RENCANA PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN RUANG TERBUKA, SERTA PRASARANA DAN SARANA UMUM



dokumen-dokumen yang mirip
BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN

MATA KULIAH PRASARANA WILAYAH DAN KOTA I (PW ) Jur. Perencanaan Wilayah dan Kota FTSP INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Tabel III-1 Rekapitulasi RTH Publik Per SWK dam Potensi RTH Kota Bandung Tahun 2014 SWK

Pembangunan Geodatabase Ruang Terbuka Hijau Kota Bandung

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

BAB IV ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG RUANG TERBUKA DI KELURAHAN TAMANSARI

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI TABEL V.1 KESESUAIAN JALUR HIJAU

Rencana Tata Ruang Wilayah kota yang mengatur Rencana Struktur dan

INDIKATOR PROGRAM UTAMA PEMBANGUNAN PEMANFAATAN RUANG KOTA GORONTALO TAHUN

III PENYUSUNAN MASTERPLAN RTH PERKOTAAN MASTERPLAN RTH

Pranata Pembangunan Pertemuan 1 Pembangunan di Kawasan Hijau. Sahid Mochtar, S.T., MT. Ratna Safitri, S.T., M.Ars.

ARAHAN POLA PENYEBARAN RUANG TERBUKA HIJAU IBUKOTA KECAMATAN TADU RAYA KABUPATEN NAGAN RAYA, NAD. Oleh : Linda Dwi Rohmadiani

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan, kawasan industri, jaringan transportasi, serta sarana dan prasarana

VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

Disajikan oleh: LIA MAULIDA, SH., MSi. (Kabag PUU II, Biro Hukum, Kemen PU)

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. waga Belanda. Tepatnya pada tahun 1976, sebuah kolam sederhana dibangun diatas

BAB III GAMBARAN UMUM DAN KEBIJAKAN TERKAIT WILAYAH STUDI

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. mengembangkan otonomi daerah kepada pemerintah daerah.

PANDUAN PENGAMATAN LANGSUNG DI LOKASI/KAWASAN WISATA TERPILIH

BAB IV KONDISI UMUM. Gambar Peta Dasar TPU Tanah Kusir (Sumber: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, 2011) Perumahan Warga

PEMERINTAH KOTA SURABAYA RINCIAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN

BAGAN STRUKTUR ORGANISASI DINAS PENDIDIKAN

DAFTAR ISI. Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN 2010 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SURABAYA TAHUN

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DI KOTA BITUNG

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL

BAB II KAJIAN PUSTAKA...

Arahan Optimalisasi RTH Publik Kecamatan Kelapa Gading, Jakarta Utara

Kata Pengantar. Yogyakarta, Desember Tim Penyusun. Buku Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi BWP Sedayui

PEMANFAATAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DI KELURAHAN WAWOMBALATA KOTA KENDARI TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kota sebagai pusat pemukiman, industri dan perdagangan

WALIKOTA PROBOLINGGO

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN

BAB II RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA BINJAI. 2.1 Penggunaan Lahan Di Kota Binjai

DAFTAR ISI... PARAKATA... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan

terendam akibat dari naiknya muka air laut/rob akibat dari penurunan muka air tanah.

BAB V RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN

BAB I PENDAHULUAN. perbukitan rendah dan dataran tinggi, tersebar pada ketinggian M di

BAB 5 RTRW KABUPATEN

Kualitas Ruang Terbuka pada Permukiman Industri di Kelurahan Cigondewah Kaler, Bandung, Jawa Barat

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

Tabel 9.2 Target Indikator Sasaran RPJMD

ISU STRATEGIS DAN REKOMENDASI

3.3 KONSEP PENATAAN KAWASAN PRIORITAS

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI. Laporan Akhir

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 3 GAMBARAN UMUM KAWASAN JALAN CIHAMPELAS

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU KECAMATAN KOTA TENGAH KOTA GORONTALO. Sri Sutarni Arifin 1. Intisari

