FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA HARI RAWAT ANAK POST APPENDICTOMY

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Laparotomi merupakan salah satu prosedur pembedahan mayor dengan cara melakukan

Hubungan Antara Index Masa Tubuh (Imt) Dan Kadar Hemoglobin Dengan Proses Penyembuhan Luka Post Operasi Laparatomi

BAB 1 PENDAHULUAN. kesuksesan operasi dan penyembuhan luka. Penyembuhan luka operasi sangat

BAB I PENDAHULUAN. Luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan karena adanya cedera

BAB 1 PENDAHULUAN. Sectio Caesaria (SC), dimana SC didefinisikan sebagai proses lahirnya janin

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENYEMBUHAN LUKA POST OPERASI LAPARATOMI DI RUANG RAWAT INAP RSUD TUGUREJO SEMARANG

Oleh : Fery Lusviana Widiany

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Wongkaditi Timur Kecamatan Kota Utara Gorontalo Provinsi Gorontalo, Terletak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, penyakit ini dapat mengenai semua umur baik laki-laki maupun

BAB I PENDAHULUAN. perut kuadran kanan bawah (Smeltzer, 2002). Di Indonesia apendisitis merupakan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan fisiologis tubuh dan mempengaruhi organ tubuh lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. macam aspek, diantaranya pertolongan persalinan yang salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. inap di rumah sakit. Pada penelitian Kusumayanti dkk (2004) di tiga Rumah

BAB III METODE PENELITIAN. angka kejadian tindakan secsio caesarea, tempat, dan waktu dilaksanakannya

II. METODE PENELITIAN

Yoana Widyasari STIKES NU Tuban Prodi DIII Kebidanan ABSTRAK. χ tabel (3,95 > 3,481) yang berarti H0 ditolak.

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG LATIHAN RANGE OF MOTION (ROM) TERHADAP KETERAMPILAN KELUARGA DALAM MELAKUKAN ROM PADA PASIEN STROKE

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Mencapai derajat sarjana S-1. Diajukan Oleh : NURHIDAYAH J FAKULTAS KEDOKTERAN

BAB I PENDAHULUAN. dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental. Tingkat. lampau, bahkan jauh sebelum masa itu (Budiyanto, 2002).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi

BAB I PENDAHULUAN. hemoragik di Jawa Tengah adalah 0,03%. Sedangkan untuk stroke non

BAB I PENDAHULUAN. cacing (appendiks). Infeksi ini bisa terjadi nanah (pus) (Arisandi,2008).

KARYA TULIS ILMIAH PERAN PERAWAT DALAM EDUKASI TENTANG NUTRISI PASIEN POST OPERASI. Di Ruang Flamboyan Rumah Sakit Umum Daerah Dr.

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan operasi merupakan pengalaman yang sulit bagi sebagian pasien

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI LAPARATOMI SAAT PERAWATAN LUKA DI RSUD MAJALENGKA TAHUN 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES PENYEMBUHAN LUKA PADA PASIEN POST OPERASI SEKSIO CESAREA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Keperawatan pasca operasi merupakan periode akhir dari keperawatan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang No. 36 tahun 2014 bahwa kesehatan. harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan tindakan pembedahan. Beberapa penelitian di negara-negara industri

BAB 1 PENDAHULUAN. setelah pembedahan tergantung pada jenis pembedahan dan jenis. dilupakan, padahal pasien memerlukan penambahan kalori akibat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. macam keluhan penyakit, berbagai tindakan telah dilakukan, mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. atrofi otot karena kurang bergerak. Atrofi (penyusutan) otot menyebabkan otot

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 7, No. 1, Februari 2011

BAB 1 PENDAHULUAN. di negara berkembang. Di negara miskin, sekitar 25-50% kematian wanita subur

RENDAHNYA PERAN PERAWAT DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI PADA PASIEN LOW NURSE S ROLE IN MEETING THE NEEDS OF NUTRITION TO PATIENTS ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. panggul atau ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo

BAB 1 PENDAHULUAN. Sectio Caesarea adalah suatu tindakan untuk melahirkan dengan berat

tahun 2004 diperkirakan jumlah tindakan pembedahan sekitar 234 juta per tahun (Weiser, et al,

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah persalinan sectio caesarea. Persalinan sectio caesarea adalah melahirkan janin

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN PROSEDUR TETAP (PROTAP) PERAWATAN LUKA OPERASI DI BLUD RSU CUT NYAK DHIEN MEULABOH TAHUN 2015

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini masalah kegemukan ( overweight) merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. dan sangat susah ditanggulangi, sebagian besar berakhir dengan kematian

Lembar Persetujuan Menjadi Peserta Penelitian

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI TERHADAP PROSES PENYEMBUHAN LUKA POST SECTIO CAESARIA DI RUANG DEWI KUNTI RSUD KOTA SEMARANG

Wacana Kesehatan Vol.1, No.1,Juli 2017 HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN PENINGKATAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN PRAOPERASI ELEKTIF DIRUANG BEDAH

BAB I PENDAHULUAN. dengan penutupan dan penjahitan luka (Syamsuhidajat, 2011). dibagian perut mana saja (Dorland, 1994 dalam Surono, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. 2006). Infeksi bakteri sebagai salah satu pencetus apendisitis dan berbagai hal

