ABSTRACT

dokumen-dokumen yang mirip
GAMBARAN CUCI TANGAN PERAWAT DI RUANG RA, RB, ICU,CVCU, RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-journal) Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: )

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga pasien merupakan pihak yang mempunyai hak untuk

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada lima isu

PENGARUH METODE HAND WASH TERHADAP PENURUNAN JUMLAH ANGKA KUMAN PADA PERAWAT RUANG RAWAT INAP DI RSKIA PKU MUHAMMADIYAH KOTAGEDE YOGYAKARTA

PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL DALAM PELAKSANAAN CUCI TANGAN

Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun Saptorini**) **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI. Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) , Fax (0721)

PENDAHULUAN. dapat berasal dari komunitas (community acquired infection) atau berasal dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Keselamatan pasien (Patient Safety) adalah isu global dan nasional bagi

The Relations of Knowledge and The Adherence to Use PPE in Medical Service Employees in PKU Muhammadiyah Gamping Hospital.

BAB I PENDAHULUAN. pasien lain dan dari lingkungan yang tercemar kepada pasien. Hand hygiene

Efektifitas Alkohol dan Klorin Sebagai Disinfekta

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016

Dwi Sulistyowati Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Keperawatan. Keywords: Knowledge, Attitudes, Behaviors, Inos, Nurse.

BAB 1. Pendahuluan. Infeksi nosokomial yaitu setiap infeksi yang. didapat selama perawatan di rumah sakit, infeksi yang

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ANGKA KUMAN UDARA DI RUANG RAWAT INAP KELAS III RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

Infeksi yang diperoleh dari fasilitas pelayanan kesehatan adalah salah satu penyebab utama kematian dan peningkatan morbiditas pada pasien rawat

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG REKAM MEDIS DENGAN KELENGKAPAN PENGISIAN CATATAN KEPERAWATAN JURNAL PENELITIAN MEDIA MEDIKA MUDA

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan merupakan bagian terpenting dalam. diantaranya perawat, dokter dan tim kesehatan lain yang satu dengan yang

Perbedaan angka kuman di telapak tangan perawat menurut tingkat pengetahuan dan kepatuhan pelaksanaan cuci tangan di rumah sakit swasta

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU CUCI TANGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK SD

Gambaran Pengetahuan dan Perilaku Cuci Tangan Perawat, PPDS, Dan Staf Unit Perinatologi Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Medan Tahun 2013

Hubungan Kepatuhan Perawat dalam Cuci Tangan Enam Langkah Lima Momen dengan Kejadian Phlebitis di RSI Kendal.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. (WHO, 2002). Infeksi nosokomial (IN) atau hospital acquired adalah

BAB I PENDAHULUAN. yang berarti keselamatan pasien adalah hukum yang tertinggi (Hanafiah & Amir,

HUBUNGAN PAPARAN MEDIA INFORMASI TERHADAP PRAKTIK HAND HYGIENE PADA PENUNGGU PASIEN DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD Dr. ADHYATMA TUGUREJO KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. maupun tidak langsung kematian pasien. Infeksi nasokomial ini dapat berasal dari

SKRIPSI HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN KEPATUHAN CUCI TANGAN ENAM LANGKAH LIMA MOMEN PERAWAT DI IRNA C RSUP SANGLAH DENPASAR

HUBUNGAN PENDIDIKAN, MASA KERJA DAN BEBAN KERJA DENGAN KESELAMATAN PASIEN RSUD HAJI MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Infeksi nosokomial merupakan problem klinis yang sangat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang ditunjukkan setelah pasien

nosokomial karena penyakit infeksi. Di banyak negara berkembang, resiko perlukaan karena jarum suntik dan paparan terhadap darah dan duh tubuh jauh

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat pasien

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Mahasiswa Terhadap Kepatuhan Melakukan Cuci Tangan dengan Metode Hand Wash

HUBUNGAN KINERJA PERAWAT DENGAN KEPUASAN PASIEN RUANG RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT PANTI WALUYA MALANG ABSTRAK

Windi Tatinggulu*, Rooije.R.H.Rumende**, Tinneke Tololiu**.

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir, angka kejadian penyakit infeksi

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Infeksi nosokomial atau Hospital-Acquired Infection. (HAI) memiliki kontribusi yang besar terhadap tingkat

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN KINERJA PERAWAT DI RSUD SARAS HUSADA PURWOREJO

PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN UPAYA PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMAL (Studi di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Sayidiman Magetan)

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN PENERAPAN KOMPENSASI PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RSUD MUNTILAN NASKAH PUBLIKASI

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

BAB 1 PENDAHULUAN. Hepatitis akut. Terdapat 6 jenis virus penyebab utama infeksi akut, yaitu virus. yang di akibatkan oleh virus (Arief, 2012).

