KEPUTUSAN TATA USAHA NEGARA (KTUN) Oleh M. Yasin al Arif, S.H., M.H

dokumen-dokumen yang mirip
Ketetapan atau Keputusan Tata Usaha Negara

Susunan Hakim Konstitusi Dalam Psl 24C ayat (3) UUD 1945, MK memiliki 9 orang hakim konstitusi yang ditetapkan o/ Presiden.

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT

PENGAJUAN GUGATAN by Fauzul. FH UPN JATIM 22 Maret 2013

ÉÄx{ Joeni Arianto Kurniawan

KEPUTUSAN TATA USAHA NEGARA (KTUN)

Hukum Acara Pidana disebut hukum pidana formal, untuk membedakan dgn hukum pidana materiil.

Makalah Peradilan Tata Usaha Negara BAB I PENDAHULUAN

Prinsip-Prinsip Hukum Acara Pidana. 2. Prinsip penggabungan pidana dg tuntutan ganti rugi.

(Izin Perkawinan dan Perceraian)

ASPEK HUKUM DALAM BISNIS

HUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARA

11/16/2015 F A K U L T A S HUKUM ADMINISTRASI NEGARA INSTRUMEN PEMERINTAH. By. Fauzul H U K U M FAKULTAS HUKUM UPN VETERAN JAWA TIMUR

Pengantar Hukum Pidana Joeni Arianto Kurniawan,S.H.

memperhatikan pula proses pada saat sertipikat hak atas tanah tersebut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

PENGADILAN PAJAK UU. NOMOR 14 TAHUN 2002

MEDIASI. Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan

RESUME TESIS KEABSAHAN BADAN HUKUM YAYASAN YANG AKTANYA DIBUAT BERDASARKAN KETERANGAN PALSU

Ringkasan Putusan.

Kejahatan Mayantara (Cybercrime)

BAB IV. ANALISIS TERHADAP PUTUSAN NO. 0688/Pdt.G/2011/PA.Tbn TENTANG PENCABUTAN GUGATAN TANPA PERSETUJUAN TERGUGAT DALAM PERKARA CERAI GUGAT

HUKUM ACARA PERDATA (HAPerd)

Diskusi Mata Kuliah Perkumpulan Gemar Belajar (GEMBEL) HUKUM ACARA TATA USAHA NEGARA

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN

ASPEK HUKUM DALAM BISNIS

Hukum Administrasi Negara

BAB III UPAYA HUKUM YANG DAPAT DITEMPUH INVESTOR. Menurut H.D. van Wijk/Willem Konijnenbelt, beschikking (keputusan tata

PEMERIKSAAN PERKARA DALAM PERSIDANGAN

c. Politik Hukum Materiil 2/28/2013 2:03 PM

BAB V PENUTUP. ditarik kesimpulan yakni sebagai berikut :

PERIKATAN YANG BERSUMBER DARI PERJANJIAN 10/9/2013 BISNIS SYARIAH/WP/TM 6 1

Hukum Administrasi Negara

UPAH DAN JAMINAN SOSIAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Untuk terlaksananya suatu putusan terdapat 2 (dua) upaya yang dapat ditempuh

KEDUDUKAN DAN RUANG LINGKUP HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

PENDIRIAN DAN KEANGGOTAAN KOPERASI

DASAR HUKUM Pasal 86 ayat (1) s.d. (3) Undang-Undang No. 5 Ta T hun 2014 w jib mem e a m tuhi dis di ipli pl n PNS

Aktivitas Perlindungan Saksi Dan Korban Dalam Lingkup Kerja Lpsk. Disusun Oleh: Kombes Pol (Purn). basuki Haryono, S.H., M.H.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BADAN-BADAN USAHA. PT sudah definitif

PERADILAN ADMINISTRASI NEGARA (PTUN)

Disampaikan oleh : Timur P. Manurung, SH., MM Ketua Muda Pengawasan Mahkamah Agung R.I.

