LAPORAN KEUANGAN UNIT AKUNTANSI PEMBANTU PENGGUNA ANGGARAN ESELON I BA TAHUN ANGGARAN 2019 (AUDITED)

dokumen-dokumen yang mirip
V. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

LAPORAN KEUANGAN UNIT AKUNTANSI KUASA PENGGUNA ANGGARAN BA.018 SEMESTER II TAHUN ANGGARAN 2016

LAPORAN KEUANGAN UNIT AKUNTANSI KUASA PENGGUNA ANGGARAN BA.018 SEMESTER I TAHUN ANGGARAN 2015

LAPORAN KEUANGAN PENGADILAN AGAMA SIMALUNGUN. Untuk Periode yang Berakhir 31 Desember Tahun Jl. Asahan Km. 3,5 Pematangsiantar

LAPORAN KEUANGAN UNIT AKUNTANSI KUASA PENGGUNA ANGGARAN BA.018 SEMESTER II TAHUN ANGGARAN 2015

LAPORAN KEUANGAN UNIT AKUNTANSI KUASA PENGGUNA ANGGARAN BA.018 SEMESTER I TAHUN ANGGARAN 2016

PENGADILAN AGAMA MASAMBA LAPORAN KEUANGAN

LAPORAN KEUANGAN UNIT AKUNTANSI KUASA PENGGUNA ANGGARAN BA

LAPORAN KEUANGAN TA 2017 (audited) PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT

Kata Pengantar Daftar Isi Pernyataan Telah Direviu Pernyataan Tanggung Jawab

LAPORAN KEUANGAN PENGADILAN AGAMA BANGGAI. Untuk Periode yang Berakhir 31 Desember Tahun Jl. Ki Hajar Dewantara, Timbong

LAPORAN KEUANGAN PENGADILAN AGAMA BANGGAI. Untuk Periode yang Berakhir 30 Juni Tahun Jl. Ki Hajar Dewantara, Timbong

KEJAKSAAN NEGERI PULAU PUNJUNG

LAPORAN KEUANGAN PENGADILAN AGAMA SANGGAU. Untuk Periode yang Berakhir 30 Juni Tahun Jl. Jend. Sudirman km 7 No.14A

LAPORAN KEUANGAN PENGADILAN TINGGI AGAMA KUPANG. Untuk Periode yang Berakhir 31 Desember Tahun 2015 UAPPA-W NUSA TENGGARA TIMUR

LAPORAN KEUANGAN PENGADILAN AGAMA DUMAI. Untuk Periode yang Berakhir 30 September Tahun Jl. Putri Tujuh

LAPORAN KEUANGAN PENGADILAN NEGERI MAKASSAR. Untuk Periode yang Berakhir 30 Juni Tahun Jln. R.A. Kartini No. 18/23

LAPORAN KEUANGAN PENGADILAN AGAMA DUMAI. Untuk Periode yang Berakhir 30 Juni Tahun Jl. Putri Tujuh. Telp. Dumai Riau Fax.

LAPORAN KEUANGAN PENGADILAN AGAMA BANGGAI. Untuk Periode yang Berakhir 31 Desember Tahun Jl. Ki Hajar Dewantara, Timbong

LAPORAN KEUANGAN PENGADILAN NEGERI SIBOLGA. Untuk Periode yang Berakhir 30 Juni Tahun Jl. Padangsidimpuan No. 6 Sibolga

LAPORAN KEUANGAN PENGADILAN AGAMA DUMAI. Untuk Periode yang Berakhir 30 Juni Tahun Jl. Putri Tujuh. Telp. Dumai Riau Fax.

Badan Pengawas Obat dan Makanan

LAPORAN KEUANGAN PENGADILAN AGAMA GIRI MENANG. Untuk Periode yang Berakhir 31 Desember Tahun 2014 JL. SOEKARNO-HATTA NO.2, GERUNG

BAGIAN ANGGARAN 022 LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN SEMESTER I TAHUN ANGGARAN Jl. Merdeka Barat No. 8 Jakarta Pusat 10110

LAPORAN KEUANGAN PENGADILAN NEGERI SIBOLGA. Untuk Periode yang Berakhir 31 Desember Tahun Jl. Padangsidimpuan No. 6 Sibolga

LAPORAN KEUANGAN UNIT AKUNTANSI KUASA PENGGUNA ANGGARAN BA.018 SEMESTER II TAHUN ANGGARAN 2015

Badan Pengawas Obat dan Makanan

LAPORAN KEUANGAN PENGADILAN AGAMA BANGGAI. Untuk Periode yang Berakhir 31 Desember Tahun Jl. Ki Hajar Dewantara, Timbong

LAPORAN KEUANGAN PENGADILAN AGAMA BANGGAI. Untuk Periode yang Berakhir 31 Desember Tahun Jl. Ki Hajar Dewantara, Timbong

LAPORAN KEUANGAN PENGADILAN AGAMA BANJARNEGARA. Untuk Periode yang Berakhir 31 Desember Tahun Jl. Letnan Jendral Suprapto

LAPORAN KEUANGAN PENGADILAN NEGERI SIBOLGA. Untuk Periode yang Berakhir 30 Juni Tahun Jl. Padangsidimpuan No. 6 Sibolga

LAPORAN KEUANGAN PENGADILAN AGAMA SANGGAU. Untuk Periode yang Berakhir 30 Juni Tahun Jl. Jend. Sudirman km 7 No.14A

2018, No Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 152, Tambahan Lembaran Neg

Laporan Keuangan Pusat Informasi Pengawasan BPKP Tahun 2016 (Audited) DAFTAR ISI. Halaman

III. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

PENGADILAN AGAMA SUNGGUMINASA. Untuk Periode yang Berakhir 31 Desember Tahun Jalan Masjid Agung No. 25 Sungguminasa

KEJAKSAAN NEGERI DHARMASRAYA

LAPORAN KEUANGAN PENGADILAN AGAMA AMUNTAI. Untuk Periode yang Berakhir 31 Desember Tahun 2015

PERATURAN ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN DANA DEKONSENTRASI ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

BPS KOTA TOMOHON. Laporan Keuangan. Untuk Periode yang Berakhir Tanggal 31 Desember 2016

LAPORAN KEUANGAN PENGADILAN NEGERI LUBUK LINGGAU. Untuk Periode yang Berakhir 30 Juni Tahun JL.DEPATI SAID,No. 01, Kel.

LAPORAN KEUANGAN PENGADILAN TINGGI AGAMA SEMARANG. Untuk Periode yang Berakhir 30 Juni Tahun Jl. Hanoman No. 18 Semarang

LAPORAN KEUANGAN PENGADILAN AGAMA SANGGAU. Untuk Periode yang Berakhir 30 Juni Tahun Jl. Jend. Sudirman km 7 No.14A

Pernyataan Tanggung Jawab Pimpinan. CaLK SIMAK BMN. Persediaan PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

Catatan Atas Laporan Keuangan

LAPORAN KEUANGAN PENGADILAN AGAMA AMUNTAI. Untuk Periode yang Berakhir 31 Desember Tahun 2016

LAPORAN KEUANGAN PENGADILAN AGAMA PUTUSSIBAU. Untuk Periode yang Berakhir 30 Juni Tahun Jl. Jend. D.I. Pandjaitan Nomor 10 Putussibau

LAPORAN KEUANGAN UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2016 (AUDITED)

LAPORAN KEUANGAN PENGADILAN AGAMA SANGGAU. Untuk Periode yang Berakhir 31 Desember Tahun Jl. Jend. Sudirman km 7 No.14A

LAPORAN KEUANGAN PENGADILAN NEGERI MAKASSAR. Untuk Periode yang Berakhir 30 Juni Tahun Jln. R.A. Kartini No. 18/23

III. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

BAGIAN ANGGARAN 089 NOMOR : LAP-323/IP/3/2016 TANGGAL : 21 APRIL 2016 JALAN PRAMUKA, NOMOR 33 JAKARTA TIMUR

LAPORAN KEUANGAN PENGADILAN TATA USAHA NEGARA MAKASSAR. Untuk Periode yang Berakhir 31 Desember Tahun Telp Fax.

PENGADILAN AGAMA BANGLI

KATA PENGANTAR. Jakarta, 28 April 2017 Kepala, Prof. Dr. Ir. Iskandar Zulkarnain NIP

LAPORAN KEUANGAN PENGADILAN AGAMA PUTUSSIBAU. Untuk Periode yang Berakhir 30 Juni Tahun Jl. Jend. D.I. Pandjaitan Nomor 10 Putussibau

RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN

LAPORAN KEUANGAN PENGADILAN NEGERI LUBUK LINGGAU. Untuk Periode yang Berakhir 30 Juni Tahun JL.DEPATI SAID,No. 01, Kel.

LAPORAN KEUANGAN (01)

RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN

DEWAN KETAHANAN NASIONAL. LAPORAN KEUANGAN (Audited) Untuk Periode yang Berakhir 31 Desember 2015

LAPORAN KEUANGAN PENGADILAN MILITER III - 13 MADIUN. Untuk Periode yang Berakhir 31 Desember Tahun Jl. SALAK III NO. 38

RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN

2. NERACA Neraca menggambarkan posisi keuangan entitas mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana sampai dengan 31 Desember 2016.

