Technology Readiness dan Computer Self Efficacy pada Guru dalam Sistem Pembelajaran Daring

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS USABILITY TERHADAP SISTEM LECTIVE GEGULANG BERBASIS USE QUESTIONNAIRE

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

KONTRIBUSI SELF CONCEPT MATEMATIS TERHADAP KEMAMPUAN AKADEMIK MAHASISWA PADA PEMBELAJARAN KALKULUS

ABSTRAK. iii Universitas Kristen Maranatha

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap data, serta penampilan dari hasilnya (Arikunto, 2006: 12). Penelitian

Bab II Tinjauan Pustaka

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH PELATIHAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN DIVISI SUMBER DAYA MANUSIA DI HOTEL BOROBUDUR JAKARTA

PERSEPSI GURU PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP MEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN SENAM LANTAI DI SMP SE-KABUPATEN BANJARNEGARA

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha

ANALISIS KETERAMPILAN TECHNOLOGICAL PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE (TPCK) GURU BIOLOGI SMA NEGERI KOTA PEKANBARU

STUDI DESKTIPTIF TENTANG PEMAHAMAN GURU DAN PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN REALIA, MODEL DAN GRAFIS OLEH GURU JURNAL. Oleh

BAB III METODE PENELITIAN. masalah dalam penelitian. Melalui penelitian manusia dapat menggunakan

ABSTRAK. (Kata kunci : College adjustment ) Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. viii. Universitas Kristen Maranatha

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian dalam hal ini adalah pengguna (Dosen dan Operator) Sistem Informasi

TINGKAT PENGETAHUAN GURU PENJAS SEKOLAH DASAR NEGERI SE- KECAMATAN KOTAGEDE YOGYAKARTA TERHADAP GAYA MENGAJAR LATIHAN

iv Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata kunci : self-esteem, power, significance, competence, virtue, make up. v Universitas Kristen Maranatha

TINGKAT KESULITAN BELAJAR PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN SISWA KELAS V SD NEGERI SE KECAMATAN KOTAGEDE YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016

BAB 3 Metode Penelitian

PERSEPSI SISWA TENTANG KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN PROFESIONAL GURU MATA PELAJARAN IPS SMP SE-KECAMATAN KUTOWINANGUN KABUPATEN KEBUMEN JURNAL

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini beberapa variabel yang akan dikaji adalah :

Abstrak. ii Universitas Kristen Maranatha

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pengukurannya, serta metode analisis yang digunakan.

BAB III METODELOGIPENELITIAN. Setelah menguraikan teori-teori yang digunakan pada penelitian ini, selanjutnya peneliti

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek penelitian adalah sesuatu yang akan menjadi pusat penelitian. Objek

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Peneliti menggunakan dua variabel dalam penelitian ini, yaitu:

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

VOTEKNIKA Jurnal Vokasional Teknik Elektronika & Informatika

BAB III METODE PENELITIAN. pada penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu merupakan

BAB III METODE PENELITIAN

Kata kunci : wellness, emotional-mental wellness,intellectual wellness, physical wellness, social wellness, spiritual wellness.

REGULASI DIRI DALAM BELAJAR PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 83 JAKARTA UTARA

FAKTOR FAKTOR PENDUKUNG KETERLAKSANAAN PEMBELAJARAN SENAM LANTAI MENURUT PENDAPAT PESERTA DIDIK KELAS X DI SMK NEGERI 1 KASIHAN KABUPATEN BANTUL

BAB 3 METODE PENELITIAN. Pada bab ini peneliti akan memaparkan tentang metode penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada Bulan November 2015 di MI Walisongo Semarang.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan pendekatan kuantitatif. Menurut Arikunto penelitian kuantitatif

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

METODOLOGI PENELITIAN

Bab V Evaluasi V.1 Skenario Evaluasi

BAB III METODE PENELITIAN. serta teknik pengujian instrumen. Terakhir akan dibahas mengenai prosedur

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel gaya

REGULASI DIRI BELAJAR PESERTA DIDIK DI KELAS XI SMA NEGERI 2 SIJUNJUNG

IMPLEMENTASI KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU IPS SMP/MTs DI KECAMATAN PANDAK JURNAL SKRIPSI

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang berusaha untuk menjelaskan atau

PERSEPSI SISWA TERHADAP KEGIATAN STUDI BANDING DALAM RANGKA PENINGKATAN MUTU JURUSAN TEKNIK MESIN SMK NEGERI 2 SOLOK

Amrustian Sultoni Ahmad Nurabadi Jurusan AP FIP Universitas Negeri Malang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. terakhir menciptakan sebuah paradigma baru e-commerce yang disebut social

HUBUNGAN ANTARA KETERAMPILAN MENJELASKAN DAN BERTANYA GURU DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA JURNAL. Oleh

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. subjek hadir saat penelitian. Berikut ini merupakan data siswa yang

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap data serta penampilan dari hasilnya.

TINGKAT KETERLAKSANAAN PEMERIKSAAN KESEHATAN BERKALA DI SEKOLAH DASAR NEGERI SE KECAMATAN BAYAT KABUPATEN KLATEN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. menyatakan bahwa variabel dapat dikatakan sebagai suatu sifat yang

BAB III METODE PENELITIAN. masing-masing akan dijelaskan dalam sub bab berikut.

BAB III METODE PENELITIAN A.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Bab ini berkenaan dengan persiapan dan pelaksanaan penelitian. Dalam

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Tabel 3.1 Variabel Penelitian

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. yang banyak menggunakan angka-angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data serta penampilan dari hasilnya.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB III METODE PENELITIAN

ABSTRAK. Universitas Kristen Marantha

BAB III METODE PENELITIAN


PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BIOLOGI BERBASIS TEKNOLOGI DAN INFORMASI MELALUI MODEL JOYFUL LEARNING. Oleh: Sugianto Universitas Wiralodra

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ABSTRAK. Kata kunci : Resiliensi kerja, responden. vii. Universitas Kristen Maranatha

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. yang menekankan analisisnya pada data-data numerical (angka) yang dioleh

ABSTRAK. vii Universitas Kristen Maranatha

Analisis Pengaruh System Quality, Information Quality, Service Quality Terhadap Net Benefit Pada Sistem KRS-Online Universitas Muhammadiyah Malang

Keywords: Difficulties of physical education teachers, Learning aquatic

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif

BAB III METODE PENELITIAN. yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah : 2. Variabel Bebas : Kecerdasan Emosi dan Dukungan sosial

BAB 3 METODE PENELITIAN Variabel Penelitian & Definisi Operasional Variabel Terikat. keterlambatan (withdrawal behavior).

