ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL



dokumen-dokumen yang mirip
ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS

ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL TAHUN 2015

RPJMN dan RENSTRA BPOM

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

PADA MUSRENBANG RKPD KABUPATEN BANGKA

BAPPEDA Planning for a better Babel

RPJMD KABUPATEN LINGGA BAB 5 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

Oleh: DIREKTORAT KELAUTAN DAN PERIKANAN. Jakarta, 3 September 2014

PROGRAM PRIORITAS PEMBANGUNAN PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN

KOTA SURAKARTA KEBIJAKAN UMUM APBD (KUA) TAHUN ANGGARAN 2017 BAB I PENDAHULUAN

BAB II PERENCANAAN KINERJA

PRA-MUSRENBANGNAS RKP 2016 Kelompok Pembahasan: Kesehatan

PAPARAN PADA ACARA MUSRENBANG RPJMD PROVINSI BANTEN TAHUN

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015

SAMBUTAN/PENGARAHAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PADA MUSRENBANG RKPD PROVINSI JAMBI TAHUN 2016

ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH MALUKU

SINKRONISASI KEBIJAKAN PUSAT DAN DERAH DALAM PENGUATAN IKLIM USAHA DAN INVESTASI

BAB V. Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Banjarbaru Tahun Visi

PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2017

PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN PROVINSI DKI JAKARTA 2014

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia

SAMBUTAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015

PENGARAHAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

Disampaikan oleh: MENTERI DALAM NEGERI TJAHJO KUMOLO KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Yogyakarta, 7 Maret 2016

I. PENDAHULUAN. Tabel 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (juta rupiah)

KABUPATEN ACEH TENGAH PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

MENTERI DALAM NEGERI. Disampaikan oleh : Surabaya, 14 April 2015

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, program pembangunan lebih menekankan pada penggunaan

INFRASTRUKTUR ENERGI DI PROVINSI BANTEN

RANCANGAN TEKNOKRATIK RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL (RPJMN)

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN

EVALUASI TEPRA KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA TIMUR OKTOBER 2016

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

Keselarasan antara RPJMD dengan RPJMN DISAMPAIKAN PADA MUSRENBANG RPJMD KABUPATEN KAMPAR PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2015

RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH

ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL

Rencana Strategis Bidang Pemerintahan Desa

VISI DAN MISI H. ARSYADJULIANDI RACHMAN H. SUYATNO

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Isu mengenai ketimpangan ekonomi antar wilayah telah menjadi fenomena

PENGARAHAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

RPJMN dan Strategi Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/KEPALA BAPPENAS

BINTAN BERTUAH, NEGERI BERMARWAH

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH PAPUA

Rapat Koordinasi Kemenko PMK: Agenda Strategis 2017 dan RKP 2018

TUJUAN 1. TERWUJUDNYA KOTA BOGOR SEBAGAI KOTA YANG CERDAS, BERDAYA SAING DAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI MELALUI SMART GOVERMENT DAN SMART PEOPLE

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

BAB V VISI, MISI,TUJUAN DAN SASARAN

MATRIKS RANCANGAN PRIORITAS RKPD PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017

oleh: Nina Sardjunani Deputi Bidang SDM dan Kebudayaan, Bappenas

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Kerja Tahunan

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan suatu Negara untuk tujuan menghasilkan sumber daya

RANCANGAN AWAL RKP 2016 DAN PAGU INDIKATIF DEPUTI BIDANG PENDANAAN PEMBANGUNAN Jakarta, 15 April 2015

DRAFT RANCANGAN AWAL RPJMD KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN Disampaikan pada Forum Konsultasi Publik Rabu, 6 April 2016

RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017

BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN. roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan,

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN... I-1

Analisis Isu-Isu Strategis

BAB 2. VISI DAN MISI PRESIDEN, SERTA SASARAN

BAB II PERENCANAAN KINERJA

Tahun terakhir RPJMN

STRATEGI NASIONAL RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL TAHUN

FORUM KOORDINASI DEWAN RISET DAERAH SE-SUMATERA Periode Tahun

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2008 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH )

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2009 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

Pembangunan Daerah Berbasis Data

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan

Jakarta, 10 Maret 2011

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

4 GAMBARAN UMUM. No Jenis Penerimaan

PELAKSANAAN RPJMN BIDANG SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP DAN DUKUNGAN RISET

DISPARITAS KEMISKINAN MASIH TINGGI - SEPTEMBER 2012

PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN PROVINSI BANTEN 2014

RANCANGAN RPJMD PROVINSI BANTEN TAHUN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

Rancanga n Awal RPJMD. Rancangan RPJMD. Musrenbang RPJMD. Penelaahan RPJPD. Pengolaha n data & informasi. Rancangan. Akhir RPJMD

PAPARAN Rancangan Awal RPJMD Tahun Wates, 27 September 2017

No. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah)

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS TAHUN 2015

SEKILAS TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH NUSA TENGGARA

Walikota dan Wakil Walikota Samarinda. Periode

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

TARGET PEMBANGUNAN 6,18 % 5,2 % 4,0-5,0 % 12,22% 10,0 % 7-8 %

Transkripsi:

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Bappenas Disampaikan Pada Musrenbang RKPD Provinsi Jawa Timur Surabaya, 14 April 2015

KERANGKA PAPARAN Prioritas Pembangunan RPJMN 2015-2019 Sasaran Makro RPJMN 2015-2019 Sasaran Nasional RKP 2016 Capaian Kinerja Pembangunan Provinsi Jawa Timur Penutup Rangkuman Permasalahan Pembangunan Isu Strategis Pembangunan Rekomendasi dan Saran Slide - 2

