ULASAN PUSTAKA: POTENSI LUTEIN DAN ZEAXANTIN SEBAGAI PENCEGAH KATARAK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. penyakit. Lensa menjadi keruh atau berwarna putih abu-abu, dan. telah terjadi katarak senile sebesar 42%, pada kelompok usia 65-74

BAB I PENDAHULUAN. transparansinya. Katarak merupakan penyebab terbanyak gangguan

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah mata merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia karena mata

BAB I PENDAHULUAN. Katarak merupakan salah satu penyebab kebutaan yang utama di dunia. Data

BAB 1 PENDAHULUAN. Katarak berasal dari bahasa Yunani Katarrhakies, Ingris Cataract, dan Latin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pelaku pembangunan dapat merasakan dan menikmati hasil dari pembangunan

yang tidak sehat, gangguan mental emosional (stres), serta perilaku yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. Kebiasaan merokok dapat menyebabkan timbulnya berbagai macam

Hubungan Hipertensi dengan Katarak. Intan Salinurasa 1, Nur Shani Meida 2. Dosen Bagian Mata Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi di Sulawesi Utara (3,7%) diikuti oleh Jambi (2,8%) dan Bali (2,7%).

BAB I PENDAHULUAN. akibat hidrasi (penambahan cairan) dan denaturasi protein lensa. Seseorang

ABSTRAK GAMBARAN KADAR ASAM URAT SERUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2

GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA KELAS XII SMA NEGERI 7 MANADO TENTANG KATARAK.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kebutaan dan gangguan penglihatan merupakan masalah kesehatan

Kata Kunci: Katarak, Diabetes Mellitus, Riwayat Trauma Mata, Konsumsi Minuman Beralkohol, Pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat keduaduanya

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. DM yaitu DM tipe-1 dan DM tipe-2. Diabetes tipe-1 terutama disebabkan

ABSTRAK ANGKA KEJADIAN KATARAK SENIL DAN KOMPLIKASI KEBUTAAN DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2009 DESEMBER 2011

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Merokok telah menjadi kebiasaan masyarakat dunia sejak ratusan tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini jumlah perokok di dunia mengalami peningkatan termasuk di

BAB I PENDAHULUAN. kebutaan lainnya. Buta katarak merupakan suatu penyakit degeneratif yang umumnya terjadi

BAB I PENDAHULUAN. utama kebutaan yang tidak dapat disembuhkan. Glaukoma umumnya

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung termasuk penyakit jantung koroner telah menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk melaksanakan kegiatan sehari-hari. Kesehatan indera. penglihatan merupakan faktor penting dalam meningkatkan kualitas

ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH. Diajukan untuk memenuhi tugas dan Melengkapi syarat dalam menempuh Program Pendidikan Sarjana Fakultas Kedokteran

BAB I PENDAHULUAN. pada lingkungan hidup masyarakat terutama perubahan suhu, udara, sinar UV,

BAB I PENDAHULUAN. Hormon testosteron merupakan bagian penting dalam. kesehatan pria. Testosteron memiliki fungsi utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sekitar 285 juta orang mengalami gangguan penglihatan dan 39 juta orang

EFEK PEMBERIAN VITAMIN E TERHADAP PENURUNAN KADAR MALONDIALDEHID (MDA) HATI MENCIT STRAIN JEPANG AKIBAT PAPARAN MINYAK GORENG BERULANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus adalah penyakit tidak menular yang bersifat kronis dan

KORELASI HBA1C DENGAN PROFIL LIPID PADA PENDERITA DM TIPE 2 DI RSUP H. ADAM MALIK PADA TAHUN Oleh: PAHYOKI WARDANA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan, manusia amat tergantung kepada alam sekeliling. Yang

JIMKESMAS JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT VOL. 2/NO.6/ Mei 2017; ISSN X,

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas merupakan salah satu penyebab timbulnya berbagai penyakit

BAB I PENDAHULUAN. ini, penyakit ini banyak berhubungan dengan penyakit-penyakit kronis di dunia

BAB I PENDAHULUAN. praktek dermatologi (Simonart, 2012). Akne vulgaris adalah penyakit inflamasi

