Koneksi matematika dalam proses penyelesaian soal cerita materi FPB dan KPK siswa kelas IV SD

dokumen-dokumen yang mirip
MISKONSEPSI PADA PENYELESAIAN SOAL ALJABAR SISWA KELAS VIII BERDASARKAN PROSES BERPIKIR MASON

PROSES BERPIKIR DENGAN KECERDASAN LINGUISTIK DAN KECERDASAN LOGIS- MATEMATIS

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL GARIS SINGGUNG LINGKARAN BERDASARKAN ANALISIS NEWMAN PADA KELAS VIII SMP NEGERI 1 KEC.

DISPOSISI MATEMATIS SISWA DITINJAU DARI KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH BERBENTUK OPEN START DI SMP NEGERI 10 PONTIANAK

Harlan Mardiyan * ), Delsi K ** ), Lita Lovia ** )

METODE BUZZ GROUP DISERTAI MEDIA KELERENG SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS I SD NEGERI BINJAI UTARA

Wirdah Pramita N. 1, Didik S.P. 2, Arika I.K. 3

Unnes Journal of Mathematics Education

ABSTRACT. KeyWords: Concepts Understanding Mathematics, Giving Questions And Getting Answers

Permainan Kartu (Card Game) Untuk Menghafal Perkalian Melalui Bimbingan Belajar Gratis Pada Usia Sekolah Dasar di Desa Kunci

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA KELAS X.2 SMAN 1 SALIMPAUNG BERDASARKAN METODE KESALAHAN NEWMAN

Penerapan Media Komik Matematika Terhadap Peningkatan Pemahaman Konsep Perkalian dan Pembagian Bilangan Cacah di Sekolah Dasar

ANALISIS KEMAMPUAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN OPERASI HITUNG PECAHAN PADA SISWA KELAS V

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

ANALISIS KESALAHAN PESERTA DIDIK PADA MATERI PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DI KELAS VIII MTS NEGERI SUNGAI TONANG

PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN SCAFFOLDING TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP PERTIWI 2 PADANG

BAB I PENDAHULUAN (1982:1-2):

Tarmini 1 SDN Maribaya 01, Kec. Kramat, Kab. Tegal Kata Kunci: Aktivitas Siswa, Hasil Belajar, Media Gelas Fakel

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DESKRIPSI MISKONSEPSI SISWA SMA SEKECAMATAN KAPUAS TENTANG GERAK MELINGKAR BERATURAN MENGGUNAKAN THREE-TIER TEST

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA 2018

MULTIPLE REPRESENTASI CALON GURU DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI BERFIKIR KREATIF

ANALISIS MISKONSEPSI SISWA SMP DALAM MATERI PERBANDINGAN DENGAN MENGGUNAKAN CERTAINTY OF RESPONSE INDEX (CRI)

PENERAPAN MAKE A MATCH DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA TENTANG BILANGAN ROMAWI PADA SISWA KELAS IV SDN 3 KARANGSAMBUNG

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA

EFEKTIFITAS PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 4 KOTO XI TARUSAN

BAB II LANDASAN TEORI. Koneksi berasal dari kata dalam bahasa inggris Connection, yang

Identifikasi Miskonsepsi Siswa SDN Kemayoran I Bangkalan pada Konsep Cahaya Menggunakan CRI (Certainty Of Response Index)

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Pembelajaran Model Matematika Knisley Terhadap Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa SMA

Key Words :Active Learning Type The Learning Cell, Understanding of Students Mathematic Concept

Ketika konsepsi siswa ada yang berbeda dari yang biasa diterima, dalam Tan (2005) hal itu disebut alternative frameworks, misconceptions, student

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN ALAT PERAGA BENDA MANIPULATIF

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DISERTAI TEKNIK QUICK ON THE DRAW TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMPN 25 PADANG

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Kemampuan Berpendapat

MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU KELAS DALAM MENCAPAI HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL QUANTUM TEACHING DI SD NEGERI BINJAI

ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI MATEMATIK MAHASISWA CALON GURU MATEMATIKA

ANALISIS KESALAHAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATEMATIKA MATERI PERSAMAAN GARIS LURUS BERASARKAN ANALISIS NEWMAN

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI

ANALISIS MODEL PEMBELAJARAN PEER LESSON DAN TTW DITINJAU DARI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE SNOWBALL THROWING DISERTAI PENGGUNAAN PETA KONSEP UNTUK MELIHAT KEAKTIFAN SISWA

