ROADMAP PENGUATAN SISTEM INOVASI DAERAH (SIDa) KABUPATEN SLEMAN



dokumen-dokumen yang mirip
MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA DAN PERATURAN BERSAMA MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA DAN

GUBERNUR JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR TENTANG INOVASI DAERAH DI PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM INOVASI DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 57

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 72 TAHUN 2013 TENTANG PENGUATAN SISTEM INOVASI DAERAH KABUPATEN CILACAP

BUPATI WAKATOBI PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN BUPATI WAKATOBI NOMOR 28 TAHUN 2017 TENTANG PENGUATAN SISTEM INOVASI DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PENGUATAN SISTEM INOVASI DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS

BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

penduduk yang paling rendah adalah Kabupaten Gunung Kidul, yaitu sebanyak 454 jiwa per kilo meter persegi.

PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki potensi pajak yang sangat

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi,

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

KEBUTUHAN HIDUP LAYAK PNS DI KABUPATEN KEBUMEN

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN. roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan,

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN DAERAH

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Visi Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013-

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN

Analisis Isu-Isu Strategis

I. PENDAHULUAN. orang pada tahun (Daryanto 2010). Daryanto (2009) mengatakan

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG KEBIJAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

BUPATI KUDUS. PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 20 Tahun 2010 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

Pembuat Kebijakan Pelaksanaan SIDa di daerah adalah: 1. Gubernur di Tingkat provinsi dan 2. Bupati/Walikota di Tingkat kabupaten/kota.

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBIAYAAN PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BINA PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN PERHUTANAN SOSIAL NOMOR: P. 1 /V-SET/2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Maksud dan Tujuan

RENCANA STRATEGIS BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KALIMANTAN TENGAH TAHUN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

Rencana Strategis (RENSTRA)

EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN KEPELOPORAN PEMUDA,

BUPATI GARUT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Tabel 7.3 CAPAIAN KINERJA PROGRAM INDIKATOR

2018, No Menteri Pertanian sebagaimana dimaksud dalam huruf a perlu ditinjau kembali; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud da

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Uraian Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN. rencana pembangunan jangka menengah daerah, maka strategi dan arah

BAB. I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR PROFIL BAGIAN PEMERINTAHAN SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN BLITAR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Master Plan

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 42 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBIAYAAN PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA SEMARANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

PROFIL BADAN KETAHANAN PANGAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

KEADAAN UMUM WILAYAH. Sleman merupakan salah satu Kabupaten yang terdapat di Daerah Istimewa

DRAFT RANCANGAN AWAL RPJMD KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN Disampaikan pada Forum Konsultasi Publik Rabu, 6 April 2016

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH,

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat

GAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

BAB III DESKRIPSI WILAYAH. wilayah Caruban yang merupakan bagian dari Kecamatan Mejayan. Gedung

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBIAYAAN PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BADAN PERENCANAAN, PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 106 TAHUN 2017 TENTANG KAWASAN SAINS DAN TEKNOLOGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN. 1. Sejarah Berdirinya Kabupaten Sleman. Keberadaan Kabupaten Sleman dapat dilacak pada Rijksblad no.

Transkripsi:

ROADMAP PENGUATAN SISTEM INOVASI DAERAH (SIDa) KABUPATEN SLEMAN BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2013 1

KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadlirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah Nya sehingga penyusunan Road Map Penguatan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) dapat diselesaikan. Road Map Penguatan SIDa disusun berdasarkan Keputusan Bersama Menteri Negara Riset dan Teknologi dan Menteri Dalam Negeri Nomor 03 Tahun 2012 dan Nomor 36 Tahun 2012 tentang Sistem Inovasi Daerah. Tujuannya adalah untuk menumbuh kembangkan suatu Sistem atau jaringan yang akan meningkatkan keunggulan komparatif daerah menuju keunggulan kompetitif yang mempunyai daya saing berbasis inovasi di daerah. Inovasi diarahkan pada 2 pilar yakni sektor pertanian inovatif dan pengembangan UMKM berbasis klaster sehingga di Sistem Inovasi Daerah Kabupaten Sleman disusun dengan tema Industri Kreatif Pertanian Untuk Kesejahteraan Masyarakat Melalui Pertumbuhan Ekonomi dan Penciptaan Lapangan Kerja Selanjutnya dokumen ini diharapkan akan menjadi pedoman bagi Pemerintah, Pemerintah Daerah, serta para stakeholder dalam upaya meningkatkan daya saing daerah melalui penguatan Sistem Inovasi Daerah yang berbasis komoditi unggulan daerah. Sleman, Desember 2013 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kepala, drg. INTRIATI YUDATININGSIH, M.Kes 2

