BETANG FILSAFAT 011/Bet.Fil./Art./XII/2019

dokumen-dokumen yang mirip
KEPENUHAN HIDUP MANUSIA DALAM RELASI I AND THOU 1 (Antonius Hari Purnanto)

Santo Yohanes Rasul adalah orang yang sejak semula boleh mengalami kasih Yesus secara istimewa.

APA KATA TUHAN? RENUNGAN SINGKAT! POKOK ANGGUR YANG BENAR. Yoh 15:1-8

Injil Dari Dosa menuju Keselamatan

Seri Iman Kristen (3/10)

REFORMASI KESEHATAN PERLU DILAKSANAKAN

12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD)

Kehendak Manusia dalam Keadaannya Sekarang Telah Dirusak, dan Tunduk kepada Perbudakan yang Sangat Mengasihankan

MATERI I MATERI I. subyek yang ikut berperan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Ia mustahil dapat hidup sendirian saja. Seseorang yang mengalami

BAB I PENDAHULUAN. dan mempromosikan ide politik dalam tulisan-tulisan etika dan politik. Dia yakin

Pdt. Gerry CJ Takaria

Pertanyaan Alkitab (24-26)

INJIL YESUS KRISTUS. Bagi Dunia

INJIL YESUS KRISTUS BAGI DUNIA. melainkan beroleh hidup yang kekal Yohanes 3:16. (Bahasa Indonesian)

BAGIAN SATU PENGAKUAN IMAN

SPIRITUAL HUNGER 4 - KELAPARAN ROH 4 ADDICTED TO HIS LOVE - KETAGIHAN AKAN KASIHNYA

Pelajaran 1 AKU ADALAH GAMBAR ALLAH?

Alkitab menyatakan Allah yang menaruh perhatian atas keselamatan manusia. Anggota Keallahan bersatu dalam upaya membawa kembali manusia ke dalam

BAB IV IMPLEMENTASI KONSEP MANUSIA MENURUT PANDANGAN PLATO DENGAN AJARAN ISLAM

Effects of Sin Rudi Zalukhu, M.Th

Alkitab. Persiapan untuk Penelaahan

Akhir Jaman Menurut Ajaran Gereja Katolik (Bagian Ke-2): THE SECOND COMING. Intro. Kita mendoakannya setiap hari Minggu dalam Syahadat kita:

SEKOLAH SESUDAH INI. "Dan mereka akan melihat wajah-nya dan nama-nya akan tertulis di dahi mereka."

Dan di dalam mulut mereka tidak terdapat dusta; mereka tidak bercela.

Pdt. Gerry CJ Takaria

Sumber dan Tujuan Pendidikan yang Benar. Pengetahuan orang kudus adalah pengertian, Kenalilah akan Dia.

RELIGIUS SEBAGAI MISTIK DAN NABI DI TENGAH MASYARAKAT Rohani, Juni 2012, hal Paul Suparno, S.J.

Pendidikan Agama Katolik

Sedangkan bumi adalah penerima atau penampung sumber yang diturunkan. Secara kualitatif langit adalah sesuatu yang tinggi dan bumi adalah sesuatu

Written by Pere Liagre Published Date Barangsiapa dibimbing oleh Roh Allah adalah putera Allah (bdk. Rm 8:14)

Walaupun banyak orang dewasa ini percaya bahwa makhluk manusia berasal dari bentuk hewan yang paling rendah dan merupakan hasil proses alamiah yang

Selama ini selain bulan Mei, kita mengenal bulan Oktober adalah bulan Maria yang diperingati setiap

BAB I PENDAHULUAN. a. Latar Belakang Permasalahan

Jemaat yang bagaimanakah yang ALLAH inginkan? Mengapa Jemaat adalah pusat perhatian ALLAH? Siapakah Kepala Gereja? Bagaimana strata anggota jemaat di

Seri Iman Kristen (10/10)

INJIL YESUS KRISTUS BAGI DUNIA

PROFESIONALISME GURU PAK DALAM PERSPEKTIF ALKITAB PERJANJIAN BARU. Yulia Citra

BAB IV TINJAUAN TEOLOGIS TERHADAP PENGHAYATAN ROH KUDUS JEMAAT KRISTEN INDONESIA INJIL KERAJAAN DI SEMARANG

SPIRITUALITAS MISTIK DAN KENABIAN DALAM PRAKSIS PENDIDIKAN SEKOLAH KATOLIK Pertemuan MABRI, Muntilan 22 Maret 2014 Paul Suparno, S.J.