ANALISIS KESALAHAN SISWA BERDASARKAN KATEGORI KESALAHAN WATSON DALAM MENYELESAIKAN SOAL-SOAL HIMPUNAN DI KELAS VII D SMP NEGERI 11 JEMBER

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN LEMBAR KEGIATAN SISWA BERBASIS PROBLEM SOLVING

PENGGUNAAN MODEL ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BAGI SISWA KELAS IV SDN 1 LUNDONG

ANALISIS KESALAHAN MATEMATIKA SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL OPERASI PENJUMLAHAN PECAHAN BENTUK ALJABAR. Herna* ABSTRAK

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK NUMBERED HEADS TOGETHER

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA SPLDV BERDASARKAN LANGKAH PENYELESAIAN POLYA

Keywords: learning result, calculation, skilled process approach, dice PENDAHULUAN

PENGELOLAAN ALAT PERAGA BENDA MANIPULATIF DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SD

PENGGUNAAN POHON FAKTOR PADA MATERI KELIPATAN PERSEKUTUAN TERKECIL DAN FAKTOR PERSEKUTUAN TERBESAR UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

ANALISIS KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN PENALARAN MATEMATIS MAHASISWA TINGKAT IV MATERI SISTEM BILANGAN KOMPLEKS PADA MATA KULIAH ANALISIS KOMPLEKS

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MEDIA TABEL DENGAN POWER POINT PADA SISWA SEKOLAH DASAR

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA TENTANG FPB DAN KPK MELALUI METODE TUGAS DENGAN LKS

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE DAN TEKNIK KNOW WANT LEARNED HOW

RESPONS SISWA TERHADAP SAJIAN SIMBOL, TABEL, GRAFIK DAN DIAGRAM DALAM MATERI LOGARITMA DI SMA

PENERAPAN TEKNIK MENGAJUKAN PERTANYAAN MENGGUNAKAN PERTANYAAN YANG DITEMPELKAN DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS XI IPA SMA ADABIAH 2 PADANG

BAB V PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penelitian pada bab IV, peneliti mengetahui hasil atau

ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATERI OPERASI ALJABAR BAGI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 SALATIGA

ANALISIS KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIK SISWA MTs DITINJAU DARI SELF CONFIDENCE

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF MENGGUNAKAN TEKNIK BISNIS BERISIKO TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMPN 20 PADANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting untuk menjamin

PENGGUNAAN MODEL THINK TALK WRITE

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN INDEX CARD MATCH DENGAN MEDIA FLANELGRAF DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS V SD

ANALISIS KESALAHAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL- SOAL OPERASI HITUNG BILANGAN PECAHAN PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 TOROH

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE QUESTION STUDENTS HAVE TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 22 PADANG ABSTRAK

ABSTRACK. > then reject H 0 so it can be concluded understanding of mathematical concepts by

PENERAPAN ALAT PERAGA PERKALIAN MONTESSORI UNTUK MENGATASI KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS III SD

PENGARUH METODE PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA. Bahrudin 1, Rini Asnawati 2, Pentatito Gunowibowo 2

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.

: model pembelajaran, pemahaman konsep matematis, tutor sebaya

ANALISIS KESULITAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATEMATIKA KELAS VIII SMP KARTIKA I-7 PADANG.

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE LEARNING STARTS WITH A QUESTION (LSQ)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu pengetahuan mendasar yang dapat

PENGGUNAAN MODEL OPEN ENDED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS

Unesa Journal Of Chemical Education ISSN: Vol. 3, No. 3, pp September 2014

MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 1 No.5 Tahun 2016 ISSN :

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Bab. KPK dan FPB. SUmber buku: bse.kemdikbud.go.id

Indah Purnama *) Kartini dan Susda Heleni **) Progam Studi Pendidikan Matematika FKIP UR HP :

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

ANALISIS KESALAHAN KONSEP SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL UJIAN NASIONAL MATEMATIKA SD

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu dari sekian banyak mata pelajaran yang

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE ACTIVE KNOWLEDGE SHARING

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-TALK-WRITE (TTW)

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN SISWA DENGAN WAWANCARA KLINIS PADA PEMECAHAN MASALAH ARITMETIKA SOSIAL KELAS VIII SMP

ANALISIS KESALAHAN KONEKSI MATEMATIS SISWA PADA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINIER DUA VARIABEL

BAB II KAJIAN TEORI. analisa berasal dari bahasa Yunani kuno analusis yang artinya melepaskan.