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI.. ii DAFTAR TABEL.. iii DAFTAR GAMBAR. iv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang.. B. Landasan Hukum. C. Pengertian. D. Visi dan Misi. BAB II KERANGKA UMUM. BAB III GAMBARAN UMUM KABUPATEN SLEMAN.. A. Karakteristik Wilayah... B. Produk Unggulan Daerah. BAB IV KONDISI SIDa SAAT INI... A. Kekuatan SIDa Kabupaten Sleman B. Kelemahan SIDa Kabupaten Sleman. C. Tantangan dan Peluang SIDa Kabupaten Sleman... BAB V KONDISI SIDa YANG AKAN DICAPAI.. A. Kebijakan Penguatan SIDa B. Penataan Unsur SIDa... C. Pengembangan SIDa... D. Tim Koordinasi E. Pembinaan dan Pengawasan F. Pendanaan G. Pelaporan... BAB VI ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGUATAN SIDa... A. Kebijakan Penguatan SIDa B. Strategi Penguatan SIDa BAB VII FOKUS DAN PROGRAM PRIORITAS SIDa A. Klaster... BAB VII RENCANA AKSI PENGUATAN SIDa 3

A. RENCANA AKSI PENGEMBANGAN INOVASI PADI.. B. RENCANA AKSI PENGEMBANGAN INOVASI SALAK PONDOH... C. RENCANA AKSI PENGEMBANGAN INOVASI KAMBING PE.. D. RENCANA AKSI PENGEMBANGAN INOVASI KAMBING PE.. 4

DAFTAR TABEL Tabel 3.1. Luas Lahan Sawah Tahun 2007 2011 7 Tabel 3.2. PDRB Kabupaten Sleman Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 9 2011.. Tabel 4.1. Prasarana Bangunan/Gedung Dinas Pertanian dan Kahutanan 10 Kabupaten Sleman Tahun 2010.. Tabel 6.1. Prinsip dan Nilai Organisasi Untuk Mencapai Visi dan Misi Kabupaten Sleman..... Tabel 7.1. Luas Lahan Sawah di Kabupaten Sleman Tahun 2008 2011.. 39 Tabel 7.2. Luas, Produksi & Produktivitas Padi Tahun 2008 40 2012. Tabel 7.3. Luas Panen, Jumlah Tanaman & Produksi Salak per Kecamatan 44 Tahun 2012.. Tabel 7.4. Luas Panen, Jumlah Tanaman & Produksi Salak Pondoh per 45 Kecamatan Tahun 2012 Tabel 7.5 Luas Panen, Jumlah Tanaman & Produksi Salak Gading per 46 Kecamatan Tahun 2012 Tabel 7.6 Luas Panen, Jumlah Tanaman & Produksi Salak Lokal per 47 Kecamatan Tahun 2012 Tabel 7.7 Luas Panen, Jumlah Tanaman & Produksi Salak Madu per 48 Kecamatan Tahun 2012 Tabel 7.8 Populasi & Produksi Susu Kambing PE per Kecamatan Tahun 2010 53 2013.. Tabel 7.9 Daftar Nama Kelompok Budidaya Kambing PE... 54 Tabel 7.10 Populasi & Produksi Bambu Tahun 2012... 58 Tabel 7.11 Rencana Pengembangan Bambu di Kabupaten Sleman. 59 Tabel 7.12 Kebutuhan, Harga, Jenis & Asal Bahan Baku Kerajinan Bambu di 60 Kabupaten Sleman. Tabel 7.13 Industri Kerajinan Bambu di Kabupaten Sleman... 61 5

DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Visi, Misi Sistem Inovasi Daerah Kabupaten Sleman.. 5 Gambar 4.1 Elemen Pendukung Sistem Inovasi Daerah (SIDa).. Gambar 7.1 Hubungan Antar Pelaku dalam Klaster... 36 Gambar 7.2 Klaster Padi. 65 Gambar 7.3 Klaster Kambing PE... 70 6

BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Inovasi merupakan faktor penting dalam mendukung perkembangan ekonomi dan daya saing daerah. Terjadinya pergeseran ekonomi berbasis industri menuju ekonomi berbasis pengetahuan menunjukkan bahwa pengetahuan dan inovasi merupakan faktor yang semakin menentukan dalam kemajuan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sleman selama 3 tahun mengalami fluktuasi. Pada tahun 2010 perekonomian tumbuh 4,49% menguat menjadi 5,19% pada tahun 2011. Pada tahun 2012 kinerja sektor-sektor ekonomi mengalami pertumbuhan sebesar 5,20%. Struktur perekonomian daerah cenderung berubah dari sektor primer beralih ke sektor sekunder dan tersier. Pada tahun 2011 sektor primer sebesar 13,31% sektor sekunder sebesar 28,39% dan sektor tersier sebesar 58,30%. Pada tahun 2012 sektor primer sebesar 13,56%, sektor sekunder sebesar 28,64% dan sektor tersier sebesar 57,51% dan diperkirakan pada tahun 2013 sektor primer sebesar 13,42%, sektor sekunder sebesar 29,05% dan sektor tersier sebesar 57,50%. Empat lapangan usaha pendukung utama perekonomian di Kabupaten Sleman adalah perdagangan, hotel dan restoran, jasa-jasa, industri pengolahan dan pertanian. Pertumbuhan ekonomi di sektor pertanian terus turun, permasalahan yang dihadapi adalah semakin tingginya alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian dan belum optimalnya penerapan inovasi di sektor pertanian. Pertumbuhan ekonomi sektor pertanian perlu ditingkatkan melalui inovasi sehingga meningkatkan daya saing dan menyejahterakan petani mengingat penduduk yang bekerja di sektor pertanian sebanyak 137.003 jiwa dan potensi lahan di Kabupaten Sleman mempunyai mikrobia spesifik dengan adanya gunung api Merapi. Inovasi diarahkan pada 2 pilar yakni sektor pertanian inovatif dan pengembangan UMKM berbasis klaster sehingga di Sistem Inovasi Daerah Kabupaten Sleman disusun dengan tema Industri Kreatif Pertanian Untuk Kesejahteraan Masyarakat Melalui Pertumbuhan Ekonomi dan Penciptaan Lapangan Kerja 7

Strategi efektif guna membangun pola pikir untuk peningkatan pembangunan daya saing adalah melalui kolaborasi dengan membangun networking antara pemerintah (pusat/daerah), bisnis dan perguruan tinggi. Komponen tersebut kemudian melakukan evaluasi kerangka regulasi untuk mendorong kolaborasi bersama dalam pembuatan kebijakan insentif (Sistem maupun nominal) serta peningkatan jiwa kewirausahaan. Inovasi tidak dapat berjalan secara parsial, harus merupakan kolaborasi antar aktor yang saling berinteraksi dalam suatu sistem yang disebut sebagai sistem inovasi. B Landasan Hukum 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Nomor 4548) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4844); 3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2005 tentang Alih Teknologi Kekayaan Intelektual Serta Hasil Penelitian dan Pengembangan oleh Perguruan Tinggi dan Lembaga Penelitian dan Pengembangan (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4497) 4. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Kelitbangan di Lingkungan Kementrian Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah. 5. Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Riset dan Teknologi Nomor 3 Tahun 2012 dan Nomor 30 Tahun 2012 tentang Sistem Inovasi Daerah. 6. Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2011 2015. 8

C D Pengertian 1. Inovasi adalah kegiatan penelitian, pengembangan, penerapan, pengkajian, perekayasaan, dan pengoperasian yang selanjutnya disebut kelitbangan yang bertujuan mengembangkan penerapan praktis nilai dan konteks ilmu pengetahuan yang baru atau cara baru untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada kedalam produk atau proses produksi; 2. Sistem Inovasi Daerah yang selanjutnya disingkat SIDa adalah keseluruhan proses dalam satu sistem untuk menumbuhkembangkan inovasi yang dilakukan antar institusi pemerintah, pemerintah daerah, lembaga kelitbangan, lembaga pendidikan, lembaga penunjang inovasi, dunia usaha, dan masyarakat di daerah; 3. Lembaga kelitbangan adalah institusi yang melakukan kegiatan penelitian, pengembangan, penerapan, pengkajian, perekayasaan, dan pengoperasian yang bertujuan mengembangkan penerapan praktis nilai dan konteks ilmu pengetahuan yang baru atau cara baru untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada ke dalam produk atau proses produksi. 4. Hak kekayaan intelektual yang selanjutnya disingkat HKI adalah kekayaan atas segala hasil produksi kecerdasan daya pikir yang berguna untuk manusia. Visi dan Misi 1. Visi Wahana utama peningkatan daya saing dan kohesi sosial dalam mewujudkan masyarakat Sleman yang lebih sejahtera. 2. Misi 1) Membangun kondisi dasar/iklim pengembangan yang kondusif sebagai prasyarat bagi peningkatan upaya pengembangan/penguatan Sistem inovasi. 2) Membangun dan memperkuat kapasitas inovatif kelembagaan litbang dan meningkatkan kemampuan absorpsi Sistem pertanian 3) Membangun dan meningkatkan keterkaitan antara lembaga litbang dan pertanian 4) Membangun dan meningkatkan budaya inovasi. 5) Membangun dan meningkatkan koherensi kebijakan tingkat pusat dan daerah dalam suatu fokus atau tema spesifik/sektoral melalui penguatan klaster produk unggulan daerah. 6) Membangun dan meningkatkan kemampuan dalam menghadapi perkembangan global. 9