UNIVERSITAS ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS Laporan analisis kasus, September 2014 ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI MAHASISWA TENTANG MUTU PELAYANAN POLIKLINIK DIAN NUSWANTORO DENGAN KEPUTUSAN PEMANFAATAN ULANG DI UPT POLIKLINIK DIAN

PELAKSANAAN CUCI TANGAN HAND RUB PERAWAT DI RUANG PRE OPERASI KAMAR BEDAH

KARMILA /IKM

HUBUNGAN SUPERVISI KEPALA RUANG DENGAN PENERAPAN HAND HYGIENE DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit sebagai bagian lembaga penyelenggaraan pelayanan publik dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. mencetuskan global patient safety challenge dengan clean care is safe care, yaitu

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN. termasuk di dalamnya Co Ass ( mahasiswa program pendidikan profesi dokter

BAB I PENDAHULUAN. termasuk debu, sampah dan bau. Masalah kebersihan di Indonesia selalu

UJI EFEKTIVITAS DARI BEBERAPA ANTISEPTIK SEBAGAI STANDARISASI KERJA CUCI TANGAN DI CSSD-GBPT RSUD DR. SOETOMO

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KUALITAS ASUHAN IBU NIFAS DAN KEPUASAN PASIEN DI RSUD SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Alat Pelindung Diri (APD) sangat penting bagi perawat. Setiap hari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. penting bagi kelangsungan hidup, modal dasar dan fungsi utama pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2009, maka diperlukan adanya fasilitas pelayanan kesehatan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang terdapat pada pasien selama berada

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL DENGAN PERILAKU CUCI TANGAN DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

GAMBARAN TINGKAT KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL CUCI TANGAN DI INSTALASI GAWAT DARURAT. Naskah Publikasi

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

CORELATION BETWEEN KNOWLEDGE OF HANDHYGIENE AND HANDHYGIENE COMPLIANCE IMPLEMENTATION IN CLINICAL DEGREE OF MEDICAL STUDENTS ABSTRACT

BAB 1 PENDAHULUAN. ketidaknyamanan yang berkepanjangan sampai dengan kematian. Tindakan

HUBUNGAN CRP (C-REACTIVE PROTEIN) DENGAN KULTUR URIN PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH PADA ANAK DI RSUP. HAJI ADAM MALIK TAHUN 2014.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tanggung jawab dan wewenang dalam mengelola kegiatan pelayanan

HUBUNGAN KINERJA PERAWAT DENGAN KEPUASAN KERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PENERAPAN UNIVERSAL PRECAUTION PADA PERAWAT DI BANGSAL RAWAT INAP RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

Kata kunci : Rumah Sakit, Infeksi Nosokomial, Antiseptic Hand rub Kepustakaan : 55 (15 Jurnal+20 Buku+6 Skrispi & tesis+14 Website)

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan atau pelatihan medik dan para medik, sebagai tempat. lantai makanan dan benda-benda peralatan medik sehingga dapat

Peran Perawat dalam Pengendalian Infeksi Nosokomial di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. T. Mansyur Tanjungbalai

GAMBARAN PELAKSANAAN CUCI TANGAN OLEH PERAWAT SEBELUM DAN SETELAH MELAKUKAN TINDAKAN KEPERAWATAN PASIEN RAWAT INAP RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

PERILAKU PERAWAT TENTANG CUCI TANGAN SEBELUM DAN SESUDAH TINDAKAN KEPERAWATAN DI RUANG RUMAH SAKIT ISLAM SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Higienitas Pasien Skabies di Puskesmas Panti Tahun 2014

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Infeksi merupakan suatu keadaan ditemukan adanya agen infeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. Mikroorganisme penyebab penyakit infeksi disebut juga patogen

HUBUNGAN PERAN PERAWAT PELAKSANA TERHADAP PENGENDALIAN INFEKSI NOSOKOMIAL DI RUMAH SAKIT UMUM PERTAMINA PANGKALAN BRANDAN TAHUN 2014 ABSTRAK