Kontribusi Pengelolaan Laboratorium Komputer Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran TIK SMP di Kota Padang

KONTRIBUSI MINAT, MOTIVASI, PERKEMBANGAN TEKNOLOGI TERHADAP KREATIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN SENI BUDAYA DI SMA N 1 PULOKULON

ABSTRAK Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha

TANGGAPAN SISWA KELAS VII TERHADAP PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN DI SMP NEGERI 2 PLERET

Berikut ini akan dijelaskan batasan variabel penelitian dan indikatornya, seperti dalam Tabel. 1, berikut ini:

BAB 4 HASIL PENELITIAN. menguji validitas dan realbilitas setiap butir-butir pertanyaan kuesioner. Responden

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun tempat yang dijadikan lokasi penelitian adalah Kantor Dinas Kesehatan

di Instansi Pemerintah : Model Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan dan Pengaruhnya Terhadap Produktivitas

HUBUNGAN EFIKASI DIRI DENGAN MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK SMP NEGERI 1 PANTI KAB. PASAMAN

HUBUNGAN KONSEP DIRI DAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA MAHASISWA PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI

Transkripsi:

Analitika: Jurnal Magister Psikologi UMA, Vol. 14 (1) Juni (2022) ISSN: 2085-6601 (Print), ISSN: 2502-4590 (Online) DOI: : http://doi.org/10.31289/analitika.v14i1.6015 ANALITIKA Jurnal Magister Psikologi UMA Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/analitika Technology Readiness dan Computer Self Efficacy Technology Readiness and Computer Self Efficacy On Teachers In Online Learning Systems Harry Theozard Fikri * & Rina Mariana Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Putra Indonesia YPTK Padang, Indonesia Submitted: 29 Oktober 2021; Reviewed: 6 April 2022, Accepted: 15 Juni 2022 *Corresponding author: E-mail: harrytheozard@yahoo.com Abstrak Penelitian ini bertujuan melakukan analisis tentang technology readiness dan computer self efficacy guru dalam menjalani pembelajaran daring di masa Covid-19. Penelitian dilakukan pada tahun 2021 dengan metode deskriptif kualitatif. Responden penelitian ditetapkan dengan metode sampling jenuh, yaitu guru Sekolah Dasar Negeri di Kelurahan Pagambiran Ampalu Nan XX. Data penelitian diperoleh melalui survei (kuesioner) yang diberikan kepada 45 responden yang ditindaklanjuti dengan kegiatan Focus Group Discussion-FGD sebagai pendalaman dari hasil penelitian yang diperoleh melalui survei. Fokus FGD pada pendalaman ketidaknyamanan (discomfort) guru dalam pembelajaran daring dan tingkat kapabilitas yang diharapkan guru dalam penggunaan komputer (magnitude). Hasil penelitian menunjukkan Tingkat Technology Readiness (TRI) responden dalam sistem pembelajaran daring berada pada kategori Medium Technology Readiness Index. Sementara itu, tingkat computer self efficacy (CSE) guru berada pada kategori sedang. Hal ini ditegaskan melalui hasil FGD bahwa pada umumnya guru masih belum mahir dan paham menggunakan teknologi digital, pengetahuan guru terhadap jenis-jenis teknologi hanya sebatas penggunaan laptop dan WhatsApp, serta guru masih berharap adanya pendampingan ataupun pelatihan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam berteknologi. Kata kunci: Technology Readiness; Computer Self Efficacy; Pembelajaran Daring Abstract This research aims to conduct an analysis of technology readiness and computer self efficacy teachers in undergoing online learning in the Covid-19 period. The research was conducted in 2021 with qualitative descriptive methods. The study respondents were determined by a saturated sampling method; the teacher of Public Elementary School in Pagambiran Ampalu Nan XX Village. The research data was obtained through a survey (questionnaire) given to 45 respondents who followed up with Focus Group Discussion-FGD activities as a deepening of the results of research obtained through the survey. FGD's focus is on deepening teacher discomfort in online learning and the level of capability that teachers expect in computer use (magnitude). The results showed that the level of technology readiness (TRI) respondents in online learning systems was in the Medium Technology Readiness Index category. Meanwhile, the level of computer self efficacy (CSE) teachers is in the medium category. This is confirmed through the results of FGD that in general teachers are still not fluent and understand in using digital technology, teacher s knowledge of these kinds of technology is only limited to the use of laptops and WhatsApp. The teachers also still hope for mentoring or training to improve their ability in applying technology. Keywords: Technology Readiness; Computer Self Efficacy; Online Learning How to Cite: Fikri, H.T., & Rina, M. (2022). Technology Readiness dan Computer Self Efficacy pada Guru dalam Sistem Pembelajaran Daring. Analitika: Jurnal Magister Psikologi UMA, 14 (1): 47 58. 47

Harry Theozard Fikri & Rina Mariana, Technology Readiness dan Computer Self Efficacy PENDAHULUAN Virus Covid-19 menjadi tantangan baru khususnya di bidang pendidikan yakni terjadi hampir di seluruh dunia. Individu harus mengandalkan kemampuan untuk beradaptasi baik dalam pikiran, perilaku, dan emosi untuk menghadapi situasi yang berubah dengan cepat (Gestiardi, Sarwanto, Chumdari, & Maryani, 2021). Virus ini telah mengancam pendidikan hampir 300 juta siswa di seluruh dunia (Akmal, Fikri, Rahmawati, Hendri, & Sari, 2021). Hasil laporan UNESCO per 20 Desember 2020 sebanyak 40 negara telah melakukan penutupan sementara sekolah sebagai upaya mencegah penyebaran virus Covid-19. Keputusan ini pada akhirnya memberikan dampak yang sangat terasa pada berkurangnya waktu mengajar dan menurunnya prestasi siswa (Amalia & Sa adah, 2020). Akibat dari penyebaran virus Covid-19 yang sulit diprediksi membuat banyak negara mengambil keputusan untuk menghentikan pengajaran tatap muka dan memutuskan untuk menutup sekolah serta universitas (Dhawan, 2020). Indonesia sebagai salah satu negara yang sedang menuju fase negara maju di kawasan ASEAN, sangat terkena dampak krisis pandemi Covid-19 yang melanda kawasan Asia Tenggara, dengan jumlah penduduk yang cukup besar di urutan keempat dunia, menyebabkan Indonesia menjadi negara dengan kasus suspek Covid-19 tertinggi (Abidin & Tobibatussa adah, 2020). Dunia pendidikan di Indonesia merespons pandemi Covid-19 dengan meniadakan kegiatan belajar mengajar tatap muka dan menggantinya dengan kegiatan belajar mengajar online atau pembelajaran daring untuk semua jenjang. Pembelajaran daring atau online adalah metode penyampaian materi pembelajaran yang dipisahkan oleh ruang dan waktu dengan memanfaatkan teknologi komunikasi (Krsmanovic, Djuric, & Dmitrovic, 2011). Safitri & Nugraha (2021) menyatakan bahwa pemerintah telah melakukan perubahan proses penyampaian materi pembelajaran selama pandemi secara daring. Ini diperkuat oleh keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan sesuai surat edaran terkait aktivitas pendidikan menginstruksikan seluruh aktivitas terkait pembelajaran di sekolah atau perguruan tinggi tidak diperbolehkan secara tatap muka, akan tetapi penyelenggaraan pembelajaran dilaksanakan dengan daring atau jarak jauh agar dapat menekan perkembangan dan penyebaran Covid-19 semakin luas (Lindasari, Nuryani, & Sukaesih, 2021). Pembelajaran daring digunakan untuk memaksimalkan proses pembelajaran meskipun tidak dilakukan tanpa pertemuan tatap muka (Febrianto, Mas udah, & Megasari, 2020). Meskipun guru dan siswa tidak bertatap muka langsung di sekolah, guru tetap dapat menyampaian ajar dan siswa tetap dapat menerima pelajaran tanpa harus keluar rumah, merasa aman dan efetif dengan pembelajaran daring (Nifriza & Yenti, 2021). Tantangan yang harus dihadapi oleh guru selama proses pembelajaran daring yaitu memberikan layanan optimal bagi siswa. Walaupun menurut (Rulandari, 2020), efektivitas kebijakan pembelajaran daring masih perlu dipelajari mengingat tidak semua siswa mematuhi anjuran belajar dari rumah, namun memanfaatkan momen ini sebagai ajang liburan. Perubahan cepat dari tatap muka belajar ke pembelajaran daring atau online telah mengejutkan para praktisi dan institusi pendidikan, tanpa persiapan apapun guru dan siswa dipaksa untuk melakukan kegiatan belajar mengajar secara online 48

