PERAN LUAS PANEN DAN PRODUKTIVITAS TERHADAP PERTUMBUHAN PRODUKSI TANAMAN PANGAN DI JAWA TIMUR



dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LAND CONVERSION AND NATIONAL FOOD PRODUCTION

KE-2) Oleh: Supadi Valeriana Darwis

PRODUKSI PANGAN INDONESIA

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

Bab V Analisis, Kesimpulan dan Saran

I. PENDAHULUAN. bahan pangan utama berupa beras. Selain itu, lahan sawah juga memiliki

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia di samping kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

POLICY BRIEF DAYA SAING KOMODITAS PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI DALAM KONTEKS PENCAPAIAN SWASEMBADA PANGAN. Dr. Adang Agustian

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan

ANALISIS KINERJA DAN PROSPEK SWASEMBADA KEDELAI DI INDONESIA. Muhammad Firdaus Dosen STIE Mandala Jember

POTENSI LAHAN PERTANIAN BAGI PENGEMBANGAN PALAWIJA DI LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan global di masa mendatang juga akan selalu berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. pangan di mata dunia. Meski menduduki posisi ketiga sebagai negara penghasil

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Produksi, Produktivitas, dan Luas Areal Ubi Kayu di Indonesia Serta

Analisis Penawaran dan Permintaan Pupuk di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.

KEBIJAKAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN PERTANIAN BUKAN SAWAH

KEBIJAKAN LOKASI PROGRAM PERBAIKAN IRIGASI BERDASARKAN PELUANG PENINGKATAN INDEKS PERTANAMAN (IP) 1

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian selalu dikaitkan dengan kondisi kehidupan

II. TINJAUAN PUSTAKA

Pengelolaan Sumbedaya Air untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Padi Secara Berkelanjutan di Lahan Pasang Surut Sumatera Selatan

REVITALISASI PERTANIAN

POLICY BRIEF MENDUKUNG GERAKAN PENERAPAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (GP-PTT) MELALUI TINJAUAN KRITIS SL-PTT

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Kemampuan sektor pertanian dalam

I. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam

DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN KE SEKTOR NON PERTANIAN TERHADAP KETERSEDIAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH

STUDI KEBIJAKAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI PADI DI LUAR PULAU JAWA (Tahun ke-2)

V. PERKEMBANGAN PRODUKSI, USAHATANI DAN INFRASTRUKTUR PENDUKUNG PENGEMBANGAN JAGUNG

BAB I. PENDAHULUAN. Tahun. Pusat Statistik 2011.htpp:// [Diakses Tanggal 9 Juli 2011]

V. KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN PROGRAM

KETAHANAN PANGAN: KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL

TINJAUAN PUSTAKA. komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya

Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1

PENDAHULUAN. mengandung gizi dan penguat yang cukup bagi tubuh manusia, sebab didalamnya

I. PENDAHULUAN. berbasis tebu merupakan salah satu sumber pendapatan bagi sekitar 900 ribu

II. TINJAUAN PUSTAKA. sumberdaya lahan (land resources) sebagai lingkungan fisik terdiri dari iklim, relief,

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki

I. PENDAHULUAN. Lahan sudah menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang. kelangsungan kehidupan sejak manusia pertama kali menempati bumi.

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan

ANALISIS USAHATANI DAN KESEJAHTERAAN PETANI PADI, JAGUNG DAN KEDELE

I. PENDAHULUAN. sumber pangan utama penduduk Indonesia. Jumlah penduduk yang semakin

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

KAJIAN PROYEKSI KEBUTUHAN PANGAN DAN LAHAN PERTANIAN UNTUK MEWUJUDKAN KETAHANAN DAN KEDAULATAN PANGAN DAERAH DI KOTA TASIKMALAYA

Seminar Nasional PENINGKATAN DAYA SAING AGRIBISNIS BERORIENTASI KESEJAHTERAAN PETANI Bogor, 14 Oktober 2009