BAB II KERANGKA UMUM Hubungan Visi-Misi Pembangunan Jangka Menengah dan Strategi Penguatan Sistem Inovasi Daerah VISI Inisiasi Strategis Terwujudnya Masyarakat Sleman yang lebih sejahtera, berdaya saing dan berkeadilan gender SLEMAN SEMBADA Misi Meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik melalui peningkatan kualitas birokrasi dalam memberikan pelayanan prima bagi masyarakat Meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan dan kesehatan yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. Meningkatkan kemandirian ekonomi, pemberdayaan ekonomi rakyat dan penanggulanga n kemiskinan. Memantapkan pengelolaan prasarana dan sarana, sumberdaya alam dan lingkungan hidup Meningkat kan pemberdaya an dan peran perempuan di segala bidang. Strategi PENGUATAN SISTEM INOVASI DAERAH Gambar 2.1 Visi Misi Sistem Inovasi Daerah Kabupaten Sleman Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Sleman 2011 2015 menetapkan visi Terwujudnya masyarakat Sleman yang lebih sejahtera lahir batin, berdaya saing, dan berkeadilan gender pada tahun 2015. Misi : 1. Meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik melalui peningkatan kualitas birokrasi dalam memberikan pelayanan prima bagi masyarakat. 2. Meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan dan kesehatan yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. 3. Meningkatkan kemandirian ekonomi, pemberdayaan ekonomi rakyat dan penanggulangan kemiskinan. 4. Memantapkan pengelolaan prasarana dan sarana, sumberdaya alam dan lingkungan hidup 5. Meningkatkan pemberdayaan dan peran perempuan di segala bidang. 10

BAB III GAMBARAN UMUM KABUPATEN SLEMAN A Karakteristik Wilayah 1. Luas dan Batas Wilayah administrasi Luas wilayah Kabupaten Sleman adalah 57.482 ha atau 574,82 km 2 atau sekitar 18% dari luas wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta yang seluas 3.185,80 km 2. Secara administratif, Kabupaten Sleman terdiri atas 17 wilayah kecamatan, 86 desa, dan 1.212 Padukuhan. Kecamatan dengan wilayah paling luas adalah Cangkringan (4.799 ha), dan yang paling sempit adalah Berbah (2.299 ha). Kecamatan dengan padukuhan terbanyak adalah Tempel (98 padukuhan), sedangkan kecamatan dengan padukuhan paling sedikit adalah Turi (54 padukuhan). Kecamatan dengan Desa terbanyak adalah Tempel (8 desa), sedangkan Kecamatan dengan Desa paling sedikit adalah Depok (3 desa). 2. Letak dan kondisi Geografis Secara geografis wilayah Kabupaten Sleman terbentang mulai 110 12 57 sampai dengan 110 32 48 Bujur Timur dan 7 32 28 sampai dengan 7 50 11 Lintang Selatan. Di sebelah utara, wilayah Kabupaten Sleman berbatasan dengan Kabupaten Magelang dan Kabupaten Boyolali, Provinsi Jawa Tengah, di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah, di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah, dan di sebelah selatan berbatasan dengan Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. 3. Topografi Keadaan tanah Kabupaten Sleman di bagian selatan relatif datar kecuali daerah perbukitan di bagian tenggara Kecamatan Prambanan dan sebagian di Kecamatan Gamping. Semakin ke utara relatif miring dan di bagian utara sekitar lereng gunung Merapi relatif terjal. Ketinggian wilayah Kabupaten Sleman berkisar antara 100 meter sampai dengan 2.500 meter di atas permukaan laut (m dpl). Ketinggian tanahnya dapat dibagi menjadi 4 kelas yaitu ketinggian <100 meter, 100-499 meter, 500-999 meter, dan >1.000 meter dpl. 11

Ketinggian <100 m dpl seluas 6.203 ha, atau 10,79% dari luas wilayah, terdapat di Kecamatan Moyudan, Minggir, Godean, Gamping, Berbah, dan Prambanan. Ketinggian 100-499 m dpl seluas 43.246 ha, atau 75,32% dari luas wilayah, terdapat di 17 Kecamatan. Ketinggian 500-999 m dpl meliputi luas 6.538 ha, atau 11,38% dari luas wilayah, ditemui di Kecamatan Tempel, Turi, Pakem, dan Cangkringan. Ketinggian >1.000 m dpl seluas 1.495 ha, atau 2,60% dari luas wilayah, terdapat di Kecamatan Turi, Pakem, dan Cangkringan. 4. Penggunaan Lahan Tata guna lahan di Kabupaten Sleman untuk sawah, tegalan, pekarangan dan lain-lain. Perkembangan penggunaan lahan selama 3 tahun terakhir menunjukkan luas lahan sawah turun, rata-rata per tahun sebesar 0,006%,. Tabel 3.1 Luas lahan sawah dari tahun 2007 s/d 2011 No. Tahun Luas (Ha) 1 2007 25.127 2 2008 25.003 3 2009 24.983 4 2010 24.890 5 2011 24.850 5. Demografi Berdasarkan data dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil penduduk pada tahun 2011, jumlah penduduk Sleman tercatat 1.126.888 jiwa, perkembangan jumlah penduduk Kabupaten Sleman pada tahun 2011 bertambah 33.778 orang atau 2,99% yaitu dari 1.093.110 orang pada Tahun 2010 menjadi 1.126.888 orang pada akhir tahun 2011. Dan dari tahun 2011 bertambah 9.714 orang atau 0,85% yaitu dari 1.126.602 orang pada tahun 2011 menjadi 1.136.602 orang pada akhir tahun 2012. b Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Sleman jika dilihat dari 3 tahun terakhir rata-rata sebesar 1,53%. Pertumbuhan ini relatif tinggi, hal ini antara lain disebabkan fungsi Kabupaten Sleman sebagai penyangga Kota Yogjakarta, sebagai daerah tujuan untuk melanjutkan pendidikan, dan daerah pengembangan pemukiman/perumahan. 12