VISI MISI PEMBANGUNAN 2015 2019 VISI PEMBANGUNAN NASIONAL untuk tahun 2015-2019 adalah: "Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-royong" Visi ini diwujudkan melalui 7 (tujuh) MISI PEMBANGUNAN yaitu: 1. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim, dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan. 2. Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan, dan demokratis berlandaskan negara hukum. 3. Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jati diri sebagai negara maritim. 4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan sejahtera. 5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing. 6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional. 7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan. Slide - 3

9 AGENDA PRIORITAS NAWA CITA 1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberi rasa aman pada seluruh WN 2. Membangun tata kelola Pemerintahan yg bersih, efektif, demokratis dan terpercaya 3. Membangun Indonesia dari pinggiran dg memperkuat daerah-daerah dan desa dlm kerangka Negara Kesatuan 4. Memperkuat kehadiran Negara dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya. 5. Meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat Indonesia 6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional 7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik 8. Melakukan revolusi karakter bangsa 9. Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Slide - 4

STRATEGI PEMBANGUNAN NASIONAL NORMA PEMBANGUNAN KABINET KERJA 1) 2) 3) Membangun untuk manusia dan masyarakat; Upaya peningkatan kesejahteran, kemakmuran, produktivitas tidak boleh menciptakan ketimpangan yang makin melebar. Perhatian khusus diberikan kepada peningkatan produktivitas rakyat lapisan menengah bawah, tanpa menghalangi, menghambat, mengecilkan dan mengurangi keleluasaan pelakupelaku besar untuk terus menjadi agen pertumbuhan; Aktivitas pembangunan tidak boleh merusak, menurunkan daya dukung lingkungan dan keseimbangan ekosistem 3 DIMENSI PEMBANGUNAN DIMENSI PEMBANGUNAN MANUSIA DIMENSI PEMBANGUNAN SEKTOR UNGGULAN DIMENSI PEMERATAAN & KEWILAYAHAN Pendidikan Kedaulatan Pangan Antarkelompok Pendapatan Kesehatan Perumahan Mental / Karakter Kedaulatan Energi & Ketenagalistrikan Kemaritiman dan Kelautan Pariwisata dan Industri Antarwilayah: (1) Desa, (2) Pinggiran, (3) Luar Jawa, (4) Kawasan Timur KONDISI PERLU Kepastian dan Penegakan Hukum Keamanan dan Ketertiban Politik & Demokrasi Tata Kelola & RB QUICK WINS DAN PROGRAM LANJUTAN LAINNYA Slide - 5

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL SASARAN MAKRO RPJMN 2015-2019

SASARAN MAKRO RPJMN 2015-2019 2014* 2014* (Baseline) 2015 2019 73,83 (metode lama) 69,4 (metode baru) 76,3 (metode lama) Indeks Pembangunan Masyarakat1 0,55 - Meningkat Indeks Gini 0,41 0,40 0,36 Pertumbuhan ekonomi 5,1% 5,7% 8,0 % Indikator Pembangunan Manusia dan Masyarakat Indeks Pembangunan Manusia (IPM) PDB per Kapita (Rp ribu) tahun dasar 2010 PDB per Kapita (Rp ribu) tahun dasar 2000 Tingkat Kemiskinan 43.403 40.785-72.217 10,96 % *) 10,3 7,0-8,0% Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 5,94% 5,6% 4,0-5,0% 1 Indeks pembangunan masyarakat merupakan indeks komposit yang mengukur sifat kegotongroyongan, toleransi, dan rasa aman masyarakat *) Tingkat kemiskinan Bulan September 2014, sebelum adanya kebijakan pengurangan subsidi BBM pada Bulan November 2014 *Perkiraan **Maret 2014 Slide - 7

SASARAN NASIONAL RKP 2016 5,7 5,6 10,3 Slide - 8

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL SASARAN RKP 2016 DAN RANCANGAN TEMA RKP 2016

RANCANGAN TEMA RKP 2016 RKP 2015 RKP 2016 MELANJUTKAN REFORMASI BAGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN EKONOMI YANG BERKEADILAN MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MELETAKKAN FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS RKP 2017 RKP 2018 RKP 2019 Ditentukan dalam proses penyusunan RKP 2017 Ditentukan dalam proses penyusunan RKP 2018 Ditentukan dalam proses penyusunan RKP 2019 Slide - 10

RANCANGAN TEMA RKP 2016 Mempercepat Pembangunan Infrastruktur untuk Meletakkan Fondasi Pembangunan yang Berkualitas Salah satu permasalahan utama yang menghambat percepatan realisasi investasi saat ini adalah adanya keterbatasan infrastruktur, termasuk pasokan listrik. Pemenuhan ketersediaan infrastruktur merupakan salah satu prasyarat utama yang harus dilakukan dalam pembangunan yang berkualitas. Pembangunan berkualitas adalah: Membangun untuk manusia dan masyarakat, yang inklusif dan berbasis luas, dan tidak boleh memperlebar ketimpangan antar golongan dan antar wilayah. Aktivitas pembangunan tidak boleh merusak, menurunkan daya dukung lingkungan dan keseimbangan ekosistem. Menghasilkan pertumbuhan, dan kesejahteraan yang berkelanjutan Infrastruktur diperlukan, utamanya untuk mendukung agenda prioritas kedaulatan pangan, kedaulatan energi, kemaritiman, pariwisata dan industri dengan sasaran kelompok sosial yang luas dan sasaran wilayah yang memperhatikan pemerataan Slide - 11