BAB I PENDAHULUAN. Katarak adalah kekeruhan yang terjadi pada lensa mata dan menjadi penyebab

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Katarak adalah keadaan terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan lensa di

BAB 1 PENDAHULUAN. mengurangi kualitas dan angka harapan hidup. Menurut laporan status global

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

TERAPI INTEGRATIF PENGOBATAN HERBAL PADA PENYAKIT DEGENERATIF. Diding HP. Departemen Biokimia FK-UNS

I. PENDAHULUAN. Radiasi elektromagnetik merupakan salah satu bentuk energi. Setelah energi

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus merupakan suatu penyakit kronis yang ditandai oleh

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. vulgaris disertai dengan suatu variasi pleomorfik dari lesi, yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga sepatu roda (inline skating) merupakan olahraga yang. membutuhkan keseimbangan antara kelincahan, kekuatan, kecepatan,

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian...

BAB I PENDAHULUAN. seperti informasi dan teknologi, namun juga berpengaruh pada pola hidup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang irreversibel,

BAB I PENDAHULUAN. bahwa, penderita diabetes mellitus di Indonesia pada tahun 2013 yang

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan. Umumnya prevalensi abortus sekitar % dari semua. prevalensi masih bervariasi dari yang terendah 2-3% sampai yang

KECENDERUNGAN PENDERITA RETINOPATI DIABETIK

Lembar Pengesahan TESIS INI TELAH DISETUJUI TANGGAL 23 SEPTEMBER Pembimbing I, Pembimbing II,

I. PENDAHULUAN. Penggunaan rokok sebagai konsumsi sehari-hari kian meningkat. Jumlah

thiobarbituric acid (TBA) tidak spesifik untuk MDA (Montuschi et al., 2004; Singh, 2006; Rahman et al., 2012). Isoprostan (IsoPs) adalah

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah penderitadiabetes mellitus (DM) baru di seluruh dunia meningkat secara

GAMBARAN KADAR MALONDIALDEHID (MDA) SERUM PADA LANSIA JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahun di antara orang terdapat seorang penderita baru katarak (Kemenkes RI,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan suatu proses proliferasi sel di dalam tubuh yang tidak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

repository.unimus.ac.id

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. dalam proses refraksi ini adalah kornea, lensa, aqueous. refraksi pada mata tidak dapat berjalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini terjadi peningkatan angka harapan hidup. Di negara maju

BAB I PENDAHULUAN. perempuan ideal adalah model kurus dan langsing, obesitas dipandang sebagai

PERBANDINGAN KADAR VITAMIN D DARAH PENDERITA MIOPIA DAN NON MIOPIA

BAB I PENDAHULUAN. diprediksi akan terus meningkat di masa yang akan datang terutama di negara-negara

BAB 1 PENDAHULUAN. membuat kadar kolesterol darah sangat sulit dikendalikan dan dapat menimbulkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

sistemik seperti steroid dan fenotiazin serta dapat disebabkan karena radiasi (Olver and Cassidy,2011). Pengobatan penyakit katarak pada saat ini

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut data Riskesdas 2013, katarak atau kekeruhan lensa

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan suatu masalah kesehatan pada masyarakat dan merupakan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan kelainan pada satu atau lebih pembuluh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Miopia dapat terjadi karena ukuran aksis bola mata relatif panjang dan disebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tembakau merupakan salah satu komuditas perkebunan dan

TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PENGARUH ROKOK TERHADAP PENYAKIT KATARAK DI KELURAHAN HELVETIA TENGAH KECAMATAN MEDAN HELVETIA TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. (DM) yang telah berlangsung lama (InaDRS, 2013; Agni, dkk., 2007).

Jln. Arjuna Utara Tol Tomang Kebun Jeruk, Jakarta

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO PADA PASIEN GAGAL JANTUNG DI RUMAH SAKIT SANTO BORROMEUS BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2010

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronis. yang muncul ketika tubuh tidak mampu memproduksi cukup

BAB I PENDAHULUAN. Antipsikotik merupakan obat yang digunakan untuk menangani. mencegah kekambuhan, tetapi memerlukan waktu terapi yang lama.

