BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan calon tenaga kesehatan yang berkualitas akan sangat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Stres tidak dapat dipisahkan dari setiap aspek kehidupan. Stres dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Stres adalah realita kehidupan setiap hari yang tidak dapat dihindari. Stres

BAB I PENDAHULUAN. mahasiswa program studi lain di sektor non-medis (Navas, 2012), dimana

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan) dan Profesional (Ners) dengan sikap, tingkah laku, dan

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk menjaga homeostatis dan kehidupan itu sendiri. Kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. penyebab stres pada mahasiswa dapat bersumber dari kehidupan akademisnya,

BAB 1 PENDAHULUAN. lahir hingga meninggal secara mandiri. Contoh konkretnya. sendiri melainkan harus ditunjang dan dibantu oleh sang ibu

BAB 1 PENDAHULUAN. mandiri untuk menangani kegawatan yang mengancam jiwa, sebelum dokter

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bagi bangsa Indonesia, pendidikan adalah hal yang sangat penting. Cita-cita untuk

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan tanggung jawab dan peranan di universitas. Stres yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kepribadian serta mental yang sehat dan kuat. Selayaknya pula seorang mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. bagi masyarakat, karena banyakdari kaum laki-laki maupun perempuan, tua

BAB I PENDAHULUAN. dengan masalah dan ketegangan emosional, periode isolasi sosial, periode

BAB 1 PENDAHULUAN. antara satu sama lain. Pada tahap akademik mahasiswa mendapatkan teori-teori

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas dalam bidang keperawatan. Upaya ini dilakukan agar dapat menarik lebih

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia tidak terlepas dari stres, masalahnya adalah

BAB I PENDAHULUAN. yang biasa terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan tidak dapat dihindari serta

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi di bidang kedokteran atau

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan homeostasis tubuh yang seimbang. Hal tersebut sesuai

BAB 1 PENDAHULUAN. kepentingan diri sendiri tetapi juga untuk kepentingan yang memberi manfaat

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang. kedewasaan (Daldiyono, 2009). Mahasiswa digolongkan pada tahap

BAB I PENDAHULUAN. tingkat D3 Keperawatan, S1 Keperawatan dan juga profesi ners. Imbasnya adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. karena menurunnya produktivitas sebagai efek stres karyawan. The Seventh

BAB 1 PENDAHULUAN. mengiris anggota tubuh yang sakit. Biasanya dilaksanakan dengan anastesi,

BAB I PENDAHULUAN. dunia ini. Dalam pendidikan formal dan non- formal proses belajar menjadi

BAB I PENDAHULUAN. prosedur pembedahan. Menurut Smeltzer dan Bare, (2002) Pembedahan / operasi

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menjawab kebutuhan kesehatan masyarakat di Indonesia (KKI, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan kepada masyarakat. keperawatan sebagai tuntunan utama. Peran perawat professional dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui

BAB I PENDAHULUAN. Praktik klinik dalam keperawatanadalah kesempatan kepada semua. yang sesungguhnya(emilia, 2008). Pembelajaran klinik tidak hanya

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN MEKANISME KOPING PADA MAHASISWA KEPERAWATAN MENGHADAPI PRAKTEK BELAJAR LAPANGAN DI RUMAH SAKIT SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEJADIAN INSOMNIA PADA MAHASISWA KEPERAWATAN SEBELUM MENGHADAPI PRAKTIK KLINIK DI RUMAH SAKIT SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. pada individu seperti dampak fisik, sosial, intelektual, psikologis dan spiritual

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang

BAB I PENDAHULUAN survei rutin yang dilakukan rutin sejak tahun 1991 oleh National Sleep

BAB I PENDAHULUAN. tahun Data WHO juga memperkirakan 75% populasi lansia di dunia pada. tahun 2025 berada di negara berkembang.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Februari 2017 terhadap 82

I. PENDAHULUAN. adaptasi yang juga berbeda pada setiap individu baik secara biologis, psikologis dan sosial (Ntoumanis, Edmunds & Duda, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan fungsi yang luas sehingga harus memiliki sumberdaya, baik modal

BAB I PENDAHULUAN. kurang baik ataupun sakit. Kesehatan adalah kunci utama keadaan

BAB 1 PENDAHULUAN. dan tuntutan kehidupan (Sunaryo, 2013). Menurut Nasir & Muhith (2011) stres

