RHINITIS AKUT VIRAL. Acute Viral Rhinitis

dokumen-dokumen yang mirip
Famili : Picornaviridae Genus : Rhinovirus Spesies: Human Rhinovirus A Human Rhinovirus B

BAB 1 PENDAHULUAN. diperantarai oleh lg E. Rinitis alergi dapat terjadi karena sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh reaksi alergi pada pasien atopi yang sebelumnya sudah. mediator kimia ketika terjadi paparan ulangan pada mukosa hidung

DEFINISI BRONKITIS. suatu proses inflamasi pada pipa. bronkus

BAB 1 PENDAHULUAN. Influenza adalah suatu penyakit infeksi saluran pernafasan. akut yang disebabkan oleh virus influenza. Penyakit ini dapat

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh reaksi alergi pada penderita yang sebelumnya sudah tersensitisasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Secara klinis, rinitis alergi didefinisikan sebagai kelainan simtomatis pada hidung yang

Jika tidak terjadi komplikasi, penyembuhan memakan waktu 2 5 hari dimana pasien sembuh dalam 1 minggu.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ABSTRAK PREVALENSI INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT SEBAGAI PENYEBAB ASMA EKSASERBASI AKUT DI POLI PARU RSUP SANGLAH, DENPASAR, BALI TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Rinitis alergi (RA) adalah penyakit yang sering dijumpai. Gejala utamanya

Jangan Sembarangan Minum Antibiotik

Rhinosinusitis. Bey Putra Binekas

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bronchitis adalah suatu peradangan yang terjadi pada bronkus. Bronchitis

BAB I PENDAHULUAN. WHO menunjukkan jumlah perokok di Indonesia menduduki peringkat ketiga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. patofisiologi, imunologi, dan genetik asma. Akan tetapi mekanisme yang mendasari

BAB I PENDAHULUAN. (40 60%), bakteri (5 40%), alergi, trauma, iritan, dan lain-lain. Setiap. (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013).

Maria Ulfa Pjt Maria Lalo Reina Fahwid S Riza Kurnia Sari Sri Reny Hartati Yetti Vinolia R

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai spektrum penyakit dari tanpa gejala atau infeksi ringan


Bronkitis pada Anak Pengertian Review Anatomi Fisiologi Sistem Pernapasan

A PLACEBO-CONTROLLED TRIAL OF ANTIMICROBIAL TREATMENT FOR ACUTE OTITIS MEDIA. Paula A. Tahtinen, et all

BAB I PENDAHULUAN. bahwa prevalensi alergi terus meningkat mencapai 30-40% populasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dasar diagnosis rinosinusitis kronik sesuai kriteria EPOS (European

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

By: Kelompok 2 Amelia Leona Ayu Afriza Cindy Cesara Dety Wahyuni Fitri Wahyuni Ida Khairani Johan Ricky Marpaung Silvia Syafrina Ibrahim

Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan. Sistem Imunitas

BAB 1 PENDAHULUAN. pakar yang dipublikasikan di European Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Rinosinusitis kronis merupakan inflamasi kronis. pada mukosa hidung dan sinus paranasal yang berlangsung

I. PENDAHULUAN. Farmasi dalam kaitannya dengan Pharmaceutical Care harus memastikan bahwa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Definisi klinis rinitis alergi adalah penyakit. simptomatik pada hidung yang dicetuskan oleh reaksi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

APA ITU TB(TUBERCULOSIS)

ABSTRAK KARAKTERISTIK PASIEN SINUSITIS DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR PADA APRIL 2015 SAMPAI APRIL 2016 Sinusitis yang merupakan salah

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK BALITA PENDERITA PNEUMONIA DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Para orang tua menjadi khawatir ketika anak menderita sakit. Ibu. ketika anak terserang penyakit (Widodo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. endoskopis berupa polip atau sekret mukopurulen yang berasal dari meatus

GAMBARAN KUALITAS HIDUP PENDERITA SINUSITIS DI POLIKLINIK TELINGA HIDUNG DAN TENGGOROKAN RSUP SANGLAH PERIODE JANUARI-DESEMBER 2014

BAB II TINJUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. American Thoracic Society (ATS) dan European Respiratory Society (ERS)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan di apotek Mega Farma Kota Gorontalo pada tanggal

