ISOLASI DAN PENETAPAN KADAR GENISTEIN EKSTRAK KLOROFORM TEMPE KEDELAI OVER FERMENTASI DENGAN METODE KROMATOGRAFI

dokumen-dokumen yang mirip
DINAMIKA KONSENTRASI GENISTEIN DALAM PROSES PEMBUSUKAN TEMPE KEDELAI

PENGARUH LAMA FERMENTASI TEMPE TERHADAP KANDUNGAN TOTAL SENYAWA FENOLIK DAN ISOFLAVON GENISTEIN

Solvent Optimization For Genistein Isolation Of Rotten Tempe By High Performance Liquid Chromatography Method

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di

BIOKIMIA (Kode : H-10)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September 2015 di

BIOKIMIA (Kode : F-13)

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Hasil pemeriksaan ciri makroskopik rambut jagung adalah seperti yang terdapat pada Gambar 4.1.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo,

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak

Lampiran 1. Gambar tumbuhan gambas (Luffa cutangula L. Roxb.)

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

3 Percobaan dan Hasil

Ekstraksi Isoflavon Kedelai dan Penentuan Kadarnya Secara Ultra Fast Liquid Chromatography (UFLC)

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Januari 2012 sampai bulan Juni 2012 di

BAB V HASIL PENELITIAN. 5.1 Penyiapan Bahan Hasil determinasi tumbuhan yang telah dilakukan di UPT Balai

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di

BAB 3 METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

KAJIAN KANDUNGAN FENOLAT DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL TEMPE GEMBUS DARI BERBAGAI WAKTU INKUBASI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform,

Thieme, J.G., Coconout Oil Processinir. FAO Agriculture Development, Rome, Italia, 1968.

HASIL DAN PEMBAHASAN

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2014,

Profil kandungan daidzein dan genistein pada tempe gembus selama proses fermentasi. Widiastuti Agustina

KADAR GENISTEIN DAN DAIDZEIN PADA KEDELAI, AMPAS TAHU, DAN ONCOM MERAH RIMA JANNATUN NI MAH

Uji antibakteri komponen bioaktif daun lobak (Raphanus sativus L.) terhadap Escherichia coli dan profil kandungan kimianya

Lampiran 1 Bagan alir lingkup kerja penelitian

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

III. METODE PENELITIAN di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas Lampung.

1. Pendahuluan AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAN FRAKSI TAUCO DENGAN METODE DPPH

KADAR GENISTEIN DAN DAIDZEIN PADA KEDELAI, AMPAS TAHU, DAN ONCOM MERAH RIMA JANNATUN NI MAH

IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DALAM SELADA AIR (Nasturtium officinale R.Br)

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

Lampiran 1. Identifikasi Tumbuhan

Lampiran 1. Surat identifikasi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi-Bogor.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab III Metodologi Penelitian

Lampiran 1. Identifikasi tumbuhan.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Dari 100 kg sampel kulit kacang tanah yang dimaserasi dengan 420 L

IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA ANTRAQUINON PADA FRAKSI KLOROFORM AKAR KAYU MENGKUDU ( Morinda Citrifolia, L) ABSTRAK

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB II METODE PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODA

HASIL DAN PEMBAHASAN. Persentase inhibisi = K ( S1 K

3 Metodologi Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Uji Aktivitas dan Pemilihan Ekstrak Terbaik Buah Andaliman

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Artocarpus

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. November Pengambilan sampel Phaeoceros laevis (L.) Prosk.

Wirasuta dkk. Jurnal Farmasi Udayana Vol 5, No 2, UJI KEMURNIAN ISOLAT ANDROGRAFOLID DENGAN HPLC FASE TERBALIK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia)

BAB III METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemeriksaan kandungan kimia kulit batang asam kandis ( Garcinia cowa. steroid, saponin, dan fenolik.(lampiran 1, Hal.

