BAB IV METODE PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
3. pasir pantai (Pantai Teluk Penyu Cilacap Jawa Tengah), di Laboratorium Jalan Raya Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam

BAB IV Metode Penelitian METODE PENELITIAN. A. Bagan Alir Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini :

III. METODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini :

Gambar 4.1 Bagan alir penentuan Kadar Aspal Optimum (KAO)

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III LANDASAN TEORI

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI 3.1 Pendekatan Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. untuk campuran lapis aspal beton Asphalt Concrete Binder Course (AC-

BAB III DESAIN DAN METODE PENELITIAN

BAB III LANDASAN TEORI

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Operasi Teknik Kimia Fakultas

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

Gambar 4.1. Bagan Alir Penelitian

BAB III LANDASAN TEORI

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet

METODOLOGI PENELITIAN

Sumber: Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 (Revisi 3)

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Bagan Alir Penelitian. Mulai. Studi Pustaka. Persiapan Alat dan Bahan. Pengujian Bahan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Inti Jalan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN. (AASHTO,1998) dan Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan tahun 2010.

III. METODOLOGI PENELITIAN. mendapatkan data. Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan, penelitian ini

Penelitian ini dilakukan sesuai dengan diagram alur seperti pada gambar 5.1.

BAB III LANDASAN TEORI

(Data Hasil Pengujian Agregat Dan Aspal)

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL ANALISA DAN DATA Uji Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. penetrasi, uji titik nyala, berat jenis, daktilitas dan titik lembek. Tabel 4.1 Hasil uji berat jenis Aspal pen 60/70

optimum pada KAO, tahap III dibuat model campuran beton aspal dengan limbah

BAB III LANDASAN TEORI

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS STABILITAS CAMPURAN BERASPAL PANAS MENGGUNAKAN SPESIFIKASI AC-WC

BAB III METODE PENELITIAN. Berikut adalah diagram alir dari penelitian ini : MULAI. Studi Pustaka. Persiapan Alat dan Bahan

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL

PENGARUH UKURAN BUTIRAN MAKSIMUM 12,5 MM DAN 19 MM TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL CAMPURAN AC-WC

Pengaruh Penggunaan Abu Sekam Padi sebagai Bahan Pengisi pada Campuran Hot Rolled Asphalt terhadap Sifat Uji Marshall

BAB IV. HASIL dan ANALISA Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar

dahulu dilakukan pengujian/pemeriksaan terhadap sifat bahan. Hal ini dilakukan agar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. aspal keras produksi Pertamina. Hasil Pengujian aspal dapat dilihat pada Tabel 4.1

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat. Hasil pengujian agregat ditunjukkan dalam Tabel 5.1.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat

Bahan/material yang digunakan pada penelitian Asbuton ini berasal dari : Agregat batuan berasal dari Laboratorium Jalan Raya Jurusan Teknik

Penelitian ini menggunakan tiga macam variasi jumlah tumbukan dan

BAB V METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini dilakukan serangkaian pengujian yang meliputi :

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. Pada pembuatan aspal campuran panas asbuton dengan metode hot mix (AC

PENGARUH LIMBAH BAJA ( STEEL SLAG ) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR NO. ½ DAN NO.8 PADA CAMPURAN HRS-WC TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL 1

Dengan kata lain, penelitian eksperimen mencoba meneliti ada tidaknya hubungan

Pada pengujian ini agregat berasal dari Clereng, Kulon Progo hasil dari mesin pemecah batu (Stone Crusher) PT. Perwita Karya, Piyungan, Yogyakarta.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Islam Indonesia, maka dapat diketahui nilai-nilai yang berpengaruh terhadap

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Agregat dari AMP Sinar Karya Cahaya (Laboratorium Transportasi FT-UNG, 2013)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Adapun tahapan pelaksanaan pekerjaan selama penelitian di laboratorium adalah sebagai berikut:

PENGGUNAAN SPEN KATALIS PADA CAMPURAN ASPHALT CONCRTE-WEARING COURSE ABSTRAK

ANALISIS ITS (INDIRECT TENSILE STRENGTH) CAMPURAN AC (ASPHALT CONCRETE) YANG DIPADATKAN DENGAN APRS (ALAT PEMADAT ROLLER SLAB) Naskah Publikasi