BAB I PENDAHULUAN. yang paling banyak diderita oleh masyarakat. Sebagian besar dari infeksi

BAB I PENDAHULUAN. Bronkitis menurut American Academic of Pediatric (2005) merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pada saluran napas yang melibatkan banyak komponen sel dan elemennya, yang sangat mengganggu, dapat menurunkan kulitas hidup, dan

Tonsilofaringitis Akut

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDERITA TONSILITIS DI POLIKLINIK THT-KL BLU RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO JANUARI 2010-DESEMBER 2012

4.3.1 Identifikasi Variabel Definisi Operasional Variabel Instrumen Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Pustaka. tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (Notoatmodjo,

BAB 1 PENDAHULUAN. negara di seluruh dunia (Mangunugoro, 2004 dalam Ibnu Firdaus, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. Mekanisme alergi tersebut akibat induksi oleh IgE yang spesifik terhadap alergen

TETAP SEHAT! PANDUAN UNTUK PASIEN DAN KELUARGA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Informasi penyakit ISPA

2.3 Patofisiologi. 2.5 Penatalaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit alergi sebagai reaksi hipersensitivitas tipe I klasik dapat terjadi pada

Sugiarti, et al, Studi Penggunaan Antibiotik pada Pasien Penyakit ISPA Usia Bawah Lima Tahun...

BAB 1 PENDAHULUAN. Secara fisiologis hidung berfungsi sebagai alat respirasi untuk mengatur

Sesi dengan fasilitasi Pembimbing : 3 X 50 menit (coaching session) Sesi praktik dan pencapaian kompetensi: 4 minggu (facilitation and assessment)

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik dua atau lebih gejala berupa nasal. nasal drip) disertai facial pain/pressure and reduction or loss of

BAB 1. PENDAHULUAN. hidung akibat reaksi hipersensitifitas tipe I yang diperantarai IgE yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi asma semakin meningkat dalam 30 tahun terakhir ini terutama di

Evidence-based Treatment Of Acute Infective Conjunctivitis Breaking the cycle of antibiotic prescribing

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Telinga, Hidung, dan Tenggorok Bedah Kepala dan Leher, dan bagian. Semarang pada bulan Maret sampai Mei 2013.

Penyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara berkembang.1 Berdasarkan data World Health

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Aplikasi Sistem Pakar untuk Mendiagnosa Gangguan Pernafasan pada Anak Menggunakan Metode CF (Certainty Factor)

Kaviti hidung membuka di anterior melalui lubang hidung. Posterior, kaviti ini berhubung dengan farinks melalui pembukaan hidung internal.

Kata kunci : asap rokok, batuk kronik, anak, dokter praktek swasta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. biasanya disebabkan oleh virus atau bakteri. Infeksi ini diawali dengan

F. Originalitas Penelitian. Tabel 1.1 Originalitas Penelitian. Hasil. No Nama dan tahun 1. Cohen et al Variabel penelitian.

PENANGANAN DAN PENCEGAHAN TUBERKULOSIS. Edwin C4

BAB I PENDAHULUAN. pasien tersebut. Pasien dengan kondisi semacam ini sering kita jumpai di Intensive

BAB I KONSEP DASAR. Selulitis adalah infeksi streptokokus, stapilokokus akut dari kulit dan

Mengapa disebut sebagai flu babi?

Laporan Kasus SINUSITIS MAKSILARIS

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit menular bergeser ke penyakit tidak menular (noncommunicable

GAMBARAN PENGOBATAN PADA PENDERITA ISPA (INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT) DI PUSKESMAS TRUCUK 1 KLATEN TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. dan paling banyak ditemui menyerang anak-anak maupun dewasa. Asma sendiri

BAB I PENDAHULUAN. sering timbul dikalangan masyarakat. Data Report Word Healt Organitation

DI RT 06 RW 02 DESA KUDU KELURAHAN BAKI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAKI I SUKOHARJO

BAB 1 PENDAHULUAN. udara ekspirasi yang bervariasi (GINA, 2016). Proses inflamasi kronis yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM).

