616.39 Ind t KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KESEHATAN IBU DAN ANAK DIREKTORAT BINA GIZI 2011



dokumen-dokumen yang mirip
Pelayanan Kesehatan bagi Anak. Bab 7 Gizi Buruk

PENGARUH KOMPETENSI BIDAN DI DESA DALAM MANAJEMEN KASUS GIZI BURUK ANAK BALITA TERHADAP PEMULIHAN KASUS DI KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2008 ARTIKEL

MAKANAN FORMULA WHO. dr. Benny Soegianto, MPH KONSUMEN DARI MAKANAN FORMULA WHO. Anak Gizi Buruk

PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN

PPG ( PUSAT PEMULIHAN GIZI )

MALNUTRISI. Prepared by Rufina Pardosi UNICEF Meulaboh

Ind t KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KESEHATAN IBU DAN ANAK DIREKTORAT BINA GIZI 2011

TFC ( Therapeutic Feeding Centre ) / PPG ( Pusat Pemulihan Gizi )

RENCANA TERAPI A PENANGANAN DIARE DI RUMAH (DIARE TANPA DEHIDRASI)

BAB I PENDAHULUAN. http ://digilip.unimus.ac.id

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 3 MENENTUKAN TINDAKAN DAN MEMBERI PENGOBATAN

MATERI 7 PEMBAHASAN MASALAH

Derajat 2 : seperti derajat 1, disertai perdarah spontan di kulit dan atau perdarahan lain

BAB I PENDAHULUAN. keemasan, yang memiliki masa tumbuh kembangnya berbagai organ tubuh. Bila

DIREKTORAT BINA GIZI - DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KIA

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 6

Pelayanan Kesehatan bagi Anak. Bab 5 Diare. Catatan untuk instruktur

Pola buang air besar pada anak

KLASIFIKASI : KEP RINGAN KEP SEDANG KEP BERAT

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN

BAGAN PENILAIAN DAN TATALAKSANA AWAL HIV

Status Gizi. Keadaan Gizi TINDAK LANJUT HASIL PENDIDIKAN KESEHATAN. Malnutrisi. Kurang Energi Protein (KEP) 1/18/2010 OBSERVASI/PEMANTAUAN STATUS GIZI

Kartu Menuju Sehat (KMS)

PENANGANAN DIARE. B. Tujuan Mencegah dan mengobati dehidrasi, memperpendek lamanya sakit dan mencegah diare menjadi berat

Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Bab 4 Batuk dan Kesulitan Bernapas Kasus II. Catatan Fasilitator. Rangkuman Kasus:

SOP PENCATATAN & PELAPORAN P2 DIARE

DIARE AKUT. Berdasarkan Riskesdas 2007 : diare merupakan penyebab kematian pada 42% bayi dan 25,2% pada anak usia 1-4 tahun.

Pengertian. Bayi berat lahir rendah adalah bayi lahir yang berat badannya pada saat kelahiran <2.500 gram [ sampai dengan 2.

PENANGANAN DIARE No Dokumen : No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman :

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu riset menunjukkan setidaknya 3,5 juta anak meninggal tiap tahun karena

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 155/Menkes/Per/I/2010 TENTANG PENGGUNAAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) BAGI BALITA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SOP PENCATATAN & PELAPORAN P2 DIARE

BAB I PENDAHULUAN. Selama usia sekolah, pertumbuhan tetap terjadi walau tidak secepat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

b. Tujuan Khusus Meningkatkan cakupan hasil kegiatan Bulan Penimbangan Balita (BPB) di Puskesmas Losarang.

LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 5 TINDAK LANJUT

Daya tahan rendah Mudah sakit Kematian

PETUNJUK TEKNIS BANTUAN SOSIAL (BANSOS) PROGRAM PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT DIREKTORAT BINA GIZI MASYARAKAT

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 76 TAHUN 2012

PELATIHAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan pada

PENDATAAN DAN PELAPORAN P2 DIARE

TANTANGAN PROGRAM GIZI DI INDONESIA. Doddy Izwardy Direktur Bina Gizi Kementerian Kesehatan

PANDUAN PENGISIAN KUESIONER PEMANTAUAN STATUS GIZI (PSG) DAN MONITORING EVALUASI KEGIATAN PEMBINAAN GIZI

ASUHAN BAYI BARU LAHIR DAN NEONATUS

BAB II LANDASAN TEORI

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN PELAKSANAAN ORIENTASI PROGRAM DOKTER INTERNSHIP INDONESIA ANGKATAN III TAHUN 2016

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Prinsip Umum Kegawadaruratan Maternal Neonatal. Sendy Firza Novilia T, S.S.T.Keb

TATALAKSANA DAN ASUHAN GIZI PADA BALITA KURANG ENERGI PROTEIN (KEP) Rifka Laily Mafaza

KMS = Kartu Menuju Sehat Sebagai alat bantu pengukuran dan pemantauan STATUS GIZI balita Masih ditemukan tingginya kesalahan pada saat pengisian KMS

Apa dan Mengapa Tentang

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT

DAN KMS] [STATUS GIZI [GIZI KESEHATAN MASYARAKAT] Andi Muh Asrul Irawan K Gizi A. Tugas Gizi Kesmas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Bab 8 Anak menderita HIV/Aids. Catatan untuk fasilitator. Ringkasan Kasus:

UPTD PUSKESMAS KAMPAR KIRI

HASIL KEGIATAN PUSKESMAS BALARAJA

Sumber: GIZI CEPER 2013.docx?dl=0

KURANG ENERGI PROTEIN

Pemberian Makanan Tambahan dalam meningkatkan status gizi anak

MATERI PENYEGARAN KADER

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan suatu negara. Berdasarkan target Millenium Development Goals

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini

BAB I PENDAHULUAN. atrofi otot karena kurang bergerak. Atrofi (penyusutan) otot menyebabkan otot

PANDUAN PENANGANAN, PENGGUNAAN DAN PEMBERIAN DARAH DAN PRODUK DARAH RUMAH SAKIT PERTAMINA BINTANG AMIN LAMPUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Bab 3 Permasalahan neonatal dan bayi muda infeksi