Analitika: Jurnal Magister Psikologi UMA, 14 (1) (2022): 47-58 (Asghar, Barberà, & Younas, 2021). Hal ini terbukti menimbulkan masalah baru dalam proses pembelajaran daring. Aji (2020) mengungkapkan bahwa salah satu hambatan pembelajaran daring adalah keterbatasan penguasaan guru terhadap terknologi informasi yang disebabkan oleh ratarata guru di Indonesia di dominasi kelahiran di bawah 1980-an. Menurut Sojanah et al. (2021), guru masih dihadapkan pada berbagai permasalahan seperti standar guru yang rendah dan rendahnya penguasaan konten media dan literasi teknologi. Mastura & Santaria (2020) menemukan bahwa banyak dari guru tidak ahli dan paham cara penggunaan teknologi dalam pembelajaran daring. Terbukti guru merasa kesulitan dalam merancang metode yang sesuai dan tepat untuk siswa. Keterampilan guru yang rendah dalam menggunakan teknologi mempengaruhi komunikasi, interaksi bahkan hasil belajar siswa (Yu & Richardson, 2015). Dipertegas oleh Turel (2014), keberhasilan penggunaan teknologi dalam pendidikan di sekolah dasar, menengah dan atas adalah sepenuhnya di tangan guru. Jika guru menggunakan teknologi pendidikan secara efisien sebagai alat, maka mereka lebih mungkin untuk memungkinkan siswa dan siswa untuk mencapai yang ditargetkan tujuan, yaitu untuk mendapatkan literasi, numerasi, komunikasi, pembelajaran yang diperlukan cara belajar dan keterampilan TIK. Kemudian, dapat dikatakan bahwa guru menggunakan teknologi pendidikan dalam arti sebenarnya (Turel, 2014). Mempelajari karakteristik guru dalam kesiapan belajar online akan menjadi salah satu cara untuk mencapainya keberhasilan belajar, termasuk pada masa darurat ini. Aspek yang dapat dikaji dalam hal ini adalah masalah teknologi (Sulisworo et al., 2021). Kesiapan guru dalam menerima dan menggunakan teknologi dalam proses belajar mengajar dikenal dengan istilah technology readiness. Parasuraman & Colby (2015) menyatakan technology readiness merupakan kecenderungan seseorang untuk mau menggunakan sebuah teknologi baru yang bertujuan untuk mencapai kehidupan seharihari ataupun di dalam tempat kerja. Penggunaan teknologi umumnya akan menguntungkan akan tetapi kuncinya terletak pada penggunanya (Martínez-Gautier, Garrido-Yserte, & Gallo-Rivera, 2021). Para guru membangun lingkungan belajar online dan memunculkan kehadiran sosial serta kehadiran kognitif melalui penggunaan teknologi seperti platform belajar yang tepat sehingga dapat menentukan keberhasilan (Gooch & Watts, 2015). Technology readiness diukur dengan empat dimensi atau dikenal dengan Technology Readiness Index (TRI) terdiri dari: 1) Optimism yakni pandangan positif seseorang terhadap teknologi dan kepercayaannya bahwa teknologi mampu meningkatkan kontrol, fleksibilitas, serta efisiensi dalam kehidupan, 2) Innovativeness adalah tingkat dimana pengguna mampu memunculkan ide-ide baru relative lebih awal dibandingkan pengguna lain dari sistem, 3) Discomfort adalah ketidaknyaman pengguna saat berhadapan dengan teknologi baru, dan 4) Insecurity yaitu sikap curiga dari pengguna terhadap keamanan teknologi serta alasan keamanan pada data pribadi. 49