PENGARUH PENAMBAHAN SERBUK BAN KARET PADA CAMPURAN LASTON UNTUK PERKERASAN JALAN RAYA

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1.a. Bagan Alir Penelitian

STUDI PARAMETER MARSHALL CAMPURAN LASTON BERGRADASI AC-WC MENGGUNAKAN PASIR SUNGAI CIKAPUNDUNG Disusun oleh: Th. Jimmy Christian NRP:

sampai ke tanah dasar, sehingga beban pada tanah dasar tidak melebihi daya

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG ABSTRAK

VARIASI AGREGAT LONJONG PADA AGREGAT KASAR TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN ASPAL BETON (LASTON) I Made Agus Ariawan 1 1

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STUDI PENGGUNAAN PASIR SERUYAN KABUPATEN SERUYAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEBAGAI CAMPURAN ASPAL BETON AC WC

BAB III LANDASAN TEORI. keras lentur bergradasi timpang yang pertama kali dikembangkan di Inggris. Hot

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK ASPAL BETON (AC-BC) Sumiati 1 ), Sukarman 2 )

NASKAH SEMINAR INTISARI

BAB III LANDASAN TEORI

PENGARUH PERENDAMAN BERKALA PRODUK MINYAK BUMI TERHADAP DURABILITAS CAMPURAN BETON ASPAL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. aspal optimum pada kepadatan volume yang diinginkan dan memenuhi syarat minimum

PEMANFAATAN LIMBAH ABU SERBUK KAYU SEBAGAI MATERIAL PENGISI CAMPURAN LATASTON TIPE B

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP KEDALAMAN ALUR RODA PADA CAMPURAN BETON ASPAL PANAS

VARIASI AGREGAT LONJONG SEBAGAI AGREGAT KASAR TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN ASPAL BETON (LASTON) ABSTRAK

DAFTAR PUSTAKA. 1. Bina Marga Petunjuk Pelaksanaan Lapis Tipis Aspal Beton. Saringan Agregat Halus Dan Kasar, SNI ;SK SNI M-08-

PENGARUH PENGGUNAAN STEEL SLAG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dipresentasikan pada gambar bagan alir, sedangkan kegiatan dari masing - masing

BAB III LANDASAN TEORI. perkerasan konstruksi perkerasan lentur. Jenis perkersana ini merupakan campuran

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. perihal pengaruh panjang serabut kelapa sebagai bahan modifier pada campuran

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Yogyakarta dapat disimpulkan sebagai berikut : meningkat dan menurun terlihat jelas.

ANALISA KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPAL EMULSI DINGIN DAN PERBANDINGAN STABILITAS ASPAL EMULSI DINGIN DENGAN LASTON

BAB III METODE PENELITIAN

Alik Ansyori Alamsyah Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Malang

BATU KAPUR BATURAJA SEBAGAI FILLER PADA LAPIS ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) CAMPURAN PANAS. Hamdi Arfan Hasan Sudarmadji

PEMANFAATAN ABU VULKANIK GUNUNG KELUD PADA CAMPURAN ASPAL BETON

BAB III METODE PENELITIAN. aspal dan bahan tambah sebagai filler berupa abu vulkanik.

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP PERILAKU CAMPURAN BETON ASPAL

BAB 3 METODE PENELITIAN

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP PERILAKU CAMPURAN BETON ASPAL

Transkripsi:

BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Tinjauan Umum Metode penelitian adalah tata cara yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian suatu masalah, kasus, atau yang lain secara ilmiah untuk memperoleh hasil yang rasional. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimen. Metode eksperimen adalah metode yang dilakukan dengan cara percobaan terhadap benda yang akan diteliti secara langsung guna menyelidiki sebab akibat objek satu sama lain kemudian dibandingkan satu sama lain. Penelitian ini dilakukan di laboratorium. 4.2 Data Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer, yaitu berupa pengambilan filler dari gerabah di lapangan, pengujian agregat, pengujian aspal, pengujian Marshall, pengujian kuat tarik tidak langsung (Indirect Tensile Strength Test) dan uji perendaman (Immersion Test). Hasil dari data-data tersebut akan membantu dalam menentukan nilai pada karakteristik Marshall, nilai Indirect Tensile Strength Test, nilai Immersion Test dan kadar gerabah optimumnya. 4.3 Lokasi dan Waktu Pengambilan Data Penelitian ini menggunakan limbah gerabah Kasongan. Sedangkan untuk pengambilan data dan pengujian akan dilakukan di Laboratorium Bahan Perkerasan Jalan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam Indonesia. 4.4 Metode Pengumpulan Data Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, penulis menggunakan dua jenis metode guna mengumpulkan data, yaitu: 22