BAB I PENDAHULUAN. hidup secara tidak langsung menyebabkan manusia terus-menerus dihadapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, yang mengakibatkan kelainan signifikan dan gangguan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jumlah penderita diabetes mellitus (DM) di Indonesia menurut World Health

PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting dan wajib disyukuri oleh umat Nya seperti yang tercantum

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. lemak, dan protein. World health organization (WHO) memperkirakan prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. Proses penuaan merupakan rangkaian proses yang terjadi secara alami

Transkripsi:

194 JURNAL FARMASI MALAHAYATI Vol 2 No 2, Agustus 2019 ULASAN PUSTAKA: POTENSI LUTEIN DAN ZEAXANTIN SEBAGAI PENCEGAH KATARAK Brenda Widya Kencana 1 ABSTRACT Cataract is one of degerative disease. The definition of cataract itself is a condition where there is an opacity of lens that decrease someone s vision ability. World Health Organization (WHO) estimates that the number of people with visual impairments worldwide in 2018 will be 1.3 billion and cataract occupies the first position as a cause of blindness in the world with a prevalence of 51%. The results of Indonesia's basic health research in 2013 stated that cataracts ranked third in the highest eye disorders in Indonesia (1.8%). Factor that cause this degerative disease, include aging, heredity, abnormalities in the eye, multisystem syndrome, metabolic disorders, maternal infections, side effects from corticosteroids or radiation exposure, and due to trauma to the eye. From these various causes, oxidative stress is used as the basic mechanism of cataracts. According to research, oxidative stress can be prevented by antioxidants. Lutein and zeaxhantine are the only carotenoids that found in the lens of the human eye. Both have the ability as powerful antioxidants, filtering and absorbing shortwave light which is potentially damaging, and reduces oxidative stress. The unique structure of both, with the polyone and conjugated chain ionone rings, allows it to contribute to several types of reactions that can neutralize reactive oxygen species. This indicates that they might play a protective role in cataract formation. Keywords : Lutein, Zeaxhantine, Prevention, Cataract ABSTRAK Katarak merupakan salah satu penyakit degeneratif. Definisi katarak sendiri ialah suatu kondisi dimana terjadi kekeruhan pada lensa sehingga menurunnya fungsi penglihatan seseorang. World Health Organization (WHO) mengetimasikan jumlah orang dengan gangguan penglihatan di seluruh dunia pada tahun 2018 adalah 1,3 milyar orang dan katarak menempati posisi pertama sebagai penyebab kebutaan di dunia dengan prevalensi 51%. Hasil riset kesehatan dasar Indonesia pada tahun 2013 menyatakan bahwa katarak menempati posisi ketiga pada kelainan mata tertinggi di Indonesia (1,8%). Penyebab katarak yang merupakan penyakit degeneratif, antara lain idiopatik, penuaan, keturunan, kelainan pada mata, sindrom multisistem, kelainan metabolik, infeksi maternal, efek samping dari kortikosteroid atau paparan radiasi, dan akibat adanya trauma pada mata. Dari berbagai penyebab tersebut, stress oksidatif dijadikan sebagai mekanisme dasar terjadinya katarak. Menurut penelitian, stress oksidatif dapat dicegah dengan antioksidan. Lutein dan zeaxhantine merupakan satu-satunya carotenoid yang ditemukan pada lensa mata manusia. Keduanya memiliki kemampuan sebagai antioksidan kuat, menyaring dan menyerap cahaya gelombang pendek yang berpotensi merusak, serta mengurangi stress oksidatif. Struktur keduanya yang unik, dengan cincin ionone rantai poliena dan terkonjugasi, memungkinkannya untuk berkontribusi dalam beberapa jenis reaksi yang dapat menetralisir spesies oksigen reaktif. Hal ini mengindikasikan bahwa mereka mungkin memainkan peran protektif dalam pembentukan katarak. 1. Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