KULIAH HAN. By. Fauzul FAKULTAS HUKUM UPN VETERAN JAWA TIMUR

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 48/PUU-XV/2017 Pembubaran Ormas yang bertentangan dengan Pancasila Dan Undang-Undang Dasar Negara Tahun 1945

KESIMPULAN. saja Kesimpulan dapat membantu hakim dalam menjatuhkan Putusan

PENGUJIAN UU TERHADAP UUD. Riana Susmayanti, SH. MH

Disarikan dari Ashur, dan Berbagai Sumber Yang Relevan

HUKUM PERJANJIAN & PERIKATAN HUBUNGAN BISNIS ANDRI HELMI M, SE., MM.

KLAUSUL PENGAMAN VERSUS ASAS KEPASTIAN HUKUM DALAM KEPUTUSAN TATA USAHA NEGARA. Abdul Rokhim 1. Abstrak

UU YAYASAN DALAM KAITANNYA DENGAN PENYELENGGARAAN PTS DEDI MULYASANA

PENANGGUHAN PENAHANAN DALAM PROSES PERKARA PIDANA (STUDI KASUS KEJAKSAAN NEGERI PALU) IBRAHIM / D Abstrak

Pada prinsipnya asas pada Hukum Acara Perdata juga berlaku di PA Asas Wajib Mendamaikan Asas Persidangan Terbuka Untuk Umum, kec.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam berita AIPI (1997) mengatakan bahwa pelaksanaan berasal dari kata

BAB III AKIBAT HUKUM TERHADAP STATUS ANAK DAN HARTA BENDA PERKAWINAN DALAM PERKAWINAN YANG DIBATALKAN

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2002 TENTANG PENGADILAN PAJAK

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAKAN PEMERINTAH, KEPUTUSAN TATA USAHA NEGARA (KTUN), PERADILAN TATA USAHA NEGARA DAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

MK & SISTEM KEKUASAAN. Riana Susmayanti, SH. MH

Apakah Pailit = Insolvensi? Heri Hartanto, Hukum Acara Peradilan Niaga (FH-UNS)

PENGERTIAN PERIKATAN HUKUM PERIKATAN PADA UMUMNYA. Unsur-unsur Perikatan 3/15/2014. Pengertian perikatan tidak dapat ditemukan dalam Buku III BW.

ASPEK HUKUM DALAM BISNIS

PENGANTAR PERKOPERASIAN

SENGKETA TATA USAHA NEGARA & PENYELESAIANNYA

KOMPETENSI PENGADILAN TATA USAHA NEGARA DALAM SISTEM PERADILAN DI INDONESIA

RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 017/PUU-IV/2006 Perbaikan Tanggal 12 September 2006

Hal. 1 dari 9 hal. Put. No.62 K/TUN/06

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA nomor 1 tahun 1995 tentang PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 1 TAHUN 1995 (1/1995) Tanggal: 7 MARET 1995 (JAKARTA)

E T I K A E T I K A E T I K A E T I K A E T I K A 8/19/2010. Oleh : PRINSIP ETIKA MORAL DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KEBIDANAN

PERJANJIAN JUAL BELI

SINERGITAS PEMEMRINTAH DAERAH DALAM PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH. Dr. KURNIASIH, SH, M.Si DIREKTUR PRODUK HUKUM DAERAH

Syarat DEBITOR Pailit (Psl 2 (1) UU 37/2004)

Pengantar. Hukum PERDATA. ÉÄx{M. Joeni Arianto Kurniawan, S. H. Joeni Arianto K - Pengantar Hukum Perdata

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERBUATAN MELANGGAR HUKUM OLEH PENGUASA

BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PENCANTUMAN KLAUSULA EKSONERASI DALAM PERJANJIAN JUAL BELI DIHUBUNGKAN DENGAN BUKU III BURGERLIJK

ANALISA PUTUSAN PENGADILAN TATA USAHA NEGARA JAKARTA NOMOR 40/G/2008/PTUN-JKT

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 27/PUU-XIII/2015 Status Pegawai Honorer dengan Berlakunya Undang-Undang Aparatur Sipil Negara

Makalah Rakernas MA RI

9/6/2013 suwarnatha.webs.com

PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2002 TENTANG PENGADILAN PAJAK