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

Lampiran 1. Surat Identifikasi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi-Bogor.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang diperoleh dari daerah Soreang dan Sumedang. Tempat penelitian menggunakan

BAB III METODOLOGI. Metodologi penelitian ini meliputi penyiapan dan pengolahan sampel, uji

3. METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran 1. Surat Keterangan Identifikasi Spons

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

AFLATOKSIN dan BAHAN PENGAWET

Pemeriksaan dengan Kromatografi Lapis Tipis HASIL DAN PEMBAHASAN Pencirian Bahan Baku Separasi dengan Kromatografi Kilas

DAFTAR ISI. Halaman. viii. PDF created with pdffactory Pro trial version

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan metode purposive sampling, dimana pengambilan sampel dilakukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan

6 FRAKSINASI DAN ISOLASI PROTEIN WHEY SUSU KUDA SUMBA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel dari penelitian ini adalah daun murbei (Morus australis Poir) yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini, diantaranya: set alat destilasi,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

Penetapan Kadar Genistein Biji Kedelai (Soya max Piper) Lokal dan Impor Secara Densitometri Lapis Tipis dan KCKT

BAB IV METODE PENELITIAN. glukosa darah mencit yang diinduksi aloksan dengan metode uji toleransi glukosa.

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang-

Lampiran 1. Hasil identifikasi sponge

BAB III METODE PENELITIAN

PENGEMBANGAN METODE PENENTUAN ISOFLAVON KADAR RENDAH DALAM LIMBAH CAIR TAHU MENGGUNAKAN ENZIM NADH OKSIDASE

Sampel basah. Dikeringkan dan dihaluskan. Disaring

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

REAKSI KURKUMIN DAN ETIL AMIN DENGAN ADANYA ASAM

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica charantia

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 3 Perubahan konsentrasi fase gerak metanol pada metode gradien KCKT ekstrak etanol 70% S. arvensis Solo.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODA PENELITIAN. Secara umum, proses penelitian ini terdiri dari tiga tahap. Tahap pertama

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai dengan Desember di Laboratorium Biomasa Universitas Lampung.

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL C

Transkripsi:

ISOLASI DAN PENETAPAN KADAR GENISTEIN EKSTRAK KLOROFORM TEMPE KEDELAI OVER FERMENTASI DENGAN METODE KROMATOGRAFI Chris Radityo Adi Nugroho*, Hartati Soetjipto, Yohanes Martono Program Studi Kimia Fakultas Sains dan Matematika UKSW, Salatiga *Email : 652013008@student.uksw.edu Abstrak Genistein merupakan salah satu isoflavon penting dalam tempe kedelai dan keberadaannya dapat dideteksi dengan menggunakan High Performance Liquid Chromatography (HPLC). Tujuan penelitian adalah mengisolasi dan memperoleh kadar genistein maksimum dalam isolat ekstrak kloroform tempe kedelai hasil fermentasi selama 8 hari menggunakan HPLC. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan genistein berfluktuasi selama periode fermentasi 8 hari dimana kandungan genistein maksimum dalam isolat ekstrak kloroform tempe adalah sebesar 2046,54 µg/g isolat pada waktu fermentasi hari ke-4. Kata kunci: Genistein, HPLC, Isoflavon PENDAHULUAN Isoflavon merupakan salah satu senyawa bahan alam yang memiliki potensi sebagai anti kanker, anti kolesterol, anti tumor dan anti virus (Pawiroharsono, 2001 dalam Agustina, 2005). Isoflavon termasuk golongan flavonoid yang banyak ditemukan pada tanaman kacang-kacangan terutama kedelai memiliki struktur Aglikon (Daidzein, Genistein, Glisitein), glikosida (daidzin, genistin, glisitin), malonil glikosida dan asetil glikosida (Dhaubhadel, 2011). Lee dkk. (2011) mengatakan bahwa banyaknya masing masing kandungan Isoflavon dalam kedelai berturut - turut genistein (60%), daidzein (30%) dan glisitein (10%). Genistein merupakan isoflavon yang utama pada kedelai. Menurut data (Bhagwat, Haytowitz, & Holden, 2011) kandungan Genistein pada kedelai 18,77 mg/100g sedangkan kadar genestein pada tempe 36,15 mg/100g. Kandungan genistein pada tempe hasil fermentasi 0-9 hari pada fermentasi hari ke 4,7 dan 9 memiliki konsentrasi genistein yang cenderung tinggi serta konsentrasi yang tertinggi pada fermentasi hari ke 9 (Lewidharti, Soetjipto, & Andini, 2015). Sebagai upaya untuk memperoleh genistein langsung dari tempe busuk, maka penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan memperoleh kadar genistein maksimum dalam isolat ekstrak kloroform tempe kedelai hasil fermentasi selama 8 hari menggunakan HPLC. METODE PENELITIAN Bahan dan Piranti 1. Bahan Sampel tempe diambil dari sebuah pengerajin tempe X di Gendongan, Salatiga, Jawa Tengah. Senyawa standar yang digunakan adalah genistein (Sigma Chemical Co, Amerika Serikat). Bahan kimia yang digunakan antara lain : Metanol, Kloroform, n-heksana (pro analisis Merck, Germany)dan untuk plat Kromatografi Lapis Tipis (KLT) digunakan plat silika gel 60 F 254, Merck Germany 2. Piranti Neraca analitis (OHAUS PA214), Neraca 2 digit (OHAUS TAJ602), Moisture Analyzer (OHAUS MB 25), Rotary Evaporator (BUCHI R-114), blender (Philip HR-2108), drying cabinet (Bengkel Rekayasa Wandi), Kromatografi Kolom dan High Performance Liquid Chromatography (HPLC) (Knauer Smartline 5000, Smartline pump 1000, Smartline UV Detector 2500). Metode 1. Pembuatan Tempe dari Pengerajin X (Komunikasi Pribadi) Kedelai yang digunakan dalam pembuatan tempe adalah kedelai import dari Amerika Serikat, perendaman selama 1 malam, sedangkan ragi yang digunakan adalah ragi yang berasal dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). 146

