Mengenal Lebih Dekat Informasi Cuaca Penerbangan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I MAKSUD, TUJUAN DAN RUANG LINGKUP

TURBULENSI HEBAT di INDONESIA Tahun 2016 M. Heru Jatmika, Heri Ismanto, Zulkarnaen, M. Arif Munandar, Restiana Dewi, Kurniaji

Analisis Kondisi Atmosfer Pada Saat Kejadian Banjir Bandang Tanggal 2 Mei 2015 Di Wilayah Kediri Nusa Tenggara Barat

ANALISA CUACA PADA SAAT KEJADIAN ROBOHNYA JEMBATAN DI PULAU BERHALA TANGGAL 7 JULI 2016

PMG Pelaksana Lanjutan Stasiun Meteorologi Nabire

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun 2012 tentang

STASIUN METEOROLOGI TANJUNGPANDAN

BMKG PRESENTASI KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I NGURAH RAI DENPASAR, BALI

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI KLAS I JUANDA SURABAYA

ANALISA CUACA TERKAIT KEJADIAN HUJAN EKSTREM SURABAYA DI SURABAYA TANGGAL 24 NOVEMBER 2017

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

ANALISIS FENOMENA HUJAN ES (HAIL) DUSUN PAUH AGUNG, LUBUK MENGKUANG, KAB. BUNGO, PROVINSI JAMBI TANGGAL 2 FEBRUARI 2017

ANALISA CUACA BANJIR DI ACEH UTARA TGL FEBRUARI 2016

Analisis Hujan Lebat pada tanggal 7 Mei 2016 di Pekanbaru

ANALISA KEJADIAN HUJAN EKSTRIM DI MUSIM KEMARAU DI WILAYAH SIDOARJO DAN SEKITARNYA.

KECELAKAAN AIRASIA QZ 8501 ANALISIS METEOROLOGIS

ANALISIS KEJADIAN HUJAN LEBAT TANGGAL 02 NOVEMBER 2017 DI MEDAN DAN SEKITARNYA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG

ANALISIS CUACA EKSTREM LOMBOK NTB HUJAN LEBAT (CH mm) DI LOMBOK TENGAH 15 SEPTEMBER 2016

LAPORAN KEJADIAN BANJIR DI PROPINSI BANTEN TANGGAL 24 NOPEMBER 2008

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

KECELAKAAN AIRASIA QZ 8501 ANALISIS METEOROLOGIS Oleh : Prof. Edvin Aldrian, Ferdika Amsal, Jose Rizal,Kadarsah

ANALISA CUACA TERKAIT KEJADIAN ANGIN KENCANG DI PRAMBON SIDOARJO TANGGAL 02 APRIL 2018

ANALISIS KELISTRIKAN ATMOSFER (STUDI KASUS : HILANGNYA PESAWAT AIRASIA QZ8501)

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

ANALISIS CUACA EKSTREM NTB HUJAN LEBAT DI STASIUN METEOROLOGI BANDARA INTERNASIONAL LOMBOK TANGGAL 11 FEBRUARI 2017

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

Buletin Analisis Hujan dan Indeks Kekeringan Bulan April 2012 dan Prakiraan Hujan Bulan Juni, Juli dan Agustus 2012 KATA PENGANTAR

ANALISIS CURAH HUJAN SAAT KEJADIAN BANJIR DI SEKITAR BEDUGUL BALI TANGGAL 21 DESEMBER 2016

ANALISIS HUJAN LEBAT DI WILAYAH AMAHAI, KABUPATEN MALUKU TENGAH (21 APRIL 2017)

ANALISIS CUACA EKSTREM DI KOTA JAMBI DAN KAB MUARA JAMBI TANGGAL 24 FEBRUARI 2016

PENGARUH CUACA TERHADAP GELOMBANG (Study Kasus Terjadinya Gelombang Tinggi Di Pantai Sawarna Lebak Provinsi BantenTanggal April 2015)