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 7 PEDOMAN PENERAPAN MTBS DI PUSKESMAS

No. Dokumen : C. KEBIJAKAN Puskesmas Gedongan mengatur tata cara melakukan konsultasi gizi kepada pasien

GANGGUAN NAPAS PADA BAYI

EPIDEMIOLOGI MALNUTRISI PADA ANAK

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. PENGUMPULAN/ PENYAJIAN DATA DASAR SECARA LENGKAP

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Kasus gizi buruk masih menjadi masalah dibeberapa negara. Tercatat satu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PEDOMAN PROGRAM GIZI PUSKESMAS GEMAHARJO

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. PENGUMPULAN/PENYAJIAN DATA DASAR SECARA LENGKAP

Pokok Bahasan. Ruang Lingkup. Gizi Bagi Pekerja. Kebutuhan Gizi Pekerja. ASI di Tempat Kerja 31/03/2014 2

Buku Saku Petugas Kesehatan

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 8 Mei 2007 jam : Jl. Menoreh I Sampangan Semarang

Disampaikan pada : REFRESHING KADER POSYANDU Kabupaten Nias Utara Tahun 2012

PENGARUH PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI), KONSUMSI GIZI, DAN KELENGKAPAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) TERHADAP STATUS GIZI BAYI

Asuhan Keperawatan Pasien Rujuk Balik dengan Diabetes Mellitus di Instalasi Rawat Jalan. RSUD Kota Yogyakarta

BAB 1 PENDAHULUAN. kemajuan kesehatan suatu negara. Menurunkan angka kematian bayi dari 34

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 16 TAHUN 2014

KASUS GIZI BURUK. 1. Identitas. a. Identitas Balita. : Yuni Rastiani. Umur : 40 bln ( ) Tempat Tanggal Lahir : Tasikmalaya,

3. plasebo, durasi 6 bln KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

Keluarga Sadar Gizi (KADARZI)

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi memiliki dimensi luas, tidak hanya masalah kesehatan tetapi

Transkripsi:

616.39 Ind t KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KESEHATAN IBU DAN ANAK DIREKTORAT BINA GIZI 2011

CETAKAN KEENAM 2011 (EDISI REVISI)

Sumber Foto : Training course on the Management of Severe Malnutrition WHO Foto no : 26, 27, 28, 29

KATA PENGANTAR Masalah gizi pada anak balita di Indonesia telah mengalami perbaikan. Hal ini dapat dilihat antara lain dari penurunan prevalensi gizi buruk pada anak balita dari 5,4% tahun 2007 menjadi 4,9% pada tahun 2010. Meskipun terjadi penurunan, tetapi jumlah nominal anak gizi buruk masih relatif besar, oleh karena itu diperlukan tenaga yang mampu mengatasi kasus gizi buruk secara cepat, tepat dan profesional yang diikuti dengan penyiapan sarana dan prasarana yang memadai. Untuk menyiapkan tenaga kesehatan terampil seperti yang diharapkan selain memberikan peningkatan kapasitas juga diperlukan panduan tatalaksana gizi buruk yang akan digunakan tenaga kesehatan dalam melakukan penanggulangan gizi buruk oleh tim asuhan gizi (dokter, perawat, dan ahli gizi). Untuk meningkatkan kemampuan dan ketrampilan tenaga kesehatan dalam menangani kasus gizi buruk telah disusun pedoman Tatalaksana Anak Gizi Buruk yang terdiri dari 2 buku, yaitu: Buku Bagan Tatalaksana Anak Gizi Buruk (Buku I) dan Petunjuk Teknik Tatalaksana Anak Gizi Buruk (Buku II) yang diharapkan dapat menjadi pedoman bagi tenaga kesehatan, dalam penanggulangan kasus gizi buruk di Indonesia. Dalam Buku Bagan Tatalaksana Anak Gizi Buruk (Buku I) dijelaskan tentang alur pelayanan dan tindakan kepada kasus gizi buruk secara berurutan yang merupakan rujukan dari Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). Selain 10 Langkah Tatalaksana Gizi Buruk, dalam buku bagan ini juga diperkenalkan 5 Langkah Rencana Pengobatan Anak Gizi Buruk. Sedangkan dalam Buku Petunjuk Teknis Tatalaksana Anak Gizi Buruk (Buku II) menjelaskan lebih rinci tentang hal-hal yang berkaitan dengan pengobatan (asuhan medik) dan perawatan (asuhan keperawatan) serta terapi gizi medis (asuhan gizi). Kedua buku tersebut disusun lebih praktis berupa prosedur pelayanan, sehingga diharapkan lebih mudah dipahami. Walalupun kedua buku tersebut di desain untuk pembelajaran mandiri, namun untuk menerapkan tatalaksana anak gizi buruk secara baik dan benar dianjurkan untuk menyelenggarakan pelatihan bagi dokter, perawat/bidan dan nutrisionis. Buku Bagan Tatalaksana Anak Gizi Buruk (Buku I) dan Petunjuk Teknis Anak Gizi Buruk (Buku II) dicetak pertama kali pada tahun 2003, kemudian dicetak ulang pada tahun 2005, 2006, 2007, 2009 dan cetak ulang kembali pada tahun 2011 setelah diadakan revisi. Pada cetakan ke 6 ini, Buku I dan Buku II dilengkapi dengan standar, modul TOT Tatalaksana Anak Gizi Buruk. Semoga buku ini bermanfaat bagi tenaga kesehatan khususnya yang bekerja di Rumah Sakit, Puskesmas dan sarana pelayanan kesehatan lain. Jakarta, 2011 Direktur Bina Gizi Dr. Minarto, MPS DIREKTORAT BINA GIZI - DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KIA BUKU BAGAN TATALAKSANA ANAK GIZI BURUK i

DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii Alur pemeriksaan anak gizi buruk... iii Alur Pelayanan Anak gizi buruk di Rumah Sakit/Puskesmas Perawatan... 1 Penentuan Status Gizi Anak... 2 Jadwal Pengobatan dan Perawatan Anak Gizi Buruk... 3 Hal-hal Penting Yang Harus di Perhatikan... 4 Hasil Pemeriksaan dan Tindakan pada Anak Gizi buruk... 5-7 DAFTAR RENCANA Rencana I : Pemberian Cairan dan Makanan untuk Stabilisasi (Renjatan/Syok dan Muntah/Diare/Dehidrasi)... 8-9 Rencana II : Pemberian Cairan dan Makanan untuk Stabilisasi (Letargis dan Muntah/Diare/Dehidrasi)... 10 Rencana III : Pemberian Cairan dan Makanan untuk Stabilisasi (Muntah dan atau Diare atau Dehidrasi)... 11 Rencana IV : Pemberian Cairan dan Makanan untuk Stabilisasi (Letargis)... 12 Rencana V : Pemberian Cairan dan Makanan untuk Stabilisasi (Penderita Gizi Buruk tidak menunjukkan tanda bahaya atau tanda penting tertentu)... 13 Pemberian Cairan dan Makanan untuk Tumbuh Kejar (Fase Transisi dan Rehabilitasi)... 14 Petunjuk Pemberian Antibiotika untuk Anak Gizi buruk... 15 Dosis untuk Kemasan Khusus Antibiotika Berdasarkan Berat Badan Anak Gizi Buruk... 16 Stimulasi Sensorik dan Tindak Lanjut di Rumah Bagi Anak Gizi Buruk... 17 Kriteria Pemulangan Anak Gizi Buruk dari Ruang Rawat Inap... 18 Monitoring Tumbuh Kembang Anak... 19 DAFTAR TABEL Petunjuk Pemberian F-75 untuk Penderita Gizi Buruk tanpa Edema... 23 Petunjuk Pemberian F-75 untuk Penderita Gizi Buruk yang Edema Berat... 24 Petunjuk Pemberian F-100 untuk Penderita Gizi Buruk... 25 Baku Rujukan Penilaian Status Gizi Anak Laki-Laki dan Perempuan Menurut Berat Badan dan Tinggi Badan / Panjang Badan (BB/TB-PB)... 26-29 Daftar Istilah... 30 Alur Pelayanan... 31 DIREKTORAT BINA GIZI - DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KIA BUKU BAGAN TATALAKSANA ANAK GIZI BURUK ii

ALUR PEMERIKSAAN ANAK GIZI BURUK Pemeriksaan Klinis, BB/PB, LiLA di Poskesdes/Pustu/Polindes/Puskesmas Anak dengan satu atau lebih tanda berikut : Terlihat Sangat Kurus Edema pada seluruh tubuh BB/PB atau BB/TB < -3 SD LiLA < 11,5 cm (untuk anak usia 6-59 bulan) dan salah satu atau lebih dari tandatanda komplikasi medis berikut : anoreksia pneumonia berat anemia berat dehidrasi berat demam sangat tinggi penurunan kesadaran Anak dengan satu atau lebih tanda berikut : Terlihat sangat kurus Edema minimal, pada kedua punggung tangan / kaki BB/PB atau BB/TB <-3SD LILA <11,5 cm (untuk anak usia 6-59 bulan dan Nafsu makan baik Tanpa komplikasi medis Anak dengan satu atau lebih tanda berikut : Terlihat sangat kurus BB/PB atau BB/TB < - 3SD LILA <11,5 cm (untuk anak usia 6-59 bulan dan Nafsu makan baik Tanpa komplikasi medis Bila LILA > 11,5 cm < 12,5 cm (untuk anak usia 6-59 bulan) (BB/TB < -2 SD s.d -3 SD) tidak ada edema dan nafsu makan baik klinis baik Gizi buruk Dengan Komplikasi Gizi buruk Tanpa Komplikasi Gizi kurang Rawat Inap di RS/Pusk RI/TFC Rawat Jalan PMT Pemulihan iii BUKU BAGAN TATALAKSANA ANAK GIZI BURUK DIREKTORAT BINA GIZI - DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KIA

ALUR PELAYANAN ANAK GIZI BURUK DI RUMAH SAKIT/PUSKESMAS PERAWATAN RAWAT INAP ANAK Datang Sendiri Dirujuk - MTBS - Non MTBS YANKES RUJUKAN Periksa klinis dan antropometri Berat Badan dan Tinggi Badan Gizi Buruk dengan Komplikasi Gizi Buruk Tanpa Komplikasi Gizi Kurang Penyakit Berat Penerapan 10 langkah dan 5 kondisi Tatalaksana Anak Gizi Buruk. Rawat Jalan RAWAT INAP Obati Penyakit Penambahan Energi dan Protein 20-25 % di atas AKG (Angka Kecukupan Gizi) PULANG P U S K E S M A S POSYANDU atau Pemulihan Gizi Berbasis Masyarakat RUMAH TANGGA RAWAT JALAN MTBS : Manajemen Terpadu Balita Sakit Gizi Kurang Penyakit Ringan Obati Penyakit Penambahan Energi dan Protein 20-25 % di atas AKG (Angka Kecukupan Gizi) Catatan : Alur ini dapat dipakai juga di Puskesmas tanpa perawatan pada anak gizi buruk yang dirawat jalan, bilamana kondisi anak memungkinkan. DIREKTORAT BINA GIZI - DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KIA BUKU BAGAN TATALAKSANA ANAK GIZI BURUK 1

PENENTUAN STATUS GIZI ANAK KLINIS ANTROPOMETRI (BB/TB-PB) *) Gizi Buruk Gizi Kurang Gizi Baik Gizi Lebih Tampak sangat kurus dan atau edema pada kedua punggung kaki sampai seluruh tubuh Tampak kurus Tampak sehat Tampak gemuk < -3 SD **) - 3 SD < - 2 SD - 2 SD 2 SD > 2 SD Penentuan status gizi secara Klinis dan Antropometri (BB/TB-PB) *) Tabel BB/TB-PB dapat dilihat pada halaman 26-29 **) Mungkin BB/TB-PB > -3 SD bila terdapat edema berat (seluruh tubuh) 2 BUKU BAGAN TATALAKSANA ANAK GIZI BURUK DIREKTORAT BINA GIZI - DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KIA

