BAB 24 SISTEM EPS, WIPER, KURSI ELECTRIK



dokumen-dokumen yang mirip
BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. Sebuah modifikasi dan aplikasi suatu sistem tentunya membutuhkan

BAB 13 SISTEM KELISTRIKAN TAMBAHAN (ASESORIS)

MAKALAH PENERAPAN OPEN LOOP DAN CLOSE LOOP SYSTEM OLEH: JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

Gambar Lampu kepala

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Sistem kontrol adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengendalikan,

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI. blok diagram dari sistem yang akan di realisasikan.

BAB II SISTEM KENDALI GERAK SEGWAY

BAB 12 INSTRUMEN DAN SISTEM PERINGATAN

BAB II LANDASAN TEORI

PERANCANGAN SISTEM KEMUDI MANUAL PADA MOBIL LISTRIK

STEERING. Komponen Sistem Kemudi/ Steering

Elektro Hidrolik Aplikasi sitem hidraulik sangat luas diberbagai bidang indutri saat ini. Kemampuannya untuk menghasilkan gaya yang besar, keakuratan

BAB IV PERAWATAN REM CAKRAM TIPE ABS

1 BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tio Agustian, 2014 Analisis front wheel alignment (fwa) pada kendaraan Daihatsu Gran Max Pick Up

Gambar Sistem pengunci pintu (door lock)

MEMPERBAIKI GANGGUAN MOTOR STARTER ELEKTRIK SEPEDA MOTOR HONDA ASTREA GRAND 100 CC TAHUN 1997

Module : Sistem Pengaturan Kecepatan Motor DC

BAB I PENDAHULUAN. signifikan tiap tahunnya (Dirjen, 2014). Transportasi ini sebagian besar terdiri dari

III. METODE PENELITIAN

BAB III PERANCANGAN Gambaran Alat

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB II LANDASAN TEORI. mobil seperti motor stater, lampu-lampu, wiper dan komponen lainnya yang

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

Sistem Pengaman Rumah Dengan Sensor Pir. Berbasis Mikrokontroler ATmega : Ayudilah Triwahida Npm : : H. Imam Purwanto, S.Kom., MM.

BAB II LANDASAN TEORI

DAFTAR ISI. BAB II LANDASAN TEORI A. Dasar Teori... 7 B. Uraian Sistem Power Window C. Cara Kerja Sistem Power Window... 22

BAB IV PERANCANGAN SISTEM

BAB II LANDASAN TEORI

SISTEM KENDALI JARAK JAUH MINIATUR TANK TANPA AWAK

PENDAHULUAN DAN SISTEM KOPLING

teknologi yang menggunakan bahan bakar yang ramah lingkungan. kendaraan antara 220 cm dan 350 cm. (Regulasi IEMC 2014)

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB II LANDASAN TEORI

DAFTAR SINGKATAN. ADC : Analog Digital Converter GPS : Global Positioning System HUD : Head Up Display RPM : Revolution Per Minute

SEMINAR NASIONAL TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS GADJAH MADA 2011 Yogyakarta, 26 Juli Intisari

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA RANGKAIAN

Sistem PGM-FI A. Latar Belakang

BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB III PERANCANGAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai beberapa hal dasar tentang bagaimana. simulasi mobil automatis dirancang, diantaranya adalah :

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB II LANDASAN TEORI

Gambar 7.1. Sistem starter pada kendaraan

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas para penyandang cacat kaki, sehingga penulis mencoba mencari cara agar

PEMANFAATAN ON BOARD DIAGNOSTIC (OBD) PADA KENDARAAN BERBASIS ENGINE MANAGEMENT SYSTEM. Oleh : Sutiman Otomotif, FT UNY

MODIFIKASI SISTEM HEADLAMP LIVINA DENGAN PERGERAKAN ADAPTIVE

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERENCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

KISI-KISI MATERI PLPG MATA PELAJARAN TEKNIK ALAT BERAT

II. TINJAUAN PUSTAKA. PLC adalah sebuah alat yang digunakan untuk menggantikan rangkaian sederetan

BAB III PERANCANGAN ALAT

HANDOUT KENDALI MESIN LISTRIK

Cara Kerja Sistem Pengapian Magnet Pada Sepeda Motor

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini menghasilkan prototip alat konsentrator surya (Gambar 14)

