BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Piutang adalah bagian dari aktiva perusahaan yang bersifat lancar umumnya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II PERSAMAAN AKUNTANSI

TRANSAKSI DALAM MATA UANG ASING

LAPORAN KEUANGAN. Pengertian Laporan Keuangan

PENJABARAN LAPORAN KEUANGAN DALAM MATA UANG ASING ( Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.11 )

BAB II LANDASAN TEORI. Smith dan Skousen (2000 : 286) adalah sebagai berikut : A receivable is an

BAB II KERANGKA TEORITIS

PERTEMUAN 13 KONSEP, TRANSAKSI DAN LAPORAN KEUANGAN MATA UANG ASING

BAB II LANDASAN TEORI. perusahaan yang mengajak orang lain untuk membeli barang dan jasa yang ditawarkan

BAB 3 TRANSAKSI MATA UANG ASING

Manajemen Keuangan LAPORAN KEUANGAN. Bentuk Bentuk Laporan Keuangan. Idik Sodikin,SE,MBA,MM. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS

BAB II LANDASAN TEORI. Publik (2.12 a). Dalam hal ini piutang adalah termasuk aset yang dimaksud.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. Financial distress merupakan kondisi saat keuangan perusahaan dalam keadaan

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MEMBACA LAPORAN KEUANGAN

AKUNTANSI TRANSAKSI DALAM MATA UANG ASING (PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO.10)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan adalah lapoaran keuangan. Laporan keuangan berisikan data-data

BAB IX. AKUNTANSI PENGERTIAN

Report No. Page : : 002/08 63 of /08 63 dari 67. Laporan No. Halaman : :

Per 31 Maret 2016 dan 31 Desember 2015 As of March 31, 2016 and December 31, 2015

Catatan/ Notes Rp dan Rp masingmasing pada 31 Desember 2006 dan 2005) c, 2f,

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. dan dapat dipercaya untuk menilai kinerja perusahaan dan hasil dari suatu

REPUBLIK INDONESIA DAN ENTITAS ANAK REPUBLIK INDONESIA AND SUBSIDIARIES. Per 31 Desember 2014 and 2013 As of December 31, 2014 and 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

proses akuntansi yang dimaksudkan sebagai sarana mengkomunikasikan informasi keuangan terutama kepada pihak eksternal. Menurut Soemarsono

BAB II URAIAN TEORI. Anggraeni (2003) melakukan penelitian dengan judul The Foreign

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat beberapa pengertian mengenai analisis, yaitu : 1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) :

31 MARET 2005 DAN 2004 MARCH 31, 2005 AND Catatan/ 2005 Notes 2004

PT MULTI INDOCITRA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN AND SUBSIDIARY

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk semua hak atau klaim atas uang, barang dan jasa. Bila kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Situasi perekonomian global dan perdagangan bebas saat ini membuat

DR. Dudi Rudianto, SE, MSi. Jl. Raya Ekonomi B/16 Komp. YPKP Bandung (022) / Fax (022)

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi dalam perkembangannya ditandai dengan adanya perdagangan

Pengaruh Arus Kas Terhadap Pembagian Dividen Tunai

Manajemen Keuangan. Bentuk Bentuk Laporan Keuangan Perusahaan. Basharat Ahmad. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen

BAB II LANDASAN TEORI

Bab 3 Analisis Rasio Keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN. Laporan keuangan merupakan laporan yang dibuat untuk mengetahui

BAB II LANDASAN TEORI. Pada Umumnya Laporan Keuangan terdiri dari 4 laporan penting, yaitu: neraca,

BAB II URAIAN TEORTIS

lokal. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi, dalam hubungannya dengan leverage, sebaiknya menggunakan ekuitas sebagai

CASH FLOWS Laporan Arus Kas Isi dan format Laporan Arus Kas

PENGARUH PERUBAHAN KURS VALUTA ASING LATAR BELAKANG

LAPORAN ARUS KAS AKTIVITAS OPERASI BERHUBUNGAN DENGAN TRANSAKSI YANG MENGHASILKAN LABA BERSIH. Pembayaran kegiatan operasi lainnya

LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN

Catatan/ 2010 Notes Kas dan bank j, Cash on hand and in banks Deposito berjangka ,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PT SIWANI MAKMUR Tbk

PT SIWANI MAKMUR Tbk

Modul 1. Laporan Keuangan dan lingkungan pelaporan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Menurut Hery (2012:3) laporan keuangan

Please purchase PDFcamp Printer on to remove this watermark. NILAI TUKAR DAN NERACA PEMBAYARAN MEET-11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERTEMUAN 6 ANALISIS LAPORAN KEUANGAN ANDRI HELMI M, SE., MM.

BAB II BAHAN RUJUKAN

PT PELAYARAN TEMPURAN EMAS Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN / AND SUBSIDIARIES

DAN ENTITAS ANAK AND ITS SUBSIDIARIES. 30 Juni 2015 dan 31 Desember 2014 June 30, 2015 and December 31, 2014

BAB II BAHAN RUJUKAN. dapat digunakan sebagai alat komunikasi antara data keuangan atau aktivitas

Akuntansi Pajak Atas Liabilitas (Kewajiban)

PT PELAYARAN TEMPURAN EMAS Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN / AND SUBSIDIARIES

ANALISIS RASIO KEUANGAN

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN No. 9 PENYAJIAN AKTIVA LANCAR DAN KEWAJIBAN JANGKA PENDEK

BAB II LAPORAN ARUS KAS

TRANSAKSI DALAM MATA UANG ASING. PDF created with pdffactory Pro trial version

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II AKUN DAN KODE AKUN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan uang atau kombinasinya. Menurut Yadati dan Wahyudi (2006) yang dilaksanakan dengan dua cara yaitu :

DAN ENTITAS ANAK AND ITS SUBSIDIARIES. 31 Maret 2015 dan 31 Desember 2014 March 31, 2015 and December 31, 2014

PT ADES WATERS INDONESIA Tbk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PER 31 DESEMBER 2010 DAN 31 DESEMBER 2009 DECEMBER 31, 2010 AND Catatan 31/12/ /12/2009

BAB II LANDASAN TEORI

MOJAKOE. June 5. Pengantar Akuntansi 2

RECEIVABLE (TAGIHAN / PIUTANG) Klasifikasi Piutang (Classifications of Receivables)

(Tidak Diaudit)/ Catatan/ December 31, (unaudited) Notes 2015

DAN ENTITAS ANAK AND ITS SUBSIDIARIES. 30 September 2015 dan 31 Desember 2014 September 30, 2015 and December 31, 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAN ENTITAS ANAK AND ITS SUBSIDIARIES. 31 Desember 2014 dan 2013 December 31, 2014 and 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penguji dari pekerjaan bagian pembukuan, tetapi untuk selanjutnya laporan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kinerja Keuangan 2.2. Laporan Keuangan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) DAN LAPORAN ARUS KAS