BAB I PENDAHULUAN. Bagi Indonesia, jagung merupakan tanaman pangan kedua setelah padi. Bahkan di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang

Produksi Padi Tahun 2005 Mencapai Swasembada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara agraris, sebagian besar penduduk Indonesia tinggal

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka pencapaian ketahanan pangan nasional, Pemerintah terus berupaya

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mempertahankan eksistensinya. Penggunaan lahan yang semakin meningkat

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif,

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam beragam bentuk, maksud, dan tujuan. Mulai dari keluarga, komunitas,

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2008 SINTESIS KONSORSIUM PENELITIAN: KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM

pelaksanaan pencapaian ketahanan pangan dan kemandirian pangan nasional.

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara beriklim tropis mempunyai potensi yang besar

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sektor pertanian dalam tatanan pembangunan nasional memegang peranan

PERAN SERTA TERNAK SEBAGAI KOMPONEN USAHATANI PADI UNTUK PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS FINANSIAL USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI DI KABUPATEN BANTUL I. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan berdasarkan FAO pada World Food Summit 1996 menyatakan bahwa:

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan

IX. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. A. Kesimpulan. 1. Pada daerah sentra produksi utama di Indonesia, perkembangan luas panen,

IX. KESIMPULAN DAN SARAN

Analisis Penyebab Kenaikan Harga Beras

RENCANA KINERJA TAHUNAN DINAS PERTANIAN KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2015 KETERANGAN

I. PENDAHULUAN. Jagung merupakan salah satu komoditas utama tanaman pangan sebagai

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase)

BAB I PENDAHULUAN. sumber pendapatan bagi sekitar ribu RTUT (Rumah Tangga Usahatani Tani) (BPS, 2009).

Pelaksanaan Revitalisasi Pertanian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

ANALISIS PERTUMBUHAN PDB SEKTOR PERTANIAN TAHUN 2005

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam pembangunan

9.b PENGUKURAN PENCAPAIAN PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN SIAK TAHUN 2016 (CAPAIAN KINERJA SKPD BERDASARKAN TARGET RPJMD)

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.

Wilayah Produksi dan Potensi Pengembangan Jagung

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, perikanan dan peternakan dengan tujuan

I. PENDAHULUAN. rumahtangga yang mengusahakan komoditas pertanian. Pendapatan rumahtangga

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pembangunan pertanian periode dilaksanakan melalui tiga

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam memenuhi kebutuhan pangan di Indonesia sangat tinggi. Menurut Amang

peningkatan produksi dan produktifitas melalui intensifikasi, ekstensifikasi,

I. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak

BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI

PRODUKSI BERAS DAN KETERSEDIAAN SUMBER DAYA LAHAN PERTANIAN DALAM RANGKA MEMPERKUAT KEMANDIRIAN PANGAN DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Upaya mewujudkan pembangunan pertanian tidak terlepas dari berbagai macam

Bab IV Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Pangan

I. PENDAHULUAN. yang semakin meningkat menyebabkan konsumsi beras perkapita per tahun

Transkripsi:

