TC125 Indonesia TAMPILAN THUNDER 125 Tampak Kiri Tampak Kanan BE BIKER, BE BROTHER & BE SAFE!!

dokumen-dokumen yang mirip
Be Biker, Be Brother & Be Safe!

BAB III PROSES OVERHAUL ENGINE YAMAHA VIXION. Proses Overhoul Engine Yamaha Vixion ini dilakukan di Lab. Mesin,

BAB II LANDASAN TEORI

PT ASTRA INTERNATIONAL Tbk

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

PEMERINTAH PROVINSI BALI DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA PANITIA PELAKSANA LOMBA KOMPETENSI SISWA SEKRETARIAT : SMK NEGERI 1 DENPASAR

AUTOMOBILE TECHNOLOGY TINGKAT PROVINSI

CYLINDER HEAD E HP GASKET CARBURETOR INSULATOR HP WASHER, PLAIN 8 X 6 X

LAMPIRAN A Pohon Keputusan

UJIAN NASIONAL Tahun Pelajaran 2011/2012 SOAL TEORI KEJURUAN

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

SILABUS KURIKULUM KEAHLIAN MOTOR

BAB III PENGUKURAN DAN GAMBAR KOMPONEN UTAMA PADA MESIN MITSUBISHI L CC

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Setelang melakukan proses overhoul cylinder head berdasarkan standar dan

PEMERINTAH KOTA DENPASAR DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA PANITIA PELAKSANA LOMBA KOMPETENSI SISWA SEKRETARIAT : SMK NEGERI 1 DENPASAR

BAB III PROSES PERAWATAN DAN PERBAIKAN

KONSENTRASI OTOMOTIF JURUSAN PENDIDIKAN TEKIK MOTOR

ALAT UKUR & SST (Special Service Tools)

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai. Observasi & Studi Literatur. Identifikasi Sistem. Mekanisme Katup. Pengujian Dynotest awal

BAB III METODE PENELITIAN. Bahan yang digunakan dalam penelitian ditunjukkan pada gambar berikut :

BAB III LANDASAN TEORI

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

BAB II LANDASAN TEORI


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

SISTEM KEMUDI & WHEEL ALIGNMENT

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI MOTOR DIESEL PERAWATAN MESIN DIESEL 1 SILINDER

BAB III METODE PENELITIAN

Rencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM)

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI. Genset 1100 watt berbahan bakar gas antara lain. 2 perangkat berbeda yaitu engine dan generator atau altenator.

Ring II mm. Ukuran standar Batas ukuran Hasil pengukuran Diameter journal

TURBOCHARGER BEBERAPA CARA UNTUK MENAMBAH TENAGA

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. 125 pada tahun 2005 untuk menggantikan Honda Karisma. Honda Supra X

PROSEDUR PENYETELAN AWAL PADA SEPEDA MOTOR Oleh : Bambang Sulistyo, S.Pd.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Studi Pustaka. Persiapan Dan Pengesetan Mesin. Kondisi Baik. Persiapan Pengujian. Pemasangan Alat Ukur

BAB III ANALISIS KASUS

Gambar 4.2 Engine stand dan mesin ATV Toyoco G16ADP

BAB II LANDASAN TEORI. mekanik berupa gerakan translasi piston (connecting rods) menjadi gerak rotasi

Fungsi katup Katup masuk Katup buang

DAFTAR ISI. Nama Barang Halaman Nama Barang Halaman

Pembakaran. Dibutuhkan 3 unsur atau kompoenen agar terjadi proses pembakaran pada tipe motor pembakaran didalam yaitu:

PENINGKATKAN KEMAMPUAN ANAK PUTUS SEKOLAH DI KECAMATAN GEBOG KABUPATEN KUDUS MELALUI PELATIHAN OTOMOTIF

FRAME F - 1. Dimention (mm) No. Notes. l/w (_ ) HARNESS, WIRE

Gambar 3.1 Diagram alir metodologi pengujian

BAB I KOMPONEN UTAMA SEPEDA MOTOR

JOB SHEET (LEMBAR KERJA) : Melaksanakan overhaul kepala silinder

Fungsi katup Katup masuk Katup buang

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 PROSES PERAWATAN DAN PERBAIKAN KOPLING Berikut diagram alir proses perawatan dan perbaikan kopling

2) Lepaskan baut pemasangan exhaust pipe (pipa knalpot) dan baut/mur pemasangan mufler (knalpot)

III. METODOLOGI PENELITIAN. Mesin uji yang akan menggunakan cylinder head, cylinder dan crankshaft

3.2. Prosedur pengujian Untuk mengetahui pengaruhnya perbanding diameter roller CVT Yamaha mio Soul, maka perlu melakukan suatu percobaan. Dalam hal i

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN PROSES PEMBUATAN ALAT PENYANGGA TENGAH OTOMATIS PADA SEPEDA MOTOR YANG MENGGUNAKAN SISTEM HIDROLIK

TROUBLE SHOOTING SISTEM INJEKSI MESIN DIESEL MITSUBISHI L300 DAN CARA MENGATASINYA

BAB I V PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN Membongkar Dan Merakit Kembali Transmisi Manual

SISTIM PENGAPIAN. Jadi sistim pengapian berfungsi untuk campuran udara dan bensin di dalam ruang bakar pada.

