LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012

dokumen-dokumen yang mirip
BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012

KECAMATAN KELURAHAN JUMLAH SEMAMPIR WONOKUSUMO 7,664 TAMBAK SARI KAPASMADYA BARU. REKAPITULASI BELUM REKAM ektp PERKELURAHAN

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

3.4 Bentang Alam Kota Surabaya Kondisi Geofisik Kawasan Jenis Tanah

JADWAL PELAKSANAAN PEMOTRETAN KEPLEK / PENGAMBILAN FOTO TANDA PENGENAL PEGAWAI HARI / TANGGAL PELAKSANAAN PUKUL

WALIKOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

DAFTAR INSTANSI GURU TENAGA HONORER KATEGORI II Lampiran Surat : Nomor : 800 / 3013 / /2013 Tanggal : 2 JULI 2013

LAMPIRAN Nomor : 005/ / /2012 Tanggal : 04 Mei NO NAMA SEKOLAH KECAMATAN Tanggal/Waktu

DATA POS PIN POLIO TAHUN 2016 SURABAYA SELATAN

Lampiran Surat Nomor : 005/ / /2014 Tanggal :

BAD V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Pengelompokkan Kecamatan berdasarkan nilai skor faktor dinilai cukup

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 48 TAHUN 2006 TENTANG

,076,137, ,977,912,386 1,416,054,050,351 1,010,861,076, ,424,923,013 1,526,285,999, ,231,948,775 7.

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA TENTANG

SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 18 TAHUN

WALIKOTA SURABAYA KEPUTUSAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR : / 357 / / 2008 TENTANG

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

TENTANG KODE WILAYAH UNTUK TATA KEARSIPAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA.

1 SD NEGERI KEBONSARI I SDN ALON-ALON CONTONG I/ SDN Asemrowo SDN BABAT JERAWAT II/ 498 SURABAYA

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

GAMBARAN UMUM INDUSTRI KOTA SURABAYA DAN TINJAUAN KEPUSTAKAAN PENCEMARAN ATMOSFER

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 52 TAHUN 2011 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 28 TAHUN 2006

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

TENTANG WALIKOTA SURABAYA,

TENTANG ORGANISASI UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS BINA PENGELOLAAN SEKOLAH PADA DINAS PENDIDIKAN KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

WALIKOTA SURABAYA KEPUTUSAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR : /14/ /2010 TENTANG TIM PEMBINA USAHA KESEHATAN SEKOLAH DI KOTA SURABAYA

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

KEPUTUSAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR : /214/ /2009

WALIKOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

KOTA SURABAYA A. KONDISI UMUM. 1. Kondisi Geografis

PERSEDIAAN AIR BERSIH JAMBAN TEMPAT SAMPAH % KK MEMILIKI JUMLAH KK JUMLAH KK MEMILIKI DIPERIKSA

Identifikasi Panjang Perjalanan Siswa Sekolah Dasar di Kota Surabaya

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. program yang akan diimplementasikan, yaitu berupa kebutuhan perangkat lunak

Persentase guru SD adalah perbandingan antara jumlah

BAGIAN ORGANISASI KOTA SURABAYA

Kenaikan jumlah lansia: 1990 ke tahun 2000 = 34,5% 2000 ke tahun 2010 = 32,8%

REKAPITULASI REALISASI ANGGARAN BELANJA DAERAH MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PROGRAM DAN KEGIATAN

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

KEPUTUSAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR : /104/ /2014 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

Ruang Jenis & Status/ Sekolah/ Belajar/ Kelas/ Guru/ Murid/ Levels and Status Schools Classrooms Class Teachers Pupils (1) (2) (3) (4) (5) (6)

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 44 TAHUN 2010 TENTANG

2009/ / /2012 (1) (2) (3) (4) 01. Sekolah/ Schools. 02. Kelas/ Classes

SIDANG TUGAS AKHIR. Oleh : Herry Purnama Sandy ( )

TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

PERAN DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN DALAM PENGELOLAAN KEBERSIHAN DI PEMERINTAH KOTA SURABAYA (Studi Kasus Di Kecamatan Tambaksari Surabaya)

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

Ruang Jenis & Status/ Sekolah/ Belajar/ Kelas/ Guru/ Murid/ Levels and Status Schools Classrooms Class Teachers Pupils (1) (2) (3) (4) (5) (6)

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 71 TAHUN 2006

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 23 TAHUN 2005 TENTANG

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga BAB II GAMBARAN UMUM. merebut kemerdekaan bangsa Indonesia dari penjajah. II-1

PENDAHULUAN. waktu terjadi pasang. Daerah genangan pasang biasanya terdapat di daerah dataran

TENTANG ORGANISASI UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PEMUNGUTAN PAJAK PADA DINAS PENDAPATAN DAN PENGELOLAAN KEUANGAN KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,

BAB III METODE PENELITIAN. Keterangan Tinggal Sementara dengan menggunakan model End User Computing. 1. Identifikasi permasalahan, tujuan dan manfaat

PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI KOTA SURABAYA TAHUN 2012 BAB II KEADAAN UMUM

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Daftar Alamat & Nama SMPN dan SMAN se Surabaya

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 45 TAHUN 2010 TENTANG

Arrowiyah Pembimbing: Dr. Sutikno S.Si M.Si. Seminar Tugas Akhir SS091324

KEPUTUSAN WALIKOTA SURABAYA

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kota Surabaya Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

Banyaknya Industri dan Pekerja menurut Sub Sektor Number of Industries and Workers by Sub Sectors

TENTANG TIM PUSAT PELAYANAN TERPADU PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,

Rendra Suprobo aji

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENGARUH PERKEMBANGAN PERMUKIMAN TERHADAP EMISI CO 2 DI KOTA SURABAYA

Jenis Industri/Type of Industries Sub-District

POLA SPATIAL PERSEBARAN PUSAT PERBELANJAAN MODERN DI SURABAYA BERDASARKAN PROBABILITAS KUNJUNGAN

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

Wanita Tuna Susila Number of Localized Prostitution Complex, Pimpsand Prostitutes Localized Mucikari/ Wanita Tunasusila

WALIKOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL

STUDI DEMAND AND SUPPLY BUS SEKOLAH RUTE DUKUH MENANGGAL - SMA KOMPLEKS SURABAYA

8.1 STATUS LINGKUNGAN PERMUKIMAN

Jumlah Rekapitulasi Keluhan Masyarakat Bulan Januari s/d Desember 2012

Tabel : Banyaknya Industri dan Pekerja menurut Sub Sektor Number of Industries and Workers by Sub Sectors (1) (2) (3)

1,526 1, ,024 Sumber : Kwartir Cabang Gerakan Pramuka Kota Surabaya Source : Scout Associations, Branch of Surabaya City

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II TEKANAN TERHADAP LINGKUNGAN

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah BT dan LS, dan memiliki areal daratan seluas

Wanita Tuna Susila Number of Localized Prostitution Complex, Pimpsand Prostitutes

BAB III SETTING PENELITIAN

KEPUTUSAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR : / 217 / /2009

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

Transkripsi:

BAB III TEKANAN TERHADAP LINGKUNGAN 3.1. KEPENDUDUKAN Penduduk merupakan aspek penting dalam perkembangan suatu wilayah, karena selain sebagai obyek, penduduk juga berperan sebagai subyek dalam pembangunan. Demikian juga dengan Kota Surabaya dimana perkembangan dan pertumbuhan kota yang cepat tentu berpengaruh terhadap aspek kependudukan. Identifikasi kependudukan pada bagian ini meliputi kondisi faktual mengenai jumlah dan persebaran penduduk, kepadatan penduduk, golongan umur dan jenis kelamin. Selain itu, indikator pendidikan juga diidentifikasi dengan tujuan untuk mengetahui korelasi tingkat pendidikan dengan kualitas lingkungan. 3.1.1. Kondisi Eksisting Berdasarkan hasil registrasi penduduk yang dilakukan oleh Dispenduk dan Capil (Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil) Kota Surabaya, didapatkan jumlah penduduk Surabaya pada tahun 2012 adalah sebanyak 3.104.584 jiwa. Jumlah ini meningkat sekitar 5% dari jumlah penduduk Kota Surabaya pada tahun 2011 yaitu 2.956.569 jiwa. Dengan luas wilayah Kota Surabaya yang sebesar 316,36 Km 2, maka kepadatan penduduk Kota Surabaya pada tahun 2012 adalah sebesar 417,586 jiwa/ Km 2. Kota Surabaya terdiri dari 31 kecamatan. Kecamatan dengan luas wilayah terbesar adalah Kecamatan Benowo dengan luas 26,78 Km 2, namun kepadatan penduduknya tergolong rendah yaitu 2.014 jiwa/ Km 2. Sedangkan kecamatan dengan kepadatan penduduk tertinggi adalah Kecamatan Simokerto dengan kepadatan 41.036 jiwa/km 2. Data selengkapnya mengenai luas wilayah, jumlah penduduk, laju pertumbuhan dan kepadatan per kecamatan disajikan pada tabel - tabel di bawah ini. Tabel 3.1. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Pertumbuhan Penduduk dan Kepadatan Penduduk menurut Kecamatan 2012 No. KECAMATAN Luas (Km2) Jumlah Penduduk Tahun 2012 Pertumbuhan Penduduk 2012 Kepadatan Penduduk 2012 1 KARANG PILANG 9,23 76.624 3,87 8.302 2 WONOCOLO 6,78 83.952 6,33 12.382 3 RUNGKUT 21,08 106.693 7,00 5.061 4 WONOKROMO 8,47 191.970 4,40 22.665 5 TEGALSARI 4,29 115.739 3,26 26.979 6 SAWAHAN 6,93 229.006 3,00 33.046 III- 1