EMBRYO VOL. 7 NO. 1 JUNI 2010 ISSN 0216-0188 PERAN LUAS PANEN DAN PRODUKTIVITAS TERHADAP PERTUMBUHAN PRODUKSI TANAMAN PANGAN DI JAWA TIMUR Fuad Hasan Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Abstract Indonesia has reached self sufficiency for rice in 2008 and corn in 2009. However, it could have achieved better sufficiency if the growth of productions can be optimized through increasing the productivity in harvest area. This paper aims to describe growth rates of harvest area, productivity and production of wetland rice and corn in East Java and their sources of growth during the period of 1990-2008. Growth rate of productivity as source of growth of wetland rice was higher than the growth rate of harvest area. Growth rate of harvest area as source of growth of corn was higher than the growth rate of productivity. It is necessary to enhance rice and corn production through agricultural technology research and development, control agricultural land conversion, and infrastructure development. Key Words: Harvest Area, Productivity and Food Pendahuluan Departemen pertanian membuat komitmen yang dituangkan dalam rencana startegis pembangunan pertanian yaitu pangan merupakan kebutuhan nasional yang sedapat mungkin dipenuhi oleh produksi dalam negeri, karena kekurangan pangan dapat memicu kekacauan politik, social ekonomi, serta diyakini bahwa prinsip agribisnis dapat mensejahterakan petani (Deptan dalam Wahyuni et.al, 2003). Pangan bagi Indonesia masih identik dengan beras. Meskipun sebenarnya sumber pangan masyarakat Indonesia bukan hanya beras. Oleh karena itu dalam rencana pembangunan pertanian, pemerintah sudah membuat target untuk berswasembada pangan dalam beberapa komoditas untuk tanaman pangan, diantaranta beras dan jagung. Rencana jangka pendek pembangunan pertanian 2005-2010, salah satunya adalah pencapaian swasembada beras dan jagung pada tahun 2008, dan daging pada tahun 2010. Akan tetapi target swasembada daging dirubah menjadi tahun 2014. Swasembada beras yang ditergetkan tersebut tepat tercapai pada tahun 2008, setelah menunggu selama 24 tahun dari 1984. Namun demikian, swasembada beras pada tahun 2008 berbeda dengan swasembada pada tahun 1984 karena swasembada tahun 2008 tidak dibarengi dengan impor beras tidak seperti tahun 1984 yang masih mengimpor sebesar 414.300 ton. Pada tahun 2009, Departemen Pertanian menyatakan bahwa Indonesia sudah berswasembada Jagung karena 90 persen kebutuhan nasioal sudah dipenuhi dari produksi dalam negeri (www.antara.co.id). Namun, tahapan swasembada komoditas jagung yang dicapai saat ini baru merupakan pencapaian awal yang harus disusul oleh langkah-langkah lanjutan untuk mengukuhkan status swasembada. Karena selain masih ada sejumlah masalah yang perlu ditanggulangi dalam kegiatan berproduksi (bibit, pupuk, obatobatan), dalam kegiatan pasca panen petanipetani kita masih dihadang oleh kurangnya fasilitas pendukung seperti alat-alat pengeringan serta silo-silo untuk memproses dan menyimpan hasil panen (http://www.poultryindonesia.com). Produksi padi di jawa timur selama periode 2001-2008 mengalami pertumbuhan yang positif sebesar 2,03% pertahun. Pertumbuhan itu merupakan hasil dari peningkatan luas lahan dan peningkatan produktivitas. Sedangkan untuk produksi jagung selama periode 2001-2008 mengalami pertumbuhan yang lebih besar dibandingkan pertumbuhan produksi jagung, yaitu 3,75% (Hasan, 2009). 15

