 206,8 N/mm 2 Karena tegangan tarik rangka < tegangan max bahan maka pemilihan rangka dengan profil hollow kotak dengan dimensi 40 mm x 40 mm x 1,6 mm aman untuk menahan beban.

digilib.uns.ac.id 26 3.4.3 Perencanaan rangka bagian tengah Perhitungan perencanan rangka bagian atas adalah sebagai berikut: Data-data yang diketahui antara lain: - Massa 1 buah bor tanah = 6 kg - Massa 1 buah motor bensin 2 tak = 2,5 kg - Massa 1 buah reducer = 5 kg Massa total = massa 1 buah bor tanah + massa 1 buah motor bensin 2 tak + 1 buah reducer Massa total = 6 kg + 2,5 kg + 5kg Massa total = 13,5 kg Beban (F) = massa total x gaya gravitasi = 13,5 kg x 9,8 m/s 2 = 132,3 N (Karena pembebanan terjadi di 2 batang besi maka massa total dibagi 2) F = 132,3 N : 2 F = 66,15 N Konstruksi rangka bagian tengah ditunjukan pada Gambar 3.18 1. Analisa pada batang I-J Gambar 3.18 Konstruksi rangka bagian tengah Gaya yang bekerja pada batang dapat dilihat pada Gambar 3.18

digilib.uns.ac.id 27 Gambar 3.19 Gaya yang bekerja pada batang ΣFx = 0 ΣFy = 0 R IY + R JY w 1. a w 2.c = 0 R IY + R JY 0,5 N/mm. 10 mm 0,5 N/mm. 10 mm R IY + R JY = 100 N ΣM I = 0 - (w 1. a). a + (w 2. b). ( b + a + c) + R JY. 340 mm = 0 - (0,5 N/mm. 100 mm). 100 + (0,5 N/mm. 100 mm). ( 100 mm + 140 mm + 100 mm) + R JY. 340 mm = 0 - R JY. 340 mm = 17.000 Nmm - R JY = 50 N R IY + R JY = 100 N R IY + 50 N= 100 N R IY = 100 N 50 N R IY = 50 N M X = R I.x w.x.0,5.x = 50 N. x 0,5 N/mm. x. 0,5. x = 50. x 0.25. x 2 = 50 0,5 x = 0 0,5 x = 50 x = 100 mm

digilib.uns.ac.id 28 M X = R I.x w.x.0,5.x (x<a) = 50 N. 100 mm 0,5 N/mm. 100 mm. 0,5. 100 mm = 5000 Nmm 2500 Nmm = 2500 Nmm M X = R 1.x (2x-a) (x>a ; x < (a+b) = 50.110 (2.110-100) = 5500 Nmm 3000 Nmm = 2500 Nmm M max = = V 1 = R 1 w 1.x = 50 0,5.0 = 50 N = 2500 Nmm V X = R 1 w 1.a (x>a ; x < (a+b) = 50 0,5.100 = 0 Gambar 3.20 Gambar potongan gaya Kesetimbangan gaya dalam a. Potongan x-x I 50 N Gambar 3.21 Reaksi gaya dalam potongan x-x

digilib.uns.ac.id 29 Nx = 0 Vx = R 1 w 1.x Mx = R I.x w.x.0,5.x b. Potongan y-y (x<a) J 50 N Nx = 0 Vx = R 1 w 1.a Gambar 3.22 Reaksi gaya dalam potongan y-y (x>a ; x < (a+b) Mx = R 1.x (2x-a) (x>a ; x < (a+b) Diagram: Diagram NFD, SFD dan BMD seperti terlihat pada gambar Gambar 3.23 NFD, SFD dan BMD pada rangka bagian tengah

digilib.uns.ac.id 30 Tegangan pada rangka bawah Rangka yang ingin dipakai berupa besi hollow kotak dengan dimensi 40 mm x 40 mm x 1,6 mm seperti pada gambar 3.22 a. Momen inersia ( I ) Gambar 3.24 Inersia besi hollow kotak I = = = = 125952 mm 4 b. Jarak titik berat y = = = 20 mm c. Momen maksimum (M max ) = 2500Nmm d. Tegangan yield bahan (σ y bahan ) = 620,422 N/mm 2 e. Tegangan ultimate bahan (σ u bahan ) = 723, 825 N/mm 2 f. Tegangan tarik pada rangka (σ tarik rangka ) = = = 0,39 N/mm 2 g. Faktor keamanan (S f ) = 3 Keterangan: Hal ini dikarenakan beban yang didapat oleh rangka adalah beban kejut. h. Tegangan ijin (σ ijin bahan ) = = = 206,8 N/mm 2