JADWAL PENGOBATAN DAN PERAWATAN ANAK GIZI BURUK No I TINDAKAN PELAYANAN Mencegah dan mengatasi hipoglikemia FASE STABILISASI FASE TRANSISI FASE REHABILITASI FASE TINDAK LANJUT *) H 1-2 H 3-7 Minggu ke 2-6 Minggu ke 7-26 2 Mencegah dan mengatasi hipotermia 3 Mencegah dan mengatasi dehidrasi 4 Memperbaiki gangguan keseimbangan elektrolit 5 Mengobati infeksi 6 Memperbaiki kekurangan zat gizi mikro 7 Memberikan makanan untuk stabilisasi & transisi Tanpa Fe Dengan Fe 8 Memberikan makanan untuk tumbuh kejar 9 Memberikan stimulasi untuk tumbuh kembang 10 Mempersiapkan untuk tindak lanjut di rumah *) Pada fase tindak lanjut dapat dilakukan di rumah, dimana anak secara berkala (1 minggu/kali) berobat jalan ke Puskesmas atau Rumah Sakit. DIREKTORAT BINA GIZI - DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KIA BUKU BAGAN TATALAKSANA ANAK GIZI BURUK 3

HAL-HAL PENTING YANG HARUS DIPERHATIKAN 4 BUKU BAGAN TATALAKSANA ANAK GIZI BURUK DIREKTORAT BINA GIZI - DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KIA

HASIL PEMERIKSAAN DAN TINDAKAN PADA ANAK GIZI BURUK TANDA BAHAYA dan TANDA PENTING (A) PERAWATAN AWAL PADA FASE STABILISASI (B) PERAWATAN LANJUTAN PADA FASE STABILISASI (C) PERAWATAN PADA FASE TRANSISI (D) PERAWATAN PADA FASE REHABILITASI (E) DIREKTORAT BINA GIZI - DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KIA BUKU BAGAN TATALAKSANA ANAK GIZI BURUK 5

HASIL PEMERIKSAAN DAN TINDAKAN PADA ANAK GIZI BURUK (A) TANDA BAHAYA & TANDA PENTING TANDA BAHAYA & TANDA PENTING Renjatan (syok) Letargis (tidak sadar) Muntah/Diare/Dehidrasi 1 II III IV V Ada *) Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Ada Ada Ada Ada KONDISI Tidak ada Ada Ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada (B) PERAWATAN AWAL PADA FASE STABILISASI Pemeriksaan Berat badan Suhu tubuh (aksila) Tindakan Memberikan oksigen Menghangatkan tubuh Pemberian cairan dan makanan sesuai dengan : Antibiotika sesuai umur + + + *) + Rencana I hal 8-9 + + + - + Rencana II hal. 10 + + + - + Rencana III hal. 11 + + + - + Rencana IV hal. 12 + + + - + Rencana IV hal. 13 + (C) PERAWATAN LANJUTAN PADA FASE STABILISASI Anamnesis Lanjutan Konfirmasi kejadian Campak dan TB Paru Panjang badan/ Tinggi badan Dada (thorax) Perut (abdomen) Otot Jaringan lemak Pemeriksaan Fisik Umum Khusus Labarotorium Pemeriksaan mata Pemeriksaan kulit Pemeriksaan Telinga, Hidung, Tenggorokan (THT) Pemeriksaan Tindakan Kadar gula darah Hemoglobin Vitamin A Asam folat Multivitamin tanpa Fe Pengobatan penyakit penyulit Stimulasi (D) PERAWATAN LANJUTAN PADA FASE TRANSISI Berat Badan Pemeriksaan Tindakan Makanan tumbuh kejar Multivitamin tanpa Fe Stimulasi Pengobatan penyakit penyulit (E) PERAWATAN LANJUTAN PADA FASE REHABILITASI Monitoring tumbuh kembang Makanan tumbuh kejar Multivitamin dengan Fe Pengobatan penyakit penyulit Persiapan ibu Stimulasi *) Catatan : Ingat setiap di temukan Renjatan (Syok) anak harus diberi Oksigen melalui kanul atau nasal kateter 1-2 L/menit. 6 BUKU BAGAN TATALAKSANA ANAK GIZI BURUK DIREKTORAT BINA GIZI - DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KIA

HASIL PEMERIKSAAN DAN TINDAKAN PADA ANAK GIZI BURUK KONDISI : 1 Jika Ditemukan : Renjatan (syok) Letargis Muntah dan atau diare atau dehidrasi Berikan cairan dan makanan menurut Rencana 1 pada halaman : 8-9 KONDISI : II Jika Ditemukan : Letargis Muntah dan atau diare atau dehidrasi Berikan cairan dan makanan menurut Rencana II pada halaman : 10 KONDISI : III Jika Ditemukan : Muntah dan atau diare atau dehidrasi Berikan cairan dan makanan menurut Rencana III pada halaman : 11 KONDISI : 1V KONDISI : V Jika Ditemukan : Letargis Berikan cairan dan makanan menurut Rencana 1V pada halaman : 12 Jika Tidak Ditemukan : Renjatan (syok) Letargis Muntah / diare / Dehidrasi Berikan cairan dan makanan menurut Rencana V pada halaman : 13 DIREKTORAT BINA GIZI - DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KIA BUKU BAGAN TATALAKSANA ANAK GIZI BURUK 7