LAPORAN KEUANGAN UNIT AKUNTANSI KUASA PENGGUNA ANGGARAN BA.018 SEMESTER II TAHUN ANGGARAN 2016

LAPORAN KEUANGAN PENGADILAN AGAMA PURWOREJO. Untuk Periode yang Berakhir 30 Juni Tahun Jalan Pahlawan. Purworejo - Jawa Tengah

PENGADILAN AGAMA BANJARMASIN LAPORAN KEUANGAN

AUDITED LAPORAN KEUANGAN

DAFTAR INFORMASI PUBLIK

LAPORAN KEUANGAN PENGADILAN AGAMA AMUNTAI. Untuk Periode yang Berakhir 31 Desember Tahun 2016

LAPORAN KEUANGAN PENGADILAN AGAMA SANGGAU. Untuk Periode yang Berakhir 30 Juni Tahun Jl. Jend. Sudirman km 7 No. 14A

LAPORAN KEUANGAN PENGADILAN AGAMA PINRANG. Untuk Periode yang Berakhir 30 Juni Tahun Jl. Bintang. Pinrang Jl. Bintang - Sulawesi Selatan 91212

LAPORAN KEUANGAN PENGADILAN AGAMA SANGGAU. Untuk Periode yang Berakhir 30 Juni Tahun Jl. Jend. Sudirman km 7 No.14A

LAPORAN KEUANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN TAHUN. (Audited) PPATK PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2016 Kepala, Drs. Abdillah Benteng, M.Pd NIP

Sekolah Menengah Kejuruan - SMAK PADANG

PENGADILAN AGAMA DEMAK LAPORAN KEUANGAN. Untuk Periode yang Berakhir 30 Juni Tahun Jl. Sultan Trenggono No

Laporan Keuangan. Untuk Periode Yang Berakhir 30 Juni 2016

LAPORAN KEUANGAN TAHUNAN

LAPORAN KEUANGAN PENGADILAN AGAMA PUTUSSIBAU. Untuk Periode yang Berakhir 31 Desember Tahun Jl. Jend. D.I. Pandjaitan Nomor 10 Putussibau

LAPORAN KEUANGAN PENGADILAN AGAMA SUNGGUMINASA. Untuk Periode yang Berakhir 30 Juni Tahun Jalan Masjid Agung No.

KATA PENGANTAR. Klaten, 19 Januari 2018 KPU KABUPATEN KLATEN SEKRETARIS THOMAS SUNARNO, SH NIP

DAFTAR ISI. Hal. Kata Pengantar. ii iii iv. Daftar isi. Daftar Tabel Pernyataan Telah Direviu Pernyataan Tanggung Jawab

PENGADILAN AGAMA DEMAK LAPORAN KEUANGAN. Untuk Periode yang Berakhir 31 Desember Tahun Jl. Sultan Trenggono No

LAPORAN KEUANGAN (04)

PENGADILAN AGAMA JAKARTA PUSAT. Untuk Periode yang Berakhir 31 Desember Tahun Jl. K.H. Mas Mansyur/Awaluddin II/2, Tanah Abang

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN. LAMPIRAN IVd PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN TENTANG

KATA PENGANTAR. Jakarta, 6 April Kepala Perwakilan, Arief Tri Hardiyanto NIP

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

LAPORAN KEUANGAN PENGADILAN TATA USAHA NEGARA MAKASSAR. Untuk Periode yang Berakhir 30 Juni Tahun Raya Pendidikan

PENGADILAN NEGERI BINTUHAN LAPORAN KEUANGAN

LAPORAN KEUANGAN PENGADILAN AGAMA MUARA BULIAN. Untuk Periode yang Berakhir 31 Desember Tahun Jl. Gajah Mada No.

Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Magetan LAPORAN KEUANGAN. Untuk Periode Yang Berakhir 31 Desember 2015 TAHUN ANGGARAN 2015

RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN

Laporan Keuangan Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Semester 1 Tahun 2013

LAPORAN KEUANGAN PENGADILAN AGAMA SUNGGUMINASA. Untuk Periode yang Berakhir 30 Juni Tahun Jalan Masjid Agung No.

LAPORAN KEUANGAN PENGADILAN AGAMA PASURUAN. Untuk Periode yang Berakhir 30 Juni Tahun 2014 BA Jl. Ir. H. JUANDA NO.

Catatan atas Laporan Keuangan

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI BALI

PENGADILAN AGAMA PURWOKERTO LAPORAN KEUANGAN. Untuk Periode yang Berakhir 31 Desember Tahun Jl. Gerilya No. 7A Purwokerto - Jawa Tengah 53143

Transkripsi:

LAPORAN KEUANGAN UNIT AKUNTANSI PEMBANTU PENGGUNA ANGGARAN ESELON I BA. 018.11 TAHUN ANGGARAN 2019 (AUDITED) Untuk Periode yang Berakhir Tanggal 31 Desember 2019 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN Gedung E, Lantai 2 Jl. Harsono RM No. 3, Ragunan Pasar-Minggu Jakarta Selatan 12550

Uporgn Keuangan Ba4an Ketahanan Pangan Tahunan Tahun 2019 (AucfftecD Sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara bahwa Menteri/Pimpinan Lembaga sebagai Pengguna Anggaran/Barang mempunyai tugas antara lain menyusun dan menyampaikan Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga yang dipimpinnya. Badan Ketahanan Pangan adalah salah satu entitas akuntansi di bawah Kementerian Pertanian yang berkewajiban menyelenggarakan akuntansi dan menyampaikan laporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dengan menyusun Laporan Keuangan berupa Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas dan Catatan atas Laporan Keuangan. Penyusunan Laporan Keuangan Badan Ketahanan Pangan mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan dan kaidah-kaidah pengelolaan keuangan yang sehat dalam pemerintahan. Laporan Keuangan ini telah disusun dan disajikan dengan basis akrual sehingga diharapkan dapat menyajikan informasi keuangan yang lebih transparan, akurat, dan akuntabel. Informasi yang dihasilkan tersebut diharapkan dapat berguna kepada para pengguna laporan dalam pengambilan keputusan. Salah satunya adalah untuk menilai akuntabilitas/pertanggungjawaban dan transparansi pengelolaan keuangan negara pada Badan Ketahanan Pangan. Disamping itu, Laporan Keuangan ini juga dimaksudkan untuk memberikan informasi kepada manajemen dalam pengambilan keputusan dalam usaha untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). i

DAFTAR ISI Hal Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii Pernyataan Tanggung Jawab... iii Ringkasan... 1 I. Laporan Realisasi Anggaran... 4 II. Neraca... 5 III. Laporan Operasional... 6 IV. Laporan Perubahan Ekuitas... 7 V. Catatan atas Laporan Keuangan... 8 A. Penjelasan Umum... 8 B. Penjelasan atas Pos-pos Laporan Realisasi Anggaran... 22 C. Penjelasan atas Pos-pos Neraca... 67 D. Penjelasan atas Pos-pos Laporan Operasional... 93 E. Penjelasan atas Pos-pos Laporan Perubahan Ekuitas... 111 F. Pengungkapan Penting Lainnya... 117 VI. Lampiran... iv ii

Laporan Keuangan Badan Ketahanan Pangan Tahunan Tahun 2019 CAuditecf) Penggabungan Laporan Keuangan Badan Ketahanan Pangan tingkat Eselon I selaku UAPPA-E1 yang terdiri dari: (a) Laporan Realisasi Anggaran, (b) Neraca, (c) Laporan Operasional, (d) Laporan Perubahan Ekuitas dan (e) Catatan atas Laporan Keuangan Tahunan Tahun 2019 sebagaimana terlampir adalah merupakan tanggung jawab kami, sedangkan substansi Laporan Keuangan dari masing-masing Satuan Kerja merupakan tanggungjawab UAKPA. Laporan Keuangan tersebut telah disusun berdasarkan sistem pengendalian intern yang memadai dan isinya telah menyajikan informasi pelaksanaan anggaran dan posisi keuangan secara layak sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.

RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN Laporan Keuangan Badan Ketahanan Pangan Tahunan Tahun 2019 untuk periode yang berakhir sampai dengan 31 Desember 2019 disusun dan disajikan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian melakukan Penyusunan Laporan Keuangan Tahunan Tahun 2019 untuk periode yang berakhir sampai dengan 31 Desember 2019 disusun secara berjenjang dan lengkap yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Neraca, Laporan Operasional (LO), Laporan Perubahan Ekuitas (LPE) dan Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK). 1. LAPORAN REALISASI ANGGARAN (LRA) Laporan Realisasi Anggaran Badan Ketahanan Pangan menggambarkan perbandingan antara anggaran dengan realisasinya, yang mencakup unsur-unsur Pendapatan-LRA dan Belanja selama periode 1 Januari sampai dengan 31 Desember 2019. Realisasi Pendapatan Negara pada Laporan Keuangan Tahunan Tahun 2019 yang berakhir tanggal 31 Desember 2019 adalah berupa Pendapatan Negara Bukan Pajak sebesar Rp2.998.777.179 atau mencapai 0% dari estimasi Pendapatan-LRA sebesar Rp0. Realisasi Belanja Negara pada 31 Desember 2019 adalah sebesar Rp659.662.417.614 atau mencapai 97,05% dari alokasi anggaran sebesar Rp679.706.664.000. 2. NERACA Neraca menggambarkan posisi keuangan entitas mengenai aset, kewajiban dan ekuitas pada 31 Desember 2019. Nilai Aset per 31 Desember 2019 dicatat dan disajikan sebesar Rp36.616.811.612 yang terdiri dari : Aset Lancar sebesar Rp13.560.980.086, Aset Tetap (netto) sebesar Rp22.767.170.526; Piutang Jangka Panjang (netto) sebesar Rp0,00; dan Aset Lainnya (netto) sebesar Rp288.661.000. Nilai Kewajiban dan Ekuitas masing-masing sebesar Rp59.800.735 dan Rp36.557.010.877. -1-