Petunjuk : Berilah Tanda Silang (X) pada salah satu jawaban yang paling tepat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan tempat pelaksanaan percobaan serta analisis sebagai berikut :

BAB IV PERAWATAN REM CAKRAM TIPE ABS

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

LAPORAN PRAKTIKUM 3 PEMERIKSAAN DAN PENYETELAN CELAH KATUP

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berikut ini tabel hasil pemeriksaan dan pengukuran komponen cylinder. Tabel 4.1. Hasil Identifikasi Mekanisme Katup

BAB II DASAR TEORI. Menurut Wiranto Arismunandar (1988) Energi diperoleh dengan proses

BAB II LANDASAN TEORI. mobil seperti motor stater, lampu-lampu, wiper dan komponen lainnya yang

BAB II LANDASAN TEORI

BAGIAN-BAGIAN UTAMA MOTOR Bagian-bagian utama motor dibagi menjadi dua bagian yaitu : A. Bagian-bagian Motor Utama yang Tidak Bergerak

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

3.2 Tempat Penelitian 1. Mototech Yogyakarta 2. Laboratorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

BAB IV PROSES OVERHOUL DAN ANALISIS KOMPONEN

yang digunakan adalah sebagai berikut. Perbandingan kompresi : 9,5 : 1 : 12 V / 5 Ah Kapasitas tangki bahan bakar : 4,3 liter Tahun Pembuatan : 2004

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

Diagram 2.1 Prinsip Kerja Motor Matic Narasumber : Kawan Pustaka

BAB II TINJAUAN LITERATUR

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II. LANDASAN TEORI

BAB III ANALISIS SISTEM SUSPENSI DEPAN

SUSPENSI DAN KEMUDI SEPEDA MOTOR

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 3.1. Diagram alir percikan bunga api pada busi

BAB 12 INSTRUMEN DAN SISTEM PERINGATAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Identifikasi Sistem Kopling dan Transmisi Manual Pada Kijang Innova

Lampiran 1 NO. NAMA MEKANIK

1. EMISI GAS BUANG EURO2

BAB II LANDASAN TEORI

STANDAR LATIHAN KERJA DAFTAR MODUL

PENDAHULUAN DAN SISTEM KOPLING

PRINSIP KERJA MOTOR DAN PENGAPIAN

UJIAN NASIONAL Tahun Pelajaran 2011/2012 SOAL TEORI KEJURUAN

UJIAN NASIONAL Tahun Pelajaran 2011/2012 SOAL TEORI KEJURUAN

BAB III METODOGI PENGUJIAN DAN ANALISA HASIL PENGUJIAN

BAB 9 MENGIDENTIFIKASI MESIN PENGGERAK UTAMA

Gambar 4.1 mesin Vespa P150X. Gambar 4.2 stand mesin. 4.2 Hasil pemeriksaan komponen mesin VESPA P150X Hasil pemeriksaan karburator

III. METODOLOGI PENELITIAN. Alat-alat dan bahan yang digunakan dalam proses pengujian ini meliputi : mesin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

TAMPILAN THUNDER 125 Tampak Kiri Tampak Kanan 1

DATA SPESFIFIKASI DIMENSI DAN BERAT KERING Panjang keseluruhan Lebar keseluruhan Tinggi keseluruhan Jarak sumbu roda Jarak terendah ke lantai Jarak ketinggian tempat duduk Berat kering 1945 mm 735 mm 1070 mm 1265 mm 160 mm 750 mm 122 kg MESIN Jenis 4-Langkah, pendingin udara, OHC Cylinder 1 (Tunggal) Diameter 57.0 mm Langkah piston 48.8 mm Isi cylinder 124 cm 3 Perbandingan kompresi 9.2 : 1 Karburator MIKUNI BS26SS Saringan udara Elemen Busa Polyurethane Sistem starter Listrik Sistem pelumasan Terendam (wet sump) TRANSMISI Kopling Basah, manual, plat majemuk Transmisi 5 Percepatan Pola pemindah gigi 1 Ke bawah, 4 Ke atas Reduksi awal 3.470 (59/17) Reduksi akhir 3.214 (45/14) Perbandingan gigi, rendah 3.000 (33/11) Ke 2 1.857 (26/14) Ke 3 1.368 (26/19) Ke 4 1.143 (24/21) Top 0.957 (22/23) Rantai penggerak KMC 428H 118 mata 2

KELISTRIKAN Jenis pengapian Pengapian elektronik (Transistor) Saat pengapian 13 o TMB sebelum 1950 r/min 32 o TMB diantara 4000-5000 r/min 29.9 o TMB diantara 6000-7500 r/min 34.1 o TMB diatas 9000 r/min Busi NGK CR8E, NIPPON DENSO U24ESR-N Battery 12V 28.8 kc 7Ah 10HR Sekering 10A, 15A Lampu utama 12V 35W/35W Lampu rem/belakang 12V 5W/21W Lampu sein 12V 21W Lampu indikator sein 12V 2W X 2 Lampu indikator netral 12V 2W Lampu speedometer 12V 3W Lampu Tachometer 12V 3W Lampu kapasitas bensin 12V 3W Lampu indikator dim 12V 2W Lampu posisi 12V 5W Indikator posisi gigi 12V 2W SASIS Suspensi depan Teleckopic, pegas spiral, bantalan oli Suspensi belakang Lengan ayun, bantalan oli, 5 tingkat penyetelan pegas Sudut kemudi 42 o (kanan dan kiri) Caster 64 o 30 Trail 90 mm Radius Putar 2.1 m Rem depan Disc Rem belakang Tromol Ban depan 80/100-18 4PR Ban belakang 90/90-18 4PR KAPASITAS Tangki bensin, termasuk cadangan Cadangan Oli mesin Oli suspensi depan 14 L 2.0 L 1100 ml 150 ml Catatan : Spesifikasi dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan lebih dahulu 3

KONSEP DESAIN Suzuki Thunder 125 adalah model sepeda motor sport touring 4 langkah (4 stroke light touring sport) dengan kapasitas mesin 125 CC. Model ini diciptakan untuk memenuhi selera laki-laki sejati yang mengutamakan style dalam bermotor. Umur antara 20 40 tahun. Pekerjaan karyawan dan mahasiswa dengan personal style modern dan dynamic. Desain yang sporty, mesin sport 4 langkah dangan kapasitas 125 CC dilengkapi Real Electric Starter, Real Double Piston Disk Brake, Real Casting Wheel, Real Multi Reflektor Head Lamp, Real Aluminum Trail Grip dan daya tahan yang tinggi serta harga yang kompetitif merupakan gaya sejati bagi Thunder 125. It s The Real Style 4