Jurnal Keperawatan, Volume VIII, No. 2, Oktober 2012 ISSN

1 Universitas Kristen Maranatha

PERBEDAAN INDEKS HIGIENE ORAL DAN ph PLAK KELOMPOK PEMAKAI DAN BUKAN PEMAKAI PESAWAT ORTODONTI CEKAT LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

ANALISIS TINDAKAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PERAWAT DALAM PENGENDALIAN INFEKSI NOSOKOMIAL DI RUANG ICU RSUD DR. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH

GAMBARAN PELAKSANAAN CUCI TANGAN PENGUNJUNG DI BANGSAL AR ROYAN RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA UNIT II

Relationship Knowledge, Motivation And Supervision With Performance In Applying Patient Safety At RSUD Haji

ABSTRAK EFEKTIFITAS TISU BASAH ANTISEPTIK SEBAGAI ALTERNATIF CUCI TANGAN BIASA DALAM MENURUNKAN JUMLAH BAKTERI TELAPAK TANGAN

PENGETAHUAN DAN PENERAPAN FIVE MOMENTS CUCI TANGAN PERAWAT DI RSUD SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. sakit. Infeksi nosokomial/hospital acquired infection (HAI) adalah infeksi

BAB I PENDAHULUAN. Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia di seluruh dunia sangat

PREVALENSI PHLEBITIS PADA PASIEN RAWAT INAP DENGAN INFUS DI RSUD TUGUREJO SEMARANG

Eskalila Suryati 1 ; Asfriyati 2 ; Maya Fitria 2 ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. kualitas mutu pelayanan kesehatan. Rumah sakit sebagai tempat pengobatan, juga

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS). Dampak dari proses pelayanan

ARTIKEL PENELITIAN. Hj.Evi Risa Mariana 1, Zainab², H.Syaifullah Kholik³ ABSTRAK

Transkripsi:

1

1 Hubungan Kebiasaan Cuci Tangan menggunakan Sabun dan Air dengan Jumlah Koloni Kuman pada Telapak Tangan Perawat di Ruang Rawat Inap RSUD Kota Semarang 2014 Ravenala Honesty Putri 1, Supriyono Asfawi 2 1 Mahasiswa Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang 2 Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang Email : ravenalahonesty@yahoo.com ABSTRACT Nosocomial infections are infections that caused by transmission of pathogenic organisms from the hospital environment to uninfected patients. Some nosocomial infection in Semarang District hospital were catheter-related urinary tract infection (0.084%), pneumonia (0.016 %), sepsis (1.69%), plebitis (0.12%) and infections caused by blood transfusion (1.02 %). This study aims to determine the relationship between handwashing habits using soap and water with a number of germs colonies on nurses palms in the inpatient wards of Semarang District Hospital. This was observational analytic research with cross-sectional design. Respondents were 50 nurses in inpatient wards. Variables were hand washing habit, hand washing method, hand washing duration, frequency of hand washing, hand towel using and a number of germs colonies on nurse palms. The instruments were questionnaire, observation sheets and a set of tool for checking hand swab specimens. Spearman rank correlation and Mann Whitney difference test were used for data analysis. Results showed that the proportion of female nurses were more than male, average of age was 31 years, average of working period was 5 years and education was diploma. Factors related to number of germs colonies on nurses palms were hand washing method and and frequency of hand washing. There was difference of number of germs colonies based on hand towel using for drying hands. There were no relationship between hand washing habit with and hand washing duration with number of germs colonies. Recommendation for hospital was maintaining the hygiene of hand washing facilities. Nurse have to increase awareness about hand hygiene according to established procedures. Keywords : Nosocomial Infection, Handwashing, Germs Colony 1