3. LAPORAN OPERASIONAL (LO) LO disusun untuk melengkapi pelaporan dari siklus akuntansi berbasis akrual sehingga penyusunan laporan operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, dan Neraca mempunyai keterkaitan yang dapat dipertanggungjawabkan. LO menyediakan informasi mengenai seluruh kegiatan operasional keuangan entitas pelaporan yang tercerminkan dalam pendapatan-lo, beban dan surplus/defisit dari kegiatan non-operasional, surplus/defisit sebelum pos luar biasa, pos luar biasa, dan surplus/defisit-lo, yang diperlukan untuk penyajian yang wajar dari suatu entitas pelaporan yang penyajiannya disandingkan dengan periode sebelumnya. Pendapatan-LO untuk periode sampai dengan 31 Desember 2019 adalah sebesar Rp55.038.561, sedangkan jumlah beban adalah sebesar Rp633.767.923.734 sehingga terdapat Defisit Kegiatan Operasional sebesar Rp(633.712.885.173). Kegiatan Non Operasional dan Pos-Pos Luar Biasa masing-masing sebesar Surplus Rp801.987.475 dan Defisit Rp0 sehingga entitas mengalami Defisit-LO sebesar Rp(632.910.897.698). 4. LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan informasi kenaikan atau penurunan ekuitas tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Ekuitas pada tanggal 01 Januari 2019 adalah sebesar Rp12.102.110.040 ditambah Defisit-LO sebesar Rp(632.910.897.698).kemudian ditambah/dikurangi dengan koreksikoreksi sebesar Rp(600.000) dan ditambah Transaksi Antar Entitas sebesar Rp657.366.398.535 sehingga Ekuitas entitas pada tanggal 31 Desember 2019 adalah sebesar Rp36.557.010.877. 5. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) menyajikan informasi tentang penjelasan atau daftar terinci atau analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam Laporan -2-

Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Operasional, dan Laporan Perubahan Ekuitas. Termasuk pula dalam CaLK adalah penyajian informasi yang diharuskan dan dianjurkan oleh Standar Akuntansi Pemerintahan serta pengungkapanpengungkapan lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar atas laporan keuangan. Dalam penyajian Laporan Realisasi Anggaran Tahunan Tahun 2019 untuk periode yang berakhir sampai dengan tanggal 31 Desember 2019 disusun dan disajikan berdasarkan basis kas. Sedangkan Neraca, Laporan Operasional, dan Laporan Perubahan Ekuitas untuk Tahunan Tahun 2019 disusun dan disajikan dengan menggunakan basis akrual. -3-

I. LAPORAN REALISASI ANGGARAN BADAN KETAHANAN PANGAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2019 dan 31 DESEMBER 2018 (Dalam Rupiah) URAIAN CATATAN 31-Dec-19 31-Dec-18 % thd Angg ANGGARAN REALISASI REALISASI PENDAPATAN Penerimaan Negara Bukan Pajak B.1-2,998,777,179 #DIV/0! 5,950,629,922 JUMLAH PENDAPATAN - 2,998,777,179 #DIV/0! 5,950,629,922 BELANJA B.2. Belanja Operasi Belanja Pegawai B.3 21,395,550,000 20,027,724,209 93.61 19,509,140,476 Belanja Barang B.4 639,569,170,000 621,340,775,249 97.15 563,071,477,006 Belanja Bantuan Sosial B.5 - - - - Jumlah Belanja Operasi 660,964,720,000 641,368,499,458 97.04 582,580,617,482 Belanja Modal Belanja Tanah - - - - Belanja Peralatan dan Mesin B.6 15,455,712,000 15,057,391,598 97.42 2,277,039,149 Belanja Gedung dan Bangunan B.7 2,937,732,000 2,903,442,158 98.83 669,095,000 Belanja Jalan, Irigasi, Jaringan B.8 - - - - Belanja Modal Lainnya B.9 348,500,000 333,084,400-749,840,200 Jumlah Belanja Modal 18,741,944,000 18,293,918,156 97.61 3,695,974,349 JUMLAH BELANJA 679,706,664,000 659,662,417,614 97.05 586,276,591,831-4 -

II. NERACA ASET BADAN KETAHANAN PANGAN NERACA PER 31 DESEMBER 2019 DAN 31 DESEMBER 2018 URAIAN CATATAN PER 31 DESEMBER 2019 (Dalam Rupiah) PER 31 DESEMBER 2018 ASET LANCAR Kas di Bendahara Pengeluaran C.2.1 30.373.682 - Kas Lainnya dan Setara Kas C.2.2 291.598.872 Belanja Dibayar Dimuka (prepaid) C.2.3 6.695.000.000 Piutang Bukan Pajak C.2.4 19.025.000 39.025.000 Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Piutang Bukan Pajak C.2.5 (1.902.500) (195.125) Bagian Lancar TP/TGR C.2.6 92.444.035 74.517.671 Penyisihan Piutang Tak Tertagih - Piutang Jangka Pendek C.2.7 (9.244.403) (372.588) Persediaan C.2.8 6.443.685.400 548.000 Persediaan yang belum diregister - Jumlah Aset Lancar 13.560.980.086 113.522.958 ASET TETAP Peralatan dan Mesin C.3.1 52.253.829.266 44.260.902.534 Gedung dan Bangunan C.3.2 864.181.000 864.181.000 Aset Tetap Lainnya C.3.3 2.903.442.158 600.000 Konstruksi Dalam Pengerjaan C.3.4 - - Akumulasi Penyusutan Peralatan dan Mesin C.3.5 (33.254.281.898) (33.109.529.971) Akumulasi Penyusutan Gedung dan Bangunan C.3.6 - - Akumulasi Tetap Lainnya C.3.7 - - Jumlah Aset Tetap 22.767.170.526 12.016.153.563 ASET LAINNYA Aset Tak Berwujud C.5.1 285.205.000 40.000.000 Aset Lain-Lain C.5.2 1.132.290.000 2.109.665.706 Akumulasi Penyusutan dan Amortisasi Aset Lainnya C.5.3 (1.128.834.000) (2.131.391.616) Akumulasi Penyusutan dan Amortisasi Aset Lainnya C.5.4 - - Jumlah Aset Lainnya 288.661.000 18.274.090 JUMLAH ASET 36.616.811.612 12.147.950.611 KEWAJIBAN KEWAJIBAN JANGKA PENDEK Utang kepada Pihak Ketiga C.6.1 29.427.053 45.840.571 Uang Muka dari KPPN C.6.2 30.373.682 - Jumlah Kewajiban Jangka Pendek 59.800.735 45.840.571 JUMLAH KEWAJIBAN 59.800.735 45.840.571 EKUITAS Ekuitas C.7.1 36.557.010.877 12.102.110.040 JUMLAH EKUITAS 36.557.010.877 12.102.110.040 JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS 36.616.811.612 12.147.950.611-5 -

III. LAPORAN OPERASIONAL BADAN KETAHANAN PANGAN LAPORAN OPERASIONAL UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2019 dan 31 DESEMBER 2018 (Dalam Rupiah) URAIAN CATATAN 31 DESEMBER 2019 31 DESEMBER 2018 KEGIATAN OPERASIONAL PENDAPATAN Penerimaan Negara Bukan Pajak D.1 55.038.561 69.102.468 JUMLAH PENDAPATAN 55.038.561 69.102.468 BEBAN Beban Pegawai D.2 20.022.804.490 19.514.060.195 Beban Persediaan D.3 12.657.868.645 8.133.619.666 Beban Barang dan Jasa D.4 133.084.755.948 203.195.410.171 Beban Pemeliharaan D.5 4.701.246.850 4.638.757.918 Beban Perjalanan Dinas D.6 129.917.244.271 108.214.714.000 Beban Barang untuk Diserahkan kepada Masyarakat D.7 328.521.027.919 242.955.316.083 Beban Bantuan Sosial - - Beban Penyusutan dan Amortisasi D.8 4.852.396.421 4.066.446.277 Beban Penyisihan Piutang Tak Tertagih D.9 10.579.190 (29.559.542) Beban Lain-Lain - - JUMLAH BEBAN SURPLUS (DEFISIT) DARI KEGIATAN OPERASIONAL 633.767.923.734 590.688.764.768 (633.712.885.173) (590.619.662.300) KEGIATAN NON OPERASIONAL SURPLUS /DEFISIT PELEPASAN ASET NON LANCAR Pendapatan Pelepasan Aset Non Lancar 7.934.489 91.448.453 Beban Pelepasan Aset Non Lancar 2.260.282.862 917.218.267 Jumlah Surplus/Defisit Pelepasan Aset Non (2.252.348.373) (825.769.814) Lancar SURPLUS /DEFISIT PELEPASAN DARI KEGIATAN NON OPERASIONAL LAINNYA Pendapatan dari Kegiatan Non Operasional 3.635.480.038 5.697.251.127 Lainnya Beban dari Kegiatan Non Operasional Lainnya 581.144.190 150.425.859 Jumlah Surplus/Defisit Dari Kegiatan Non 3.054.335.848 5.546.825.268 Operasional Lainnya SURPLUS/DEFISIT DARI KEGIATAN NON 801.987.475 4.721.055.454 OPERASIONAL D.10 POS LUAR BIASA Pendapatan PNBP - - Beban Perjalanan Dinas - - Beban Persediaan - - SURPLUS/DEFISIT LO - 6 - (632.910.897.698) (585.898.606.846)