Peran Luas Panen Dan... 15 20 (Fuad Hasan) Kerangka Pemikiran Berbagai cara dapat dilakukan dalam rangka pembangunan di bidang pertanian untuk meningkatkan produksi pangan antara lain dengan ekstensifikasi pertanian dan intensifikasi pertanian. Ekstensifikasi pertanian adalah usaha peningkatan produksi pangan dengan meluaskan areal tanam, dan intensifikasi pertanian adalah usaha peningkatan produksi pangan dengan cara-cara yang intensif pada lahan yang sudah ada, antara lain dengan penggunaan bibit unggul, pemberian pupuk yang tepat serta pemberian air irigasi yang efektif dan efesien, sehingga produktivitas meningkat. Pengembangan pertanian dengan cara ekstensifikasi masih memungkinkan untuk kondisi di luar pulau Jawa. Namun tidak demikian untuk kondisi di pulau Jawa. Mengingat sudah sangat terbatas areal sawah ditambah kepadatan penduduk dari tahun ke tahun semakin meningkat sehingga perlu membuka lahan baru untuk pemukiman dan juga perkembangan industri yang membutuhkan lahan baru. Kondisi demikian menuntut pengembangan pertanian lebih menitikberatkan dengan cara intensifikasi pertanian. Dalam membicarakan pertumbuhan produksi pertanian jangka panjang, paling tidak ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu masalah penemuan sumber pertumbuhan baru dan kelestarian (sustainability) dari pertumbuhan tersebut. Dalam mengidentifikasi sumber pertumbuhan baru ini tentunya bisa dilakukan secara horisontal yaitu dengan mengambangkan komoditas pertanian melalui diversifikasi. Disamping itu, pertumbuhan di sector pertanian dapat dicapai secara vertical yaitu melalui peningkatan produktivitas usahatani yang dikaitkan dengan agroindustri. Berdasarkan pada uraian latar belakang di atas dapat disumpulkan bahwa peningkatan produksi padi ataupun jagung dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu peningkatan produkstivitas, peningkatan luas lahan, dan peningkatan intensitas tanam. Cara yang memungkinkan untuk dilakukan pada jangka panjang adalah peningkatan produktivitas dengan program intensifikasi dan penambahan intensitas tanam. Permasalahan yang menjadi kajian dalam penelitian ini adalah sejauh mana peran luas lahan dan produktivitas terhadap pertumbuhan produksi padi dan jagung di jawa timur. Hal ini penting dilakukan guna merumuskan kebijakan jangka panjang yang sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan pertanian. Metode Penelitian Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data skunder time series periode tahun 1990 2008 yang diambil dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Departemen Pertanian. Variabel yang digunakan meliputi: luas panen padi sawah, produksi padi sawah, dan produktivitas. Untuk menjelaskan gambaran pertumbuhan luas panen, produktivitas dan produksi, hasil analisisnya disajikan dalam bentuk tabulasi sederhana disertai dengan penjelasannya. Tingkat pertumbuhan baik luas panen, produktivatas maupun produksi dihitung dengan menggunakan model regresi semi logaritma, yaitu: lny α + α X + u i = 0 1 Keterangan: Y = luas panen/produktivitas/ produksi padi X = waktu (tahun) α 1 = koefisien regresi atau angka pertumbuhan Hasil dan Pembahasan Produksi tanaman pangan, baik padi maupun jagung mempunyai trend positif setiap tahun. Trend ini disebabkan oleh semakin meningkatnya produktivitas dan peningkatan luas panen. Cara budidaya petani sudah semakin baik dan varietas yang digunakan juga semakin bermutu sehingga produktivitas meningkat terus. Petani padi dan Jagung Hibrida di Jawa timur sudah mulai menggunakan pupuk majemuk (NPK) akan tetapi penggunaan pupuk tunggal (urea) per hektarnya masih melebihi takaran rekomendasi Deptan. Selain pemborosan atau inefisiensi dalam usahatani, penggunaan urea yang berlebihan tidak berkorelasi positive dengan peningkatan produktivitas lahan (Hasan, 2005). Faktor paling kuat yang mempengaruhi petani dalam menentukan takaran pupuk per hektar adalah kondisi tanaman, kebiasaan i i 16