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai kebutuhan yang spesifik (fisik, psikologis, sosial dan spiritual) yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit merupakan keadaan dimana terjadi suatu proses penyakit dan

BAB 1 PENDAHULUAN. operasi melalui tiga fase yaitu pre operasi, intraoperasi dan post. kerja dan tanggung jawab mendukung keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hasil penelitian yang memenuhi syarat-syarat ilmiah dan digunakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. memasuki masa dewasa (Rumini, 2000). Berdasarkan World Health. Organization (WHO) (2010), masa remaja berlangsung antara usia 10-20

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jiwa, kepribadian serta mental yang sehat dan kuat. Selayaknya pula seorang

BAB I PENDAHULUAN. memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya. pergolakan dalam dalam jiwanya untuk mencari jati diri.

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa dan merupakan periode kehidupan yang paling banyak terjadi

STRATEGI COPING PERAWAT RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA ( Fenomena pada Perawat di RSJD Surakarta )

BAB 1 PENDAHULUAN. keperawatan. Perubahan ini tidak serta-merta diterima oleh masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. periodontal seperti gingiva, ligament periodontal dan tulang alveolar. 1 Penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era globalisasi ini teknologi berkembang semakin pesat, begitu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. pengelola, pendidik, dan peneliti (Asmadi, 2008). Perawat sebagai pelaksana layanan keperawatan (care provider) harus

BAB I PENDAHULUAN. Mekanisme koping adalah suatu cara yang digunakan individu dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Saat ini dunia keperawatan semakin berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan keperawatan merupakan bagian dari pendidikan kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi perubahan perilaku pada diri seseorang, intinya di dalam pendidikan

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan yang setiap hariberhubungan dengan pasien. Rumah

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan di berbagai bidang khususnya di bidang

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami

HUBUNGAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA MAHASISWA S1 KEPERAWATAN UMS SKRIPSI

Endah Tri Wijayanti 1) 1 Prodi DIII Keperawatan, UN PGRI Kediri.

PENDAHULUAN. sebagai subjek yang menuntut ilmu di perguruan tinggi dituntut untuk mampu

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungannya dengan upaya stimulasi yang dapat dilakukan, sekalipun anak

2013 GAMBARAN SIKAP MAHASISWA D-III KEPERAWATAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA DALAM MENGIKUTI PROSES BELAJAR BAHASA JEPANG

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dibagi kedalam beberapa jenjang pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. dimana salah satu upaya yang dilakukan oleh rumah sakit adalah mendukung rujukan

BAB I PENDAHULUAN. berjalan secara efektif dan efisien yang dimulai dari perencanaan, mengupayakan agar individu dewasa tersebut mampu menemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. hiperkolesterolemia, dan diabetes mellitus. angka kejadian depresi cukup tinggi sekitar 17-27%, sedangkan di dunia

BAB I PENDAHULUAN. Nasional (Susenas) tahun 2010 di daerah perkotaan menurut kelompok usia 0-4

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Rumah

BAB 1 PENDAHULUAN. memperoleh gelar sarjana (Sugiyono, 2013). Skripsi adalah muara dari semua

BAB 1 PENDAHULUAN. Program pendidikan profesi Ners disebut juga sebagai proses

BAB I PENDAHULUAN. sebelum dan selama menstruasi bahkan disertai sensasi mual. 1 Dalam istilah

BAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Manusia adalah mahkluk biologis, psikologis, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang selalu hidup berkelompok, bersamasama,

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik artinya orang tersebut memiliki kecerdasan emosional. Bar-On (1992,

BAB I PENDAHULUAN. United Nation Development Program (UNDP) Tahun 2007 yang berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah penulisan tugas akhir (Iswidharmanjaya, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh kemampuan mahasiswa itu sendiri, karena pada kenyataannya di antara

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan jiwa tidak lagi hanya berupa gangguan jiwa yang berat

INTISARI. Kata Kunci : Kondisi Kerja, Beban Kerja, Tingkat Stres perawat.