PENAMPILAN 1. Sepeda Motor Sport Touring dengan Penampilan Kekar. Thunder 125 dikonsepkan sebagai sepeda motor sport touring yang simple, ekonomis/irit dan tangguh. Produk ini memang dikeluarkan karena keinginan konsumen terhadap produk Suzuki yang berkonsep sport touring dengan harga kompetitif. 2. Stylish Panel Instrument Panel instrument berkesan stylish, sporty dan mudah dibaca saat berkendara. Panel instrument terdiri dari Speedometer dan Tachometer dengan warna dasar putih dan hitam, angka berwarna putih sedangkan jarum penunjuk berwarna oranye menyala. Juga terdapat indikator Gear position, indikator lampu sein, indikator lampu jauh dan fuel meter. 3. Head Lamp Diamond - Eye Type Head lamp berbentuk bulat dengan desain multi reflector diamond eye memberikan cahaya terang dan dilengkapi dengan lampu senja. 4. Aluminum Die Casting Wheel Roda belakang dan akan menggunakan Aluminum Die Casting yang menarik, ringan dan kuat untuk kestabilan pengndalian dan kenyamanan berkenadara. 5. Tail Grip Tail Grip Aluminum yang fungsional dipasang di bagian belakang menambah sporty tampilan keseluruhan. 5

MESIN Mesin Thunder 125 memiliki desain yang maju yang memberikan keuntungan pada kecepatan akselerasi, peningkatan tenaga dan pengendalian yang mantap. Disamping itu juga mesin Thunder 125 menawarakan ketahanan yang tinggi, perawatan mudah dan sangant ekonomis. 1. Mesin 4 Langkah 2. Kapasitas mesin 125 Cm 3 3. Karburator Mikuni BS 26 SS 4. Torsi didapat pada rpm rendah dan menengah 5. Alumunium Cylinder 6. Silent Cam Chain 7. Oil filter yang mudah diganti 8. Saringan Bensin 9. Oil Filter 10. Oli Sump Filter 11. Pengapian transistor 6

ENGINE CUT MODEL 7

PENGENDALIAN, KENYAMANAN DAN PEMAKIAN YANG PRAKTIS Thunder 125 didesain sebagai kombinasi kenyamanan dan kemudahan dengan kemampuan manuver dan pengendalian yang baik pada setiap situasi jalan. 1. Electric Starter Dilengkapi electric starter untuk memudahkan dalam menghidupkan mesin. 2. Transmisi Dengan Lima Tingkat Kecepatan Dengan Pola Pemindahan Return Penggunaan sistem ini bertujuan untuk menyesuaikan kecepatan dan torsi. 3. Tangki Bahan Bakar Tangki bahan bakar berkapasitas 14 liter termasuk cadangan sebanyak 2 liter yang memungkinkan perjalanan jarak jauh. 4. Rangka Pipa Tubular Dengan Konstruksi Diamond Kunci dari pengedalian yang baik adalah rangka yang ulet tetapi ringan dan konstruksi diamond dirancang untuk mendapatkan kemampuan diatas yakni ringan dan ulet. 5. Suspensi Dengan Lima Tingkat Penyetelan Pagas suspensi belakang dapat disetel (lima posisi penyetelan) sesuai dengan keinginan pengendara, beban muatan, cara pengendaraan dan kondisi permukaan jalan. Posisi pertama menghasilkan pegas yang lebih lunak dari pada posisi ke lima. Pegas disetel pada posisi ke dua saat dikirim dari pabrik. 6. Foot Rest Depan Dipasang rubber Mount untuk kenyamanan pengendara 8

7. Dimmer Switch Saklar dimmer yang terletak di sebelah kiri kemudi pada Thunder 125 menjadi satu dengan saklar lampu sein, sehingga dalam satu saklar mempunyai dua fungsi, yang pertama berfungsi untuk mengoperasikan lampu jauh/dekat sedangkan yang kedua berfungsi untuk mengoperasikan lampu sein kiri/kanan. 9

INFORMASI UMUM 1. Lokasi Nomor Seri Nomor rangka terletak dibagian pipa kemudi sebelah kiri sedangkan nomor mesin terletak di bagian cranckcase sebelah kiri. 2. Bahan Bakar Dan Oli Yang Disarankan a. Bahan Bakar Pergunakanlah bensin yang berkadar oktan 90 atau lebih ( Metoda Riset ), dan yang lebih baik lagi bensin tanpa timbal dan kadar timbalnya rendah. b. Oli Mesin Pergunakan oli mesin dengan klasifikasi API service SF atau SG dengan tingkat kekentalan SAE 10W - 40. Bila SAE 10W - 40 tidak tersedia, pilihlah alernatif lain sesuai tabel dibawah ini : SAE 40 30 20W/50 10W/50 10W/30 20W 10W TEMP C - 20-10 0 10 20 30 40 F - 4 14 32 50 68 86 104 10

3. Prosedur Pemakaian Awal Saat dibuat, sepedamotor ini menggunakan bahan/material pilihan dan semua parts dibuat dengan standar kualitas yang tinggi namun bagian-bagian yang bergerak dan saling berhubungan masih memerlukan proses penyesuaian sebelum mesin tersebut dapat dioperasikan secara maksimum. Kemampuan dan daya tahan mesin tergantung dari penanganan dan perawatan pada pemakaian awal. Berikut adalah penjelasan secara umum : Perhatikan batas kecepatan pada masa pemakaian awal 800 km pertama Kurang dari 4.500 Rpm Sampai dengan 1.600 km Lebih dari 1.600 km Kurang dari 5.500 Rpm Kurang dari 10.000 Rpm Setelah menempuh jarak 1.600 km, sepedamotor sudah dapat dipergunakan dengan tarikan gas sepenuhnya, tetapi jangan melewati 10.000 Rpm. Jangan menggunakan kecepatan konstan pada masa pemakaian awal. Gunakan kecepatan yang beragam / bervariasi. 11

CYLINDER HEAD TDCC (Twin Dome Combustion Chamber) Cylinder Head Thunder 125 terbentuk dari alumunium tuang yang memiliki disipasi panas sempurna. Karakter bentuk dua kubah bola ini dapat meningkatkan efek kecepatan tinggi pada campuran gas segar yang masuk dan sisa pembakaran (gas buang). 12