DIMENSI PEMBANGUNAN MANUSIA DAN MASYARAKAT (1/3) PENDIDIKAN Indikator Pendidikan Rata-rata lama sekolah penduduk usia diatas 15 tahun Rata-rata angka melek aksara penduduk usia di atas 15 tahun Persentase SMA/MA berakreditasi minimal B Rasio APK SMP/MTs antara 20% penduduk termiskin dan 20% penduduk terkaya Rasio APK SMA/SMK/MA antara 20% penduduk termiskin dan 20% penduduk terkaya 2014 (Baseline) 8,1 (tahun) 94,1% 2016 8,46 (tahun) 2019 8,8 (tahun) 96,8% 96,1 (%) 73,5% 70% 84,6% 0,53 (2012) 0,59 0,60 0,85 (2012) 0,87 0,90 Arah Kebijakan Pendidikan 1.Melanjutkan upaya untuk memenuhi hak seluruh penduduk mendapatkan layanan pendidikan dasar berkualitas 2.Meningkatkan akses Pendidikan Menengah yang berkualitas 3.Memperkuat peran swasta dalam menyediakan layanan pendidikan menengah yang berkualitas 4.Meningkatkan relevansi pendidikan kejuruan dengan kebutuhan dunia kerja 5.Meningkatkan akses terhadap layanan pendidikan dan pelatihan keterampilan 6.Meningkatkan Kualitas Pembelajaran

DIMENSI PEMBANGUNAN MANUSIA DAN MASYARAKAT (2/3) KESEHATAN 2014 2016 2019 (Baseline) 1 Meningkatnya Pengendalian Penyakit Menular dan Tidak Menular 1. Prevalensi Tuberkulosis 297 (2013) 2,71 245 (TB) per 100.000 penduduk 2. Prevalensi HIV (persen) 0,46 (2013) <0,5 <0,5 2 Meningkatnya Pemerataan dan Mutu Pelayanan Kesehatan 1. Jumlah kecamatan yang 0 700 5.600 memiliki minimal 1 puskesmas terakreditasi 2. Persentase 80 95 kabupaten/kota yang mencapai 80 persen imunisasi dasar lengkap pada bayi 3. Jumlah puskesmas yang 1.015 2000 5.600 minimal memiliki lima jenis tenaga kesehatan No Indikator Arah Kebijakan 1. Akselerasi Pemenuhan Akses Pelayanan Kesehatan Ibu, Anak, Remaja, dan Lanjut Usia yang Berkualitas 2. Mempercepat Perbaikan Gizi Masyarakat 3. Meningkatkan Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan 4. Memantapkan Pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) Bidang Kesehatan 5. Meningkatan Akses Pelayanan Kesehatan Dasar yang Berkualitas 6. Meningkatan Akses Pelayanan Kesehatan Rujukan yang Berkualitas 7. Meningkatkan Ketersediaan, Penyebaran, dan Mutu Sumber Daya Manusia Kesehatan 8. Meningkatkan Ketersediaan, Keterjangkauan, Pemerataan, dan Kualitas Farmasi dan Alat Kesehatan 9. Meningkatkan Pengawasan Obat dan Makanan

DIMENSI PEMBANGUNAN MANUSIA DAN MASYARAKAT (3/3) PERUMAHAN, AIR MINUM, SANITASI INDIKATOR Akses Air Minum Layak 2014 (BASELINE) 70% Akses Sanitasi Layak 60,9% Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan 38.431 Ha Arah Kebijakan: 2016 2019 70% akses 4 K 7% Akses Dasar 100% 38.431 Ha 0 Ha 66,3% akses layak 11% akses dasar 100% 1. 2. 3. 4. 5. Meningkatkan akses masyarakat berpendapatan rendah terhadap hunian yang layak, aman, dan terjangkau serta didukung oleh penyediaan prasarana, sarana, dan utilitas yang memadai Menjamin ketahanan air melalui peningkatan pengetahuan perubahan sikap dan perilaku dalam pemanfaatan air minum dan pengelolaan sanitasi Penyediaan infrastruktur produktif dan manajemen layanan melalui penerapan manajemen asset Penyelenggaraan sinergi air minum dan sanitasi yang dilakukan di tingkat nasional, provinsi, kabupaten/kota, dan masyarakat Peningkatan efektifitas dan efisiensi pendanaan infrastruktur air minum dan sanitasi

DIMENSI PEMBANGUNAN SEKTOR UNGGULAN (1/4) ARAH KEBIJAKAN: KEDAULATAN PANGAN INDIKATOR 2014 (baseline) 2016 2019 12,4 14,8 18,8 8,9 9,89 9,89 2,71 5,71 3,01 Produksi DN untuk Kedaulatan Pangan - Produksi perikanan (juta ton) Pembangunan, Peningkatan dan Rehabilitasi Irigasi: - Pembangunan dan Peningkatan Jaringan irigasi air permukaan, air tanah dan rawa (juta ha) - Rehabililtasi jariangan irigasi permukaan, air tanah dan rawa (juta ha) - Pembangunan dan Peningkatan irigasi tambak (ribu ha) - Pembangunan waduk)* * Kumulatif 5 tahun 189,75 21 304,75 8 waduk baru dan rehabilitasi 3 Waduk 304,75 49 1.Peningkatan ketersediaan pangan melalui penguatan kapasitas produksi DN: Padi: (i) penyelesaian pengamanan lahan berkelanjutan (menahan konversi sawah) dan perluasan sawah baru 1 juta ha dan jaringan irigasi; (ii) revitalisasi penyuluhan dan sistem perbenihan1.000 desa berdaulat benih dan 1.000 desa pertanian organik; (iv) bank untuk pertanianukm-koperasi; Produk perikanan: 40 juta ton (ikan dll)** 2.Peningkatan aksesibilitas masyarakat terhadap pangan: (i) pembangunan gudang dg fasilitas pasca panen; pengendalian impor melalui pemberantasan mafia impor; (ii) penguatan cadangan pangan dan stabilisasi harga pangan; (iii) pengembangan sistem logistik ikan. 3.Meningkatkan perbaikan kualitas konsumsi pangan dan gizi masyarakat: (i) konsumsi protein: telur, ikan, dan daging, sayur dan buah; (ii) penggunaan pangan lokal non beras. 4.Mitigasi gangguan terhadap kedaulatan pangan: (i) benih adaptif perubahan iklim, sekolah iklim dan asuransi pertanian.