2. Pengukuran Kadar Air Pengukuran kadar air dilakukan dengan cara sebanyak kurang lebih 1 g sampel dimasukkan ke dalam alat Moisture Analyzer 3. Ekstraksi Isoflavon Aglikon (Lewidharti dkk., 2015 yang dimodifikasi) Sebanyak 150 g tempe kering dimaserasi dalam metanol 80% selama 9 jam kemudian disaring dan filtrat dievaporasi sampai kering. Ekstrak dilarutkan dalam 50 ml metanol 50% dan n- heksana (1:2 v/v). Hasil separasi ekstrak fraksi polar dilarutkan dalam campuran metanol 96% dan kloroform (1:1 v/v) kemudian dilakukan pemisahan kembali. Fraksi kloroform dievaporasi menghasilkan ekstrak kasar isoflavon. 4. Metode Pemisahan dan Pemurnian dengan Kromatografi kolom (Wuryani, 1994 yang dimodifikasi) Fase diam yang digunakan pada kromatografi kolom adalah silika gel, sedangkan fase gerak yang digunakan adalah etil asetat : asam format (90%) : air dengan perbandingan 10:2:3 v/v. Fraksi hasil KLT yang mempunyai Rf sama digabungkan, kemudian diuapkan dengan Rotary evaporator. 5. Penentuan Kandungan Isoflavon Genistein menggunakan High Performance Liquid Chromatography (HPLC) (Lewidharti dkk., 2015) Identifikasi isoflavon dengan menggunakan metode HPLC dilakukan dengan pengkondisian instrumen HPLC dan pembuatan larutan sampel. Larutan sampel dibuat dengan mengambil 0,1 g ekstrak lalu dilarutkan dalam metanol 5 ml. Setelah larutan disentrifuge, disaring dan diambil 20 µl untuk diinjeksikan ke dalam HPLC. Kromatogram HPLC dianalisis dengan menggunakan pembanding kromatogram isoflavon genistein standar. Kondisi operasional Instrumentasi meliputi fase diam berupa Eurospher RP C-18 (150 4,6 MM I.D., 5µm) Knauer GmBH-Jerman, fase gerak campuran metanol : asam asetat 0,1 M (48:52 (v/v)), kecepatan alir 1,2 ml/menit, volume injeksi (loop) 20 µl, dan detektor UV 254 nm. Analisis kuantitatif genistein dilakukan dengan menghitung luas area kromatogram. Konsentrasi genistein dalam tempe dapat diketahui dengan menghitung persamaan garis dari kurva standar genistein antara luas kromatogram terhadap konsentrasi genistein. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Pengukuran Kandungan Genistein Tertinggi Kandungan genistein dari ekstrak isoflavon selama proses fermentasi ditampilkan pada Tabel 1. dan Gambar 1. Tabel 1 dan Gambar 1 menunjukkan hasil kandungan isoflavon genistein pada hari ke 0 sebesar 1,68 ± 0,0056 mg/g. Peningkatan terjadi pada hari ke 2 sampai hari ke 4 yang masing-masing besarnya 2,55 ± 0,0185mg/g; 3,01 ± 0,0123mg/g dan 3,71 ± 0,0477mg/g. Selanjutnya pada hari ke 5 terjadi penurunan yang cukup tajam hingga hari ke 7 yaitu secara berturut-turut 3,54 ± 0,0323mg/g; 3,25 ± 0,0236mg/g dan 2,68 ± 0,0034mg/g. Pada hari ke 8 terjadi peningkatan kembali kandungan genistein yaitu sebesar 3,41 ± 0,0167mg/g. Kandungan isoflavon genistein tertinggi selama proses fermentasi diperoleh pada lama fermentasi tempe hari ke 4 yaitu sebesar 3,71 ± 0,0477mg/g. Tabel 1 dan Gambar 1 menunjukkan hasil kandungan isoflavon genistein pada hari ke 0 sebesar 1,68 ± 0,0056 mg/g. Peningkatan terjadi pada hari ke 2 sampai hari ke 4 yang masing-masing besarnya 2,55 ± 0,0185mg/g; 3,01 ± 0,0123mg/g dan 3,71 ± 0,0477mg/g. Selanjutnya pada hari ke 5 terjadi penurunan yang cukup tajam hingga hari ke 7 yaitu secara berturut-turut 3,54 ± 0,0323mg/g; 3,25 ± 0,0236mg/g dan 2,68 ± 0,0034mg/g. Pada hari ke 8 terjadi peningkatan kembali kandungan genistein yaitu sebesar 3,41 ± 0,0167mg/g. Kandungan isoflavon genistein tertinggi selama proses fermentasi diperoleh pada lama fermentasi tempe hari ke 4 yaitu sebesar 3,71 ± 0,0477mg/g. 147