Jumlah kepala keluarga mengalami kenaikan sebanyak 10.008 KK (1,314%) dari 303.301 KK pada tahun 2010 menjadi 315.445 KK pada tahun 2012. Rata-rata jumlah jiwa setiap rumah tangga sebanyak 3,29 jiwa per rumah tangga. 6. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) PDRB Kabupaten Sleman pada tahun 2011 Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) sebesar Rp. 15.097.600 juta menjadi Rp.16.878.820 juta pada tahun 2012. Pada tahun 2013 diperkirakan sebesar Rp.18.291.962 juta. PDRB Atas Dasar Harga Konstan tahun 2000 (ADHK) sebesar Rp.6.704.100 juta pada tahun 2011, pada tahun 2012 sebesar Rp.7.052.595 juta dan pada tahun 2013 diperkirakan sebesar pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sleman cukup tinggi yaitu mencapai 5,19%. Tabel 3.2 PDRB Kabupaten Sleman Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2011 No Sektor Tahun 2010 2011 2012 1. Pertanian -0,31-2,26 2,59 2. Pertambangan dan Penggalian 15,24 14,35 3,93 3. Industri Pengolahan 3,05 6,35 5,34 4. Listrik, gas dan air bersih 4,82 4,28 3,82 5. Bangunan 6,59 6,95 6,91 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 5,62 6,27 5,98 7. Pengangkutan dan Komunikasi 6,51 6,61 4,49 8. Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 5,98 6,88 5,83 9. Jasa-jasa 5,58 6,64 5,07 PDRB 4,49 5,19 5,20 Sumber: BPS Kabupaten Sleman, 2012 B. Produk Unggulan Daerah Produk unggulan merupakan produk yang potensial untuk dikembangkan dalam suatu wilayah dengan memanfaatkan sumberdaya alam dan sumberdaya manusia setempat, serta mendatangkan pendapatan bagi masyarakat maupun pemerintah. Produk unggulan juga merupakan produk yang memiliki daya saing, berorientasi pasar dan 13

ramah lingkungan, sehingga tercipta keunggulan kompetitif yang siap menghadapi persaingan global. Penetapan produk unggulan daerah dalam Sistem Inovasi Daerah (SIDa) diperlukan untuk dapat memberikan fokus dan prioritas yang jelas dalam pellaksanaan kegiatan dan pengembangan Sistem Inovasi Daerah. Berdasarkan Keputusan Menteri dalam Negeri Nomor 050.05/30 Bangda tanggal 7 Januari 1999 produk unggulan suatu daerah mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : 1. Kandungan teknologi yang cukup menonjol baik industri kecil dan jasa 2. Mempunyai jangkauan pemasaran yang luas baik lokal, nasional maupun ekspor. 3. Mempunyai ciri khas daerah, inovatif dan melibatkan masyarakat banyak (tenaga kerja setempat). 4. Mempunyai kandungan bahan baku lokal yang banyak dan stabil atau melalui pembudidayaan. 5. Ramah lingkungan 6. Dapat mempromosikan budaya lokal Menurut Alkadri, dkk 2001 dalam Daryanto 2003 kriteria yang digunakan untuk menentukan apakah suatu komoditas tergolong unggul atau tidak bagi suatu wilayah sebagai berikut : 1. Mampu menjadi penggerak utama (prime mover) pembangunan perekonomian, 2. Mempunyai keterkaitan kedepan dan kebelakang kuat baik sesame komoditas unggulan maupun komoditas lainnya, 3. Mampu bersaing dengan produk/komoditas sejenis dari wilayah lain di pasar nasional maupun internasional baik dalam hal harga produk, biaya produksi, maupun kualitas pelayanan, 4. Memiliki keterkaitan dengan wilayah lain baik dalam hal pasar maupun pasokan bahan baku, 5. Memiliki status teknologi yang terus meningkat, 6. Mampu menyerap tenaga kerja berkualitas secara optimal sesuai dengan skala produksinya, 7. Dapat bertahan dalam jangka panjang tertentu, 8. Tidak rentan terhadap gejolak eksternal dan internal, 14