No. KECAMATAN Luas (Km2) Jumlah Penduduk Tahun 2012 Pertumbuhan Penduduk 2012 Kepadatan Penduduk 2012 7 GENTENG 4,04 68.191 2,10 16.879 8 GUBENG 7,99 153.741 2,99 19.242 9 SUKOLILO 23,69 110.372 5,57 4.659 10 TAMBAK SARI 8,99 241.237 4,44 26.834 11 SIMOKERTO 2,59 106.282 3,59 41.036 12 PABEAN CANTIAN 6,8 92.349 2,75 13.581 13 BUBUTAN 3,86 114.655 2,97 29.703 14 TANDES 11,07 97.124 3,36 8.774 15 KREMBANGAN 8,34 128.632 4,91 15.424 16 SEMAMPIR 8,76 204.615 5,00 23.358 17 KENJERAN 7,64 149.993 8,96 19.633 18 LAKAR SANTRI 16,05 55.325 5,57 3.447 19 BENOWO 26,78 53.942 10,95 2.014 20 WIYUNG 12,46 68.181 5,00 5.472 21 DUKUH PAKIS 9,94 62.791 4,06 6.317 22 GAYUNGAN 6,07 48.832 4,99 8.045 23 JAMBANGAN 4,19 49.028 6,33 11.701 24 TENGGILIS MEJOYO 5,52 56.757 6,37 10.282 25 GUNUNG ANYAR 9,71 53.096 7,82 5.468 26 MULYOREJO 14,21 87.442 5,01 6.154 27 SUKOMANUNGGAL 9,23 104.564 6,42 11.329 28 ASEMROWO 5,44 45.062 11,73 8.283 29 BULAK 6,78 41.402 6,52 6.106 30 PAKAL 19,01 47.639 10,63 2.506 31 SAMBI KEREP 20,42 59.348 6,03 2.906 TOTAL 32,636 3.104.584 171,91 417.586,26 Keterangan : Sumber: Dispenduk dan Capil Kota Surabaya, 2012. Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa pertumbuhan penduduk Kota Surabaya selalu terjadi peningkatan jumlah penduduk dari tahun ke tahun. Jumlah penduduk Kota Surabaya yang sebesar 2.829.486 jiwa pada tahun 2008 menjadi sebesar 3.104.584 jiwa pada tahun 2012. Laju pertumbuhan penduduk terus bergerak positif antara 2,1% sampai 11,73%. Kecamatan Simokerto merupakan wilayah terpadat di Kota Surabaya sedangkan Kecamatan Benowo merupakan wilayah dengan kepadatan penduduk terendah di Kota Surabaya pada tahun 2012. Selain itu, komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin secara umum menunjukkan bahwa dari tahun ke tahun jumlah penduduk laki-laki di Kota Surabaya lebih banyak daripada jumlah penduduk perempuannya. Hal ini juga terjadi di tahun 2012, dimana jumlah penduduk laki laki lebih banyak daripada jumlah penduduk perempuannya. III- 2

Selain berdasarkan jenis kelamin, Dispenduk dan Capil Kota Surabaya juga membagi komposisi penduduk berdasarkan usia, dan diketahui bahwa penduduk Kota Surabaya paling banyak berusia antara 26-40 tahun. Dengan jumlah penduduk laki laki di Kota Surabaya pada tahun 2012 sebesar 1.021.770 jiwa dengan sex ratio rata rata sebesar 101,26. Sedangkan jumlah penduduk perempuan di Kota Surabaya tahun 2012 sebesar 1.014.276 jiwa dengan sex ratio rata rata sebesar 98,8. Kota Surabaya sebagaimana kota besar lainnya juga mengalami perubahan penduduk baik itu penambahan ataupun pengurangan jumlah penduduk yang disebut igrasi. Migrasi juga dapat diartikan sebagai perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap dari suatu tempat ke tempat lain yang melampaui batas administrative suatu wilayah. Ada dua faktor yang menyebabkan terjadinya perpindahan penduduk dari suatu daerah ke daerah lainnya yaitu faktor pendorong (push factor) dari daerah asal dan faktor penarik (pull factor) dari daerah tujuan. Bagi Kota Surabaya, persoalan migrasi sebenarnya tidak terlalu berpengaruh terhadap pertambahan jumlah penduduk. Hal ini dikarenakan jumlah penduduk yang datang ke dan pindah dari Kota Surabaya relatif sama (tidak berbeda jauh). Namun demikian, dari data penduduk yang datang dan pindah pada tahun-tahun sebelumnya, diketahui bahwa jumlah penduduk yang datang ke Kota Surabaya lebih banyak daripada penduduk yang pindah, meskipun perbedaannya tidak signifikan. Jumlah penduduk laki-laki yang pindah dari Kota Surabaya pada tahun 2012 adalah sebanyak 7.984 jiwa, sedangkan jumlah penduduk perempuan yang pindah sebanyak 8.162 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk laki laki yang datang ke Surabaya tercatat sebesar 11.122 Jiwa dan penduduk perempuan sebesar 11.996 jiwa. Data Migrasi Selama Hidup Menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin dapat dilihat pada table di bawah ini : Tabel 3.2. Migrasi Selama Hidup Menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin NO KECAMATAN Penduduk Datang Penduduk Pindah L P L P 1 KARANG PILANG 251 251 594 578 2 WONOCOLO 282 340 484 451 3 RUNGKUT 826 877 336 364 4 WONOKROMO 304 301 340 378 5 TEGALSARI 282 362 317 333 6 SAWAHAN 508 596 322 329 7 GENTENG 157 199 378 381 8 GUBENG 508 560 545 511 9 SUKOLILO 617 690 334 330 10 TAMBAK SARI 846 923 305 303 11 SIMOKERTO 268 315 422 440 12 PABEAN CANTIAN 275 272 254 278 13 BUBUTAN 339 380 684 666 14 TANDES 375 448 448 481 15 KREMBANGAN 447 455 430 483 III- 3

NO KECAMATAN Penduduk Datang Penduduk Pindah L P L P 16 SEMAMPIR 428 388 313 313 17 KENJERAN 803 729 243 257 18 LAKAR SANTRI 207 214 403 446 19 BENOWO 361 345 137 136 20 WIYUNG 217 248 79 60 21 DUKUH PAKIS 182 210 102 100 22 GAYUNGAN 154 176 55 67 23 JAMBANGAN 161 181 60 55 24 TENGGILIS MEJOYO 366 454 88 95 25 GUNUNG ANYAR 313 297 65 76 26 MULYOREJO 345 411 58 53 27 SUKOMANUNGGAL 466 537 62 56 28 ASEMROWO 198 154 29 40 29 BULAK 189 203 20 20 30 PAKAL 246 242 40 43 31 SAMBI KEREP 201 238 37 39 JUMLAH 11.122 11.996 7.984 8.162 Keterangan : Data per juni 2012, diolah oleh Badan Lingkungan Hidup,2012 Sumber : Dispenduk dan Capil Kota Surabaya, 2012 Sejalan dengan pertambahan penduduk dan urbanisasi, maka lahan yang tersedia sebagai tempat permukiman masyarakat semakin sempit. Oleh karena itu, saat ini daerah pesisir menjadi salah satu alternatif tempat domisili masyarakat. Pesisir merupakan wilayah yang unik, karena dalam konteks bentang alam, wilayah pesisir menjadi tempat bertemunya daratan dan lautan. Transisi antara daratan dan lautan di wilayah pesisir telah membentuk ekosistem yang beragam dan sangat produktif serta memberikan nilai ekonomi yang luar biasa terhadap manusia. Jumlah penduduk yang bermukim di wilayah pesisir Kota Surabaya pada tahun 2012 tercatat sebanyak 758.520 jiwa yang tersebar di 36 desa di 7 kecamatan dengan jumlah rumah tangga sebanyak 208.579 rumah tangga. Persebaran penduduk di wilayah pesisir Kota Surabaya dapat dilihat pada Tabel 3.10. di bawah ini. No. Tabel 3.3. Jumlah Penduduk di Laut dan Pesisir Kecamatan/ Kabupaten/ Kota Jumlah Desa Jumlah Penduduk Jumlah Rumah Tangga 1 SUKOLILO 7 110.372 32.023 2 PABEAN CANTIAN 5 92.349 26.883 3 SEMAMPIR 5 204.615 52.401 4 KENJERAN 4 149.993 39.293 5 BULAK 5 41.402 11.800 6 GUNUNG ANYAR 4 53.096 15.296 7 RUNGKUT 6 106.693 30.883 TOTAL 36 758.520 208.579 Keterangan : Sumber : Dinas kependudukan dan Catatan Sipil, 2012 III- 4