JURNAL FARMASI MALAHAYATI Vol 2 No 2, Agustus 2019 195 Kata kunci : Lutein, Zeaxantin, Pencegahan, Katarak PENDAHULUAN Katarak adalah keadaan dimana keruhnya lensa kristalin dalam mata yang dapat menurunkan fungsi penglihatan (Thompson and Lakhani, 2015). Kekeruhan lensa yang berkaitan dengan usia merupakan salah satu penyebab utama kebutaan. Penelitian mengatakan bahwa katarak kini telah berkorelasi dengan gangguan depresi dan secara singkat dapat menurunkan kualitas hidup penderitanya (Lee and Afshari, 2017). World Health Organization (WHO) mengetimasikan jumlah orang dengan gangguan penglihatan di seluruh dunia pada tahun 2018 adalah 1,3 milyar orang. Katarak merupakan penyebab gangguan penglihatan terbanyak kedua di seluruh dunia (33%) setelah gangguan refraksi yang tidak terkoreksi (42%). Namun, katarak menempati posisi pertama sebagai penyebab kebutaan di dunia dengan prevalensi 51% (WHO, 2014). Prevalensi katarak di Indonesia pada semua umur tahun 2013 adalah 1,8%. Perkiraan insiden katarak adalah 0,1% pertahun atau setiap tahun di antara 1.000 orang terdapat seorang penderita baru katarak. Penduduk Indonesia juga memiliki kecenderungan menderita katarak 15 tahun lebih cepat dibandingkan penduduk di daerah subtropis. Hasil riset pada tahun 2013 terdapat tiga kelainan mata tertinggi di Indonesia yaitu pterygium (8,3%), kekeruhan kornea (5,5%), dan katarak (1,8%) (Kementerian Kesehatan RI, 2013). Kataraktogenesis adalah proses multifaktorial (Liu et al., 2017). Etiologi katarak antara lain, idiopatik, keturunan, kelainan pada mata, sindrom multisistem, kelainan metabolik, infeksi maternal, efek samping dari kortikosteroid atau paparan radiasi, dan akibat adanya trauma pada mata. Diantara berbagai penyebab tersebut, stres oksidatif berperan penting dalam mekanisme molekuler pembentukan katarak (Ho et al., 2010). Saat ini, strategi pengobatan terbaik pada katarak melibatkan operasi katarak yang dikombinaskan dengan implantasi lensa. Namun, tindakan ini tidak terlepas dari berbagai komplikasi yang mungkin terjadi (Daien et al., 2015). Oleh karena itu, upaya untuk menghasilkan terapi alternatif lain untuk setidaknya mencegah atau menghambat terjadinya

196 JURNAL FARMASI MALAHAYATI Vol 2 No 2, Agustus 2019 katarak akan memiliki manfaat yang besar (Abdelkader, Alany and Pierscionek, 2015). Beberapa penelitian sebelumnya telah mengevaluasi faktor resiko yang berkaitan dengan terjadinya katarak, antara lain diabetes, merokok, paparan sinar matahari, body mass index, tingkat pendidikan, dan refraksi. Namun, banyak juga suplementasi yang telah diuji efektivitasnya pada katarak yang disebabkan oleh oksidan atau radikal bebas, antara lain vitamin C, vitamin E, dan β- karoten (Hobbs and Bernstein, 2014). Lutein dan zeaxantin merupakan jenis karotenoid yang ditemukan pada retina dan lensa mata manusia. Keduanya memiliki fungsi ganda di kedua jaringan untuk bertindak sebagai antioksidan kuat dan untuk menyaring energi tinggi cahaya biru (Biochemistry, 2005). Tujuan dari artikel ini adalah untuk menyajikan ringkasan tentang kegunaan lutein dan zeaxantin pada pencegahan katarak. ISI Katarak berasal dari bahasa Latin, yaitu cataracta yang berarti air terjun, dimana penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh yang dapat terjadi akibat adanya hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau terjadi akibat keduanya. Kekeruhan yang terjadi umumnya melibatkan kedua mata dan berjalan progresif ataupun dapat tidak mengalami perubahan dalam waktu yang lama (Ilyas and Yulianti, 2017). Katarak dicirikan oleh opasitas lensa yang dapat diakibatkan oleh paparan berlebihan terhadap cahaya yang menghasilkan oksigen reaktif spesies (ROS) yang mengarah ke peroksidasi membran lipid dan kristal protein lensa. Katarak dapat diklasifikasikan menjadi katarak terkait penuaan, katarak sekunder dan katarak terkait trauma (Thompson and Lakhani, 2015). Saat ini, katarak berhasil diobati dengan operasi pengangkatan lensa, diikuti dengan implantasi lensa buatan pada saat operasi. Prosedur pembedahan ini memberikan peningkatan yang sangat baik dalam ketajaman penglihatan pasien dan kualitas hidupnya. Namun, biaya perawatan yang tinggi dan komplikasi yang mungkin dapat terjadi pascaoperasi akan menantang ekonomi jangka panjang dan stabilitas sistem perawatan kesehatan. Dengan demikian, mengidentifikasi