Kondisi Eksisting Lokasi Budidaya Tanaman Hias Kelurahan Srengseng

Indikator Konten Kuesioner

BAB VI RENCANA UMUM DAN PANDUAN RANCANGAN

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI

TUJUAN DAN KEBIJAKAN. 7.1 Program Pembangunan Permukiman Infrastruktur Permukiman Perkotaan Skala Kota. No KOMPONEN STRATEGI PROGRAM

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KOTA CIREBON 1/1/15

BAB III GAMBARAN UMUM

I. PENDAHULUAN. Keberadaan ruang terbuka hijau saat ini mengalami penurunan yang

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan, jasa, dan industri. Penggunaan lahan di kota terdiri atas lahan

BUPATI BOGOR PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

DAFTAR ISI DAFTAR ISI

TINJAUAN PUSTAKA. waktu tidak tertentu. Ruang terbuka itu sendiri bisa berbentuk jalan, trotoar, ruang

Implikasi dan Implementasi UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang di Provinsi Jawa Timur

BAB VII PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

PROFIL DINAS PERUMAHAN RAKYAT DAN KAWASAN PERMUKIMAN KOTA PEKANBARU TA.2017 BIDANG KAWASAN PERMUKIMAN

RENCANA PENATAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PEMERINTAH KABUPATEN SRAGEN

POHON KINERJA DINAS PEKERJAAN UMUM TAHUN 2016

POHON KINERJA DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG TAHUN 2017 ESELON II ESELON III ESELON IV

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HIRARKI IV ZONASI. sub zona suaka dan pelestarian alam L.1. sub zona sempadan lindung L.2. sub zona inti konservasi pulau L.3

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

ANALISA PENYEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU PERKOTAAN, STUDI KASUS KOTA MARTAPURA

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

KONDISI GEOGRAFI KOTA BANDUNG

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,

MEMUTUSKAN : : PERATURAN DAERAH TENTANG PENGELOLAAN RUANG TERBUKA HIJAU.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA

BAB III ISU-ISU STRATEGIS 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI KECAMATAN GEDEBAGE

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang

II. TINJAUAN PUSTAKA

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS CIPTA KARYA KABUPATEN SITUBONDO

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIMA PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Pemerintah Kota Bandung dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan sosial

TABEL 44 INDIKASI PROGRAM PENATAAN ATAU PENGEMBANGAN KECAMATAN KEPULAUAN SERIBU SELATAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH

PENDAHULUAN. banyaknya daerah yang dulunya desa telah menjadi kota dan daerah yang

Transkripsi:

RENCANA PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN RUANG TERBUKA, SERTA PRASARANA DAN SARANA UMUM 6 6.1 Rencana Penyediaan Ruang Terbuka Tipologi Ruang Terbuka Hijau di Kota Bandung berdasarkan kepemilikannya terbagi menjadi RTH publik dan RTH privat. Penjabaran jenis RTH yang termasuk dalam masingmasing tipologi tersebut adalah sebagai berikut: 1. RTH publik, yang terdiri atas: lindung (kecuali cagar budaya); pertanian; taman hijau; dan fasos/fasum hijau (kebun binatang, SOR, permakaman, taman hijau). 2. RTH privat, yang terdiri atas: pertanian privat; fasos (taman hijau, SOR, permakaman keluarga); dan pekarangan (rumah, kantor). Berdasarkan kategori ruang terbuka hijau Kota Bandung yang tersebar di enam wilayah kota saat ini tidak merata dengan luas RTH yang beragam di masing-masing wilayah. Berdasarkan data tahun 2007, wilayah kota yang memiliki ruang terbuka hijau terluas adalah SWP Ujungberung (351,76 ha). Sementara SWP Karees merupakan wilayah dengan luasan RTH terkecil (26,77 ha). Wilayah-wilayah lainnya memiliki proporsi luas antara kedua wilayah tersebut adalah SWP Bojonegara seluas 76,78 ha; SWP Cibeunying seluas 57,57 ha; SWP Tegalega seluas 67,75 ha; dan SWP Gedebage seluas 28,29 ha. Ruang terbuka hijau yang terdapat pada tiap wilayah tersebut tersebar di 30 kecamatan dengan proporsi luas yang berbeda berdasarkan kategorinya. Perbedaan tersebut disebabkan rencana pengembangan kota di masing-masing kecamatan disesuaikan dengan karakteristik lokasi dari setiap kecamatan. Kecamatan RTH terluas adalah Kecamatan Cicadas dengan luas 145,12 ha dan yang terendah adalah Kecamatan Kiaracondong (0,18 ha), sedangkan kecamatan lainnya berkisar antara 1,5 16 ha. Rencana pola pengembangan kawasan lindung setempat yang berfungsi pula sebagai ruang terbuka hijau ini adalah: a. menambah jalur hijau jalan di sepanjang jaringan jalan yang ada dan direncanakan termasuk jalur hijau Pasupati sehingga diperkirakan seluas 2% dari total wilayah Kota Bandung; b. intensifikasi dan ekstensifikasi RTH di sepanjang sempadan sungai, jaringan jalan, saluran udara tegangan tinggi, sempadan jalan, dan jalan bebas hambatan; Rencana Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka, serta Praarana dan Sarana Umum 6-1