2 ABSTRAK Infeksi nosokomial merupakan infeksi akibat transmisi organisme patogen ke pasien yang sebelumnya tidak terinfeksi yang berasal dari lingkungan rumah sakit. Di RSUD Kota Semarang, kejadian infeksi saluran kencing akibat pemasangan kateter sebesar 0,084%, infeksi pneumonia sebesar 0,016%, kejadian sepsis sebesar 1,69%, kejadian plebitis sebesar 0,12% dan angka kejadian infeksi yang disebabkan oleh tranfusi darah sebesar 1,02%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kebiasaan cuci tangan menggunakan sabun dan air dengan jumlah koloni kuman pada telapak tangan perawat di ruang rawat inap RSUD Kota Semarang tahun 2014. Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan desain cross sectional study. Jumlah sampel sebanyak 50 orang perawat. Faktor-faktor yang diteliti antara lain kebiasaan cuci tangan, cara mencuci tangan, lama waktu cuci tangan, frekuensi cuci tangan, penggunaan lap serta jumlah koloni kuman pada telapak tangan perawat. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner, lembar observasi dan seperangkat alat untuk pemeriksaan spesimen usap tangan. Uji statistik yang digunakan yaitu uji korelasi rank spearman dan uji beda mann whitney. Hasil penelitian menunjukkan perawat berjenis kelamin perempuan lebih banyak dibanding laki-laki, rata-rata umur perawat 31 tahun, rata-rata masa kerja melebihi 5 tahun dan riwayat pendidikan terakhir yaitu diploma. Faktor-faktor yang berhubungan dengan jumlah koloni kuman pada telapak tangan adalah cara mencuci tangan dan frekuensi cuci tangan. Faktor yang menunjukkan ada perbedaan yaitu penggunaan lap untuk mengeringkan tangan. Sedangkan kebiasaan cuci tangan menggunakan sabun dan air serta lama waktu mencuci tangan menunjukkan tidak ada hubungan. Disarankan kepada pihak RSUD Kota Semarang agar memperhatikan kebersihan fasilitas mencuci tangan. Serta bagi para petugas kesehatan terutama perawat untuk meningkatkan kesadaran mengenai kebersihan tangan sesuai prosedur yang telah ditetapkan. Kata kunci : Infeksi Nosokomial, Cuci Tangan, Koloni Kuman PENDAHULUAN Rumah sakit merupakan unit pelayanan medis yang sangat kompleks. Kompleksitasnya tidak hanya dari segi jenis dan macam penyakit tetapi juga dari sejumlah orang yang berada di rumah sakit baik yang berinteraksi langsung maupun tidak langsung dengan pasien yang dirawat di rumah sakit. Keadaan ini akan mempermudah terjadinya penularan penyakit infeksi terutama infeksi silang baik dari pasien ke pasien yang dirawat di rumah sakit, maupun antar pasien dengan petugas rumah sakit. Infeksi yang terjadi pada pasien yang sedang dalam proses asuhan keperawatan ini disebut infeksi nosokomial. (1)

58%. (4) Petugas kesehatan mempunyai peran yang besar dalam rantai transmisi 1,02%. (7) Adanya kejadian infeksi di ruang rawat inap RSUD kota Semarang tidak 3 Infeksi nosokomial merupakan infeksi akibat transmisi organisme patogen ke pasien yang sebelumnya tidak terinfeksi yang berasal dari lingkungan rumah sakit. Infeksi nosokomial merupakan problem klinis yang sangat penting saat ini, mengingat terjadinya infeksi nosokomial di rumah sakit. (2) Di Indonesia seperti di Rumah Sakit DKI Jakarta, dengan hasil penelitian 9,8% pasien rawat inap mendapat infeksi baru sedangkan di RSUP Dr.Sardjito, Surabaya kejadian infeksi nosokomial mencapai 73,3% dan infeksi nosokomial mencapai 5,9% berasal dari kamar operasi RSUP Dr. Sardjito, Surabaya. Berdasarkan laporan infeksi nosokomial di RSUP Adam Malik Medan pada Februari 2007 terdapat kejadian infeksi nosokomial plebitis 4,48% dari pasien keluar di ruang CVCU. (3) Kejadian infeksi nosokomial yang tinggi merupakan indikator pentingnya suatu usaha pengendalian infeksi dengan menerapkan standar kewaspadaan infeksi (standar precaution). Penerapan standar precaution meliputi beberapa macam prosedur salah satunya adalah dengan mencuci tangan pada setiap penanganan pasien di rumah sakit. Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa dengan mencuci tangan dapat menurunkan jumlah kuman di tangan hingga infeksi nosokomial. (5) Dalam keperawatan pasien, profesi keperawatan adalah yang paling berperan dalam memberikan pelayanan di rumah sakit karena hampir 24 jam perawat selalu kontak dengan pasien dan berpindah-pindah dari satu pasien ke pasien lainnya, sehinga dengan sendirinya perawat sangat berperan dalam penularan infeksi nosokomial. (6) Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang merupakan Rumah Sakit kelas B (terakreditasi) milik Pemerintah Kota Semarang yang berdiri sejak tahun 1990. Jenis infeksi yang paling sering dialami oleh pasien rawat inap yaitu infeksi saluran kencing akibat pemasangan kateter sebesar 0,084%, infeksi pneumonia sebesar 0,016%, kejadian sepsis sebesar 1,69%, kejadian plebitis sebesar 0,12% dan angka kejadian infeksi yang disebabkan oleh tranfusi darah sebesar dapat dipisahkan dari peran petugas kesehatan terutama perawat, karena