BAB I PENDAHULUAN. Lebih dari 35 tahun yang lalu burnout menjadi isu yang. menarik ketika para peneliti Maslach dan Freudenberger mulai

DUKUNGAN KELUARGA DAN HARGA DIRI PASIEN KANKER PAYUDARA DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh banyak faktor, baik faktor dari petugas (perawat, dokter dan tenaga

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan calon tenaga kesehatan yang berkualitas akan sangat mendukung terselenggaranya pelayanan kesehatan yang bermutu. Perawat adalah salah satu profesi kesehatan yang sangat berperan dalam peningkatan pelayanan kesehatan. Sebagai profesi dituntut untuk memiliki kemampuan intelektual, interpersonal, kemampuan teknis dan moral. Untuk memperoleh kemampuan tersebut, diperlukan proses pembelajaran baik di institusi pendidikan maupun pengalaman belajar klinik di rumah sakit dan komunitas (Sulistyowati, 2009). Institusi pendidikan sarjana keperawatan merupakan suatu institusi pendidikan untuk menghasilkan lulusan keperawatan yang berkualitas dan profesional. Pelaksanaan pendidikan pada program sarjana keperawatan dimulai saat mahasiswa S1 keperawatan menjalani tahap pendidikan akademik selanjutnya mahasiswa harus menjalani tahap praktik klinik keperawatan di rumah sakit atau di komunitas (Maghfaruddin, 2011). Tahap pendidikan akademik selanjutnya mahasiswa S1 keperawatan adalah pendidikan profesi. Menurut Nursalam (2008), program profesi merupakan proses transformasi mahasiswa menjadi seorang perawat professional. Dengan kata lain peserta didik dengan perilaku awal sebagai mahasiswa keperawatan, setelah menjalani program profesi ia akan memiliki perilaku sebagai perawat profesional. Dalam fase ini, peserta didik mendapat kesempatan beradaptasi pada 1

perannya sebagai perawat profesional dalam masyarakat keperawatan dan lingkungan pelayanan/asuhan keperawatan. Melalui pendidikan program profesi diharapkan dapat terbentuk kemampuan akademik dan professional serta kemampuan mengembangkan keterampilan dalam memberikan pelayanan/asuhan keperawatan professional dan dapat bersosialisasi dengan peran profesionalnya. Salah satu hambatan dalam keberhasilan pembelajaran di profesi adalah stres yang meningkat. Menurut Heiman & Kariv (2005), mahasiswa sebagai insan akademik, dalam kegiatannya juga tidak terlepas dari stres. Stresor atau penyebab stres pada mahasiswa dapat bersumber dari kehidupan akademiknya, terutama dari tuntutan eksternal dan tuntutan dari harapannya sendiri. Bedasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nurhidayanti (2011) di Universitas Muhamadiyah Semarang, didapatkan bahwa mahasiswa Ners Unimus mengalami stres ringan sebesar 37,5%, stres sedang 40,6%, dan stres berat 21,8%. Survei awal yang dilakukan peneliti terhadap 10 orang mahasiswa profesi Ners Universitas Negeri Gorontalo, menggunakan kuesioner pengukuran tingkat stres DASS, didapatkan sebanyak 1 orang mahasiswa mengalami stres berat, 7 orang stres sedang, dan 2 orang stres ringan. Stres adalah tanggapan atau reaksi tubuh terhadap berbagai tuntutan atau beban yang bersifat non spesifik. Namun, disamping itu stress dapat juga merupakan faktor pencetus, penyebab sekaligus akibat dari suatau gangguan atau penyakit. Faktor-faktor psikososial cukup mempunyai arti bagi terjadinya stress pada diri seseorang. Manakala tuntutan pada diri seseorang itu melampauinya, 2

maka keadaan demikian disebut stress. Stres dalam kehidupan adalah suatu hal yang tidak dapat dihindari (Iyus & Titin, 2013). Stres sendiri bisa berasal dari individu, lingkungan keluarga, lingkungan tempat tinggal dan dapat pula berasal dari tempat-tempat dimana individu banyak menghabiskan waktunya seperti kantor dan tempat pendidikan. Stres merupakan suatu ketidakseimbangan yang besar antara permintaan yang berupa fisik ataupun psikologis dengan kemampuan respon di mana terjadinya kegagalan untuk memenuhi permintaan yang memberi konsekuensi yang esensial (Krohne, 2002). Mahasiswa mengalami stres akademik dapat berdampak positif atau negatif (Agolla & Ongori, 2009). Menurut Goff. A. M (2011), peningkatan jumlah stres akademik akan menurunkan kemampuan akademik yang berpengaruh terhadap indeks prestasi. Beban stres yang dirasa terlalu berat dapat memicu gangguan memori, konsentrasi, penurunan kemampuan penyelesaian masalah, dan kemampuan akademik (Goff. A. M, 2011). Beban stres yang dirasa berat juga dapat memicu remaja untuk berperilaku negatif, seperti merokok, alkohol, tawuran, seks bebas bahkan penyalahgunaan NAPZA (Widianti, 2007). Stres yang tidak mampu dikendalikan dan diatasi oleh individu akan memunculkan dampak negatif kognitif, fisiologis dan perilaku. Pada mahasiswa, dampak negatif secara kognitif antara lain sulit berkonsentrasi, sulit mengingat pelajaran, dan sulit memahami pelajaran. Dampak negatif secara emosional antara lain sulit memotivasi diri, munculnya perasaan cemas, sedih, kemarahan, frustrasi, dan efek negatif lainnya. Dampak negatif secara fisiologis antara lain gangguan kesehatan, daya tahan tubuh yang menurun terhadap penyakit, sering pusing, 3