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Organ yang Berperan dalam Sistem Pernapasan Manusia. Hidung. Faring. Laring. Trakea. Bronkus. Bronkiolus. Alveolus. Paru-paru

Efektivitas Pengobatan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering Pada Luka Kaki Penggunaan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering

ABSTRAK TINGKAT KEPATUHAN ORANG TUA DALAM PEMBERIAN KOTRIMOKSAZOL SUSPENSI KEPADA BALITA YANG MENGALAMI ISPA DI PUSKESMAS TERMINAL BANJARMASIN

MACAM-MACAM PENYAKIT. Nama : Ardian Nugraheni ( C) Nifariani ( C)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN. Penelitian eksperimental telah dilakukan pada penderita rinosinusitis

RINITIS ALERGI DI POLIKLINIK THT-KL BLU RSU PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI 2010 DESEMBER Elia Reinhard

Transkripsi:

RHINITIS AKUT VIRAL Acute Viral Rhinitis Sri Wahyu Basuki 1, Rahmat Dani Yamsun 1, Reza Khairunnisa 1, Teguh Bayu Prasstyo 1 1 Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta, Sukoharjo, Jawa Tengah, Indonesia Kampus 4 UMS Gonilan Utara Kartasura, Telp. (0271)716844, Fax (0821)724883 Surakarta 57102 E-mail: kedokteran@ums.ac.id ABSTRAK Common Cold juga biasa disebut dengan Rhinitis Viral merupakan salah satu penyakit menular paling umum pada manusia. Biasanya ringan dan membaik tanpa pengobatan. Penyakit ini menyebabkan lebih dari 22 juta hari tidak masuk sekolah dan absen kerja setiap tahun di Amerika Serikat. Rata-rata orang Amerika menderita 1-3 kali pilek dalam setahun. Salah satu penyebab tersering Rhinitis Akut adalah Infeksi Saluran Pernapasan Atas. Infeksi Saluran Pernapasan Atas Akut yang disebabkan oleh virus sering muncul dengan rinore, bersin dan obstruksi hidung. Biasanya dapat hilang sendiri 7-10 hari, namun dapat bertahan selama 3 minggu. Rhinitis akut sering disebabkan oleh agen infeksius seperti virus dan bakteri, biasanya disertai dengan inflamasi sinus sebagai bagian dari rhinosinusitis akut. Kata kunci: Rhinitis Viral, Rhinitis Akut, Common Cold ABSTRACT The common cold, also called viral rhinitis, is one of the most common infectious diseases in humans. The infection is usually mild and improves without treatment. Because of the large number of people who get the common cold, this illness results in more than 22 million days of missed school and an even greater number of absent days from work every year in the United States. The average American has 1 to 3 colds per year. One of the most common causes of acute rhinitis is upper respiratory infection. Acute viral upper respiratory infection often presents with rhinorrhea, sneezing, and nasal obstruction that usually clears in 7 to 10 days but can last up to 3 weeks. Acute rhinitis is often caused by infectious agents, such as viruses or bacteria, and is commonly associated with sinus inflammation as part of acute rhinosinusitis. Keywords: Viral Rhinitis, Acute Rhinitis, Common Cold DEFINISI Rhinitis merupakan inflamasi pada mukosa hidung. Inflamasi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor antara lain infeksi, alergi, iritan, obat-obatan dan hormon. (Wilson, et al., 2011) Rhinitis didefinisikan sebagai adanya paling tidak satu dari gejala berikut: kongesti, rinorea, bersin, gatal hidung dan obstruksi hidung. Gejala lain yang dapat ditemui yaitu: batuk, sakit kepala, nyeri wajah, nyeri telinga, gatal pada tenggorokan dan langit-langit, mendengkur dan gangguan tidur. (Tran, et al., 2011). Rhinitis merupakan kondisi heterogen yang dikaitkan sebagai respon inflamasi, seperti pada rhinitis alergi. Tetapi dapat juga terjadi tanpa adanya inflamasi seperti 50 ISSN: 2721-2882