Dalam rangka penyediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, peran pendidikan sangat penting dan menentukan. Pendidikan di sekolah mutlak diperlukan dalam upaya membentuk kepribadian dan karakter yang tepat untuk mayarakat muda, baik itu untuk diri sendiri maupun yang berkaitan dengan pembentukan kepribadian dan karakter sebagai warga negara yang baik. Tingkat pendidikan di Kota Surabaya secara umum memiliki kualitas yang cukup baik, namun keberhasilan tersebut belum merata di semua kecamatan. Hal ini dapat dilihat dari jumlah sekolah yang pada kecamatan tertentu jauh lebih banyak dibandingkan dengan kecamatan lainnya, dan adanya kecamatan yang belum memiliki fasilitas sekolah untuk jenjang pendidikan SLTA. Sedangkan untuk data penduduk Kota Surabaya berusia 5-24 tahun menurut status pendidikan setingkat diploma dan universitas belum tersedia di tahun 2012. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dari tahun ke tahun maka fasilitas pendidikan berupa sekolah di Kota Surabaya mutlak diperlukan demi kelancaran kegiatan belajar mengajar mulai dari jenjang SD hingga SLTA. Data Jumlah Penduduk, Luas Daerah, Kepadatan, Jumlah Sekolah menurut Kecamatan dan Tingkat Pendidikan dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 3.4. Jumlah Penduduk, Luas Daerah, Kepadatan, Jumlah Sekolah menurut Kecamatan dan Tingkat Pendidikan No Kecamatan LAKI PEREMPUAN Luas (km 2 ) SD (Unit) SLTP (Unit) SLTA (Unit) 1 KARANG PILANG 25.239 24.926 923 20 11 4 2 WONOCOLO 27.496 27.178 678 26 7 9 3 RUNGKUT 34.831 34.026 2.108 24 9 4 4 WONOKROMO 64.828 64.323 847 45 19 9 5 TEGALSARI 38.473 39.001 429 43 11 3 6 SAWAHAN 75.582 75.978 693 56 16 7 7 GENTENG 22.736 23.691 404 21 10 14 8 GUBENG 51.684 52.988 799 47 16 13 9 SUKOLILO 35.420 35.034 2.369 33 14 9 10 TAMBAK SARI 79.548 80.002 899 54 17 9 11 SIMOKERTO 35.386 36.094 259 25 8 6 12 PABEAN CANTIAN 30.765 30.634 680 19 8 3 13 BUBUTAN 38.175 38.197 386 36 9 2 14 TANDES 31.071 31.090 1.107 25 14 4 15 KREMBANGAN 42.813 42.352 834 34 17 6 16 SEMAMPIR 67.058 66.085 876 50 18 4 17 KENJERAN 48.783 47.007 764 24 13 4 18 LAKAR SANTRI 18.292 17.759 1.605 16 6 3 19 BENOWO 17.790 17.216 2.678 12 2 3 20 WIYUNG 22.819 22.044 1.246 17 6 3 21 DUKUH PAKIS 20.344 19.948 994 24 7 5 22 GAYUNGAN 16.227 16.015 607 20 6 4 23 JAMBANGAN 16.012 15.568 419 11 6 2 24 TENGGILIS MEJOYO 18.066 18.093 552 20 6 2 25 GUNUNG ANYAR 17.256 16.874 971 9 4-26 MULYOREJO 28.156 28.307 1.421 25 13 6 III- 5

No Kecamatan LAKI PEREMPUAN Luas (km 2 ) SD (Unit) SLTP (Unit) SLTA (Unit) 27 SUKOMANUNGGAL 33.366 33.011 923 31 13 4 28 ASEMROWO 14.630 13.635 1.544 9 3 1 29 BULAK 13.635 13.364 678 15 6 3 30 PAKAL 15.936 15.136 1.901 15 6 4 31 SAMBI KEREP 19.353 18.700 2.042 10 6 5 Keterangan : Sumber : Dinas Pendidikan Kota Surabaya, 2012 3.1.2. Perbandingan Nilai Antar Lokasi Adanya perbedaan sumber daya antara satu wilayah dengan wilayah lainnya, menjadi salah satu faktor yang mengakibatkan terjadinya perbedaan sebaran penduduk. Biasanya penduduk akan mengumpul pada suatu wilayah yang dapat menunjang kehidupannya. Dari hasil registrasi penduduk oleh Dispenduk dan Capil Kota Surabaya pada tahun 2012, didapatkan data yang menunjukkan bahwa Kecamatan Tambaksari memiliki jumlah penduduk terbanyak yaitu 241.237 jiwa, diikuti oleh Kecamatan Sawahan dengan jumlah penduduk 229.006 jiwa. Sedangkan kecamatan yang jumlah penduduknya paling sedikit adalah Kecamatan Bulak, dengan jumlah penduduk 41402 jiwa. Perbandingan jumlah penduduk per kecamatan selengkapnya disajikan pada Gambar 3.1 di bawah ini. Gambar 3.1. Jumlah Penduduk per Kecamatan di Kota Surabaya Tahun 2012 Sumber: Dispenduk dan Capil Kota Surabaya, 2012. III- 6

Secara umum jumlah penduduk Kota Surabaya mengalami peningkatan dari tahun 2011 ke tahun 2012. Namun, peningkatan jumlah penduduk tersebut tidak terjadi di semua kecamatan, ada beberapa kecamatan yang justru jumlah penduduknya menurun dari tahun sebelumnya (pertumbuhan penduduknya negatif). Perbandingan pertumbuhan penduduk per kecamatan di Kota Surabaya dari tahun 2011 ke tahun 2012 dapat dilihat pada Gambar 3.2. Gambar 3.2. Laju Pertumbuhan Penduduk per Kecamatan di Kota Surabaya Tahun 2011-2012 Sumber: Dispenduk dan Capil Kota Surabaya, 2012. III- 7

Dari Gambar 3.2, dapat diketahui bahwa pertumbuhan penduduk dari tahun 2011 ke tahun 2012 yang paling tinggi terjadi di Kecamatan Asemrowo, dengan laju pertumbuhan sebesar 11,73 %. Kecamatan yang mengalami tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi selanjutnya adalah Kecamatan Benowo, dengan laju pertumbuhan 10,95 %. Sedangkan laju pertumbuhan penduduk yang paling rendah dialami oleh Kecamatan Genteng, dengan laju 2,1 % dari tahun sebelumya. Dilihat dari kepadatan penduduknya, Kecamatan Simokerto merupakan wilayah dengan kepadatan paling tinggi, dimana kepadatan penduduk di Kecamatan ini adalah 41.036 jiwa/km 2. Sedangkan wilayah dengan kepadatan penduduk paling rendah adalah Kecamatan Benowo yaitu 2.014 jiwa/km 2. Kecamatan Benowo sebenarnya merupakan kecamatan dengan luas wilayah terbesar di Kota Surabaya, namun jumlah penduduknya tidak terlalu banyak dikarenakan adanya Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah, yang merupakan satu-satunya di Kota Surabaya. Selengkapnya mengenai perbandingan kepadatan penduduk antar kecamatan dapat dilihat pada Gambar 3.3 berikut ini. Gambar 3.3. Kepadatan Penduduk per Kecamatan di Kota Surabaya Tahun 2012 Sumber: Dispenduk dan Capil Kota Surabaya, 2012. III- 8

Komposisi penduduk Kota Surabaya menurut kelompok umur menunjukkan bahwa pada tahun 2012 jumlah penduduk 40 54 Tahun dan 0 14 tahun mendominasi jumlah penduduk berdasarkan golongan umur.. Perbandingan jumlah penduduk Kota Surabaya berdasarkan kelompok umur disajikan pada Gambar 3.4 berikut. 1,200,000 1,000,000 Gambar 3.4. Jumlah Penduduk Kota Surabaya menurut Kelompok Umur Tahun 2012 Jumlah Penduduk Kota Surabaya Menurut kelompok Umur Tahun 2012 800,000 600,000 400,000 200,000 0 0-14 Thn 15-19Thn 40-54 Thn 55-64 Thn 65+ Sumber : Dispenduk dan Capil Kota Surabaya, 2012. Penduduk Kota Surabaya yang tinggal di wilayah pesisir pada tahun 2012 ada sebanyak 758.520 jiwa, yang tersebar di 7 kecamatan dan 36 desa. Kecamatan yang memiliki jumlah penduduk pesisir terbesar adalah Kecamatan Semampir sebanyak 204.615 jiwa dan yang jumlah penduduk pesisirnya paling kecil adalah Kecamatan Bulak sebanyak 41.402 jiwa. Perbandingan jumlah penduduk pesisir di 7 kecamatan tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.5. Gambar 3.5. Jumlah Penduduk di Wilayah Pesisir Kota Surabaya Tahun 2012 Sumber: Dispenduk dan Capil Kota Surabaya, 2012. III- 9