PENERAPAN TEKNIK FORMASI REGU TEMBAK DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN PECAHAN MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS V SD

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE INDEX CARD MATCH TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMPN 17 PADANG

PENGARUH PELAKSANAAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP PADA MURID SEKOLAH DASAR

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA PECAHAN DENGAN METODE PROBLEM SOLVING LEARNING (PSL)

Keywords: Index Card Match, card number, Learning Mathematics

R. Azmil Musthafa et al., Analisis Tingkat Kemampuan Penalaran Siswa dalam...

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

LAPORAN OBSERVASI KELAS LAMPU LALU LINTAS SEBAGAI KONTEKS DALAM PEMBELAJARAN KELIPATAN PERSEKUTUAN KECIL (KPK) Disusun oleh :

keywords: students understanding of mathematical concepts, technique kancing gemerincing, quiz

PENGGUNAAN MODEL GROUP INVESTIGATION

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Transkripsi:

ISSN: 2829-7466 (Print) ISSN: 2829-632X (Electronic) Open Access: https://jurnal.arkainstitute.co.id/index.php/nautical/index Koneksi matematika dalam proses penyelesaian soal cerita materi FPB dan KPK siswa kelas IV SD Sisilia Adilingtyas Universitas PGRI Adi Buana Surabaya sisiliaadilingtyas@gmail.com Info Artikel : Diterima : 17 Mei 2022 Disetujui : 20 Mei 2022 Dipublikasikan : 25 Mei 2022 ABSTRAK Matematika merupakan salah satu mata pelajaran utama yang wajib diajarkan kepada siswa mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Namun masih banyak siswa yang menghindari pembelajaran matematika, karena menganggap matematika merupakan mata pelajaran yang sulit, serius, dan hanya berisi kumpulan rumus dan sarat konsep. Pemahaman konsep yang salah akan mempengaruhi pemahaman konsep yang lain, karena konsep-konsep tersebut saling berkaitan. Oleh karena itu, dilakukan penelitian yang berjudul Hubungan Matematika dalam Proses Penyelesaian Soal Cerita untuk materi Faktor Persekutuan Tertinggi (HFC) dan Kelipatan Persekutuan Terendah (KPK) untuk siswa kelas IV SD. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana siswa menghubungkan soal cerita dari materi Faktor Persekutuan Tertinggi (HFC) dan Kelipatan Persekutuan Terendah (KPK) ke dalam konsep matematika. Kata Kunci: Koneksi Matematika, Proses Penyelesaian, FPB, KPK ABSTRACT Mathematics is one of the main subjects that must taught to students from elementary school to collage. But there are still many students who avoid learning mathematics, because they think that mathematicsis a difficult, serious subject, and only contains a collection of formulas and is full of concepts. Understanding the wrong concept will affect the understanding of other concepts, because these concepts are interrelated. Therefore, the research conducted a research entitled Mathematical Connectionin the process of solving story problems for Highest Common Factor (HFC) and Lowest Common Multiple (LCM) material for fourth grade elementary school student. This study aims to find out how students relate story questions from the Highest Common Factor (HFC) and Lowest Common Multiple (LCM) material into mathematical concepts. Keywords: Mathematical Connection, Completion Process, FPB, KPK 2022 Penulis. Diterbitkan oleh Arka Institute. Ini adalah artikel akses terbuka di bawah lisensi Creative Commons Attribution NonCommercial 4.0 International License. (https://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/) PENDAHULUAN Pendidikan merupakan salah satu hal terpenting dalam kehidupan manusia karena pendidikanlah yang menuntun arah hidup dan masa depan manusia. Walaupun tidak semua orang berpendapat seperti itu, setidaknya melalui pendidikan bakat dan keahlian seseorang akan terbentuk dan terarah. Seperti yang dikatakan Ki Hajar Dewantara, bahwa pendidikan ialah tuntunan tumbuh dan berkembangnya anak. Artinya pendidikan adalah upaya sadar yang digunakan untuk menuntut kekuatan kodrat yang ada di diri seorang anak. Matematika termasuk salah satu mata pelajaran pokok yang wajib diajarkan kepada siswa mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Matematika salah satu disiplin ilmu yang khas dibandingkan dengan bidang ilmu lainnya karena konsep matematika didapat melalui proses berfikir, itulah logika dasar terbentuknya matematika. Permendiknas No. 22 Tahun 2006 menjelaskan tentang pemberian mata pelajaran matematika di sekolah dasar dimaksudkan untuk mengenal, menyikapi dan mengapresiasi ilmu pengetahuan dan teknologi, serta menanamkan kebiasaan berfikir dan berperilaku ilmiah yang kritis, kreatif dan mandiri. Maka dari itu pengetahuan matematika cukup penting diterapkan untuk memjukan daya fikir siswa agar siswa dapat memiliki kemampuan memperoleh, memilih dan mengelolah informasi untuk bertahan pada keadaan yang selalu berubah. 54