DIMENSI PEMBANGUNAN SEKTOR UNGGULAN (2/4) KEDAULATAN ENERGI INDIKATOR 2014 (baseline) 81,5% 843KWh Rasio elektrifikasi Konsumsi Listrik Perkapita Peningkatan Produksi SD Energi: - Minyak Bumi (ribu 818 BM/hari) - Gas Bumi (ribu 1.224 SBM/hari) - Batubara (Juta 421 Ton) Penggunaan DN (DMO): - Gas bumi DN 53% - Batubara DN 24% Regasifikasi onshore (unit) Pembangunan FSRU 2 (unit) Jaringan pipa gas 11.960 (km) Pembangunan 40 SPBG (unit) Jaringan gas kota 200 ribu (sambungan rumah) Pembangunan kilang baru (unit) ARAH KEBIJAKAN: 2016 2019* 91,09% 1.058 96,6% 1.200KWh 880 700 1.150 1.295 61% 26% 64% 60% 2 3 419 5 400 6 15.330 17.960 312 ribu 1 jt 30 proses 118 1 1. Meningkatkan produksi energi primer (minyak, gas dan batubara): lapangan baru, IOR/EOR, pengembangan gas non konvensional (shale gas dan CBM). 2. Meningkatkan Cadangan Penyangga dan Operasional Energi: (i) cadangan energi pemerintah; (ii) pengadaan kontrak jangka menengah dan panjang untuk SD energi. 3. Meningkatkan peranan energi baru terbarukan dalam bauran energi: (i) insentif dan harga yang tepat; (ii) pemanfaatan bahan bakar nabati. 4. Meningkatkan Aksesibilitas: (i) mendorong penggunaan SD energi utk penggunaan setempat; (ii) pemanfaatan gas kota; (iii) konversi BBM ke BBG. 5. Peningkatan efisiensi dalam penggunaan energi: (i) pengembangan insentif dan mekanisme pendanaan utk teknologi hemat/efisiensi energi; (ii) audit energi; (iii) peningkatan peran perusahaan layanan energi (ESCO). 6. Meningkatkan pengelolaan subsidi BBM yang lebih transparan dan tepat sasaran 7. Memanfaatkan potensi Sumber Daya Air untuk PLTA (kelistrikan)

DIMENSI PEMBANGUNAN SEKTOR UNGGULAN (3/4) MARITIM DAN KELAUTAN INDIKATOR 2014 (BASELINE) 2016 2019 500 (tahap identifikasi pulau pulau kecil) 17.466 (Selesai th 2017) 82% 87% Memperkuat Jatidiri sebagai negara Maritim Penyelesaian pencatatan/deposit pulau-pulau kecil ke PBB Penyelesaian batas maritim antar negara 13.466 Pemberantasan Tindakan Perikanan Liar Meningkatnya ketaatan pelaku perikanan Membangun Konektivitas Nasional: Pengembangan pelabuhan untuk menunjang tol laut Pengembangan pelabuhan penyeberangan Pembangunan kapal perintis 1 negara 52% -210 50 unit Pengembangan Ekonomi Maritim dan Kelautan Produksi hasil perikanan (juta ton 22,4 ) Pengembangan pelabuhan 21 unit perikanan Peningkatan luas kawasan konservasi laut 35 kali perundingan 15,7 juta ha -- 48 (pembangunan/ penyelesaian pelabuhan baru 69 unit 29,51 juta ton 22 unit 17,1 juta ha 9 negara 24 270 104 unit 40-50 24 unit 20 juta ha ARAH KEBIJAKAN: 1. Penyelesaian tata batas dan batas landas kontinen di luar 200 mil laut, serta penamaan pulau2 dan pendaftarannya; 2. Pengaturan dan pengendalian ALKI; 3. Penguatan lembaga pengawasan laut; 4. Peningkatan Koordinasi Dalam Penanganan Pelanggaran Tindak Pidana; 5. Meningkatkan pembangunan sistem transportasi multimoda; 6. Melakukan upaya keseimbangan antara transportasi yang berorientasi nasional dengan transportasi yang berorientasi lokal dan kewilayahan; 7. Percepatan pengembangan ekonomi kelautan; 8. Meningkatkan dan mempertahankan kualitas, daya dukung dan kelestarian fungsi lingkungan laut; 9. Meningkatkan wawasan dan budaya bahari serta penguatan SDM dan Iptek kelautan; 10. Meningkatkan harkat dan taraf hidup nelayan serta masyarakat pesisir