ANALISIS KLIMATOLOGI HUJAN EKSTRIM BULAN JUNI DI NEGARA-BALI (Studi Khasus 26 Juni 2017)

2017, No Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 139, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5058); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tah

2011, No.81 2 Memperhatikan : 3. Keputusan Kepala Badan Meteorologi dan Geofisika Nomor KEP.005 Tahun 2004 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Bes

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

ANALISIS KONDISI CUACA SAAT TERJADI HUJAN LEBAT DAN ANGIN KENCANG DI ALUN-ALUN KOTA BANJARNEGARA (Studi Kasus Tanggal 08 Nopember 2017)

ANALISIS KEJADIAN HUJAN SANGAT LEBAT TERKAIT KEJADIAN BANJIR DI KAB. KUBU RAYA, KALIMANTAN BARAT TANGGAL 11 NOVEMBER 2017

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk sebagai salah satu wilayah yang berada di daerah

ANALISIS CUACA TERKAIT KEJADIAN HUJAN EKSTRIM DI SUMATERA BARAT MENGAKIBATKAN BANJIR DAN GENANGAN AIR DI KOTA PADANG TANGGAL 16 JUNI 2016

ANALISIS CUACA EKSTRIM NTB HUJAN LEBAT TANGGAL 31 JANUARI 2018 LOMBOK BARAT, LOMBOK UTARA, DAN LOMBOK TENGAH Oleh : Joko Raharjo, dkk

ANALISIS KONDISI CUACA SAAT TERJADI BANJIR DI DUSUN WAYARENG DESA MULYOSARI KEC.BUMI AGUNG KAB. LAMPUNG TIMUR (Studi Kasus Tanggal 18 Februari 2018)

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

ANALISIS EKSTRIM DI KECAMATAN ASAKOTA ( TANGGAL 4 dan 5 DESEMBER 2016 )

ANALISA CUACA TERKAIT KEJADIAN HUJAN LEBAT DAN TANAH LONGSOR DI WILAYAH PETANG BADUNG TANGGAL 30 NOPEMBER 2016

ANALISIS CUACA EKSTRIM DI BANDAR LAMPUNG (Studi Kasus Tanggal Maret 2018)

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI NABIRE

BPPT PELAKSANAAN TMCPENIPISAN ASAP No. Revisi : 00 Tgl. Terbit : Hal : 1 dari 11

IDENTIFIKASI KEJADIAN BANJIR BANDANG KECAMATAN TANGSE KABUPATEN PIDIE, TANGGAL 26 FEBRUARI 2017

ANALISIS KLIMATOLOGI BANJIR BANDANG BULAN NOVEMBER DI KAB. LANGKAT, SUMATERA UTARA (Studi Kasus 26 November 2017) (Sumber : Waspada.co.

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI MALI - ALOR

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI KLAS III MALI

ANALISIS KONDISI CUACA EKSTRIM ANGIN PUTING BELIUNG DI PEMALANG TANGGAL 01 JUNI Stasiun Meteorologi Nabire

2016, No Penerbangan (Aeronautical Meteorological Information Services); Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan

ANALISIS KEJADIAN HUJAN LEBAT DI KOTA BALIKPAPAN TANGGAL 29 NOVEMBER

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG

TINJAUAN SECARA METEOROLOGI TERKAIT BENCANA BANJIR BANDANG SIBOLANGIT TANGGAL 15 MEI 2016

ANALISIS HUJAN LEBAT DAN ANGIN KENCANG DI WILAYAH AMAHAI, KABUPATEN MALUKU TENGAH (7 FEBRUARY 2017)

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

Informasi Kanal Sadewa 3.0. Didi Satiadi Bidang Pemodelan Atmosfer Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer

ANALISIS CUACA TERKAIT KEJADIAN BANJIR DAN GENANGAN AIR DI KECAMATAN TALAMAU, PASAMAN BARAT TANGGAL 26 NOVEMBER 2016

BMKG BMKG I. INFORMASI KEJADIAN

PA U PESAW PESA AT A T TER

STASIUN METEOROLOGI PATTIMURA AMBON

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

STASIUN METEOROLOGI KLAS I SERANG

ANALISIS KEJADIAN HUJAN SANGAT LEBAT DISERTAI ANGIN KENCANG DI WILAYAH RASAU JAYA, KAB. KUBU RAYA KALIMANTAN BARAT TANGGAL 10 SEPTEMBER 2017

ANALISIS CUACA TERKAIT KEJADIAN ANGIN KENCANG DI KENDARI

ANALISIS KONDISI ATMOSFER PADA KEJADIAN BANJIR DI WILAYAH JAKARTA SELATAN (Studi kasus banjir, 27 dan 28 Agustus 2016) Abstrak

ANALISIS KEJADIAN HUJAN LEBAT DAN BANJIR DI BATAM, KEPULAUAN RIAU TANGGAL 14 NOVEMBER 2017

ANALISIS CUACA TERKAIT ANGIN KENCANG DI RANTEPAO TANA TORAJA TANGGAL 16 MARET Stasiun Meteorologi Nabire

STASIUN METEOROLOGI KLAS I PANGKALPINANG

Buletin Analisis Hujan Bulan Februari 2013 dan Prakiraan Hujan Bulan April, Mei dan Juni 2013 KATA PENGANTAR

Stasiun Meteorologi Klas I Sultan Iskandar Muda Banda Aceh

ANALISIS CUACA EKSTREM NTB HUJAN LEBAT DI SAMBELIA LOMBOK TIMUR TANGGAL 08 FEBRUARI 2017

ANALISIS CUACA EKSTRIM TERKAIT KEJADIAN HUJAN LEBAT DAN BANJIR DI PULAU BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA - BELITUNG TANGGAL 11 MARET 2018

ANALISIS ANGIN KENCANG DI KOTA BIMA TANGGAL 08 NOVEMBER 2016

BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI MUHAMMAD SALAHUDDIN BIMA

BAB I Pendahuluan I.1 Latar Belakang I.1.1 Historis Banjir Jakarta

ANALISIS CUACA KEJADIAN BANJIR TANGGAL 26 OKTOBER 2017 DI BANDARA PONGTIKU KABUPATEN TANA TORAJA

ANALISIS KONDISI CUACA SAAT TERJADI BANJIR DI KABUPATEN LAMPUNG UTARA (Studi Kasus Tanggal 29 Desember 2017)

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI MUHAMMAD SALAHUDDIN BIMA

ANALISIS CUACA EKSTRIM DI KECAMATAN SAPE ( TANGGAL 02 JANUARI 2017 )

ANALISIS KONDISI CUACA LAUT SAAT KANDASNYA KAPAL KMP DHARMA KARTIKA DI PERAIRAN TELUK BONE

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2009 tentang Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 139, Tam

ANALISIS KONDISI CUACA SAAT TERJADI PUTING BELIUNG(WATERSPOUT) DI KABUPATEN KEPULAUAN SERIBU (Studi Kasus Tanggal 23 Oktober 2017)

LAPORAN KEJADIAN BANJIR DAN CURAH HUJAN EKSTRIM DI KOTA MATARAM DAN KABUPATEN LOMBOK BARAT TANGGAL JUNI 2017

PREDIKSI AWAN CUMULONIMBUS MENGGUNAKAN INDEKS STABILITAS KELUARAN MODEL WRF ARW DI BIMA

Buletin Analisis Hujan Bulan Januari 2013 dan Prakiraan Hujan Bulan Maret, April dan Mei 2013 KATA PENGANTAR

ANALISIS KEJADIAN ANGIN KENCANG DAN HUJAN LEBAT DI KAB. MEMPAWAH KALIMANTAN BARAT TANGGAL 09 AGUSTUS 2017

KAJIAN METEOROLOGI TERKAIT HUJAN LEBAT MENGGUNAKAN SATELIT TRMM, SATELIT MT-SAT DAN DATA REANALISIS (Studi Kasus Banjir di Tanjungpandan)