Harry Theozard Fikri & Rina Mariana, Technology Readiness dan Computer Self Efficacy Summak dalam Noprianto (2016) pada penelitiannya menunjukkan bahwa tingkat technology readiness guru tidak tinggi. Dampak yang diberikan adalah munculnya beberapa permasalahan dalam proses integrasi, maka instansi terkait seharusnya dapat merancang beberapa kegiatan untuk meningkatkan kesiapan teknologi guru, sehingga dapat berkontribusi terhadap keberhasilan integrasi teknologi dan kualitas pendidikan. Sejalan dengan hasil penelitian (Fitriah & Mirianda, 2019) yang menyatakan bahwa kondisi guru saat ini terbukti belum cukup siap mendukung perkembangan pendidikan berbasis teknologi disebabkan banyak guru yang gagap teknologi dan enggan belajar untuk mengikuti perkembangan dan kemajuan teknologi komunikasi. Terlebih dilihat dari permasalahan pendidikan di Indonesia yang memiliki wilayah-wilayah terpencil dan terisolir, sehingga membuat pengembangan keterampilan guru dalam menggunakan teknologi sulit dilakukan. Selain technology readiness, cara efektif dalam mengintegrasikan teknologi pada proses pembelajaran saat pandemi Covid-19 bergantung pada computer self efficacy guru. Nurhikmah (2019) menyatakan faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan dalam pembelajaran daring adalah computer self efficacy. Putra & Nugroho (2016) mengungkapkan dengan adanya computer self efficacy, penggunaan komputer menjadi hal penting yang harus dikuasai dan tidak perlu dihindari. Begitu pula, Keshavarz, (2020) menyatakan dalam computer self efficacy, kemampuan seseorang untuk bekerja dengan komputer secara individu dan kemampuan penggunaan komputer yang tepat lebih dipertimbangkan. Secara definisi, Howard (2014) menyatakan menurut beberapa ahli computer self efficacy diartikan sebagai perasaan individu atas kemampuannya bekerja dengan komputer. Delcourt & Kinzie dalam Thangarasu & De Paul (2014) menyatakan bahwa efikasi diri komputer sebagai ukuran seberapa percaya diri pengguna komputer atas kemampuan untuk memahami, menggunakan, serta menerapkan pengetahuan komputer dan keterampilan yang dimilikinya. Selain itu, individu dengan efikasi diri komputer yang tinggi akan merasa lebih kompeten saat menggunakan perangkat keras dan perangkat lunak komputer yang berbeda. Namun, efikasi diri komputer yang rendah mengarah pada keyakinan bahwa individu akan menghadapi kesulitan saat menggunakan perangkat keras dan perangkat lunak komputer. Dipertegas oleh pernyataan Hill & Hannafin; Murphy dalam Knowles et al. (2015) bahwa seseorang dengan self efficacy rendah kurang memiliki kepercayaan pada kemampuannya untuk memanipulasi sebuah sistem sesuai dengan hasil yang diinginkannya. Akibatnya, ia cenderung menerima daripada mempertanyakan informasi yang dihasilkan sistem yang dikendalikan oleh program. Pengguna self efficacy tinggi cenderung lebih gigih dan percaya diri pada kemampuannya untuk menemukan sumber daya yang dicari. Dalam penelitian ini akan dianalisis lebih mendalam mengenai technology readiness dan computer self efficacy guru dalam pembelajaran daring. Hasil penelitian ini akan berkontribusi pada pemahaman tentang perbedaan antara media daring dan tatap muka dan bagaimana tingkat technology readiness dan computer self efficacy guru, maka akan berguna untuk pengembangan selanjutnya. 50

Analitika: Jurnal Magister Psikologi UMA, 14 (1) (2022): 47-58 METODE PENELITIAN Metode penelitian secara umum dipandang sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti kondisi objek yang alamiah (Sugiyono, 2017). Penelitian ini termasuk dalam metode kualitatif, yaitu suatu penelitian kontekstual yang menjadikan manusia sebagai instrument dan disesuaikan dengan situasi alamiah dalam kaitannya dengan pengumpulan data yang bersifat kualitatif. Penelitian kualitatif dilakukan untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan memanfaatkan berbagai metode ilmiah. Sedangkan, pendekatan metode penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Jenis penelitian deskriptif kualitatif merupakan metode penelitian yang memanfaatkan hasil data apa adanya tanpa proses manipulasi atau perlakuan lain. Alat pengumpulan data berupa survei kuesioner, yaitu kuesioner Technology Readiness Index terdiri dari empat dimesi meliputi optimism, innovativeness, discomfort dan insecurity (Parasuraman & Colby, 2015) dengan total item 16 aitem. Kuesioner computer self efficacy terdiri dari 3 dimensi magnitude, strength, dan generazability Compeau dan Higgins dalam Sidik & Sumartini (2021) dengan total 9 aitem. Selanjutnya, data penelitian diperoleh melalui survei kuesioner ditindaklanjuti dengan kegiatan Focus Group Discussion-FGD sebagai pendalaman dari hasil penelitian. FGD, yaitu suatu teknik pengumpulan data yang bertujuan menemukan makna sebuah tema menurut pemahaman sebuah kelompok. Sampel penelitian ditetapkan secara sampling jenuh yaitu menetapkan seluruh populasi sebagai sampel yang berjumlah 45 orang guru SD Negeri di Kelurahan Pagambiran Ampalu Nan XX Kecamatan Lubuk Begalung. HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Validitas dan Reliabilitas Penelitian ini memanfaatkan SPSS v.23 untuk proses pengujian tingkat validitas dan reliabilitas instrumen. Sebagaimana dijelaskan bahwa penelitian ini menggunakan dua jenis kuesioner survei, yaitu untuk mengukur Technology Readiness dan Computer Self Efficacy. Hasil uji validitas instrumen kuesioner Technology Readiness dengan perbandingan nilai r-hitung > r-tabel (corrected item total correlation) derajat kepercayaan 95% (α = 5 %), nilai r-tabel = 0,294. Hasil uji diperoleh koefisien korelasi item-item pernyataan lebih besar dari r-tabel = 0,294, maka item-item pernyataan adalah valid. Pengujian reliabilitas menggunakan Cronbach Alpha (α). Pada kuesioner Technology Readiness nilai Cronbach Alpha sebesar 0,888, ini menandakan instrumen penelitian reliabel dan item-item pernyataan memiliki kelayakan untuk dijadikan alat ukur penelitian. 51