Tetapi masih banyak siswa yang menghindari pembelajaran matematika, karena mereka beranggapan bahwa matematika termasuk pelajaran yang sulit, serius dan hanya berisi berbagai kumpulan rumus. Natalia (2016), berpendapat bahwa matematika merupakan mata pelajaran yang penuh dengan konsep-konsep. Pemahaman konsep yang salah akan mempengaruhi pemahaman konsep-konsep yang lain, karena konsep- konsep tersebut saling berkaitan. Maka dari itu diperlukan adanya pemahaman konsep-konsep dasar agar nantinya akan lebih mudah memahami konsep-konsep berikutnya. Misalnya, saat mempelajari matematika materi FPB dan KPK. Materi ini merupakan materi berkelanjutan dari kelas IV, V, & VI. Seringkali meteri ini juga dikaitkan dalam kehidupan sehari-hari yang dapat dipecahkan menggunakan penyelesaian FPB dan KPK, berarti dapat dikatakan bahwa materi FPB dan KPK ini merupakan kemampuan yang harus dikuasai oleh siswa sejak kelas IV. Tetapi kenyataanya selama proses pembelajaran berlangsung siswa tidak selalu menyerap informasi sepenuhnya. Selanjutnya, didalam pembelajaran guru juga kurang memperhatikan prakonsepsi yang dimiliki siswa padahal prakonsepsi yang dimiliki siswa pasti berbeda-beda dan belum tentu benar. Seperti yang dikatakan Gagne (dalam Siregar & Nara, 2010) melalui pengalaman interaksi anak dengan dunia sekitarnya yaitu, Pembentukan konsep awal mengenai sebuah fenomena dimulai sebelum anak memasuki usia sekolah, dimana anak belajar konsep konkret. Menurut (Pesman & Eryilmaz, 2010), Konsep awal yang tidak sesuai dengan konsepsi ilmu pengetahuan yang dibawa oleh siswa akan berdampak pada proses pembelajaran formal, sebab berpengaruh pada bagaimana siswa menginterprestasikan ilmu yang diajarkan oleh pendidik dan sifatnya yang sulit untuk diubah. Koneksi matematika merupakan pengaitan matematika dengan topik lain. Seperti yang dikatakan Sarbani (2008) Koneksi matematika merupakan pengaitan matematika dengan pelajaran lain, atau dengan topik lain. Koneksi matematia merupakan kegiatan yang meliputi: 1) mencari hubunganantara berbagai representasi konsep dan prosedur, 2) memahami hubungan antar topik matematik, 3) menggunakan matematika dalam bidang studi lain atau kehidupan sehari-hari, 4) memahami representasi ekuivalen konsep yang sama, 5) mencari konseksi satu prsedur laindalam representasi yang ekuivalen, 6) menggunakan koneksi antar topik matematika, dan antar topik matematika dengan topik lain. Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan diatas, maka akan dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui Koneksi Matematika Dalam Proses Penyelesaian Soal Cerita Materi FPB dan KPK Siswa Kelas IV METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif. Menurut Sugiyono (2021) penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel lain. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana siswa menhubungkan soal cerita ke dalam konsep matematika materi FPB dan KPK. Teknik pengumpulan data menggunakan Tes dan wawancara. Tes adalah suatu penilaian dalam bentuk tulisan untuk mencatat atau mengamati prestasi siswa dan sejalan dengan target penelitian. Adapun tes yang digunakan berupa subjektif, yang pada umumnya berbentuk essay disertai tingkat keyakinan CRI. Tes berbentuk essay dengan tingkat keyakinan CRI adalah sejenis tes kemajuan belajar yang yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian, sedangkan tingkat keyakinan atau Certainly Response Index (CRI) yang ada di dalam tes essay ini adalah tingkat keyakinan siswa pada saat pengerjakan soal essay tersebut bertujuan untuk mengidentifikasi miskonsepsi dalam menyelesaikan soal cerita KPK dan FPB siswa kelas IV-C. Sedangkan wawancara menurut Arikunto (2010:132), wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk mendapatkan informasi dari informan. Wawancara digunakan untuk menilai keadaan sesorang, misalkan untuk mencari data latar belakang. Metode wawancara ini digunakan untuk mengetahui beberapa hal yang berkaitan dengan koneksi matematika siswa dalam konsep matematika. HASIL DAN PEMBAHASAN Peneliti mengumpulkan data menggunakan teknik tes dan wawancara. Berdasarkan hasil tes dan wawancara diperoleh data sebagai berikut: 55