Gambar 1. Grafik Rendemen Ekstrak Isoflavon dan Kandungan Isoflavon Selama Proses Fermentasi Tabel 1. Purata Kandungan Genistein (% b/b ± SE) dari Esktrak Isoflavon Hari ke 0-8 Kandungan Lama Genistein Fermentasi (mg/g ekstrak ± SE) 0 1,68 ± 0,0056 2 2,55 ± 0,0185 3 3,01 ± 0,0123 4 3,71 ± 0,0477 5 3,54 ± 0,0323 6 3,25 ± 0,0236 7 2,68 ± 0,0034 8 3,41 ± 0,0167 Menurut Lewidharti dkk., (2015), melaporkan bahwa kandungan genistein dalam tempe yang difermentasi 0-9 hari, bersifat fluktuatif dengan rendemen isoflavon tertinggi pada hari ke 6 sebesar 51,23% (b/b) sedangkan kandungan genistein tertinggi diperoleh pada hari ke 9 yaitu sebesar 324,27 µg/g. Bila dibandingkan dengan penelitian Lewidharti dkk. (2015), penelitian ini menghasilkan kandungan genistein yang jauh lebih besar. Perbedaan rendemen ekstrak isoflavon dan kandungan genistein yang naik turun dan jauh lebih besar dari hasil-hasil penelitian lain, dapat disebabkan karena beberapa hal. Menurut Aussenac dkk., (1998) kandungan isoflavon kedelai selain dipengaruhi oleh varietas benih kedelai juga kondisi lingkungan pertumbuhan, seperti waktu tanam, akan berpengaruh terhadap komposisi isoflavon yang dihasilkan. Artinya kandungan isoflavon awal dari kedelainya sudah berbeda-beda. Cheng dkk., (2013) juga melaporkan bahwa kedelai yang difermentasi selama 6 hari menggunakan kapang yang berbeda menunjukkan jumlah isoflavon aglikon genistein yang berbeda pula. Genistein tertinggi dicapai pada fermentasi hari 4 kemudian mengalami penurunan drastis hingga tinggal ¼ nya. Seiring dengan bertambah waktu fermentasi terjadi fluktuasi yang tidak mencolok hasil ini sesuai dengan (Utari dan Riyadi, 2010). Fermentasi kedelai menjadi tempe meningkatkan kandungan isoflavon aglukon melalui hidrolisis β glukosidase (Iswandari, 2006). Peningkatan kandungan isoflavon genistein pada lama pemeraman tempe hari ke 1, 4 dan 8 diduga 148