EMBRYO VOL. 7 NO. 1 JUNI 2010 ISSN 0216-0188 petani, dan kekuatan modal. Sedangkan faktor ekonomi seperti: harga pupuk, harga harapan hasil panen dan biaya selain pupuk kurang diperhitungkan (Prajogo, et.al, 2007). Perilaku petani tersebut dapat diatasi dengan mengintensifkan penyuluhan terhadap petani akan pentingnya penggunaan pupuk sesuai takaran yang direkomendasikan dan penggunaan pupuk majemuk. Luas panen di Jawa Timur semakin besar (meskipun dengan pertumbuhan cenderung stagnan) bertolak belakang dengan luas lahan sawah yang semakin sempit. Hal ini bisa terjadi karena luas panen merupakan hasil perkalian antara luas lahan dengan intensitas tanam. Semakin menurunya luas lahan sawah dan semakin naiknya luas panen menunjukkan bahwa di Jawa Timur intensitas tanamnya lebih dominan dalam perkembangan luas panen. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi Jumlah produksi padi mempunyai kecenderungan positif dengan total produksi pada tahun 1990 sebesar 8,01 juta ton dan 10,02 juta ton pada tahun 2008. Meskipun sempat juga mengalami penurunan produksi sebesar 8,01% pada tahun 2000 ke 2001 (Gambr 1). Penurunan produksi tersebut seiring dengan productivitas yang turun 5,58% dan luas panen turun 2,48%. Namur demikian, Jawa Timur tetap mengalami surplus beras. Hal ini terlihat dari total pengeluaran beras (move out) dari Jawa Timur ke propinsi lain tahun 2001 mencapai 203,332 ribu ton (Sudana et.al., 2002). Pada ahir tahun 2000 dan awal tahun 2001 terjadi kelangkaan pupuk sebagai akibat dari kebijakan liberalisasi pasar pupuk pada tahun 1999, dimana distribusi pupuk tidak lagi merupakan monopoli PT PUSRI tetapi dapat dilakkan oleh berbagai pihak sesuai mekanisme pasar. Kelangkaan tersebut menyebabkan naiknya harga pupuk, sehingga petani tidak menggunakan berbagai jenis pupuk pada tanaman padi sesuai rekomendasi (Ilham, 2002). Gambar 1 Indeks Produksi, Indeks Produktivitas, dan Indeks Luas Panen Padi di Jawa Timur Tahun 1993-2008 (1990=100) Indeks 1.150 1.100 1.050 1.000 0.950 0.900 1993 1995 1997 1999 2001 2003 2005 2007 Tahun luas lahan produksi produktivitas Peningkatan produktivitas per satuan luas masih memungkinkan untuk dilakukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dibeberapa daerah masih terdapat senjang hasil yang cukup lebar antara hasil riil yang dapat dicapai petani saat ini dengan potensi hasil dari lahan sawahnya. Sebagai contoh hasil wawancara dengan KTNA kabupaten Malang (kecamatan Kepanjen) dengan penerapan teknologi pemupukan berimbang, hasil riil yang dapat dicapai pernah sampai 11 ton GKP/ha, sedang rata-rata produksi riil petani baru 5-6 ton GKP/ha (Sudana et.al.,2002) Luas Panen, Produksi, dan Productivitas Jagung Produksi jagung Jawa Timur mempunyai kontribusi kurang lebih 40% terhadap produksi jagung nasional. Jumlah produksi mempunyai kecenderungan positif dengan jumlah total produksi pada tahun 1990 sebesar 2,58 juta ton naik menjadi 5,05 juta ton pada tahun 2008 (Gambar 2). Hal ini seiring dengan meningkatnya productivitas jagung yang signifikan, dari 22,96 kw/ha pada tahun 1993 menjadi 40,88 kw/ha pada tahun 2008. Namur demikian, productivitas jagung jawa 17