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi penyakit multisistemik yang disebabkan oleh kuman Salmonella

HUBUNGAN SUPERVISI DENGAN PENDOKUMENTASIAN BERBASIS KOMPUTER YANG DIPERSEPSIKAN PERAWAT PELAKSANA DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD BANYUMAS JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Albumin merupakan protein terbanyak dalam plasma, sekitar 60% dari total

PENGARUH TERAPI BERCERITA TERHADAP SKALA NYERI ANAK USIA PRASEKOLAH (3-6 TAHUN) SELAMA TINDAKAN PENGAMBILAN DARAH VENA DI RSUD TUGUREJO SEMARANG

THE RELATIONSHIP OF FOOD CONSUMPTION TOWARDS STAY LENGTH AND PATIENT NUTRITIONAL STATUS BY RICE DIET IN PKU MIHAMMADIYAH HOSPITAL OF YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. tindakan perbaikan kemudian akan diakhiri dengan penutupan dengan cara. penjahitan luka (Sjamsuhidajat & De Jong, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah

SATUAN ACARA PENYULUHAN DETEKSI DINI PADA CA MAMAE

HUBUNGAN POLA MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

MOBILISASI DINI BERHUBUNGAN DENGAN PENINGKATAN KESEMBUHAN LUKA PADA PASIEN POST OPERASI SECTIO CAESARIA

Efektivitas Pengobatan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering Pada Luka Kaki Penggunaan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian kuantitatif. Menggunakan desain penelitian observasional dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sectio Caesarea (SC) terus meningkat di seluruh dunia, khususnya di

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

GAMBARAN PELAKSANAAN PERAWATAN LUKA POST OPERASI SECTIO CAESAREA (SC) DAN KEJADIAN INFEKSI DI RUANG MAWAR I RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

Sartono, SKM, M.Kes, Terati, SKM, M.Si, Yunita Nazarena, S.Gz Dosen Jurusan Gizi Poltekkes Palembang Kemenkes RI. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Nursing error sering dihubungkan dengan infeksi nosokomial, salah

KEPATUHAN PERAWATAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2

BAB 1 PENDAHULUAN. penunjang medik yang merupakan sub sistem dalam sistem pelayanan. mempunyai peranan penting dalam mempercepat tercapainya tingkat

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dalam pelayanan kesehatan. Persalinan merupakan suatu proses pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. UU R.I Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, Pasal 62 tentang. peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit menyatakan bahwa

HUBUNGAN JARAK KELAHIRAN DAN JUMLAH BALITA DENGAN STATUS GIZI DI RW 07 WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIJERAH KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. kulit agar senantiasa terjaga dan utuh adalah salah satu aspek penting di

Indeks Masa Tubuh terhadap Penyembuhan Luka Perineum Ibu Nifas

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Wongkaditi, Kecamatan Kota Utara, Kota Gorontalo. Rumah Sakit ini

BAB I PENDAHULUAN. iritasi dan akan berkembang menjadi luka tekan atau dekubitus (Sumardino, Dekubitus merupakan masalah yang serius karena dapat

BAB III METODE PENELITIAN. observasional, dimana teknik observasi ini adalah cara pengumpulan data yang

BAB I PENDAHULUAN. oksigen (O2). Yang termasuk relaksan otot adalah oksida nitrat dan siklopropane.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PREOPERATIVE DI RS MITRA HUSADA PRINGSEWU

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

MOBILISASI DINI TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA PADA IBU POST SECTIO CAESAREA DI RUANG NIFAS RSUD DOKTER SOEDARSO PONTIANAK

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 6, No. 2 Juni 2010

OBSERVASI PERAWATAN TALI PUSAT TERHADAP WAKTU PENGERINGAN DAN PELEPASAN TALI PUSAT DI RUANG RSUP DR. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan merupakan kejadian fisiologi yang normal dialami oleh

BAB I PENDAHULUAN. makronutrien maupun mikronutrien yang dibutuhkan tubuh dan bila tidak

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. dari segala proses dan upaya yang selama ini dilakukan agar semuanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V HASIL PENELITIAN

SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP LAMANYA PERAWATAN PADA PASIEN PASCA OPERASI LAPARATOMI DI INSTALASI RAWAT INAP BRSU TABANAN

Hubungan Karakteristik Ibu Pasca Sectio Caesarea Terhadap Pelaksanaan Mobilisasi Dini di Rumah Bersalin dan Perawatan Anak Mutia Banjarbaru Tahun 2012

HUBUNGAN FREKUENSI HOSPITALISASI ANAK DENGAN KEMAMPUAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK PRE SCHOOL PENDERITA LEUKEMIA DI RSUD Dr.