VALVE TIMING Timing katup (Valve Timing) adalah saat membuka dan menutupnya katup pemasukkan dan pembuangan. Membuka dan menutupnya katup digerakkan oleh camshaft. Seperti port timing pada mesin 2 langkah, valve timing pada mesin 4 langkah sangat menetukan hasil kerja mesin karena ha ini sebagai pengatur saat pemasukkan dan pembuangan Pemasukan Buka : 35º sebelum T.M.A Tutup : 57º setelah T.M.B Pembuangan Buka : 56º sebelum T.M.B Tutup : 24º setelah T.M.A Sudut Overlap Katup : 59º Keausan pada cam sering disebabkan oleh kinerja katup yang lemah sehingga mengakibatkan berkurangnya tenaga mesin. Batas pemakaian cam ditentukan oleh ketinggian cam intake dan exhaust, yang diukur dengan menggunakan mikrometer. Bila ketinggian cam sudah tidak sesuai spesifikasi, ganti camshaft dengan yang baru. Ketinggian cam Tinggi cam Batas pemakaian Intake cam 33.350 mm Exhaust cam 33.000 mm 13

PEGAS KATUP Pegas yang digunakan berpasangan, biasanya permukaan lebih renggang terpasang di bagian atas. Untuk menjaga agar pegas tidak bertautan, penempatan pegas dengan arah ulir. Valve spring berfungsi untuk menutup katup. Pada Thunder 125 digunakan valve spring ganda untuk mencegah timbulnya valve floating dan mengurangi valve surging. Panjang pegas katup ( saat bebas ) Pegas INNER OUTER Batas pemakaian 31.2 mm 33.6 mm Tegangan pegas katup Pegas INNER OUTER Standar 3.77 4.43 kg/26.78 mm 8.86 10.4 kg/29.78 mm 14

TOP KOMPRESI Posisi top kompresi pada sepeda motor sangat diperlukan terutama bila akan melakukan penyetalan atau ingin melakukan pembongkaran mesin. Pada Thunder 125 posisi Top kompresi di dapat dengan cara-cara sebagai berikut : Posisi top Lepaskan cap bagian kiri penutup cylinder head. Lepaskan cap bagian kanan penutup cylinder head. Lepaskan busi, cap lubang pemeriksa katup dan penutup lubang pemeriksaan timing. Lepaskan cap magneto cover dan putarlah rotor magneto dengan menggunakan kunci sock 14 mm untuk menyetel piston agar berada pada posisi TMA ( Titik Mati Atas ) pada langkah kompresi. ( Putarlah rotornya sampai garis I berada di tengah lubang cover cranckcase ). Lubang pin pad cam driven sprocket harus berada di atas. 15

KERENGGANGAN KATUP Kerenggangan katup terdapat di antara ujung tangkai katup dan sekrup penyetel pada rocker arm. Bila kerenggangannya melebihi batas, akan mengakibatkan timbulnya bunyi. Bila kerenggangan katup terlalu kecil, katup tidak dapat duduk dengan tepat dan mengakibatkan gas bocor sehingga tenaga yang dihasilkan tidak maksimum. Hal yang paling buruk dengan kerenggangan katup terlalu kecil adalah katup akan menyentuh kepala piston dan dapat mengakibatkan kerusakan pada keduanya yakni katup dan piston. Pada penyetelan katup IN, lakukan seperti biasa. Pada katup EX terdapat pegas pengembali (return spring) pada bagian rocker arm, sehingga saat melakukan penyetelan, rocker arm harus diungkit dengan obeng sambil memasukkan thickness gauge antara adjusting screw dan tangkai katup. Kerenggangan katup : Intake : 0.04 0.07 Exhaust : 0.13 0.18 Catatan : Ketika mengukur atau menyetel kerenggangan katup, laksanakan ketika mesin dingin. 16

PISTON DAN RING PISTON 1. Piston Ukur diameter luar piston dengan mikrometer pada posisi 10 mm dari tepi bawah piston. Bila diameternya kurang dari batas yang diijinkan, ganti piston. Batas pemakaian piston adalah 56.880 mm 2. Ring-Ring Piston Mesin ini dilengkapi dengan tiga ring yang di tempatkan pada piston untuk menahan piston pada tempatnya dan mencegah oli masuk ke ruang pembakaran dan menyebarkan panas ke dinding silinder ketika menerima panas, disamping tugas utama sebagai penyekat kompresi (sealing effect). Celah ring piston saat bebas Ring Standard Batasan Ke-1 7.2 mm 5.6 mm Ke-2 5.8 mm 4.8 mm Side rail Spacer 45 E X 45 Side rail Celah ring piston didalam silinder Ring Standard Batasan Ke-1 0.20 mm 0.32 mm 0.50 mm TOP 45 I N 45 2nd Ke-2 0.20 mm 0.32 mm 0.50 mm Ring pertama dan ring kedua, bentuk permukaannya berbeda. Ring pertama permukaannya dilapisi chrome, sedangkan ring kedua tidak dilapisi chrome. Warna ring kedua terlihat lebih gelap daripada ring pertama 17

TEKANAN KOMPRESI Tekanan kompresi Standard : 1000 1400 KPa / 10.0 14.0 Kg/Cm 2 Batas : 800 Kpa / 8.0 Kg/Cm 2 Mengukur tekanan kompresi dengan menggunakan Compression Gauge pada putaran mesin kira-kira menapai 600 650 r/min. Hal tersebut menunjukkan kondisi mesin. RANTAI CAM DAN SPROCKET CAM Camshaft digerakkan oleh putaran crankshaft diteruskan oleh cam drive chain dan sprocket yang terdapat pada masing-masing shaft. Rantai yang digunakan jenis silent type. Gigi Camshaft : 34 gigi Gigi Crankshaft : 17 gigi SILENT TYPE ROLLER TYPE 18

PENGATUR TEGANGAN RANTAI OTOMATIS Mekanisme pengatur tegangan rantai otomatis adalah semacam rachet. Pada tipe ini menjamin tegangan rantai tidak berubah/tetap dan berfungsi untuk meredam kekenduran pada rantai (menghilangakan bunyi). Rachet 19