Rhinitis Idiopatik (Vasomotor). (Eifan & Durham, 2016) Rhinitis akut sering disebabkan oleh agen infeksius seperti virus dan bakteri, dan biasanya disertai dengan inflamasi sinus sebagai bagian dari rhinosinusitis akut. (Wilson, et al., 2011) KLASIFIKASI Rhinitis diklasifikasikan menjadi beberapa kelas yaitu: 1. Rhinitis Alergi yang dibagi menjadi perenial dan seasonal. 2. Rhinitis non-alergi yang diklasifikan menjadi beberapa hal. Klasifikasi Rhinitis Alergi dan non- Alergi dapat dilihat dari tabel berikut: (Wilson, et al., 2011) EPIDEMIOLOGI Common Cold juga biasa disebut Risiko mengalami Rhinitis Akut dengan Rhinitis Viral adalah salah satu Viral jauh lebih besar pada anak-anak daripada pada orang dewasa. Anak-anak dapat terkena cold 8-12 kali dalam setahun dibandingkan orang dewasa yang mengalami 2-3 kali dalam setahun. (Çatlı, et al., 2020) penyakit menular paling umum pada manusia. Biasanya ringan dan membaik tanpa pengobatan. Penyakit ini menyebabkan lebih dari 22 juta hari tidak masuk sekolah dan absen kerja setiap tahun di Amerika Serikat. Rata-rata orang Amerika menderita 1-3 kali pilek dalam 51 ISSN: 2721-2882

setahun. (Hardvard Health Publishing. Common Cold (Viral Rhinitis). 2019. www.health.harvard.edu/a_to_z/commoncold-viral-rhinitis-a-to-z. Diakses 22 September 2020) inokulasi yang terbawa oleh orang yang terinfeksi virus-virus tersebut. Meskipun inokulasi oral dapat menjadi sumber alternatif transfer virus namun resikonya cenderung rendah. (Çatlı, et al., 2020) ETIOLOGI Salah satu penyebab tersering Rhinitis Akut adalah Infeksi Saluran Pernapasan Atas. Infeksi Saluran Pernapasan Atas Akut yang disebabkan oleh virus sering muncul dengan discharge hidung yang tebal, bersin dan obstruksi hidung. Biasanya dapat hilang sendiri 7-10 hari, namun dapat bertahan selama 3 minggu. (Schorer & Pien, 2012) Human rhinovirus (HRV) merupakan virus yang menyebabkan lebih dari setengah kasus Infeksi Saluran Pernapasan Atas. Virus lain seperti coronavirus, adenovirus, respiratory syncytial virus (RSV), virus influenza dan paravirus relatif lebih sedikit dalam menjadi penyebab flu viral. Agen virus tersebut dapat dapat menginfeksi epitel FAKTOR RESIKO Pasien tersering dari penderita Rhinitis Akut Viral merupakan anak-anak umur antara 4-6 tahun, selain itu faktor lingkungan sangat berpengaruh misalnya pada orang yang tinggal di wilayah perkotaan lebih sering terkena Rhinitis Akut Viral (Moreis-Almeida, 2013) Pada orang tua infeksi virus khususnya RV (rhinovirus) sangat berhubungan yang signifikan terhadap morbiditas dan mortalitas. RV dapat dapat terlibat dalam eksaserbasi asma.melalui defisiensi imun bawaan pada individu yang terkena asma. Infeksi RV juga dapat menyebabkan eksaserbasi PPOK, dan kistik fibrosis. termasuk anak-anak dengan imunodefisiensi primer, pasien dengan transplantasi organ, malignansi, HIV, respirasi hidung dan komponen lain pada traktus respirasi atas dan bawah setelah diabetes dan autoimun. 2014) (Passioti, et al., 52 ISSN: 2721-2882