Mengenai fasilitas pendidikan yang ada di Surabaya, seperti yang telah dijelaskan di atas persebarannya belum merata di semua kecamatan. Dari data di atas dapat diketahui bahwa jumlah seluruh fasilitas pendidikan berupa sekolah di Kota Surabaya secara keseluruhan, mulai dari jenjang SD hingga SLTA, berjumlah 1.146 sekolah. Kecamatan Sawahan memiliki fasilitas sekolah dasar paling banyak dengan jumlah 56 unit, sebaliknya Kecamatan Asem Rowo dan Kecamatan Gunung Anyar memiliki sekolah dasar paling sedikit yaitu 9 unit. Kecamatan Wonokromo memiliki SLTP paling banyak di Kota Surabaya sebanyak 19 Unit dan sebaliknya Kecamatan Benowo hanya memiliki 2 Unit SLTP. Sedangkan Kecamatan Genteng memiliki jumlah SLTA paling banyak di Kota Surabaya dengan 14 Unit berbanding terbalik dengan Kecamatan Gunung Anyar yang belum memiliki fasilitas SLTA sama sekali. Perbandingan jumlah sekolah di masing-masing kecamatan di Kota Surabaya dapat dilihat pada Gambar 3.6 berikut. Gambar 3.6. Jumlah Fasilitas Pendidikan (Sekolah) per Kecamatan di Kota Surabaya Tahun 2012 Sumber: Dinas Pendidikan Kota Surabaya, 2012. III- 10

Peta persebaran fasilitas pendidikan di Kota Surabaya yang tercantum dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Surabaya dapat dilihat pada Gambar 3.7. Gambar 3.7. Peta Persebaran Fasilitas Pendidikan di Kota Surabaya III- 11

3.1.3. Analisis Statistik Jumlah penduduk Kota Surabaya pada tahun 2012 adalah sebanyak 3.104.584 jiwa data per September 2012 Rasio jenis kelamin (P/L) penduduk Kota Surabaya pada tahun 2012 ini tidak berbeda jauh dengan tahun-tahun sebelumnya yaitu mendekati 100%, artinya jumlah penduduk laki-laki dan perempuannya hampir sama. Persebaran fasilitas pendidikan di Kota Surabaya belum merata namun fasilitas pendidikan tersebut masih memadai. Pola migrasi Kota Surabaya lebih banyak penduduk yang datang ke Surabaya daripada penduduk yang pindah dari Surabaya. 3.2. PERMUKIMAN Menurut Undang-Undang No.4 Tahun 1992, Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan. Jenis-jenis permukiman yang ada di Surabaya sangat variatif dari jenis permukiman formal dalam bentuk rumah susun, real estate, hingga jenis perumahan informal dalam bentuk perumahan perkampungan dan rumah-rumah kumuh. Rumah-rumah formal biasanya dibangun oleh pengembang dan ada koordinasi antara pemilik, pengembang dan pemerintah mengenai pembangunannya sehingga lebih tertata. Sedangkan rumah-rumah informal yang berupa perkampungan-perkampungan merupakan tanah legal milik pemerintah yang ditempati warga kota yang dibangun atas hasil swadaya warga kota sehingga masih terkoordinasi pembangunannya dengan pemerintah, walaupun pada kenyataannya ada yang teratur dan tidak sedikit pula yang tidak teratur. Rumah merupakan kebutuhan primer yang harus dipenuhi selain sandang dan pangan. Diantara fungsi rumah adalah dapat dijadikan salah satu indikator bagi kesejahteraan pemiliknya. Semakin baik fasilitas yang dimiliki, dapat diasumsikan semakin sejahtera rumah tangga yang menempati rumah tersebut. Berbagai fasilitas yang dapat mencerminkan tingkat kesejahteraan tersebut antara lain dapat dilihat dari sumber air minum, fasilitas tempat buang air besar rumah tangga dan juga sistem pengelolaan sampahnya. 3.2.1. Kondisi Eksisting Pada umumnya kota besar seperti Kota Surabaya sulit mengendalikan laju pertumbuhan penduduk dan arus urbanisasi. Sementara itu, laju pertumbuhan penduduk yang tidak diimbangi dengan laju pertumbuhan kualitas SDM banyak mengakibatkan menurunnya kemampuan ekonomi masyarakat sehingga banyak penduduk yang masih hidup di bawah garis kemiskinan. Kondisi tersebut juga mendorong terciptanya kawasankawasan kumuh di beberapa wilayah. Pada tahun 2012 jumlah rumah tangga di Kota III- 12

Surabaya adalah 899.053 Rumah Tangga. Dari jumlah ini, sebanyak 78.869 Rumah Tangga merupakan rumah tangga miskin. Data mengenai jumlah rumah tangga dan jumlah keluarga miskin di tiap kecamatan di Kota Surabaya disajikan pada Tabel 3.5. Tabel 3.5. Jumlah Rumah Tangga dan Rumah Tangga Miskin menurut Kecamatan di Kota Surabaya Tahun 2012 NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 KECAMATAN Suko manunggal Tandes Asem Rowo Benowo Pakal Lakarsantri Sambikerep Genteng Tegalsari Bubutan Simokerto Pabean Cantikan Semampir Krembangan Bulak Kenjeran Tambaksari Gubeng Rungkut Tenggilis Mejoyo Gunung Anyar Sukolilo Mulyorejo Sawahan Wonokromo Karangpilang Dukuh Pakis Wiyung Gayungan Wonocolo Jambangan Keterangan : Data per Juni 2012 Sumber : Bappemas, 2012 JUMLAH RUMAH TANGGA JUMLAH RUMAH TANGGA MISKIN 30,212 2,108 28,274 1,877 12,298 1,196 15,018 891 13,290 863 16,410 1,568 17,356 948 20,975 1,312 34,957 2,976 34,414 3,354 31,489 6,969 26,883 3,609 52,401 13,264 37,000 3,438 11,800 670 39,293 4,056 73,635 6,696 47,349 2,155 30,883 2,019 16,669 746 15,296 969 32,023 2,650 26,131 1,136 65,297 4,208 56,187 3,496 22,770 911 18,399 761 20,005 1,013 14,228 585 23,907 1006 14,204 1,419 Tingkat kesejahteraan masyarakat suatu kota dapat dilihat dari lokasi tempat tinggalnya. Lokasi permukiman masyarakat dapat berada di lokasi yang tergolong mewah, menengah, sederhana, ataupun kumuh. Data jumlah rumah tangga menurut lokasi tempat tinggal tersaji dalam Tabel 3.6 : III- 13

Tabel 3.6. Jumlah Rumah Tangga Menurut Lokasi Tempat Tinggal Tahun 2012 Jumlah Rumah No. Lokasi Permukiman Tangga 1. Mewah 14.521 2. Menengah 543.405 3. Sederhana 187.449 4. Kumuh 88.756 5. Bantaran Sungai 19.563 6. Pasang Surut 0 Keterangan : Data yang tersedia adalah data yang telah diproyeksikan oleh BLH Sumber : Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang, 2012 Selain dilihat dari lokasi tempat tinggal, tingkat kesejahteraan masyarakat kota juga dapat dilihat dari baik atau tidaknya akses terhadap infrastruktur permukiman berupa air bersih dan sarana sanitasi lingkungan. Untuk pemenuhan kebutuhan air bersih dan air minumnya, masyarakat Kota Surabaya saat ini sebagian besar menggantungkan pada PDAM Kota Surabaya. Sekitar 180.977 rumah tangga di Kota Surabaya memenuhi kebutuhan air bersih dan air minum dengan mengandalkan suplai dari PDAM. Meskipun demikian, masih ada sekitar 29.999 rumah tangga di Kota Surabaya yang masih memanfaatkan sumur dangkal untuk kegiatan mandi, cuci, kakus. Data ini diperoleh dari perhitungan jumlah KK pengguna sumber air minum oleh Dinas Kesehatan Kota Surabaya 2012. Data mengenai jumlah rumah tangga dan perkiraan sumber air minum masyarakat di Kota Surabaya pada tahun 2012 disajikan pada Tabel 3.7 berikut : Tabel 3.7. Jumlah Rumah Tangga dan Perkiraan Sumber Air Minum di Kota Surabaya Tahun 2012 No. Kecamatan Ledeng Sumur Sungai Hujan Kemasan Lainnya 1 Sukomanunggal 6.401 197 0 0 0 0 2 Tandes 3.130 20 0 0 0 0 3 Asemrowo 240 0 0 0 0 0 4 Benowo 5.770 0 0 0 0 0 5 Pakal 7.153 1503 0 0 0 0 6 Lakar santri 7.490 42 0 0 0 0 7 Sambikerep 2.745 39 0 0 0 0 8 Genteng 5.613 624 0 0 0 0 9 Tegalsari 608 81 0 0 0 0 10 Bubutan 5.053 3136 0 0 0 0 11 Simokerto 2.165 1324 0 0 0 0 12 Pabean Cantikan 4.565 167 0 0 0 0 13 Semampir 22.357 3297 0 0 0 0 III- 14