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III PERANCANGAN ALAT

POLITEKNIK NEGERI MEDAN

AUTOMOBILE TECHNOLOGY TINGKAT PROVINSI

PEMERINTAH PROVINSI BALI DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA PANITIA PELAKSANA LOMBA KOMPETENSI SISWA SEKRETARIAT : SMK NEGERI 1 DENPASAR

CASIS GEOMETRI RODA. Sistem starter, pengapian, sistem penerangan, sistem tanda dan sistem kelengkapan tambahan

Jurnal Ilmiah Pendidikan Teknik Kejuruan (JIPTEK)

PENGARUH SUDUT PEDAL GAS TERHADAP BUKAAN THROTTLE SIMULATOR THROTTLE-BY-WIRE

Active Steering Assistane For Turned Road Based On Fuzzy Logic

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2012) ISSN:

SMK KARTANEGARA WATES KAB. KEDIRI

BAB I PENDULUAN 1.1 Pengertian Digital

BAB V PENGUJIAN DAN ANALISA TEST BED AUTOMATIC CRUISE CONTROL

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

PEMERINTAH KOTA DENPASAR DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA PANITIA PELAKSANA LOMBA KOMPETENSI SISWA SEKRETARIAT : SMK NEGERI 1 DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV. ANALISIS STRUKTURAL DAN FUNGSIONAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT

- 1 - (1/1) Komponen. Lokasi

BAB III PERENCANAAN PERANGKAT KERAS DAN LUNAK

MODEL SISTEM PARKIR INFORMATIF BERBASIS PROGRAMMABLE LOGIC CONTROLLER (PLC)

MODUL SISTEM KEMUDI DPKJ OLEH : KHUSNIADI PROGRAM STUDI TEKNIK KENDARAAN RINGAN JURUSAN TEKNIK MEKANIK OTOMOTIF SMK NEGERI 1 BUKITTINGGI 2011

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT

Aplikasi Gerbang Logika untuk Pembuatan Prototipe Penjemur Ikan Otomatis Vivi Oktavia a, Boni P. Lapanporo a*, Andi Ihwan a

LEMBAR DISKUSI SISWA MATER : INDUKSI ELEKTROMAGNETIK IPA TERPADU KELAS 9 SEMESTER 2

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Di jaman seperti sekarang ini, kehidupan manusia tidak terlepas dari piranti

Roda Gigi Gear. A. Roda Gigi. Jenis jenis profil gigi pada Roda gigi :

Aplikasi Optocoupler dalam Sistem Pengaturan Kecepatan Sepeda Listrik

Urutan pedal : Kopling (selalu kaki kiri yang menginjaknya), Rem dan Gas (pakai kaki kanan secara bergantian)

AMIK MDP. Program Studi Teknik Komputer Tugas Akhir Ahli Madya Komputer Semester Ganjil Tahun 2008/2009

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB III PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Gambar 1.6. Diagram Blok Sistem Pengaturan Digital

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB 24 SISTEM EPS, WIPER, KURSI ELECTRIK 24.1 Sistem EPS (ELEKTRONIK POWER STEERING) Elektronik Power Steering merupakan sistem yang membantu pengoperasian stering waktu dibelokkan dengan menggukan motor listrik, dipakai pada kendaraan sedang dan kecil. 24.1.1 Identifikasi Komponen Sistem EPS Seperti halnya pada power steering hidrolik yang berfungsi untuk meringankan tenaga untuk memutar steering wheel, Elektronik Power Steering tidak lagi menggunakan hidrolik sebagai power tetapi menggunakan motor DC yang dikontrol secara elektrik, dengan demikian dibandingkan dengan Hydraulic Power Steering memiliki beberapa kelebihan antara lain : Kehilangan tenaga mesin sangat kecil Konsumsi bahan bakar lebih irit Lebih ringan dan kompak EPS bekerja berdasarkan kecepatan kendaraan Mudah dalam pemeriksaan Lebih aman Komponen-komponen utama Elektronik Power Steering antara lain: Gambar 24.1 Komponen EPS Keterangan : 1. Kontrol Unit EPS 2. Sensor Kecepatan Kendaraan 3. Sensor Torque 4. Motor Power dan kopling 5. Gigi kemudi 6. Baterai 7. Sinyal putaran mesin Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (2008) 503