IV. LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS BADAN KETAHANAN PANGAN LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2019 DAN 31 DESEMBER 2018 (Dalam Rupiah) URAIAN CATATAN 31 DESEMBER 2019 31 DESEMBER 2018 EKUITAS AWAL E.1 12.102.110.040 13.938.784.850 SURPLUS/DEFISIT LO E.2 (632.910.897.698) (585.898.606.846) DAMPAK KUMULATIF PERUBAHAN KEBIJAKAN E.3 AKUNTANSI/KESALAHAN MENDASAR - - KOREKSI YANG MENAMBAH/MENGURANGI EKUITAS E.4 (600.000) 1.259.744.460 PENYESUAIAN NILAI ASET E.4.1 - - KOREKSI NILAI PERSEDIAAN E.4.2 - - SELISIH REVALUASI ASET TETAP E.4.3-119.102.746 KOREKSI NILAI ASET TETAP NON REVALUASI E.4.4 (600.000) 1.140.641.714 LAIN-LAIN E.4.5 - - TRANSAKSI ANTAR ENTITAS E.5 657.366.398.535 582.802.187.576 KENAIKAN/PENURUNAN EKUITAS 24.454.900.837 (1.836.674.810) EKUITAS AKHIR E.6 36.557.010.877 12.102.110.040-7 -

V. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN A. PENJELASAN UMUM Dasar Hukum Entitas dan Rencana Strategis A.1. Profil dan Kebijakan Teknis Badan Ketahanan Pangan Undang-Undang No. 18 Tahun 2012 tentang pangan mengamanatkan bahwa penyelenggaraan pangan dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia yang memberikan manfaat secara adil, merata dan berkelanjutan berdasarkan kedaulatan pangan, kemandirian pangan dan ketahanan pangan. Searah dengan kebijakan pangan serta memperhatikan kondisi ketahanan pangan masyarakat selama periode 5 (lima) tahun terakhir tersebut, maka arah kebijakan Badan Ketahanan Pangan adalah untuk pemantapan ketahanan pangan, yang meliputi aspek ketersediaan pangan, keterjangkauan pangan dan pemanfaatan pangan. Untuk mewujudkan tujuan diatas,badan Ketahanan Pangan berkomitmen dengan visi Terwujudnya ketahanan pangan melalui penganekaragaman pangan berbasis sumber daya lokal berlandaskan kedaulatan pangan dan kemandirian pangan. Untuk mewujudkan visi yang telah ditetapkan maka Badan Ketahanan Pangan mengemban misi tahun 2015-2019 sebagai berikut : Meningkatkan ketersediaan pangan yang beragam berbasis sumber daya lokal; Memantapkan penanganan kerawanan pangan; Meningkatkan keterjangkauan pangan masyarakat untuk pangan pokok; Mewujudkan penganekaragaman konsumsi panga masyarakat berbasis sumber daya, kelembagaan dan budaya lokal; Mewujudkan keamanan pangan segar. Pendekatan Penyusunan Laporan Keuangan A.2. Pendekatan Penyusunan Laporan Keuangan Laporan Keuangan Tahunan Tahun 2019 ini merupakan laporan yang mencakup seluruh aspek keuangan yang dikelola oleh Badan Ketahanan Pangan. Laporan Keuangan ini dihasilkan melalui Aplikasi E-Rekon-LK. Laporan Keuangan Badan Ketahanan Pangan Tahunan Tahun 2019 ini merupakan laporan konsolidasi dari seluruh satker baik kantor pusat, dekonsentrasi maupun tugas pembantuan yang bertanggung jawab atas - 8 -

anggaran yang diberikan. Jumlah satker dilingkup Badan Ketahanan Pangan sebanyak 35 satker. Rincian satker tersebut tersaji sebagai berikut: Rekapitulasi Jumlah Satker UAPPA-E1 No NAMA SATKER JENIS JUMLAH KP DK SATKER M M 1 452332 BADAN KETAHANAN PANGAN 1 019032 DINAS KETAHANAN PANGAN, KELAUTAN DAN PERTANIAN 2 PROVINSI DKI JAKARTA - 1 029346 DINAS KETAHANAN PANGAN DAN PETERNAKAN PROVINSI 3 JAWA BARAT - 1 4 039427 DINAS KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TENGAH - 1 5 049037 DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN DIY - 1 059444 DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI 6 JAWA TIMUR - 1 7 069027 DINAS PANGAN ACEH - 1 079318 DINAS KETAHANAN PANGAN DAN PETERNAKAN PROVINSI 8 SUMATERA UTARA - 1 9 089266 DINAS PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT - 1 10 099426 DINAS KETAHANAN PANGAN PROVINSI RIAU - 1 11 109019 DINAS KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAMBI - 1 119225 DINAS KETAHANAN PANGAN DAN PETERNAKAN PROVINSI 12 SUMATERA SELATAN - 1 13 129224 DINAS KETAHANAN PANGAN PROVINSI LAMPUNG - 1 139021 DINAS PANGAN, PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN 14 PROVINSI KALIMANTAN BARAT - 1 149214 DINAS KETAHANAN PANGAN PROVINSI KALIMANTAN 15 TENGAH - 1 159192 DINAS KETAHANAN PANGAN PROVINSI KALIMANTAN 16 SELATAN - 1 169000 DINAS PANGAN, TANAMAN PANGAN, DAN HORTIKULTURA 17 PROVINSI KALIMANTAN TIMUR - 1 18 179212 DINAS PANGAN DAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA - 1 19 189206 DINAS PANGAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - 1 199374 DINAS KETAHANAN PANGAN, TANAMAN PANGAN DAN 20 HORTIKULTURA PROVINSI SULAWESI SELATAN - 1 209186 DINAS KETAHANAN PANGAN PROVINSI SULAWESI 21 TENGGARA - 1 22 219169 DINAS KETAHANAN PANGAN PROVINSI MALUKU - 1 23 229164 DINAS KETAHANAN PANGAN PROVINSI BALI - 1 239220 DINAS KETAHANAN PANGAN PROVINSI NUSA TENGGARA 24 BARAT - 1 249020 DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI 25 NUSA TENGGARA TIMUR - 1 26 259022 DINAS KETAHANAN PANGAN PROVINSI PAPUA - 1 27 269189 DINAS KETAHANAN PANGAN PROPINSI BENGKULU - 1 28 289039 DINAS PANGAN PROVINSI MALUKU UTARA - 1 29 299444 DINAS KETAHANAN PANGAN PROVINSI BANTEN - 1 30 309208 DINAS PANGAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG - 1 31 319005 DINAS PANGAN PROVINSI GORONTALO - 1 320097 DINAS KETAHANAN PANGAN, PERTANIAN DAN KESEHATAN 32 HEWAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU - 1 33 339029 DINAS KETAHANAN PANGAN PROVINSI PAPUA BARAT - 1 34 340161 DINAS KETAHAHAN PANGAN PROVINSI SULAWESI BARAT - 1 417679 DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI 35 KALIMANTAN UTARA - 1 TOTAL 1 34 35-9 -

Basis Akuntansi A.3. Basis Akuntansi Badan Ketahanan Pangan menerapkan basis akrual dalam penyusunan dan penyajian Neraca, Laporan Operasi dan Laporan Perubahan Ekuitas. Basis akrual adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat transaksi dan peristiwa itu terjadi, tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayarkan. Sedangkan Laporan Realisasi Anggaran basis kas untuk disusun dan disajikan dengan basis kas. Basis kas adalah basis akuntansi yang yang mengakui pengaruhi transaksi atau peristiwa lainnya pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar. Hal ini sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Dasar Pengukuran A.4.Dasar Pengukuran Pengukuran adalah proses penetapan nilai uang untuk mengakui dan memasukkan setiap pos dalam laporan keuangan.dasar pengukuran yang diterapkan Badan Ketahanan Pangan dalam penyusunan dan penyajian Laporan Keuangan adalah dengan menggunakan nilai perolehan historis. Aset dicatat sebesar pengeluaran/penggunaan sumber daya ekonomi atau sebesar nilai wajar dari imbalan yang diberikan untuk memperoleh aset tersebut. Kewajiban dicatat sebesar nilai wajar sumber daya ekonomi yang digunakan pemerintah untuk memenuhi kewajiban yang bersangkutan. Pengukuran pos-pos laporan keuangan menggunakan mata uang rupiah. Transaksi yang menggunakan mata uang asing dikonversi terlebih dahulu dan dinyatakan dalam mata uang rupiah. Kebijakan akuntansi A.5. Kebijakan Akuntansi Penyusunan dan penyajian Laporan Keuangan Tahunan Tahun 2019 telah mengacu pada Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Kebijakan akuntansi merupakan prinsip-prinsip, dasar-dasar, konvensi-konvensi, aturan-aturan, dan praktik-praktik spesifik yang dipilih oleh suatu entitas pelaporan dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan.kebijakan akuntansi yang diterapkan dalam laporan keuangan ini adalah merupakan kebijakan yang ditetapkan oleh Badan Ketahanan Pangan yang merupakan entitas pelaporan dari Kementerian Pertanian. Disamping itu, dalam penyusunannya telah diterapkan kaidah-kaidah pengelolaan keuangan yang sehat di lingkungan - 10 -