DIMENSI PEMBANGUNAN SEKTOR UNGGULAN (4/4) PARIWISATA DAN INDUSTRI INDIKATOR Pariwisata Wisatawan Mancanegara (Orang) Wisatawan Nusantara (Kunjungan) Devisa (triliun rupiah) ARAH KEBIJAKAN: 2014 (Baseline) 2016 2019 9 juta 13 juta 20 juta 250 juta 263 juta 275 juta 120 169 260 Industri Sasaran Pertumbuhan: Industri (%) Kontribusi dalam PDB Penambahan jumlah Industri skala menengah dan besar * Kumulatif 5 tahun 1. Pemasaran Pariwisata Nasional: mendatangkan sebanyak mungkin wisatawan manca negara dan mendorong peningkatan wisatawan nusantara 2. Pembangunan Destinasi Pariwisata: meningkatkan daya tarik daerah tujuan wisata sehingga berdayasaing di dalam negeri dan di luar negeri 3. Pembangunan Industri Pariwisata: meningkatkan partisipasi usaha lokal dalam industri pariwisata nasional serta meningkatkan keragaman dan daya saing produk / jasa pariwisata nasional di setiap destinasi periwisata yang menjdai fokus pemasaran 4. Pembangunan Kelembagaan Pariwisata: membangun sumber daya manusia pariwisata serta organisasi kepariwisataan nasional 4,7 6,9 8.6 20,7% 21% 21,6% 6. Penumbuhan Populasi Industri dengan menambah paling tidak sekitar 9 ribu usaha - 9.000 unit* 7. Peningkatan Daya Saing dan Produktivitas (Nilai Ekspor dan Nilai Tambah Per Tenaga Kerja) - 5. Pengembangan Perwilayahan Industri di luar Pulau Jawa

DIMENSI PEMERATAAN DAN KEWILAYAHAN (1/4) PEMERATAAN INDIKATOR 2014 (Baseline) SASARAN: 2019 Perlindungan sosial bagi Penduduk Kurang Mampu (40% penduduk termiskin) Kepemilikan Jaminan Kesehatan 86% 100% Akses thd Pelayanan Keuangan 4,2% 25% Akses Pangan Bernutrisi Pengembangan Penghidupan Berkelanjutan (P2B) 60% 100% Meningkatnya kesejahteraan rumah tangga yang ditandai dengan meningkatnya keterampilan kerja/usaha, tersedianya alternatif usaha/kerja sebagai sumber penghidupan, tersedianya sarana prasarana pendukung ekonomi, meningkatnya akses pasar bagi pengembangan usaha mikro/kecil Peningkatan daya saing tenaga kerja Penyediaan lapangan kerja (2015-2019) Persentase tenaga kerja formal Kepesertaan Program SJSN Ketenagakerjaan Pekerja formal Pekerja Informal Meningkatkan kualitas dan keterampilan pekerja Jumlah pelatihan Jumlah sertifikasi Jumlah tenaga kerja keahlian menengah yang kompeten Kinerja lembaga pelatihan milik negara menjadi berbasis kompetensi 40,5% 10 juta (rata-rata 2 juta/thn) 51,0% 29,5 juta 62,4 juta 1.921.283* 576.887* 3.552.950** 2.280.764** 5,0% 25,0% 1,3 juta 30,0% 3,5 juta 42,0% Menurunnya tingkat kemiskinan menjadi 7,0%-8,0 persen dan pengangguran terbuka menjadi 4,0%-5,0% di tahun 2019. ARAH KEBIJAKAN: 1. Membangun landasan yang kuat agar ekonomi tumbuh menghasilkan kesempatan kerja yang berkualitas Memperluas industri manufaktur untuk memperluas lapangan kerja baru berkualitas Dukungan regulasi yang mendorong iklim investasi Memperbaiki iklim ketenagakerjaan dan menciptakan hubungan industrial 2. Penyelenggaraan perlindungan sosial yang komprehensif Penataan asistensi sosial, melalui perluasan cakupan dan perbaikan desain program: Kartu Indonesia Sehat (KIS), Kartu Indonesia Pintar (KIP), Kartu Indonesia Sejahtera (KKS) Perluasan cakupan SJSN bagi penduduk rentan dan pekerja informal Penguatan kelembagaan sosial 3. Perluasan dan peningkatan pelayanan dasar Peningkatan ketersediaan infrastruktur dan sarana pelayanan dasar Peningkatan jangkauan layanan dasar Pengembangan dan penguatan sistem monev terkait penyediaan layanan dasar 4. Pengembangan penghidupan berkelanjutan Meningkatkan akses permodalan dan layanan keuangan melalui penguatan sistem layanan keuangan mikro Meningkatkan nilai tambah produk dan jangkauan pemasaran Mendorong terwujudnya kemudahan, kepastian, dan perlindungan usaha Meningkatkan akses terhadap layanan pendidikan dan pelatihan keterampilan