karena terjadi perubahan isoflavon terikat (genistin) menjadi isoflavon aglikon (genistein). Reaksi hidrolisis genistin menjadi genistein disajikan pada Gambar 2. β-glukosidase H 2 O Genistin Genistein Glukosa Gambar 2. Reaksi Hidrolisis Glukosida Isoflavon menjadi Aglikon Isoflavon (Istiani, 2010) Genistein ada dalam bentuk glikosida sedangkan genistein dalam bentuk aglikonnya. Isoflavon yang dominan pada kedelai terdapat dalam bentuk glikosida, sedangkan dalam produk kedelai yang mengalami fermentasi adalah aglikonnya (Coward dkk., 1993). Pemurnian Genestein Hasil pemisahan genistein dari pengotor yang masih tertinggal dalam sampel menggunakan kromatografi kolom disajikan pada Gambar 4 sedangkan kromatogram hasil KLT Kromatografi kolom disajikan pada Gambar 3. Gambar 3. Hasil KLT Fraksinasi Kromatografi Kolom Pada Ekstrak Sampel Gambar 3 menunjukkan hasil KLT fraksinasi ekstrak sampel dengan menggunakan kromatografi kolom menghasilkan 10 fraksi. Terlihat pada fraksi 1 6 terdapat noda yang memiliki rf sama dengan noda standar genistein, ini menunjukkan bahwa noda tersebut mengandung genistein. Sedangkan pada fraksi 7-10 tidak terdapat noda yang mirip dengan noda pada standar genistein. Fraksi 1 6 digabung kemudian dipekatkan dengan gas N 2 sampai kering. Hasil isolat genistein yang diperoleh sebanyak 0,0434 g. Analisis Isolasi Genistein dengan High Performance Liquid Chromatography (HPLC) Analisis dengan HPLC bertujuan untuk mengidentifikasi dan menentukan kuantitas senyawa isoflavon termasuk genistein dalam sampel tempe pada waktu fermentasi hari ke- 4. Kromatogram HPLC isolat genistein sampel tempe hari ke 4 ditampilkan pada Gambar 4. 149