RENCANA 1 PEMBERIAN CAIRAN DAN MAKANAN UNTUK STABILISASI (Renjatan/Syok, Letargis dan Muntah/Diare/Dehidrasi) SEGERA : 1) Pasang oksigen 1-2L/menit 2) Pasang infus Ringer Laktat dan Dextrosa/Glukosa 10 % dengan perbandingan 1 : 1 (RLG 5 %) 3) Berikan glukosa 10% intra vena(iv) bolus, dosis: 5 ml/kgbb bersamaan dengan 4) ReSoMal 5 ml/kgbb melalui NGT (Naso Gastric Tube) Jam 1 Teruskan pemberian cairan RLG 5% diatas sebanyak 15 ml/ kg BB selama 1 jam, atau 5 tts/menit/kgbb/(infus tetes makro 20cc/menit) Catat nadi dan frekuensi nafas setiap 10 menit, selama 1 jam (Tabel 1). Jam II Bila nadi menguat & frekuensi nafas turun, infus diteruskan dengan cairan dan tetesan yang sama selama 1 jam. Bila rehidrasi belum selesai dan anak minta minum berikan ReSoMal sesuai kemampuan anak. Catat nadi dan frekuensi nafas setiap 10 menit, selama 1 jam ke II (Tabel 1). Jam II denyut nadi tetap lemah dan frekuensinya tetap tinggi serta pernafasan frekuensinya tetap tinggi. Teruskan pemberian cairan intra vena dengan dosis diturunkan menjadi 1 tts makro/menit/kgbb (4 ml /kgbb/jam). Bila tidak mampu melakukan transfusi segera rujuk ke RS. 10 jam berikutnya Catat denyut nadi, frekuensi nafas tiap 1 jam Bila pemberian cairan intra vena selesai (jangan dulu dicabut). Berikan ReSoMal dan F-75 (Tabel 2.). Selama 10 jam berikutnya, secara berselang seling setiap 1 jam. ReSoMal : dosis 5 _ 10 ml/ kgbb/pemberian F-75 : dosis menurut BB (Tabel F-75 dengan edema dan tanpa edema Buku 1 hal. 23-24). Bila anak masih menetek, berikan ASI setelah pemberian F-75. Di RS Perhatikan tanda-tanda gagal jantung. Bila ada Bila tidak ada Berikan Furosemid dosis 1 mg/ kgbb secara IV. bila darah siap diberikan. (Hati-hati pada penderita malaria) Jangan diberikan furosemid sebelum transfusi. Transfusikan segera packed red cells. Bila tidak ada packed red cells, dapat ditransfusikan darah segar. Bila sudah Rehidrasi : Diare (-) : hentikan ReSoMal teruskan F 75 setiap 2 jam (Tabel 3.B.) Catat denyut nadi, frekuensi nafas tiap 1 jam Perhatikan over rehidrasi yang dapat menyebabkan gagal jantung Diare (+) : Setiap diare berikan ReSoMal * Anak < 2 th : 50-100 ml/setiap diare * Anak > 2 th : 100-200 ml/setiap diare Bila anak masih menetek beri ASI setelah F75 Transfusikan packed red cells, 10 ml/kgbb/3 jam atau 1tts makro/kgbb/ menit. Selama transfusi hentikan cairan oral dan intra vena. Transfusikan darah segar, 10 ml/kgbb/3 jam atau 1tts makro/kgbb/ menit. Selama transfusi hentikan cairan oral dan intra vena. Ukur dan catat denyut nadi dan frekuensi nafas setiap 30 menit dengan menggunakan (Tabel 3A) Setelah selesai transfusi darah, segera berikan F-75 setiap 2 jam (tanpa ReSoMal, lihat Tabel 3.B.), dosis menurut BB (Tabel F-75 Buku 1 Hal. 23-24). Bila anak masih menetek, berikan ASI setelah pemberian F-75. Bila diare / muntah berkurang dan anak dapat menghabiskan sebagian besar F-75, Berikan F75 tiap 3 jam (sisanya diberikan lewat NGT) Bila masih menetek berikan ASI antara pemberian F-75. Bila tidak ada diare / muntah dan anak dapat menghabiskan F-75 ubahlah pemberian F-75 menjadi setiap 4 jam, Bila masih menetek berikan ASI antara pemberian F-75 8 BUKU BAGAN TATALAKSANA ANAK GIZI BURUK DIREKTORAT BINA GIZI - DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KIA

RENCANA 1 (Lanjutan) PEMBERIAN CAIRAN DAN MAKANAN UNTUK STABILISASI Renjatan (syok), Letargis dan Muntah/Diare/Dehidrasi Tabel I. : Monitoring Pemberian Cairan Intra Vena (IV) MONITORING Jam pertama Jam kedua Awal Waktu (contoh) 9.00 Pernafasan Denyut Nadi 30 9.30 60 10.00 90 10.30 120 11.00 Tabel 2 : Monitoring Pemberian Cairan ReSoMal dan F-75 (Lanjutan Tabel I) MONITORING PERIODE 10 JAM Jam ke... 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Waktu (contoh) Pernafasan Denyut Nadi Produksi Urine : ada tidak Frekuensi BAB Frekuensi Muntah Tanda Rehidrasi Asupan ReSoMal (ml) Asupan F-75 (ml) 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00 17.00 10 19.00 20.00 21.00 Tabel 3. A : Monitoring Pemberian Transfusi Darah (Segar atau Packed Red Cells) MONITORING Jam pertama Jam kedua Jam ketiga Awal Waktu (contoh) 10.00 Pernafasan Denyut Nadi 30 10.30 60 11.00 90 11.30 120 12.00 150 12.30 180 13.00 Tabel 3.B : Monitoring Pemberian F-75 Tanpa ReSoMal (Lanjutan Tabel 2) MONITORING PERIODE 10 JAM Jam ke... 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Waktu (contoh) Pernafasan Denyut Nadi Asupan F-75 (ml) 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00 17.00 10 19.00 20.00 21.00 Catatan : Hentikan pemberian SEMUA CAIRAN IV bila ada tanda bahaya sebagai berikut : 1. Denyut nadi dan frekuensi nafas meningkat, atau 2. Vena Jugularis terbendung, atau 3. Edema meningkat, misal : kelopak mata membengkak (Penanganan tanda bahaya No. 1 dapat dilihat pada Buku II halaman 1-5) Evaluasi setelah 1 jam bila membaik lanjutkan Rencana 1 sampai selesai, diteruskan Pemberian cairan dan makanan untuk tumbuh kejar, lihat Buku I hal 14. bila tidak membaik, kemungkinan terjadi gagal jantung, segera lakukan tindakan sesuai kondisi atau rujuk. Bila renjatan/ syok sudah teratasi, usahakan pemberian ReSoMal dan F-75 secara Oral, bila tidak habis sisanya diberikan lewat NGT, atau kalau tidak bisa lewat Oral berikan semua lewat NGT. Cara pengisian Tabel, lihat Buku II hal. 45 --46 (sesuai dengan kondisi anak). DIREKTORAT BINA GIZI - DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KIA BUKU BAGAN TATALAKSANA ANAK GIZI BURUK 9