1. Jawaban siswa nomor urut 12 (S12) Gambar 1 Jawaban siswa nomor urut 12 Langkah-langkah yang digunakan tidak sesuai. Pada jawaban siswa sudah benar untuk menuliskan diketahui, lalu siswa juga benar untuk menentukan kelipatan dari 5, 8 dan 10, selanjutnya dapat dilihat angka yang dilingkari oleh siswa yaitu 40 dan 120. Siswa tidak menuliskan hasil FPB atau KPK yang digunakan dalam menyelesaikan soal nomor 2 tersebut. Ketika siswa ditanya soal nomor 2 menggunakan penyelesaian FPB atau KPK?. Siswa menjawab KPK bu. Peneliti bertanya lagi lalu hasil KPK-Nya berapa?. Siswa menjawab 120. Peneliti bertanya lagi kenapa tidak ditulis?. Siswa menjawab lupa bu. Dari jawaban siswa mengenai soal tersebut hasil dari KPK salah, seharusnya hasil KPK adalah 40 dan siswa juga lupa untuk menuliskan hasil KPK dari kelipatan tersebut. Untuk langkah selanjutnya yaitu mengubah menit menjadi detik seperti pada kunci jawaban diatas. Namun siswa tidak menyertakan langkah tersebut dan langsung menuliskan nyala lampu bersama-sama sebanyak 2 kali tanpa dituliskan hasil tersebut dari mana. Saat siswa ditanya hasil terakhir ini didapat dari mana?. Dan siswa menjawab lupa bu, sepertinya dari 120 dibagi 40. Jawaban siswa tersebut membuktikan bahwa ia hanya memakai logika saja tanpa menggunakan konsep matematika untuk menjawab pertanyaan dari peneliti. Kenapa peneliti mengatakan seperti itu?, karena kenyataannya jika 120 dibagi 40 maka hasilnya 3 bukan 2. Hasil wawancara : P1 : Apa yang kamu pahami tentang materi FPB dan KPK? 2 : Jika menggunakan pohon faktor FPB itu yang nilainya besar tetapi pangkat kecil, lalu jika KPK itu sebaliknya. P2 : Apakah kamu paham bagaimana cara menentukan FPB dan KPK dalam soal cerita? 2 : Lumayan paham bu. P3 : Bagaimana ciri-cirinya? 2 : Jika KPK itu ada kata-kata bersama-sama lagi bu, lalu kalau FPB ada kata-kata berapa banyak bu. P4 : Apakah ada ciri-ciri yang balin lagi? 2 : Ada bu, tetapi yang saya ingat hanya itu. 2. Jawaban siswa nomor urut 11 (S11) Gambar 2 Jawaban siswa nomor urut 11 Langkah-langkah yang dikerjakan siswa tidak sesuai yang pertama tidak menuliskan diketahui dan ditanya melainkan siswa langsung menjawab. Lalu siswa benar dalam menuliskan kelipatan 56