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya

Kekurangan volume cairan b.d kehilangan gaster berlebihan, diare dan penurunan masukan

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah

BAB I. Pendahuluan. cenderung menjadi salah satu penyebab utama kematian. Kanker adalah suatu

Transkripsi:

Indonesian Journal for Health Sciences Vol. 3, No. 2, September 2019, Hal. 78-87 ISSN 2549-2721 (Print), ISSN 2549-2748 (Online) 78 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA HARI RAWAT ANAK POST APPENDICTOMY Suci Nurjanah 1, Rohadi Hariyanto 2, Anita Apriliawati 3 1,2,3 Program Studi Magister Keperawatan, Universitas Muhammadiyah Jakarta Kata Kunci: Lama Hari Rawat, Appendictomy, Perawatan Luka Pasca Operasi Penulis Korespondensi: Suci Nurjanah Program Studi Magister Keperawatan, Universitas Muhammadiyah Jakarta Email: suci88.sn@gmail.com ABSTRAK Abstract: Factors that affect post-operative wound healing process are diseases of companion or history of disease, drugs and child nutritional consume, wound care, child nutrition Intake post operations and mobilization. This research aims to know the factors related to long day care on children with Post appendictomy in An-nisa and Gambiran Hospital. The research design used in the study of analytical observations by using the approach of cross sectional. In this study using a total sampling technique with the number of respondents was 34 people. This study analyzed are univriate, bivariate and multivariat. This study result are related wound care p value=0,000, nutrition intake p value=0,038 and mobilization p value=0,030 with length of Stay on children with post appendictomy. it is suggested that the nurse to improve the standard of nursing service are wound care, education about nutrition and mobilization more optimal in order to speed up the process of wound healing and the length of child care day is not elongated. Abstrak: Faktor yang mempengaruhi proses penyembuhan luka pasca operasi meliputi Penyakit penyerta atau riwayat penyakit, obat-obatan yang dikomsusmsi anak dan status gizi, perawatan luka, intake nutrisi anak post operasi dan mobilisasi. Penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui faktorfaktor yang berhubungan dengan lama hari rawat anak Post Appendictomy di Rumah Sakit An-nisa dan Rumah Sakit Gambiran. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Observasi Analitik dengan mengunakan pendekatan Cross sectional. Pada penelitian ini mengunakan tehnik total sampling dengan jumlah responden 34 orang. Hasil penelitian analisis multivariat ini menunjukan bahwa ada hubungan perawatan luka P value =0,000, intake nutrisi P value =0,038 dan mobilisasi P value =0,030 dengan lama hari rawat anak post appendictomy. Dari hasil tersebut disarankan agar perawat meningkatkan standar pelayanan keperawatan tentang perawatan luka, edukasi nutrisi pasca operasi dan edukasi mobilisasi dan melakukan mobilisasi pasif pada pasien anak untuk membantu proses penyembuhan luka sehingga lama hari rawat tidak memanjang. Copyright 2019. Indonesian Journal for Health Sciences, http://journal.umpo.ac.id/index.php/ijhs/, All rightsreserved Cara Mengutip: Nurjanah, Suci, dkk. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Lama Hari Rawat Anak Post Appendictomy. J. Heal. Sci., vol. 3, no. 2, pp. 78-87, 2019. journal.umpo.ac.id/index.php/ijhs

PENDAHULUAN Anak merupakan individu yang berada dalam rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Pada rentang tumbuh kembang tersebut anak dihadapkan dengan masalah kesehatan (Wong, 2009). Masalah kesehatan seperti penyakit non traumatik yang paling sering dijumpai dan memerlukan pembedahan abdomen segera pada anak dan remaja adalah appendicitis (Nelson, 2013). Appendicitis merupakan keadaan yang paling sering memerlukan tindakan pembedahan pada usia kanakkanak. Meskipun jarang dijumpai pada anak-anak berusia dibawah 2 tahun, appendicitis sering disertai dengan komplikasi dan kematian. Insiden appendicitis meningkat dalam kelompok usia diatas 2 tahun (Wong, 2009). Insiden Appendicitis dari tahun ketahun mengalami peningkatan terutama di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Dilaporkan bahwa sekitar 20% dari seluruh penduduk Indonesia mengalami appendicitis. Pada pediatrik insiden appendicitis meningkat 1-2 kasus per 10.000 anak sampai umur 4 tahun dan 25 kasus per 10.000 anak pertahun untuk umur anatara 10-17 tahun (Svensson, 2015). Pada studi pendahuluan di rumah sakit An-nisa Tanggerang pada priode September hingga Desember 2016 didapatkan 49 anak dengan terdiagnosa Appendicitis. Dampak dari hospitalisasi bagi anak adalah perpisahan dengan anggota keluarga, kehilangan kontrol dan otonomi karena prosedur pengobatan, kehilangan aktivitas yang menunjang perkembangan, kehilangan waktu bermain dan kecemasan pada anak terhadap prosedur pengobatan di Rumah Sakit (Hocken berry & Wilson, 2014). Faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka pasca ada dua yaitu kondisi anak dan peran perawat. Faktor kondisi anak meliputi obatobatan, riwayatpenyakit atau penyakit penyerta, status gizi, kemudian faktor peran perawat meliputi perawatan luka, mobilisasi, infeksi luka, dan intake nutrisi (Potter and Perry, 2010). Berdasarkan fenomena yang ditemui peneliti ketika melakukan praktek aplikasi peminatan bedah anak didapatkan bahwa dari ke 4 pasien yang didiagnosa appendic-itis dan dilakukan tindakan Appendictomy, 2 anak lama hari rawat setelah post operasi lebih dari 3 hari. Lama hari rawat bisa berhubungan dengan kondisi anak yang memiliki penyakit penyerta, mengkomsumsi obat-obatan dan status gizi anak kurang baik dan peran perawat dalam merawat pasien post operasi. Lama jumlah hari rawat anak post appendictomy menimbulkan dampak terhadap fisiologis anak dan psikologis orang tua serta dampak materil, sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang faktorfaktor yang berhubungan dengan lama rawat anak post appendictomy. METODELOGI Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini Observasi Analitik dengan mengunakan pendekatan Cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua anak yang menjalani operasi appendictomy di Rumah Sakit An-Nisa dan Rumah Sakit Gambiran. Sample dalam penelitian ini adalah 34 sample dengan tehnik pengambilan sample Total Sampling dengan memilih responden berdasarkan kriteria inklusi yakni anak dengan appendicitis, anak yang dilakukan operasi appenditomy, anak yang di rawat di rumah sakit, anak 79