Harry Theozard Fikri & Rina Mariana, Technology Readiness dan Computer Self Efficacy Sedangkan, untuk hasil analisis uji validitas instrumen kuesioner Computer Self Efficacy dengan perbandingan nilai r-hitung > r-tabel (corrected item total correlation) derajat kepercayaan sebesar 95% (α = 5 %), nilai r-tabel = 0,294. Hasil uji diperoleh koefisien korelasi item-item pernyataan lebih besar dari r-tabel = 0,294, maka item-item pernyataan adalah valid. Pengujian reliabilitas menggunakan Cronbach Alpha (α). Pada kuesioner Computer Self Efficacy nilai Cronbach Alpha sebesar 0,864, ini menandakan instrumen penelitian reliabel dan item-item pernyataan memiliki kelayakan untuk dijadikan alat ukur penelitian. Memperhatikan data hasil analisis untuk kedua jenis kuesioner yang digunakan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kedua instrumen mampu menunjukkan tingkat validitas dan reliabilitas yang tinggi. Technology Readiness Teknik analisis data yang digunakan pada variabel Technology Readiness adalah analisis statistik deskriptif. Teknik ini dilakukan untuk menganalisis data penelitian dengan mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul dengan data berbentuk tabel, mean, dan perhitungan persentase. Analisis Technology Readiness Index (TRI) dilakukan untuk menganalisis data yang telah terkumpul oleh peneliti dari responden. Perhitungan TRI dilakukan dengan menghitung nilai mean dari masingmasing kuesioner yang dikalikan dengan bobot tiap pertanyaan. Bobot nilai dari tiap variabel terhadap total sebesar 25%. Selanjutnya, bobot terhadap total dibagi dengan jumlah pertanyaan n, lalu nilai mean dari pernyataan dikalikan dengan bobot masingmasing pernyataan untuk mendapatkan skor total untuk tiap pernyataan. Skor total TRI diperoleh dari jumlah total dari skor total masing-masing pernyataan. Kategori TRI menurut Parasuraman & Colby, 2015), terdiri dari 3 tingkatan, yakni: (a) Low Technology Readiness Index, kesiapan pengguna dianggap rendah jika nilai TRI sama atau kurang dari 2,89 (TRI =< 2,89); (b) Medium Technology Readiness Index, kesiapan pengguna dianggap pada tahap medium jika nilai TRI ada diantara 2,90 sampai 3,51 (2,90 =< TRI =< 3,51); dan (c) High Technology Readiness Index, kesiapan pengguna dikatakan tinggi apabila nilai TRI lebih dari 3,51 (TRI > 3.51). Kategori High Technology Readiness dijadikan acuan sebagai penentu tingkat kesiapan terbaik. Setiap variabel memiliki bobot yang sama terhadap total, sehingga dapat disimpulkan bahwa skor minimum High Technology Readiness sebesar 3,51 dapat dibagi dengan jumlah variabel penyusun sehingga didapatkan skor minimum variabel sebesar 0,8775. Sehingga variabel yang memiliki skor dibawah 0,8775 perlu untuk ditingkatkan. Tabel 1 merupakan nilai dari skor total setiap dimensi dan juga skor TRI. Tabel 1. Technology Readiness Index (TRI) Variabel Nilai Optimism 0,8417 Innovativeness 0,7708 Discomfort 0,7500 Insecurity 0,8000 TRI 3,1625 52

Analitika: Jurnal Magister Psikologi UMA, 14 (1) (2022): 47-58 Berdasarkan kategori TRI yang dilakukan diketahui bahwa tingkat technology readiness guru dalam sistem pembelajaran daring yang diambil dari 45 responden berada pada Medium Technology Readiness Index dengan nilai rata-rata 3,1625. Pada tabel 1, variabel Optimism memberikan kontribusi terbesar dengan nilai 0,8417 dan persentase 27% terhadap skor total TRI. Hal ini menunjukan bahwa guru Sekolah Dasar Negeri di Kelurahan Pagambiran Ampalu Nan XX memiliki pandangan positif terhadap penggunaan teknologi dalam pembelajaran daring. Guru percaya bahwa penggunaan teknologi berkontribusi pada kualitas mengajar dan memudahkan akses terhadap pembelajaran serta membuat guru lebih produktif dalam kegiatan mengajar. Kemudian tingkat inovasi pengguna yang rendah ditunjukkan pada variabel Innovativeness dengan nilai 0,7708 dan persentase 24%. Nilai ini menunjukan bahwa sifat inovatif guru masih perlu ditingkatkan dalam pengadopsian dan pemanfaatan teknologi. Guru terlihat sulit memahami manfaat dari teknologi baru sehingga kurang percaya diri terhadap hasil dari penggunaan teknologi pada pembelajaran daring dan sungkan untuk mengkomunikasikannya dengan guru lainnya. Kurangnya sifat inovatif guru dapat dilihat saat guru hanya mampu membuat konten media ajar berupa video standar yang dibuat secara mandiri dengan merekam diri sendiri dalam menjelaskan materi ajar kepada siswa. Cara lain yang digunakan oleh guru adalah memanfaatkan media YouTube untuk mencari video pembelajaran sesuai materi ajar untuk selanjutnya dikirimkan kepada siswa melalui Whatsapp. Menurut pengakuan guru bahwa kreativitas dan inovasi untuk menciptakan media pembelajaran saat ini masih sangat terbatas karena kurangnya keterampilan yang dimiliki serta usia dianggap sebagai faktor penghambat. Variabel Discomfort memberi kontribusi terkecil sebesar 0,7500 dan persentase 24% dari skor total. Dari nilai yang didapatkan, itu berarti guru Sekolah Dasar Negeri di Kelurahan Pagambiran Ampalu Nan XX tingkat kenyamanan guru terhadap penggunaan teknologi perlu ditingkatkan. Ketidaknyamanan umumnya muncul sebagai akibat dari kurangnya penguasaan atas teknologi sehingga menghadirkan perasaan kurang nyaman bahkan kewalahan dalam menggunakan teknologi tersebut. Guru yang tidak nyaman dalam menggunakan teknologi saat proses pembelajaran seringkali membutuhkan bantuan dalam mengoperasikan teknologi baru sehingga cenderung memakai teknologi sederhana karena adanya anggapan bahwa teknologi sebagai sesuatu yang kompleks yang kompleks dan mungkin sulit untuk digunakan. Ketidaknyaman terhadap teknologi membuat guru menjadi pesimis dan tidak inovasi dalam mengembangkan materi pembelajaran. Kemudian tingkat kepercayaan pengguna akan keamanan sistem pembelajaran daring ditunjukkan oleh skor yang didapatkan variabel Insecurity memiliki skor terbesar kedua dengan nilai 0,8000 dan persentase 25%. Nilai tersebut berarti, guru memiliki tingkat keamanan yang cukup tinggi terhadap penggunaan teknologi. Insecurity mempunyai indikasi adanya pandangan skeptis guru terhadap teknologi dan keraguannya terhadap kemampuan teknologi untuk berfungsi sesuai dengan yang diharapkan. Guru akan merasa aman jika dirinya mempunyai privasi termasuk adanya jaminan bahwa teknologi yang digunakan dalam pembelajaran daring dapat berfungsi 53