digilib.uns.ac.id 31 Karena tegangan tarik rangka < tegangan max bahan maka pemilihan rangka dengan profil hollow kotak dengan dimensi 40 mm x 40 mm x 1,6 mm aman untuk menahan beban. 3.4.4 Perencanaan rangka tengah bagian atas Perhitungan perencanan rangka bagian atas adalah sebagai berikut: Data-data yang diketahui antara lain: - Massa 1 buah bor tanah = 6 kg - Massa 1 buah motor bensin 2 tak = 2,5 kg - Massa rangka tengah = 5 kg - Massa 1 buah reducer = 5 kg Massa total = massa 1 buah bor tanah + massa 1 buah motor bensin 2 tak + massa rangka tengah + massa 1 buah reducer Massa total = 6 kg + 2,5 kg + 5 kg + 5 kg Massa total = 18,5 kg Beban (F) = massa total x gaya gravitasi = 18,5 kg x 9,8 m/s 2 = 181,3 N Konstruksi rangka tengah bagian atas ditunjukan pada gambar 3.24 Gambar 3.25 Konstruksi rangka tengah bagian atas 1. Analisa pada batang M-N Gaya yang bekerja pada batang dapat dilihat pada gambar 3.25

digilib.uns.ac.id 32 Gambar 3.26 Gaya yang bekerja pada batang ΣFx = 0 ΣFy = 0 R MY + R NY 181,3 N = 0 R MY + R NY = 181,3 N ΣM M = 0-181,3 N. 210 mm + R NY. 420 mm = 0-8746,5 Nmm + R NY. 420 mm = 0 R NY. 420 mm = 38073 Nmm R NY = 90,65 N R MY + R NY = 90,65 N R MY + 90,65 N= 181,3 N R MY = 181,3 N 90,65 N R MY = 90,65 N M M = 0 M L = 0 = R NY. 210 mm = 90,65 N. 210 mm = 29036,5 Nmm

digilib.uns.ac.id 33 M N = 0 = R MY. 420 mm 181,3 N. 210 mm = 90,65 N. 420 mm 181,3 N. 210 mm = 38073 Nmm 38073 Nmm = 0 Kesetimbangan gaya dalam a. Potongan x-x Gambar 3.27 Gambar potongan gaya M 90,65 N Gambar 3.28 Reaksi gaya dalam potongan x-x Nx = 0 Vx = 90,65 N Mx = 90,65 N. x Tabel 3.6 Nilai gaya dalam potongan x-x Jarak Titik Gaya Normal Gaya Geser Momen x = 0 M N M = 0 V M = 90,65 N M M = 0 x = 210 L N L = 0 V L = 90,65 N M L = 19036,5 Nmm b. Potongan y-y

digilib.uns.ac.id 34 N 90,65 N Gambar 3.29 Reaksi gaya dalam potongan y-y Nx = 0 Vx = - 90,65 N Mx = 90,65 N. x Tabel 3.7 Nilai gaya dalam potongan y-y Jarak Titik Gaya Normal Gaya Geser Momen x = 0 N N N = 0 V N = - 90,65 N M N = 0 x = 250 L N L = 0 V L = - 90,65 N M L = -19036,5 Nmm Diagram: Diagram NFD, SFD dan BMD seperti terlihat pada gambar 3.31 Gambar 3.30 NFD, SFD dan BMD pada rangka tengah bagian atas

digilib.uns.ac.id 35 2. Tegangan pada rangka atas Rangka yang ingin dipakai berupa besi hollow kotak dengan dimensi 40 mm x 40 mm x 1,6 mm seperti pada gambar 3.29 a. Momen inersia ( I ) Gambar 3.31 Inersia besi hollow kotak I = = = = 125952 mm 4 b. Jarak titik berat y = = = 20 mm c. Momen maksimum (M max ) = 19036,5 Nmm d. Tegangan yield bahan (σ y bahan ) = 620,422 N/mm 2 e. Tegangan ultimate bahan (σ u bahan ) = 723,825 N/mm 2 f. Tegangan tarik pada rangka (σ tarik rangka ) = = = 0.3 N/mm 2 g. Faktor keamanan (S f ) = 3 Keterangan: Hal ini dikarenakan beban yang didapat oleh rangka adalah beban kejut. h. Tegangan ijin (σ ijin bahan ) = = = 206,8 N/mm 2