JURNAL FARMASI MALAHAYATI Vol 2 No 2, Agustus 2019 197 faktor yang tersedia untuk mencegah atau menunda pengembangan katarak adalah strategi yang penting (Jia et al., 2017). Katarak kini telah menjadi masalah kesehatan yang terus berkembang yang menyebabkan penurunan pengihatan karena oksidasi struktur lensa (Liu et al., 2017). Oksidasi kumulatif protein dan lipid pada lensa dilaporkan banyak terlibat dalam proses patogenesis katarak, dan antioksidan dapat mencegah atau meminimalkan kerusakan oksidatif pada lensa (Zhang et al., 2012) (Selin et al., 2013). Pola konsumsi makanan yang tinggi antioksidan dilaporkan dapat menurunkan resiko terjadinya penyakit kronik. Karotenoid adalah salah satu jenis antioksidan yang dapat ditemukan pada makanan, khususnya pada buah dan sayur (Fiedor and Burda, 2014). Gambar 1. Struktur lutein dan zeaxantin (Ribaya-Mercado and Blumberg, 2004). Lutein dan zeaxantin adalah jenis xantofil, karotenoid yang teroksidasi, yang dilaporkan memiliki efek anti-inflamasi. Lutein dan zeaxantin adalah satu-satunya jenis karotenoid yang dapat ditemukan pada lensa mata manusia (Hobbs and Bernstein, 2014). Keduanya hanya didapatkan manusia dari makanan karena manusia tidak dapat menyintesis karotenoid sendiri dalam tubuh (Eroglu and Harrison, 2013). Banyak studi melaporkan bahwa lutein dapat menurunkan resiko kanker, meningkatkan kesehatan kardiovaskular, dan khususnya sangat berguna untuk kesehatan mata (Bjørklund and Chirumbolo, 2017). Pertimbangan teoritis dan beberapa studi observasional menyatakan bahwa karotenoid, khususnya lutein/zeaxantin, mungkin memainkan peran dalam pencegahan katarak. Keduanya memiliki kemampuan untuk menyaring dan menyerap cahaya gelombang pendek yang berpotensi merusak, serta mengurangi stress oksidatif. Struktur keduanya yang unik, dengan cincin ionone rantai poliena yang terkonjugasi memungkinkannya untuk berkontribusi dalam beberapa jenis reaksi yang dapat menetralisir spesies oksigen reaktif. Hal ini