Harry Theozard Fikri & Rina Mariana, Technology Readiness dan Computer Self Efficacy dengan baik. Sedangkan, guru akan merasa tidak aman terhadap teknologi akan cenderung menghindari teknologi dan tidak berusaha untuk mencari tahu atau mencoba teknologi baru kecuali dalam kondisi terpaksa. Ketidakamanan dalam pembelajaran daring yang dirasakan oleh guru adalah saat guru akan membagikan materi ajar kepada siswa melalui platform media yang seharusnya membutuhkan kualitas internet yang baik tetapi terkadang masih terdapat permasalahan sinyal yang tidak stabil sehingga membuat guru tidak dapat melaksanakan proses pembelajaran. Hal ini bermakna bahwa rerata guru masih memerlukan kesiapan teknologi dalam pembelajaran daring. Kesiapan guru menjadi bagian penting untuk mencapai keberhasilan dalam belajar online yang berkaitan langsung dengan kemampuan guru menggunakan dan mengolah banyak sistem teknologi yang dimanfaatkan untuk belajar daring (Salsabila, Sari, Lathif, Lestari, & Ayuning, 2020) Dari hasil analisis dimensi Technology Readiness, guru dihimbau untuk mengurangi ketidaknyaman dalam pembelajaran daring yang disebabkan karena rasa kebingungan saat menghadapi masalah pada teknologi yang digunakan saat mengajar, merasa tidak adanya bantuan teknis (technical support), serta rasa tidak percaya diri saat menggunakan teknologi dalam pembelajaran daring. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian (Badri, Al Rashedi, Yang, Mohaidat, & Al Hammadi, 2014), menyebutkan bahwa dalam konteks pendidikan, guru yang mendapat nilai tinggi dalam ketidaknyamanan menganggap teknologi baru dalam pengajaran sebagai masalah lebih kompleks dan sering menyebabkan reaksi mulai dari kejengkelan hingga kekecewaan dan frustrasi. Selain itu, guru tersebut mungkin menggunakan produk dan layanan berbasis teknologi lebih jarang dari sebelumnya. Computer Self Efficacy Data kuesioner Computer Self Efficacy dianalisis untuk mengetahui Computer Self Efficacy pada guru dalam pembelajaran daring. Pilihan jawaban dari butir pernyataan menggunakan skala likert dengan rentang penilaian 1 s/d 5. Data penelitian yang diperoleh adalah skala ordinal dengan perhitungan menggunakan SPSS versi 23. Hasil analisis deskriptif variabel Computer Self Efficacy pada guru dalam sistem pembelajaran daring berdasarkan kategori (tinggi, sedang dan rendah) menghasilkan guru dengan Computer Self Efficacy pada kelompok tinggi terdapat 9 orang yaitu sekitar 20%, pada kelompok sedang terdapat 36 orang guru yaitu sekitar 80%, dan tidak terdapat guru dengan kelompok rendah. Rata-rata dan standard deviasi kemampuan Computer Self Efficacy pada guru keseluruhan adalah 27 dan 6. Hasil angket Computer Self Efficacy setiap dimensi untuk seluruh guru ditampilkan pada Tabel 2. Tabel 2. Skor Empirik dan Hipotetik Variabel Computer Self Efficacy Setiap Dimensi Variabel Mean Empirik (X) Mean Hipotetik (m) Std. Dev. Hipotetik (sd) Magnitude 9,7778 9 2 Strength 3,2444 9 2 Generazability 3,7111 9 2 54

Analitika: Jurnal Magister Psikologi UMA, 14 (1) (2022): 47-58 Tabel 3. Kategorisasi Variabel Computer Self Efficacy Setiap Dimensi Dimensi Rentang Skor Jumlah Responden Kategori Persentase X 7 5 Rendah 11 Magnitude 7 X < 11 28 Sedang 62 X 11 12 Tinggi 27 Total 45 100 Variabel Rentang Skor Jumlah Responden Kategori Persentase Strength Generazability X 7 1 Rendah 2 7 X < 11 14 Sedang 31 X 11 30 Tinggi 67 Total 45 100 X 7 0 Rendah 0 7 X < 11 36 Sedang 80 X 11 9 Tinggi 20 Total 45 100 Berdasarkan tabel 3, diketahui bahwa pada dimensi magnitude (tingkat kesulitan) sebanyak 5 orang guru dengan persentase 11% memiliki magnitude yang rendah, guru yang memiliki magnitude yang sedang sebanyak 28 orang dengan persentase 62%, sedangkan guru yang memiliki magnitude yang tinggi sebanyak 12 orang dengan persentase 27%. Artinya rata-rata guru memiliki magnitude yang sedang. Hal ini menunjukkan bahwa guru sudah cukup berupaya mengerjakan tugas-tugas melalui teknologi dalam pembelajaran daring yang dianggapnya dapat dilaksanakan dan sedapat mungkin menghindari situasi dan perilaku diluar batas kemampuannya. Pada dimensi strength (tingkat keyakinan atau pengharapan) diketahui bahwa sebanyak 1 orang guru dengan persentase 2% memiliki strength yang rendah, guru yang memiliki strength yang sedang sebanyak 14 orang dengan persentase 31%, sedangkan guru yang memiliki strength yang tinggi sebanyak 30 orang dengan persentase 67%. Artinya rata-rata guru memiliki strength yang tinggi. Dapat dimaknai bahwa guru memiliki pengharapan yang cukup kuat dan mantap sehingga memiliki dorongan untuk berupayan lebih dalam menyelesaikan tugas dengan baik sekalipun dengan berbagai keterbatasannya dalam pembelajaran daring serta kurangnya pengalaman yang menunjang dalam pembelajaran daring seperti saat ini. Dimensi terakhir yaitu generazability (tingkat persepsi) sebanyak 0 orang guru dengan persentase 0% memiliki generazability yang rendah, guru yang memiliki generazability yang sedang sebanyak 36 orang dengan persentase 80%, sedangkan guru yang memiliki generazability yang tinggi sebanyak 9 orang dengan persentase 20%. Artinya persepsi guru atas kemampuannya yang mengacu pada penggunaan teknologi dalam pembelajaran daring yang berbeda dengan sistem pembelajaran tatap muka memiliki nilai persentase dengan kategori sedang. Guru tidak merasa pesimis tetapi juga tidak optimis. Guru tetap berusaha menyelesaikan tugasnya tanpa mencari strategi untuk menyelesaikannya dengan baik. Dari hasil penelitian ini, bermakna bahwa guru dengan Computer Self Efficacy tinggi akan memiliki keyakinan yang tinggi dalam menyelesaikan permasalahan pembelajaran daring, sebaliknya guru dengan Computer Self Efficacy rendah akan memiliki keyakinan 55