DIMENSI PEMERATAAN DAN KEWILAYAHAN (2/4) KEWILAYAHAN DAN ANTARWILAYAH Indikator 2014 (Baseline) 2016 2019 Pembangunan Desa dan Kawasan Perdesaan a. b. Penurunan desa tertinggal Peningkatan desa mandiri --- 1000 400 Pengembangan Kawasan Perbatasan a. b. Pengembangan Pusat Ekonomi Perbatasan (Pusat Kegiatan Strategis Nasional/PKSN) Peningkatan keamanan dan kesejahteraan masyarakat perbatasan 3 (111 lokasi prioritas) 12 pulaupulau kecil terluar berpendudu k -- -- s.d. 5,000 desa tertinggal paling sedikit 2,000 desa 10 (187 lokasi priorias) 92 pulau kecil terluar/terd epan ARAH KEBIJAKAN: Pembangunan Desa dan Kawasan Perdesaan 1. Pemenuhan Standar Pelayanan Minimum Desa termasuk permukiman transmigrasi sesuai dengan kondisi geografis Desa. 2. Penanggulangan kemiskinan dan pengembangan usaha ekonomi masyarakat Desa termasuk di permukiman transmigrasi. 3. Pembangunan sarana bisnis/pusat bisnis di perdesaan. 4. Pengembangan komunitas teknologi perdesaan. 5. Pembangunan sumber daya manusia, peningkatan keber-dayaan, dan pembentukan modal sosial budaya masyarakat Desa termasuk di permukiman transmigrasi 6. Penguatan Pemerintahan Desa 7. Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup berkelanjutan, serta penataan ruang kawasan perdesaan termasuk di kawasan transmigrasi. 8. Pengembangan ekonomi kawasan perdesaan termasuk kawasan transmigrasi untuk mendorong keterkaitan desa-kota. Pengembangan Kawasan Perbatasan 1. Peningkatan keamanan wilayah perbatasan sebagai halaman depan negara yang berdaulat, berdaya saing, dan aman. 2. Peningkatan kesejahteraan masyarakat wilayah perbatasan melalui peningkatan penyediaan kebutuhan fasilitas sosial dan ekonomi, akses infrastruktur.

DIMENSI PEMERATAAN DAN KEWILAYAHAN (3/4) KEWILAYAHAN DAN ANTARWILAYAH Indikator 2014 (Baseline) 2016 2019 Pembangunan Daerah Tertinggal c. Rata-rata pertumbuhan ekonomi di daerah tertinggal e. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di daerah tertinggal d. Persentase penduduk miskin di daerah tertinggal 7,1% *) 7,02 % 7,24% 68,46**) 68,49**) 69,59**) 16,64% 15,42% 14,0% Pembangunan Pusat-Pusat Pertumbuhan Ekonomi di Luar Jawa a. b. c. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Luar Jawa Kawasan Industri Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas (KPBPB) 7 -- 14***) 4 -- 4 n.a. *) rata-rata 2010-2014 **) Dengan perhitungan Metode Baru ***) di Pulau Jawa ada 1 KEK (KEK Tanjung Lesung) -- 14 ARAH KEBIJAKAN: Pengembangan Daerah Tertinggal 1. Promosi potensi daerah tertinggal untuk mempercepat pembangunan 2. Pemenuhan kebutuhan pelayanan dasar publik. 3. Pengembangan perekonomian masyarakat yang didukung SDM yang berkualitas. 4. Pembangunan infrastruktur./konektivitas. Pembangunan Pusat Pertumbuhan Ekonomi di Luar Jawa 1. Pengembangan potensi ekonomi wilayah, melalui percepatan Industrialisasi/hilirisasi pengolahan SDA (a) menciptakan nilai tambah; (b) menciptakan kesempatan kerja baru, terutama industri manufaktur, industri pangan, industri maritim, dan pariwisa. 2. Percepatan pembangunan konektivitas/ infrastruktur 3. Pengembangan SDM dan IPTEK 4. Pengembangan regulasi dan kebijakan 5. Peningkatan iklim investasi dan iklim usdaha a.l: Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP);dan pemberian insentif fiskal dan non fiskal.

DIMENSI PEMERATAAN DAN KEWILAYAHAN (4/4) KEWILAYAHAN DAN ANTARWILAYAH 2014 (Baseline) Pembangunan Kawasan Perkotaan Indikator a. b. c. d. Pembangunan Metropolitan di Luar Jawa sebagai PKN dan Pusat Investasi Optimalisasi 20 kota otonomi berukuran sedang di Luar Jawa sebagai PKN/PKW dan penyangga urbanisasi di Luar Jawa Penguatan 39 pusat pertumbuhan sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL) atau Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Pembangunan 10 Kota Baru Publik 2016 2019 2 2+ 5(usulan baru) 43 kota belum optimal perannya -- 20 dioptimalk an perannya -- 7 pusat pertumb uhan baru 39 pusat pertumbuh an yang diperkuat 2 -- 2 Kota baru 10 Kota Baru ARAH KEBIJAKAN: 1. Perwujudan Sistem Perkotaan Nasional. 2. Percepatan pemenuhan Standar Pelayanan Perkotaan (SPP) untuk mewujudkan kota aman, nyaman, dan layak huni. 3. Pembangunan Kota Hijau berketahanan iklim dan bencana. dan 4. Pengembangan Kota Cerdas dan Berdaya Saing dan berbasis teknologi dan budaya lokal. 5. Peningkatan Kapasitas Tata pembangunan perkotaan. Kelola

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL SASARAN PEMBANGUNAN JAWA TIMUR RPJMN 2015-2019

SASARAN LAJU PERTUMBUHAN EKONOMI WILAYAH PULAU JAWA PER PROVINSI TAHUN 2015-2019 Slide - 24

SASARAN TINGKAT KEMISKINAN WILAYAH PULAU JAWA PER PROVINSI TAHUN 2015-2019 Slide - 25

SASARAN TINGKAT PENGANGGURAN WILAYAH PULAU JAWA PER PROVINSI TAHUN 2015-2019 D.I Yogyakarta 3.0 2.8 2.6 2.5 2.3 Slide - 26

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL CAPAIAN KINERJA PEMBANGUNAN PROVINSI JAWA TIMUR Pertumbuhan PDRB Pertumbuhan PDRB per Kapita Tingkat Pengangguran Terbuka Tingkat Kemiskinan Kependudukan Kesenjangan Antar Golongan dan Antar Wilayah Struktur PDRB menurut Lapangan Usaha Jumlah Orang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan

LAJU PERTUMBUHAN PDRB PROVINSI JAWA TIMUR TERHADAP PROVINSI LAIN TAHUN 2014 5,86 Sumber: BPS, 2015 Slide Slide -- 28 28

LAJU PERTUMBUHAN PDRB PROV. JAWA TIMUR TERHADAP PDRB NASIONAL 7.50 7.22 7.00 6.68 6.35 6.50 6.00 5.50 5.83 5.03 5.84 5.69 5.80 7.27 6.49 6.23 6.01 6.11 6.55 5.86 6.22 5.94 5.78 5.01 5.50 5.00 5.02 4.50 4.63 4.00 3.50 % PDRB Jawa Timur 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 % PDB Nasional 2012 2013 2014 Sumber: BPS Slide - 29

PDRB PER KAPITA PROV. JAWA TIMUR TERHADAP NASIONAL Pencapaian PDRB per kapita Jawa Timur dari 2006 s.d 2013 selalu berada di bawah PDB per kapita Nasional Sumber: BPS Slide - 30

Sumber: BPS, 2015 % TPT Provinsi Maluku Banten Aceh DKI Jakarta Jawa Barat Sulawesi Utara Kalimantan Timur Kepulauan Riau Riau Sumatera Barat Sumatera Utara Nusa Tenggara Barat Jawa Tengah Maluku Utara Kep. Bangka Belitung Sulawesi Selatan Jambi Papua Barat Sumatera Selatan Lampung Sulawesi Tenggara Jawa Timur Gorontalo Kalimantan Barat Kalimantan Selatan Sulawesi Tengah Bengkulu Papua DI Yogyakarta Nusa Tengggara Timur 6 Kalimantan Tengah 8 Sulawesi Barat Bali PRESENTASE TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) JAWA TIMUR TERHADAP PROVINSI LAIN (Agustus 2014) 12 10 Indonesia 5,94 4,19 4 2 0 % TPT Indonesia Tingkat Pengangguran Terbuka Jawa Timur 2014 sudah berada di bawah Nasional Slide - 31

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) PROVINSI JAWA TIMUR TERHADAP NASIONAL 12,00 11,24 11,00 10,00 10,28 9,86 Jawa Timur Indonesia 9,11 9,00 8,00 8,51 8,39 8,19 7,87 7,69 6,79 7,00 7,14 6,56 6,42 6,14 6,25 6,00 5,94 5,08 5,00 4,25 4,16 4,12 2010 2011 2012 4,33 4,19 2013 2014 4,00 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Sumber: BPS Slide - 32

Sumber: BPS, 2015 Persentase Penduduk Miskin Provinsi (%) Papua Papua Barat Nusa Tenggara Timur Maluku Gorontalo Bengkulu Nusa Tenggara Barat Aceh DI Yogyakarta Lampung Sumatera Selatan Sulawesi Tengah Jawa Tengah Sulawesi Tenggara Jawa Timur Indonesia 10,96 Sulawesi Barat Sumatera Utara Sulawesi Selatan Jawa Barat Jambi Sulawesi Utara Kalimantan Barat Riau Maluku Utara Sumatera Barat Kep Riau Kalimantan Timur Kalimantan Tengah Banten Kep Bangka Belitung Kalimantan Selatan 15 Bali DKI Jakarta PRESENTASE PENDUDUK MISKIN PROV. JAWA TIMUR TERHADAP PROVINSI LAIN (September 2014) 30 25 20 12,28 10 5 0 Persentase Penduduk Miskin Nasional (%) Tingkat kemiskinan Jawa Timur 2014 masih berada di atas rata-rata Nasional Slide - 33

KEMISKINAN PROVINSI JAWA TIMUR TERHADAP NASIONAL Tingkat kemiskinan Jawa Timur dari 2004 s.d 2014 selalu berada di atas tingkat kemiskinan Nasional Sumber: BPS Slide - 34

1,00 2,47 2,80 Nusa Tenggara Timur Sulawesi Tenggara Bali Gorontalo Aceh Maluku Utara Jambi Sulawesi Barat Banten Maluku 3,71 3,81 Papua Barat Kalimantan Timur 5,39 6,00 Papua 4,95 5,00 Kepulauan Riau 3,58 Riau 3,14 2,36 Kalimantan Selatan 4,00 Bangka Belitung 2,26 2,78 2,08 2,15 2,68 1,99 2,07 2,56 1,95 INDONESIA Sulawesi Tengah DKI Jakarta 1,90 1,41 Sumatera Barat Jawa Barat 1,34 Sulawesi Utara 1,85 1,28 Lampung Sumatera Selatan 1,24 Sulawesi Selatan 1,79 1,17 Nusa Tenggara Barat Kalimantan Tengah 1,17 Sumatera Utara 1,67 1,10 DI Yogyakarta 3,00 Bengkulu 1,04 1,49 0,91 Kalimantan Barat 0,00 0,76 0,37 2,00 Jawa Timur Jawa Tengah Rata-rata Laju Pertumbuhan Penduduk Per Tahun Menurut Provinsi (2000-2010) Laju pertumbuhan penduduk Provinsi Jawa Timur telah berada dibawah rata-rata nasional dan menempati posisi kedua terendah dari seluruh provinsi (0,76%) Namun demikian, angka tersebut meningkat sedikit dibanding rata-rata laju pertumbuhan penduduk untuk periode 1990-2000 (0,70%) 35