198 JURNAL FARMASI MALAHAYATI Vol 2 No 2, Agustus 2019 mengindikasikan bahwa mereka mungkin memainkan peran protektif dalam pembentukan katarak (Fernández-Robredo et al., 2013). Beberapa penelitian telah mengamati bahwa lutein dan zeaxantin menghambat kaskade protein pro-inflamasi (Chung et al., 2017) dan faktor transkripsi NF-KB (T. Liu et al., 2017). Ada juga bukti kuat bahwa keduanya dapat mengurangi produksi spesies oksigen reaktif (ROS) dan aktivasi sistem komplemen (Tian et al., 2015). Melalui semua mekanisme ini, sangat mungkin bahwa lutein berperan penting mengatur jalur imun, memodulasi respons inflamasi, dan mengurangi kerusakan oksidatif. Percobaan lain telah dilakukan pada hewan dan secara invitro membuktikan bahwa lutein dan zeaxantin memiliki aktivitas antioksidan dan menunjukkan bahwa lutein mampu mencegah katarak dalam sel-sel lensa mata sapi dengan menghambat proliferasi dan migrasi sel-sel lensa, serta untuk mencegah kerusakan sel-sel lensa mata akibat ultraviolet (Hu and Xu, 2008). Banyak penelitian yang melaporkan bahwa pengonsumsian lutein juga baik melalui makanan ataupun suplemen memiliki efek yang baik pada kesehatan mata, terutama pencegahan katarak yang disebabkan stress oksidatif (Christen et al., 2008). Inkubasi sel epitel lensa manusia dengan lutein dan zeaxantin sebelum terpapar hidrogen peroksida atau radiasi cahaya ultraviolet-b (UVB) dapat melindungi sel lensa dari oksidasi protein, peroksidasi lipid, dan kerusakan DNA, dan juga menghasilkan peningkatan kadar glutation dalam menanggapi stres oksidatif (Gao et al., 2011). Penelitian observasional juga telah menemukan korelasi yang signifikan antara konsentrasi tinggi lutein plasma dan penurunan risiko perkembangan katarak (Karppi, Laukkanen and Kurl, 2012), serta adanya hubungan negatif antara jumlah asupan lutein harian dan risiko katarak, terutama katarak nuklear (Christen et al., 2008). Perbedaan dalam hubungan antara subtipe katarak dan serum lutein dan zeaxantin mungkin dikarenakan perbedaan patogenesis untuk setiap jenis katarak terkait penuaan (Ghaem et al., 2012). Dengan bertambahnya usia, penurunan persentase glutation pada nukleus lensa dapat terjadi, hal ini membuat nukleus lensa menjadi kurang mampu untuk melakukan perbaikan kerusakan

JURNAL FARMASI MALAHAYATI Vol 2 No 2, Agustus 2019 199 oksidatif (Beebe, Holekamp and Shui, 2010). Sebaliknya, tingkat glutation di korteks luar lensa tetap tinggi, bahkan dalam keadaan telah terjadinya katarak nuklear (Kui-Yi and Lou, 2010). Oleh karena itu, katarak nuklear mungkin lebih sensitif terhadap hubungan yang signifikan dengan serum lutein dan zeaxantin. Selain itu, Gale et al. telah menemukan bahwa risiko terjadinya katarak subkapsular posterior adalah yang paling rendah pada mereka yang memiliki lutein dengan konsentrasi yang lebih tinggi. Namun, katarak subkapsular posterior adalah tipe yang paling jarang terjadi di antara tiga jenis utama katarak terkait penuaan dan studi lebih lanjut diperlukan untuk mengonfirmasinya (Koo et al., 2013). Selain itu, Liu et al (2014) menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi lutein dan zeaxantin memiliki keterkaitan dengan berkurangnya risiko katarak nuklear. Banyak studi epidemiologi telah menyelidiki hubungan antara asupan makanan dan tingkat lutein dan zeaxantin darah dan risiko katarak terkait penuaan (Christen et al., 2008). Oleh karena itu, asupan makanan lutein dan zeaxantin juga memiliki keterkaitan dengan penurunan risiko katarak terkait penuaan, terutama katarak nuklear dengan cara respon dosis terhadap lutein dan zeaxantin menunjukkan efek menguntungkan dalam pencegahan katarak (Ma et al., 2014) (Jia et al., 2017). RINGKASAN Katarak adalah keadaan dimana berkurangnya fungsu penglihatan akibat lensa yang keruh yang dapat terjadi akibat adanya hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau terjadi akibat keduanya. Beberapa penelitian sebelumnya telah mengevaluasi faktor resiko yang berkaitan dengan terjadinya katarak, antara lain diabetes, merokok, paparan sinar matahari, body mass index, tingkat pendidikan, dan refraksi. Namun, banyak juga suplementasi yang telah diuji efektivitasnya pada katarak yang disebabkan oleh antioksidan atau radikal bebas, antara lain vitamin C, vitamin E, dan b-caroten. Oksidasi kumulatif protein dan lipid pada lensa dilaporkan banyak terlibat dalam proses patogenesis katarak, dan antioksidan dapat mencegah atau meminimalkan kerusakan oksidatif pada lensa. Lutein dan zeaxhantin merupakan jenis carotenoid yang memiliki aktivitas antioksidan kuat