Harry Theozard Fikri & Rina Mariana, Technology Readiness dan Computer Self Efficacy yang rendah dalam menyelesaikan permasalahan pembelajaran daring. Guru yang memiliki Computer Self Efficacy tinggi dapat menilai apakah sistem yang digunakan dalam pembelajaran daring yang diterapkan dapat bermanfaat atau tidak dan dapat mengukur tingkat kemudahan saat mengakses sistem tersebut. Guru akan berupaya memecahkan permasalahan yang dipersepsikan agar dapat diselesaikan, serta dapat menghindari permasalahan yang telah dipersepsikannya di luar batas kemampuan yang dimiliki oleh guru Sekolah Dasar Negeri di Kelurahan Pagambiran Ampalu Nan XX. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Keshavarz (2020) bahwa dalam Computer Self Efficacy, kemampuan individu dalam bekerja dengan komputer lebih dipertimbangkan. Computer Self Efficacy yang lebih tinggi mengarah pada penggunaan internet yang lebih baik dan lebih tinggi. Selanjutnya, Computer Self Efficacy dapat dijadikan dasar pembelajaran keterampilan. Focus Group Discussion Hasil Focus Group Discussion (FGD) secara umum menunjukkan bahwa pada awal pandemi Covid-19, guru peserta FGD secara konsisten menyatakan bahwa teknologi berperan penting dalam pembelajaran daring. Teknologi menjadi media interaksi dan transfer informasi dalam pembelajaran, serta membantu guru memberikan materi pembelajaran. Namun, banyak guru masih belum mengenal dengan baik bagaimana penggunaan berbagai platform pembelajaran seperti Google Clasroom, aplikasi Moodle, e- learning, video conference dengan zoom, google meet dan lainnya. Tidak jarang pelaksanaan pembelajaran yang digunakan guru hanya memanfaatkan Whatsapp Group. Salsabila et al. (2020) menegaskan bahwa permasalahan yang sering terjadi dalam pembelajaran daring yaitu kurangnya kreativitas dan penguasaan media pembelajaran oleh guru pada masa pandemi. Secara umum, hasil FGD menjelaskan bahwa guru secara konsisten menyatakan adanya ketidaknyamanan menggunakan teknologi dalam pembelajaran daring. Ketidaknyamanan ini muncul karena adanya kecemasan guru terhadap penggunaan teknologi akibat kurangnya pengetahuan dan keterampilan guru menggunakan teknologi, kepercayaan diri yang rendah, tidak adanya bantuan teknis (technical support) dari sekolah untuk membantu mempelajari teknologi dalam pembelajaran daring pada masa pandemi Covid-19. Hasil ini dipertegas oleh Badri et al. (2014) bahwa dimensi ketidaknyamanan dapat menghambat adopsi teknologi oleh guru. Menurut Mastura & Santaria (2020) dampak menonjol dari pandemi Covid-19 terhadap proses pengajaran bagi guru yaitu tidak semua guru mahir dalam menggunakan teknologi. Kompetensi guru dalam penggunaan teknologi sangat mempengaruhi kualitas pembelajaran dan hasil pada siswa. Hal terakhir yang nampak sangat menonjol dari peserta diskusi adalah kecenderungan guru untuk meminta pertolongan kepada seseorang untuk membantunya dalam penggunaan teknologi. Semua peserta diskusi menyatakan bahwa dukungan dari ahli atau seseorang yang memahami teknologi sangat mereka butuhkan karena akan dapat membantu guru mengatasi kesulitan mereka dalam penggunaan teknologi dan 56

Analitika: Jurnal Magister Psikologi UMA, 14 (1) (2022): 47-58 persiapan pembelajaran. Fitriah & Mirianda (2019) telah menegaskan sebelumnya bahwa solusi dalam segi kesiapan SDM dalam dunia pendidikan di Indonesia salah satunya yaitu memberikan pelatihan, pendampingan, dan evaluasi secara kontinyu terkait pemanfaat teknologi pada pendidik untuk mewujudkan pendidik responsive, handal, dan adaptif. SIMPULAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel Optimism memberikan kontribusi sebesar 27% dan variabel Insecurity 25%. Sehingga disimpulkan bahwa variabel Optimism dan Insecurity dalam TRI adalah aspek penunjang Technology Readiness guru dalam sistem pembelajaran daring. Sedangkan, variabel Innovativeness sebesar 24% dan variabel Discomfort 24%, maka dapat disimpulkan bahwa Discomfort dan Insecurity adalah aspek yang menghambat Technology Readines guru dalam sistem pembelajaran daring. Hasil analisis deskriptif Computer Self Efficacy guru dalam sistem pembelajaran daring dengan dimensi magnitude, strength dan generazability menunjukkan bahwa 80% sedang, 20% tinggi, dan tidak terdapat guru dengan tingkat Computer Self Efficacy yang rendah. Dengan demikian, Computer Self Efficacy guru dalam sistem pembelajaran daring memiliki tingkat yang berbeda-beda dari dimensi magnitude dengan rata-rata 27%, dimensi strength 67%, dan dimensi generazability 20% berada pada kategori tinggi. 62%, 31%, dan 80% berada pada kategori sedang yang terdapat pada dimensi magnitude, strength dan generazability, serta yang berada pada kategori rendah 11% terdapat pada dimensi magnitude, dan 2% pada dimensi strength dan generazability. Guru dengan Computer Self Efficacy tinggi akan memiliki keyakinan yang tinggi dalam menyelesaikan permasalahan pembelajaran daring, begitu pula sebaliknya. DAFTAR PUSTAKA Abidin, Z., & Tobibatussa adah. (2020). The Impact Of Covid-19 Pandemic On Education and Judicial Practice In Indonesia. Ri ayah, 5(2): 123 130. Aji, R. H. S. (2020). Dampak Covid-19 pada Pendidikan di Indonesia: Sekolah, Keterampilan, dan Proses Pembelajaran. SALAM: Jurnal Sosial Dan Budaya Syar-i, 7(5). https://doi.org/10.15408/sjsbs.v7i5.15314. Akmal, A., Fikri, A., Rahmawati, T., Hendri, Z., & Sari, N. (2021). Measuring Online Learning Readiness during Corona Virus Pandemic: an Evaluative Survey on History Teachers and Students. JURNAL PAJAR (Pendidikan Dan Pengajaran), 5(1): 98 110. https://doi.org/10.33578/pjr.v5i1.8169. Amalia, A., & Sa adah, N. (2020). Dampak Wabah Covid-19 Terhadap Kegiatan Belajar Mengajar Di Indonesia. Jurnal Psikologi, 13(2): 214 225. https://doi.org/10.35760/psi.2020.v13i2.3572. Asghar, M. Z., Barberà, E., & Younas, I. (2021). Mobile Learning Technology Readiness and Acceptance Among Pre-Service Teachers in Pakistan During the COVID-19 Pandemic. Knowledge Management and E- Learning, 13(1): 83 101. https://doi.org/10.34105/j.kmel.2021.13.005. Badri, M., Al Rashedi, A., Yang, G., Mohaidat, J., & Al Hammadi, A. (2014). Technology Readiness of School Teachers - An Empirical Study of Measurement and Segmentation. Journal of Information Technology Education: Research, 13: 257 275. https://doi.org/10.4172/2169-0316.1000117. Dhawan, S. (2020). Online Learning: A Panacea in the Time of COVID-19 Crisis. Journal of Educational Technology Systems, 49(1): 5 22. https://doi.org/10.1177/0047239520934018. Febrianto, P. T., Mas udah, S., & Megasari, L. A. (2020). Implementation of online learning during the covid-19 pandemic on Madura Island, Indonesia. International Journal of Learning, Teaching and Educational Research, 19(8): 233 254. https://doi.org/10.26803/ijlter.19.8.13. Fitriah, D., & Mirianda, M. U. (2019). Kesiapan Guru Dalam Menghadapi Tantangan Pendidikan Berbasis Teknologi. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Pgri: 148 153. Gestiardi, G., Sarwanto, S., Chumdari, C., & Maryani, M. (2021). Using an Technology Readiness Model to Understand Perceived Usefulness of Learning in the Covid-19 Era. International Journal of Elementary 57