Penjabaran Laporan Keuangan dalam Mata Uang Asing

BAB III METODE PENELITIAN

DAN ENTITAS ANAK AND ITS SUBSIDIARIES. 31 Maret 2016 dan 31 Desember 2015 March 31, 2016 and December 31, 2015

Analisis Laporan Keuangan PT. UNILEVER Indonesia, Tbk Periode Tahun

Transkripsi:

6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Piutang 1. Pengertian Piutang Piutang adalah bagian dari aktiva perusahaan yang bersifat lancar umumnya berupa kas yang masih akan diterima di masa yang akan datang dan terdapat pada laporan keuangan sebagian besar perusahaan, baik perusahaan dagang, manufaktur, dan jasa. Pada dasarnya piutang timbul dari penjualan secara kredit yang dilakukan oleh perusahaan dengan tujuan agar dapat menjual lebih banyak produk barang dan jasa yang ditawarkan oleh perusahaan yang bersangkutan, namun bisa juga terjadi akibat transaksi lainnya seperti pinjaman yang diberikan oleh perusahaan kepada karyawan, pemegang saham, dan perorangan lainnya. Setiap transaksi kredit setidak-tidaknya melibatkan dua pihak yaitu kreditur sebagai penjual barang dagangan atau jasa dan sebagai pihak yang memiliki piutang dagang dan pihak debitor sebagai pihak yang melakukan pembelian secara kredit dan sebagai pihak yang memiliki utang dagang. Pihak debitor ini jugalah yang berkewajiban menanggung pelunasan piutang dagang kreditur. Untuk lebih jelasnya berikut terdapat beberapa defenisi piutang, yaitu antara lain menurut Warren, dkk (2005:392) menyatakan Piutang (receivable) adalah meliputi semua klaim dalam bentuk uang terhadap pihak lainnya, termasuk individu, perusahaan, atau organisasi lainnya. Suharli (2006:201) mengatakan bahwa Piutang mencakup semua tagihan dalam bentuk uang kepada perseorangan, badan usaha, atau pihak tertagih lainnya.

7 Sedangkan kieso, dkk (2006:386) mendefinisikan bahwa Piutang (receivables) adalah klaim uang, barang, atau jasa kepada pelanggan atau pihak-pihak lainnya. Menurut Harnanto (2002:174) bahwa Piutang meliputi semua klaim hak untuk menuntut pembayaran kepada pihak lain, yang pada umumnya akan berakibat adanya penerimaan kas dimasa yang akan datang. Menurut Simamora (2000:208) menyatakan bahwa Piutang (receivables) merupakan klaim yang muncul dari penjualan barang dagangan, penyerahan jasa, pemberian pinjaman dana, atau jenis transaksi lainnya yang membentuk suatu hubungan dimana satu pihak berutang kepada pihak lainnya. 2. Klasifikasi Piutang Piutang dapat diklasifikasikan dalam beberapa cara, klasifikasi yang paling sering digunakan secara umum dalam praktek adalah klasifikasi piutang menjadi piutang usaha, wesel tagih, dan piutang lain-lain. Seperti yang dikemukakan oleh Warren, dkk (2005:392) yang menyatakan bahwa piutang dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Piutang Usaha (account receivable), jenis piutang yang timbul dari transaksi penjualan barang atau jasa secara kredit. Biasanya piutang usaha diperkirakan akan tertagih dalam periode waktu 30-60 hari. 2. Wesel tagih (notes receivable), merupakan jumlah yang terutang bagi karyawan dimana pelanggan dimaksud telah menerbitkan surat utang formal pada perusahaan. Wesel ini biasanya digunakan untuk periode kredit lebih dari 60 hari. 3. Piutang lain-lain (other receivables), merupakan sejenis piutang yang biasanya disajikan secara terpisah dalam neraca yang biasanya disajikan dibawah judul investasi. Piutang lain-lain ini antara lain meliputi piutang bunga, piutang pajak, piutang karyawan dan sebagainya.

8 Secara lebih terperinci Kieso, dkk (2002:386) mengklasifikasikan piutang dengan dua cara yaitu sebagai berikut: 1. Pengklasifikasian piutang berdasarkan untuk tujuan dalam laporan keuangan dibagi menjadi dua yaitu: a. Piutang lancar atau piutang jangka pendek (short term receivables) yang diharapkan akan tertagih dalam satu tahun atau selama siklus operasi berjalan, mana yang lebih panjang, sedangkan b. Piutang tidak lancar atau piutang jangka panjang (long term receivables) adalah jenis piutang dimana yang masuk kategori ini merupakan seluruh piutang yang tidak termasuk kategori sebelumnya. 2. Pengklasifikasian piutang berdasarkan sebab terjadinya piutang tersebut. Pengklasifikasian piutang berkaitan dengan perbedaan penting antara piutang hasil perdagangan dan yang bukan hasil perdagangan, dibagi menjadi dua bagian, yaitu: a. Piutang dagang (trade receivables) merupakan jumlah terutang oleh pelanggan sebagai bagian dari aktivitas normal bisnis perusahaan berupa penjualan barang atau jasa secara kredit kepada pelanggan yang dapat disub-klasifikasikan lagi menjadi piutang usaha (account receivables) dan wesel tagih (notes receivable): b. Piutang usaha (account receivables) adalah janji lisan dari pembeli untuk membayar barang dan jasa yang dibeli biasanya dapat ditagih dalam waktu 30 sampai 60 hari. c. Wesel tagih (notes receivable) adalah janji tertulis secara formal untuk membayar sejumlah uang tertentu pada tanggal tertentu di masa depan (tanggal jatuh tempo). Wesel tagih ini sendiri ada yang bersifat jangka pendek maupun jangka panjang yang terdiri lagi atas dua jenis yaitu: a) Wesel tagih tidak berbunga (interest bearing note) Jenis wesel tagih dimana nilai nominal wesel (yang tertera pada lembar wesel) sama besarnya dengan nilai jatuh tempo. b) Wesel tagih berbunga (non-interest bearing note) Jenis wesel tagih dimana nilai nominal wesel (nilai yang tertera pada lembar wesel) tidak sama besarnya dengan nilai jatuh tempo. Nilai jatuh tempo terdiri dari nilai nominal ditambah dengan bunga yang diperoleh selama masa periode tertentu. d. Piutang non-dagang (non-trade receivables) merupakan piutang yang bukan dari hasil perdagangan atau sering disebut juga meliputi semua jenis piutang lainnya yang muncul dari berbagai transaksi (yang bukan transaksi normal perusahaan) yang dapat berupa janji tertulis untuk membayar atau mengirimkan sesuatu, contohnya antara lain: uang muka kepada karyawan dan staf uang muka kepada anak perusahaan deposito untuk menutup kemungkinan kerugian atau kerusakan piutang dividen dan bunga piutang pajak yang lebih disetor klaim, antara lain terhadap perusahaan asuransi untuk kerugian yang dipertanggungkan, terdakwa dalam suatu perkara hukum, perusahaan pengangkutan untuk barang yang rusak atau hilang dan lain sebagainya.