23 a. Studi Pustaka, untuk mengkaji penelitian yang sudah pernah dilakukan dan dijadikan sebagai landasan teori dalam penelitian ini b. Pemeriksaan sampel material yang digunakan dalam penelitian. 4.5 Metode Persiapan Bahan Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat campuran AC-WC adalah: a Agregat Halus dan Kasar yang digunakan diperoleh dari Laboratorium Jalan Raya Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan UII. b Aspal Pen. 60-70 yang digunakan diperoleh dari Laboratorium Jalan Raya Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan UII. c Aspal Starbit E-55 diperoleh dari PT Bintang Djaja Cilacap. d Filler diperoleh dari limbah gerabah Kasongan. 4.5.1 Pemeriksaan Bahan Agregat Agregat yang digunakan harus memenuhi standar pengujian agregat seperti terlihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Pemeriksaan Karakteristik Agregat Agregat Kasar No. Jenis Pengujian Metode Pengujian Syarat 1 Analisa Saringan SNI-03-1968-1990-2 Berat Jenis SNI 1969-2008 Min 2,5 3 Penyerapan Air SNI 1969-2008 Maks. 3 % 4 Keausan Agregat SNI 2417-2008 Maks. 4 % 5 Kelekatan Agregat Terhadap Aspal SNI 2439-2011 Min 10 % Agregat Halus 1 Analisa Saringan SNI-03-1968-1990-2 Berat Jenis SNI 1970-2008 Min 2,5

24 Lanjutan Tabel 4.1 Pemeriksaan Karakteristik Agregat No. Jenis Pengujian Metode Pengujian Syarat 3 Penyerapan Air SNI 1970-2008 Maks. 4 % Sumber: Direktorat Jendral Bina Marga (2010) 4.5.2 Pemeriksaan Bahan Aspal Aspal yang digunakan harus memenuhi standar pengujian aspal seperti terlihat pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Ketentuan-Ketentuan untuk Aspal Keras No Pengujian A. Aspal Penetrasi 60/70 Metode Pengujian Spesifikasi Min Maks 1 Penetrasi pada 25 C (mm) SNI 06-2456-1991 60 70 2 Titik Lembek C SNI 06-2434-1991 48 54 3 Titik nyala C SNI 06-2433-1991 232-4 Duktilitas pada 25 C, (cm) SNI 06-2432-1991 100-5 Berat Jenis SNI 06-2441-1991 1 - B. Aspal Modifikasi 1 Penetrasi pada 25 C (mm) SNI 06-2456-1991 40-2 Titik Lembek C SNI 06-2434-1991 54-3 Titik Nyala C SNI 06-2433-1991 232-4 Duktilitas pada 25 C, (cm) SNI 06-2432-1991 100-5 Berat Jenis SNI 06-2441-1991 1 - Sumber : Direktorat Jendral Bina Marga (2010)

25 4.6 Metode Pembuatan Benda Uji Berdasarkan hasil perhitungan kadar aspal perkiraan didapatkan hasil 6%. Sehingga pada saat pengujian untuk mencari kadar aspal optimum (KAO), kadar aspal yang digunakan yaitu 5%, 5.5%, 6%, 6.5% dan 7% yang masing-masing kadar tersebut akan dimodifikasi dengan Filler 0%, 25%, 50%, 75% dan 100%. Berikut adalah kebutuhan agregat tiap variasi kadar aspal. Tabel 4.3 Kebutuhan Agregat pada Kadar Aspal 5% (gr) Inch mm Max Min Lolos Tertahan Tertahan Jumlah 3/4 " 19 100 100 100 1/2 " 12,5 100 90 95 5 57 57 3/8 " 9,5 90 77 84 17 131,1 188,1 No. 4 4,75 69 53 61 39 256,5 444,6 No. 8 2,36 53 33 43 57 205,2 649,8 No. 16 1,18 40 21 31 70 142,5 792,3 No. 30 0,600 30 14 22 78 96,9 889,2 No. 50 0,300 22 9 16 85 74,1 963,3 No. 100 0,150 15 6 11 90 57 1020,3 No. 200 0,075 9 4 7 94 45,6 1065,9 Pan 0 0 0 100 74,1 1140 Jumlah 1140 Tabel 4.4 Kebutuhan Agregat pada Kadar Aspal 5.5% inch mm Max Min Lolos Tertahan Tertahan Jumlah 3/4 " 19 100 100 100