UPAYA PERDAMAIAN by Fauzul

I. TINJAUAN PUSTAKA. suatu pengertian yuridis, lain halnya dengan istilah perbuatan jahat atau kejahatan. Secara yuridis

KEDUDUKAN DAN RUANG LINGKUP HUKUM ADMINISTRASI NEGARA


BAB V PENUTUP. Dari rangkaian diskusi dalam bab-bab sebelumnya dapat ditarik kesimpulan,

KEKUATAN HUKUM KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH DALAM MENERBITKAN KEPUTUSAN (BESCHIKKING) DIHUBUNGKAN DENGAN PENERAPAN ASAS PRAESUMPTIO IUSTAE CAUSA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENINJAUAN KEMBALI DALAM SENGKETA PAJAK

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2002 TENTANG PENGADILAN PAJAK

HUKUM ACARA PIDANA. DOSEN PENGASUH MATA KULIAH: DRS. ZAINUL AKHYAR M. ELMY, S.Pd

POKOK-POKOK PERATURAN PEMERINTAH TENTANG DISIPLIN PNS

Joeni Arianto Kurniawan, S. H. PENGANTAR HUKUM ADMINISTRASI. Pengantar Hukum Administrasi -- Joeni Arianto K, S. H.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERMOHONAN PERKARA Nomor 122 /PUU-VII/2009 Tentang UU PTUN Memberlakukan kembali pasal yang berkaitan dengan derden verzet

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL TENTANG DESAIN INDUSTRI

Transkripsi:

KEPUTUSAN TATA USAHA NEGARA (KTUN) Oleh M. Yasin al Arif, S.H., M.H

Sedangkan manakala keputusan itu melahirkan atau menghapuskan suatu hubung an hukum atau keputusan itu menimbulkan suatu hak baru yg sebelumnya tidak di punyai oleh seseorang yg Namanya tercantum dalam keputusan itu, maka ia diseb ut keputusan bersifat konstitutif Macam-macam Keputusan Secara teoritis dalam HAN dikenal ada beberapa macam dan sifat keputusan, yaitu sbb: a. Keputusan Deklaratoir dan Keputusan Konstitutif Keputusan deklaratoir adalah keputusan yg tidak mengubah hak dan kewajiban yg telah ada, tetapi sekedar menyatakan hak dan kewajiban tersebut. Keputusan mem punyai sifat deklaratoir manakala keputusan itu dimaksudkan untuk menetapkan m engikatnya suatu hubungan hukum atau keputusan itu maksudnya mengakui suat u hak yg sudah ada.

Keputusan bersifat konstituif dapat berupa hal berikut: 1. keputusan2 yg meletakkan kewajiban untuk melakukan sesuatu, tidak melakukan sesuatu, atau memperkenankan sesuatu 2. Keputusan2 yg memberikan status pd seseorang, Lembaga atau perusahaan dan oleh karena itu seseorang atau perusahaan itu dapat menerapkan aturan hukum tertentu 3. Keputusan2 yg meletakkan prestasi atau harapan pd perbuatan pemerintah = subsidi atau bantuan 4. Keputusan yg mengizinkan sesuatu yg sebelumnya tidak diizinka n 5. Keputusan2 yg menyetujui atau membatalkan berlakunya keput usan org yg lebih rendah=pengesahan atau pembatalan

b. Keputusan yang menguntungkan dan yg memberi beban Keputusan bersifat menguntungkan artinya keputusan itu memberikan hak2 atau memberikan hak2 atau memberikan kemungkinan untuk memperoleh sesuatu yg tanpa adanya keputusan itu tidak akan ada atau bilamana keputusan itu memberik an keringanan beban yg ada atau mungkin ada, Sedangkan keputusan yg memberi beban adalah keputusan yg meletakkan kewajib an yg sebelumnya tidak ada atu keputusan mengenai penolakan terhadap permoh onan untuk memperoleh keringanan.

c. Keputusan Eenmalig dan keputusan yg permanen Keputusan eenmalig adalah keputusan yg hanya berlaku sekali atau keputusan sepintas lalu, yg dalam istilah disebut keputusan yg bersi fat kilat seperti IMB atau izin untuk mengadakan rapat umum, Keputusan permanen adalah keputusan yg memiliki masa berlaku y g memiliki masa berlaku yg relatif lama. Keputusan WF. Prins menyebutkan beberapa keputusan yg diangga p sbg keputusan eenmalig, yaitu 1. Keputusan yg dimaksudkan mengubah teks keputusan yg terdah ulu 2. Keputusan negative. Sebab, keputusan semacam ini maksudnya untuk tdk melaksanakan sesuatu hal dn tidak merupakan halang an untuk bertindak