dan orang tua bersedia menjadi responden dan anak menjalani perawatan post appendictomy dan sedangkan untuk kriteria eksklusi yaitu anak dengan appendic perforasi dan anak dan orang tua menolak menjadi responden. HASIL PENELITIAN Univariat Tabel 1. Data Demografi Variable Katogori Frekuensi Presentasi Usia < 10 10 21 13 61,8 38,2 Jenis kelamin Laki Laki 19 15 55,9 44,1 Jaminan Kesehatan Ruang Kelas Perawatan Perempuan BPJS NON BPJS Kelas 1 Kelas 2 & 3 25 9 20 14 73,5 26,5 58,8 41,2 Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa sebagian besar anak yang menjalani operasi appendictomy usia <10 tahun sebesar 61,8%. Sebagian besar responden yang menjalani operasi appendictomy berjenis kelamin laki-laki sebesar 38,2%. Hampir seluruhnya responden yang menjalani operasi appendictomy mengunakan jaminan BPJS sebesar 73,5%. Sebagian besar responden yang menjalani operasi appendictomy di rawat di ruang kelas 1 sebesar 58,8%. Tabel 2. Rata-Rata Lama Hari Rawat Variable Mean Std deviasi Min- Max Lama hari rawat 3,29 0,524 2-4 Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa rata-rata lama hari rawat anak post appendictomy adalah 3,29 hari dengan standar deviasi 0,524. Bivariat 1. Hubungan kondisi anak (riwayat penyakit, obat-obatan dan status gizi) terhadap lama rawat Tabel 3. Rata-Rata Kondisi Anak Lama hari rawat Variabel Mean Std Deviasi Riwayat penyakit/penyakit penyerta Tidak Ya Obat-obatan Tidak Ya Status gizi Kurang Baik Normal 3,34 3,06 3,28 3,40 3,71 3,00 3,56 0,484 0,707 0,455 0,894 0,488 0,343 0,524 P- value 0,178 0,775 0,001 Rata rata lama hari rawat pada anak yang tidak memiliki riwayat penyakit atau penyakit penyerta adalah 3,34 hari. Hasil uji statistik didapatkan nilai p=0,178 berarti alpha > 0,05. Analisis tersebut juga menjelaskan bahwa tidak ada hubungan antara riwayat penyakit dengan lama hari rawat. Rata rata lama hari rawat anak yang tidak memgkomsumsi obat obatan adalah 3,28 hari. Hasil uji statistik didapatkan nilai p=0,632. Analisis tersebut juga menjelaskan tidak ada hubungan antara obat-obatan yang dikomsumsi anak dengan lama hari rawat. 80

Rata rata lama hari rawat pada anak yang berstatus gizi kurang adalah 3,71 hari dengan stadar deviasi 0,488 hari. Pada anak yang bersatus gizi baik rata rata lama hari rawat nya adalah 3,00 hari dengan standar deviasi 0,343 hari. Pada anak yang berstatus gizi lebih rata rata hari rawat adalah 3,56 hari dengan stadar deviasi 0,527 hari. Hasil uji statistik dapat di nilai p = 0,001, berarti pada alpha < 0,05. Analisis tersebut juga dapat menjelaskan bahwa ada hubungan antara status gizi dengan lama hari rawat, dengan demikian ada kecenderungan anak dengan status gizi kurang dan gizi lebih maka lama hari rawat memanjang. 2. Hubungan peran perawat (perawatan luka, intake nutrisi dan mobiliasi) dengan lama hari rawat. Variable Tabel 4. Rata Rata Peran Perawat Perawatan luka Steril 3,22 Tidak steril 4,00 Intake nutrisi Makaan Habis Tidak habis Mobilisasi Aktif Pasif Mean Std dev 3,11 3,50 3,14 3,54 0,508 0,000 0,323 0,632 0,478 0,519 Std P error value 0,090 0,000 0,076 0,158 0,104 0,144 0,000 0,038 0,030 Rata rata lama hari rawat anak yang dilakukan perawatan luka steril adalah 3,22 hari dengan standar deviasi 0,508 hari, sedangkan lama hari rawat anak dengan dilakukan perawatan luka tidak steril adalah 4,00 hari dengan standar deviasi 0,000 hari. Hasil uji statistik didapatkan nilai p=0,048, berarti alpha <0,05. Analisis tersebut juga menjelaskan ada hubungan antara perawatan luka dengan lama hari rawat. Perawatan luka yang tidak steril cenderung memper-panjang lama hari rawat. Rata rata lama hari rawat anak yang intake nutrisi selama di rumah sakit habis adalah 3,11 hari dengan standar deviasi 0,323 hari, sedangkan lama hari rawat anak yang intake nutrisi selama di rumah sakit tidak habis adalah 3,50 hari dengan standar deviasi 0,632. Hasil uji statistik didapatkan nilai p=0,028 berarti alpha <0,05. Analisis tersebut juga menjelaskan ada hubungan antara intake nutrisi selama anak di rumah sakit dengan lama hari rawat. Anak yang menghabiskan makanan ada kecenderungan lama hari rawat tidak memanjang. Rata rata lama hari rawat anak dengan mobilisai aktif adalah 3,14 hari dengan standar deviasi 0,478 hari, sedangkan lama hari rawat anak dengan mobilisasi pasif adalah 3,54 hari dengan standar deviasi 0,519. Hasil uji statistik didapatkan nilai p=0,030. Analisis tersebut juga menjelaskan ada hubungan antara mobisasi dengan lama hari rawat. Anak yang melakukan mobilisasi pasif ada kecenderungan lama hari rawat memanjang. Analisis Multivariat Tabel 5. Model Akhir Multivariat Variable B Std error Perawatan luka Intake nutrisi Coef P value 0,703 0,328 0,320 0,041 0,317 0,159 0,307 0,055 Mobilisasi 0,301 0,163 0,283 0,075 Tabel di atas menjelaskan model terakhir dari pemodelan multivariat. Variabel dominan yang berhubungan denganlama hari rawat anak post 81