KOPLING Thunder 125 menggunakan kopling manual jenis inner push plat majemuk. Spring menekan pressure plate sehingga drive plate dan driven plate saling berhubungan dan memindahkan gaya dari poros engkol ke transmisi (lihat hal 23 mengenai Power Train). Yang perlu di perhatikan adalah pada saat pemasangan push rod jangan sampai terbalik, lihat gambar. 20

PERPINDAHAN TENAGA CRANKSHAFT PRIMARY DRIVE GEAR PRIMARY DRIVEN GEAR CLUTCH HOUSING CLUTCH DRIVE PLATE CLUTCH DIRVEN PLATE CLUTCH SLEEVE HUB COUNTER SHAFT DRIVE GEAR DRIVEN GEAR DRIVE SHAFT ENGINE SPROCKET DRIVE CHAIN REAR WHEEL 21

KARBURATOR Thunder 125 menggunakan karburator Constan velocity Mikuni tipe BS. Pada karburator tipe ini kecepatan aliran udara dipertahankan tetap. Berdasarkan sistem katup/throttle, karburator dibagi menjadi dua tipe yaitu : tipe VM dan BS. Secara konstruksi umum tipe VM dan BS sama kecuali dalam hal throttle valve dan piston valve. Perbedaan kedua tipe karburator tersebut adalah : Tipe VM : Respon cepat pada saat awal (0.2 0.3 detik) dengan pengendalian yang tepat oleh pengendara. Tipe BS : Pada awal akselerasi, respon tidak secepat tipe VM namun demikian akselerasi yang halus dapat dicapai walau pengoperasian throttle valve kasar. Hal ini dikareanakan kontrol vakum piston valve. Cara kerja karburator tipe BS sama seperti yang terdapat pada Thunder 250, FXR 150, FU 125 dan FU 150 SC. 22

KONSTRUKSI KARBURATOR B E D C A ITEM SPECIFICATION ITEM SPECIFICATION Carburetor Type MIKUNI BS26SS Jet Needle (J.N) B 4DH41-2 nd Bore Size 26 Needle Jet (N.J) C P-0 (390) I.D.No. 26-183 Pilot Jet (P.J) D #12.5 Idle r/min 1450 ± 50 R/min Starter Jet (S.J) #37.5 Flat Height 29 ± 0.5 Pilot Screw (P.S) PRE-SET (2.5/8 turn out) Main Jet (M.J) A # 110 Pilot Air Jet (P.A.J) E Ø 1.25 Main Air Jet (M.A.J) 0.6 Throttle Cable Play 0.5-1.0 23

KERJA DIAPHRAGMA DAN PISTON Venturi pada daerah melintang pada karburator tipe BS membesar dan mengecil secara otomatis karena gerakan katup piston 1. katup piston bergerak menurut tekanan negative di bawah aliran venturi A. Tekanan negative terjadi di dalam ruang diafragma 2. memalui lubang kecil (orifice) 3 yang berada di katup piston 1. Tekanan negative lebih besar dari gaya pegas 4 yang menyebabkan katup piston 1 terangkat ke ruang diafragma dan mempertahankan aliran udara dalam venturi. Dengan demikian aliran udara pada saluran venturi dapat pertahankan tetap konstan untuk memperbaiki pengabutan bahan bakar. Perbandingan bahan bakar udara tetap sesuai dengan putaran mesin. 24

SISTEM PELUMASAN 25

DENAH SISTEM PELUMASAN CAMSHAFT JOURNAL AND CAM FACE CONROD SMALL END ROCKER ARM SHAFT CAM CHAIN CYLINDER WALL CONROD WALL END BEARING CLUTCH RELEASE CAM DRIVESHAFT BEARING COUNTERSHAFT BEARING OIL FILTER DRIVESHAFT AND GEARS COUNTERSHAFT AND GEARS OIL PUMP PRIMARY DRIVEN GAER SPACER SUMP OIL CLUTCH PLATES OIL PAN 26

SISTEM PENGAPIAN Pada sistem pengapian full transistor, saat kunci kontak ON arus listrik dari accu mengalir ke ignitor unit, saat rotor tidak berputar (mesin tidak hidup) potensial listrik pada basis transistor tinggi sehingga transistor aktif dan arus mengalir dari accu ke kumparan primer ignition coil. Saat mesin hidup (rotor berputar), timbul arus bolak-balik pada pick-up coil yang brupa gelombang sinyal yang berubah dari (+) ke ( ) seperti ditunjukkan pada gambar. 27

Apabila sinyal arus bolak-balik (+), potensial listrik pada basis juga (+) sehingga transistor tetap dalam kondisi ON yang juga berarti arus listrik dari kolektor mengalir ke emitor melalui kumparan primer ignition coil. Tetapi sebaliknya apabila sinyal arus bolak-balik (-), potensial listrik pada basis juga (-), sehingga transistor dalam kondisi OFF yang berarti arus diputus secara mendadak (dari kolektor ke emitor atau kumparan primer ignition coil) yang menibulkan indukso pada kumparan sekunder ignition coil. Hal inilah yang menciptakan bunga api. 28

Sistem Pengapian Elektronik Transistor Sistem pengapian Thunder 125 menggunakan sistem pengapian Elektronik Transistor. Pengapian elektronik ini meminimalkan ketidakteraturan waktu pengapian dan memperbaiki performa pengapian pada putaran tinggi. Beberapa fungsi ignitor : (1). Mengontrol pemajuan (advance) waktu pengapian Mengontrol waktu pengapian dalam merespon putaran mesin (lihat Fig.1). (2). mengontrol Closing Angle Saat mesin berputar pada kecepatan rendah, periode conducting (closing angle) transistor berkurang sehingga pemakaian energi berkurang. Saat putaran mesin tinggi, periode conducting (closing angle) meningkat untuk mencegah voltase ignition coil turun (lihat Fig. 2 dan 3). 29

PICK-UP Coil Gunakan pocket tester (skala R x 10 Ω), ukur tahanan diantara kabel-kabelnya sesuai tabel berikut. Tahanan B H Pick-up coil Kira-kira 120 250 Ω Tahanan Charging coil K K Kira-kira 0,5 2,0 Ω 30