PATOGENESIS Pemicu dari Rhinitis Akut Viral mengakibatkan hidung tersumbat. (Eifan & Durham, 2016) yang paling umum adalah Rhinovirus, Virus Influenza, Virus Parainfluenza, dan Adenovirus. Virus ini menginfeksi sel epitel hidung, mengganggu membran, dan menyebabkan kematian sel. (Çatlı, et al., 2020) Rongga hidung terbagi oleh septum hidung, yang terdiri tulang dan tulang rawan. Mukosa hidung berfungsi mengatur suhu udara yang dihirup, pelembab dan membersihkan udara yang dihirup. Epitel saluran napas hidung terdiri dari sel bersilia, sel goblet yang mensekresi lendir dan sel basal. Zona membran basal dan dan menutupi struktur submukosa sehingga membentuk tautan antara paparan lingkungan dan sistem kekebalan tubuh. Lendir hidung bertindak sebagai penghalang patogen. Selama peradangan, pembersihan mukosiliar dapat terganggu menyebabkan penumpukan lendir yang berlebihan. Homeostasis sementara peradangan mengakibatkan peningkatan permeabilitas vaskuler dan pembengkakan PATOFISIOLOGI Studi mengungkapkan bahwa pada Rhinitis Akut Viral/Common Cold bukan disebabkan oleh kerusakan dari epitel hidung karena pada biopsi sel epitel tampak utuh saat gejala penyakit sedang berlangsung. Rhinovirus dan Coronavirus tidak memberikan efek sitopatik saat bereplikasi dalam lapisan mukosa hidung yang dikultur. Sedangkan Virus Influenza A dan Adenovirus menghasilkan kerusakan atau menunjukan efek sitopatik. Flu adalah akibat dari pelepasan sitokin, mediator lain serta masuknya PMN dialam epitel hidung. Pada infeksi Rhinovirus PMN dapat naik menjadi 100x lipat di hari 1-2 inokulasi. Pelepasan PMN menyebabkan perubahan pada sekret yang dihasilkan hidung. Sekret yang berwarna putih cenderung mengandung PMN yang tinggi sementara sekret yang berwarna hijau cenderung menjadi hasil bahwa adanya aktivitas enzimatik PMN (Terutama enzim mieloperoksidase). Pada Kultur Rhinovirus 53 ISSN: 2721-2882

IL-8 berperan sebagai kemoatraktan ampuh terhadap PMN yang diproduksi sel. IL-8 dan sitokin lain (seperti IL-1B dan IL-6) dibuktikan ada dalam sekret hidung individu yang terinfeksi. Kenaikan Albumin dan Kinin (terutama Bradikinin) disebabkan oleh Infeksi Rhinovirus Eksperimental. Bradikinin sendiri dapat menyebabkan nyeri tenggorokan saat diuji coba pada individu yang sehat. (Sugiyono, 2016). dengan wajah pucat, hidung dan mata berair serta terdapat kemerahan pada ujung hidung, sakit kepala, malaise, sakit tenggorokan, bersin, batuk dan demam ringan. Masa inkubasi sangat bervariasi antar jenis virus Influenza B 12 jam, Influenza A 1,5 hari, RSV 5,5 hari, adenovirus 12-72 jam. Gejala akan memuncak pada 2-3 hari post inokulasi. Pada umumnya dapat berlangsung sampai 7-11 hari namun kadang dapat lebih lama. Penilaian pemeriksaan fisik ini harus melihat segala aspek yang berkaitan dengan peristiwa penyakit yang meliputi sistem MANIFESTASI KLINIS Tanda dan gejala dari Rhinitis Akut Viral ini antara lain hidung tersumbat dan rinore (Schorer & Pien, 2012). Selain itu produksi mukus berlebih, bersin, mata berair dan hidung mengalami pruritus juga didapati pada pasien penderita penyakit ini (Çatlı, et al., 2020). selain rongga hidung seperti mata, paru atau temuan lain yang menunjukkan tentang etiologi Rinitis Akut Viral. (Çatlı, et al., 2020, Van Driel, et al., 2018). Pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan sitologi tidak bisa membantu banyak dalam menegakkan diagnosis Rinitis Akut Viral karena rendahnya sensitivitas dan spesifitas. Sedangkan DIAGNOSIS Pada pemeriksaan fisik, penampilan umum pasien sangat khas melakukan kultur sama sekali tidak bisa menegakkan diagnosis karena banyaknya flora normal di nasofaring pasien. Pada pemeriksaan endoskopi akan didapatkan 54 ISSN: 2721-2882