4 perawat sebagai tenaga kesehatan yang paling sering kontak dengan para pasien. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah Mengetahui hubungan antara kebiasaan cuci tangan menggunakan sabun dan air dengan jumlah koloni kuman pada telapak tangan perawat di ruang rawat inap RSUD kota Semarang tahun 2014 METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini bersifat analitik observasional, dengan desain penelitian yaitu cross sectional serta menggunakan analisis labolatorium. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat yang bertugas di ruang rawat inap RSUD kota Semarang berjumlah 100 orang. Sampel penelitian sebanyak 50 orang. Sedangkan teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik Proporsional Random Sampling. Variabel bebas dalam penelitian yaitu kebiasaan cuci tangan menggunakan sabun dan air, cara mencuci tangan, lama waktu cuci tangan, frekuensi cuci tangan dan penggunaan jenis lap, sedangkan variabel terikat yaitu jumlah koloni kuman pada telapak tangan perawat. Metode pengumpulan data dilakukan dengan observasi cara mencuci tangan perawat menggunakan lembar observasi, pemeriksaan mikrobiologis dari swab usapan telapak tangan perawat serta digunakan alat ukur kuesioner mengenai kebiasaan mencuci tangan perawat. HASIL PENELITIAN Analisa Bivariat Tabel 1. Hubungan Kebiasaan Cuci Tangan menggunakan Sabun dan Air dengan Jumlah Koloni Kuman pada Telapak Tangan Perawat Variabel bebas Variabel terikat Nilai ρ Koefisien keterangan value korelasi Kebiasaan cuci tangan Jumlah koloni kuman pada 0,201 0,184 Tidak ada hubungan menggunakan sabun dan air telapak tangan Sumber : Data primer hasil uji rank spearman

5 Berdasarkan hasil uji statistik rank spearman dengan tingkat kepercayaan 95% dan α = 0,05 diperoleh koefisien korelasi kebiasaan cuci tangan menggunakan sabun dan air dengan jumlah koloni kuman pada telapak tangan sebesar 0,184 berarti keeratan korelasi sangat rendah. Nilai p value sebesar 0,201 > 0,05 maka Ho diterima. Tabel 2. Hubungan Cara Mencuci Tangan dengan Jumlah Koloni Kuman pada Telapak Tangan perawat Variabel Variabel terikat Nilai ρ Koefisien Keterangan bebas value korelasi Cara mencuci Jumlah koloni kuman pada 0,000 0,603 Ada hubungan tangan telapak tangan Sumber : Data primer hasil uji rank spearman Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa nilai koefisien korelasi sebesar 0,603 berarti keeratan korelasi antara cara mencuci tangan dengan jumlah koloni kuman pada telapak tangan kuat. P value sebesar 0,000 < ditolak. 0,05 maka Ho Tabel 3. Hubungan Lama Waktu Cuci Tangan dengan Jumlah Koloni Kuman pada Telapak Tangan perawat Variabel bebas Lama waktu cuci tangan Variabel terikat Jumlah koloni kuman pada telapak tangan Nilai ρ value Sumber : Data primer hasil uji rank spearman Koefisien korelasi Keterangan 0,896 0,019 Tidak ada hubungan Hasil uji statistik menggunakan uji korelasi rank spearman dengan tingkat kepercayaan 95% dan α = 0,05 diperoleh nilai r sebesar 0,019 yang berarti tingkat hubungan sangat rendah. Nilai signifikansi atau nilai p value sebesar 0,896 > 0,05 yang berarti tidak signifikan secara statistik. Tabel 4. Hubungan Frekuensi Cuci Tangan dengan Jumlah Koloni Kuman pada Telapak Tangan perawat Variabel bebas frekuensi cuci tangan Variabel terikat Jumlah koloni kuman pada telapak tangan Sumber : Data primer hasil uji rank spearman Nilai ρ value Koefisien korelasi Keterangan 0,018 0,334 Ada hubungan