c. intensifikasi dan ekstensifikasi RTH di kawasan taman kota, pemakaman umum, serta di sekitar danau buatan dan mata air; dan d. penyediaan taman-taman lingkungan yang berada di pusat-pusat lingkungan perumahan dengan standar sebagai berikut: taman lingkungan RT atau untuk 250 penduduk dengan luas 250m 2, atau standar 1 m 2 /jiwa; taman lingkungan RW atau untuk 2500 penduduk dengan luas 1.250m 2, atau standar 0,5 m 2 /jiwa, yang dapat berdekatan dengan fasilitas pendidikan SD; taman skala kelurahan atau untuk 25.000-30.000 penduduk dengan dan tamantaman dengan luas 9.000 m 2, atau standar 0,3 m 2 /jiwa; taman skala kecamatan atau untuk 120.000 penduduk dengan luas 24.000 m 2, atau standar 0,2 m 2 /jiwa; dan taman skala wilayah pengembangan atau untuk 480.000 penduduk dengan luas 12,4 ha atau 0,3 m 2 /jiwa. Bentuk upaya intensifikasi ruang terbuka hijau dapat dilakukan dengan pemilihan jenis tanaman, letak tanaman, ruang antar permukiman, dan taman-taman rumah. Selain itu, juga dilakukan penataan ulang makam dan taman kota yang dijadikan SPBU. Ekstensifikasi RTH dilakukan dengan pembuatan RTH-RTH baru. Untuk memenuhi kebutuhan ruang terbuka hijau publik sebesar 16% dan ruang terbuka hijau private sebesar 10% maka rencana pengembangan ruang terbuka hijau di Kota Bandung ditekankan pada peningkatan kuantitas dan kualitas ruang terbuka hijau dan peningkatan penghijauan kota. Gambar 6.1 Pengembangan Taman Lingkungan Jaringan RTH yang terbangun diharapkan akan meningkatkan kuantitas dan kualitas konektivitas RTH di Kota Bandung. Pada akhirnya peningkatan struktur dan fungsi RTH ini dapat meningkatkan layanan ekologi RTH yang mampu mendukung keberlanjutan lingkungan Kota Bandung. Tabel VI.1 Luas RTH tahun 2007 Lindung RTH PUBLIK Luas (m 2 ) Sempadan sungai 177.612,74 Kawasan SUTET 10.800 677.712,74 Rencana Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka, serta Praarana dan Sarana Umum 6-2