26 Lanjutan Tabel 4.4 Kebutuhan Agregat pada Kadar Aspal 5,5% inch mm Max Min Lolos Tertahan Tertahan Jumlah 1/2 " 12,5 100 90 95 5 56,7 56,7 3/8 " 9,5 90 77 84 17 130,41 187,11 No. 4 4,75 69 53 61 39 255,15 442,26 No. 8 2,36 53 33 43 57 204,12 646,38 No. 16 1,18 40 21 31 70 141,75 788,13 No. 30 0,600 30 14 22 78 96,39 884,52 No. 50 0,300 22 9 16 85 73,71 958,23 No. 100 0,150 15 6 11 90 56,7 1014,93 No. 200 0,075 9 4 7 94 45,36 1060,29 Pan 0 0 0 100 73,71 1134 Jumlah 1134 Tabel 4.5 Kebutuhan Agregat pada Kadar Aspal 6% inch mm Max Min Lolos Tertahan Tertahan Jumlah 3/4 " 19 100 100 100 1/2 " 12,5 100 90 95 5 56,4 56,4 3/8 " 9,5 90 77 84 17 129,72 186,12 No. 4 4,75 69 53 61 39 253,8 439,92 No. 8 2,36 53 33 43 57 203,04 642,96 No. 16 1,18 40 21 31 70 141 783,96 No. 30 0,600 30 14 22 78 95,88 879,84 No. 50 0,300 22 9 16 85 73,32 953,16 No. 100 0,150 15 6 11 90 56,4 1009,56 No. 200 0,075 9 4 7 94 45,12 1054,68

23 Lanjutan Tabel 4.5 Kebutuhan Agregat pada Kadar Aspal 6% inch mm Max Min Lolos Tertahan Tertahan Jumlah Pan 0 0 0 100 73,32 1128 Jumlah 1128 Tabel 4.6 Kebutuhan Agregat pada Kadar Aspal 6,5% inch Mm Max Min Lolos Tertahan Tertahan Jumlah 3/4 " 19 100 100 100 1/2 " 12,5 100 90 95 5 56,1 56,1 3/8 " 9,5 90 77 84 17 129,03 185,13 No. 4 4,75 69 53 61 39 252,45 437,58 No. 8 2,36 53 33 43 57 201,96 639,54 No. 16 1,18 40 21 31 70 140,25 779,79 No. 30 0,600 30 14 22 78 95,37 875,16 No. 50 0,300 22 9 16 85 72,93 948,09 No. 100 0,150 15 6 11 90 56,1 1004,19 No. 200 0,075 9 4 7 94 44,88 1049,07 Pan 0 0 0 100 72,93 1122 Jumlah 1122 Tabel 4.7 Kebutuhan Agregat pada Kadar Aspal 7% inch Mm Max Min Lolos Tertahan Tertahan Jumlah 3/4 " 19 100 100 100 1/2 " 12,5 100 90 95 5 55,8 55,8 3/8 " 9,5 90 77 84 17 128,34 184,14 No. 4 4,75 69 53 61 39 251,1 435,24

23 Lanjutan Tabel 4.7 Kebutuhan Agregat pada Kadar Aspal 7% inch Mm Max Min Lolos Tertahan Tertahan Jumlah No. 8 2,36 53 33 43 57 200,88 636,12 No. 16 1,18 40 21 31 70 139,5 775,62 No. 30 0,600 30 14 22 78 94,86 870,48 No. 50 0,300 22 9 16 85 72,54 943,02 No. 100 0,150 15 6 11 90 55,8 998,82 No. 200 0,075 9 4 7 94 44,64 1043,46 Pan 0 0 0 100 72,54 1116 Jumlah 1116 Berikut adalah jumlah kebutuhan sampel dapat dilihat pada Tabel 4.8, Tabel 4.9, Tabel 4.10 dan Tabel 4.11. Tabel 4.8 Jumlah Benda Uji Kadar Aspal Optimum dengan Aspal Pertamina Jenis Aspal Pertamina Pen 60/70 Kadar Aspal Jumlah Sampel tiap Kadar Aspal 5% 3 buah 5,5% 3 buah 6% 3 buah 6,5% 3 buah 7% 3 buah Total Sampel 15 Tabel 4.9 Jumlah Benda Uji tiap Kadar Filler pada KAO Aspal Pertamina Jenis Pengujian Jumlah Sampel tiap Variasi Kadar Filler Gerabah 0% 25% 50% 75% 100% Marshall 3 3 3 3 3 ITS 3 3 3 3 3 IRS 3 3 3 3 3 Total 45