6 Berdasarkan hasil uji statistik rank spearman terhadap variabel frekuensi cuci tangan dengan jumlah koloni kuman pada telapak tangan dengan tingkat kepercayaan 95% dan α = 0,05 diperoleh nilai p value sebesar 0,018 < 0,05. Nilai koefisien korelasi sebesar 0,334 yang berarti tingkat hubungan rendah. Tabel 5. Perbedaan Jumlah Koloni Kuman pada Telapak Tangan perawat Berdasarkan Penggunaan Lap Variabel bebas penggunaan jenis lap Variabel terikat Nilai ρ value Nilai Z Keterangan Jumlah koloni kuman pada telapak tangan Sumber : Data primer hasil uji mann whitney 0,029-2,190 Ada perbedaan Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa nilai p value sebesar 0,029. Berdasarkan hasil uji statistik mann whitney dengan tingkat kepercayaan 95% dan α = 0,05 diperoleh nilai p value < 0,05 maka dapat diartikan bahwa ada perbedaan jumlah koloni kuman pada telapak tangan perawat yang menggunakan handuk dengan perawat yang menggunakan tisu sekali pakai untuk mengeringkan tangan. PEMBAHASAN 1. Hubungan antara kebiasaan cuci tangan menggunakan sabun dan air dengan jumlah koloni kuman pada telapak tangan perawat Tujuan cuci tangan adalah menghilangkan kotoran dan debu secara mekanis dari permukaan kulit dan mengurangi jumlah mikroorganisme sementara. Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa dengan mencuci tangan dapat menurunkan jumlah kuman di tangan hingga 58%. (4) Berdasarkan hasil uji statistik rank spearman dengan tingkat kepercayaan 95% dan α = 0,05 diperoleh koefisien korelasi kebiasaan cuci tangan menggunakan sabun dan air dengan jumlah koloni kuman pada telapak tangan sebesar 0,184 berarti keeratan korelasi sangat rendah. Nilai p value sebesar 0,201 > 0,05 maka Ho diterima. Sehingga dapat diartikan bahwa tidak ada hubungan antara kebiasaan cuci tangan menggunakan sabun dan air dengan jumlah koloni kuman pada telapak tangan perawat. Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang pernah dilakukan pada tahun 2010 oleh Vastu Broto. Dalam penelitiannya menyatakan bahwa

7 kebiasaan mencuci tangan tidak dengan sabun merupakan faktor risiko kolonisasi bakteri terutama jenis Staphylococcus. (8) Perbedaan hasil ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama bisa disebabkan dari cara mencuci tangan responden. Selain itu, faktor lain yang mempengaruhi adalah air yang digunakan serta derajat kerentanan seseorang terhadap mikroorganisme juga mempengaruhi koloni kuman yang ada di tangan 2. Hubungan antara cara mencuci tangan dengan jumlah koloni kuman pada telapak tangan perawat Mencuci tangan merupakan aktivitas yang mudah untuk dilakukan. Walaupun terlihat mudah ternyata masih banyak juga orang yang salah dalam mencuci tangan dengan benar. Padahal dengan melakukan higiene tangan (hand hygiene) yang tepat dapat mencegah infeksi dan penyebaran resistensi anti mikroba. (9) Hasil uji rank spearman terhadap variabel cara mencuci tangan dengan jumlah koloni kuman, dengan tingkat kepercayaan 95% dan α = 0,05 untuk n = 50 perawat diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar 0,603 berarti keeratan korelasi antara cara mencuci tangan dengan jumlah koloni kuman pada telapak tangan kuat. P value sebesar 0,000 < 0,05 maka Ho ditolak. Sehingga dapat diartikan bahwa ada hubungan antara cara mencuci tangan dengan jumlah koloni kuman pada telapak tangan perawat. Cara mencuci tangan perawat masih belum sesuai prosedur yang telah ditetapkan, padahal di dekat wastafel cuci tangan telah disediakan media komunikasi K3 berbentuk poster mengenai langkah mencuci tangan yang baik dan benar. Namun masih banyak perawat yang mengabaikan pentingnya mencuci tangan sesuai prosedur tersebut. Padahal mencuci tangan haruslah dilakukan dengan teknik yang benar sebab masing-masing langkah cuci tangan memiliki fungsi masing-masing. 3. Hubungan antara lama waktu cuci tangan dengan jumlah koloni kuman pada telapak tangan perawat Hasil uji statistik menggunakan uji korelasi rank spearman dengan tingkat kepercayaan 95% dan α = 0,05 diperoleh nilai r sebesar 0,019 yang berarti tingkat hubungan sangat rendah. Nilai signifikansi atau nilai p value sebesar 0,896 > 0,05 yang berarti tidak signifikan secara statistik. Sehingga