No. Kecamatan Ledeng Sumur Sungai Hujan Kemasan Lainnya 14 Krembangan 3.142 231-15 Kenjeran 620 132-16 Bulak 5.940 1121-17 Tambak sari 29.108 6348-18 Gubeng 6.275 425-19 Rungkut 6.409 84-20 Tenggilis 3.648 2039-21 Gunung Anyar 615 278-22 Sukolilo 5.632 2970-23 Mulyorejo 2.120 500-24 Sawahan 7.934 218-25 Wonokromo 5.799 1920-26 Karang Pilang 8.518 1494-27 Dukuh Pakis 2.834 21-28 Wiyung 7.945 102-29 Gayungan 5.640 101-30 Wonocolo 4.740 1421-31 Jambangan 768 164 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Total 180.977 29.999 - - - - Keterangan : Data Rumah yang diperiksa 55% dari jumlah keseluruhan rumah tangga Kota Surabaya Sumber : Dinas Kesehatan, 2012 Selain dari terpenuhinya akses untuk mendapatkan air bersih, dengan jumlah penduduk Kota Surabaya sebesar 3.104.584 jiwa, maka sanitasi lingkungan yang baik dan tertata rapi merupakan hal yang mutlak harus dipenuhi oleh Pemerintah Kota Surabaya agar diperoleh kehidupan masyarakat yang sehat. Salah satu indikator penanganan sanitasi lingkungan di atas adalah bagaimana cara penanganan pembuangan sampah penduduk Kota Surabaya. Menurut data dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan tahun 2012, cara pembuangan sampah penduduk Kota Surabaya sudah menggunakan sistem angkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Benowo. Seluruh penduduk Kota Surabaya pun telah melakukan pembuangan sampah melalui system pengangkutan yang memang sudah tersistem dengan baik dan tertata rapi dan dilakukan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya. Dengan system pengangkutan tersebut di atas, maka penyediaan tempat sampah yang memadai juga mutlak diperlukan untuk menunjang kelancaran pengangkutan smapah dari rumah tangga sampai ke TPA Benowo. Menurut data Dinas Kesehatan Kota Surabaya Tahun 2012, III- 15

terdapat 98,9 % rumah tangga telah memiliki tempat sampah. Data Jumlah Rumah Tangga yang memiliki Tempat Sampah dapat dilihat dalam tabel di bawah ini : Tabel 3.8. Jumlah Rumah Tangga yang Memiliki Tempat Sampah di Kota Surabaya Tahun 2012 TEMPAT SAMPAH No KECAMATAN PUSKESMAS JUMLAH KELUARGA KELUARGA DIPERIKSA KELUARGA MEMILIKI SEHAT JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % 1 Sukomanunggal Tanjung Sari 7.805 4651 59,6 4651 100,0 4125 88,7 Simomulyo 20.545 2220 10,8 2220 100,0 1818 81,9 2 Tandes Manukan kulon 17.486 1890 10,8 1890 100,0 1890 100,0 Balongsari 9.595 7107 74,1 6568 92,4 4875 68,6 3 Asem Rowo Asemrowo 10.887 5270 48,4 5270 100,0 5270 100,0 4 Sememi Sememi 13.702 2260 16,5 2260 100,0 2119 93,8 5 Pakal Benowo 12.054 8250 68,4 8250 100,0 7349 89,1 6 Lakarsantri Jeruk 4.393 2591 59,0 2523 97,4 1962 75,7 Lidah Kulon 7.597 2880 37,9 2701 93,8 2494 86,6 Bangkingan 3.583 1870 52,2 1870 100,0 638 34,1 7 Sambikerep Lontar 12.857 1360 10,6 1346 99,0 1299 95,5 Made 3.529 1010 28,6 999 98,9 962 95,2 8 Genteng Peneleh 13.760 5554 40,4 5512 99,2 5146 92,7 Ketabang 6.595 2474 37,5 2383 96,3 1643 66,4 9 Tegalsari Kedungdoro 13.443 1198 8,9 1198 100,0 985 82,2 Dr. Soetomo 20.064 2721 13,6 2716 99,8 2691 98,9 10 Bubutan Tembok dukuh 19.278 8327 43,2 8327 100,0 6313 75,8 Gundih 13.857 2670 19,3 2670 100,0 2317 86,8 11 Simokerto Tambakrejo 18.839 7490 39,8 7490 100,0 5897 78,7 Simolawang 11.239 3578 31,8 3483 97,3 2956 82,6 12 Pabean Cantikan Perak Timur 25.746 2488 9,7 2461 98,9 1895 76,2 13 Semampir Pegirian 16.900 5264 31,1 5069 96,3 4321 82,1 Sidotopo 14.345 3235 22,6 3235 100,0 1718 53,1 Wonokusumo 18.186 2295 12,6 2272 99,0 2168 94,5 14 Krembangan Krembangan Sel 16.142 7988 49,5 7899 98,9 7497 93,9 Dupak 18.771 6154 32,8 6154 100,0 4169 67,7 15 Bulak Kenjeran 11.095 4457 40,2 3879 87,0 3036 68,1 16 Kenjeran Tanah Kali K 12.815 696 5,4 696 100,0 670 96,3 Sidotopo W 23.753 3222 13,6 3222 100,0 3222 100,0 17 Tambaksari Rangkah 23.594 6250 26,5 6250 100,0 6100 97,6 Pacar Keling 20.995 3250 15,5 3250 100,0 3250 100,0 Gading 24.924 2554 10,2 2554 100,0 2469 96,7 18 Gubeng Pucang Sewu 18.987 5522 29,1 5463 98,9 3739 67,7 Mojo 26.650 1789 6,7 1789 100,0 1493 83,5 19 Rungkut Kalirungkut 14.875 8706 58,5 8706 100,0 5839 67,1 Medokan Ayu 14.110 1460 10,1 1460 100,0 1314 90,0 20 Tenggilis Tenggilis 15.670 10096 64,4 10015 99,2 8495 84,1 21 Gunung Anyar Gunung Anyar 14.248 6120 43,0 6120 100,0 3038 49,6 22 Sukolilo Menur 15.032 5348 35,6 5348 100,0 1793 33,5 Klampis Ngasem 6.937 1020 14,7 1019 99,9 719 70,5 Keputih 8.393 139 1,7 111 79,9 109 78,4 23 Mulyorejo Mulyorejo 24.951 2894 11,6 2894 100,0 2894 100,0 24 Sawahan Sawahan 19.136 3210 16,8 2910 90,7 2510 78,2 III- 16

TEMPAT SAMPAH No KECAMATAN PUSKESMAS JUMLAH KELUARGA KELUARGA DIPERIKSA KELUARGA MEMILIKI SEHAT JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % Putat jaya 13.123 2910 22,2 2878 98,9 2086 71,7 Banyu Urip 19.657 3767 19,2 3767 100,0 3728 99,0 Pakis 11.432 4125 36,1 4125 100,0 3983 96,6 Jagir 22.745 4820 21,2 4820 100,0 3306 68,6 25 Wonokromo Wonokromo 12.984 4101 31,6 4101 100,0 4101 100,0 Ngagelrejo 18275 2576 14,1 2576 100,0 2433 94,4 26 Karang Pilang Kedurus 21.649 7140 33,0 7140 100,0 4852 68,0 27 Dukuh Pakis Dukuh Kupang 17.595 2410 13,7 2410 100,0 1810 75,1 28 Wiyung Wiyung 15.769 4250 27,0 4250 100,0 3871 91,1 Balas Klumprik 3.242 166 5,1 166 100,0 151 91,0 29 Gayungan Gayungan 13.580 5088 37,5 5051 99,3 4801 94,4 30 Wonocolo Jemursari 6.776 2110 31,1 2110 100,0 1720 81,5 Sidosermo 11.573 6055 52,3 6047 99,9 5782 95,5 Siwalankerto 4.465 380 8,5 380 100,0 300 78,9 31 Jambangan Kebonsari 13.466 3370 25,0 3370 100,0 3370 100,0 Keterangan : Sumber : Dinas Kesehatan, 2012 JUMLAH 853694 222796 26,1 220294 98,9 181501 82,4 Tabel di atas menunjukkan bahwa hampir seluruh rumah tangga di Surabaya telah memiliki tempat sampah namun rumah tangga yang memiliki tempat sampah yang sehat dan memadai sekitar 82,4 % yaitu sebanyak 181.501 rumah tangga. Selain ketersediaan tempat sampah yang memadai dan sehat, juga diperlukan ketersediaan tempat pembuangan air besar untuk mendukung sanitasi lingkungan Kota Surabaya. Data dari Dinas Kesehatan Kota Surabaya tahun 2012 menyebutkan bahwa hampir seluruh rumah tangga di Kota Surabaya telah memiliki jamban. Jumlah rumah tangga yang menggunakan tempat buang air besar sendiri sebesar 52,7% sedangkan yang memiliki tempat buang air besar bersama sebesar 1,8%. Selain itu masih terdapat 588 rumah tangga yang tidak mempunyai tempat buang air besar. Meskipun hampir seluruh rumah tangga di Kota Surabaya telah memiliki fasilitas tempat buang air besar, namun tidak semua fasilitas tersebut dilengkapi dengan tangki septik dan tangki peresapan. Tangki septik adalah suatu ruang/ kompartemen yang bersifat kedap air yang memiliki fungsi untuk menampung serta mengolah air limbah rumah tangga dengan kecepatan lambat. Proses tersebut memberikan kesempatan untuk terjadinya pengendapan padatan-padatan/ lumpur dan terjadi penguraian bahan-bahan organik. Kurangnya kesadaran masyarakat menyebabkan limbah rumah tangga dan limbah padat manusia langsung dibuang ke sungai dan bantarannya. III- 17