Peran Luas Panen Dan... 15 20 (Fuad Hasan) timar masih lebih rendah dibandingkan dengan Jawa Tengah (43,11 kw/ha) dan Lampung (47, 56 kw/ha) (Dinkominfo Jatim, 2009). Sedangkan luas lahan cenderung stagnan, kalaupun ada kenaikan, jumlahnya tidak banyak. Belum banyak petani yang beralih dari komoditas sebelumnya ke komoditas jagung, akan tetapi petani yang tidak banyak tersebut sudah mulai merubah metode budidayanya baik dalam penggunaan varietas maupun adopsi teknologi. Keberhasilan tersebut selain merupakan peran aktif dari dinas pertanian, juga peran dari swasta yang melakukan sistem kemitraan dengan petani. Saat ini, banyak kalangan swasta berminat untuk melakukan investasi pada pengembangan agribisnis jagung dengan membuka areal penanaman komoditas, memanfaatkan lahan tidur, tumpang sari dengan perkebunan atau pergiliran tanam dengan padi di beberapa daerah di tanah air (Dinkominfo Jatim, 2010). Gambar 2. Indeks Produksi, Indeks Luas Lahan, dan Indeks Produktivitas Jagung di Jawa Timur Tahun 1993-2008 (1993=100) Indeks (00) 2.5 2.0 1.5 1.0 0.5 luas lahan produksi produktivitas. 0.0 1993 1995 1997 1999 2001 2003 2005 2007 Tahun Sumber Pertumbuhan Lambatnya pertumbuhan produksi padi di Jawa Timur (Tabel 1) perlu mendapatkan prioritas untuk segera ditangani. Lambatnya produksi terjadi karena cenderung menurunnya luas panen sampai tahun 2005 dan lambatnya atau cenderung stagnannya pertumbuhan produktivitas. Pada periode 1990-1997, pengaruh luas panen terhadap pertumbuhan produksi lebih besar dibandingkan dengan produktivitas. Sedangkan mulai periode 1998-2008 pengaruh produktivitas lebih besar dibandingkan dengan luas panen. Tabel 1. Sumber Pertumbuhan Produksi Tanaman Pangan di Jawa Timur Tahun 1990-2008 1990-1993 1994-1997 1998-2001 2002-2005 2006-2008 Padi Luas panen Productivitas Produksi/Total 1.13% 0.60% 1.73% 0.56% 0.37% 0.91% -0.01% 0.15% 0.14% -0.01% 0.73% 0.62% 0.40% 4.90% 5.30% Jagung Luas panen Productivitas Produksi/Total 1.08% -0.35% 0.73% Sumber: BPS dan Deptan diolah 0.18% 6.10% 6.27% -4.82% 3.90% -0.92% 4.11% 1.03% 5.14% 5.86% 5.68% 11.55% Turunnya peran luas panen dimungkinkan karena semakin sempitnya lahan sawah dan intensitas tanam yang belum maksimal. Lahan sawah yang pada mulanya 18