gambaran dari mukosa hidung hiperemis diakibatkan peradangan oleh virus yang menyerang (Wallace, et. al., 2008) DIAGNOSIS BANDING Pada evaluasi pasien dengan Rhinitis ada beberapa gejala yang bisa menjadi pertimbangan diagnosis seperti durasi rssc (Rhinitis Symptom Sign Complex), gejala yang menyertai dan riwayat virus. Pada pasien dengan gejala akut dapat (1 minggu atau kurang) tanpa riwayat paparan virus dapat mungkin didiagnosa menjadi Rhinitis Alergi Eksaserbasi Akut. Pada anak-anak dengan rssc akut (terutama dengan gejala unilateral) dapat didiagnosis menjadi Corpal Nasal terutama pula bila ada bau tak sedap. Pada kasus yang melibatkan gejala yang lama, patologi kronik perlu dipertimbangkan seperti Rhinitis Alergi dan Rhinitis non-alergi lainnya. (Çatlı, et al., 2020) (Çatlı, et al., 2020) KOMPLIKASI Ada kemungkinan terjadinya komplikasi seperti efusi telinga tengah, otitis media, sinusitis, kejang demam atau eksaserbasi asma. Komplikasi tidak hanya terbatas pada saluran pernapasan bagian atas namun dapat menyebar ke saluran pernapasan bagian bawah seperti laryngotracheobronchitis dan bronkiolitis, pneumonia. Ada pula kasus koinfeksi dengan bakteri sebanyak 50-60%. (Passiot,, et al., 2014) Otitis media akut pada anak dapat muncul pada sepertiga kasus infeksi rhinitis viral akut sebagai akibat dari perubahan tekanan pada telinga tengah dan terganggunya fungsi dari tuba eustachius karena infeksi berlangsung. (Van Driel, et 55 ISSN: 2721-2882

al., 2018) Studi telah menunjukan bahwa 2/3 dari anak usia sekolah berkembang menjadi abnormal tekanan telinga tengah kurun waktu 2 minggu setelah timbulnya pilek. (Sugiyono, 2016) berefek pada rinorea, bersin dan tidak ada peningkatan risiko dibanding plasebo. Pada Meta-analisis menunjukan bahwa tidak ada efek pada antibiotik terhadap gejala pada hidung, namun risiko efek sampingnya mengalami peningkatan. Tidak ada bukti TATALAKSANA Rhinitis Akut Viral biasanya self limiting disease, namun gejala penyakitnya dapat berdampak besar pada kualitas hidup seperti mengganggu pekerjaan, sekolah dan aktivitas harian lainnya. Terapi pada Rhinitis viral juga dibedakan antara terapi bagi orang dewasa dan anak-anak. Pada orang dewasa terapi yang dapat diberikan adalah Dekongestan (baik dalam monoterapi ataupun kombinasi dengan Antihistamin dan/ Analgesik). Adapun efek keefektifan antivirus dan intranasal kortikosteroid untuk gejala pada common cold. Antivirus dan kortikosteroid intranasal tidak direkomendasikan. Asetaminofen atau paracetamol dan NSAID terkadang diresepkan untuk mengurangi gejala, namun tidak ada efek untuk memperbaiki kongesti hidung dan rinorea. Ada bukti menunjukan bahwa ipratropium bromide dapat mengurangi rinorea. Namun efek sampingnya dapat menyebabkan perdarahan hidung, hidung kering dan samping dari penggunaan dekongestan mulut kering. Tumbuhan Echinacea atau adalah insomnia, kantuk, sakit kepala, gangguan gastrointestinal dll. Pada review Cochrane menunjukan bahwa antihistamin sedatif dapat meredakan rinorea, dan bersin dibanding plasebo, namun bukan nasal dekongestan. Sedangkan studi mengenai Antihistamin non-sedatif menunjukan efek kurang jelas pada kongesti hidung dan tidak Coneflower dapat mengurangi gejala meskipun tidak keseluruhan, vitamin C, tablet hisap Zinc dapat mengurangi durasi namun tidak dengan keparahan gejala. Adapun pada orang dewasa irigasi saline memiliki dimungkinkan tidak efektif. Pada anak-anak irigasi salin mungkin dapat efektif dan aman. Dekongestan dapat 56 ISSN: 2721-2882