pemerintahan. Kebijakan-kebijakan akuntansi yang penting yang digunakan dalam penyusunan Laporan Keuangan Badan Ketahanan Pangan adalah sebagai berikut: Pendapatan- LRA (1) Pendapatan- LRA Pendapatan-LRA adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum Negara yang menambah Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah. Pendapatan-LRA diakui pada saat kas diterima pada Kas Umum Negara (KUN). Akuntansi pendapatan-lra dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu dengan membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah nettonya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran). Pendapatan-LRAdisajikan menurut klasifikasi sumber pendapatan. Pendapatan-LO (2) Pendapatan- LO Pendapatan-LO adalah hak pemerintah pusatyang diakui sebagai penambah ekuitas dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan dan tidak perlu dibayar kembali. Pendapatan-LO diakui pada saat timbulnya hak atas pendapatan dan /atau Pendapatan direalisasi, yaitu adanya aliran masuk sumber daya ekonomi. Akuntansi pendapatan-lo dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu dengan membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah nettonya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran). Pendapatan disajikan menurut klasifikasi sumber pendapatan. Belanja (3) Belanja Belanja adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara yang mengurangi Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah. Belanja diakui pada saat terjadi pengeluaran kas dari KUN. Khusus pengeluaran melalui bendahara pengeluaran, pengakuan belanja terjadi pada saat pertanggungjawaban atas pengeluaran - 11 -

tersebut disahkan oleh Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN). Belanja disajikan menurut klasifikasi ekonomi/jenis belanja dan selanjutnya klasifikasi berdasarkan organisasi dan fungsi akan diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Beban (4) Beban Beban adalah penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa dalam periode pelaporan yang menurunkan ekuitas, yang dapat berupa pengeluaran atau konsumsi aset atau timbulnya kewajiban. Beban diakui pada saat timbulnya kewajiban; terjadinya konsumsi aset; dan terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa. Beban disajikan menurut klasifikasi ekonomi/jenis belanja dan selanjutnya klasifikasi berdasarkan organisasi dan fungsi diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Beban yang berasal dari belanja barang yang akan diserahkan kepada masyarakat (526) dan belanja bantuan sosial dalam bentuk barang dan jasa (57) diakui dan disajikan sebagai beban apabila sudah diterbitkan berita acara serah terima (BAST). Aset (5) Aset Aset diklasifikasikan menjadi Aset Lancar, Aset Tetap, Piutang Jangka Panjang dan Aset Lainnya. Aset Lancar Aset Lancar Aset Lancar mencakup kas dan setara kas yang diharapkan segera untuk direalisasikan, dipakai, atau dimiliki untuk dijual dalam waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal pelaporan. Kas disajikan di neraca dengan menggunakan nilai nominal. Kas dalam bentuk valuta asing disajikan di neraca dengan menggunakan kurs tengah Bank Indonesia pada tanggal neraca. Piutang diakui apabila menenuhi kriteria sebagai berikut: Piutang yang timbul dari Tuntutan Perbendaharaan/Ganti Rugi apabila telah timbul hak yang didukung dengan Surat - 12 -

Keterangan Tanggung Jawab Mutlak dan/atau telah dikeluarkannya surat keputusan yang mempunyai kekuatan hukum tetap. Piutang yang timbul dari perikatan diakui apabila terdapat peristiwa yang menimbulkan hak tagih dan didukung dengan naskah perjanjian yang menyatakan hak dan kewajiban secara jelas serta jumlahnya bisa diukur dengan andal. Piutang diharapkan diterima pengembaliannya dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan. Tagihan Penjualan Angsuran (TPA) dan Tuntutan Ganti Rugi (TGR) yang akan jatuh tempo 12 (dua belas) bulan setelah tanggal neraca disajikan sebagai Bagian Lancar TPA/TGR. Nilai Persediaan dicatat berdasarkan hasil perhitungan fisik pada tanggal neraca dikalikan dengan: harga pembelian terakhir, apabila diperoleh dengan pembelian; harga standar apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri; harga wajar atau estimasi nilai penjualannya apabila diperoleh dengan cara lainnya. Penatausahaan Persediaan Prosedur penatausahaan persediaan baik berasal dari akun 526 maupun non 526 dilaksanakan berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor: 70/Permentan/PL.200/12/2016 tanggal 28 Desember 2016 tentang Penatausahaan Persediaan Lingkup Kementerian Pertanian. Pada peraturan tersebut pada Pasal 12 Akun Belanja Barang Untuk Diserahkan Kepada Masyarakat/Pemda (526) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf d meliputi: 1. Belanja Tanah Untuk Diserahkan Kepada Masyarakat/Pemda (526111); 2. Belanja Peralatan dan Mesin Untuk Diserahkan Kepada Masyarakat/Pemda (526112); 3. Belanja Gedung dan Bangunan Untuk Diserahkan Kepada Masyarakat/Pemda (526113); - 13 -

4. Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan Untuk Diserahkan Kepada Masyarakat/Pemda (526114); 5. Belanja Barang Fisik Lainnya Untuk Diserahkan Kepada Masyarakat/Pemda (526115); 6. Belanja Barang Penunjang Kegiatan Dekonsentrasi Untuk Diserahkan Kepada Pemda (526211); 7. Belanja Barang Penunjang Kegiatan Tugas Pembantuan Untuk Diserahkan Kepada Pemda (526212); dan 8. Belanja barang lainnya untuk diserahkan kepada Masyarakat/Pemda (526311). Sedangkan pada Pasal 36 bahwa persediaan yang langsung diserahkan kepada pihak penerima, transaksi penyerahan/dijual kepada masyarakat/pemda dibuktikan dengan dokumen sumber pengeluaran persediaan untuk: a. Satuan Kerja Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan dapat berupa: BAST Persediaan antara pihak pelaksana pengadaan dengan penerima dan diketahui oleh satuan kerja; BAST Persediaan antara kepala satuan kerja atau PPK dengan penerima; BAST Persediaan antara Eselon I dengan penerima/skpd; atau Surat pernyataan persediaan telah diserahkan kepada Masyarakat/Pemerintah Daerah dari Kuasa Pengguna Barang atau pejabat yang ditunjuk. b. Kantor Pusat dan Kantor Daerah dapat berupa: Surat Keputusan Hibah; BAST Persediaan antara Eselon I dengan penerima/skpd; BAST Persediaan antara kepala satuan kerja/ppk dengan penerima; BAST Persediaan antara pihak pelaksana pengadaan dengan penerima dan diketahui oleh satuan kerja; atau - 14 -

Surat pernyataan persediaan telah diserahkan kepada Masyarakat/Pemerintah Daerah dari Kuasa Pengguna Barang atau pejabat yang ditunjuk. Disamping itu, Pasal 43 menjelaskan bahwa seluruh pelaporan persediaan pada tanggal pelaporan dicatat berdasarkan opname fisik. Persediaan dilakukan untuk mengetahui jumlah Persediaan dan kondisi catatan dalam pembukuan pengelolaan Persediaan yang belum dipakai.opname fisikpersediaan sebagaimana dimaksud dilakukan secara sensus per semester atau periode laporan. Aset Tetap Aset Tetap Aset tetap mencakup seluruh aset berwujud yang dimanfaatkan oleh pemerintah maupun untuk kepentingan publik yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 tahun. Nilai Aset tetap disajikan berdasarkan harga perolehan atau harga wajar. Pengakuan aset tetap didasarkan pada nilai satuan minimum kapitalisasi sebagai berikut: a. Pengeluaran untuk per satuan peralatan dan mesin dan peralatan olah raga yang nilainya sama dengan atau lebih dari Rp1.000.000 (satujuta rupiah); b. Pengeluaran untuk gedung dan bangunan yang nilainya sama dengan atau lebih dari Rp25.000.000 (Duapuluh lima juta rupiah); c. Pengeluaran yang tidak tercakup dalam batasan nilai minimum kapitalisasi tersebut di atas, diperlakukan sebagai biaya kecuali pengeluaran untuk tanah, jalan/irigasi/jaringan, dan aset tetap lainnya berupa koleksi perpustakaan dan barang bercorak kesenian. Pemerintah melakukan penilaian kembali (revaluasi) berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2017 tentang Penilaian Kembali Barang Milik Negara/Daerah dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 118/PMK.06/2017 tentang Pedoman Pelaksanaan Penilaian - 15 -

Kembali Barang Milik Negara. Revaluasi dilakukan terhadap aset tetap berupa Tanah, Gedung dan Bangunan, serta Jalan, Jaringan,dan lrigasi berupa Jalan Jembatan dan Bangunan Air pada Kementerian Negara/Lembaga sesuai kodefikasi Barang Milik Negara yang diperoleh sampai dengan 31 Desember 2015. Termasuk dalam ruang lingkup objek revaluasi adalah aset tetap pada Kementerian/Lembaga yang sedang dilaksanakan Pemanfaatan. Pelaksanaan penilaian dalam rangka revaluasi dilakukan dengan pendekatan data pasar, pendekatan biaya, dan/atau pendekatan pendapatan oleh Penilai Pemerintah di lingkungan Direktorat Jenderal Kekayaan Negara, Kementerian Keuangan. Revaluasi dilakukan pada tahun 2017 dan 2018. Berdasarkan pertimbangan efisiensi anggaran dan waktu penyelesaian, pelaksanaan penilaian dilakukan dengan survei lapangan untuk objek penilaian berupa Tanah dan tanpa survei lapangan untuk objek penilaian selain Tanah. Nilai aset tetap hasil penilaian kembali menjadi nilai perolehan baru dan nilai akumulasi penyusutannya adalah nol. Dalam hal nilai aset tetap hasil revaluasi lebih tinggi dari nilai buku sebelumnya maka selisih tersebut diakui sebagai penambah ekuitas pada Laporan Keuangan. Namun, apabila nilai aset tetap hasil revaluasi lebih rendah dari nilai buku sebelumnya maka selisih tersebut diakui sebagai pengurang ekuitas pada Laporan Keuangan. Aset Tetap yang tidak digunakan dalam kegiatan operasional pemerintah yang disebabkan antara lain karena aus, ketinggalan jaman, tidak sesuai dengan kebutuhan organisasi yang makin berkembang, rusak berat, tidak sesuai dengan rencana umum tata ruang (RUTR), atau masa kegunaannya telah berakhir direklasifikasi ke Aset Lain-Lain pada pos Aset Lainnya Aset tetap yang secara permanen dihentikan penggunaannya, dikeluarkan dari neraca pada saat ada usulan penghapusan dari entitas sesuai dengan ketentuan perundang-undangan di bidang pengelolaan BMN - 16 -