9 B. Pengertian Valuta Asing Pengertian Valuta Asing menurut Hamdy (2001:15) adalah sebagai berikut: Valuta asing (valas) atau foreign exchange (forex) atau foreign currency diartikan sebagai mata uang asing dan alat pembayaran lainnya yang digunakan untuk melakukan atau membiayai transaksi ekonomi keuangan internasional dan yang mempunyai catatan kurs resmi pada bank sentral. Pengertian valuta asing menurut Heli Charisma Berlianta (2004:1) adalah sebagai berikut: Valuta asing (Valas) dapat diartikan sebagai seluruh kewajiban terhadap mata uang asing yang dapat dibayar diluar negeri, baik berupa simpanan pada bank di luar negeri maupun kewajiban dalam mata uang asing. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2004:10.6) suatu transaksi dalam mata uang asing adalah suatu transaksi yang didenominasi atau membutuhkan penyelesaian dalam suatu mata uang asing, termasuk transaksi yang timbul ketika suatu perusahaan: 1. Membeli atau menjual barang atau jasa yang harganya didenominasi dalam suatu mata uang asing. 2. Meminjam (hutang) atau meminjamkan (piutang) dana yang didenominasi dalam satu mata uang asing. 3. Menjadi suatu pihak untuk suatu perjanjian dalam valuta asing yang belum terlaksana; atau 4. Memperoleh atau melepaskan aktiva, menimbulkan atau melunasi kewajiban, yang didenominasi dalam satu mata uang asing.

10 C. Pengertian Kurs Pengertian Kurs menurut Beams (2000:501) adalah sebagai berikut: Exchange is the ratio between a unit of one currency and the amount of another currency for which that unit can be exchanged (converted) at a particular time. Pengertian kurs menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2004:5) adalah sebagai berikut: Kurs adalah rasio pertukaran dua mata uang. Pengertian kurs menurut Berlianta (2004:37) adalah sebagai berikut: Kurs atau Exchange rate dapat diartikan sebagai perbandingan jumlah dua mata uang yang dipertukarkan atau yang diperjualbelikan. 1. Alasan-Alasan Perusahaan Memprediksi Kurs Setiap perusahaan multinasional dapat dipengaruhi oleh perubahan nilai kurs. Beberapa keputusan yang memerlukan prediksi nilai kurs pada masa tertentu menurut Madura (2000:243) adalah: a. Hedging decision b. Short-term financing decision c. Short-term investment decision d. Capital budgeting decision e. Long-term financial decision f. Earning assessment a. Hedging decision Perusahaan multi nasional selalu menghadapi pilihan untuk mengantisipasi future payables dan receivable dalam mata uang asing. Keputusan ini berdasarkan prediksi perusahaan tersebut terhadap nilai mata uang asing. b. Short-term financing decision Ketika perusahaan-perusahaan besar meminjam modal pada pihak lain, ada kemungkinan untuk membayar pinjaman tersebut dalam mata uang

11 asing. Mata uang yang dipergunakan harus mempunyai syarat sebagai berikut: a) Mempunyai nilai suku bunga yang rendah b) Mempunyai nilai tukar yang relatif rendah dalam periode financial tertentu. c. Short-term investment decision Beberapa perusahaan mempunyai kas untuk jangka waktu singkat. Kas yang tersedia dalam jumlah besar dapat didepositokan dengan mempergunakan mata uang asing. Mata uang asing yang ideal untuk digunakan adalah: a. Mempunyai suku bunga yang tinggi. b. Mempunyai nilai tukar yang kuat dalam kurun waktu deposito. d. Capital budgeting decision Sebelum memutuskan untuk menanam modal di suatu negara, perusahaan multi nasional terlebih dahulu melakukan capital budgeting analysis. Prediksi cash flow (perputaran kas) pada masa yang akan datang dalam proses penganggaran modal tergantung dari nilai mata uang pada masa yang akan datang. e. Long-term financial decision Beberapa perusahaan meminjam dana dari pihak lain untuk waktu yang lama dengan mempergunakan mata uang asing. Perusahaanperusahaan tersebut tentunya menginginkan terjadi depresiasi nilai mata uang yang digunakan dalam penjualan.

12 f. Earning assessment Jika suatu perusahaan multi nasional mempunyai anak perusahaan di beberapa negara yang berbeda, maka anak perusahaan tersebut diharuskan melaporkan pendapatan yang diperoleh dengan mata uang yang sama dengan yang dipergunakan induk perusahaannya. 2. Jenis-Jenis Sistem Penetapan Kurs Valuta Asing Menurut Hamdy (2001:40), berdasarkan perkembangan system moneter internasional sejak berlakunya Bretton Woods System pada tahun 1944, pada umumnya dikenal beberapa macam sistem penetapan kurs valuta asing, yakni sebagai berikut: a. Sistem Kurs Tetap/Stabil (Fixed Exchange Rate System) b. Sistem Kurs Mengambang (Floating Exchange Rate System) c. Sistem Kurs Terkait (Pegged Exchange Rate System) a. Sistem Kurs Tetap/Stabil (Fixed Exchange Rate System) Sistem kurs tetap memberikan kepastian kepada kegiatan perdagangan dan investasi atau dunia internasional pada umumnya. Syaratnya adalah inflasi rendah sekitar 3%, cadangan devisa kuat, hutang luar negeri berhasil direstrukturisasi atau dipulihkan dan posisi neraca pembayaran dalam keadaan aman (tidak banyak pelarian modal ke luar negeri).