EMBRYO VOL. 7 NO. 1 JUNI 2010 ISSN 0216-0188 untuk ditanami padi, setiap tahun banyak yang beralih fungsi untuk keperluan sektor non pertanian, seperti perumahan, kawasan industri, dan lain sebagainya. Permasalahan tersebut bisa diatasi dengan cara menambah intensitas tanam karena luas panen merupakan hasil perkalian antara luas sawah dengan intensitas tanam. Peningkatan intensitas tanam bisa diupayakan dengan penciptaan inovasi-inovasi baru seperti memperpendek umur padi dan rekayasa lingkungan. Upaya lain yang bisa dilakukan dengan memperbaiki infrastruktur pertanian-irigasi. Pengairan yang bagus mampu mengairi sawah lebih luas dan sepanjang tahun bisa menambah intensitas tanam. Bertambahnya intensitas tanaman akan menambah jumlah produksi sebesar produksi dalam satu kali panen. Meskipun pada periode 1998 2008 sumber pertumbuhan prduksi lebih besar berasal dari produktivitas, masih sangat dimungkinkan untuk meningkatkan peran dari produktivitas karena rata-rata produktivitas padi di Jawa timur masih rendah, yaitu 54 kw/ha dan pertumbuhan cenderung stagnan atau tumbuh secara lambat. Hal ini disebabkan beberapa hal, yaitu: 1) Kemampuan berproduksi varietas yang digunakan atau diadopsi petani (Maulana, 2004) dan 2) penurunan mutu usahatani. Selain itu, produktivitas padi juga dipengaruhi oleh kualitas lahan garapan. Pada tingkat teknologi yang sama baik dalam jenis varietas yang dugunakan maupun kualitas usahatani yang diterapkan, produktivitas usahatani dapat bervariasi antar daerah akibat perbedaan kualitas lahan. Dalam jangka panjang kualitas lahan mengalami degradasi akibat terkurasnya unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Menurut Pingiali et al. (1997) cit Irawan et al (2003), fenomena penurunan kualitas lahan sudah terjadi pada lahan sawah yang diusahakan untuk usahatani padi secara intensif dan dalam jangka waktu lama. Produktivitas jagung pada periode 1994-1997 pertumbuhan produktivitas meningkat secara signifikan 6,10% dan memberikan kontribusi besar terhadap pertumbuhan produksi. Pada periode salanjutnya 1998-2008 tumbuh melambat sehingga kontribusi terhadap pertumbuhan produksi digeser oleh luas panen. Saat ini, banyak kalangan swasta berminat untuk melakukan investasi pada pengembangan agribisnis jagung dengan membuka areal penanaman komoditas, memanfaatkan lahan tidur, tumpang sari dengan perkebunan atau pergiliran tanam dengan padi di beberapa daerah di tanah air (Dinkominfo Jatim, 2010). Petani mulai tertarik untuk menanam jagung dengan semakin baiknya harga. Kesimpulan 1. Produktivitas sudah menjadi sumber yang lebih besar terhadap pertumbuhan produksi padi dibandingkan dengan luas panen. 2. Pertumbuhan produksi jagung pada lima tahun terahir lebih bersumber pada perkembangan luas panen. Saran 1. Guna meningkatkan pertumbuhan produksi padi, disarankan untuk tidak hanya pada satu sumber saja, tetapi bisa dilakukan dengan meningkatkan peran dari dua sumber yang ada. Peningkatan luas panen dengan memperbanyak intensitas tanam yang bisa dilakukan dengan memperpendek umur tanam padi dan memperbaiki infrastruktur utamanya irigasi. 2. Guna meningkatkan produksi jagung juga bisa dilakukan sama seperti dalam merangsang produksi padi. Luas tanam juga perlu ditambah dengan rangsangan perbaikan harga sehingga petani tertarik untuk menanam jagung. Daftar Pustaka Deptan, 2009. Statistik Pertanian. Jakarta Dinkominfo Jatim, 2010. Tahun ini Produksi Jagung diprediksi turun, Rabu 26 Mei 2010 Dinkominfo Jatim, 2009. Surplus Jagung Nasional Sebagian Besar Dipasok Asal Jatim. Rabu, 15 Juli 2009 Hasan F.,2009. Kinerja Sektor Pertanian Pasca Otonomi Daerah di Jawa Timur. 19

Peran Luas Panen Dan... 15 20 (Fuad Hasan) Laporan Penelitian. Bangkalan: Universitas Trunojoyo Ilham N., 2002. Pola Pemasaran dan Ketersediaan Pupuk Pasca Kebijakan Pengendalian Distribusi Pupuk Urea Maret 2001. Jurnal Soca. Vol 2 No 2 Irawan, B., B. Winarso, I. Sadikin, G.S. Hardono, 2003.Analisis Faktor Penyebab Perlambatan Produksi Komoditas Tanaman Utama. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian Maulana, M., 2004.Peranan Luas Lahan, Intensitas Pertanaman, dan Produktivitas Sebagai Sumber Pertumbuhan Padi Sawah di Indonesia 1980-2001. Jurnal Agro Ekonomi, Vol 22 No.1 Prajogo, et.al, 2007. Analisis Permintaan dan Penawaran Pupuk. Bogor: Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Deptan Sudana W., S. Sunar., Sujatmo, 2002. Perilaku Perberasan di Jawa timur. Jurnal Soca. Vol 2 No.2 Wahyuni, S.W.K, Sejati, K.S.,Indraningsih dan E.M. Lokolo, 2003. Analisis Preferensi Petani terhadap Karakteristik Teknologi Pertanian. Bogor: Laporan Hasil Penelitian Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian http://www.poultryindonesia.com/modules.php?name=news&file=article&sid= 1421 Mengukuhkan Swasembada Jagung, Diakses 2 Juni 2010. http://www.antara.co.id/view/?i=1239184287& c=ekb&s. Indonesia Sudah Swasembada Jagung. Diakses 2 Juni 2010. 20