Piutang Jangka Panjang Piutang Jangka Panjang Piutang Jangka Panjang adalah piutang yang akan jatuh tempo atau akan direalisasikan lebih dari 12 bulan sejak tanggal pelaporan. Termasuk dalam Piutang Jangka Panjang antara lain adalah Tagihan Penjualan Angsuran (TPA), Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi (TP/TGR) yang jatuh tempo lebih dari satu tahun. TPA menggambarkan jumlah yang dapat diterima dari penjualan aset pemerintah secara angsuran kepada pegawai pemerintah yang dinilai sebesar nilai nominal dari kontrak/berita acara penjualan aset yang bersangkutan setelah dikurangi dengan angsuran yang telah dibayar oleh pegawai ke kas negara atau daftar saldo tagihan penjualan angsuran. Tuntutan Perbendaharaan adalah tagihan yang ditetapkan oleh Badan Pemeriksa Keuangan kepada bendahara yang karena lalai atau perbuatan melawan hukum mengakibatkan kerugian negara/daerah. Tuntutan Ganti Rugi adalah suatu proses yang dilakukan terhadap pegawai negeri atau bukan pegawai negeri bukan bendahara dengan tujuan untuk menuntut penggantian atas suatu kerugian yang diderita oleh negara sebagai akibat langsung ataupun tidak langsung dari suatu perbuatan yang melanggar hukum yang dilakukan oleh pegawai tersebut atau kelalaian dalam pelaksanaan tugasnya. Aset Lainnya Aset Lainnya Aset Lainnya adalah aset pemerintah selain aset lancar, aset tetap, dan piutang jangka panjang. Termasuk dalam Aset Lainnya adalah aset tak berwujud, tagihan penjualan angsuran yang jatuh tempo lebih dari 12 (dua belas) bulan, aset kerjasama dengan pihak ketiga (kemitraan), dan kas yang dibatasi penggunaannya. Aset Tak Berwujud (ATB) disajikan senilai nilai tercatat neto yaitu senilai harga perolehan setelah dikurangi akumulasi - 17 -

amortisasi. Amortisasi ATB dengan masa manfaat terbatas dilakukan dengan metode garis lurus dan nilai sisa nihil. Sedangkan atas ATB dengan masa manfaat tidak terbatas tidak dilakukan amortisasi. Masa Manfaat Aset Tak Berwujud ditentukan dengan berpedoman Keputusan Menteri Keuangan Nomor 620/KM.6/2015 tentang Masa Manfaat Dalam Rangka Amortisasi Barang Milik Negara berupa Aset Tak Berwujud pada Entitas Pemerintah Pusat. Secara umum tabel masa manfaat adalah sebagai berikut. Penggolongan Masa Manfaat Aset Tak Berwujud Kelompok Aset Tak Berwujud Masa Manfaat (Tahun) Software Komputer 4 Franchise 5 Lisensi, Hak Paten Sederhana, Merk, Desain Industri, Rahasia Dagang, Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu Hak Ekonomi Lembaga Penyiaran, Paten Biasa, Perlindungan Varietas Tanaman Semusim Hak Cipta Karya Seni Terapan, Perlindungan Varietas Tanaman Tahunan Hak Cipta atas Ciptaan Gol. II, Hak Ekonomi Pelaku Pertunjukan, Hak Ekonomi Produser Fonogram 10 20 25 50 Hak Cipta atas Ciptaan Gol.I 70 Aset Lain-lain berupa aset tetap pemerintah yang dihentikan dari penggunaan operasional entitas. Kewajiban (6) Kewajiban Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah. Kewajiban pemerintah diklasifikasikan kedalam kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang. a. Kewajiban Jangka Pendek Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek jika diharapkan untuk dibayar atau jatuh tempo dalam waktu dua - 18 -

belas bulan setelah tanggal pelaporan. Kewajiban jangka pendek meliputi Utang Kepada Pihak Ketiga, Belanja yang Masih Harus Dibayar, Pendapatan Diterima di Muka, Bagian Lancar Utang Jangka Panjang,dan Utang Jangka Pendek Lainnya. b. Kewajiban Jangka Panjang Kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang jika diharapkan untuk dibayar atau jatuh tempo dalam waktu lebih dari dua belas bulan setelah tanggal pelaporan. Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal, yaitu sebesar nilai kewajiban pemerintah pada saat pertama kali transaksi berlangsung. Ekuitas (7) Ekuitas Ekuitas merupakan selisih antara aset dengan kewajiban dalam satu periode. Pengungkapan lebih lanjut dari ekuitas disajikan dalam Laporan Perubahan Ekuitas. Penyisihan Piutang Tak Tertagih (8) Penyisihan Piutang Tidak Tertagih Penyisihan Piutang Tidak Tertagih adalah cadangan yang harus dibentuk sebesar persentase tertentu dari piutang berdasarkan penggolongan kualitas piutang. Penilaian kualitas piutang dilakukan dengan mempertimbangkan jatuh tempo dan upaya penagihan yang dilakukan pemerintah. Kualitas piutang didasarkan pada kondisi masing-masing piutang pada tanggal pelaporan sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 69/PMK.06/2014 tentang Penentuan Kualitas Piutang dan Pembentukan Penyisihan Piutang Tak Tertagih pada Kementerian Negara/Lembaga dan Bendahara Umum Negara. Kriteria kualitas piutang diatur sebagai berikut: - 19 -

Kualitas Piutang Uraian Penyisihan Lancar Belum dilakukan pelunasan s.d. tanggal jatuh tempo 0.5% Kurang Lancar Satu bulan terhitung sejak tanggal Surat Tagihan Pertama tidak dilakukan pelunasan 10% Diragukan Satu bulan terhitung sejak tanggal Surat Tagihan Kedua tidak dilakukan pelunasan 50% Macet 1. Satu bulan terhitung sejak tanggal Surat 100% Tagihan Ketiga tidak dilakukan pelunasan 2. Piutang telah diserahkan kepada Panitia Urusan Piutang Negara/DJKN Penyusutan Aset Tetap (9) Penyusutan Aset Tetap Penyusutan aset tetap adalah penyesuaian nilai sehubungan dengan penurunan kapasitas dan manfaat dari suatu aset tetap. Kebijakan penyusutan aset tetap didasarkan pada Peraturan Menteri Keuangan No.01/PMK.06/2013 tentang Penyusutan Barang Milik Negara Berupa Aset Tetap pada Entitas Pemerintah Pusat sebagaimana diubah dengan PMK 90/PMK.06/2014 tentang Penyusutan Barang Milik Negara Berupa Aset Tetap pada Entitas Pemerintah Pusat. Penyusutan aset tetap tidak dilakukan terhadap: a. Tanah b. Konstruksi dalam Pengerjaan (KDP) c. Aset Tetap yang dinyatakan hilang berdasarkan dokumen sumber sah atau dalam kondisi rusak berat dan/atau usang yang telah diusulkan kepada Pengelola Barang untuk dilakukan penghapusan. Penghitungan dan pencatatan Penyusutan Aset Tetap dilakukan setiap akhir semester tanpa memperhitungkan adanya nilai residu. Penyusutan Aset Tetap dilakukan dengan menggunakan metode garis lurus yaitu dengan mengalokasikan nilai yang dapat disusutkan dari Aset Tetap secara merata setiap semester selama Masa Manfaat. Masa Manfaat Aset Tetap ditentukan dengan berpedoman Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 59/KMK.06/2013 tentang Tabel Masa Manfaat Dalam Rangka Penyusutan Barang Milik Negara - 20 -

berupa Aset Tetap pada Entitas Pemerintah Pusat. Secara umum tabel masa manfaat adalah sebagai berikut: Penggolongan Masa Manfaat Aset Tetap Kelompok Aset Tetap Peralatan dan Mesin Gedung dan Bangunan Jalan, Jaringan dan Irigasi Alat Tetap Lainnya (Alat Musik Modern) Masa Manfaat 2 s.d. 20 tahun 10 s.d. 50 tahun 5 s.d 40 tahun 4 tahun Implementasi Akuntansi Pemerintah Berbasis Akrual Pertama Kali (10) Implementasi Akuntansi Pemerintah Berbasis Akrual Pertama Kali Mulai tahun 2015 Pemerintah mengimplementasikan akuntansi berbasis akrual sesuai dengan amanat PP No. 71 Tahun 2010 tentang Akuntansi Pemerintahan. Implementasi tersebut memberikan pengaruh pada beberapa hal dalam penyajian laporan keuangan. Pertama, Pospos ekuitas dana pada neraca per 31 Desember 2014 yang berbasis cash toward accrual direklasifikasi menjadi ekuitas sesuai dengan akuntansi berbasis akrual. Kedua, keterbandingan penyajian akun-akun tahun berjalan dengan tahun sebelumnya dalam Laporan Operasional dan Laporan Perubahan Ekuitas tidak dapat dipenuhi. Hal ini diakibatkan oleh penyusunan dan penyajian akuntansi berbasis akrual pertama kali mulai dilaksanakan tahun 2015. - 21 -