13 b. Sistem Kurs Mengambang (Floating Exchange Rate System) Dalam hal ini nilai tukar suatu mata uang ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran (mekanisme pasar) pada bursa valuta asing. Jika penentuan kurs valuta asing di bursa valuta asing tersebut terjadi campur tangan pemerintah maka disebut clean float atau freely floating system (sistem kurs mengambang murni). Sedangkan apabila permerintah turut campur tangan mempengaruhi permintaan dan penawaran terhadap valuta asing di bursa valuta asing maka disebut dirty float atau managed float system (sistem kurs mengambang terkendali). c. Sistem Kurs Terkait (Pegged Exchange Rate System) Aliran valuta asing yang cepat dan besar untuk memenuhi tuntutan perdagangan, investor dan spekulasi dari suatu tempat yang surplus ke tempat yang defisit dapat terjadi karena beberapa faktor atau kodisi yang berbeda sehingga berpengaruh dan menimbulkan perbedaan kurs valuta asing atau forex rate di masing-masing tempat. Menurut Hamdy (2001:46), beberapa faktor atau kondisi yang berbeda dan mempengaruhi kurs valuta asing di masing-masing tempat tersebut antara lain sebagai berikut: a) Supply and demand foreign currency. b) Posisi Balance of payment (BOP). c) Tingkat Inflasi. d) Tingkat harga. e) Pengawasan pemerintah. f) Ekspektasi dan spekulasi/isu/rumor.

14 3. Teknik memprediksi Kurs Valuta Asing Salah satu aktivitas penting yang dilakukan oleh para pelaku di pasar valuta asing adalah melakukan analisis untuk memprediksi arah kurs valuta asing di masa yang akan datang. Menurut Berlianta (2004:249) sampai saat ini ada dua tipe analisis yang biasa dilakukan oleh pelaku pasar di pasar valuta asing untuk memprediksi pergerakan kurs valuta asing di masa yang akan datang. Dua tipe analisis tersebut adalah: a. Fundamental Analysis b. Teknik Analysis a. Fundamental Analysis Didasarkan atas hubungan yang fundamental antara economic variables dan exchange rate. Dengan mengetahui nilai variabel-variabel ekonomi yang ada serta dampaknya terhadap suatu nilai mata uang, perusahaan dapat memprediksi nilai kurs. b. Teknik Analysis Teknik ini menggunakan data yang menunjukkan naik turunnya nilai mata uang tersebut pada masa sebelumnya. Berdasarkan historical exchange rate data, dapat diperkirakan arah bergeraknya nilai mata uang tersebut pada masa selanjutnya. Dalam teknik ini, juga dipergunakan time series model yang menganalisa moving averages (rata-rata bergerak).

15 4. Relevansi Risiko Kurs Beberapa pendapat menyatakan risiko perubahan kurs tidak relevan, karenanya perusahaan tidak perlu mengantisipasi resiko ini. Argumen-argumen tersebut menurut Madura (2000:275) adalah sebagai berikut: a. Purchasing Power Parity (PPP) Argument b. The Investor Hedge Argument c. Currency Diversification Argument d. Stakeholder Diversification Argument a. Purchasing Power Parity (PPP) Argument Menurut teori PPP, perubahan kurs dihubungkan dengan perubahan harga. Contohnya, perusahaan Indonesia yang mengimport barang untuk didistribusikan ke perusahaan-perusahaan dalam negeri, bersaing dengan perusahaan Indonesia yang memproduksi sendiri di dalam negeri. Jika rupiah mengalami depresiasi, perusahaan yang mengimport barang akan memerlukan banyak rupiah untuk membayar barang yang diimport. Menurut teori PPP, penurunan rupiah akan menyebabkan inflasi yang relatif tinggi di Indonesia. Walaupun perusahaan dalam negeri tidak terpengaruh dengan penurunan rupiah, tetapi biaya produksi akan meningkat sebagai akibat dari terjadinya inflasi. Sedangkan perusahaan yang mengimport barang akan terpengaruh akibat penurunan rupiah, tetapi dapat terhindar dari kenaikan biaya produksi di dalam negeri. Situasi ini menyebabkan risiko kurs tidak relevan.

16 b. The Investor Hedge Argument Menurut teori ini, perusahaan multi nasional dapat menekan dampak perubahan kurs. Salah satu cara yaitu dengan membuat kontrak dengan perusahaan asing untuk menghindari dampak terjadinya depresiasi. c. Currency Diversification Argument Teori ini menyatakan bahwa perusahaan multi nasional yang mengadakan transaksi dengan beberapa mata uang, tidak akan terpengaruh terhadap perubahan kurs. d. Stakeholder Diversification Argument Menurut teori ini perubahan kurs tidak terpengaruh jika stakeholders (contohnya kreditor) berasal dari negara-negara yang berbeda, dimana nilai mata uang yang digunakan juga berbeda-beda. Sebaliknya, para kreditor juga menghadapi resiko terjadinya perubahan nilai tukar uang. D. Pengertian Selisih Kurs Piutang valuta asing sangat tergantung pada kurs valuta asingnya. Di Indonesia dimana terjadi depresiasi rupiah terhadap dollar Amerika Serikat, mengakibatkan kurs valuta asing dalam hal ini dollar Amerika Serikat menjadi sangat tinggi terhadap kurs rupiah. Hal ini menyebabkan terjadinya selisih kurs, baik berupa keuntungan maupun kerugian kurs. Pengertian selisih kurs menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 10 (2004:10.2) adalah: Selisih kurs (exchange difference) adalah selisih kurs yang dihasikan dari pelaporan jumlah unit mata uang asing yang sama dalam mata uang pelaporan pada kurs yang berbeda.

17 Untuk memasukkan transaksi dalam valuta asing pada laporan keuangan suatu perusahaan, transaksi harus dinyatakan dalam mata uang pelaporan perusahaan. Mata uang pelaporan adalah mata uang yang digunakan dalam menyajikan laporan keuangan. Mata uang asing adalah mata uang selain mata uang pelaporan perusahaan. 1. Pengakuan Selisih Kurs (Recognition of Exchange Differences) Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan, pengakuan terhadap selisih kurs adalah sebagai berikut: a. Transaksi dalam mata uang asing dibukukan dengan menggunakan kurs pada saat terjadinya transaksi atau kurs tunai yang berlaku pada tanggal transaksi yang disebut kurs spot (spot rate). b. Pada setiap tanggal neraca: a) Pos aktiva dan kewajiban moneter dalam mata uang asing yang dilaporkan ke dalam mata uang rupiah dengan menggunakan kurs tanggal neraca. Apabila terdapat kesulitan dalam menentukan kurs tanggal neraca, maka dapat digunakan kurs tengah Bank Indonesia sebagai indikator yang objektif. Pos moneter adalah kas dan setara kas, aktiva dan kewajiban yang akan diterima atau dibayar yang jumlahnya pasti atau dapat ditentukan. b) Pos non moneter tidak boleh dilaporkan dengan menggunakan kurs tanggal neraca tetapi harus dilaporkan dengan menggunakan kurs tanggal transaksi, dan c) Pos non moneter yang dinilai dengan nilai wajar dalam mata uang asing harus dilaporkan dengan menggunakan kurs yang berlaku pada saat nilai tersebut ditentukan. Nilai wajar (fair value) adalah suatu jumlah yang dapat digunakan sebagai dasar pertukaran aktiva atau