Transkripsi:

Mengenal Lebih Dekat Informasi Cuaca Penerbangan Oleh: Tuwamin Mulyono Kecelakaan pesawat Air Asia dengan nomor penerbangan QZ 8501 telah menyedot sebagian besar perhatian kita oleh pemberitaan tentang kejadian tersebut, baik dari pelaksanaan proses evakuasi korban maupun spekulasi tentang penyebab kecelakaan pesawat tersebut. Dari aspek penyebab kecelakaan pesawat, di media sosial telah berseliweran berbagai komentar, opini, spekulasi dan kajian ilmiah dari berbagai sudut pandang masing-masing. Masyarakat awam yang tadinya tidak mengenal awan cumulonimbus (Cb), sekarang menjadi tidak asing lagi dan umumnya mempunyai pemahaman bahwa awan ini sangat membahayakan penerbangan, ini tidak salah. Lalu seberapa jauh tingkat bahaya awan Cb terhadap kegiatan penerbangan baik pada saat tinggal landas /pendaratan maupun sepanjang rute penerbangan? Di sinilah informasi cuaca dari BMKG menjadi penting bagi pilot untuk digunakan sebagai dasar perencanaan sebelum terbang, antara lain untuk menghitung waktu yang diperlukan, bahan bakar yang diperlukan, untuk antisipasi cuaca buruk seperti adanya awan Cb serta untuk mengetahui kondisi cuaca bandara tujuan dan bandara alternatif. Oleh karena itu informasi cuaca yang disampaikan kepada pilot cukup lengkap seperti prakiraan suhu, arah dan kecepatan angin di berbagai ketinggian jelajah, serta prakiraaan cuaca signifikan (termasuk ada tidaknya awan Cb) di sepanjang rute penerbangan maupun di bandara tujuan. Informasi seperti ini sudah sangat difahami oleh pilot, karena dalam training pilot sudah diberikan pengetahuan yang cukup tentang meteorologi (cuaca) termasuk cara-cara mengantisipasi dan menghindari bila menghadapi cuaca buruk. Lalu bagaimana kalau prakiraan cuaca dari BMKG mengindikasikan akan terjadi cuaca buruk disertai awan Cb, apakah pesawat pasti tidak berangkat? Tidak selalu...,sangat bergantung dari tingkat bahaya cuaca buruk :bahaya atau sangat membahayakan ; ada kriterianya. Bila sangat membahayakan misalnya disamping ada awan Cb, ada abu gunung berapi yang dapat mempengaruhi keselamatan penerbangan, biasanya pesawat ditunda keberangkatannya, setelah mendapat warning (peringatan) dari otoritas meteorologi setempat. Referensi untuk analisis cuaca pada kecelakaan pesawat. Berbicara tentang penyebab kecelakaan pesawat, dapat dibedakan menjadi dua, yaitu : kecelakaan terjadi di bandara saat pendaratan/lepas landas atau pada rute penerbangan. Oleh karena itu, ketika kita melakukan analisis/kajian penyebab kecelakaan pesawat yang terjadi di sepanjang rute penerbangan, data dan informasi cuaca di bandara (METAR) dan prakiraan cuaca bandara ( aerodrome forecast/taf) biasanya tidak disajikan.demikian pula kalau terjadi sebaliknya bila kecelakaan pesawat terjadi di bandara, kondisi cuaca sepanjang rute penerbangan tidak disajikan. Ini untuk memudahkan pembaca supaya lebih fokus dan