3. Penarikan kembali atau pembatalan. Seperti halnya dg keputusan negative, pe narikan kembali atau pembatalan tidak membawa hasil yg positif dan tidak menj adi halangan untuk mengambil keputusan yg identik dg yg dibatalkan itu. 4. Pernyataan dapat dilaksanakan.

d. Keputusan yg bebas dan yg terikat Keputusan yg bersifat bebas adalah keputusan yg didasarkan pd ke wenangan bebas atau kebebasan bertindak yg dimiliki oleh pejabat tata usaha negara baik dalam bentuk kebebasan kebijaksanaan mau pun kebebasan interpretasi, Sedangkan keputusan yg terikat adalah keputusan yg didasarkan pd kewenangan pemerintahan yg bersifat terikat, artinya keputusan itu hanya melaksanakan ketentuan yg sudah ada tanpa adanya ruang k ebebasan bagi pejabat yg bersangkutan.

e. Keputusan positif dan negatif Keputusan positif adalah keputusan yg menimbulkan hak dan kewajiban bagi yg dik enai keputusan, sedangkan keputusan negative adalah keputusan yg tidak menimbul kan perubahan keadaan hukum yg telah ada. Keputusan positif terbagi dalam lima g olongan, yaitu: 1. keputusan, yg pd umumnya melahirkan keadaan hukum baru 2. Keputusan yg melahirkan keadaan hukum baru bagi objek tertentu 3. Keputusan, yg menyebabkan berdirinya atau bubarnya badan hukum; 4. Keputusan yang membebankan kewajiban baru kpd seseorang atau beberapa or ang (perintah) 5. Keputusan, yg memberikan hak baru kpd seseorang atau beberapa orang (keput usan yg menguntungkan) Keputusan negatif dpt berbentuk pernyataan tidak berkuasa, pernyataan tidak terim a atau suatu penolakan.

Syarat-syarat Pembuatan Keputusan Syarat2 ini mencakup syarat materil dan formal. a. Syarat-syarat meteril terdiri atas: 1) Organ pemerintahan yg membuat keputusan harus berwenang; 2) Karena keputusan suatu pernyataan kehendak, maka keputusan ti dak boleh mengandung kekurangan yuridis seperti penipuan, pak saan/suap, kesesatan; 3) Keputusan hrs berdasarkan suatu keadaan (situasi) tertentu; 4) Keputusan hrs dpt dilaksanakan dan tanpa melanggar peraturan2 serta isi dn tujuan keputusan itu hrs sesuai dg isi dn tujuan perat uran dasarnya.

b. syarat-syarat formal terdiri atas: 1) Syarat2 yg ditentukan berhubung dg persiapan dibuatnya keputusan dn berh ubung dg cara dibuatnya keputusan hrs dipenuhi; 2) Keputusan hrs diberi bentuk yg telah ditentukan dlm peraturan perundang-u ndangan yg menjadi dasar dikeluarkannya keputusan itu; 3) Syarat2 berhubung dg pelaksanaan keputusan itu harus dipenuhi; 4) Jangka waktu hrs ditentukan antara timbulnya hal2 yg menyebabkan dibuatn ya dn diumumkannya keputusan itu hrs diperhatikan. Apabila syarat materiil dan formal terpenuhi, maka keputusan itu sah menurut huk um (rechtsgeldig), artinya dpt diterima sbg suatu bagian dari tertib hukum atau s ejalan dg ketentuan hukum yg ada baik secara procedural/formal maupun materiil.