Genistein Gambar 4. Kromatogram Isolat Genistein Sampel hari ke 4. Kromatogram HPLC isolat genistein muncul pada waktu retensi 26,93 menit berdasarkan kromatogram standar gensitein dan beberapa puncak yang muncul di menit menit pertama diduga merupakan isoflavonoid glikosida. Hasil kromatogram menunjukkan kadar genistein dalam isolat isoflavon adalah 2046,54 μg/g isolat. Ni mah (2009) melaporkan bahwa kandungan genistein pada kedelai sebesar 1.286,9 μg/g. Sedangkan menurut (Ariani dkk., 2011) kandungan genistein dalam tempe berbahan baku kedelai kuning Madura pada lama waktu fermentasi 3 hari sebesar 5.683,14 μg/g. Bila dibandingkan dengan penelitian ( Ni mah, 2009) dan (Ariani dkk., 2011) penelitian ini menghasilkan kandungan genistein yang relatif lebih besar dari penelitian ( Ni mah, 2009) namun lebih rendah dibandingkan dengan penelitian (Ariani dkk., 2011). Hal ini dimungkinkan terjadi karna jenis dan varietas kedelai yang digunakan berbeda sehingga dapat mempengaruhi kandungan isoflavonnya. KESIMPULAN 1. Selama proses fermentasi Kandungan isoflavon tertinggi dihasilkan pada hari ke 4 sebesar 3,71 ± 0,0477 mg/g sampel. 2. Kadar genistein isolat dalam tempe fermentasi hari ke 4 dengan menggunakan fase gerak etil asetat : asam format (90%) : air dengan perbandingan 10:2:3 v/v dan fase diam silika gel dan HPLC sebesar 2046,54 μg/g isolat. DAFTAR PUSTAKA Agustina, W. (2005). Profil kandungan daidzein dan genistein pada tempe gembus selama proses fermentasi Widiastuti Agustina, 1 66. Ariani, S. R. D., Handajani, S., & Handayani, S. (2011). BIOKIMIA ( Kode : F-13 ) ISBN : 978-979-1533-85-0 STUDI KANDUNGAN ISOFLAVON DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN SECARA IN VITRO PADA TEMPE KEDELAI KUNING ( Glycine max L Merril ) MADURA DENGAN, 978 979. Aussenac T, Lacombe S, Dayde J. (1998). Quantification of isoflavones by capillary zone electrophoresis in soybean seeds : effects of variety and environment. Am. J. Clin. Nutr. 68(suppl):1480S-1485S. Bhagwat, S., Haytowitz, D. B., & Holden, J. M. (2011). USDA Database for the Isoflavone Content of Selected Foods. U.S. Department of Argiculture, 1 156. https://doi.org/http://www.ars.usda.gov/sp2userfiles/place/12354500/data/isoflav/isoflav _R2.pdf Cheng, K.C., Wu, J.Y. dan Lin, J.T. (2013). Enhancements of Isoflavone Aglycones, Total Phenolic Content, and Antioxidant Activity of Black Soybean by Solide-state Fermentation with Rhizopus spp. Eur. Food Res. Technol. 236: 1107-1113. 150

Coward L, Barnes NC, Setchell KDR, Barnes S. (1993). Genistein, daidzein, and their β-glycoside Conjugates : Antitumor Isoflavones in Soybean Food from American and Asian diets. J. Agric. Food Chem. 41 :1961. Dhaubhadel, S.(2011). Soybean biochemistry chemistry and physiology. Regulation of Isoflavone biosynthesis in soybean seeds. Canada: Southern crop protection and food research center, 243-58. Istiani, Y. (2010). Karakterisasi Senyawa Bioaktif Isoflavon dan Uji Aktivitas Antioksidan dari Ekstrak Etanol Tempe Berbahan Baku Koro Pedang (Canavalia ensiformis), 1 110. Lee, J., H. Seung Kim., Y. Sang Song. (2011). Genistein as a Potential Anticancer Agent against Ovarian Cancer. Journal of Traditional and Complementary Medicine, 2(2), pp.96-104. Lewidharti, R. S., Soetjipto, H., & Andini, S. (2015). DINAMIKA KONSENTRASI GENISTEIN DALAM PROSES ISBN : 978-602-73159-0-7. Rima Jannatun Ni mah. (2009). Kadar genistein dan daidzein pada kedelai, ampas tahu, dan oncom merah. Utari, D. M., & Riyadi, H. (2010). ( Effects of Soybean Processing Becoming Tempeh and the. Pgm, 33(2), 148 153. Wuryani. (1994). Isolasi Genistein dari Tempe Secara Kromatografi. Jkti, 4(1), 24 29. 151