18 penyelesaian kewajiban antara pihak yang paham (knowledgeable) dan berkeinginan untuk melakukan transaksi wajar (arm s length transaction). d) Nilai terbawa dari suatu pos ditentukan sesuai standar akuntansi yang relevan. Apakah nilai tercatat ditentukan brdasarkan biaya historis atau nilai wajar, nilai yang ditentukan untuk pos valuta asing dilaporkan pada mata uang pelaporan sesuai dengan pernyataan ini, e) Selisih penjabaran pos aktiva dan kewajiban moneter dalam mata uang asing pada tanggal neraca dan laba rugi kurs yang timbul dari transaksi dalam mata uang asing dikreditkan atau dibebankan pada laporan periode berjalan. f) Selisih kurs timbul apabila terdapat perubahan kurs antara tanggal transaksi dan tanggal penyelesaian (settlement date) pos moneter yang timbul dari transaksi dalam mata uang asing. Bila timbulnya dan penyelesaian suatu transaksi berada dalam suatu periode akuntansi yang sama, maka seluruh selisih kurs diakui dalam periode tersebut. Namun jika timbulnya dan diselesaikan suatu transaksi berada dalam beberapa periode akuntansi, maka selisih kurs harus diakui untuk setiap periode akuntansi dengan memperhitungkan perubahan kurs untuk masing-masing periode. Selisih kurs yang timbul pada suatu pos moneter yang dalam substansinya membentuk bagian investasi netto perusahaan dalam suatu entitas asing harus diklasifikasikan sebagai ekuitas dalam laporan keuangan perusahaan sehingga saat pelepasan (disposal) investasi netto dan pada saat tesebut harus diakui sebagai pendapatan atau beban. Suatu perusahaan mungkin memiliki suatu pos moneter

19 berupa hutang piutang dengan suatu entitas asing. Apabila timbulnya dan penyelesaian pos moneter tersebut tidak terencana, dalam substansinya merupakan suatu perluasan, atau pengurangan dari investasi netto perusahaan dalam entitas asing tersebut. Pos moneter tersebut mungkin mencakup piutang jangka panjang atau pinjaman tetapi mencakup piutang dagang atau hutang dagang. Investasi netto dalam suatu entitas asing adalah bagian (share) perusahaan pelapor dalam aktiva netto suatu entitas asing (pihak lain). 2. Kebijakan-Kebijakan Selisih Kurs Dalam pembahasan masalah mengenai valuta asing, selain di atur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan ada beberapa kebijakan lain yang dapat dijadikan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan mengenai masalah valuta asing. Adapun kebijakan yang dimaksud antara lain : 1. Kebijakan Bapepam, dengan keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor : Kep-49/PM/1998 tentang Akuntansi Transaksi Dalam Mata Uang Asing dengan Lampiran Peraturan No.VIII.G.10 tentang Perlakuan akuntansi atas Selisih Kurs Sebagai akibat dari Transaksi Dalam Mata Uang Asing adalah sebagai berikut: a. Bagi perusahaan yang tidak melakukan lindung nilai (hedging), perlakuan akuntansi atas selisih kurs yang timbul dari penjabaran pos aktiva dan kewajiban moneter jangka panjang dalam mata uang asing dapat dilakukan sesuai dengan ketentuan PSAK No. 10 paragraf 28 (dikreditkan atau dibebankan pada laporan laba rugi periode berjalan) atau dapat ditangguhkan dan diakui sebagai keuntungan atau kerugian periode sekarang dan masa depan secara sistematis selama umur pos aktiva dan

20 kewajiban moneter yang bersangkutan dan dua hal tersebut harus diungkapkan secukupnya. b. Selain ketentuan sebagaimana dimaksud dalam paragraf 34 PSAK No. 10, apabila perusahaan memiliki atau menangguhkan selisih kurs, maka perusahaan harus mengungkapkan jumlah kumulatif selisih kurs yang ditangguhkan dan yang dibebankan pada periode berjalan. 2. Kebijakan pajak pemerintah dengan surat Edaran Dirjen Pajak No.SE- 46/PJ.43/1998 tentang penjelasan lebih lanjut mengenai perlakuan pajak penghasilan terhadap selisih kurs valuta asing adalah sebagai berikut : a. Kep Menkeu RI No. 597/KMK.04/1997 tanggal 21 November 1997 dan Dirjen Pajak No.SE Dirjen Pajak No.SE-16/PJ.43/1997 tanggal 27 November 1997 (keduanya tentang perlakuan pajak penghasilan terhadap selisih kurs valuta asing dalam tahun 1997) hanya berlaku untuk tahun pajak 1997. b. Kep.Menkeu RI No. 597/KMK.04/1997 menyatakan untuk kepentingan penghitungan pajak, wajib pajak dapat membebankan seluruh kerugian selisih kurs tahun 1997 baik yang telah direalisir maupun yang belum direalisir ke dalam tahun pajak 1997 atau mengalokasikan dalam jangka waktu selama-lamanya 5 tahun sejak tahun pajak 1997 secara taat azas. c. Surat Edaran Dirjen Pajak No.SE.16/PJ.43/1997 menyatakan bahwa penghasilan kena pajak bagi wajib pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap ditentukan berdasarkan penghasilan bruto dikurangi dengan kerugian selisih kurs mata uang asing. Wajib pajak yang menggunakan sistem pembukuan berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia atau kurs sebenarnya berlaku pada akhir tahun dapat membebankan seluruh kerugian selisih