Berdasarkan hasil survey oleh Dinas Kesehatan Surabaya terhadap 55% rumah tangga yang ada di Surabaya, tercatat sebanyak 9.129 rumah tangga memiliki jamban tanpa septic tank pada tahun 2012. Namun angka ini jauh lebih rendah daripada jumlah rumah tangga yang memiliki jamban tanpa tanki septic pada tahun 2010 dan tahun 2011. Secara keseluruhan, prosentase rumah tangga yang sudah memiliki jamban sehat dan memadai sebesar 89,3% dari 55% rumah tangga yang telah disurvey oleh Dinas terkait. Selain pengelolaan yang baik terhadap air limbah, bentuk perbaikan sektor sanitasi juga harus mencakup pengelolaan terhadap sampah yang dihasilkan oleh masyarakat. Sistem pengelolaan sampah meliputi pengelolaan terhadap timbulan sampah yang berasal dari sumber, sistem pengumpulan, transportasi, pengolahan dan pemulihan sumber daya serta penimbunan. Berdasarkan data dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya tahun 2012, Sebagian besar komposisi sampah yang berasal dari pemukiman adalah sampah rumah tangga yaitu sampah organik. Dengan asumsi volume sampah yang dihasilkan per orang untuk setiap harinya sebesar 3 L/hari maka kecamatan Tambak Sari menghasilkan timbulan sampah paling besar daripada kecamatan lainnya dengan jumlah timbulan sebesar 718,04 M 3 /hari. Sedangkan Kecamatan Bulak menghasilkan timbulan sampah paling sedikit daripada kecamatan lainya yaiu sebesar 123,26 M 3 /hari. Total timbulan sampah Kota Surabaya adalah sebesar 9.234,08 M 3 /hari. Sedangkan moda transportasi yang digunakan dalam proses pengumpulan sampah di daerah permukiman adalah pick-up. Permukiman yang tidak dapat dilalui pick-up, menggunakan gerobak untuk mengangkut sampah di masing-masing rumah. Sampah yang telah dikumpulkan dengan pick-up atau gerobak sampah ditampung sementara di Tempat Pembuangan Sementara (TPS) atau dibawa ke transfer depo. Dari transfer depo, sampah diangkut dengan truck sampah menuju Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Pada awal tahun 2001, terjadi masalah besar pada sektor persampahan di Kota Surabaya. Kota Surabaya yang pada awalnya memiliki 2 TPA yaitu TPA Sukolilo dengan luas 40,5 Ha dan TPA Lakarsantri dengan luas 8,5 Ha, harus menutup kedua TPA tersebut. Penutupan kedua TPA tersebut dilakukan karena adanya protes dari warga sekitar TPA akibat pencemaran dan ketidaknyamanan dengan adanya TPA tersebut. Pada saat ini, seluruh sampah dari Kota Surabaya yang dapat dikelola, dibuang ke TPA Benowo yang berada di Kecamatan Benowo. 3.2.2. Perbandingan Nilai Antar Lokasi Berdasarkan data dari Bappemas Kota Surabaya, terdapat sekitar 78.869 rumah tangga di Kota Surabaya merupakan kelompok masyarakat yang tergolong rumah tangga miskin. Perbandingan jumlah rumah tangga miskin di masing-masing kecamatan di Kota Surabaya dapat dilihat pada Gambar 3.8. berikut ini : III- 18

Gambar 3.8. Keluarga Miskin per Kecamatan di Kota Surabaya Tahun 2012 Sumber : Bappemas Kota Surabaya, 2012 Dari gambar di atas, dapat diketahui bahwa Kecamatan Semampir memiliki jumlah keluarga miskin terbesar, yaitu sebanyak 13.264 Keluarga Miskin. Sedangkan kecamatan yang jumlah keluarga miskinnya paling kecil adalah Kecamatan Gayungan yaitu 586 Keluarga Miskin. Setiap rumah tangga memiliki hak untuk menentukan sumber air minum yang digunakan sesuai dengan kebutuhannya masing-masing. Di Kota Surabaya, sebagian besar rumah tangga menggantungkan pemenuhan sumber air bersih dan air minumya dari PDAM Kota Surabaya. Dari keseluruhan rumah tangga di Kota Surabaya, Kecamatan Tambak sari merupakan pengguna air bersih PDAM paling banyak daripada kecamatan lainnya dan III- 19

diikuti oleh kecamatan semampir. Perbandingan jumlah rumah tangga yang memanfaatkan sumber air minum dari PDAM, sumur, sungai, hujan, maupun kemasan di masing-masing kecamatan di Kota Surabaya dapat dilihat pada Gambar 3.9. Gambar 3.9. Pilihan Sumber Air Minum Masyarakat di Kota Surabaya Tahun 2012 Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya, 2012. Dari gambar di atas dapat diketahui kecamatan semampir tercatat sebagai pengguna air sumur paling banyak daripada kecamatan lainnya untuk memenuhi kebutuhan air bersihnya dan diikuti oleh Kecamatan Semampir. Mayoritas rumah tangga di Kota Surabaya sudah menggunakan air bersih dari PDAM untuk memenuhi kebutuhan air bersihnya. III- 20

Dari sektor sanitasi lingkungan di Kota Surabaya, berkaitan dengan fasilitas tempat buang air besar, menunjukkan bahwa seluruh rumah tangga telah memiliki fasilitas tempat buang air besar, dimana sebanyak 681.495 Rumah Tangga memanfaatkan tempat buang air besar/ jamban bersama, 109.791 Rumah Tangga memanfaatkan jamban sendiri, dan sisanya 20.451 Rumah Tangga memanfaatkan jamban umum. Perbandingan jumlah rumah tangga yang memanfaatkan masing-masing jenis fasilitas tempat buang air besar per kecamatan di Kota Surabaya pada tahun 2012 ditampilkan pada Gambar 3.10. Gambar 3.10. Jumlah Rumah Tangga Pemilik Fasilitas Tempat BAB per Kecamatan di Kota Surabaya Tahun 2012 Sumber : Dinas Kesehatan kota Surabaya, 2012 III- 21

Sedangkan jumlah rumah tangga yang memiliki fasilitas tempat buang air besar pribadi paling banyak terdapat di Kecamatan Gubeng, yakni sebanyak 42.443 Rumah Tangga. Kecamatan yang jumlah rumah tangga yang memiliki jamban sehat paling banyak adalah Kecamatan Tenggilis sebanyak 8.818 rumah tangga. Jumlah timbulan sampah ratarata per hari di Kota Surabaya adalah sebesar 8.904,82 m 3. Perbandingan timbulan sampah rata-rata per hari dari masing-masing kecamatan di Kota Surabaya ditampilkan pada Gambar 3.11. Gambar 3.11. Jumlah Timbulan Sampah Rata-Rata Harian per Kecamatan di Kota Surabaya Tahun 2012 Sumber : Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya, 2012 III- 22

Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa timbulan sampah terbesar dihasilkan oleh masyarakat di Kecamatan Tambak Sari, yakni sebesar 718,04 m 3 sampah/hari atau menyumbang 7,7 % dari jumlah timbulan sampah total Kota Surabaya per harinya. Kecamatan Sawahan juga merupakan penghasil sampah terbesar setelah Kecamatan Tambak Sari dengan jumlah timbulan sampah 681,79 m 3 sampah/hari. Sedangkan Kecamatan yang menyumbang timbulan sampah paling kecil adalah Kecamatan Bulak, yaitu 123,26 m 3 sampah/hari. 3.2.3. Analisis Statistik Persentase jumlah rumah tangga miskin di Kota Surabaya pada tahun 2012 dibanding jumlah rumah tangga total adalah 8,77%. Persentase 8,77 % ini berasal dari akumulasi jumlah keluarga misikin di semua kecamatan di Kota Surabaya. Dari 31 kecamatan yang ada di Kota Surabaya, tidak ada satu pun kecamatan yang terbebas dari kemiskinan. Masyarakat Kota Surabaya sebagian besar memilih untuk memanfaatkan suplai air dari PDAM sebagai sumber air minum mereka. Dari data Dinas Kesehatan Kota Surabaya yang hanya mendata 55% rumah tangga yang ada di Kota Surabaya, sebanyak 20,13 % rumah tangga menggunakan air PDAM sebagai sumber air bersih dan air minumnya, dan segian kecil memilih menggunakan sumber air dari sumur. Hanya 0,54% yang menggunakan sumur untuk memenuhi air bersih mereka. Dari sektor sanitasi, telah tersedianya fasilitas buang air besar bagi semua rumah tangga di Kota Surabaya menunjukkan telah terpenuhinya salah satu indikator sanitasi yang baik. Sebanyak 52,7% rumah tangga memanfaatkan fasilitas buang air besar sendiri, 1,8% menggunakan fasilitas buang air besar secara bersama. Sedangkan rumah tangga yang belum mempunyai fasilitas buang air besar hanya sekitar 0,1 %. Selain dilihat dari fasilitas tempat buang air besar, sistem pengelolaan sampah juga merupakan salah satu indikator telah baik atau belumnya sanitasi lingkungan yang sehat. Penanganan sampah yang diketahui telah dilakukan dilakukan di Kota Surabaya adalah pengangkutan sampah-sampah tersebut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). 3.3. KESEHATAN Aspek kemiskinan dan kesehatan lingkungan merupakan dua hal yang menjadi titik berat dalam program Millenium Development Goals (MDGs). MDGs merupakan kesepakatan yang diprakarsai oleh 189 negara PBB pada tahun 2000. Pertemuan tersebut menghasilkan delapan agenda, yaitu: Pemberantasan kemiskinan dan kelaparan Mewujudkan pendidikan dasar bagi masyarakat III- 23

Mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan Mengurangi tingkat kematian anak Meningkatkan kesehatan ibu Mencegah dan memberantas penyakit HIV/AIDS, malaria, dan penyakit lain Menjamin kelestarian lingkungan Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan kota. Program pembangunan di bidang kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kualitas kesehatan warga Kota Surabaya, sedangkan sasarannya adalah meningkatnya pelayanan kesehatan dasar. Hasil pelaksanaan program tersebut dapat ditunjukkan pada pencapaian kinerja sasaran pembangunan di bidang kesehatan yaitu meningkatnya kondisi status kesehatan warga kota sesuai dengan indikator pembangunan kesehatan. 3.3.1. Kondisi Eksisting Jumlah perempuan yang berada pada usia subur pada tahun 2012 di Kota Surabaya mencapai 1.014.276 jiwa, sedangkan jumlah anak yang lahir dalam keadaan hidup mencapai 39.804 jiwa. Jumlah penduduk laki laki yang meninggal pada usia di atas 44 tahun sebanyak 8.874 jiwa sedangkan penduduk perempuan yang meninggal pada usia di atas 44 tahun sebanyak 6.949 jiwa. Berdasarkan data pada Tabel 3.9 di bawah, yang didapat dari Dinas Kesehatan Kota Surabaya, pada tahun 2012 jumlah penduduk yang menjadi penderita dari beberapa jenis penyakit mencapai 1.467.906 jiwa. Jenis penyakit paling mendominasi yang diderita oleh 572.285 jiwa masyarakat Kota Surabaya adalah ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan bagian Atas). Tabel 3.9. Jenis Penyakit Utama yang Diderita Penduduk No. Jenis Penyakit Jumlah Penderita % terhadap Total Penderita 1 Peny. Saluran pernafasan bagian atas 572.285 38,99% 2 Penyakit rongga mulut 178.272 12,14% 3 Peny. Pada sistim otot & jaringan pengikat 175.186 11,93% 4 Peny. Kelainan kulit & jaringan sub kutan 134.993 9,20% 5 Lain - lain 113.573 7,74% 6 Infeksi pada usus 89.702 6,11% 7 Penyakit lain dari system pencernaan 86.137 5,87% 8 Penyakit tekanan darah tinggi 44.278 3,02% 9 Penyakit mata & adneksa 24.926 1,70% 10 Penyakit Virus 24.697 1,68% 11 Penyakit endokrin dan metabolik 23.857 1,63% Jumlah kunjungan kasus 1.467.906 100,00% Keterangan : Sumber : Dinas Kesehatan Kota Surabaya, 2012 III- 24

3.3.2. Perbandingan Nilai Antar Lokasi dan Antar Waktu Jumlah penduduk perempuan usia subur pada tahun 2012 mencapai 1.014.276 jiwa sedangkan jumlah anak lahir hidup mencapai 39.804 jiwa. Penduduk laki laki yang meninggal pada usia di atas 44 tahun sebesar 8.874 jiwa sedangkan penduduk perempuan yang meninggal pada usia di atas 44 tahun sebesar 6.949 jiwa. Jumlah penduduk yang menderita penyakit ISPA tercatat sebanyak 572.285 jiwa atau 38,99 % dari jumlah total penderita penyakit. Selain penyakit ISPA, penyakit pada rongga mulut berada di posisi kedua dengan jumlah 178.272 penderita atau 12,14 %. Penyakit ISPA disebabkan oleh infeksi virus pada saluran pernafasan bagian atas atau juga dapat disebabkan oleh infeksi bakteri yang menyebabkan ISPA. Penularan penyakit ISPA dapat terjadi karena menghirup droplet pernafasan dari batuk atau bersin dan menyentuh hidung atau mulut penderita dengan tangan atau benda lain. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 3.12. Gambar 3.12. Jenis Penyakit Utama yang Diderita Penduduk Kota Surabaya Sumber: Dinas Kesehatan Kota Surabaya, 2012. 3.3.3. Analisis Statistik Jumlah penduduk perempuan yang berada pada usia subur selalu meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2011, jumlah perempuan usia subur mencapai 700.000 jiwa namun pada tahun 2012 jumlah penduduk perempuan pada usia subur mencapai 1.014.276 jiwa. Sedangkan jumlah anak lahir yang hidup juga mengalami kenaikan disbanding tahun 2011 yang mencapai 39.804 jiwa. Sedangkan jumlah kematian per tahun di Kota Surabaya untuk rentang umur di atas 44 tahun mencapai 15.823 jiwa yang terdiri dari 8.874 jiwa untuk penduduk laki laki dan 6.949 jiwa penduduk perempuan. Sedangkan jumlah kematian untuk rentang umur < 1 tahun III- 25

sampai umur 44 tahun belum ada data pada tahun 2012. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Surabaya tahun 2012 menunjukkan bahwa dominasi jenis penyakit yang diderita oleh masyarakat adalah ISPA yang mencapai 38,99 % dari total penderita penyakit, sedangkan penduduk yang terkena penyakit rongga mulut menduduki peringkat kedua sebesar 12,14 %. Hal ini ditunjukkan pada Gambar 3.13 berikut. Gambar 3.13. Prosentase Jenis Penyakit Utama yang Diderita Penduduk Kota Surabaya Sumber: Dinas Kesehatan Kota Surabaya, 2012. 3.4. PERTANIAN Pertanian merupakan salah satu sektor yang mendukung perekonomian di suatu kota. Sebagai kota metropolitan, Surabaya menjadi pusat kegiatan perekonomian di daerah Jawa Timur dan sekitarnya. Kota Surabaya memiliki potensi yang cukup besar untuk sektor pertanian, namun sebagian besar penduduknya bergerak dalam bidang jasa, industri, dan perdagangan sehingga jarang ditemukan lahan persawahan. Konsep Urban Farming (pertanian perkotaan) merupakan salah satu alternatif yang dilakukan Pemerintah Kota Surabaya untuk mengantisipasi sedikitnya lahan yang tersedia. Urban farming adalah suatu aktivitas pertanian di dalam atau di sekitar perkotaan yang melibatkan ketrampilan, keahlian dan inovasi dalam budidaya dan pengolahan makanan. III- 26

Gambar 3.14. Urban Farming III- 27

3.4.1. Kondisi Eksisting Kondisi geofisik kawasan Kota Surabaya terletak di dataran rendah dan sebagian besar memiliki jenis tanah alluvial. Tanah alluvial merupakan tanah yang terbentuk dari lumpur sungai yang mengendap di daratan rendah yang memiliki sifat tanah yang subur dan cocok untuk lahan pertanian. Jenis tanah ini terdapat di 15 kecamatan yang tersebar di wilayah Surabaya Pusat, Utara, Selatan, Timur, dan Barat. Sedangkan jenis tanah bukan abu vulkanik ditemukan di 5 kecamatan di wilayah Surabaya Selatan dan Barat. Jenis tanah endapan lumpur, terdapat di 4 kecamatan wilayah Surabaya Pusat, Selatan, dan Timur. Jenis tanah endapan pasir hanya ditemukan di satu kecamatan di wilayah Surabaya Timur. Jenis tanah endapan pasir lumpur juga hanya terdapat di satu kecamatan di wilayah Surabaya Selatan. Dan untuk jenis tanah campuran antara alluvial dan bukan abu vulkanik, terdapat di 3 kecamatan di wilayah Surabaya Utara dan Barat. Satuan batuan di Kota Surabaya adalah sebagai berikut (BLH, 2012): - Satuan batu lempung bersisipan batu pasir dan batu gamping Satuan ini terdiri batu lempung bersisipan batu pasir dan batu gamping, yang merupakan endapan sedimen tersier, berwarna coklat tua, abu-abu kekuningan, keras dan padat, setempat terdapat struktur perlapisan. Sifat-sifat fisik dan mekanika tanah dari satuan ini antara lain: konsistensi teguh-kaku, plastisitas tinggi, permeabilitasnya rendah/ kedap air, nilai tekanan konus 100 kg/cm 2. - Satuan lempung Satuan ini terdiri dari lempung, berwarna coklat keabuan, merupakan hasil pelapukan dari batu lempung yang berumur Pliosen Akhir. Ketebalan satuan ini kira-kira 3-10 m. Sifat-sifat fisik dan mekanika tanah dari satuan ini antara lain: konsistensi teguhkaku, plastisitastinggi, permeabilitasnya rendah/kedap air, nilai tekanan konus 12-40 kg/cm 2, kadar air 26,97 %, berat isi asli 1,85 g/cm 3, berat jenis 2,65, sudut geser dalam 12 52', kohesi 0,275 kg/cm 2. - Satuan lempung pasiran dan pasir lempungan Satuan ini terdiri dari lempung pasiran dan pasir lempungan yang berwarna coklat kekuningan, berukuran pasir halus-sedang. Menempati morfologi perbukitan bergelombang yang dikontrol oleh struktur perlipatan dan mud vulkano purba. Satuan ini secara regional yang berumur Plistosen. Ketebalan satuan ini kira-kira 3,5-6,5 m. Sifat-sifat fisik dan mekanika tanah dari satuan ini antara lain: konsistensi teguh-kaku, plastisitas sedang, permeabilitasnya rendah/ kedap air, nilai tekanan konus 20-60 kg/cm 2, setempat 130 kg/cm 2, kadar air 30,3 %, berat isi asli 1,63 kg/cm 3, berat jenis 2,66, sudut geser dalam 23 30', kohesi 0,085 kg/cm 2. III- 28