RENCANA 1I PEMBERIAN CAIRAN DAN MAKANAN UNTUK STABILISASI (Letargis dan Muntah/Diare/ Dehidrasi) Segera berikan bolus glukosa 10% intra vena, 5 ml / kgbb Lanjutkan dengan glukosa atau larutan gula pasir 10% melalui NGT sebanyak 50 ml 2 jam pertama * * Berikan ReSoMal secara Oral/NGT setiap 30 menit, dosis : 5 ml / kgbb setiap pemberian. Catat nadi, frekuensi nafas dan pemberian ReSoMal setiap 30 menit (Tabel 4). Membaik Memburuk (Renjatan/Syok) Segera infus lihat RENCANA I Tanpa pemberian bolus glukosa 10 jam berikutnya : Teruskan pemberian ReSoMal berselang seling dengan F75 setiap 1 jam ReSoMal : 5-10 ml /kgbb / setiap pemberian (Tabel 4). F-75 setiap 2 jam dosis menurut BB (Tabel F-75 dengan/tanpa edema Buku I hal. 23-24). Catat denyut nadi, frekuensi nafas setiap I jam Bila sudah Rehidrasi : * Diare (-) : Hentikan ReSoMal teruskan F75 setiap 2 jam (Tabel 3.B). * Diare (+) : Setiap diare berikan ReSoMal * Anak < 2 th : 50-100 ml/setiap diare * Anak > 2 th : 100-200 ml/setiap diare Bila anak masih menetek, berikan ASI antara pemberian F-75 Diare dan muntah berkurang, anak mampu menghabiskan sebagian besar F-75, berikan F-75 tiap 3 jam Bila anak masih menetek, teruskan ASI antara pemberian F-75 Bila tidak ada diare / muntah dan anak dapat menghabiskan F-75, ubah pemberian F-75 menjadi setiap 4 jam, Bila anak masih menetek, berikan ASI antara pemberian F-75 Tabel 4 : Monitoring Pemberian Cairan ReSoMal dan F-75 MONITORING 2 jam pertama Jam ke (10 jam berikutnya) Awal 30 60 90 120 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Waktu (contoh) Pernafasan Denyut Nadi Produksi Urine : ada tidak Frekuensi BAB Frekuensi Muntah Tanda Rehidrasi Asupan ReSoMal (ml) Asupan F-75 (ml) 00 08.30 09.00 09.30 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00 17.00 10 19.00 20.00 Catatan : Hentikan pemberian SEMUA CAIRAN Oral/NGT bila ada tanda bahaya sebagai berikut : 1. Denyut nadi dan frekuensi nafas meningkat, atau 2. Vena Jugularis terbendung, atau 3. Edema meningkat, misal : kelopak mata membengkak (Penanganan tanda bahaya No. 1 dapat dilihat pada Buku II halaman 1-5) Evaluasi setelah 1 jam, bila membaik lanjutkan Rencana II sampai selesai, Teruskan pemberian cairan dan makanan untuk tumbuh kejar, lihat Buku I hal 14. Bila tidak membaik, kemungkinan terjadi gagal jantung, segera lakukan tindakan sesuai kondisi atau rujuk. Bila anak sudah sadar usahakan pemberian ReSoMal dan F-75 secara Oral, bila tidak habis sisanya diberikan lewat NGT, atau kalau tidak bisa lewat Oral berikan semua lewat NGT. Cara pengisian tabel, lihat Buku II hal. 47. (sesuai dengan kondisi anak) 10 BUKU BAGAN TATALAKSANA ANAK GIZI BURUK DIREKTORAT BINA GIZI - DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KIA

RENCANA 1II PEMBERIAN CAIRAN DAN MAKANAN UNTUK STABILISASI (Muntah dan atau Diare atau Dehidrasi) Segera berikan 50ml glukosa atau larutan gula pasir 10% (Oral/NGT) 2 jam I : * * Berikan ReSoMal secara Oral/NGT setiap 30 menit, dosis : 5 ml / kgbb setiap pemberian. Catat nadi, frekuensi nafas dan pemberian ReSoMal setiap 30 menit (Tabel 4). Membaik Memburuk (Renjatan/Syok) Segera infus lihat RENCANA I Tanpa pemberian bolus glukosa 10 jam berikutnya : Teruskan pemberian ReSoMal berselang seling dengan F75 setiap 1 jam ReSoMal : 5-10 ml / kgbb / setiap pemberian. F-75 setiap 2 jam dosis menurut BB (Tabel F-75 dengan/tanpa edema Buku I hal. 23-24). Catat denyut nadi, frekuensi nafas (Tabel 4). Bila sudah Rehidrasi : * Diare (-) : Hentikan ReSoMal teruskan F75 setiap 2 jam * Diare (+) : Setiap diare berikan ReSoMal * Anak < 2 th : 50-100 ml/setiap diare * Anak > 2 th : 100-200 ml/setiap diare Bila anak masih menetek, berikan ASI antara pemberian F-75 Bila diare / muntah berkurang, dapat menghabiskan F-75, ubah pemberian F-75 menjadi setiap 3 jam, Bila tidak ada diare dan anak dapat menghabiskan F-75 ubah pemberian F-75 menjadi setiap 4 jam, Bila anak masih menetek, berikan ASI antara pemberian F-75 Tabel 4 : Monitoring Pemberian Cairan ReSoMal dan F-75 MONITORING 2 jam pertama Jam ke (10 jam berikutnya) Awal 30 60 90 120 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Waktu (contoh) Pernafasan Denyut Nadi Produksi Urine : ada tidak Frekuensi BAB Frekuensi Muntah Tanda Rehidrasi Asupan ReSoMal (ml) Asupan F-75 (ml) 00 08.30 09.00 09.30 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00 17.00 10 19.00 20.00 Catatan : Hentikan pemberian SEMUA CAIRAN Oral/NGT bila ada tanda bahaya sebagai berikut : 1. Denyut nadi dan frekuensi nafas meningkat, atau 2. Vena Jugularis terbendung, atau 3. Edema meningkat, misal : kelopak mata membengkak (Penanganan tanda bahaya No. 1 dapat dilihat pada Buku II halaman 1-5) Evaluasi setelah 1 jam, bila membaik lanjutkan Rencana II sampai selesai, Teruskan pemberian cairan dan makanan untuk tumbuh kejar, lihat Buku I hal 14. Bila tidak membaik, kemungkinan terjadi gagal jantung, segera lakukan tindakan sesuai kondisi atau rujuk. Usahakan pemberian ReSoMal dan F-75 secara Oral, bila tidak habis sisanya diberikan lewat NGT, atau kalau tidak bisa lewat Oral berikan semua lewat NGT. Cara pengisian tabel, lihat Buku II hal. 47. (sesuai dengan kondisi anak) DIREKTORAT BINA GIZI - DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KIA BUKU BAGAN TATALAKSANA ANAK GIZI BURUK 11