appendictomy adalah rawat luka, inatke nutrisi dan mobilisasi. PEMBAHASAN a. Hubungan riwayat penyakit atau penyakit penyerta dengan lama hari rawat Penyakit penyerta yang paling sering terjadi adalah penyakit gula, kondisi hiperglikemia menjadi faktor lain menghambat. Pada penelitian ini penyakit penyerta atau riwayat penyakit yang di temui tidak termasuk penyakit gula atau diabetes dan penyakit jantung sehingga menyebabkan terjadinya perbedaan hasil penelitian (Irma, 2013). Pada penelitian ini riwayat penyakit atau peyakit penyerta tidak berhubungan dengan lama hari rawat anak post appendictomy.pada penelitian ini riwayat penyakit atau penyakit penyerta yang ditemukan adalah penyakit asma, secara teori penyakit asma tidak berhubungan langsunng dengan penyembuhan luka. b. Hubungan obat-obatan dengan lama hari rawat Menurut Kristian anderson (2012) obat-obatan yang mempengaruhi proses penenyembuhan luka adalah Non- Steroidal Anti-Inflamantory Drug (NSAIDs) dan Steroids. NSAIDs terbukti memiliki efek depresan pada penyembuhan luka sekaligus mengurangi reaksi inflamasi granulasi sedangkan dampak negatif dari pengunaan steroid pada proses penyembuhan luka adalah menghambat fase kontriksi dan memperkuat fase dilatasi. Penelitian ini menemukan responden yang mengkomsumsi obatobatan sebanyak 5 responden yaitu golongan anti inflamasi yaitu 3 orang dan 2 respnden lainnya tidak menyebutkan nama obat yang di konsumsi. Uji bivariat ditemukan tidak ada perbedaan yang signifikan rata-rata lama hari rawat responden dengan mengkomsumsi obat-obatan dan tidak mengkomsumsi obat-obatan. Hal tersebut kemungkinan disebabkan karena yang mengkomsumsi obat-obatan sedikit sehingga hasil uji ststistik tidak menunjukan hasil hubungan yang bermakna. c. Hubungan status gizi dengan lama hari rawat Berat badan adalah parameter pertumbuhan yang paling pengukurannya sederhana, mudah dilakukan serta merupa-kan indeks untuk status nutrisi sesaat. Status gizi dapat dilihat dari hasil indeks massa tubuh yang diketahui berdasarkan perbandingan antara berat badan dan anak. Status gizi sangat penting untuk proses penyembuhan luka pasca operasi, hal ini telah diketahui bahwa status gizi yang buruk akan memperlambat penyembuhan luka akibat kekurangan vitamin, mineral, protein dan zat-zat lain yang diperlukan dalam proses penyembuhan luka. Hasil bivariat penelitian didapatkan terdapat hubungan satatus gizi dengan lama hari rawat anak, dimana status gizi baik akan mempercepat proses penyembuhan luka dan memperpendek lama rawat. Penelitian ini sejalan dengan Kurnia (2014) terdapat hubungan antara status gizi dengan proses penyembuhan luka. Pada penelitian Susetyowati dkk (2010) juga menyatakan ada pengaruh status gizi pasien bedah mayor preoperasi berdasarkan indikator NRI (Nutritional risk Index) terhadap lama rawat inap pascaoperasi. Status gizi yang buruk mempengaruhi sistim kekebalan tubuh yang memberikan perlindungan terhadap penyakit infeksi seperti sekretori imuno globin (IgA) yang dapat memberikan kekebalan permukaan memberan mukosa, gangguan sistim 82