meredakan kongesti hidung, antihistamin sedatif meringankan rinorea dan bersin sedangkan non-sedatif tidak memiliki efek yang jelas pada kongesti hidung, rinorea dan bersin. Efek asetaminofen/parasetamol pada nyeri dan flu hanya satu percobaan yang melaporkan dapat menangani gejala hidung tertentu. Pada konsumsi asetaminofen dapat memungkinkan adanya produksi kongesti hidung sebagai efek samping. Pada dosis tinggi parasetamol (1000 mg) dapat memicu timbulnya efek samping seperti berkeringat dan gangguan rinorea dan juga kongesti hidung. Antibiotik tidak diindikasikan untuk infeksi viral karena pada beberapa penelitian menunjukan tidak ada efek signifikan untuk mengurangi gejala. (Van Driel, et al., 2018) Penatalaksanaan untuk Rhinitis Akut Viral (ARV), dapat menggunakan obat antivirus yang efektif (Interferon-alpha, Zanamivir, dll) meskipun pada sebagian sumber tidak direkomendasikan atau diutamakan. Amantadin dan rimantadin antiviral pertama terhadap influenza telah digantikan dengan NIs (Neuraminidase gastrointestinal. Pada analisis gabungan Inhibitors). Zanamivir dan oseltamivir telah dari 3 percobaan (n=199) menunjukan tidak ada efek dari NSAID terhadap rinorea meskipun bersin mengalami sedikit penurunan. Efek samping seperti ruam, edema, dan gangguan gastrointestinal tetap ada. Pada penelitian kombinasi dekongestan, antihistamin dan analgesik menunjukan adanya efek meringankan kongesti, rinorea dan bersin. Adapula ipratropium bromide dapat meringankan rinorea namun tidak untuk kongesti hidung. Namun pada percobaan 786 orang ditemukan adanya efek pengurangan pada menunjukan resistensi. NI digunakan sebagai profilaksis 48 jam setelah paparan influenza untuk pengobatan 36 jam setelah gejala pertama muncul. Manfaat obat ini kecil namun dapat mengurangi keparahan penyakit. Ribavirin adalah satu-satunya obat yang disetujui untuk penyakit saluran pernapasan bagian bawah yang disebabkan oleh RSV. Ribavirin menghambat produksi IgE-spesifik RSV disekresi nasal sehingga memperbaiki fungsi paru-paru dan mengurangi durasi keparahan pada infeksi RSV. Inhibitor entri RSV pada sel host 57 ISSN: 2721-2882

yang menargetkan sel protein amplop F TMC-353121 dan MDT-637 sedang dalam virus yang menyerang saluran napas. (Mousa, 2016) tahap pengembangan. (Passioti, et al., 2014) Antibiotik tidak diperlukan kecuali bakteri sekunder selama infeksi virus. Pengobatan tradisional juga dapat digunakan untuk mengobati Rhinitis Akut Viral antara lain yaitu: hidrasi dengan banyak cairan, herbal dan suplemen nutrisi (vitamin C), sup, madu. Sedangkan untuk meminimalisir tingkat gejala dapat dengan istirahat yang teratur, pembatasan aktivitas, PROGNOSIS Secara keseluruhan, Rhinitis Akut Viral memiliki prognosis yang baik dengan risiko komplikasi yang kecil, dikarenakan Rhinitis Akut Viral adalah penyakit yang sangat umum menyerang saluran nafas atas. Rhinitis cenderung sembuh dengan tatalaksana yang baik disertai tirah baring yang adekuat (Çatlı, et al., 2020). dan penghentian merokok. (Çatlı, et al., 2020) SIMPULAN Banyak terapi herbal memiliki bukti ilmiah aktivitas melawan virus pernapasan. Obat-obatan herbal, seperti moto, akar licorice, ginseng amerika utara, echinacea, delima, teh jambu biji, dan bai shao terbukti efektif dalam pengobatan infeksi saluran pernapasan atas. Beberapa diet suplemen juga menunjukan efektivitas Rinitis Akut Viral merupakan penyakit menular dengan gejala radang mukosa hidung dengan produksi lendir dan lendir yang berlebihan, hidung tersumbat, bersin, mata berair, dan beberapa derajat pruritus hidung dan mata. Rhinovirus manusia adalah patogen yang bertanggung jawab atas hampir 50% kasus. Untuk dalam pencegahan dan pengobatan infeksi pengobatan dm meminimalisir Rhinitis virus pernapasan. Suplemen termasuk seng, Akut Viral berupa istirahat yang cukup, selenium, vitamin C, probiotik, ekstrak pembatasan aktivitas, berhenti merokok, rumput laut, ekstrak bawang putih menunjukkan efek suportif dalam melawan rehidrasi parenteral dengan obat antiinflamasi dan juga molekul anti-virus (IFA- 58 ISSN: 2721-2882