RENCANA IV PEMBERIAN CAIRAN DAN MAKANAN UNTUK STABILISASI (Letargis) Segera berikan bolus glukosa 10% intra vena, 5 ml / kgbb lanjutkan dengan glukosa atau larutan gula pasir 10% melalui NGT sebanyak 50 ml 2 jam I : * Berikan F-75 setiap 30 menit, I / 4 dari dosis untuk dosis untuk 2 jam dengan berat badan (NGT) * Catat nadi, frekuensi nafas (Tabel 5) Bila belum sadar (masih letargis) Bila sudah sadar (tidak letargis) 2 jam II : Ulangi pemberian F-75 setiap 30 menit, I/4 dari dosis untuk 2 jam sesuai dengan berat badan (NGT) seperti langkah diatas. Pikirkan penyebab lain. Catat nadi, pernafasan kesadaran dan masukkan F-75 setiap 30 menit (Tabel 5) Bila sudah sadar (tidak letargis) 10 jam berikutnya : Lanjutkan F-75 dosis setiap 2 jam (oral/ngt) Catat nadi, pernafasan dan kesadaran setiap 1 jam Bila masih menetek berikan ASI antara pemberian F-75 Bila anak dapat menghabiskan sebagian besar F-75, ubah pemberian menjadi setiap 3 jam Bila anak masih menetek berikan ASI antara pemberian F-75 Bila anak dapat menghabiskan F-75, ubahlah pemberian menjadi setiap 4 jam. Bila anak masih menetek berikan ASI antara pemberian F-75 Tabel 5 : Monitoring Pemberian F-75 MONITORING Waktu (contoh) Pernafasan Denyut Nadi Kesadaran : Letargis tdk letargis Asupan F-75 (ml) Awal 00 2 jam pertama 2 jam kedua Jam ke (10 jam berikutnya) 30 08.30 60 09.00 90 09.30 120 10.00 150 10.30 180 11.00 210 11.30 240 12.00 1 13.00 2 14.00 3 15.00 4 16.00 5 17.00 6 10 7 19.00 8 20.00 9 21.00 10 22.00 Catatan : Kurangi pemberian F-75 sesuai dengan kebutuhan kalori minimal pada fase stabilisasi (Tabel F-75 dengan atau tanpa edema pada Buku I hal. 23-24), bila ada tanda bahaya sebagai berikut : 1. Denyut nadi dan frekuensi nafas meningkat, atau 2. Vena Jugularis terbendung, atau 3. Edema meningkat, misal : kelopak mata membengkak (Penanganan tanda bahaya No. 1 dapat dilihat pada Buku II halaman 1-5) Evaluasi setelah 1 jam, bila membaik lanjutkan Rencana IV sampai selesai, diteruskan pemberian cairan dan makanan untuk tumbuh kejar, (lihat Buku I hal 14.) bila tidak membaik, kemungkinan terjadi gagal jantung, segera lakukan tindakan sesuai kondisi atau rujuk. Bila anak sudah sadar, usahakan pemberian F-75 secara Oral, bila tidak habis sisanya diberikan lewat NGT, atau kalau tidak bisa lewat Oral berikan semua lewat NGT. Cara pengisian tabel, lihat Buku II hal. 48. (sesuai dengan kondisi anak) 12 BUKU BAGAN TATALAKSANA ANAK GIZI BURUK DIREKTORAT BINA GIZI - DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KIA

RENCANA V PEMBERIAN CAIRAN DAN MAKANAN UNTUK STABILISASI (Penderita Gizi buruk tidak menunjukkan tanda bahaya atau tanda penting tertentu) Segera berikan 50 ml glukosa/larutan gula pasir 10% oral Catat nadi, pernafasan dan kesadaran (Tabel 6) 2 jam pertama : Berikan F-75 setiap 30 menit, 1/4 dari dosis untuk 2 jam sesuai berat badan ( Tabel F-75 dengan atau tanpa edema pada Buku I hal. 23-24) Catat nadi, pernafasan, kesadaran dan asupan F-75 setiap 30 menit (Tabel 6) 10 jam berikutnya : Teruskan pemberian F-75 setiap 2 jam (Tabel F-75 dengan/ tanpa edema pada Buku I hal. 23-24) Catat nadi, frekuensi nafas dan asupan F75 (Tabel 6) Bila anak masih menetek berikan ASI antara pemberian F75 Bila anak dapat menghabiskan sebagian besar F75, ubah pemberian menjadi setiap 3 jam Bila anak masih menetek berikan ASI antara pemberian F75 Bila anak dapat menghabiskan F75, ubah pemberian menjadi setiap 4 jam, Bila anak masih menetek berikan ASI antara pemberian F75 Tabel 6 : Monitoring Pemberian F-75 MONITORING 2 jam pertama Jam ke (10 jam berikutnya) Awal 30 60 90 120 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Waktu (contoh) Pernafasan Denyut Nadi Asupan F-75 (ml) 00 08.30 09.00 09.30 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00 17.00 10 19.00 20.00 Catatan : Kurangi pemberian F-75 sesuai dengan kebutuhan kalori minimal pada fase stabilisasi (Tabel F-75 dengan atau tanpa edema pada Buku I hal. 23-24), bila ada tanda bahaya sebagai berikut : 1. Denyut nadi dan frekuensi nafas meningkat, atau 2. Vena Jugularis terbendung, atau 3. Edema meningkat, misal : kelopak mata membengkak (Penanganan tanda bahaya No. 1 dapat dilihat pada Buku II halaman 1-5) Evaluasi setelah 1 jam, bila membaik lanjutkan Rencana V sampai selesai, diteruskan Pemberian cairan dan makanan untuk tumbuh kejar, (lihat Buku I hal 14.) bila tidak membaik, kemungkinan terjadi gagal jantung, segera lakukan tindakan sesuai kondisi atau dirujuk. Usahakan pemberian F-75 secara Oral, bila tidak habis sisanya diberikan lewat NGT, atau kalau tidak bisa lewat Oral berikan semua lewat NGT. Cara pengisian tabel, lihat Buku II hal. 49. (sesuai dengan kondisi anak) DIREKTORAT BINA GIZI - DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KIA BUKU BAGAN TATALAKSANA ANAK GIZI BURUK 13