9. Pengembangannya harus mendapatkan berbagai bentuk dukungan (keamanan, sosial, budaya, informasi dan peluang pasar, kelembagaan, fasilitas insentif/disinsentif dan lain-lain), 10. Pengembangannya berorientasi pada kelestarian sumberdaya dan lingkungan. Dengan melihat kriteria tersebut, maka produk unggulan Kabupaten Sleman yang dipilih untuk penguatan SIDa meliputi : 1. Padi 2. Salak pondoh 3. Kambing PE 4. Budidaya bambu 15

BAB IV KONDISI SIDa SAAT INI Pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) pada hakekatnya di tujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan daya saing bangsa. Sejalan dengan paradigma baru di era globalisasi, iptek menjadi faktor yang memberikan kontribusi signifikan dalam peningkatan kualitas hidup suatu bangsa. Implikasi paradigma ini adalah terjadinya proses transisi perekonomian dunia yang semula berbasiskan pada sumber daya alam menjadi perekonomian yang berbasiskan pengetahuan (Knowledge Based Economy/KBE). Pada KBE, kekuatan bangsa diukur dari kemampuan iptek sebagai faktor primer ekonomi menggantikan modal, lahan dan energi untuk peningkatan daya saing. Salah satu cara untuk meningkatkan daya saing nasional yang telah terbukti berhasil dan telah di lakukan oleh banyak negara maju di dunia adalah dengan memperkuat sistem inovasi nasional. Sistem ini diharapkan akan mampu membangkitkan kreatifitas dan inovasi yang diperlukan, agar produk-produk sebuah negara dapat bersaing secara langsung dengan produk negara lain, baik di pasar domestik maupun internasional. Bagi suatu daerah, kemampuan inovasi merupakan faktor daya saing yang sangat penting, terutama dalam menghadapi beberapa kecenderungan sebagai berikut: a. Tekanan persaingan global yang terus meningkat ; b. Produk semakin kompleks dan memiliki siklus hidup yang semakin pendek karena cepatnya kemajuan teknologi dan perubahan tuntutan konsumen; dan c. Perubahan persaingan pasar yang semakin cepat dan kompleks. Tujuan utama lainnya adalah untuk meningkatkan daya ungkit (leverage) peran iptek yang sesuai dan spesifik bagi daerah, serta meningkatkan kemampuan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dalam mengakses dan memanfaatkan iptek (dalam arti luas) dan hasil litbangyasa serta mengembangkannya. Kabupaten Sleman memiliki berbagai fasilitas penelitian yang merupakan milik Pemerintah Daerah. Tabel 4.1 menyajikan berbagai fasilitas tersebut. 16

Tabel 4.1 Prasarana Bangunan/Gedung Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Sleman Tahun 2010 No Unit Kerja Alamat 1 UPT BP3K I Pandeyan, Sumberagung, Moyudan 2 UPT BP3K II Brongkol, Sidomulyo, Godean 3 UPT BP3K III Tegalweru, Margodadi, Seyegan 4 UPT BP3K IV Temon, Pendowoharjo, Sleman 5 UPT BP3K V Plembon, Harjobinangun, Pakem 6 UPT BP3K VI Jl. Ngemplak Cangkringan, Pondok Klewonan, Bimomartani, Ngemplak 7 UPT BP3K VII Pondok Kulon, Kalitirto, Berbah 8 UPT BP3K VIII Rejodani, Madurejo, Prambanan 9 UPT Pasar Hewan dan Rumah Mancasan, Ambarketawang, Gamping Potong Hewan 10 UPT Yan Keswan Jl. Dr Radjimin, Sucen, Triharjo, Sleman 11 UPT STA Sub Terminal Agribisnis Jl. Magelang Km 18 Lumbungrejo, Tempel Sleman 12 UPT Pengembangan Budidaya Sempu, Pakembinangun, Pakem Pemasaran Perikanan 13 Sekretariat Dinas Jl. Dr Radjimin, Sucen, Triharjo, Sleman 14 Bidang Perikanan Jl. Dr Radjimin, Sucen, Triharjo, Sleman 15 Bidang Peternakan Jl. Dr Radjimin, Sucen, Triharjo, Sleman 16 Bidang TPH Jl. Dr Radjimin, Sucen, Triharjo, Sleman 17 Bidang Hutbun Jl. Dr Radjimin, Sucen, Triharjo, Sleman 18 Bidang Ketahanan Pangan dan Jl. Dr Radjimin, Sucen, Triharjo, Sleman Penyuluhan 19 Kebun Dinas Sawungan Sawungan, Hargobinangun, Pakem yaitu : Selain prasarana bangunan/gedung tersebut masih ada prasarana pendukung lain a. Balai benih ikan Moyudan, Godean, Berbah, Ngemplak yang sekarang dimasukkan dalam lembaga lembaga UPT Pengembangan Budidaya dan pemasaran perikanan Sempu, Pakembinangun, Pakem. 17