F.H van der Burg Menyebutkan bahwa keputusan dianggap tidak sah jika 1. dibuat oleh organ yg tidak berwenang 2. Cacat isi 3. Cacat kehendak

A.M Donner mengemukakan akibat2 dri keputusan yg tidak sah a. Keputusan itu harus dianggap batal sama sekali; b. Berlakunya keputusan itu dapat digugat: 1. dalam banding 2. dalam pembatalan oleh jabatan karena bertentangan dg undang2 3. dalam penarikan kembali oleh kekuasaan yg berhak men geluarkan keputusan itu c. Dalam hal keputusan tsb, sblm dpt berlaku, memerlukan persetujuan (penegu han) suatu badan kenegaraan yg lebih tinggi, maka persetujuan itu tdk diberi. d. Keputusan itu diberi tujuan lain drpd tujuan permulannya.

Keputusan yg sah dan dapat berlaku dg sendirinya akan memiliki k ekuatan hukum formal (formeel rechtskracht) dan kekuatan hukum materiil (materiele rechtkracht). Suatu keputusan mempunyai kekuatan hukum formal jika keputusa n itu tdk lagi dpt dibantah oleh suatu alat hukum (rechtsmiddel). D g kata lain keputusan yg telah memiliki kekuatan hukum formal itu tdk dpt dibantah baik oleh pihak yg berkepentingan, oleh hakim, or gan pemerintahan yg lebih tinggi, meupun organ yg membuat kep utusan itu sendiri. Adapun keputusan yg mempunyai kekuatan hukum materiil adalah pengaruh yg dpt diadakan karena isi atau materi dari keputusan itu. E Utrecht menyebutkan bahwa suatu keputusan itu tdk lagi dpt diti adakan oleh alat negara yg membuatnya, kecuali peraturan perund ang-undangan memberikan kemungkinan kpd pemerintah atau ad ministrasi negara untuk meniadakan keputusan tersebut.

Keputusan yang sah dan sudah dinyatakan berlaku, akan melahirkan prinsip praduga rechtmatig (setiap keputusan yg dikeluarkan oleh pemerintah atau administrasi nega ra itu dianggap sah menurut hukum). Konsekuensi dari asas ini adalah a. bahwa setiap keputusan yg dikeluarkan oleh pemerintah tidak untuk dicabut kem bali, kecuali ada pembatalan (vernietiging) dari pengadilan. b. Keputusn yg telah dikeluarkan oleh pemerintah tidak dapat ditunda pelaksanaan nya meskipun terdapat keberatan (bezwaar) bandaing (beroep), perlawanan (best reden) atau gugatan terhadap suatu keputusan oleh pihak yg dikenai keputusan tersebut.

Asas praduga rechtmatig dianut dalam UU No. 5 tahun 1986 Jo. UU No. 9 tahun 2004 tentang PTUN, Pasal 67 ayat (1) gugatan tidak menunda menghalangi dilak sanakannya KTUN yang digugat. Tetapi dalam keadaan tertentu, penggugat dpt mengajukan permohonan agar sel ama proses berjalan, KTUN yg digugat itu diperintahkan ditunda pelaksanaannya. Asas ini berkaitan erat dengan asas kepastian hukum. Menurut SF Marbun asas k epastian hukum menghendaki dihormatinya hak yg tlh diperoleh seseorang berd asarkan keputusan badan/pejabat administrasi negara dn keputusan itu tdk akan dicabut kembali oleh badan/pejabat administrasi negara, meskipun surat keputus an itu tdk mengandung kekurangan. Jika pejabat administrasi negara dpt sewakt u-waktu mencabut atau membatalkan surat keputusan yg tlh dikeluarkannya, tind akan demikian dpt merugikan penerima, surat keputusan juga dpt menimbulkan hilangnya kepercayaan masyarakat thd setiap tindakan yg dilakukan oleh badan/ pejabat administrasi negara.

Meskipun diasumsikan bahwa setiap keputusan yg tlh dikeluarkan dianggap sah menurut hukum, akan ttpi didalam praktik hampir semua surat keputusan, khusus nya dalam praktik administrasi di Indonesia, terdapat klausula pengaman (velighei dsclausule) yg umumnya berbunyi apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan a tau kekurangan, maka surat keputusan ini akan ditinjau kembali. Ketentuan tsbt bertentangan dg asas kepastian hukum dan bertentangan dg asas praduga rechtmatig. Dg kata lain klausula pengaman itu merupakan suatu hal yg keliru, tdk bermanfaat dn mubajir sebab dpt menggoyahkan sendi2 kepastian huk um.