21 kurs tahun 1997 baik yang telah direalisir maupun yang belum direalisir ke dalam tahun 1997 atau dialokasikan / diamortisasikan dalam jangka waktu selama-lamanya 5 tahun sejak tahun pajak 1997 dalam jumlah yang sama setiap tahunnya dan dilaksanakan secara taat azas. Untuk tahun pajak 1998 dan seterusnya demikian juga tahun pajak 1996 dan tahun-tahun pajak sebelumnya, ketentuan perpajakan yang menyangkut perlakuan pajak penghasilan atas selisih kurs yang sampai saat ini masih berlaku adalah: : a. SE Dirjen Pajak No. SE-03/PJ.31/1997 tanggal 13 Agustus 1997 yang mengatur perlakuan pajak penghasilan dalam hal wajib pajak memperoleh keuntungan atau menderita kerugian karena selisih kurs. 1. Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing termasuk penghasilan yang menjadi objek pajak penghasilan. Pengenaan pajaknya dikaitkan dengan sistem pembukuan yang dianut oleh wajib pajak dengan syarat dilakukan secara taat azas dan harus dilaporkan dalam SPT Tahunan PPh. 2. Kerugian karena selisih kurs mata uang asing merupakan unsur pengurangan penghasilan bruto. Pembebanannya dilakukan berdasarkan pembukuan yang dianut oleh wajib pajak secara taat azas. Jika sistem pembukuan berdasarkan kurs tetap, pembebanan selisih kurs dilakukan pada saat terjadinya realisasi perkiraan mata uang asing tersebut. Jika sistem pembukuan berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia atau kurs sebenarnya berlaku pada akhir tahun, pembebanannya dilakukan pada setiap akhir tahun berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia atau kurs yang sebenarnya berlaku pada akhir tahun.

22 3. SE Dirjen Pajak No.SE-24/PJ.42/1998 tanggal 5 Agustus 1998 yang mengatur tentang perlakuan PPh dalam hal wajib pajak memperoleh keuntungan karena selisih kurs dan kaitannya dengan perhitungan besarnya angsuran PPh pasal 25. E. Piutang Valuta Asing 1. Pengertian Piutang Valuta Asing Suatu perusahaan dapat melakukan aktivitas yang menyangkut valuta asing (foreign activities) dalam dua cara; melakukan transaksi dalam mata uang asing atau memiliki kegiatan usaha luar negeri (foreign operations). Munculnya piutang valuta asing disebabkan adanya transaksi dalam menjual barang atau jasa dalam negeri maupun luar negeri yang menggunakan mata uang asing. Berdasarkan defenisi piutang dan valuta asing di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa : Piutang Valuta Asing adalah klaim kepada perseorangan, badan usaha, ataupun pihak lainnya dalam mata uang asing. 2. Transaksi kurs Valuta Asing Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (2004:10.6) Suatu transaksi dalam mata uang asing adalah suatu transaksi yang membutuhkan penyelesaian dalam mata uang asing, termasuk transaksi yang timbul ketika perusahaan: a. Membeli atau menjual barang dan jasa yang harganya didenominasi dalam suatu mata uang asing. b. Meminjam atau meminjamkan dana dalam suatu mata uang asing. c. Memperoleh atau melepaskan aktiva, menimbulkan atau melunasi kewajiban, dalam suatu mata uang asing. d. Memperoleh atau melepaskan aktiva, menimbulkan atau melunasi kewajiban, yang didenominasi dalam suatu mata uang asing.

23 Dalam menyatakan transaksi maupun laporan keuangan dalam mata uang asing ke dalam mata uang asing dalam negeri atau lebih dikenal dengan home currency, diperlukan adanya sarana penjabaran yang disebut kurs. Setiap perusahaan dapat mengetahui nilai kurs mata uang tertentu melalui kurs yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Pada umumnya perusahaan-perusahaan menggunakan kurs tengah yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia sebagai dasar pencatatan transaksi-transaksi dalam mata uang asing. Kurs tengah yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia merupakan nilai kurs yang diperoleh dari hasil penjumlahan nilai kurs jual dan nilai kurs beli kemudian dibagi dua. Dapat dikatakan bahwa setiap melakukan transaksi luar negeri mapun dalam negeri yang melakukan kegiatan operasi perusahaan dengan menggunakan mata uang asing, perusahaan selalu dihadapkan pada kemungkinan terjadinya penurunan atau kenaikan selisih kurs. Sebagai contoh, eksportir indonesia menjual produknya ke luar negeri senilai US$ 2,000.- secara kredit. Kurs pada saat transaksi terjadi USD 1 = Rp. 8.000,- maka atas transaksi ini dibuat jurnal sebagai berikut : Piutang Dagang...Rp. 16.000.000 Penjualan...Rp. 16.000.000 Apabila pada saat penerimaan pelunasan piutang dagangtrsebut kurs berubah menjadi USD 1 = Rp. 10.000,- maka jurnal untuk mencatat transaksi tersebut menjadi: Kas/Bank...Rp. 20.000.000 Piutang Dagang...Rp. 16.000.000 Laba/Rugi Selisih Kurs...Rp. 4.000.000

24 Tetapi bila pada saat penerimaan pelunasan piutang dagang tersebut kurs turun menjadi USD 1 = Rp. 6.200,- maka jurnal untuk mencatat transaksi tersebut menjadi : Kas/Bank...Rp. 12.400.000 Laba/Rugi Selisih Kurs...Rp. 3.600.000 Piutang Dagang...Rp. 16.000.000 3. Metode Penjabaran Valuta Asing Metode yang digunakan untuk menjabarkan laporan keuangan suatu kegiatan usaha luar negeri tergantung pada cara pendanaan dan operasi perusahaan pelapor. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (2004:11.2) Kegiatan usaha luar negeri diklasifikasikan baik sebagai kegiatan usaha luar negeri yang merupakan bagian integral dengan operasi perusahaan pelapor atau sebagai entitas asing. Akuntansi valuta asing dapat ditinjau dari dua aspek. Kedua aspek masingmasing mempunyai metode penjabaran valuta asing tersendiri. Adapun penjabaran yang dimaksud adalah penjabaran laporan keuangan dalam mata uang asing (Translation of foreign exchange financial statement). Menurut Frederick D.S Choi dan Gary K. Meek (2005:249) dalam penjabaran laporan keuangan dalam mata uang asing ada empat metode penjabaran valuta asing yang dikenal, yaitu: a. Current non current method b. Monetary non monetary method c. Temporal method d. Current rate method

25 a. Current non current method Metode ini melakukan penjabaran laporan keuangan berdasarkan kurs pada tanggal neraca dan kurs histories (current or historical approach). Dimana harta lancar dan hutang lancar dijabarkan dengan kurs tanggal neraca, sedangkan aktiva tetap dan hutang jangka panjang dijabarkan dengan kurs historis. b. Monetary - non monetary method Metode ini menjabarkan aktiva dan hutang moneter dengan kurs berjalan serta aktiva dan hutang non moneter dengan kurs historis yang berlaku pada saat tersebut. Untuk tujuan penjabaran aktiva dan hutang dianggap monetary bila dinyatakan dalam sejumlah tetap satuan valuta asing. Semua pos-pos neraca lainnya diklasifikasikan sebagai pos non moneter. Metode ini mulai diperkenalkan sejak tahun 1950-an oleh Prof. Samuel Hepworth yang berpendapat bahwa penjabaran perkiraan sebaiknya didasarkan atas sifat perkiraan dan bukan berdasarkan masa tunainya. Timbulnya masalah karena sulitnya membedakan monetary dan non monetary karena perbedaan ini sebenarnya bersifat arbitier (pendamai), hanya dalam keadaan yang diluar prediksi harga suatu harta akan berubah dalam persentase yang persis sama seperti perubahan tingkat harga umum. Suatu harta atau hutang dapat berubah dengan suatu persentase perubahan daya beli umum. Hal ini tentu tidak sesuai dengan defenisi monetary dan non monetary itu sendiri. Secara ringkas monetary asset dan liabilities dapat diartikan sebagai suatu klaim/kewajiban untuk membayar dalam satuan uang yang tetap jumlahnya, tanpa memperdulikan apakah nilai uang tersebut akan berubah atau tidak.