200 JURNAL FARMASI MALAHAYATI Vol 2 No 2, Agustus 2019 yang memungkinkannya memainkan peran dalam pencegahan katarak. Keduanya hanya didapatkan manusia dari makanan karena lutein tidak dapat menyintesis karotenoid sendiri dalam tubuh. Lutein dan isomer struktural zeaxantin adalah satu-satunya karotenoid yang ditemukan di dalam lensa manusia. Keduanya memiliki kemampuan untuk menyaring dan menyerap cahaya gelombang pendek yang berpotensi merusak dan mengurangi stress oksidatif. Struktur keduanya yang unik, dengan cincin ionone rantai poliena dan terkonjugasi, memungkinkannya untuk berkontribusi dalam beberapa jenis reaksi yang dapat menetralisir spesies oksigen reaktif. Hal ini mengindikasikan bahwa mereka mungkin memainkan peran protektif dalam pembentukan katarak. KESIMPULAN Lutein dan zeaxantin adalah satu-satunya karotenoid yang ditemukan pada lensa mata dan bertindak sebagai antioksidan. Oleh karena itu, lutein dan zeaxhantin memiliki efek protektif dan dapat mencegah perkembangan katarak yang disebabkan oleh oksidasi kumulatif lipid dan protein lensa mata. DAFTAR PUSTAKA Abdelkader, H., Alany, R. G. and Pierscionek, B. (2015). Age- Related Cataract And Drug Therapy: Opportunities And Challenges For Topical Antioxidant Delivery To The Lens. Journal of Pharmacy and Pharmacology 67(4):537 550. Beebe, D. C., Holekamp, N. M. and Shui, Y. B. (2010). Oxidative Damage And The Prevention Of Age-Related Cataracts. Ophthalmic Research. 44(3): 155 165. Biochemistry, I. (2005). Lutein and zeaxanthin. Alternative Medicine Review. 10(2):128 135. Bjørklund, G. and Chirumbolo, S. (2017). Role Of Oxidative Stress And Antioxidants In Daily Nutrition And Human Health. Nutrition. 33: 311 321. Christen, W. G. et al. (2008). A Prospective Study Of Dietary Carotenoids, Vitamins C And E, And Risk Of Cataract In Women. Arch Ophthalmol. 126(1):102 109. Chung, R. W. S. et al. (2017). Lutein Exerts Anti- Inflammatory Effects In Patients With Coronary Artery Disease. Atherosclerosis. 262:87 93. Daien, V. et al. (2015). Incidence, Risk Factors, and Impact of Age on Retinal Detachment after Cataract Surgery in France: A National Population Study. Ophthalmology.