b. Pusat Kesehatan Hewan (Puskeswan) sebanyak 9 unit (Prambanan, Ngemplak, Pakem, Turi, Tempel, Seyegan, Sleman, Ngalik dan Gamping) dengan koordinasi ada di UPT Pelayanan Kesehatan Hewan. c. Laboratorium Kesehatan Hewan sebanyak 2 unit (Laboratorium Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Laboratorium Type C). d. Rumah Pemotongan Hewan (RPH) sebanyak 2 unit (Mancasan dan Kentungan). e. Gudang obat sebanyak 1 unit. f. Kebun plasma Nutfah Salak Nusantara sebanyak 1 unit (Turi) Permasalahan kegiatan penelitian dan pengembangan di Sleman antara lain : a. Hasil-hasil penelitian yang dilaksanakan lembaga litbang dan perguruan tinggi belum tercatat dalam suatu Sistem database yang kontinu sehingga banyak hasil penelitian yang tidak diketahui oleh Pemerintah Kabupaten Sleman dan belum dimanfaatkan secara optimal. b. Koordinasi dan sinergi lembaga penelitian dalam menghadirkan dan menerapkan ilmu pengetahun dan terknologi masih perlu ditingkatkaan. Hal ini bertujuan mengarahkan kegiatan penelitian bagi kepentingan agar produk yang dihasilkan lebih bermanfaat. Apabila dilihat dari segi sumberdaya manusia, ada berbagai kegiatan lomba yang sudah dimenangkan oleh Kabupaten Sleman terkait komoditas padi, salak pondoh, kambing PE dan bambu, diantaranya adalah : a. Juara III tingkat Provinsi DIY Lomba Kambing PE Calon Induk Betina Tahun 2007 atas nama Marjo, Pirak Mertosutan, Sidoluhur (Kec. Godean) b. Juara III Evaluasi Peningkatan Mutu Intensifikasi Padi (PMI) tingkat Provinsi DIY Tahun 2008 atas nama kelompo tani Dadi Luwi Manunggal, Klangkapan Margoluwih (Kec. Seyegan) c. Juara II Evaluasi Peningkatan Mutu Intensifikasi Padi (PMI) tingkat Provinsi DIY Tahun 2009 atas nama kelompo tani Mulyo Dliring, Argomulyo (Kec. Cangkringan) 18

d. Petani Pengembang Perkebunan Berprestasi dalam rangka Penghargaan Ketahanan Pangan Tingkat Nasional Tahun 2009 atas nama H Madyo Wardoyo, KPTR Sidomakmur budidaya tanaman tebu, salak, kelapa, jagung, umb-umbian dan padi, Sariharjo (Kecamatan Ngaglik) e. Juara III Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) kategori PTT Padi Tahun 2011 atas nama KT Sumber Mulyo Berjo Sumberharjo (Kec. Prambanan) ELEMEN KUNCI SISTEM INOVASI Pembangunan SIDa terdiri atas beberapa pelaku mulai dari pemerintah daerah sampai dengan masyarakat. Kesluruhan pelaku tersebut akan terintegrasi dengan elemen utama adalah sumber daya, kelembagaan dan perkembangan jaringan. Kelembagaan SISTEM INOVASI DAERAH Sumber Daya Jaringan Gambar 4.1 Elemen Pendukung Sistem Inovasi Daerah (SIDa) Pembangunan SIDa di Kabupaten Sleman sudah dilakukan hanya saja keseluruhan proses belum tersistem. Tingkat kematangan SIDa Kabupaten Sleman dilihat dengan menggunakan metode ANIS (Analysis of National Innovation Systems). Metode ANIS ini mengidentifikasi faktor-faktor penentu tingkat kematangan SIDa dan mengelompokkan menjadi 3 (tiga) level : 1. Level Makro yang terkait dengan kebijakan inovasi meliputi kebijakan inovasi nasional, kebijakan inovasi daerah, master plan, regulasi pro inovasi, kebijakan klaster, pendidikan dan pelatihan dan R & D foresight. 19