Ignitor Dengan pocket tester (skala R x 1kΩ) ukur nilai tahanan diantara terminalterminalnya sesuai tabel berikut KATUB TESTER ( + ) 1 2 3 4 KATUB TESTER (-) 1 Kira-kira Kira-kira 3.6 5.0 2 Kira-kira Kira-kira 3.0 2.0 3 Kira-kira Kira-kira 5.0 2.0 4 ~ ~ ~ 6.5 3.0 4.0 Ignition coil Periksa ignition coil dengan elektro tester. Periksa performa pengapian ignition coil. Untuk kondisi pengetesan lihat gambar. Pastikan ketiga jarum penunjuk berjarak minimal 8 mm. Periksa ignition coil dengan pocket tester. Nilai tahanan Ignition Coil O/P P Primer Kira-kira 3.5 4.5 Ω Cap busi O/P Sekunder Kira-kira TG 30 KΩ 31

SISTEM PENGISIAN Sirkuit sistem pengisian terdiri dari generator AC, Regulator / Rectifier dan batere. Arus AC yang dihasilkan generator AC dikonversikan oleh rectifier dan dirubah menjadi arus DC kemudian mengisi battery. Saat putaran mesin rendah dan tegangan yang dihasilkan oleh generator AC lebih rendah daripada teagangan yang diatur oleh regulator, regulator tidak berfungsi, arus yang dihasilkan mengisi battery secara langsung. 32

Bila putaran mesin bertambah, tegangan yang dihasilkan oleh generator AC juga meningkat dan tegangan antara titik A dan B pada regulator menjadi tinggi dan ketika mencapai nilai tegangan yang sesuai unit control, unit control berada pada kondisi ON. Kemudian SCR mengatur arah titik A ke titik C. Pada kondisi seperti ini arus dari generator AC mengalir melalui SCR tanpa mengisi batere dan kembali ke generator AC lagi. Akhirnya, ketika arus AC dari generator AC mengalir ke titik B, arus balik mengalir ke SCR, sehingga sirkuit SCR berubah ke posisi OFF dan mulai mengisi batere kembali. Jadi dengan demikian tegangan pengisian ke batere terjaga konstan / stabil dan mencegah terjadinya kelebihan pengisian / overcharging. 33

Pemeriksaan Hasil Pengisian Hidupkan mesin dan tahan pada putaran 5.000 rpm. Dengan pocket tester, ukur tegangan DC antara kutub batere + dan - Bila nilai tegangan dibawah 13.5 V atau diatas 16.0 V, periksa unjuk kerja generator AC tanpa beban dan regulator / rectifier. Standar hasil pengisian 13.5 V 16.0 V pada 5.000 rpm Unjuk Kerja Generator AC Tanpa Beban Lepaskan sambungan ketiga buah kabel dari terminal generator AC. Hidupkan mesin dan tahan pada putaran 5.000 rpm. Dengan pocket tester, ukur tegangan AC diantara ketiga kabel. Bila tegangannya dibawah 70V, artinya generator rusak. Standar unjuk kerja tanpa beban Lebih dari 70 V (AC) pada 5.000 rpm Regulator / Rectifier Gunakan pocket tester ( skala x 1k Ω ), ukur nilai tahanan diantara kabel-kabel sesuai tabel berikut. Bila tahanannya tidak sesuai, ganti regulator / rectifier. KATUB TESTER ( + ) M H H H H/P KATUB TESTER (-) M 40 40 40 32 H 3 50 50 40 H 3 50 50 40 H 3 50 50 40 H/P 5 3 3 3 34

SISTEM STARTER Gambar dibawah ini adalah diagram sistem starter yang terdiri dari motor starter, relay, sakelar pemutus arus, kunci kontak, tombol starter dan batere. Dengan menekan tombol starter ( terletak dikemudi bagian kanan ) relay bekerja sehingga motor starter terhubung dengan batere. Motor starter membutuhkan arus 80 ampere untuk menghidupkan mesin Starter Relay S. Button Ig. Switch ON Fuse Engine Kill Switch RUN Starter Motor 35

WIRING HARNESS DIAGRAM 36

SPECIAL TOOLS ITEM PART NO. PART NAME 1 09900-06107 Snap ring pliers (opening type) 2 09900-06108 Snap ring pliers (closing type) 3 09900-09003 Impact driver set 4 09900-20101 Verniers calipers (150 mm) 09900-20202 Micrometer (25-50mm) 5 09900-20303 Micrometer (50-75mm) 09900-20505 Micrometer (0-25mm) 6 09900-20508 Cylinder gauge set 7 09900-20606 Dial gauge 1/100 8 09900-20701 Magnetic stand 9 09900-20803 Thickness gauge 10 09900-21304 V-block 11 09900-25002 Pocket tester 12 09900-28106 Electro tester 13 09900-28403 Hydro tester 14 09910-20116 Conrod holder 15 09910-32812 Crankshaft installer 16 09910-34510 Piston pin puller 17 09911-73730 "T" Type Hexagon wrench (5 mm) 18 09913-50121 Oil seal remover 19 09913-75820 Bearing installer 20 09913-80112 Bearing installer 21 09915-63310 Compression pressure adaptor 22 09915-64510 Compression gauge 23 09915-74510 Oil pressure gauge 24 09916-14510 Valve spring compressor 25 09916-21113 Valve seat cutter set 26 09916-24311 Solid pilot (N-100-5.0) 27 09916-24610 Valve seat cutter 15º(N-121) 28 09916-20620 Valve seat cutter 45º (N-122) 09916-20630 Valve seat cutter 30º (N-126) 29 09916-34542 Reamer handle 30 09916-34570 Reamer 5.0 mm 31 09916-34580 Reamer 10.8 mm 32 09916-44310 Valve guide installer 33 09916-84510 Tweezers 37

ITEM PART NO. PART NAME 34 09917-13210 Tappet adjust driver 35 09920-13120 Crankcase separating tool/crankshaft remover 36 09920-53710 Clutch sleeve hub holder 37 09923-73210 Bearing puller 38 09924-84510 Bearing installer set 39 09930-30102 Rotor remover slide shaftf 40 09930-30180 Attachment 41 09930-40113 Rotor and sprocket holder 42 09930-44511 Rotor holder 43 09940-14911 Steering stem nut socket wrench 44 09940-34520 "T" handle 45 09940-34561 Attachment "D" 46 09940-50112 Fork oil seal installer 47 09940-53311 Bearing Installer 48 09941-34513 Steering race installer 49 09943-74111 Fork oil level gauge 38