RTH PUBLIK Luas (m 2 ) Jalur Hijau KA 10.800 Penyangga Tol 478.500 Pertanian 17.825.800 Sarana Olah Raga 1.221.379 Fasos Fasum Taman Hijau 800.674,68 TPU 1.454.955 3.477.009 Total RTH Publik 21.980.521,42 Luas Kota Bandung 167.296.500,00 Presentase RTH PUBLIK (%) 13,14 Sumber: Dinas Pertamanan, 2007; dan Hasil Analisis, 2009 Dengan perkiraan penambahan kebutuhan luas fasilitas taman hijau pada tahun 2030 seluas 26.767.440 m 2, maka proyeksi luas RTH publik pada tahun 2030 adalah sekitar 16% dari luas total Kota Bandung. RTH sempadan sungai, luasannya terbatas, namun keberadaannya mempunyai fungsi cukup penting. Diperkirakan terdapat 18,31 Ha lahan RTH sempadan sungai yang tersebar secara tidak merata di 6 wilayah di Kota Bandung. RTH sempadan sungai yang terluas terdapat di wilayah Gedebage, yaitu seluas ± 9,5 Ha. Untuk mempertahankan fungsi RTH sempadan sungai, daerah yang terdapat di tepi Sungai Cikapundung yang mengalir dari Utara Kota Bandung dan melewati Wilayah cibeunying perlu dibebaskan dari bangunan atau kegiatan yang dapat mengurangi fungsinya. Didaerah yang memungkinkan untuk ditanami pohon, perlu dilakukan penghijauan agar RTH sempadan sungai dapat menjalankan fungsinya sebagai penahan erosi dan sedimentasi. Sedangkan RTH sempadan sungai di Wilayah Gedebage perlu ditingkatkan fungsinya untuk menahan masuknya sedimen yang membawa residu pestisida dan pupuk organik dari lahan pertanian (khususnya persawahan) di wilayah tersebut. Di wilayah ini perlu dilakukan penanaman pohon pada bagian sempadan sungai yang memungkinkan untuk ditanami. Saat ini RTH Sempadan sungai yang memiliki konektivitas tinggi. RTH penyangga jalan tol. Salah satu tipe RTH yang diperkirakan aman dari konversi adalah jalur penyangga jalan tol Padaleunyi, yaitu segmen antara Gerbang Pasteur dan Buahbatu. Diperkirakan tidak kurang dari 89,48 ha jalur penyangga jalan tol yang masuk ke dalam wilayah Kota Bandung. Pengembangan fungsi jalur penyangga jalan tol Padaleunyi lebih diarahkan pada peningkatan kualitas secara fungsional daripada penambahan luas. Hal ini disebabkan perluasan RTH Kota Bandung melalui perluasan jalur penyangga jalan tol tidak mudah dilakukan mengingat lahan di sepanjan jalan tol merupakan lahan milik masyarakat yang berupa lahan permukiman dan pertanian, dan alahan milik swasta berupa pertokoan dan industri. Peluang untuk meningkatkan kualitas RTH jalur penyangga jalan tol ini cukup besar, antara lain dapat dilakukan dengan meningkatkan liputan vegetasi dengan cara menambah jumlah pohon sehingga dapat meningkatkan kualitas konektivitas pada skala lokal, kota dan regional. Rencana Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka, serta Praarana dan Sarana Umum 6-3

Tabel VI.2 Rencana Pengembangan RTH di Kota Bandung Tahun 2030 KLASIFIKASI RTH KOMPONEN RTH RENCANA LUAS (Ha) % RTH PUBLIK Sempadan Sungai 18,31 0,11 Sempadan Rel KA 9,63 0,06 Sempadan SUTT 10,17 0,07 Sempadan Jalan 264,34 1,58 Sempadan Jalan Tol 89,48 0,53 Taman 2.717,00 15,92 TPU 291,00 1,74 Kawasan Konservasi 4,12 0,02 JUMLAH RTH PUBLIK 3.400 20,00 RTH PRIVAT Swasta 549,25 3,28 Perumahan 1.090,00 6,36 Hankam 60,84 0,36 JUMLAH RTH PRIVAT 1.700,00 10,00 JUMLAH RTH PUBLIK & PRIVAT 5.100,00 30,00 LUAS KOTA BANDUNG 17.000,00 100 Sumber : Hasil Analisis, Tahun 2011 6.2 Rencana Penyediaan Prasarana dan Sarana Umum Rencana penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana pejalan kaki diutamakan pada kawasan PPK, kawasan SPK, kawasan pendidikan, kawasan komersil (perkantoran, jasa, perdagangan), dan kawasan pemerintahan. Rencana Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka, serta Praarana dan Sarana Umum 6-4

