KEPUTUSAN TATA USAHA NEGARA (KTUN) Oleh M. Yasin al Arif, S.H., M.H
Sedangkan manakala keputusan itu melahirkan atau menghapuskan suatu hubung an hukum atau keputusan itu menimbulkan suatu hak baru yg sebelumnya tidak di punyai oleh seseorang yg Namanya tercantum dalam keputusan itu, maka ia diseb ut keputusan bersifat konstitutif Macam-macam Keputusan Secara teoritis dalam HAN dikenal ada beberapa macam dan sifat keputusan, yaitu sbb: a. Keputusan Deklaratoir dan Keputusan Konstitutif Keputusan deklaratoir adalah keputusan yg tidak mengubah hak dan kewajiban yg telah ada, tetapi sekedar menyatakan hak dan kewajiban tersebut. Keputusan mem punyai sifat deklaratoir manakala keputusan itu dimaksudkan untuk menetapkan m engikatnya suatu hubungan hukum atau keputusan itu maksudnya mengakui suat u hak yg sudah ada.
Keputusan bersifat konstituif dapat berupa hal berikut: 1. keputusan2 yg meletakkan kewajiban untuk melakukan sesuatu, tidak melakukan sesuatu, atau memperkenankan sesuatu 2. Keputusan2 yg memberikan status pd seseorang, Lembaga atau perusahaan dan oleh karena itu seseorang atau perusahaan itu dapat menerapkan aturan hukum tertentu 3. Keputusan2 yg meletakkan prestasi atau harapan pd perbuatan pemerintah = subsidi atau bantuan 4. Keputusan yg mengizinkan sesuatu yg sebelumnya tidak diizinka n 5. Keputusan2 yg menyetujui atau membatalkan berlakunya keput usan org yg lebih rendah=pengesahan atau pembatalan
b. Keputusan yang menguntungkan dan yg memberi beban Keputusan bersifat menguntungkan artinya keputusan itu memberikan hak2 atau memberikan hak2 atau memberikan kemungkinan untuk memperoleh sesuatu yg tanpa adanya keputusan itu tidak akan ada atau bilamana keputusan itu memberik an keringanan beban yg ada atau mungkin ada, Sedangkan keputusan yg memberi beban adalah keputusan yg meletakkan kewajib an yg sebelumnya tidak ada atu keputusan mengenai penolakan terhadap permoh onan untuk memperoleh keringanan.
c. Keputusan Eenmalig dan keputusan yg permanen Keputusan eenmalig adalah keputusan yg hanya berlaku sekali atau keputusan sepintas lalu, yg dalam istilah disebut keputusan yg bersi fat kilat seperti IMB atau izin untuk mengadakan rapat umum, Keputusan permanen adalah keputusan yg memiliki masa berlaku y g memiliki masa berlaku yg relatif lama. Keputusan WF. Prins menyebutkan beberapa keputusan yg diangga p sbg keputusan eenmalig, yaitu 1. Keputusan yg dimaksudkan mengubah teks keputusan yg terdah ulu 2. Keputusan negative. Sebab, keputusan semacam ini maksudnya untuk tdk melaksanakan sesuatu hal dn tidak merupakan halang an untuk bertindak
3. Penarikan kembali atau pembatalan. Seperti halnya dg keputusan negative, pe narikan kembali atau pembatalan tidak membawa hasil yg positif dan tidak menj adi halangan untuk mengambil keputusan yg identik dg yg dibatalkan itu. 4. Pernyataan dapat dilaksanakan.
d. Keputusan yg bebas dan yg terikat Keputusan yg bersifat bebas adalah keputusan yg didasarkan pd ke wenangan bebas atau kebebasan bertindak yg dimiliki oleh pejabat tata usaha negara baik dalam bentuk kebebasan kebijaksanaan mau pun kebebasan interpretasi, Sedangkan keputusan yg terikat adalah keputusan yg didasarkan pd kewenangan pemerintahan yg bersifat terikat, artinya keputusan itu hanya melaksanakan ketentuan yg sudah ada tanpa adanya ruang k ebebasan bagi pejabat yg bersangkutan.
e. Keputusan positif dan negatif Keputusan positif adalah keputusan yg menimbulkan hak dan kewajiban bagi yg dik enai keputusan, sedangkan keputusan negative adalah keputusan yg tidak menimbul kan perubahan keadaan hukum yg telah ada. Keputusan positif terbagi dalam lima g olongan, yaitu: 1. keputusan, yg pd umumnya melahirkan keadaan hukum baru 2. Keputusan yg melahirkan keadaan hukum baru bagi objek tertentu 3. Keputusan, yg menyebabkan berdirinya atau bubarnya badan hukum; 4. Keputusan yang membebankan kewajiban baru kpd seseorang atau beberapa or ang (perintah) 5. Keputusan, yg memberikan hak baru kpd seseorang atau beberapa orang (keput usan yg menguntungkan) Keputusan negatif dpt berbentuk pernyataan tidak berkuasa, pernyataan tidak terim a atau suatu penolakan.