B. PENJELASAN ATAS POS-POS LAPORAN REALISASI ANGGARAN Selama periode berjalan, Badan Ketahanan Pangan telah mengadakan revisi Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) dari DIPA awal. Hal ini disebabkan oleh adanya program penghematan belanja pemerintah dan adanya perubahan kegiatan sesuai dengan kebutuhan dan situasi serta kondisi pada saat pelaksanaan. Perubahan tersebut berdasarkan sumber pendapatan dan jenis belanja adalah sebagai berikut: Pendapatan Uraian Anggaran Awal Anggaran Setelah Revisi Pendapatan Gratifikasi dan Uang Sitaan Hasil Korupsi 0 0 Jumlah Pendapatan 0 0 Belanja Belanja Pegawai 20.377.811.000 21.395.550.000 Belanja Barang 654.046.414.000 639.569.170.000 Belanja Modal 4.264.700.000 18.741.944.000 Jumlah Belanja 678.688.925.000 679.706.664.000 Realisasi Pendapatan Rp2.998.777.179,- B.1 PENDAPATAN Realisasi Pendapatan untuk periode yang berakhir pada 31 Desember 2019 adalah sebesar Rp2.998.777.179,- atau mencapai 0% dari estimasi pendapatan yang ditetapkan sebesar Rp0,- Pendapatan lingkup Badan Ketahanan Pangan terdiri dari Pendapatan Jasa Lembaga Keuangan, dan Pendapatan Lain-lain. Rincian estimasi pendapatan dan realisasinya adalah sebagai berikut: Uraian Rincian Estimasi dan Realisasi Pendapatan Anggaran 31-Dec-19 Realisasi % Realisasi Anggaran PNBP - 2.998.777.179,00 #DIV/0! Pendapatan Lain-lain - #DIV/0! Jumlah - 2.998.777.179,00 #DIV/0! Realisasi Pendapatan sampai dengan 31 Desember 2019 mengalami - 22 -

penurunan sebesar 49,61 persen dibandingkan 31 Desember 2018. Hal ini disebabkan oleh adanya penurunan PNBP atas penerimaan kembali belanja barang, pendapatan dari pemindahtangan BMN Lainnya, Pendapatan dari Penjualan Peralatan dan Mesin, Pendapatan dari penyelesaian tuntutan ganti rugi non bendahara dan Pendapatan dari penyelesaian tuntutan ganti rugi pihak ketiga. Perbandingan Realisasi Pendapatan 31 Desember 2019 dan 31 Desember 2018 URAIAN REALISASI 31 DESEMBER 2019 REALISASI 31 DESEMBER 2018 NAIK (TURUN) % Pendapatan dari Penjualan Peralatan dan Mesin 4.300.000 9.895.000 (56,54) Pendapatan dari Pemindahtanganan BMN Lainnya 3.634.489 81.553.453 (95,54) Pendapatan Jasa Lembaga Keuangan (Jasa Giro) 25.610.722 265.918 9.531,06 Pendapatan Bunga Lainnya - 0 #DIV/0! Pendapatan Penjualan Hasil Lelang Gratifikasi Pendapatan Denda Keterlambatan Penyelesaian Pekerjaan Pemerintah #DIV/0! 49.427.839 29.811.545 65,80 Pendapatan Penyelesaian Tuntutan Ganti Rugi Non bendahara 8.252.500 183.054.000 (95,49) Pendapatan Penyelesaian Tuntutan Ganti Rugi bendahara 21.724.814 Pendapatan Penyelesaian Tuntutan Ganti Rugi Terhadap Pihak Ketiga 50.489.616 127.990.250 (60,55) Pendapatan Penyelesaian Tuntutan Perbendaharaan - 153.706.700 (100,00) Penerimaan Kembali Belanja Pegawai Tahun Anggaran Yang Lalu 51.975.190 31.919.600 62,83 Penerimaan Kembali Belanja Barang Tahun Anggaran Yang Lalu 2.783.362.009 5.332.433.451 (47,80) Penerimaan Kembali Belanja Modal Tahun Anggaran Yang Lalu - 0 #DIV/0! Penerimaan Kembali Belanja Bantuan Sosial Tahun Anggaran Yang - 0 #DIV/0! Lalu Pendapatan Anggaran Lain-lain - 5 (100,00) Total 2.998.777.179 5.950.629.922 (49,61) Penerimaan kembali belanja barang tahun anggaran yang lalu sebesar Rp2.783.362.009 terdiri atas : Pengembalian perjalanan dinas sebesar Rp275.530.444, pengembalian belanja mak 526 atas kegiatan KRPL sebesar Rp81.300.000, P3L sebesar Rp30.000.000, PUPM sebesar Rp261.474.235, pengembalian DPM-LUEP sebesar Rp1.924.224.365, pengembalian atas honor narasumber dan moderator sebesar Rp153.886.500 dan pengembalian atas kegiatan lainnya sebesar Rp56.946.465. Tidak ada perbedaaan antara realisasi pendapatan menurut data saiba dan data di bendahara penerimaan sebesar Rp2.998.777.179. - 23 -

Realisasi Belanja Rp 659.662.417.614,- B.2. BELANJA Realisasi Belanja untuk periode yang berakhir pada 31 Desember 2019 adalah sebesar Rp659.662.417.614 atau 97,05% dari anggaran belanja sebesar Rp679.706.664.000. Rincian anggaran dan realisasi belanja sampai dengan 31 Desember 2019 adalah sebagai berikut: Rincian Estimasi dan Realisasi Belanja 31 Desember 2019 URAIAN 31-Dec-19 ANGGARAN REALISASI % Belanja Pegawai 21.395.550.000 20.027.741.224 93,61 Belanja Barang 639.569.170.000 622.710.189.399 97,36 Belanja Bantuan Sosial 0,00 Belanja Modal 18.741.944.000 18.293.918.156 97,61 Total Belanja Kotor 679.706.664.000 661.031.848.779 97,25 Pengembalian Belanja (1.369.431.165) 0 Total Belanja 679.706.664.000 659.662.417.614 97,05 Sedangkan realisasi belanja berdasarkan kegiatan untuk periode yang berakhir 31 Desember 2019 adalah sebagai berikut: KEGIATAN 1814 - Pengembangan Sistem Distribusi dan Stabilitas Harga Pangan 1815 - Pengembangan Ketersediaan dan Penanganan Rawan Pangan 1816 - Pengembangan Penganekaragaman Komsumsi dan Keamanan Pangan 1817 - Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya Badan Ketahanan Pangan ANGGARAN 31-Dec-19 REALISASI 221.693.960.000 219.354.334.535 98,94 47.475.000.000 45.307.955.513 95,44 268.779.525.000 261.659.113.385 97,35 141.758.179.000 134.710.445.346 95,03 Total Belanja Kotor 679.706.664.000 661.031.848.779 97,25 Pengembalian Belanja -1.369.431.165 Total Belanja 679.706.664.000 659.662.417.614 97,05 % Komposisi anggaran dan realisasi belanja dapat dilihat dalam grafik berikut ini: - 24 -

Millions 700000,0 600000,0 500000,0 400000,0 639569,170 621340,775 300000,0 200000,0 Anggaran Realisasi 100000,0-21395,550 20027,724 Belanja Pegawai Belanja Barang 18741,944 18293,918 - Belanja Modal Belanja Bantuan Sosial Dibandingkan dengan realisasi belanja 31 Desember 2018, realisasi belanja 31 Desember 2019 mengalami kenaikan sebesar 12,52% dibandingkan realisasi belanja pada tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan antara lain : 1. Adanya kenaikan pagu anggaran 2. Adanya kenaikan gaji 3. Adanya pegawai baru dan pegawai yang beralih menjadi pejabat fungsional 4. Adanya penambahan Kegiatan prioritas yaitu Pengembangan Industri Pangan Lokal (PIPL) dan Pengembangan Korporasi Usahatani (PKU) dalam bentuk peralatan untuk pengolahan pasca panen 5. Penambahan Kegiatan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) di lokasi stunting dan KRPL Bekerja 6. Penambahan Kegiatan Obor Pangan Lestari (OPAL) Perbandingan Realisasi Belanja 31 Desember 2019 dan 31 Desember 2018 URAIAN REALISASI 31 DESEMBER 2019 REALISASI 31 DESEMBER 2018 NAIK (TURUN) % Belanja Pegawai 20.027.724.209 19.509.140.476 2,66 Belanja Barang 621.340.775.249 563.071.477.006 10,35 Belanja Modal 18.293.918.156 3.695.974.349 394,97 Belanja Bantuan Sosial #DIV/0! Jumlah 659.662.417.614 586.276.591.831 12,52-25 -