FASE TRANSISI DAN REHABILTASI PEMBERIAN CAIRAN DAN MAKANAN UNTUK TUMBUH KEJAR Pada Tahap Akhir Fase Stabilisasi Bila setiap dosis F-75 yang diberikan dengan interval 4 jam dapat dihabiskan, maka: *) CATATAN : Sebelum pemberian F-100, berikan dulu I hari F-100 dengan volume seperti F-75 Lihat kondisi anak apakah sudah stabil F-75 diganti dengan F-100, diberikan setiap 4 jam, dengan dosis sesuai BB seperti dalam tabel F-75 pada Buku I Hal. 23-24, dipertahankan selama 2 hari. Ukur dan catat nadi, pernafasan dan asupan F-100 setiap 4 jam (tabel 7). Berikan ASI antara pemberian F-100 Pada hari ke 3, mulai diberikan F-100 dengan dosis sesuai BB dalam tabel F- 100 pada Buku I Hal. 25 Pada 4 jam berikutnya, dosisnya dinaikkan 10 ml, hingga anak tidak mampu menghabiskan jumlah yang diberikan, dengan catatan tidak melebihi dosis maksimal dalam tabel F-100. FASE TRANSISI Pada hari ke 4 diberikan F-100 setiap 4 jam, dengan dosis sesuai BB berkisar antara dosis minimal dan dosis maksimal dengan ketentuan tidak boleh melampaui dosis maksimal dalam tabel F-100. Pemberian F-100 dengan dosis seperti ini dipertahankan sampai hari ke 7-14 (hari terakhir fase transisi) sesuai kondisi anak. Selanjutnya memasuki fase rehabilitasi dengan menggunakan F-100 dan makanan padat sesuai dengan BB anak. Kriteria pulang dari rumah sakit (halaman 18) Bila BB < 7 kg Bila BB > 7 kg Berikan F-100 ditambah dengan makanan bayi/ lumat dan sari buah Berikan F-100 ditambah dengan makanan anak/ lumat serta buah FASE REHABILITASI Terus berikan makanan tahap rehabilitasi ini sampai tercapai : BB/TB-PB > -2 SD Standar WHO 2005 (kriteria sembuh) Tabel 7 : Monitoring Pemberian F-100 Pemberian F-100 Interval Monitoring : Tiap 4 jam Waktu (contoh) Pernafasan Denyut Nadi Asupan F-100 (ml) *) 00 12.00 16.00 20.00 24.00 04.00 Catatan : Kurangi pemberian F-100 bila ada tanda bahaya sebagai berikut : 1. Denyut nadi dan frekuensi nafas meningkat, atau 2. Vena Jugularis terbendung, atau 3. Edema meningkat, misal : kelopak mata membengkak (Penanganan tanda bahaya No. 1 dapat dilihat pada Buku II halaman 1-5) Evaluasi setelah 1 jam, lanjutkan pemberian cairan makanan sampai selesai. Usahakan pemberian F-100 secara Oral, Cara pengisian Tabel, lihat Buku II hal. 50 14 BUKU BAGAN TATALAKSANA ANAK GIZI BURUK DIREKTORAT BINA GIZI - DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KIA

PETUNJUK PEMBERIAN ANTIBIOTIKA DOSIS PEMBERIAN ANTIBIOTIKA BERDASARKAN BERAT BADAN Tidak ada komplikasi Komplikasi (renjatan, hipoglikemia, hipotermia, dermatosis dengan kulit kasar/infeksi saluran nafas atau infeksi saluran kencing atau letargis/ tampak sakit). BERIKAN : *) Kotrimoksasol per oral (25 mg sulfametoksasol + 5 mg trimetoprim /kgbb) Setiap 12 jam selama 5 hari Gentamisin IV atau IM (7,5 mg/kgbb) setiap hari sekali selama 7 hari, ditambah : Ampisilin IV atau IM (50 mg/kg) setiap 6 jam selama 2 hari Ikuti dengan Amoksisilin oral (15 mg/kg), setiap 8 jam selama 5 hari Amoksisilin Ampisilin Bila tidak membaik dalam waktu 48 jam tambahkan Kloramfenikol IV atau IM (25 mg/kg), setiap 8 jam selama 5 hari (beri setiap 6 jam bila diperkirakan meningitis) Bila ada infeksi khusus yang membutuhkan tambahan antibiotik, beri Antibiotik khusus seperti tercantum pada halaman 16 I 2 Jika anak tidak kencing, Gentamisin akan menumpuk di dalam tubuh dan menyebabkan tuli, jangan diberi dosis kedua sampai anak bisa kencing Jika Amoksisilin tidak tersedia, beri Ampisilin 50 mg/kg peroral setiap 6 jam selama 5 hari *)untuk mudahnya, perhitungan dosis menurut BB **) Pada pemberian kloramfenikol, hati-hati bila penderita anemia berat. Sebaiknya diberikan transfusi. DIREKTORAT BINA GIZI - DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KIA BUKU BAGAN TATALAKSANA ANAK GIZI BURUK 15