Syarat-syarat Pembuatan Keputusan Syarat2 ini mencakup syarat materil dan formal. a. Syarat-syarat meteril terdiri atas: 1) Organ pemerintahan yg membuat keputusan harus berwenang; 2) Karena keputusan suatu pernyataan kehendak, maka keputusan ti dak boleh mengandung kekurangan yuridis seperti penipuan, pak saan/suap, kesesatan; 3) Keputusan hrs berdasarkan suatu keadaan (situasi) tertentu; 4) Keputusan hrs dpt dilaksanakan dan tanpa melanggar peraturan2 serta isi dn tujuan keputusan itu hrs sesuai dg isi dn tujuan perat uran dasarnya.
b. syarat-syarat formal terdiri atas: 1) Syarat2 yg ditentukan berhubung dg persiapan dibuatnya keputusan dn berh ubung dg cara dibuatnya keputusan hrs dipenuhi; 2) Keputusan hrs diberi bentuk yg telah ditentukan dlm peraturan perundang-u ndangan yg menjadi dasar dikeluarkannya keputusan itu; 3) Syarat2 berhubung dg pelaksanaan keputusan itu harus dipenuhi; 4) Jangka waktu hrs ditentukan antara timbulnya hal2 yg menyebabkan dibuatn ya dn diumumkannya keputusan itu hrs diperhatikan. Apabila syarat materiil dan formal terpenuhi, maka keputusan itu sah menurut huk um (rechtsgeldig), artinya dpt diterima sbg suatu bagian dari tertib hukum atau s ejalan dg ketentuan hukum yg ada baik secara procedural/formal maupun materiil.
F.H van der Burg Menyebutkan bahwa keputusan dianggap tidak sah jika 1. dibuat oleh organ yg tidak berwenang 2. Cacat isi 3. Cacat kehendak
A.M Donner mengemukakan akibat2 dri keputusan yg tidak sah a. Keputusan itu harus dianggap batal sama sekali; b. Berlakunya keputusan itu dapat digugat: 1. dalam banding 2. dalam pembatalan oleh jabatan karena bertentangan dg undang2 3. dalam penarikan kembali oleh kekuasaan yg berhak men geluarkan keputusan itu c. Dalam hal keputusan tsb, sblm dpt berlaku, memerlukan persetujuan (penegu han) suatu badan kenegaraan yg lebih tinggi, maka persetujuan itu tdk diberi. d. Keputusan itu diberi tujuan lain drpd tujuan permulannya.
Keputusan yg sah dan dapat berlaku dg sendirinya akan memiliki k ekuatan hukum formal (formeel rechtskracht) dan kekuatan hukum materiil (materiele rechtkracht). Suatu keputusan mempunyai kekuatan hukum formal jika keputusa n itu tdk lagi dpt dibantah oleh suatu alat hukum (rechtsmiddel). D g kata lain keputusan yg telah memiliki kekuatan hukum formal itu tdk dpt dibantah baik oleh pihak yg berkepentingan, oleh hakim, or gan pemerintahan yg lebih tinggi, meupun organ yg membuat kep utusan itu sendiri. Adapun keputusan yg mempunyai kekuatan hukum materiil adalah pengaruh yg dpt diadakan karena isi atau materi dari keputusan itu. E Utrecht menyebutkan bahwa suatu keputusan itu tdk lagi dpt diti adakan oleh alat negara yg membuatnya, kecuali peraturan perund ang-undangan memberikan kemungkinan kpd pemerintah atau ad ministrasi negara untuk meniadakan keputusan tersebut.
Keputusan yang sah dan sudah dinyatakan berlaku, akan melahirkan prinsip praduga rechtmatig (setiap keputusan yg dikeluarkan oleh pemerintah atau administrasi nega ra itu dianggap sah menurut hukum). Konsekuensi dari asas ini adalah a. bahwa setiap keputusan yg dikeluarkan oleh pemerintah tidak untuk dicabut kem bali, kecuali ada pembatalan (vernietiging) dari pengadilan. b. Keputusn yg telah dikeluarkan oleh pemerintah tidak dapat ditunda pelaksanaan nya meskipun terdapat keberatan (bezwaar) bandaing (beroep), perlawanan (best reden) atau gugatan terhadap suatu keputusan oleh pihak yg dikenai keputusan tersebut.
Asas praduga rechtmatig dianut dalam UU No. 5 tahun 1986 Jo. UU No. 9 tahun 2004 tentang PTUN, Pasal 67 ayat (1) gugatan tidak menunda menghalangi dilak sanakannya KTUN yang digugat. Tetapi dalam keadaan tertentu, penggugat dpt mengajukan permohonan agar sel ama proses berjalan, KTUN yg digugat itu diperintahkan ditunda pelaksanaannya. Asas ini berkaitan erat dengan asas kepastian hukum. Menurut SF Marbun asas k epastian hukum menghendaki dihormatinya hak yg tlh diperoleh seseorang berd asarkan keputusan badan/pejabat administrasi negara dn keputusan itu tdk akan dicabut kembali oleh badan/pejabat administrasi negara, meskipun surat keputus an itu tdk mengandung kekurangan. Jika pejabat administrasi negara dpt sewakt u-waktu mencabut atau membatalkan surat keputusan yg tlh dikeluarkannya, tind akan demikian dpt merugikan penerima, surat keputusan juga dpt menimbulkan hilangnya kepercayaan masyarakat thd setiap tindakan yg dilakukan oleh badan/ pejabat administrasi negara.
Meskipun diasumsikan bahwa setiap keputusan yg tlh dikeluarkan dianggap sah menurut hukum, akan ttpi didalam praktik hampir semua surat keputusan, khusus nya dalam praktik administrasi di Indonesia, terdapat klausula pengaman (velighei dsclausule) yg umumnya berbunyi apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan a tau kekurangan, maka surat keputusan ini akan ditinjau kembali. Ketentuan tsbt bertentangan dg asas kepastian hukum dan bertentangan dg asas praduga rechtmatig. Dg kata lain klausula pengaman itu merupakan suatu hal yg keliru, tdk bermanfaat dn mubajir sebab dpt menggoyahkan sendi2 kepastian huk um.