39

40

41

JALUR KABEL LISTRIK, KABEL DAN SELANG 42

MOMEN PENGENCANGAN MESIN Bagian Kg.m N.m Baut tutup cylinder head 0.9 1.0 9 10 Baut camshaft sprocket 1.0 1.3 10 13 Mur cylinder head ø 8 mm 2.5 3.5 25 35 Mur cylinder head ø 6 mm 0.7 1.1 7 11 Mur cylinder ø 6 mm 0.7 1.1 7 11 Mur Magneto rotor 3.0 4.0 30 40 Mur primary drive gear/oil pump drive gear 4.0 6.0 40 60 Mur clutch sleeve hub 3.0 5.0 30 50 Baut pembuangan oli mesin 1.8 2.0 18 20 Mur engine sprocket 8.0 10.0 80 100 Baut engine mounting ø 8 mm (A 80 mm length) 3.7 4.5 37 45 Baut engine mounting ø 8 mm (B yang lainnya) 2.8 3.4 28 34 Mur pipa exhaust 0.9 1.2 9 12 Baut pemegang knalpot 0.9 1.2 9 12 Baut kopling starter 1.5 2.0 15 20 43

SASIS Bagian Kg.m N.m Mur as roda depan 3.6 5.2 36 52 Baut batang peredam garpu 2.0 2.6 20 26 Baut pemegang garpu depan atas 2.5 3.5 25 35 Baut pemegang garpu depan bawah 2.0 3.0 20 30 Baut kepala batang kemudi 3.5 5.5 35 55 Baut clamp handlebar 1.2 2.0 12 20 Baut pemegang master cylinder rem depan 0.5 0.8 5 8 Baut pemegang caliper rem depan 2.5 4.0 25 40 Baut selang rem depan 2.5 3.5 25 35 Katup pembuangan udara caliper rem depan 0.7 0.9 7 9 Baut cakram rem 1.5 2.5 15 25 Mur as lengan ayun 5.0 8.0 50 80 Baut pijakan kaki depan 3.6 5.2 36 52 Mur batang pemegang panel rem belakang (depan & belakang) 1.0 1.5 10 15 Mur pemegang shock absorber belakang (atas & bawah) 2.0 3.0 20 30 Mur as roda belakang 5.0 8.0 50 80 Mur sprocket belakang 1.8 2.8 18 28 Mur tuas cam rem belakang 0.5 0.8 5 8 Baut tutup garpu depan 1.5 3.0 15 30 44

TABEL MOMEN PENGENCANGAN Diameter Baut dengan tanda 4 atau baut konvensional Baut dengan tanda 7 (mm) Kg.m N.m Kg.m N.m 4 0.1 0.2 1.0 2.0 0.15 0.3 1.5 3.0 5 0.2 0.4 2.0 4.0 0.3 0.6 3.0 6.0 6 0.4 0.7 4.0 7.0 0.8 1.2 8.0 12.0 8 1.0 1.6 10.0 16.0 1.8 2.8 18.0 28.0 10 2.2 3.5 22.0 35.0 4.0 6.0 40.0 60.0 12 3.5 5.5 35.0 55.0 7.0 10.0 70.0 100.0 14 5.0 8.0 50.0 80.0 11.0 16.0 110.0 160.0 16 8.0 13.0 80.0 130.0 17.0 25.0 170.0 250.0 18 13.0 19.0 130.0 190.0 20.0 28.0 200.0 280.0 45

DATA SERVIS KATUP DAN BOS KATUP unit : mm BAGIAN STANDARD BATASAN Diameter katup IN 25.5 - EX 22.5 - Kerenggangan katup IN 0.04-0.07 - (saat dingin) EX 0.13-0.18 - Diameter dalam pengarah katup IN & EX 5.000-5.012 - Diameter luar tangkai katup IN 4.975-4.990 - EX 4.995-4.970 - Penyimpangan tangkai katup IN & EX - 0.05 Ketebalan kepala katup IN & EX - 0.5 Panjang ujung tangkai katup IN & EX - 2 Lebar dudukan katup IN & EX 0.9-1.1 Penyimpangan kepala katup IN & EX - 0.03 Panjang pegas katup saat bebas INNER - 31.2 OUTER - 33.6 Tegangan pegas katup 3.77-4.43 Kg INNER - pada panjang 26.78 mm 8.86-10.4 Kg - OUTER pada panjang 29.78 mm KEPALA SILINDER + CAMSHAFT BAGIAN STANDARD BATASAN Ketinggian cam IN - 33.35 EX - 33 Diameter journal camshaft IN & EX 21.959-21.980 - Penyimpangan camshaft IN & EX - 0.1 Jarak 20 mata rantai cam - 129.9 Diameter dalam rocker arm IN & EX 12.000-12.980 - Diameter luar as rocker arm IN & EX 11.966-11.984 - Kelengkungan kepala silinder - 0.05 Kelengkungan tutup kepala silinder - 0.05 46