JURNAL FARMASI MALAHAYATI Vol 2 No 2, Agustus 2019 201 Elsevier Inc, 122(11):2179 2185. Eroglu, A. and Harrison, E. H. (2013). Carotenoid Metabolism In Mammals, Including Man: Formation, Occurrence, And Function Of Apocarotenoids. Journal of Lipid Research, 54(7):1719 1730. Fernández-Robredo, P. et al. (2013). Effect Of Lutein And Antioxidant Supplementation On VEGF Expression, MMP-2 Activity, And Ultrastructural Alterations In Apolipoprotein E-Deficient Mouse. Oxidative Medicine and Cellular Longevity. Fiedor, J. and Burda, K. (2014). Potential Role Of Carotenoids As Antioxidants In Human Health And Disease. Nutrients. 6(2):466 488. Gale, C. R. et al. (2001). Plasma Antioxidant Vitamins And Carotenoids And Age-Related Cataract. Ophthalmology. 108(11):1992 1998. Gao, S. et al. (2011). Lutein And Zeaxanthin Supplementation Reduces H2O2-Induced Oxidative Damage In Human Lens Epithelial Cells. Molecular Vision. 17:3180 3190. Ghaem, M. H. et al. (2012). Metabolic Syndrome And Risk Of Age-Related Cataract Over Time: An Analysis Of Interval- Censored Data Using A Random-Effects Modle. Ophthalmol. V. Sci. 54:641 646. Ho, M. C. et al. (2010). Senile Cataracts And Oxidative Stress. Journal of Clinical Gerontology and Geriatrics. Elsevier Taiwan LLC. 1(1):17 21. Hobbs, R. P. and Bernstein, P. S. (2014). Nutrient Supplementation For Age- Related Macular Degeneration, Cataract, And Dry Eye. Journal of Ophthalmic and Vision Research. 9(4):487 493. Hu, Y. and Xu, Z. J. (2008). Effects Of Lutein On The Growth And Migration Of Bovine Lens Epithelial Cells In Vitro. Huazhong Univ. Sci. Technol. Med. Sci. 28:360 363. Ilyas, S. and Yulianti, S. R. (2017). Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jia, Y. P. et al. (2017). The Pharmacological Effects Of Lutein And Zeaxanthin On Visual Disorders And Cognition Diseases. Molecules. 22(4):1 22. Karppi, J., Laukkanen, J. A. and Kurl, S. (2012). Plasma Lutein And Zeaxanthin And The Risk Of Age-Related Nuclear Cataract Among The Elderly Finnish Population. Br. J. Nutr. 108:148 154. Kementerian Kesehatan RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. Koo, E. et al. (2013). Ten-Year Incidence Rates Of Age- Related Cataract In The Age- Related Eye Disease Study (AREDS): AREDS Report No. 33. Ophthalmic Epidemiology. 20(2):71 81. Kui-Yi, X. and Lou, M. F. (2010). Effect Of Age On The Thioltransferase (Glutaredoxin) And

202 JURNAL FARMASI MALAHAYATI Vol 2 No 2, Agustus 2019 Thioredoxin Systems In The Human Lens. Investigative Ophthalmology and Visual Science. 51(12):6598 6604. Lee, C. M. and Afshari, N. A. (2017). The Global State Of Cataract Blindness. Current Opinion in Ophthalmology. 28(1):98 103. Liu, T. et al. (2017). Lutein Protects Against Β-Amyloid Peptide- Induced Oxidative Stress In Cerebrovascular Endothelial Cells Through Modulation Of Nrf-2 And NF-Κb. Biol.Toxicol. 33:57 67. Liu, X. H. et al. (2014). Association Between Lutein And Zeaxanthin Status And The Risk Of Cataract: A Meta- Analysis. Nutrients. 6(1):452 465. Liu, Y.C. et al. (2017). Seminar Cataract. The Lancet. 390:600 612. Ma, L. et al. (2014). A Dose- Response Meta-Analysis Of Dietary Lutein And Zeaxanthin Intake In Relation To Risk Of Age-Related Cataract. Graefe s Archive for Clinical and Experimental Ophthalmology. 252(1):63 70. Selin, J. Z. et al. (2013). High-Dose Supplements Of Vitamins C And E, Low-Dose Multivitamins, And The Risk Of Age-Related Cataract: A Population-Based Prospective Cohort Study Of Men. Am. J. Epidemiol. 177:548 555. Thompson, J. and Lakhani, N. (2015). Cataracts. Primary Care: Clinics in Office Practice. 42(3):409 423. Tian, Y. et al. (2015). Lutein Supplementation Leads To Decreased Soluble Complement Membrane Attack Complex Sc5b-9 Plasma Levels. Acta Ophthalmology. 93:141 145. WHO. (2014). Priority Eye Disease. Available at: https://www.who.int/blindnes s/causes/priority/en/index1.ht ml Zhang, J. et al. (2012). Ultraviolet Radiation-Induced Cataract In Mice: The Effect Of Age And The Potential Biochemical Mechanism. Investigative Ophthalmology and Visual Science. 53(11):7276 7285. Reddy, A. K., Liss, E. and Shildkrot, E. Y. (2016). Bilateral Iris Prolapse Secondary To Eye Rubbing Following Cataract Surgery. JAMA Ophthalmology. 134(1):22908. Ribaya-Mercado, J. D. and Blumberg, J. B. (2004). Lutein and Zeaxanthin and Their Potential Roles in Disease Prevention. Journal of the American College of Nutrition. 23(6):567S 587S.