fagositosis, gangguan pembentukan kekebalan humoral tertentu, berkurangnya sebagian komplemen dan berkurangnya thymus sel (Hidayat, 2011). Malnutrisi merusak proses penyembuhan luka, malnutrisi harusdi indentifikasi sejak dini dengan menggunakan alat screnning gizi. Jika dibutuhkan pasien harus dikonsulkan pada ahli gizi dan mendapatkan rencana perawatan gizi. Nutrisi yang optimal merupakan kunci dalam fase penyembuhan luka (Rabbes, 2015) Menurut Roupakias & mitsakou (2012), komplikasi pasca operasi pada pasien dengan obesitas dapat terjadi karena terdapat peningkatan jaringan adiposa subkutan yang akan menjadi jaringan mati, anak dengan gizi lebih atau obesitas akan cenderung rentan terserang infeksi, infeksi pada luka post operasi akan menyebabkan lama hari rawat anak post appendictomy. Selain itu pasien obesitas sering sulit dirawat karena tambahan berat badan, pasien bernafas tidak optimal saat berbaring miring sehingga mudah mengalami hipoventilasi dan komplikasi pulmonal pasca operasi (Perry & Potter, 2010). d. Hubungan perawatan luka dengan lama hari rawat Perawatan luka adalah pengkajian luka secara komprehensif agar dapat menentukan keputusan klinis sesui dengan kebutuhan pasien. Peningkatan pengetahu-an klinis diperlukan untuk menunjang perawatan luka yang berkualitas (Agustina 2009). Prosedur penggantian balut luka adalah prosedur perawatan luka dengan mengganti balutan yang telah kotor atau sudah waktunya untuk diganti yang baru. Tindakan di atas bertujuan mencegah infeksi, mempercepat penyembuhan dan memberikan rasa nyaman pada pasien, hal ini sesuai teori comfort Kolcaba. Semakin baik perawatan luka dilakukan maka proses penyembuhan luka semakin cepat. Penderita pasca operasi secara rutin dilakukan perawatan luka post operasi dan diganti balutannya di bangsal. Setelah perawat cuci tangan dan memakai proteksi diri, kasa balut luka harus disemprot dulu dengan alkohol 70% untuk meminimalkan resiko penularan infeksi. Balutan dibuka dengan peralatan yang steril secara perlahan, kemudian luka dibersihkan, termasuk bekas darah yang baik untuk pertumbuhan kuman. Penutupan tetap sesuai dengan persyaratan aseptic (Perry & Potter, 2010) Pada penelitian didapatkah hasil bahwa perawatan luka berhubungan dengan lama hari rawat anak, dimana jika perawatan tidak steril maka lama hari rawat anak akan memanjang. Hal ini sejalan dengan penelitian dengan Farista (2015) bahwa ada pengaruh tindakan perawatan luka terhadap cepatnya penyembuhan luka. Sedangkan penelitian Sandi (2015) mengungkapkan ada hubung-an signifikan antara tehnik perawatan luka dengan Infeksi Luka operasi. Tindakan perawatan luka harus dilakukan dengan tehnik steril sesuai dengan standar operasional prosedur, dalam kenyataanya peneliti menemukan bahwa ada 2 dua perawatan luka yang dilakukan tidak steril. Perawatan luka yang tidak steril atau satu instrumen digunakan untuk dua atau tiga pasien akan menyebabkan kontaminasi luka pada pasien satu dengan pasien yang lain. Peranan perawat dalam perawatan luka merupakan ujung tombak di ruang perawatan anak dengan pasca operasi maka perawatan luka dengan prinsip steril dan sesuai prosedur rumah sakit akan membantu proses penyembuhan luka dan memperpendek lama hari rawat anak post appendictomy. 83