badan terasa lesu, lemah, dan insomnia. Dampak perilaku yang muncul antara lain menunda-nunda penyelesaian tugas kuliah, malas kuliah, penyalahgunaan obat dan alkohol terlibat dalam kegiatan mencari kesenangan yang berlebih-lebihan serta berisiko tinggi (Heiman dan Kariv, 2005). Dampak positif dari stres, berupa peningkatan kreativitas dan memicu pengembangan diri, selama stres yang dialami masih dalam batas kapasitas individu. Stres tetap dibutuhkan untuk pengembangan diri mahasiswa (Smeltzer & Bare, 2008). Predikator kontrol dan suport menjadi hal yang penting untuk mengarahkan mahasiswa mendapatkan manfaat positif dari kondisi stres yang dialami (Gibbon.C., Dempster.M., & Moutray.M., 2011). Respon stres dari setiap mahasiswa berbeda. Respon tersebut tegantung pada kondisi kesehatan, kepribadian, pengalaman sebelumnya terhadap stres, mekanisme koping, jenis kelamin, usia, besarnya stresor, dan kemampuan pengelolaan emosi dari masingmasing individu (Potter & Perry, 2005). Penyebab stres pada mahasiswa tersebut berbeda antara satu individu dengan yang lain. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan stress dapat dibagi atas faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang berasal dari dalam diri individu mahasiswa sendiri misalnya kondisi fisik, motivasi, dan tipe kepribadian dari mahasiswa itu sendiri. Faktor eksternal biasanya berasal dari luar individu seperti keluarga, pekerjaan, fasilitas, lingkungan, dosen dan lain-lain (Heiman dan Kariv, 2005). Berdasarkan penelitian yang dilakukan Sutjiato, Kandou & Tucunan (2015), dari 39 responden dengan pengaruh dosen yang kurang baik, 27,6% 4

mengalami stress berat sedangkan yang stres ringan 17,2%. Data juga menunjukkan bahwa dari 48 responden dengan pengaruh dosen yang baik, 36,8 mengalami stres ringan sedangkan sebanyak 18,4% stres berat. Dilihat dari nilai signifikansi sebesar 0,016 dengan demikian probabilitas (signifikansi) lebih kecil dari 0,05 (0,016<0,05), maka ada hubungan antara pengaruh dosen dengan stres mahasiswa. Dalam menjalani pendidikan profesi selam 1 tahun, bukanlah hal yang mudah. Banyak masalah dan kendala yang dialami setiap mahasiswa profesi Ners. Pada tahap ini mahasiswa dituntut untuk mengaplikasikan ilmu yang telah mereka dapat di bangku kuliah, berupa memberikan asuhan keperawatan dan keterampilan profesionalnya serta menampilkan sikap dan tingkah laku profesionalnya kedalam situasi yang nyata. Pendidikan ini diawali dengan periode Praktik Klinik Keperawatan Terpadu, periode yang menjadi pintu masuk calon Ners ke klinik dan periode yang menyatukan semua kemampuan kognitif dan skill yang dimiliki selama di akademik untuk diimplementasikan di dunia nyata. Selanjutnya mahasiswa Ners akan memasuki bagian-bagian khusus dalam keperawatan meliputi stase kebutuhan dasar manusia, keperawatan medikal bedah, keperawatan anak, keperawatan maternitas, keperawatan keluarga, keperawatan komunitas, keperawatan gerontik, keperawatan jiwa, keperawatan gawat darurat dan peminatan. Dalam tahap ini mahasiswa akan langsung berinteraksi dengan pasien, pembimbing klinik serta lingkungan klinik (wiyani: 2013). Hasil yang diharapkan pada program pendidikan profesi Ners adalah 5