2. Level Messo yang terkait dengan dukungan kelembagaan dan program inovasi yaitu : a. Kelembagaan inovasi dengan ruang lingkup pusat transfer teknologi, taman teknologi (technopark), penyedia layanan inovasi, inkubasi teknologi dan bisnis, klaster, program litbang terapan, pendanaan litbang bersama dan intermediasi serta lembaga promosi bisnis. b. Program pendukung inovasi dengan ruang lingkup pembiayaan science, technology & innovation, program litbang dasar, program litbang terapan, pendanaan litbang bersama, intermediasi teknologi, dukungan kewirausahaan, program pengembangan klaster, dan dukungan kerjasama internasional. 3. Level Mikro yang terkait dengan kapasitas inovasi meliputi universitas, institusi riset dasar, institusi riset swasta, inovator, investor swasta, wirausahawan, UKM dan perusahaan besar. Metode ANIS menilai tingkat kematangan SIDa pada setiap level yang dipengaruhi oleh sistem yang telah terjalin dan interaksi para aktor. Aktor pada level makro (kebijakan) adalah otoritas publik dan pembuat kebijakan yang menjalankan fungsi menetapkan dan mengatur kerangka kebijakan SIDa. Aktor pada level mikro adalah lembaga-lembaga pendukung inovasi dan program-program pemerintah yang terkait dengan inovasi. Aktor pada level mikro yaitu perusahaan, universitas, institusi kebijakan dan institusi riset. A. Kekuatan SIDa Kabupaten Sleman Berdasarkan ANIS, kekuatan SIDa Kabupaten Sleman terdapat pada : 1. Level Makro a) Terdapat kebijakan inovasi nasional (berupa SINAS) b) Terdapat kebijakan pengembangan inovasi daerah c) Tersedia lembaga pendidikan dan pelatihan d) Suasana kerja yang demokratis dan dinamis e) Tingkat pendidikan SDM yang cukup memadai f) Peran aktif dan dukungan pimpinan dalam pengembangan inovasi daerah g) Tersedianya alokasi dana untuk pengembangan inovasi daerah h) Akses ke pemerintah pusat cukup mudah 20

2. Level Messo a) Tersedia penyedia layanan inovasi b) Telah ada lembaga promosi bisnis 3. Level Mikro a) terdapat berbagai universitas negeri maupun swasta sebagai lembaga pendidikan dan riset dasar dan terapan b) terdapat balai-balai penelitian dan pengembangan c) investor swasta d) tersedia banyak Usaha Kecil, Mikro dan Menengah (UMKM) Secara umum, kekuatan tersebut diarahkan untuk memanfaatkan peran aktif dukungan pimpinan dan jumlah aparatur pertanian untuk mengoptimalkan penggunaan sumberdaya alam yang tersedia serta mengoptimalkan dukungan dana operasional untuk memenuhi peluang pasar dan kemampuan organisasi mengintegrasikan urusan pertanian, perikanan, kehutanan dan ketahanan pangan melalui melalui penganekaragaman pangan, peningkatan ketersediaan dan cadangan pangan serta memperlancar distribusi dan stabilitas harga untuk mencapai ketahanan pangan untuk memperkuat kelembagaan petani dan asosiasi pertanian, perikanan dan kehutanan B. Kelemahan SIDa Kabupaten Sleman Berdasarkan ANIS, kelemahan SIDa Kabupaten Sleman terdapat pada : 1. Level Makro a) Belum tersedia master plan SIDa b) Belum terdapat kebijakan klaster c) Koordinasi, integrasi, sinergi tugas dan fungsi antar pelaku SIDa di Sleman masih lemah d) Tatalaksana organisasi belum tersedia e) Sistem database inovasi belum optimal 2. Level Messo, belum terdapat dan belum kuatnya a) Pusat transfer teknologi b) Inkubasi teknologi dan bisnis c) Lembaga dan program klaster d) Program litbang terapan e) Pendanaan litbang bersama f) Intermediasi teknologi 21

g) Standar operasional prosedur (SOP) pelayanan dan komoditas h) Sarana dan prasarana i) Pengelolaan Sistem informasi 3. Level Mikro a) lemahnya pelacakan inovasi di masyarakat b) kompetensi SDM belum optimal Untuk mengatasi kelemahan yang ada maka diperlukan beberapa langkah perbaikan, diantaranya 1. Memanfaatkan tersedianya teknologi tepat guna pertanian, perikanan, dan kehutanan untuk menyusun SOP pelayanan dan komoditas yang belum terpenuhi 2. Mengoptimalkan partisipasi aktif pemerintah dan petani-peternak untuk memenuhi sarana dan prasarana yang belum memadai 3. Memanfaatkan tersedianya kelembagaan petani, peternakan dan asosiasi pertanian, perikanan dan kehutanan untuk mengoptimalkan pengelolaan Sistem informasi pertanian, perikanan dan kehutanan C. Tantangan dan Peluang Pelaksanaan SIDa di Sleman menghadapi berbagai tantangan dan peluang, diantaranya : 1. Tantangan a Level Makro 1) Daerah lain telah melaksanakan penguatan SIDa 2) Potensi sumberdaya alam yang melimpah tetapi belum memiliki nilai tambah yang signifikan 3) Kemampuan daya saing SDM pemerintah daerah lain semakin meningkat 4) Pengaruh dan dampak perkembangan teknologi yang semakin cepat dan sulit diprediksi b Level Messo 1) Kemampuan SDM litbang daerah lain semakin meningkat c Level Mikro 1) Posisi tawar produk pertanian lemah 2) Tuntutan dan aspirasi masyarakat semakin meningkat dan beragam 22