e. Hubungan intake nutrisi dengan lama hari rawat Intake nutrisi memiliki pengaruh lebih besar terhadap lama rawat anak. Berdasarkan teori yang dikemukankan oleh Potter (2010) penyembuhan luka secara normal memerlukan nutrisi yang tepat, karena proses fisiologis penyembuh-an luka bergantung pada tersedianya potein, vitamin (terutama vitamin A dan C) dan mineral. Kolagen adalah protein yang terbentuk dari asam amino yang diperolah fibroblas dari protein yang dimakan. Vitamin C dibutuhkan untuk mensitensis kolagen. Vitamain A dapat mengurangi efek negatif steroid pada penyembuhan luka dan elemen zink diperlukan untuk pembentukan epitel, sintesis kolagen (zink) dan menyatukan serat serat kolagen. Studi terbaru mengatakan bahwa respon katabolik terhadap pembedahan dapat dicegah dengan intake yang adekuat (Souba & Wilmore, 2004) Intake energi dan protein adekuat penting untuk membatasi kehilangan protein dan lemak. Namun, kebanyakan pasien tidak dapat makan dengan cukup untuk memenuhi peningkatan dan/atau mencegah penurunan BB setelah pembedahan. Masalah yang sering terjadi seperti nyeri, mual, pengobatan mulut kering, rasa tidak nyaman di lambung dan distensi, puasa, prosedur tidak menyenang-kan, ansietas, makanan yang tidak familiar dan rutinitas rumah sakit semuanya berpotensi menurunkan nafsu makan dan intake. Pasien yang tidak makan atau tidak cukup makan, cadangan protein dan lemaknya akan berkurang dengan cepat. Hal ini mendatangkan konsekuensi klinis yang signifikan, khususnya bagi mereka dengan gizi kurang sebelum operasi. Pada penelitian ini didapatkan hasil ada hubungan antara intake nutrisi dengan lama hari rawat. Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian Kusumayanti dkk (2014) yang menyatakan ada hubungan antara pemenuhan nutrisi terhadap lama rawat pasien pasca operasi laparatomi, dimana hal ini menunjukan semakin baik atau meningkat pemenuhan nutrisi pasien pasca operasi, maka lawa rawat akan semakin pendek. Pada penelitian Nugroho (2012) juga didapatkan hasil bahwa ada hubungan antara asupan nutrisi dengan lama penyembuhan luka operasi. Pada penelitian serupa didapatkan hasil ada hubungan antara tingkat komsumsi gizi dengan proses penyembuhan luka pasca operasi (Widjianisih & Wirjatmadi, 2011) Pengobatan melalui diet nutrisi pasca operasi sangat penting dalam keberhasilan operasi dan penyembuhan luka. Luka operasi dan stress karena respon pasca operasi memerlukan kalori untuk energi dan protein untuk sintesis protein. Kebutuhan kalori total tubuh berasal dari kaborhidrat. Fungsi karbohidrat untuk luka sebagai faktor struktural lubrikan, fungsi transport, imunologi, hormonal dan enzimatik. Karbonhidrat juga merupakan komponen utama glikoprotein dalam penyembuhan luka dan aktivitas enzim heksokinase dan sintesa sitrat dalam reaksi penyembuhan luka. Penyediaan energi dari kardohidrat juga dapat melalui penggunaan laktat. Laktat sebagai produk metabolik glukosa penting untuk efek penyembuhan luka. laktat menstimulasi sintesis kolagen dan aktivor penting pada jalur peenyembuhan selain sebagai penyedia energi. Protein telah diketahui diperlukan untuk penyembuhan luka dan apabila kekurangan maka akan menghambat penyembuhan baik luka akut maupun kronis (Meilany, 2012.) 84

f. Hubungan mobilisasi dengan lama hari rawat Mobilisasi merupakan faktor utama dalam mempercepat pemulihan dan mencegah terjadinya komplikasi pasca bedah. Mobilisasi sangat penting dalam mempercepat hari rawat dan mengurangi risiko karena tirah baring lama, seperti terjadinya dekubitus, kekakuan atau penengangan otot-otot di seluruh tubuh, gangguam sirkulasi darah dan gangguan pernafasan dan gangguan peristaltik maupun berkemih. Infeksi terjadi karena mobilisasi yang kurang sehingga sirkulasi untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ke daerah sayatan belum terpenuhi, akibatnya perbaikan sel menjadi terhambat dan hal ini merupakan salah satu alasan yang menyebabkan lama hari rawat memanjang dan pada akhirnya dapat menyebabkan dampak peningkatan biaya perawatan dan dampak hospitalisasi. Mobilisasi dapat menunjang proses penyembuhan luka pasien karena dengan mengerakan anggota tubuh badan akan mencegah kekuatan otot dan sendi, sehingga dapat mengurangi nyeri dan dapat memeperlancar peredaran darah kebagian yang mengalami perlukaan agar proses penyembuhan luka menjadi cepat. Hal ini sejalan dengan Carpenito (2000) bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi proses penyembuhan luka akibat pembedahan adalah mobilisasi. Pada penelitian ini didapatakan hasil bahwa ada hubungan mobilisasi dengan lama hari rawat anak post appendictomy. Penelitian tersebut di dukung oleh penelitian Mitrawati dkk (2015) yang menyatakan ada perbedaan bermakna antar rata-rata lamanya penyembuhan luka pada pasien yang melakukan mobilisasi dini bergerak dengan lamanya penyembuhan pasien yang melakukan mobilisasi dini tidak bergerak atau ada hubungan antara mobilisasi dini dengan lamanya penyembuhan luka pasien pasca operasi apendiktomi. Pada penelitian Sulistyawati (2008) yang berjudul efektivitas mobilisasi dini terhadap penyembuhan luka post operasi apendicitis di dapatkan hasil p=0,028 sehingga dapat disimpulkan ada perbedaan yang signifikan proses penyembuhan luka antara klien yang dengan pemberian mobilisasi dini dengan tanpa pemberian mobilisasi dini. Penelitian lain juga menunjukan hasil serupa yaitu penelitian dari Ditya dkk (2016) & Kusmayanti dkk (2015) terdapat hubungan yang signifikan antara mobilisasi dini dengan proses penyembuhan luka dan lama rawat pasien laparotomi. Pada saat melakukan obeservasi di ruang perawatan anak di rumah sakit An-nisa dan rumah sakit Gambiran, kebanyak-an pasien atau ibu diberikan pendidikan kesahatan oleh perawat untuk membantu dan meotivasi anak bisa melakukan gerakan miring kiri miring kanan atau duduk dan turun dari tempat tidur segera dan tiap 2 jam sekali atau 4 jam sekali. Pada kenyataan saat peneliti melakukan pengamatan didapatkan bahwa pasien yang telah melakukan mobilisasi sedini mungkin akan tetapi tidak teratur namun dengan lama hari rawat yang panjang memiliki perasaan takut dan kwatir terhadap luka operasi akan terbuka, selain itu alasan nyeri sehingga anak tidak mau melakakan mobilisasi secara aktif, anak mau melakukan mobilisasi jika ada perawat atau dokter mendampingin. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Ada hubungan status gizi P value=0,001, perawatan P value =0,000, lama hari rawat P value =0,038 dan 85