laporannya lebih ringkas. Disamping itu untuk analisis cuaca, informasi yang bersifat prakiraan yang diperoleh dari BMKG sebelum terbang, seperti peta cuaca signifikan(significant Weather Chart/SIGWX) tidak dapat dijadikan referensi untuk melakukan analisis (kecuali kalau sekedar ingin memverifikasi akurasi prakiraan). Dalam hal ini yang diperlukan adalah data real time di lokasi kecelakaan atau yang berdekatan dengan lokasi kecelakaan. Kalau kita sudah dapat memastikan terdapat awan Cb di lokasi kecelakaan yang dapat diperoleh dari hasil analisis citra satelit kanal infra merah dan visible ( gb.1), selanjutnya kita dapat mencermati potensi terjadinya berbagai fenomena pada awan Cb tersebut, misalnya kemungkinan adanya turbulensi, downdraft/updraft yang kuat, atau icing. Ketika kita mencurigai adanya potensi kuat (extrimitas) terjadinya salah satu dari beberapa fenomena tersebut, kita dapat mencari data referensi, misalnya dari data satelit, radar atau radiosonde; selanjutnya data di lokasi kecelakaan dibandingkan dengan data di sekitar lokasi tersebut. Sebut saja kita menduga terjadi icing di lapisan 30.000 kaki. Coba kita periksa suhu pada ketinggian tersebut saat kejadian dibandingkan dengan suhu pada ketinggian yang sama didaerah sekitar lokasi kecelakaan pada waktu yang sama. Kalau ditemukan adanya perbedaan yang signifikan terhadap suhu didaerah sekitarnya, secara sederhana kita boleh menyimpulkan bahwa terjadi anomali suhu pada ketinggian tersebut sehingga dicurigai terjadi icing yang lebih kuat, namun ini belum cukup, perlu diperiksa kelembabannya. Penyebab kecelakaan multi faktor. Contoh lain misalnya kecelakaan terjadi di suatu bandara pada bulan Desember; pada saat pendaratan pesawat tergelincir keluar landasan, pada saat itu tercatat kecepatan angin 15 Knots dari arah belakang (tiil wind). Setelah dicek pada data klimatologi bandara (Aerodrome Climatological Summary /ACS) rata-rata angin pada bulan Desember di bandara tersebut kecepatan anginnya 10 knots dengan standard deviasi 3 knots. Hal ini sebenarnya bisa dikatakan terjadi anomali pada kecepatan anginnya walaupun tidak signifikan. Setelah diteliti lebih lanjut ternyata ada genangan air (standing water) di landasan sehingga landasan licin. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa probable caused-nya tidak semata-mata cuaca(angin) tapi juga karena adanya standing water akibat kondisi landasan yang kurang baik. Temuan ini menunjukkan bahwa penyebab kecelakaan tidak single factor tapi multi faktor. Oleh karena itu ini dapat direkomendasikan perlunya perbaikan landasan. Sepengetahuan penulis informasi tentang standing water ini belum diatur secara jelas siapa yang bertanggung jawab memberikan informasi ini, padahal informasi ini dibutuhkan oleh para pilot. Kedepan kiranya perlu dilakukan suatu penelitian hubungan antara curah hujan dan ketinggian standing water, dan dibuat suatu tabel yang menghasilkan angka (koefisien) yg dapat digunakan sebagai ukuran tingkat kelicinan landasan. Barangkali agar lebih teliti, perhitungan ketinggian standing water tidak hanya dikaitkan dengan curah hujan, tapi juga mempertimbangkan suhu, kelembaban dan kondisi landasan.dengan dasar perhitungan tersebut bisa jadi koefisien standing water tidak sama untuk setiap bandara dan selanjutnya perlu disepakati siapa yg berwenang memberi informasi ini.