26 Non monetary asset dan liabilities adalah harta yang harga-harganya dalam satuan uang yang dapat berubah-ubah dari waktu ke waktu sesuai dengan kesepakatan mengenai jumlah daya beli uang yang ingin dipertahankan. Adapun contoh menurut metode ini akan disajikan dalam tabel 2.1 c. Temporal method Metode ini juga melakukan penjabaran laporan keuangan berdasarkan kombinasi kurs tanggal neraca dan kurs historis. Dimana kurs penjabaran untuk setiap aktiva dan pasiva tergantung pada dasar pengakuan akuntansi yang digunakan untuk mencatat transaksi yang berhubungan dengan valuta asing. Jadi menurut metode ini kas dan bank, piutang, dan hutang (baik lancar maupun tidak lancar) dijabarakan dengan kurs yang berlaku pada tanggal neraca, sedangkan aktiva dan kewajiban lainnya dijabarakan dengan kurs tanggal neraca atau kurs historis sesuai dengan sifatnya. Aktiva dan kewajiban yang dilaporkan dalam neraca dengan harga perolehan dijabarkan dengan kurs historis, sedangkan aktiva dan kewajiban yang dilaporkan dengan harga pengganti (replacement cost) atau harga jual dijabarkan dengan kurs tanggal neraca, misalnya persediaan. Adapun contoh menurut metode ini akan disajikan dalam tabel 2.1 d. Current rate method Metode ini berbeda dengan ketiga metode lainnya yang melakukan penjabaran laporan keuangan berdasarkan kurs tanggal neraca dan kurs historis, metode ini menggunakan kurs tunggal, yaitu kurs tanggal neraca (current rate approach) Metode ini tidak membeda-bedakan jenis aktiva dan kewajiban, semua dijabarkan dengan kurs tanggal neraca. Semua aktiva dan pasiva diasumsikan tidak memiliki resiko yang berbeda. Penjabaran perhitungan laba rugi biasanya dilakukan

27 dengan kurs historis, kecuali beban dan pendapatan dijabarkan dengan kurs tanggal neraca. Penerapan dari keempat metode diatas dalam penjabaran laporan keuangan yang sama akan menghasilkan resiko kerugian dan keuntungan yang berbeda karena hasil dari penjabaran tersebut akan menghasilkan laba rugi yang berbeda. Adapun contoh menurut metode ini akan disajikan dalam tabel 2.1 Perlakuan atas tiap-tiap perkiraan neraca dan masing-masing metode penjabaran dapat dijelaskan dalam tabel beserta contoh dalam angka sehingga kelihatan jelas atas perbedaan dari masing-masing metode adalah sebagai berikut: Tabel 2.1 Metode Penjabaran Laporan Keuangan Dalam Valuta Asing Perkiraan Current non Monetary non Temporal Current rate current monetary Cash C C C C Account C C C C Inventory At cost At market Investment At cost C C At market H H H H H C C C Fixed Assets H H H C Other Assets H H H C Account Payable C C C C Long Term Liabilities H C C C Capital Stock H H H C Retained Earning * * * * H H H C C C Keterangan: C = Kurs yang berlaku pada tanggal neraca (current rate) H = Kurs historis (historical rate) * = Nilai sisa (residual balance)

28 Contoh penjabaran laporan keuangan menurut keempat metode akan dijelaskan dalam laporan keuangan Tanner Corp. Dimana perusahaan Tanner Corp. Yang beroperasi di Indonesia menyajikan laporan keuangan dalam mata uang asing dollar Amerika, untuk keperluan hal-hal lain para pemegang saham di Indonesia menginginkan perusahaan Tanner Corp melakukan penjabaran laporan keuangan ke mata uang rupiah sebagai berikut:

TANNER CORP. TANNER CORP. BALANCE SHEET NERACA PERBANDINGAN SETELAH PENJABARAN ENDING PERIOD DEC 31, 2006($ 1) UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL 31 DESEMBER 2006 (Rp 1) Metode Penjabaran Item 2004 Kurs Current- Non Kurs Monetary - Non Kurs Temporal Kurs Current rate Current Monetary Current Asset: Cash 89,000 9,020 802,780,000 9,020 802,780,000 9,020 802,780,000 9,020 802,780,000 Account Receivable 765,000 9,020 6,900,300,000 9,020 6,900,300,000 9,020 6,900,300,000 9,020 6,900,300,000 All. For Bad Debt (9,000) 9,020 (81,180,000) 9,020 (81,180,000) 9,020 (81,180,000) 9,020 (81,180,000) Interest Receivable 8,000 9,020 72,160,000 9,020 72,160,000 9,020 72,160,000 9,020 72,160,000 Merchandise Inventory 186,000 9,020 1,677,720,000 9,100 1,692,600,000 9,100 1,692,600,000 9,020 1,677,720,000 Prepaid Rent 9,000 9,020 81,180,000 9,020 81,180,000 9,020 81,180,000 9,020 81,180,000 Investment 128,000 8,900 1,139,200,000 8,900 1,139,200,000 9,020 1,154,560,000 9,020 1,154,560,000 1,176,000 10,592,160,000 10,607,040,000 10,622,400,000 10,607,520,000 Fixed Asset: Fixed Assets 820,000 8,500 6,970,000,000 8,500 6,970,000,000 8,500 6,970,000,000 9,020 7,396,400,000 Acc. Depreciation (164,000) 8,500 (1,394,000,000) 8,500 (1,394,000,000) 8,500 (1,394,000,000) 9,020 (1,479,280,000) 656,000 5,576,000,000 5,576,000,000 5,576,000,000 5,917,120,000 Total Assets 1,832,000 16,168,160,000 16,183,040,000 16,198,400,000 16,524,640,000 Short Term Liabilities: Account Payable 478,000 9,020 4,311,560,000 9,020 4,311,560,000 9,020 4,311,560,000 9,020 4,311,560,000 Interest payable 18,000 9,020 162,360,000 9,020 162,360,000 9,020 162,360,000 9,020 162,360,000 Tax Payable 26,000 9,020 234,520,000 9,020 234,520,000 9,020 234,520,000 9,020 234,520,000 522,000 4,708,440,000 4,708,440,000 4,708,440,000 4,708,440,000 Long Term Liabilities: Bonds Payable 600,000 8,700 5,220,000,000 9,020 5,412,000,000 9,020 5,412,000,000 9,020 5,412,000,000 Equity: Capital Stock 500,000 8,300 4,150,000,000 8,300 4,150,000,000 8,300 4,150,000,000 9,020 4,510,000,000 Retained Earning 210,000 * 2,089,720,000 * 1,912,600,000 * 1,927,960,000 * 1,894,200,000 Total Equity 1,832,000 16,168,160,000 16,183,040,000 16,198,400,000 16,524,640,000 Kurs Current tahun 2006 : 1 US$ = Rp. 9.020 Catatan : Kurs Historis atas perolehan: (1US$) Kurs Current adalah kurs Bank Indonesia pada tanggal neraca - Inventory 9,100 Kurs Historis adalah kurs pada saat terjadi pengakuan aktiva dan pasiva - Investment 8,900 * = adalah nilai sisa dari penjabaran laporan keuangan ke dalam - Fixed Assets 8,500 mata uang perusahaan pelapor - Bond Payable 8,700 - Capital Stock 8,300 Sumber : Penulis 29