antara bilangan 4, 5, dan 3 tetapi siswa tidak menuliskan 60 (angka yang dilingkari) termasuk hasil dari FPB atau KPK dari kelipatan 4, 5, dan 3. Ketika siswa ditanya 60 termasuk hasil dari FPB atau KPK dari soal nomor 1 dan kenapa tidak ditulis?, siswa menjawab sepertinya KPK bu, saya lupa menulis bu. Jawaban siswa yang ditanya peneliti benar tetapi siswa lupa untuk menuliskannya. Lalu, untuk langkah selanjutknya yaitu mengubah hasil KPK yaitu 60 jam itu sama dengan berapa hari?. Pada langkah ini siswa tidak melakukannya tetapi siswa langsung menuliskan 25 november pukul 06.00. Ketika siswa ditanya 25 November pukul 06.00 dari mana? siswa menjawab dari soalnya bu karena tidak mungkin kalau jawabannya 60 jam, karena yang ditanya tanggal dan waktu, jadi saya tulis begitu. Dari hasil jawaban siswa tersebut dapat dikatakan siswa paham maksud yang ada di soal tetapi siswa tidak mampu mengubah atau mengartikan 60 jam sama dengan 2 hari 12 jam dan hasil jawaban siswa salah karena yang benar yaitu 27 september 2021 pukul 18.00. Hasil wawancara : P1 : Apakah suasana di rumah dan di sekolah mendukung untuk belajar? 1 : Saat pembelajaran daring suasana di rumah menurut saya tidak mendukung bu. P2 : Kenapa? 1 : Di rumah kadang berisik bu. P3 : Lalu, apakah kamu mendengarkan saat guru sedang menjelaskan? 1 : Mendengarkan bu, tetapi tidak fokus kalau suasananya ramai. P4 : Saat masih belajar di sekolah, bagaimana kondisi kelasmu? 1 : Tenang bu, tetapi juga kadang berisik. P5 : Jika kondisi kelasmu ramai, apakah kamu merasa terganggu? 1 : Terganggu bu, karena tidak bisa terdengar jelas apa yang dikatakan oleh guru. P6 : Saat guru menyampaikan materi di depan kelas, apakah kamu pernah mengobrol dengan temanmu? 1 : Pernah bu. P7 : Apakah yang kamu obrolkan mengenai materi pembelajaran? 1 : Bukan bu. 3. Jawaban siswa nomor urut 14 (S14) Gambar 3 Jawaban siswa nomor urut 14 Siswa sudah benar untuk menuliskan diketahui, ditanya dan dijawab. Lalu siswa juga benar menentukan penyelesaian soal nomor 3 menggunakan FPB dengan langkah menggunakan pohon faktor. Siswa berhenti hanya sampai menentukan FPB, padahal seharusnya terdapat langkahlangkah lagi yaitu membagi jumlah siswa kelas 1, 2, dan 3 dengan hasil FPB seperti pada kunci jawaban diatas. Ketika peneliti bertanya kepada siswa apakah ada langkah selanjutnya setelah menentukan FPB pada soal nomor 3?. siswa menjawab tidak ada bu. Peneliti bertanya lagi berarti berapa banyak kelompok yang terbentuk di kelas 1, 2, dan 3?. Siswa menjawab ada 5 kelompok disetiap kelasnya. Hasil wawancara : P1 : Dari jawaban kamu, apakah kamu tahu kira-kira nomor berapa yang jawabannya masih salah? 4 : Nomor 2 bu. P2 : Kenapa kamu merasa bahwa nomor jawabannya salah? 4 : Soalnya bu yang membuat saya bingung. 57