Fenomena cuaca ekstrim yang terjadi pada waktu dan lokasi tertentu Pada dasarnya kondisi cuaca buruk disuatu daerah akan selalu terjadi secara berulang pada bulan bulan tertentu tak terkecuali pada jalur penerbangan (air ways). Misalnya di selat Karimata, pada bulan Desember akan terjadi cuaca buruk berhari hari atau dengan kata lain awan CB dapat tumbuh setiap hari disitu. Kondisi cuaca seperti ini tidak bisa secara otomatis disimpulkan dapat mengakibatkan kecelakaan pesawat yang melewati jalur tersebut.keyakinan ini dkuatkan dengan banyaknya lalu lintas pesawat yang melewati daerah tersebut tetap sampai ke tujuan dengan selamat. Secara sederhana dapat diduga bahwa terjadinya kecelakaan pesawat didaerah tersebut pada bulan Desember kemungkinan bisa disebabkan oleh beberapa hal seperti: phenomena cuacanya cukup ekstrim,antisipasi /tindakan pilot dalam menghindarinya kurang tepat atau kurang optimal atau sebab yang lain.bila kita mengkaji penyebab kecelakaan pesawat dari aspek cuacanya sebaiknya perlu dianalisis ekstrimitas fenomena cuacanya, dan harus ada parameternya. Untuk mengukur ekstrimitas fenomena cuaca yang terjadi dapat didasarkan pada data real time hasil observasi; parameter yang digunakan bisa satu atau lebih. Untuk turbulensi misalnya, bisa didasarkan dari kecepatan angin, sedang utk icing bisa dari data suhu dan kelembaban. Dari hasil penelitian(empiris) data suhu dan kelembaban dapat digunakan untuk menentukan tingkat kekuatan icing.( lihat Tabel Icing Index Classification). Dari berbagai kemungkinan fenomena yg terjadi pada Cb kita dapat menentukan salah satu yang paling dominan. Nah, dengan demikian alur pemikirannya mengalir (runtut) dan tidak terjadi lompatan logika.setelah kita memiliki dugaan kuat bahwa terjadi ekstrimitas dari salah satu fenomena pada awan Cb, kita dapat mengkaitkan ekstrimitas fenomena cuaca tersebut dengan teknis pesawat seperti dinamika pesawat atau performance mesin pesawat. Lagi lagi disini harus ada parameter keterkaitan antara fenomena cuaca dan teknis pesawat agar tidak terjadi lompatan logika dalam menarik kesimpulan. Kalau kita tidak memiliki realtime data, biasanya menggunakan model. Hasil ini paling tidak bisa sebagai pembanding terhadap hasil analisis dari data real time yang diperoleh dari FDR (Flight Data Recorder). Dalam memberi komentar, analisis maupun kajian terhadap penyebab kecelakaan pesawat, dampaknya kepada masyarakat perlu diperhitungkan. Kesimpulan yang menyederhanakan penyebab kecelakaan hanya dengan single faktor dapat membentuk opini yang keliru karena dapat menutup kemungkinan faktor penyebab yang lain. Kajian yang paling mendekati kejadian sebenarnya adalah dengan memanfaatkan data dari FDR. Kombinasi penggunaan data observasi dan data dari FDR yang dianalisa oleh ahli yang kompeten akan memperoleh hasil yang optimal. Kalaupun kajian meteorologis (cuaca) berhenti sampai pada ekstrimitas fenomena cuaca tanpa mengkaitkan dengan teknis pesawat, tentu saja tetap bermanfaat bagi KNKT. Di kalangan masyarakat penerbangan, kesabaran untuk tidak memberi komentar yang bersifat spekulatif tentang penyebab kecelakaan pesawat sangat dihargai..., sambil

menunggu hasil penyelidikan KNKT yang didasarkan pada data FDR dan VCR (Voice Data Recorder). Syukur alhamdulilah berkat kegigihan tim SAR, TNI dan anggota masyarakat lainnya dalam waktu tidak sampai 20 hari, baik FDR maupun VCR sudah dapat ditemukan, sehingga analisis penyebab kecelakaan pesawat dapat segera dilakukan. Gambar1.Klasifikasi Awan berdasarkan Citra Satelit MTSAT tanggal 28 Desember 2014 pukul 07.00 WIB