a. Kontrol Unit/Control Module Komponen ini adalah bagian terpenting dari sistem kontrol elektronik, selain fungsi utamanya sebagai pengontrol tenaga dan arah putaran motor, juga dilengkapi dengan Onboard Diagnostic System. Cara kerja Sensor Torque : 1). Saat posisi stir lurus Pada posisi stir tidak diputar/lurus maka tidak terjadi puntiran pada torque bar sehingga tidak terjadi penyimpangan putaran antara input shaft dengan output shaft maka slider diam dan steel ball ditengah dan tidak menyebabkan lever potensiometer bergerak (tidak ada perubahan nilai resistan potensiometer) Gambar 24.2 Control Module b. Sensor Kecepatan / VSS Berfunsi mendeteksi kecepatan kendaraan, biasanya dipasang pada transmisi. VSS akan membangkitkan sinyal secara proposional tergantung kecepatan kendaraan yang selanjutnya sinyal tersebut akan dikirim ke speedometer dan control modul. Gambar 24.4 Torque posisi lurus 2). Saat stir diputar kekanan/kekiri Apabila stir diputar akan menyebabkan puntiran pada torque bar sehingga terjadi penyimpangan antara input shaft dan output shaft maka slider bergerak keatas atau ke bawah, arah gerakan ini menyebabkan lever potensiometer bergerak dan akan merubah nilai resistansi yang akan dikirimkan ke kontrol modul. Gambar 24.3 Sensor VSS c. Sensor Torque Berfungsi mendeteksi besarnya gaya yang dibutuhkan serta arah gerakan steering wheel, yang dikonversikan menjadi sinyal tegangan listrik untuk dikirim ke control modul. 504 Gambar 24.5 Torque posisi belok d. Motor dan kopling Motor DC dipasangkan pada steering column terdiri dari sebuah worm gear, sebuah kopling elektromagnetik dan sebuah motor DC. Putaran motor diteruskan ke Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (2008)

output shaft melalui kopling elektromagnet-reduction gear. 24.1.2 Diagnosa dan Perbaikan Kerusakan EPS Bila terjadi kerusakan pada sistem kelistrikan atau pada komponen elektronik atau sensor dapat dideteksi dengan kedipan lampu indikator EPS yang terdapat pada instrumen panel. Gambar 24.6 Motor dan Kopling e. Gigi kemudi/steering colum Gambar 24.9 Lampu indikakator EPS Gambar 24.7 Gigi kemudi f. Baterai Merupakan sumber tegangan untuk mensuplai arus ke sistem EPS e. Sinyal putaran Sinyal putaran yang diambilkan dari ignation coil melalui noise suppresor memberikan informasi ke kontrol modul mesin berputar atau tidak. Prosedur untuk diagnosa dengan menggunakan lampu indikator pada dashboard : a. Carilah monitor coupler b. Hubungkan kabel termnal A dan B pada monitor coupler c. Putar steering kekanan dan kekiri dan tarik rem parkir. d. Start mesin e. Bila terjadi kerusakan akan ditunjukkan oleh kedipan lampu indikator pada dashboar. f. Setelah tahu jumlah kedipan lihat kode kedipan pada buku manual, maka kerusakan pada sistem EPS akan nampak. Gambar 24.8 Sensor putaran Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (2008) 505

Tabel 24.1 Kode kerusakan EPS (Susuki Karimun) Hal-hal yang perlu diperhatikan : a. Kode kerusakan akan ditampilkan dari yang terkecil. b. Kode kerusakan akan tersimpan di memori control module, sehingga setelah perbaikan pastikan direset dengan cara melepas baterai. c. Kode kerusakan 22 akan ditunjukkan pada saat ignation swicth ON 506 Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (2008)

24.2 Automatic Wipper Control Gambar 24.12 Kontrol interval Gambar 24.10 Penghapus kaca depan Wipper sebagai perangkat pembersih kaca yang model penggeraknya ada beberapa macam pada mulanya dikendalikan secara manual oleh pengemudi, sehingga seringkali konsentrasi pengemudi terpecah hanya gara-gara wipper. Gambar 24.13 Rangkaian kontrol interval Sedangkan pada era sekarang sudah muncul sistem kontrol wipper otomatis penuh, artinya pengemudi tidak lagi perlu untuk mengendalikan wipper. Secara otomatis wipper akan bekerja dengan sendirinya, dan kecepatan wipper akan semakin cepat jika terdapat banyak air pada permukaan kaca depan. Gambar 24.11 Model gerak wipper Dari permasalahan tersebut mulailah muncul sistem kontrol untuk wipper. Sistem kontrol wipper yang pertama muncul dan masih sederhana adalah sistem intermiten, dimana secara otomatis wipper akan bekerja sendiri secara periodik, atau juga dikenal dengan sistem interval. Gambar 24.14 Kaca depan dalam kondisi hujan Sistem ini dapat bekerja secara otomatis karena dilengkapi dengan sensor dan kontrol unit. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (2008) 507