P3 4 P4 4 : Coba dibaca lagi soalnya, dibagian mana yang membuat kamu bingung? : Ini bu, yang berapa kali ketiga lampu menyala bersama-sama dalam waktu 2 menit. : Apakah sebelumnya pernah diberi soal latihan yang seperti ini? : Belum bu. 4. Jawaban siswa nomor urut 1 (S1) Gambar 4 Jawabana siswa nomor urut 1 Antara lain yang pertama siswa tidak menuliskan diketahui, ditanya. Siswa langsung menuliskan kelipatan bilangan dari 4 dan 6 tanpa menuliskan jawaban soal nomer 4 menggunakan penyelesaian FPB atau KPK hanya saja siswa melingkari bilangan yang sama yaitu 12, dan 24. Ketika ditanya oleh peneliti soal nomor 4 menggunakan penyelesaian FPB atau KPK?. Siswa menjawab menggunakan KPK bu. Lalu peneliti bertanya lagi kenapa tidak ditulis? siswa menjawab lupa bu. Jadi dapat diketahui siswa lupa untuk menuliskan KPKnya tetapi pertanyaan yang dilontarkan guru siswa menjawab dengan benar. Langkah berikutnya untuk mengetahui tanggal berapa Putri dan Ratna meabung ketiga kalinya sudah benar tetapi kesalahan siswa yaitu kelebihan untuk menghitungnya karna seharusnya pada hari pertama tanggal 15 Agustus, hari kedua 15 Agustus + 12 hari = 27 Agustus, dan hari ketiga 27 Agustus + 12 = 8 September. Hasil wawancara : P1 : Apa yang kamu lakukan saat ada materi yang belum kamu pahami? : Bertanya bu. P2 : Bertanya ke siapa? : Teman bu. P3 : Pernahkah kamu bertanya kepada guru? : Tidak pernah bu. P4 : Kenapa? : Takut bu. P5 : Saat pembelajaran di kelas apakah kamu pernah mengerjakan soal di papan tulis tanpa ditunjuk oleh guru? : Tidak pernah bu. 5. Jawaban siswa nomor urut 4 (S4) Gambar 5 Jawaban siswa nomor urut 4 Siswa benar untuk menuliskan diketahui, ditanya dan dijawab. Lalu yang kedua juga benar siswa melakukan penyelesaian menggunakan FPB dan hasilnya juga benar, untuk langkah ketiga siswa mengalami kesalahan seharusnya siswa melakukan perhitungan 30 dan 24 dibagi dengan hasil dari FPB maka terdapat hasil dari apa yang diminta dari soal. Tetapi pada jawaban siswa, siswa langsung menuliskan hasil masing-masing tangkai bunga terdapat 6 buah. Hasil wawancara : 58

P1 P2 P3 P4 P5 J-S4 : Apakah kamu rajin belajar matematika di rumah? : Tidak bu, saya belajar matematika saat ulangan saja. : Bagaimana model atau cara guru kelasmu saat mengajar matematika? : Biasanya menampilkan vidio tentang materi di layar bu. : Setelah menampilkan vidio apakah guru menyampaikan lagi materi tersebut dengan lebih jelas? : Tidak bu, tetapi langsung diberi soal untuk dikerjakan. : Apakah kamu paham dengan cara mengajar guru saat pembelajaran daring atau luring? : Kadang paham kadang juga tidak bu, tetapi lebih tidak paham waktu pembelajaran daring. : Apakah kamu paham dengan Bahasa yang ada di dalam buku yang kamu gunakan? : Tidak paham bu, jika tidak dijelaskan dulu oleh guru. 6. Dari analisis hasil soal dari nomor satu sampai lima dapat disimpulkan bahwa terdapat 11 anak dengan persentase 34% telah Paham Konsep (P), 3 anak dengan persentase 9% Tidak Paham Konsep (TP), dan sisanya sekitar 18 anak dengan pesentase 57% diduga mengalami miskonsepsi (M). KESIMPULAN Kemampuan koneksi matematika merupakan kemampuan mendasar hendaknya dikuasai siswa. Kemmapuan koneksi merupakan kemampuan yang harus dikuasai oleh siswa pada saat mempelajari matematika. Hal itu dilakukan agar pemahaman matematika siswa lebih mendalam. Dengan memiliki kemampuan koneksi matematika maka siswa akan mampu melihat bahwa matematika itu suatu ilmu yang antar topiknya saling berkaitan serta bermanfaat dalam mempelajari pelajaran lain dan juga dalam kehidupan sehari-hari sehingga pembelajaran matematika akan terasa lebih indah dan bermakna. DAFTAR PUSTAKA Depdiknas. 2006. Peraturan Materi Pendidikan Nasional No.22 Tahun 2006 Tentang Standart Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas. Natalia, K., Subanji, & Sulandra, I. M. (2016, 10 10). Miskonsepsi Pada Penyelesaian Soal Aljabar Siswa Kelas VIII Berdasarkan Proses Belajar Mason. Jurnal Pendidikan, Volume 1 Nomor:10, 1917-1925. Pesman, H., & Eryilmaz, A. (2010, 07 08). Development of a Three-Tier Test to Assess Misconceptions About Simple Electric Circuits. The Journal of Educational Research, volume 103(3), 208-222. Siregar, E., & Nara, H. (2010). Teori Belajar Dan Pembelajaran. Bogor: Ghalia Indonesia. Sarbani, B. (2008). Pengertian Koneksi Matematika. Jurnal Pendidikan, Volume 3 Nomor: 12. Sugiyono. 2008. Metodologi penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R& D. Bandung: Alfabeta. 59