Musa menulis kitab Ayub dan kitab Kejadian ketika ia tinggal di Midian. Dengan demikian kitab Ayub adalah salah satu buku paling awal dalam Alkitab. B

MENGUKIR KARAKTER DALAM DIRI ANAK

BAB I PENDAHULUAN. manusia sebagai persona pertama-tama karena ke-diri-annya (self). Artinya, self

Pdt. Gerry CJ Takaria

RENUNGAN KITAB 1Timotius Oleh: Pdt. Yabes Order

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Lesson 6 for November 11, 2017

PL1 : TUHAN, Engkau menyelidiki dan mengenal aku; U : Engkau mengetahui, kalau aku duduk atau berdiri, Engkau mengerti pikiranku dari jauh.

Katekese Sakramen Tobat

Mengapa memberitakan Injil? Kis.14:15-18 Ev. Jimmy Pardede, M.A.

Takdir: Sebuah Lotre Ilahi?

Masih Spiritualitas Bisnis

Revelation 11, Study No. 38 in Indonesian Language. Seri Kitab Wahyu pasal 11, Pembahasan No.38, oleh Chris McCann

03. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia.

#10DAYSPRAYANDFAST18

Siapakah Yesus Kristus? (3/6)

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNANETRA

Baptisan. Mencuci Bersih Dosa HIDUP BARU BERSAMA KRISTUS

Dalam Roma 12-13, Paulus berbicara tentang hubungan orang Kristen dengan...

Beristirahat Dalam Damai Apa Yang Terjadi Setelah Kematian?

Rahasia Keselamatan. Menjadi benar yaitu menjadi sesuai dengan Hukum Ilahi:

Surat 3 Yohanes (Bagian 123) Friday, August 11, 2017

Nama Mata Kuliah. Modul ke: Filsafat Manusia. Fakultas Fakultas Psikologi. Masyhar MA. Program Studi Program Studi.

RESPONS - DESEMBER 2009

God s Divine Favor #1 Anugerah Tuhan yang Ajaib #1 DIVINE PROMOTION - PROMOSI ILAHI

MEMBANGUN ILMU PENGETAHUAN DENGAN KECERDASAN EMOSI DAN SPIRITUAL

Surat Yohanes yang pertama

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) TAHUN PELAJARAN 2017/2018

BAB IV. PENUTUP. Universitas Indonesia. Estetika sebagai..., Wahyu Akomadin, FIB UI,

Hidup dalam Kasih Karunia Allah 2Kor.6:1-10 Pdt. Tumpal Hutahaean

1 1 Dari Paul, Silwanus, dan Timotius.

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan

MEMPERBAHARUI PIKIRAN KITA

1 Tesalonika 1. 1 Tesalonika 2

KEPASTIAN KESELAMATAN DALAM YESUS KRISTUS HIDUP BARU PENDALAMAN ALKITAB POS PI AMANAT AGUNG

melemahkan semangat, tetapi membangkitkan semangat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. B. Rumusan masalah

BAB I PENDAHULUAN. I. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. diri. Sebagai person manusia memiliki keunikan yang membedakan dengan yang

Pertentangan Akhir antara Kristus dan Setan adalah latar belakang di seluruh Alkitab. Hal ini terutama muncul dalam kitab Ayub. Pertentangan Akhir.

ALKITAB. Alkitab The Bible Halaman 1

Kematian Yahushua: Membatalkan Hukum?

Pdt. Gerry CJ Takaria

Intro: Apakah orang percaya/ Kristen akan diadili juga?

OTORITAS ORANG PERCAYA

Diberikan Allah dengan senang hati.

BUNDA MARIA IBU BIARAWAN-BIARAWATI Rohani, Oktober 2012, hal Paul Suparno, S.J.