SILINDER + PISTON unit : mm BAGIAN STANDARD BATASAN Tekanan kompresi 1000-1400 kpa 800 kpa (10.0-14.0 kg/cm²) (8.0 kg/cm²) Kerenggangan piston ke silinder 0.045-0.022 0.12 Diameter silinder 57.000-57.015 57.085 Diameter piston 56.950-56.965 Diukur 10 mm dari bawah 56.88 Penyimpangan silinder - 0.05 PISTON + RING PISTON BAGIAN STANDARD BATASAN Jarak ujung ring piston 1st N Kira-kira 7.2 5.6 2nd N Kira-kira 5.8 4.8 Jarak ujung ring piston 1st 0.20-0.32 0.5 2nd 0.20-0.32 0.5 Kerenggangan ring piston 1st - 0.18 dengan alurnya 2nd - 0.15 1st 1.01-1.03 - Lebar alur ring piston 2nd 1.01-1.03 - Oli 2.01-2.03 - Ketebalan ring piston 1st 0.97-0.99-2nd 0.97-0.99 - Diameter lubang pin piston 14.002-14.008 14.03 Diameter luar pin piston 13.994-14.002 13.98 CONROD + CRANKSHAFT BAGIAN STANDARD BATASAN Diameter lubang conrod ujung kecil 14.004-14.012 14.04 Kelengkungan ujung kecil - 3 Celah sisi ujung besar conrod 0.10-0.45 1 Lebar ujung besar conrod 15.95-16.00 - Lebar crankshaft 53.0 ± 0.1 - Penyimpangan crankshaft - 0.05 POMPA OLI BAGIAN STANDARD BATASAN Perbandingan reduksi pompa oli 2.000 (30/15) - Tekanan oli Diatas 10 kpa (0.1 kg/cm²) Dibawah 30 kpa (0.3 kg/cm²) - pada 3000 r/min 47

KOPLING unit : mm BAGIAN STANDARD BATASAN Jarak main kabel kopling 4 - Sekrup pembebas kopling 1/4-1/2 putaran balik - Ketebalan kampas kopling 2.9-3.1 2.6 Lebar kuku kampas kopling 11.8-12.0 11 Ketebalan plat kopling 1.60 ± 0.05 - Distorsi plat kopling - 0.1 Panjang pegas kopling saat bebas - 29.5 TRANSMISI + RANTAI PENGGERAK BAGIAN STANDARD BATASAN Perbandingan reduksi awal 3.470 (59/17) - Perbandingan reduksi akhir 3.214 (45/14) - Rendah 3.0000 (33/11) - 2nd 1.857 (26/14) - Perbandingan gigi 3rd 1.368 (26/19) - 4th 1.143 (24/21) - Top 0.957 (22/23) - Celah antara garpu pemindah dengan alurnya 0.10-0.30 0.5 No.1 & Lebar celah garpu pemindah No.2 5.0-5.1 - No. 3 5.5-5.6 Ketebalan garpu pemindah No.1 & No.2 4.8-4.9 - No. 3 5.3-5.4 Panjang countershaft 88.0 ± 0.2 - Tipe KMC 428 H - Rantai penggerak Panjang 118 - Panjang 20 pitch 259 Ketegangan rantai 10-20 - 48

KARBURATOR unit : mm BAGIAN SPESIFIKASI Jenis Karburator MIKUNI BC26SS Diameter Karburator 26 No. ID 26-183 Stasioner 1450 ± 50 r/min Tinggi pelampung 29 ± 0.5 Main jet (M.J.) # 110 Main air jet (M.A.J.) 0.6 Jet needle (J.N.) 4DH41-2nd Needle jet (N.J.) P - 0 (390) Pilot jet (P.J.) # 12.5 Stater jet (S.J.) # 37.5 Pilot screw (P.S.) PRE - SET 2 ⅝ Putaran balik Pilot air jet (P.A.J.) ø 1.25 Jarak main kabel gas 0.5-1.0 KELISTRIKAN BAGIAN SPESIFIKASI CATATAN Waktu Pengapian 13 TMB dibawah1950 r/min 32 TMB diantara 4000-5000 r/min 29.9 TMB diantara 6000-750r/min 34.1 TMB diatas 9000 r/min Type NGK CR8E Busi N.D U24ESR-N Gap 0.7-0.8 Daya pengapian Diatas 8 pada 1 atm Primer P - O/P Tahanan kumparan pengapian Kira-kira 3.5-4.5 Ω Sekunder Tutup busi - O/P Kira-kira 16-30 Ω Pick up B - H Tahanan kumparan magnet Kira-kira 120-200 Ω Pengisian K - K Kira-kira 0.5-2.0 Ω Generator tegangan rendah Lebih dari 70 V (AC) pada 5000 r/min Tegangan regulator 13.5-16.0 pada 5000 r/min Tahanan starter relay Kira-kira 3-4 Ω Tipe GM7Z-A Kapasitas 12 V 28.8 kc (7 Ah)/10 HR Battery Berat 1280 pada 20 C (68 F) jenis Sekring 10 A, 15 A 49

REM + RODA unit : mm BAGIAN STANDARD BATASAN Jarak main pedal rem belakang 20-30 - Tinggi pedal rem 10 - Ketebalan rem cakram Front 4.0 ± 0.2 3 Penyimpangan rem cakram Front - 0.3 Diameter rem cakram Front 12.700-12.743 - Diameter piston master cylinder Front 12.657-12.684 - Diameter cylinder caliper rem Front 33.960-34.036 - Diameter piston caliper rem Front 33.884-33.934 - Diameter dalam teromol rem Rear - 130.7 Ketebalan lining rem Rear - 1.5 Kelengkungan as roda Front - 0.25 Rear - 0.25 Ukuran ban Front 80/100-18 4PR - Rear 90/90-18 4PR - Kedalaman gurat ban Front - 1.6 Rear - 1.6 SUSPENSI BAGIAN STANDARD BATASAN Langkah garpu depan 110 - Panjang bebas pegas garpu depan - 485 Ketinggian oli garpu depan 142 - Pergerakan suspensi depan 75 - Penyimpanagan as lengan ayun - 0.5 BAHAN BAKAR + OLI BAGIAN SPESIFIKASI CATATAN Jenis bahan bakar Pergunakan bensin yanmempunyai Kapasitas tangki bensin + cadangan Cadangan Tipe dan tingkat kekentalan oli mesin Kapasitas oli mesin nilai oktan 90 97 atau lebih 14 L 2.0 L SAE 10 W/40 SF atau SG Penggantian 1100 ml Ganti saringan 1150 ml Pembongkaran 1350 ml Jenis oli garpu depan oli garpu # 10 Kapasitas oli garpu depan 150 ml 50

TEKANAN BAN PEMAKAIAN NORMAL TEKANAN BAN SAAT DINGIN SENDIRI BONCENGAN Kpa Kg/cm 2 Psi Kpa Kg/cm 2 Psi Depan 175 1.75 24 175 1.75 24 Belakang 200 2.00 28 225 2.25 32 51