Rencana penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana jaringan pejalan kaki adalah sebagai berikut: a. peningkatan kualitas prasarana dan sarana pejalan kaki di ruas-ruas jalan yang sudah terdapat fasilitas pejalan kaki, terutama pada ruas jalan di sekitar pusat kegiatan; b. penyediaan sarana pejalan kaki pada ruas-ruas jalan yang sudah memiliki trotoar namun belum memiliki sarana yang lengkap, seperti lampu jalan, bangku, kotak sampah, zebra cross, jembatan penyeberangan, dan sarana lainnya; c. penambahan prasarana pejalan kaki pada ruas-ruas jalan yang hanya memiliki trotoar pada satu sisi jalan; d. penyediaan prasarana pejalan kaki pada ruas-ruas jalan yang sama sekali belum memiliki trotoar dan kelengkapan lainnya. Rencana pengembangan angkutan umum adalah sebagai berikut: a. Aplikasi integrated transport system (ITS); b. Optimalisasi ITS untuk smart transportation; c. Optimalisasi pricing policy; d. Penyediaan sarana dan prasarana angkutan umum pemadu moda; e. Peremajaan moda dan peningkatan kapasitas Angkutan Umum; f. Penerapan laik fungsi kendaraan angkutan umum dengan uji emisi gas buang; g. Penertiban dan Pengendalian Angkutan Lingkungan (ojeg dan becak); h. Peningkatan Kinerja operasional Taksi dengan mengatur jumlah taksi yang beroperasi sesuai dengan Demand; i. Program Sertifikasi Pengemudi Angkutan Kota; j. Penertiban dan Peningkatan fungsi Halte; k. Penertiban Pergerakan Angkutan AKAP (Angkutan Kota Antar Propinsi) dan AKDP (Angkutan Kota Dalam Propinsi); l. Peningkatan sistem kelembagaan sektor transportasi; m. Peningkatan Peran serta Swasta dalam pengembangan angkutan umum. Rencana pengembangan ruang kegiatan sektor informal adalah sebagai berikut: a. pembatasan ruang publik yang diperbolehkan dan tidak diperbolehkan untuk kegiatan sektor informal; b. kewajiban dan insentif bagi sektor formal dalam penyediaan ruang paling kurang10 % untuk kegiatan sektor informal; c. pemanfaatan ruang publik untuk kegiatan PKL hanya diperbolehkan pada lokasi dan waktu sesuai dengan yang ditetapkan oleh peraturan perundangan; dan d. ketentuan lainnya yang harus diatur adalah batas gangguan yang diijinkan, ketentuan ketertiban, kebersihan, dan keindahan kota, perlindungan terhadap fungsi utama ruang publik, serta keamanan dan keselamatan pengguna ruang publik. Rencana pengembangan ruang dan jalur evakuasi bencana adalah sebagai berikut: a. pengembangan ruang evakuasi bencana banjir diarahkan di Taman Tegallega di Kecamatan Regol dan Taman Tematik dan Stadion Utama Sepakbola di Kecamatan Gedebage; b. pengembangan ruang evakuasi bencana longsor diarahkan di Taman Gasibu dan Sasana Budaya Ganesha di Kecamatan Bandung Wetan dan Taman Pacuan Kuda di Kecamatan Arcamanik; Rencana Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka, serta Praarana dan Sarana Umum 6-5

c. pengembangan taman-taman lingkungan berupa taman skala rukun tetangga (RT), taman skala rukun warga (RW), lapangan olahraga, atau ruang terbuka publik lainnya menjadi titik atau pos evakuasi skala lingkungan di kawasan perumahan; d. Pengembangan evakuasi bencana gempa bumi diarahkan pemanfaatan ruang terbuka publik yang cukup besar seperti di alun-alun kota, di lapangan-lapangan olahraga, halaman/gedung sekolah, dan lain-lain sebagai ruang evakuasi skala kota; e. Pengembangan evakuasi bencana kebakaran diarahkan di taman-taman lingkungan skala rukun warga dan skala rukun tetangga, lapangan olahraga, atau ruang terbuka publik. Rencana Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka, serta Praarana dan Sarana Umum 6-6