2,6 2,6 2,6 Sulawesi Selatan Gorontalo INDONESIA 2,8 2,8 2,8 2,8 Sumatera Selatan Nusa Tenggara Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Timur Angka fertilitas total/tfr = Rata-rata jumlah anak yang dilahirkan oleh seorang perempuan sampai dengan akhir masa reproduksinya Papua Papua Barat 3,7 3,7 3,6 4,0 Sulawesi Barat 3,3 3,2 Maluku Nusa Tenggara Timur 3,2 3,1 Maluku Utara Sulawesi Tengah 3,1 3,0 Sulawesi Tenggara 3,5 Kalimantan Barat 3,0 Sumatera Utara 2,9 2,8 Sumatera Barat Riau 2,8 Aceh 2,7 2,6 Sulawesi Utara Lampung 2,6 2,5 Kalimantan Selatan Kepulauan Riau 2,5 Banten 2,6 2,5 Jawa Tengah 3,0 Bangka Belitung 2,5 2,3 Bali Jawa Barat 2,3 0,0 Jawa Timur 0,5 2,3 1,0 DKI Jakarta 1,5 2,3 2,0 Jambi 2,2 2,1 2,5 Bengkulu DI Yogyakarta Angka Fertilitas Total (TFR) Menurut Provinsi (2012) 36

Jumlah penduduk Provinsi Jawa Timur s/d tahun 2010 dan proyeksinya s/d tahun 2035 Jawa Timur 39.886,3 40.646,1 41.077,3 41.127,7 20.000,0 34.783,6 25.000,0 32.504,0 30.000,0 37.476,8 35.000,0 38.847,6 40.000,0 29.188,9 Jumlah penduduk (ribu orang) 45.000,0 2015 2020 2025 2030 2035 15.000,0 10.000,0 5.000,0 0,0 1980 1985 1990 1995 2000 2005 2010 Dalam kurun waktu 30 tahun (1980-2010) jumlah penduduk Jatim meningkat 8,3 juta dan dan diproyeksikan meningkat sebanyak 3,7 juta dalam kurun waktu 25 tahun kedepan Peningkatan jumlah penduduk ini perlu menjadi perhatian dalam perencanaan daerah termasuk dalam menjamin ketersediaan pangan, perumahan, pendidikan, kesehatan, dan layanan sosial dasar lainnya.

Proyeksi Rasio Ketergantungan Menurut Provinsi 53,0 51,0 49,0 47,0 45,0 43,0 41,0 39,0 37,0 35,0 2010 DKI Jakarta 2015 Jawa Barat 2020 Jawa Tengah 2025 DI Yogyakarta Jawa Timur 2030 Banten 2035 Bali Indonesia Saat ini Provinsi Jatim telah memasuki periode dimana rasio ketergantungan telah mencapai angka dibawah 50%. Periode ini menjadi peluang untuk meraih bonus demografi, yaitu tambahan bersih pertumbuhan ekonomi yang disebabkan oleh meningkatnya proporsi penduduk usia produktif. Rasio ketergantungan dibawah 50% ini diproyeksikan akan terus terjadi hingga tahun 2035 dan mencapai titik rendah pada 43,7 di tahun 2020. Perlu upaya sungguh-sungguh untuk memastikan terjadinya penurunan rasio ketergantungan ini, termasuk upaya menurunkan laju pertumbuhan penduduk dan TFR.

IPM Provinsi Dki Jakarta D I Yogyakarta Sulawesi Utara Kalimantan Timur Riau Kepulauan Riau Kalimantan Tengah Sumatera Utara Sumatera Barat Kalimantan Utara Bengkulu Sumatera Selatan Jambi Kepulauan Bangka Belitung Bali Jawa Tengah Jawa Barat Indonesia 73,81 Jawa Timur Sulawesi Selatan Aceh Lampung Maluku Sulawesi Tengah Banten Gorontalo Kalimantan Selatan Sulawesi Tenggara Sulawesi Barat Kalimantan Barat Maluku Utara Papua Barat Nusa Tenggara Timur 75 Nusa Tenggara Barat Papua INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) PROV. JAWA TIMUR TERHADAP PROVINSI LAIN TAHUN 2013 80 73,54 70 65 60 IPM Nasional Sumber: BPS, 2015 Slide - 39

PERKEMBANGAN IPM PROVINSI JAWA TIMUR TERHADAP IPM NASIONAL, 2009 2013 74.5 73.81 74 73.29 73.5 72.77 73 72.5 72 72.27 71.76 71.5 71 70.5 72.83 72.18 71.62 71.06 IPM Jawa Timur 70 69.5 73.54 2009 2010 2011 IPM INDONESIA 2012 2013 Sumber: BPS, 2015 Slide - 40

Papua DI Yogyakarta Gorontalo DKI Jakarta Papua Barat Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Sulawesi Utara Jawa Barat Sulawesi Tengah Bali Banten Kalimantan Barat Jawa Tengah Rasio Gini Provinsi Bengkulu Sumatera Selatan Riau Kalimantan Timur Maluku Nusa Tenggara Barat Jawa Timur Nasional 0,413 Sumatera Barat Kepulauan Riau Kalimantan Selatan Lampung Sumatera Utara Nusa Tenggara Timur Kalimantan Tengah Sulawesi Barat Jambi Aceh 0,400 Maluku Utara Kepulauan Bangka Belitung RASIO GINI PROVINSI JAWA TIMUR TERHADAP PROVINSI LAIN, 2013 0,500 Rasio Gini Nasional 0,450 0,364 0,350 0,300 0,250 0,200 Sumber: BPS Slide - 41

RASIO GINI PROVINSI JAWA TIMUR TERHADAP NASIONAL Sumber: BPS Slide - 42