- Satuan lempung dan lempung lanauan Satuan ini terdiri dari lempung, lempung lanauan, berwarna abu-abu kehitaman, merupakan hasil pelapukan dari batu lempung. Satuan ini secara regional yang berumur Plistosen Tengah. Ketebalan satuan ini kira-kira 4-9 m. Sifat-sifat fisik dan mekanika tanah dari satuan ini antara lain: konsistensi lunak-teguh, plastisitas V-6 tinggi, permeabilitasnya rendah/ kedap air, nilai tekanan konus 10-35 kg/cm 2, kadar air 39,34 %,berat isi asli 1,71 g/cm 3, berat jenis 2,66, sudut geser dalam 18 4', kohesi 0,05 kg/cm 2. - Satuan lempung dan lempung pasiran Satuan ini merupakan endapan kipas aluvial sungai, berwarna abu-abu kehitaman. Ketebalan satuan ini kira-kira 9,5-35 m. Sifat-sifat fisik dan mekanika tanah dari satuan ini antara lain: konsistensi lunak-kaku, plastisitas rendah-tinggi, permeabilitasnya menengah, nilai tekanan konus 10-30 kg/cm 2, kadar air 40,9 %, berat isi asli 1,66 g/cm 3, berat jenis 2,67, sudut geser dalam 9 52', kohesi 0,187 kg/cm 2. - Satuan lempung dan lanau Satuan ini merupakan endapan aluvial lembah, berwarna hitam kecoklatan, agak padat. Ketebalan satuan ini kira-kira 5-12 m. Sifat-sifat fisik dan mekanika tanah dari satuan ini antara lain: konsistensi teguh-kaku, plastisitas sedang-tinggi, permeabilitasnya rendah, nilai tekanan konus 12-35 kg/cm 2, kadar air 49,93 %, berat isi asli 1,6 g/cm 3, berat jenis 2,61, sudut geser dalam 1 54', kohesi 0,362 kg/cm 2 - Satuan lempung pasiran dan lempung Satuan ini merupakan endapan aluvial pantai, berwarna coklatkehitaman, setempat mengandung cangkang kerang. Ketebalan satuan inikira-kira 11-31 m. Sifat-sifat fisik dan mekanika tanah dari satuan iniantara lain : konsistensi lunak-teguh, plastisitas sedang-tinggi,permeabilitasnya rendah, nilai tekanan konus 7-15 kg/cm 2, kadar air37,28%, berat isi asli 1,57 gr/cm 3, berat jenis 2,64, sudut geser dalam 5 17', kohesi 0,123 kg/cm 2. - Satuan lempung pasiran dan lanau Satuan ini merupakan endapan aluvial muara Kali Surabaya, berwarna coklat tua kehitaman, agak padat, setempat mengandung cangkang kerang. Ketebalan satuan ini kira-kira 8-15 m. Sifat-sifat fisik dan mekanika tanah dari satuan ini antara lain: konsistensi lunak-teguh, plastisitas sedang-tinggi, permeabilitasnya rendah, nilai tekanan konus 15-35 kg/cm 2, kadar air 37,28 %, berat isi asli 1,44 g/cm 3, berat jenis 2,64, sudut geser dalam 6 31', kohesi 0,212 kg/cm 2. III- 29

- Satuan lempung lanauan Satuan ini merupakan endapan aluvial rawa dan pantai, berwarna abu-abu coklat kehitaman, setempat mengandung pecahan cangkang, setempat merupakan genangan rawa, tambak dan ladang garam. Ketebalan satuan ini kira-kira 6,5-17 m. Sifat-sifat fisik dan mekanika tanah dari satuan ini antara lain: konsistensi lunak, plastisitas sedang, permeabilitasnya rendah, nilai tekanan konus 3-8 kg/cm 2, Kadarair 80,85 %, berat isi asli 1,44 g/cm 3, berat jenis 2,6, sudut geser dalam 3 38', kohesi 0,156 kg/cm 2. - Satuan lempung pasiran Satuan ini merupakan endapan aluvial Sungai Porong, berwarna coklat kekuningan - kuning muda, bersifat lunak-agak padat. Ketebalan satuan ini kira-kira 6-10 m. Sifatsifat fisik dan mekanika tanah dari satuan ini antara lain: plastisitas sedang, permeabilitasnya rendah-tinggi, nilai tekanan konus 20-40 kg/cm 2, kadar air 45,27 %, berat isi asli 1,74 g/cm 3, berat jenis 2,74, sudut geser dalam 12 7', kohesi 0,8 kg/cm 2. Satuan ini menindih tidak selaras semua formasi yang lebih tua. Surabaya beriklim tropis dengan perbedaan musim kemarau dan musim penghujan yang sangat signifikan. Luas lahan pertanian wilayah Kota Surabaya adalah sebesar 2133 Ha pada tahun 2012 dengan jumlah produksi per hektar sebesar 56,51. Frekuensi penanaman pada lahan pertanian di Kota Surabaya bergantung pada jenis lahan serta jenis tanaman yang akan dibudidayakan. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.10. Tabel 3.10. Luas Lahan Sawah Menurut Frekuensi Penanaman dan Hasil Produksi per Hektar No Kecamatan Luas dan Frekuensi Penanaman (Ha) *) 1 kali 2 kali 3 kali Produksi per Hektar (Ku/Ha) 1. Asemrowo 0 0 0 0 2. Benowo 0 100 105 56,28 3. Bubutan 0 0 0 0 4. Bulak 65 50 0 54,32 5. Dukuh Pakis 0 0 0 0 6. Gayungan 0 15 0 54,78 7. Genteng 0 0 0 0 8. Gubeng 0 0 0 0 9. Gunung Anyar 0 37 20 55,26 10. Jambangan 0 0 17 58,45 11. Karangpilang 14 38 11 55,21 12. Kenjeran 0 6 4 56,04 13. Krembangan 0 0 0 0 14. Lakarsantri 0 478 10 51,53 15. Mulyorejo 0 0 0 53,74 III- 30

No Kecamatan Luas dan Frekuensi Penanaman (Ha) *) 1 kali 2 kali 3 kali Produksi per Hektar (Ku/Ha) 16. Pabean Cantian 0 0 0 0 17. Pakal 350 20 0 57,38 18. Rungkut 0 17 0 56,61 19. Sambikerep 0 11 0 74,3 20. Sawahan 0 0 0 0 21. Semampir 0 0 0 0 22. Simokerto 0 0 0 0 23. Sukolilo 56 0 0 53,85 24. Sukomanunggal 0 0 10 56,33 25. Tambaksari 0 0 0 0 26. Tandes 0 0 40 57,23 27. Tegalsari 0 0 0 0 28. Tenggilis Mejoyo 0 0 0 0 29. Wiyung 60 10 0 55,69 30. Wonocolo 0 0 4 53,61 31. Wonokromo 0 0 0 0 Total 683 782 221 56,51 Keterangan : *) = BAKU SAWAH DISURABAYA, Untuk Data Tahun 2012 dalam proses verifikasi dinas terkait Sumber : Dinas Pertanian Kota Surabaya, 2011 Lahan pertanian yang ada di Kota Surabaya menghasilkan komoditas tanaman pangan yaitu berupa padi, jagung, kacang hijau, kacang tanah, ubi kayu, dan ubi jalar dengan jumlah produksi total sebanyak 163 ton pada tahun 2012. Namun karena terbatasnya lahan di perkotaan khususnya di Surabaya menyebabkan Kota Surabaya tidak memiliki perkebunan. Hal ini dikarenakan sektor perkebunan membutuhkan lahan yang sangat luas agar jumlah produksi yang dihasilkan besar. Begitu juga akan kebutuhan pupuk tidak ada karena tidak ada sector perkebunan di Kota Surabaya. Di sisi lain, perkembangan Kota Surabaya yang demikian pesat telah menyebabkan berkurangnya jumlah lahan pertanian di Kota Surabaya. Lahan yang semula digunakan untuk bercocok tanam dipergunakan untuk sektor lain yang dianggap lebih menguntungkan yaitu perairan/tambak/kolam. Menurut data dari Dinas Pertanian Kota Surabaya, seluas 3.510,7 ha lahan pertanian di Kota Surabaya beralih fungsi menjadi perairan/tambak/kolam. Data Luas Perubahan Lahan Pertanian menjadi Lahan Non Pertanian tersaji pada tabel berikut ini. Tabel 3.11. Luas Perubahan Lahan Pertanian menjadi Lahan Non Pertanian No. Jenis Penggunaan Lahan Non Pertanian Luas (Ha) 1 Permukiman 0 2 Industri 0 III- 31