PERBANDINGAN KTSP DAN K13 PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI KELAS 7

Tahun A-B-C : Hari Raya Paskah LITURGI SABDA

MATERI V BERTUMBUH DALAM CINTA AKAN KRISTUS MELALUI DOA

Surat Paulus kepada jemaat Roma

Kalender Doa Oktober 2016

UJIAN SEMESTER I SEKOLAH BINA NUSANTARA Tahun Ajaran

TANTANGAN UMAT BERAGAMA PADA ABAD MODERN

BAB I PENDAHULUAN. imannya itu kepada Kristus dalam doa dan pujian. Doa, pujian dan kegiatan-kegiatan liturgi

Predestinasi Kristus 1 Ptr. 1:20-21 Ev. Calvin Renata

BAB TIGA PENYELAMATAN ALLAH

Baru-baru ini seseorang bertanya kepada saya mengapa gereja-gereja baptis yang lain begitu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang bermartabat. Sebagai makhluk yang

Transkripsi:

CINTA: ASAL DAN TUJUAN HIDUP MANUSIA (Sebuah Tinjauan Filosofis-Teologis) Romanus Piter (STF Widya Sasana Malang) Pendahuluan Salah satu kata di dunia ini yang sampai sekarang masih menjadi misteri adalah Cinta. Orang sangat kerap menyebut kata Cinta dalam kehidupan sehari-hari, baik itu dalam relasi dengan sesama, relasi dengan Allah, dalam dunia kerja dan lain sebagainya. Misalnya seorang lelaki mengatakan kesungguhannya dalam berrelasi dengan pasangannya, aku mencintaimu dengan segenap jiwa dan ragaku, atau seseorang yang mensyukuri hidupnya dalam doanya mengatakan, terima kasih Engkau telah mencintaiku sehingga aku senantiasa luput dari marabahaya, dan yang lain lagi tentang pekerjaannya berkata, aku sangat mencintai pekerjaanku, maka aku akan setia melaksanakannya. Bahkan belakangan ini muncul istilah Bucin (budak cinta) untuk menjuluki orang yang sedang dimabuk cinta, khususnya anak-anak muda. Orang-orang di atas menyebut kata Cinta untuk situasi yang berbeda-beda. Bila dikaji secara teliti, ungkapan-ungkapan tersebut yang menyertakan kata Cinta tampaknya adalah suatu perkara serius. Dalam hal ini kemudian kita dapat bertanya, apa sebetulnya Cinta itu? mengapa ada Cinta di dunia ini? dari mana Cinta berasal? mengapa Cinta begitu populer dalam kompleksitas hidup manusia? apa sebetulnya peranan Cinta dalam hidup manusia? haruskah ada Cinta di dunia ini? Dalam karya tulis ini saya akan memberikan penjelasan mengenai Cinta dan sekaligus menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas. Di sini saya ingin menjelaskan Cinta secara lebih kompleks yakni, Cinta itu sebagai Asal dan Tujuan Hidup Manusia. Dalam pembahasan ini saya akan lebih menonjolkan peran dan eksistensi manusia, karena dari manusialah lahir konsep tentang Cinta. Selain itu, hanya manusialah oleh karena akal budinya yang dapat memikirkan Cinta secara lebih baik dari semua makhluk hidup yang ada di dunia ini. Penjelasan tentang Cinta yang saya sajikan dalam karya tulis ini menggunakan telaah dalam sudut pandang filosofis teologis. Kodrat dan Karakter Cinta Cinta adalah perkara hidup. Hanya orang yang hidup dapat mencintai dan memiliki Cinta sejati. Ungkapan aku mencintaimu adalah suatu ungkapan kepenuhan atau tingkat tertinggi dari jiwa manusia. Ungkapan semacam itu atau sejenisnya menyertakan kata Cinta semestinya adalah perkara serius. Karena ini perkara serius, maka dengan sendirinya kata Cinta memiliki tingkat yang paling tinggi dalam hidup manusia. Dalam hal semacam ini saya ingin menolak suatu ungkapan cinta itu buta. 1 w w w. b e t a n g f i l s a f a t. o r g