30 F. Penyajian Piutang Valuta Asing Dalam Laporan Keuangan Piutang valuta asing timbul dari transaksi dalam mata uang asing yang dilakukan oleh perusahaan, baik dengan pihak luar negeri maupun transaksi dengan pihak dalam negeri yang menginginkan pembayaran dengan valuta asing. Dalam penjabaran nilai piutang valuta asing dalam laporan keuangan sering terjadi kekeliruan yang dilakukan oleh perusahaan pelapor. Kekeliruan ini biasanya terletak pada pemilihan nilai kurs yang digunakan dalam menjabarkan nilai piutang valuta asing tersebut. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (2004:11.13): Untuk tujuan praktis, apabila kurs yang sebenarnya sulit diketahui, maka seringkali digunakan kurs rata-rata selama periode yang bersangkutan sebagai dasar penjabaran. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (2004:11.15): Berdasarkan pertimbangan praktis, suatu kurs yang mendekati nilai tukar sebenarnya, misalnya kurs rata-rata selama satu periode, sering kali digunakan untuk menjabarkan pendapatan dan beban suatu entitas asing. 1. Neraca Neraca disusun dengan maksud untuk memberikan gambaran mengenai posisi dari aktiva, kewajiban, dan modal perusahaan. Ada kalanya neraca disebut juga daftar kekayaan dan kewajiban suatu perusahaan yang menggambarkan suatu hasil akhir dari kegiatan atau pencatatan transaksi-transaksi ekonomis sejak perusahaan didirikan. Secara umum neraca dapat disusun dalam tiga bentuk yaitu:

31 a. Bentuk perkiraan (account form/scontro), yaitu neraca berbentuk T, pada sisi kiri terdapat aktiva (assets) sedangkan pada sisi kanan terdapat hutang (liabilities) dan modal (capital). b. Bentuk laporan (report form/staffel), yaitu neraca dimana pos hutang dan modal disajikan dibawah jumlah aktiva, jadi bukan disamping. Dengan kata lain pos aktiva, hutang dan modal disajikan dalam susunan yang vertikal. c. Bentuk posisi keuangan (financial position form), yaitu saldo modal kerja yang lebih ditonjolkan. Neraca disusun secara garis besarnya saja dengan melampirkan perinciannya. Tujuan dari penyusunan neraca bentuk ini adalah agar kedudukan/posisi keuangan yang dikehendaki nampak dengan jelas, misalnya besarnya jumlah modal kerja netto (net working capital) atau jumlah modal perusahaan. Piutang valuta asing merupakan salah satu unsur aktiva yang tergolong aktiva lancar dan disajikan di sebelah kanan (debet) neraca. Piutang valuta asing ini dilaporkan dalam neraca dengan menggunakan kurs tanggal neraca. 2. Laba rugi Laporan laba rugi disusun dengan maksud memberikan gambaran mengenai hasil usaha dari perusahaan selama periode tertentu yaitu hasil bersih dari penghasilan dikurangi dengan biaya. Ada dua jenis laporan laba rugi, yaitu: a. Laporan laba rugi all inclusive (pengungkapan penuh), dalam laporan laba rugi termasuk elemen-elemen pendapatan dan biaya, baik yang biasa terjadi maupun yang tidak biasa.

32 b. Laporan laba rugi current operating performance (kegiatan operasional normal), yaitu laporan laba rugi yang hanya berisi elemen yang biasa terjadi dan tidak termasuk elemen elemen luar biasa. Elemen-elemen yang tidak biasa akan dilaporkan dalam laporan laba tidak dibagi. Laporan laba rugi dapat disusun dalam dua bentuk, yaitu: a. Single Step (bentuk single), yaitu bentuk laporan laba rugi yang menggambarkan perhitungan laba rugi dengan cara mengelompokkan semua penghasilan dalam satu kelompok dan mengelompokkan semua biaya dalam satu kelompok sehingga perhitungan laba rugi diperoleh dengan mengurangkan jumlah penghasilan dan jumlah biaya. b. Multiple Step (bentuk berjenjang), yaitu bentuk laporan laba rugi yang disusun dengan melakukan pengelompokkan terhadap pendapatan dan biaya yang disusun secara berurutan. Pos-pos yang berhubungan dengan transaksi valuta asing dalam laba rugi adalah laba (rugi) selisih kurs. Laba (rugi) selisih kurs dapat merupakan salah satu unsur pendapatan (jika bernilai positif) ataupun salah satu unsur beban (jika bernilai negatif) dan karenanya disajikan sebagai pendapatan (beban) lain-lain pada laba-rugi. Laba (rugi) selisih kurs ini dilaporkan dalam laba rugi dalam mata uang rupiah dengan menggunakan kurs tanggal transaksi. Laba (rugi) selisih kurs ini dapat timbul dari perbedaan kurs pada saat terjadinya transaksi penjualan dan pada saat penerimaan piutang valuta asing, juga dapat timbul dari penyesuaian saldo dalam valuta asing pada saat penerbitan laporan keuangan.