24 Tabel 4.10 Jumlah Benda Uji Kadar Aspal Optimum dengan Aspal Starbit Jenis Aspal Starbit E- 55 Kadar Aspal Jumlah Sampel tiap Kadar Aspal 5% 3 buah 5,5% 3 buah 6% 3 buah 6,5% 3 buah 7% 3 buah Total Sampel 15 Tabel 4.11 Jumlah Benda Uji tiap Kadar Filler pada KAO Aspal Starbit Jenis Pengujian Jumlah Sampel tiap Variasi Kadar Filler Gerabah 0% 25% 50% 75% 100% Marshall 3 3 3 3 3 ITS 3 3 3 3 3 IRS 3 3 3 3 3 Total 45 Jadi total benda uji yang digunakan pada saat penelitian adalah 15+15+45+45 ada sebanyak 120 buah. 4.7 Pengujian Marshall Langkah-langkah pengujian Marshall adalah sebagai berikut ini. 1. Benda uji direndam ke dalam air biasa selama kira-kira 24 jam pada suhu ruang agar benda uji menjadi jenuh air. 2. Benda uji direndam ke dalam air. 3. Permukaan benda uji dilap, kemudian menimbangnya pada kondisi kering permukaan jenuh (Saturated Surface Dry). 4. Benda uji direndam kedalam waterbath dengan suhu 60 C selama 0,5 jam.

25 5. Batang penuntun (guide rod) dibersihkan dan permukaan dalam kepala penekan (test head) terlebih dahulu. Lalu lumasi batang penuntun sehingga kepala penekan yang atas dapat meluncur bebas. 6. Benda uji dikeluarkan dari waterbath dan meletakkannya ke dalam segmen bawah kepala penekan. 7. Segmen atas dipasang di atas benda uji dan meletakkan keseluruhannya dalam mesin penguji. 8. Arloji kelelahan (flowmeter) dipasang pada penunjuk angka nol, sementara selubung tangkai arloji (sleeve) dipegang kuat terhadap segmen atas kepala penekan (breaking head). Selama pembebanan berlangsung, tangkai arloji kelelehan ditekan pada segmen atas dari kepala penekan. 9. Kepala penekan dinaikkan beserta benda ujinya sehingga menyentuh alas cincin penguji. Kemudian mengatur kedudukan jarum arloji tekan pada angka nol. 10. Pembebanan dimulai dengan kecepatan tetap 50 mm/menit, sehingga pembebanan maksimum tercapai atau pembebanan menurun seperti ditunjukkan oleh jarum arloji tekan dan mencatat pembebanan maksimum yang tercapai (stabilitas) serta angka pada arloji kelelehan (flow). 11. Selubung tangkai arloji kelelehan (sleeve) dilepaskan setelah nilai kelelehan yang ditunjukkan oleh jarum arloji kelelehan dicatat. 12. Dianalisa dan dibuat pembahasannya. 4.8 Pengujian Kuat Tarik Tidak Langsung Langkah-langkah dalam pengujian kuat tarik tidak langsung adalah sebagai berikut: 1. Tebal masing-masing benda uji diukur pada empat sisi yang berbeda, dan diambil tebal rata-ratanya, lalu koreksi tebal dihitung, serta diameter masing masing benda uji diukur. 2. Pembebanan dilakukan pada benda uji hingga mencapai maksimum yaitu saat arloji pembebanan berhenti dan berbalik arah. Pada saat itu dilakukan