mobilisasi P value =0,030 dengan lama hari rawat anak post appendictomy. Hasil analisis multivariat didapat tiga variable yang dominan mempengaruhi lama hari rawat anak post appendictomy yaitu perawatan luka, intake nutrisi dan mobilisasi. Saran Dari hasil tersebut disarankan agar perawat meningkatkan standar pelayanan keperawatan yang lebih optimal, edukasi intake nutrisi dan mobilisasi guna memempercepat proses penyembuhan luka dan lama hari rawat anak tidak memanjang. DAFTAR PUSTAKA 1. Agustina H.R (2009). Perawatan Luka Modern. Fakultas Ilmu Keperawatan. Universitas Padjadjaran. Bandung. 2. Carpenito, L.J. (2000). Diagnosa keperawatan. Edisi kedelapan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC 3. Catherine Rabess (2015). Understanding the link Between Wound Care and Nutrition. JCN. Vol 29, No 4 4. Demir Et al. (2007). The factors affecting length of stay patients undergoing appendictomy surgery in A military teaching hospital. military medicine.172,6.634 5. Ditya dkk. (2016). Hubungan mobilisasi dini dengan proses penyembuhan luka pada pasien pasca laparatomi di bangsal bedah pria dan wanita RSUP Dr.M.Djamil Padang. Jurnal Kesehatan Andalas. 6. Dwi Kurnia. (2014). Hubungan antara status gizi dengan penyembuhan luka post operasi sectio caesarea (SC) pada ibu nifas di poli kandungan RSU DR. R Koesoma Tuban. Prodi DIII Kebidanan Stikes NU Tuban. 7. Eliza (2014). Hubungan antara status gizi terhadap proses penyembuhan luka post sectio caesaria di Ruang Dewi Kunti RSUD Kota Semarang. Jurnal Keperawatan Marternitas. Volume 2, No 1; 20-26. 8. Greyling. (2010). Nutritional support for the patient with Wounds: food Intake and supplementation. Wound Healing Southern Africa. Volume 3 No.1 9. Hockenberry, M.J., & Wilson, D. (2014). 10. Nursing care of infants and children. (10th ed.). St.louis: Mosby Elsevier. 11. Irma Puspita Arisabti. (2013). Manajemen perawatan luka: Konsep Luka. EGC. Jakarta 12. Kusumumayanti, dkk. (2012). Faktor-Faktor yang mempengaruhi lama perawatan pada pasien pasca operasi laparatomi di Instalasi Rawat Inap BRSU Tabanan. Univeritas Udayana. 13. Nelson (2013). Ilmu Kesehatan Anak. edisi 6. Elsevier. Jakarta 14. Nugroho (2012). Hubungan asupan nutrisi dengan lama penyembuhan luka post operasi Hernia Ingunalis di Rumah Sakit Beda Mitra Sehat Lamongan. Surya. Vol.03, No. XIII, Desember 2012. 15. Mitrawati dkk (2015). Hubungan mobilisasi dini dengan lamanya penyembuhanluka pasien pasca operasi apekdiktomi di Ruang Bedah RSUD Jend A. Yani Metro. Jurnal Kesehatan Holistik.Vol, No 2 April 2015:71 16. Meilany dkk (2012). Pengaruh malnutrisi dan faktor lainya terhadap kejadian wound Dehiscence pada pembedahan abdominal anak pada periode perioperatif. Sari Pediatrik. 86

17. Potter, Perry. (2010). Fundamental Of Nursing: Consep, Proses and Practice.Edisi 7. Vol. 3. Jakarta: EGC 18. Roupakias & Mitasakou (2012). Surgical morbility in obes children. Asia Journal of Surgery. 35, 99-103. 19. Sandi dkk (2015). Infeksi luka operasi (ILO) pada pasien post Operasi laparatomi. Poltekes Kemenkes. Malang. 20. Souba WW, Wilmore D. (2004). Diet and Nutrition in the care of the patient with surgery trauma, and sepsis. In: Shill M, Olson j, Shike M, Ross AC, editors. Modern nutrition in health and disease. 9th ed. Baltimore, MD: Wiliam & Wilkins; 2004. p. 1589-61 21. Sulistiyawati (2008). Efektivitas mobilisasi dini terhadap penyembuhan luka post operasi apendisitis. Jakarta 22. Susetyowati dkk (2010). Status gizi pasien pasca bedah mayor preoperasi berpengaruh terhadap penyembuhan luka dan lama rawat inap pasca operasi di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta. Jurnal Gizi Klinik Indonesia. Vol.7, No.1, juli 2010. 23. Svensson. (2015). On The treatment of acute appencitis in Children. KarolinskaInstitute. Stocholm. 24. Widjianingsih & Wirjatmadi (2013). Hubungan tingkat komsumsi gizi dengan proses penyembuhan luka pasca operasi sectio cesarea. Depatermen gizi kesehatan. Universitas Airlangga. Surabaya 25. Wong dkk, 2009. Buku ajar keperawatan pediatrik Volume 87