Gambar 24.15 Contoh pemasangan wipper kontrol 24.2.1 Sensor Hujan Sensor hujan dipasang pada permukaan kaca depan bagian dalam, sensorini berfungsi untuk mendeteksi apakah ada hujan turun atau tidak, akan tetapi yang dideteksi bukanlah turunnya hujan melainkan ada atau tidaknya air pada permukaan kaca depan. Gambar 24.17 Wipper kontrol modul 24.2.3 Motor Wipper Motor wipper adalah motor DC magnet permanen yang berfungsi merubah energi listrik menjadi energi kinetis untuk menggerakkan lengan wipper. Besar arus yang mengalir ke motor wipper diatur oleh kontrol unit / kontrol modul sehingga kecepatan motor wipper dapat berubah secara otomatis sesuai besarnya arus dari kontrol unit/modul. Gambar 24.16 Sensor hujan Prinsip kerja dari sensor hujan ini adalah mengukur intensitas cahaya infra merah yang memantul dari kaca depan untuk mengetahui berapa banyak air yang berada di permukaan kaca depan 24.2.2 Kontrol Unit/Modul Wipper Otomatis Kontrol unit atau kontrol modul berfungsi untuk mengolah sinyal dari sensor hujan yang selanjutnya sinyal tersebut dipakai sebagai dasar untuk mengendalikan motor wipper dengan kecepatan sesuai dengan kondisi air di permukaan kaca depan. 508 Gambar 24.18 Motor wipper 24.2.4. Wipper dan Lenganya Wipper sebagai penghapus kaca terbuat dari karet yang terpasang pada mekanisme lengan wipper yang sudah dikonstruksi sedemikian rupa sehingga seluruh permukaan karet penghapus kaca dapat rata dengan permukaan kaca. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (2008)

Gambar 24.19 Wipper 24.3 Kursi Elektrik Tempat duduk kendaraan pada umumnya dilengkapi penyetelan posisi sandaran badan, ada yang hanya 2 posisi, tegak dan tidur. Ada yang mempunyai beberapa posisi tetapi tetap hanya sandarannya saja. Perkembangan teknologi memungkinkan pengaturan setelan posisi kursi dengan motor listrik (secara elektrik). Fungsi utama dari sistem ini adalah untuk kenyamanan pengendara, postur tubuh, kondisi medan dan gaya pengendara memerlukan posisi tempat duduk yang berbeda. Berdasarkan permasalahan tersebut diperlukan tempat duduk yang dapat disetel pada kendaraan. Metode penyetelannya diawali dengan cara manual sampai ke kontrol elektronik yang rumit. Untuk mewujudkan keinginan itu ada pengontrolan tempat duduk yang memakai 7 motor untuk fungsi-fungsi: Posisi naik turun, maju mundur. Posisi membujur Posisi kemiringan tempat duduk Pengaturan sandaran badan Pengaturan sandaran kepala Kemiringan bahu Pangaturan sandaran kaki Gambar 24.20 Kursi dengan setelan manual Penyetelan tempat duduk penumpang secara elektrik (Electric Power Seat) merupakan sesuatu barang yang langka, pemakainya hanya mobil-mobil menengah keatas (mobil mewah). Gambar 24.21 Elektromekanik sistem penyetelan kursi Keterangan : 1. Motor Listrik 2. Pengaturan posisi membujur 3. Gear pengatur tinggi rendah 4. Gear pengendali kemiringan Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (2008) 509

Seting posisi ECU Motor listrik Gambar 24.24 Blok diagram Sistem pengaturan kursi Gambar 24.22 Kondisi kursi setelah tercover Pengaturan tempat duduk secara elektrik mulai dari yang sederhana sampai canggih dengan perintah menggunkan suara. Dengan ECU memungkinkan pengaturan posisi tempat duduk termemori, bisa disimpan untuk beberapa posisi. Jadi setiap orang dapat dengan cepat duduk pada posisi yang diinginkan asal data posisi tempat duduk sudah tersimpan dalam memori kontrol unit (ECU). Gambar 24.23 Kursi dengan penyetelan elektrik 510 Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (2008)