Belanja Pegawai Rp20.027.724.209,- B.3 Belanja Pegawai Belanja Pegawai adalah belanja kompensasi, baik dalam bentuk uang maupun barang yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang diberikan kepada Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil (PNS), dan pegawai yang dipekerjakan oleh pemerintah yang belum berstatus PNS sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah dilaksanakan kecuali pekerjaan yang berkaitan dengan pembentukan modal. Selain itu Belanja Pegawai dapat diartikan sebagai belanja yang berupa honorarium tetap yang hanya dipergunakan untuk pembayaran honor pegawai honorer yang akan diangkat menjadi pegawai dalam rangka mendukung tugas pokok dan fungsi unit organisasi yang bersangkutan. Realisasi Belanja Pegawai untuk periode yang berakhir 31 Desember 2019 dan 31 Desember 2018 adalah masing-masing sebesar Rp20.027.724.209 dan Rp19.509.140.476. Realisasi belanja pegawai 31 Desember 2019 mengalami kenaikan sebesar 2,66% dari 31 Desember 2018. Hal ini disebabkan antara lain : 1. Adanya pegawai baru 2. Adanya kenaikan gaji 3. Adanya pegawai yang beralih menjadi pejabat fungsional Perbandingan Belanja Pegawai 31 Desember 2019 dan 31 Desember 2018 Uraian Belanja Barang Belanja Gaji & Tunjangan PNS Belanja Gaji & Tunjangan Non PNS Belanja Honorariu m Belanja Lembur Belanja Tunj.Khusu s & Bel.Pegaw ai Transito 31 Desember 2019 31 Desember 2018 Penge Pengemb Realisasi mbalia Realisasi Netto Realisasi alian n (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) Realisasi Netto (Rp) 20.027.741.224 17.015 20.027.724.209 19.510.245.250 1.104.774 19.509.140.476 2,66 Jumlah 20.027.741.224 17.015 20.027.724.209 19.510.245.250 1.104.774 19.509.140.476 2,66 Naik (Turu n) (%) Jumlah Pegawai di Badan Ketahanan Pangan sampai dengan 31 Desember - 26 -

2019 berjumlah 282 orang. Menurut status pegawai terdiri dari 265 orang pegawai negeri sipil dan 17 orang calon pegawai negeri sipil. Menurut pembagian pelaksanaan tugas menurut jabatan dan golongan sebagai berikut : Pejabat Eselon I = 1 Orang Pejabat Eselon IIa = 3 Orang Pejabat Eselon IIIa = 13 Orang Pejabat Eselon IVa = 30 Orang Pejabat Fungsional = 106 orang Pejabat Fungsional Umum = 129 orang Belanja Barang Rp622.710.189.399 B.4 Belanja Barang Belanja Barang adalah pengeluaran untuk menampung pembelian barang dan jasa yang habis pakai untuk memproduksi barang dan jasa yang dipasarkan maupun tidak dipasarkan, dan pengadaan barang yang dimaksudkan untuk diserahkan atau dijual kepada masyarakat dan belanja perjalanan. Realisasi Belanja Barang per 31 Desember 2019 dan 31 Desember 2018 adalah masing-masing sebesar Rp622.710.189.399 dan Rp401.894.554.062. Realisasi Belanja Barang 31 Desember 2019 mengalami penurunan 6,57% dari Realisasi Belanja Barang 31 Desember 2018. Hal ini antara lain disebabkan oleh : Adanya kenaikan pagu anggaran Adanya penambahan Kegiatan prioritas yaitu Pengembangan Industri Pangan Lokal (PIPL) dan Pengembangan Korporasi Usahatani (PKU) dalam bentuk peralatan untuk pengolahan pasca panen Penambahan Kegiatan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) di lokasi stunting dan KRPL Bekerja Penambahan Kegiatan Obor Pangan Lestari (OPAL) Perbandingan Belanja Barang 31 Desember 2019 dan 31 Desember 2018 Uraian Belanja Barang Belanja Barang Operasional Belanja Barang Non Operasional 31 Desember 2019 31 Desember 2018 Realisasi Pengembalian Realisasi Netto Realisasi Pengembalian Realisasi Netto (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) Naik (Turun) (%) 10.646.766.546 10.646.766.546 9.548.350.765 9.548.350.765 11,50 108.903.734.520 62.961.300 108.840.773.220 158.697.419.135 89.503.000 158.607.916.135-31,38-27 -

Belanja Barang Persediaan 12.718.419.390 12.718.419.390 8.204.835.420 10.000.000 8.194.835.420 55,20 Belanja Jasa 12.746.916.881 200.000 12.746.716.881 31.044.270.685 14.000.000 31.030.270.685-58,92 Belanja Pemeliharaan Belanja Perjalanan Dalam Negeri Belanja Perjalanan Luar Negeri Belanja Barang untuk diserahkan kepada Masy. 4.568.321.950 4.568.321.950 4.522.223.918 4.522.223.918 1,02 128.066.132.206 104.590.190 127.961.542.016 106.334.754.885 98.105.435 106.236.649.450 20,45 1.955.702.255 1.955.702.255 1.978.898.838 834.288 1.978.064.550-1,13 15.830.778.323 15.830.778.323 95.905.000 95.905.000 16.406,73 Belanja Barang Fisik dan Penunjang Dana Dekonsentrasi untuk diserahkan kepada Masy. 329.795.112 329.795.112 492.896.600 492.896.600-33,09 Belanja Barang Lainnya untuk diserahkan kepada Masy. 326.943.622.216 1.201.662.660 325.741.959.556 243.464.011.000 1.099.646.517 242.364.364.483 34,40 622.710.189.399 1.369.414.150 621.340.775.249 564.383.566.246 1.312.089.240 563.071.477.006 10,35 Belanja Mak 526 Belanja Mak 526 ini di anggarkan untuk mencapai Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat yang berfokus pada pemerataan kesejahteraan dan penanganan kemiskinan dan rawan pangan. Maka di TA. 2019 dianggarkan sebesar Rp 346.557.700.000 yaitu dalam bentuk barang sebesar Rp73.307.700.000 dan dalam bentuk uang Rp273.250.000.000. Dari alokasi anggaran tersebut terealisasi sampai dengan 31 Desember 2019 sebesar Rp341.902.532.991 yaitu realisasi dalam bentuk barang sebesar Rp71.286.334.976 dan realisasi berupa uang sebesar Rp270.616.198.015. Belanja Mak 526 dianggarkan untuk mendukung kegiatan sebagai berikut : KETERANGAN Grand Total Pagu Realisasi % 1814 Pengembangan Sistem 221.693.960.000 218.956.199.875 98,77 Distribusi dan Stabilitas Harga Pangan Barang 115.613.960.000 113.270.001.860 97,97 Uang 106.080.000.000 105.686.198.015 99,63-28 -

1815 Pengembangan Ketersediaan dan Penanganan Rawan Pangan 47.475.000.000 45.299.617.213 95,42 Barang 44.225.000.000 42.049.617.213 95,08 Uang 3.250.000.000 3.250.000.000 100,00 1816 Pengembangan 268.779.525.000 260.740.119.194 97,01 Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan Barang 104.859.525.000 99.060.119.194 94,47 Uang 163.920.000.000 161.680.000.000 98,63 1817 Dukungan Manajemen dan 141.758.179.000 134.666.481.332 95,00 Teknis Lainnya Badan Ketahanan Pangan Barang 141.758.179.000 134.666.481.332 95,00 Grand Total 679.706.664.000 659.662.417.614 97,05 Rincian Pagu dan Realisasi Fisik per output kegiatan sebagai berikut : KETERANGAN Grand Total Fisik Pagu Realisasi % Target Realisasi Ket 1814 Pengembangan Sistem Distribusi dan Stabilitas Harga Pangan 1814.102 Lumbung Pangan Masyarakat 156.356.500.000 155.370.503.695 99,37 1,781 1,777 26.580.000.000 26.579.860.675 100,00 443 443 Unit Bantuan uang - 526312 26.580.000.000 26.579.860.675 100,00 443 443 Unit 1814.112 Layanan 276.500.000 275.795.112 99,75 13 13 Lokasi Stabilisasi Harga komoditas pangan strategis di tingkat Produsen dan Konsumen Bantuan Barang - 526211 276.500.000 275.795.112 99,75 13 13 Lokasi 1814.113 Lembaga 129.500.000.000 128.514.847.908 99,24 1,325 1,321 Distribusi Pangan yang Dibina Bantuan Barang - 526311 50.000.000.000 49.408.510.568 98,82 500 500 Gapoktan Bantuan uang - 526312 79.500.000.000 79.106.337.340 99,50 1,325 1,321 Gapoktan 1815 Pengembangan Ketersediaan dan Penanganan Rawan Pangan 1815.106 Kawasan Mandiri Pangan 4.558.500.000 4.546.678.590 99,74 14 14 4.550.000.000 4.538.378.590 99,74 13 13 Lokasi Bantuan Barang - 526311 1.300.000.000 1.288.378.590 99,11 13 13 Lokasi Bantuan uang - 526312 3.250.000.000 3.250.000.000 100,00 13 13 Lokasi 1815.107 Pemantauan Ketersediaan, akses dan Kerawanan Pangan 8.500.000 8.300.000 97,65 1 1 Rekomend asi Bantuan Barang - 526211 8.500.000 8.300.000 97,65 1 1 Rekomend asi 1816 Pengembangan 168.944.200.000 166.133.072.383 98,34 4,629 4,544 Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan 1816.101 Pemberdayaan Pekarangan Pangan 160.670.000.000 158.680.000.000 98,76 4,600 4,517 Kelompok Bantuan uang - 526312 160.670.000.000 158.680.000.000 98,76 4,600 4,517 Kelompok 1816.105 Pengembangan Pangan Lokal 8.250.000.000 7.428.872.383 90,05 25 23 Unit Bantuan Barang - 526311 5.000.000.000 4.428.872.383 88,58 10 9 Unit Bantuan uang - 526312 3.250.000.000 3.000.000.000 92,31 25 23 Kelompok - 29 -