Alpha, Zanamivir, dll). Pencegahan dapat dilakukan dengan pembelajaran tentang penyebaran virus dan cuci tangan yang benar dan juga kebersihan lingkungan sekitar. (Çatlı, et al., 2020) DAFTAR PUSTAKA Atkinson, S. K., Sadofsky, L. R., & Morice, A. H. (2016). How does rhinovirus cause the common cold cough? BMJ Open Respiratory Research, 3(1), 1 11. https://doi.org/10.1136/bmjresp-2015-000118 Çatlı, T., Atilla, H., & Miller, E. K. (2020). Acute Viral Rhinitis. Springer Nature Switzerland, 199-202. https://doi.org/10.1007/978-3-030-21217-9_23 Eifan, A. O., & Durham, S. R. (2016). Pathogenesis of rhinitis. Clinical and Experimental Allergy, 46(9), 1139 1151. https://doi.org/10.1111/cea.12780 Morais-Almeida, M., Santos, N., Pereira, A. M., Branco-Ferreira, M., Nunes, C., Bousquet, J., & Fonseca, J. A. (2013). Prevalence and classification of rhinitis in preschool children in Portugal: A nationwide study. Allergy: European Journal of Allergy and Clinical Immunology, 68(10), 1278 1288. https://doi.org/10.1111/all.12221 Mousa, H. A. L. (2017). Prevention and Treatment of Influenza, Influenza-Like Illness, and Common Cold by Herbal, Complementary, and Natural Therapies. Journal of Evidence-Based Complementary and Alternative Medicine, 22(1), 166 174. https://doi.org/10.1177/215658721664 1831 Passioti, M., Maggina, P., Megremis, S., & Papadopoulos, N. G. (2014). The common cold: Potential for future prevention or cure topical collection on rhinosinusitis. Current Allergy and Asthma Reports, 14(2). https://doi.org/10.1007/s11882-013- 0413-5 Schroer, B., & Pien, L. C. (2012). Nonallergic rhinitis: Common problem, chronic symptoms. Cleveland Clinic Journal of Medicine, 79(4), 285 293. https://doi.org/10.3949/ccjm.79a11099 Short, S., Bashir, H., Marshall, P., Miller, N., Olmschenk, D., Prigge, K., & Solyntjes, L. (2017). Diagnosis and Treatment of Respiratory Illness in Children and Adults. Institute for Clinical Systems Improvement. www.icsi.org Sin, B., & Togias, A. (2011). Pathophysiology of allergic and nonallergic rhinitis. Proceedings of the American Thoracic Society, 8(1), 106 114. https://doi.org/10.1513/pats.201008-057rn Sugiyono, P. D. (2016). The Common Cold. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689 1699. https://doi.org/10.1017/cbo97811074 15324.004 Tran, N. P., Vickery, J., & Blaiss, M. S. (2011). Management of rhinitis: Allergic and non-allergic. Allergy, Asthma and Immunology Research, 3(3), 148 156. https://doi.org/10.4168/aair.2011.3.3.1 48 Van Driel, M. L., Scheire, S., Deckx, L., Gevaert, P., & De Sutter, A. (2018). What treatments are effective for common cold in adults and children? BMJ (Online), 363(October), 1 14. https://doi.org/10.1136/bmj.k3786 Wallace, D. V., Dykewicz, M. S., Bernstein, D. I., Blessing-Moore, J., Cox, L., Khan, D. A., Lang, D. M., Nicklas, R. A., Oppenheimer, J., Portnoy, J. M., Randolph, C. C., Schuller, D., Spector, S. L., & Tilles, S. A. (2008). The diagnosis and management of rhinitis: An updated practice parameter. Journal of Allergy and Clinical Immunology, 122(2 SUPPL.), 1 84. https://doi.org/10.1016/j.jaci.2008.06.0 03 59 ISSN: 2721-2882

Wilson, K. F., Spector, M. E., & Orlandi, R. R. (2011). Types of Rhinitis. Otolaryngologic Clinics of North America, 44(3), 549 559. https://doi.org/10.1016/j.otc.2011.03.0 16 60 ISSN: 2721-2882