digilib.uns.ac.id 36 Karena tegangan tarik rangka < tegangan max bahan maka pemilihan rangka dengan profil hollow kotak dengan dimensi 40 mm x 40 mm x 1,6 mm aman untuk menahan beban 3.5 Simulasi analisa kekuatan rangka menggunakan software SolidWorks 3.5.1. Faktor Keamanan (Factor of Safety) Faktor keamanan atau factor of safety merupakan sesuatu yang sangat penting karenadengan diketahuinya suatu keamanan suatu struktur maka tingkat kegagalan pun akan jauh berkurang. Factor of safety merupakan faktor keamanan dari suatu material. Pada rangka bagian tetap kali ini, nilai FOS terkecil adalah 104,82 yang berarti rangka ini aman diberi beban sebesar 200 N. Nilai FOS tersebut dapat dilihat pada gambar 3.32 Gambar 3.32 Factor of Safety 3.5.2. Tegangan Von Mises Metode Von Mises memiliki keakuratan lebih besar dibanding metode lain, karena melibatkan tegangan tiga dimensi. Tegangan Von Mises itu sendiri merupakan kriteria kegagalan untuk jenis material ulet, untuk menentukan konstuksi dari material tersebut dinyatakan aman atau tidak dapat menggunakan hasil analisis ini dimana jika tegangan Von Mises lebih kecil dari yield strength material yang digunakan maka kekuatan struktur tersebut aman. Nilai Tegangan Von Misses maksimal sebesar 29,1 commit N/m 2 to dapat user dilihat seperti pada gambar 3.33

digilib.uns.ac.id 37 Gambar 3.33 Tegangan Von Mises 3.5.3. PerubahanBentuk (Displacement) Displacement adalah perubahan bentuk pada benda yang dikenai gaya. Dalam hal ini, melengkung. Hasil analisis dari aplikasi SolidWorks 2013 yang dilakukan menyebabkan displacement seperti gambar 3.34. Nilai displacement maksimal yang didapat sebesar 0,0182 mm. Gambar 3.34 Displacement

digilib.uns.ac.id 38 3.6 Perencanaan Pengelasan Perhitungan berdasarkan tipe pengelasan seperti pada gambar 3.35 dibawah ini. 196 N Gambar 3.35 Bentuk Pengelasan Dari data hasil perhitungan diatas diambil beban terberat untuk dilakukan perhitungan. Perhitungan beban: Dik: Diameter bor = 10 cm = 0,1 m r = 0,05 m Kedalaman tanah (t) = 80 cm = 0,8 m Torsi yang diteruskan = 76 Nm 76000 Nmm T = P x 76 Nm = P x P = 1520 N P total = 196 N + 1520 N = 1716 N Data : P = 1716 N τ ijin max = = 123,33 N/mm 2 e = 210 mm l = 40 mm b = 40 mm Area A = t (2b + 2l) = t (2 x 40 + 2 x 40) = 160 t mm 2 Direct shear stress τ = N/mm 2 Moment M = P x e = 1716 x 210 = 360360 Nmm

digilib.uns.ac.id 39 Section modulus Z = t ( b.l + ) = t (40 x 40 + ) = 2400 t mm 3 Bending stress σ b = = = N/mm 2 Maximum shear stress τ ijin max = 123,33 N/mm 2 = = N/mm t = 0,6 mm 1 mm Bending stress σ b = N/mm 2 = N/mm σ b = 150,15 N/mm Direct shear stress τ = N/mm 2 = N/mm τ = 10,72 N/mm Real maximum shear stress τ max = = τ max = = 75,83 N/mm 2 * Didapatkan hasil bahwa tegangan geser maksimum asli adalah 75,83 N/mm 2, lebih kecil dari tegangan geser ijin maksimum. Dapat disimpulkan bahwa las dengan ketebalan 1 mm aman..