26 pembacaan dan pencatatan nilai dial. Mengeluarkan benda uji dari alat uji ITS dan deformasi meter. 3. Benda uji dikeluarkan dari alat uji dan pengujian benda uji berikutnya mengikuti prosedur di atas. 4. Nilai kuat tarik tidak langsung (Indirect Tensile Strength) terkoreksi dihitung. 4.9 Immersion Test Immersion Test memiliki cara pengujian yang sama dengan uji Marshall, yang membedakan pengujian tersebut ialah lama perendaman yang dilakukan dalam waterbath yaitu selama 24 jam. Langkah-langkah yang dilakukan pada pengujia ini adalah sebagai berikut: 1. Benda uji dipersiapkan. 2. Ketinggian benda uji diukur tiga kali pada tempat yang berbeda, kemudian dirata-rata dengan ketelitian pengukuran 0,01 mm, 3. Benda uji ditimbang untuk mengetahui berat keringnya, 4. Benda uji direndam ke dalam air selama ±24 jam pada suhu ruang agar benda uji menjadi jenuh, 5. Setelah benda uji menjadi jenuh kemudian ditimbang didalam air, 6. Benda uji dilap permukaannya kemudian ditimbang pada kondisi kering permukaan jenuh (Saturated Surface Dry), 7. Benda uji direndam kedalam waterbath dengan suhu 60 C selama 24 jam, 8. Kepala penekan benda uji dibersihkan terlebih dahulu dan permukaan diberi pelicin untuk memudahkan melepaskan benda uji, 9. Arloji kelelahan (flow meter) dipasang pada posisi diatas salah satu batang penuntun (guide road), 10. Kepala penekan (test head) benda uji dinaikkan sehingga menyentuh alas cincin penguji, kemudian diatur pada kedudukan arloji tekan pada angka nol, 11. Pembebanan dimulai dengan kecepatan tetap 50mm/menit, sehingga pembebanan maksimum tercapai. Pada saat arloji pembebanan berhenti maka dimulai kembali berputar menurun, maka dibaca arloji kelelahannya,

27 12. Setelah pembebanan selesai, benda uji dikeluarkan dari benda uji, 13. Dianalisa dan dibuat pembahasannya. 4.10 Analisis Data Berikut ini adalah analisis data yang akan dilakukan setelah melakukan pengujian. 1. Analisis Karakteristik Marshall Dari pengujian Marshall diperoleh data sebagai beriku. a. Berat benda uji sebelum direndam (gram), b. Berat benda uji didalam air (gram), c. Berat benda uji dalam keadaan jenuh air (gram), d. Tebal benda uji, e. Pembacaan arloji stabilitas (kg), dan f. Pembacaan arloji kelelehan (mm). Nilai karakteristik Marshall dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan 4.1 dan 4.2 berikut ini. a. Berat jenis aspal C A BJAspal (4.1) ( B A) ( D C) dengan : A = Berat piknometer dengan penutup (gram), B = Berat piknometer berisi air (gram), C = Berat piknometer berisi aspal (gram), dan D = Berat piknometer berisi aspal dan air (gram). b. Berat jenis agregat ( AxF 1 ) ( BxF2 ) BJAgregat (4.2) 100

28 dengan : A B F1 F2 = Persentase agregat kasar, = Persentase agregat halus, = Berat jenis agregat kasar, dan = Berat jenis agregat halus. c. Nilai stabilitas menggunakan Persamaan 3.6. d. Kelelehan (flow), dapat dibaca pada arloji kelelehan. e. VMA (Voids in Mineral Aggregate) menggunakan Persamaan 3.3. f. VITM (Voids in Mix) menggunakan Persamaan 3.4. g. VFWA (Voids Filled with Asphalt) menggunakan Persamaan 3.5. h. MQ (Marhsall Quotient) menggunakan Persamaan 3.7. 2. Analisa Kuat Tarik Tidak Langsung Analisa Kuat Tarik tidak langsung adalah dengan melakukan perhitungan gaya tarik tidak langsung menggunakan persamaan: 2xP ITS x d x h dengan: ITS : Nilai kuat tarik secara tidak langsung (N / mm2) P : Nilai stabilitas (N) h : Tinggi benda uji (mm) d : Diameter benda uji (mm) 4.11 Diagram atau Flowchart Bagan alir atau flowchart merupakan gambaran singkat tentang tahapantahapan yang akan dilaksanaan saat penelitian. Flowchart ditunjukkan pada Gambar 4.1.

29 Mulai Persiapan Bahan Pengujian Bahan Aspal Pertamina dan Starbit Filler Agregat Apakah memenuhi? Ya Tidak Pembuatan benda uji dengan Aspal Pertamina 60/70 dan Aspal Starbit E-55 dan masing-masing dengan beberapa variasi komposisi Filler: Abu Batu (%) 100 75 50 25 0 Gerabah (%) 0 25 50 75 100 Pengujian Marshall, ITS dan IRS Analisis Data Pembahasan dan kesimpulan Selesai Gambar 4.1 Bagan Air Peneliti