8 dapat diartikan bahwa tidak ada hubungan antara lama waktu cuci tangan dengan jumlah koloni kuman pada telapak tangan perawat. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Sally F.Bloomfield et al (2007) menunjukkan bahwa waktu optimum untuk mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir yaitu selama 30 detik. Namun 15 detik merupakan waktu yang direkomendasikan untuk mencuci tangan higenis sehari-hari. (10) Kandungan bahan aktif yang terdapat pada sabun dapat mempengaruhi perbedaan waktu kontak/lama cuci tangan. Berdasarkan data karakteristik produk sabun dermanios yang digunakan di RSUD tersebut dapat diketahui bahwa penggunaan sabun sebanyak 3 ml untuk cuci tangan higenis, disarankan selama 30 detik. Klorheksidin diglukonat aktif membunuh bakteri dalam waktu kontak selama 30 detik. (11) Oleh sebab itu cuci tangan menggunakan sabun dermanios berbahan dasar klorheksidin disarankan selama 30 detik saja. Bahan aktif klorheksidin bekerja optimal selama waktu tersebut. Mencuci tangan dengan sabun dan air tidak harus selama 40-60 detik seperti standar Depkes. Hal ini berkaitan dengan jenis sabun dan kandungan bahan aktif pada sabun yang digunakan. 4. Hubungan antara frekuensi cuci tangan dengan jumlah koloni kuman pada telapak tangan perawat Hasil analisis data diperoleh nilai signifikan atau nilai p sebesar 0,018. Hasil signifikan karena nilai p value < 0,05, artinya ada hubungan antara frekuensi cuci tangan dengan jumlah koloni kuman pada telapak tangan perawat. Frekuensi mencuci tangan berpengaruh terhadap keberadaan mikroorganisme. Cuci tangan yang sering dilakukan akan mengurangi penyebaran infeksi dari kedua belah tangan petugas kesehatan. (12) Frekuensi mencuci tangan berkaitan erat dengan derajat kontaminasi sesuai dengan kontak. Apabila semakin banyak melakukan kontak baik dengan pasien, dengan petugas medis lain, maupun kontak dengan alat-alat medis, berarti derajat kontaminasinya semakin tinggi dan jumlah mikroorganisme juga semakin banyak. Oleh karena itu frekuensi mencuci tangan juga semaki tinggi. Apabila tangan kotor dan terkontaminasi, sedangkan tidak segera dilakukan cuci tangan maka kuman bisa berkembang

9 biak dengan cepat dan membuat jumlahnya semakin banyak di tangan. (13) Terlalu sering mencuci tangan sama sekali tidak menimbulkan masalah. Kegiatan mencuci tangan tidak akan membawa efek negatif justru akan membuat tangan menjadi lebih bersih sehingga terhindar dari berbagai penyakit. (13) 5. Perbedaan jumlah koloni kuman pada telapak tangan perawat berdasarkan penggunaan jenis lap Hal yang harus dipersiapkan jika mencuci tangan menggunakan sabun dan air antara lain air yang mengalir, sabun serta lap tangan. (14) Uji perbedaan dilakukan untuk mengetahui perbedaan jumlah koloni kuman pada perawat yang menggunakan handuk dan tisu. Hasil uji statistik mann whitney menunjukkan nilai p value sebesar 0,029 untuk tingkat kepercayaan 95% dan α = 0,05. Nilai p value < 0,05 maka dapat diartikan bahwa ada perbedaan jumlah koloni kuman pada telapak tangan perawat yang menggunakan handuk dengan perawat yang menggunakan tisu sekali pakai untuk mengeringkan tangan. Lap tangan dapat menggunakan handuk maupun tisu sekali pakai. Penelitian L. Mascola et al, menyebutkan bahwa handuk bisa menjadi media perpindahan kuman. Pemakaian handuk secara bersama memiliki risiko yang lebih besar dibandingkan dengan yang tidak memakai handuk secara bersama. (15) Hasil pemeriksaan mikrobiologi terhadap sampel handuk di salah satu ruang rawat inap RSUD Kota Semarang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan jumlah koloni kuman pada handuk sebelum dan sesudah digunakan. Apabila kertas lap tidak tersedia, keringkan kedua tangan dengan lap bersih atau pengering. Lap yang digunakan secara bersama-sama dengan cepat terkontaminasi sehingga jangan digunakan. Menggunakan lap kecil atau sapu tangan sendiri dapat menghindari penggunaan lap kotor. Apabila menggunakan lap sendiri, maka lap itu harus dicuci setiap hari. (12) SIMPULAN Hasil penelitian menunjukkan faktor-faktor yang terbukti ada hubungan antara lain cara mencuci tangan (p= 0,000) dan frekuensi cuci tangan dalam 1 shift kerja (p= 0,018). Faktor yang menunjukkan ada perbedaan yaitu