Harry Theozard Fikri & Rina Mariana, Technology Readiness dan Computer Self Efficacy Education, 5(4): 631 638. https://doi.org/10.23887/ijee.v5i4.39188. Gooch, D., & Watts, L. (2015). The Impact of Social Presence on Feelings of Closeness in Personal Relationships. Interacting with Computers, 27(6): 661 674. Howard, M. C. (2014). Creation of A Computer Self-Efficacy Measure: Analysis of Internal Consistency, Psychometric Properties, and Validity. Cyberpsychology, Behavior and Social Networking, 17(10): 677 681. https://doi.org/10.1089/cyber.2014.0255. Keshavarz, H. (2020). Web Self-Efficacy: A Psychological Prerequisite for Web Literacy. Webology, 17(1): 81 98. https://doi.org/10.14704/web/v17i1/a209. Knowles, M.., E.F, H., & Swanson, R.. (2015). The Adult Learner: The Definitive Classic in Adult Education and Human Resource Development (Vol. 8). London: Routledge. Krsmanovic, M., Djuric, M., & Dmitrovic, V. (2011). A survey of student satisfaction with distance learning at faculty of organizational sciences, University of Belgrade. International Conference on Virtual and Networked Organizations, Emergent Technologies, and Tools, 111 117. https://doi.org/https://doi.org/10.1007/ 978-3-642-31800-9_12. Lindasari, S. W., Nuryani, R., & Sukaesih, N. S. (2021). Dampak Pembelajaran Jarak Jauh Terhadap Psikologis Siswa Pada Masa Pandemik Covid 19. Jnc, 4(2): 130 137. Martínez-Gautier, D., Garrido-Yserte, R., & Gallo-Rivera, M.. (2021). Educational performance and ICTs: Availability, Use, Misuse and Context. International Journal of Elementary Education, 135: 173 182. Mastura, & Santaria, R. (2020). Dampak Covid 19 terhadap Proses Pengajaran bagi Guru dan Siswa. Jurnal Studi Guru Dan Pembelajaran, 3(2): 289 294. Nifriza, I., & Yenti, D. (2021). Students Barriers in Learning English Through Online Learning. Linguistic, English Education and Art (LEEA, 5: 39 46. Retrieved from https://journal.ipm2kpe.or.id/index.php/leea /article/view/3013%0ahttps://journal.ipm2kpe.or.id/index.php/leea/article/download/3013/1780. Noprianto, R. (2016). Studi Literatur Pengintegrasian Dua Metode Kesiapan dan Penerimaan Pengguna Terhadap Teknologi Informasi dan Komunikasi. Seminar Nasional Teknologi Informasi Dan Komunikasi, 154 161. Nurhikmah, H. (2019). Analy sis on Students Computer Self -Efficacy Instrument. Advances in Social Science, Education and Humanities Research, 382: 650 654. Parasuraman, A., & Colby, C. L. (2015). An Updated and Streamlined Technology Readiness Index: TRI 2.0. Journal of Service Research, 18(1): 59 74. https://doi.org/10.1177/1094670514539730. Putra, A. K., & Nugroho, M. A. (2016). Pengaruh Computer Anxiety Computer Attitude Dan Computer Self Efficacy Terhadap Minat Menggunakan Software Akuntansi. Jurnal Profita Universitas Negeri Yogyakarta, 3: 1 19. Rulandari, N. (2020). The Impact of the Covid-19 Pandemic on the World of Education in Indonesia. Ilomata International Journal of Social Science, 1(4): 242 250. https://doi.org/10.52728/ijss.v1i4.174. Safitri, N., & Nugraha, S. P. (2021). Online Learning Readiness, Academic Resilience, and Subjective Well-Being of Junior High School Students during the COVID 19 Pandemic. Journal of Educational, Health and Community Psychology, 10(3): 509. https://doi.org/10.12928/jehcp.v10i3.21213. Salsabila, U. H., Sari, L. I., Lathif, K. H., Lestari, A. P., & Ayuning, A. (2020). Peran Teknologi Dalam Pembelajaran Di Masa Pandemi Covid-19. Al-Mutharahah: Jurnal Penelitian Dan Kajian Sosial Keagamaan, 17(2): 188 198. https://doi.org/10.46781/al-mutharahah.v17i2.138. Sidik, R., & Sumartini. (2021). Technological Pedagogical Andcontent Knowledge (TPACK): Studikasus Pada Guru Ekonomi Dipengaruhi Computer Self-Efficacy. Jurnal Education and Development, 9(4): 128 131. Retrieved from http://journal.ipts.ac.id/index.php/ ED/article/view/3076%0Ahttps:// journal.ipts.ac.id/ index.php/ed/article/download/3076/1996. Sojanah, J., Suwatno, Kodri, & Machmud, A. (2021). Factors Affecting Teachers Technological Pedagogical and Content Knowledge (A survey on Economics Teacher Knowledge). Cakrawala Pendidikan, 40(1): 1 16. https://doi.org/10.21831/cp.v40i1.31035. Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sulisworo, D., Hidayati, D., Bala, R., Nasir, R., & Fitriah. (2021). The Anomali on Technology Readiness Profile of Elementary School Teachers in Online Learning Amid Covid-19. Iikogretim Online, 20(2): 9 21. https://doi.org/10.17051/ilkonline.2021.02.05. Thangarasu, S., & De Paul, S. V. (2014). Development and Validation of Teacher Computer Self Efficacy Scale. IOSR Journal of Humanities and Social Science, 19(1): 33 39. https://doi.org/10.9790/0837-19143339 Turel, V. (2014). Teachers Computer S Elf-Efficacy And Their Use Of Educational Technology. Turkish Online Journal Of Distance Education, 15(4): 130 149. Yu, T., & Richardson, J. C. (2015). Examining Reliability and Validity of A Korean Version of The Community of Inquiry Instrument Using Exploratory and Confirmatory Factor Analysis. Internet and Higher Education, 25: 45 52. https://doi.org/10.1016/j.iheduc.2014.12.004. 58