menciptakan tenaga perawat profesional yang meliputi aspek pengetahuan, ketrampilan dan berakhlak. Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa beberapa mahasiswa profesi Ners mengalami kejadian stres, baik berupa stres ringan, sedang, hingga stres berat. Hal ini didukung dari hasil wawancara peneliti terhadap 9 orang mahasiswa profesi Ners UNG. 8 orang mahasiswa mengatakan, penyebab stres mahasiswa di antaranya waktu istirahat kurang, tugas askep dan laporan yang menumpuk, sikap dari kakak senior di rumah sakit tempat mahasiswa magang, hubungan interpersonal yang kurang antara mahasiswa dengan perseptor, perseptor yang tidak mengerti dengan keadaan mahasiswa, pasien yang terlalu banyak pertanyaan, masalah keuangan, teman kelompok yang kurang kompak dan keluarga yang kurang pengertian. Namun 1 orang mahasiswa mengatakan bahwa dirinya tidak terlalu stres dalam menjalani pendidikan profesi Ners. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat stres mahasiswa profesi Ners Universitas Negeri Gorontalo. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat diidentifikasi masalah bahwa beberapa mahasiswa profesi Ners mengalami kejadian stres, baik itu stres ringan, stres sedang hingga stres berat. Berdasarkan hasil wawancara terhadap 9 orang mahasiswa profesi Ners, penyebab stres mahasiswa Ners diantaranya waktu istirahat kurang, tugas askep dan laporan yang menumpuk, sikap dari kakak senior di rumah sakit tempat mahasiswa magang, hubungan interpersonal yang kurang 6

antara mahasiswa dengan perseptor, perseptor yang tidak mengerti dengan keadaan mahasiswa, pasien yang terlalu banyak pertanyaan, masalah keuangan, teman kelompok yang kurang kompak dan keluarga yang kurang pengertian. 1.3 Rumusan Masalah Dari uraian tersebut, penulis dapat merumuskan masalah penelitian yaitu Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan tingkat stres mahasiswa profesi Ners Universitas Negeri Gorontalo. 1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktorfaktor apa yang berhubungan dengan tingkat stres mahasiswa profesi Ners Universitas Negeri Gorontalo. 1.4.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui tingkat stres mahasiswa profesi Ners Universitas Negeri Gorontalo. 2. Mengetahui hubungan tugas kuliah dengan tingkat stres mahasiswa profesi Ners Universitas Negeri Gorontalo. 3. Mengetahui hubungan interpersonal dan bimbingan perseptor dengan tingkat stres mahasiswa profesi Ners Universitas Negeri Gorontalo. 4. Mengetahui hubungan biaya perkuliahan dengan tingkat stres mahasiswa profesi Ners Universitas Negeri Gorontalo. 7

1.5 Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini ditinjau dari sudut pendekatan keilmuan sebagai berikut: 1.5.1 Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi dan dapat menambah wawasan bagi para pembaca khususnya bagi mahasiswa keperawatan, serta sebagai bahan perbandingan untuk menyusun karya ilmiah yang berhubungan dengan faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat stres mahasiswa profesi Ners. 1.5.2 Manfaat Praktis 1. Bagi Peneliti Sebagai tambahan pengetahuan mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat stres mahasiswa profesi Ners, dan memiliki pengalaman dalam menyusun, melaksanakan serta menulis hasil penelitian. 2. Bagi pendidikan Dapat dijadikan sebagai referensi bagi pengembang ilmu pengetahuan khususnya dibidang keperawatan mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat stres mahasiswa profesi Ners. 3. Bagi Bidang Akademik Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk lebih meningkatkan informasi mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat stres mahasiswa profesi keperawatan. 8

4. Bagi Mahasiswa Sebagai bahan acuan bagi mahasiswa keperawatan dalam menghadapi pendidikan profesi sehingga dapat mempersiapkan diri, serta dapat menjadi bahan masukan untuk mahasiswa yang akan mengikuti kegiatan profesi, sehingga mereka akan melakukan mekanisme penyesuaian yang baik dalam menghadapi stres. 9