10 penggunaan lap untuk mengeringkan tangan (p=0,029). Sedangkan kebiasaan cuci tangan menggunakan sabun dan air (p=0,201) serta lama waktu mencuci tangan (p=0,896) menunjukkan tidak ada hubungan. SARAN Bagi pihak RSUD Kota Semarang, melakukan evaluasi kembali mengenai keefektivan program pencegahan infeksi nosokomial rumah sakit diantaranya yaitu melakukan evaluasi keberhasilan media komunikasi K3 yang ditempel pada ruangan-ruangan mengenai pentingnya menjaga kebersihan tangan. Selain itu perlu diperhatikan mengenai kebersihan fasilitas untuk mencuci tangan diantaranya kebersihan handuk/tisu sebagai pengering dan kebersihan wastafel untuk mencuci tangan. Meningkatkan kesadaran petugas kesehatan terutama perawat mengenai kebersihan tangan sesuai prosedur yang telah ditetapkan. UCAPAN TERIMAKASIH Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu yaitu Direktur RSUD Kota Semarang, Kepala Bagian Labolatorium Mikrobiologi UNDIP Semarang, pemeriksa spesimen, seluruh perawat serta pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. DAFTAR PUSTAKA 1. Darmadi. Infeksi Nosokomial: Problematika dan Pengendalinnya. Jakarta: Salemba Medika, 2008. 2. Budiarti, L.Y. Jenis Kuman dan Kontaminan Udara di Ruang Perawatan Sub Bagian Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru. Jurnal Kedokteran Yarsi. Banjarbaru. 2007. 3. Napitupulu, J. S. Upaya Pencegahan Infeksi Nosokomial oleh Perawat di Rumah Sakit Sundari Medan. Fakultas Keperawatan USU. Medan (Skripsi). 2009. 4. Girou, E, et al. Efficacy of Handrubing with an Alcohol Based Solution versus Standard Handwashing with Antiseptic Soap : randomised clinical trial. BMJ 2002; 325. 5. World Health Organization. WHO guideline on Handhygiene in Health care (Advanced Draft). 2006 http://premierinc.com/safety/topics/guidelines/downloads/whohandhygieneguidelines.pdf. (diakses 12 Januari 2014) 6. Ayesha Mirza, Haidee T. Hospital-Acquired Infections. emedicine. 2007. http://emedicine.medscape.com/article/967022-overview. (diakses 10 Januari 2014).

7. Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang. Laporan Angka Kejadian Infeksi Nosokomial. Semarang: RSUD Kota Semarang, 2013. 8. Broto, Vastu Ario. Faktor-faktor Risiko yang Mempengaruhi Kolonisasi Staphylococcus aureus pada Atlit Taekwondo di Semarang. Fak. Kedokteran Universitas Diponegoro. Semarang (Artikel Penelitian). 2010. 9. Dobson, RG. Handwashing Programed could be Intervention of Choice for Diarrhoeal Disease. British Medical Journal. 2003 326:1004.. 10. Bloomfield, Sally F, Allison Aiello, Barry Cookson, Carol O Boyle and Elaine Larson. The effectiveness of hand hygiene procedures in reducing the risks of infection in home and community settings including handwashing and alcohol-based hand sanitizers. American Journal. 2007; 35:10. 11. Laboratoires ANIOS. Dermanios Scrub CG Savon Antiseptique. http://www.distrimed.com/telechargement/brochure_anios_dermanios_scrub. pdf (diakses 08 Juni 2014) 12. Tietjen L, Bosemeyer D, Mchintosh N. Panduan Pencegahan Infeksi untuk Fasilitas Pelayanan Kesehatan dengan Sumber Daya Terbatas. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2004. 13. Anonim. 10 Fakta Penting Tentang Cuci Tangan. kiddo.megindo.co.id/be_smart/sekolahku/detail/10-fakta-penting-tentangcuci-tangan (diakses 08 Juni 2014) 14. Departemen Kesehatan RI. Pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Jakarta : Departemen Kesehatan RI. Cetakan kedua, 2008. 15. Mascola et al. Recurring Methicilin-Resistant Staphylococcus aureus infections in athlete. Emergency Infections Disease. 2005; vol.11. 11