Dalam hemat saya, Cinta itu tidak buta, justru ia melihat dengan sangat tajam sampai ke bagian terdalam dari diri manusia. Cinta itu melihat dengan jelas dan mampu menembus sekatsekat kebebalan hati manusia. Gabriel Marcel menyebut Cinta adalah itu yang dikatakan sebagai Allah. Ia adalah puncak atau kepenuhan dari relasi intersubyektif manusia. Dalam relasi semacam itu tidak ada kecurangan dan penipuan, melainkan hanyalah semata kebaikkan dan keindahan. Hanya oleh karena Cinta, menurut Marcel, manusia dapat menjadi manusia sejati. 1 Marcel juga menegaskan bahwa Cinta itu memiliki kodrat yang mutlak dan absolut. Mengapa Ia mutlak dan absolut? Karena Cinta adalah asal dan tujuan segala sesuatu yang ada di dunia ini, termasuk manusia. Cinta itu sekaligus juga mampu melampaui ruang dan waktu, menurutnya, bahkan kematian sekalipun. Kitab Suci, dalam hemat saya, memberikan gambaran Cinta yang begitu luar biasa. Ini tidak hanya sekadar suatu gambaran tentang Cinta, melainkan kodrat dan hakikat Cinta itu sendiri. Penulis Injil Yohanes menyebutkan bahwa oleh karena Kasih-Nya yang sungguh besar, Allah rela mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal untuk menyelamatkan manusia (bdk. Yoh 3:16). Rasul Paulus dalam suratnya kepada umat di Roma juga berbicara tentang Cinta (bdk. Rm 8:32). Memang ia mengatakannya tidak secara gamblang, namun lagi-lagi Cinta Allah dikatakan di sini adalah landasan atau dasar yang menyelamatkan manusia. Makna Cinta yang lebih indah datang dari Yesus sendiri yakni, Cinta untuk rumah-mu menghanguskan Aku (Yoh 2:17). Beberapa filosof dan teolog menyebutkan pula arti Cinta dalam hematnya masing-masing, misalnya Empedokles menyebut Cinta itu menyatukan, Plato menyebut Cinta adalah penuntun manusia pada kebaikan, Aristoteles menyebut Cinta sebagai itu yang menjadi dasar untuk menjalin persahabatan, Martin Buber menyebut Cinta sebagai itu mengenal yang lain dalam dialog, Agustinus menyebut Cinta adalah segalanya, Thomas Aquinas menyebut Cinta sebagai dasar untuk mencintai sesama, dan Edith Stein menyebut Cinta sebagai itu yang mengantar manusia pada kesempurnaan. 2 Menjadi semakin jelas bahwa Cinta itu memiliki makna yang begitu amat kaya. Yang lebih luar biasa adalah bahwa makna Cinta selalu mengarah pada kebaikan hidup pribadi manusia. Yang tidak kalah menarik adalah makna dan arti Cinta menurut Armada Riyanto. Ia menyebut Cinta sebagai itu yang mendasari sebuah relasi, yakni relasi antara Aku dan Liyan (yang lain). Relasi yang sempurna dan baik adanya mesti dilandasi dan ditandai oleh Cinta. Cinta di sini memiliki peranan yang sangat vital, karena olehnya manusia dapat menjadi sempurna. Ia melukiskan Cinta itu demikian: Cinta adalah relasional antara Aku dan Liyan, dalam maksud relasi cinta tidak pernah sepihak, tidak pernah berkisar pada ruang diri sendiri. Cinta adalah pengenalan terusmenerus kesadaran Aku dan kesadaran akan eksistensi Liyan. Cinta tidak mengabdi diri sendiri di satu pihak, dan menghancurkan yang lain (Liyan) di lain pihak. Cinta bukan sebuah rivalitas kesadaran Aku dan Liyan. Melainkan cinta adalah sebuah perjumpaan Aku 1 Bdk. Dr. Theo Huijbers, Mencari Allah: Pengantar Ke Dalam Filsafat Ketuhanan (Yogyakarta: Kanisius, 1992), 134. 2 Bdk. Pius Pandor, Seni Merawat Jiwa: Tinjauan Filosofis (Jakarta: Obor, 2014), 90-91. 2 w w w. b e t a n g f i l s a f a t. o r g

dan Liyan. Sebuah perjumpaan artinya: cinta berasal dari penerimaan dan penyambutan. Kehadirannya berhiaskan senyuman dan mimpi-mimpi. 3 Cinta bukan soal menang-kalah, untung-rugi, melainkan soal bagaimana seorang manusia mampu berrelasi dengan manusia lainnya secara lebih dekat, baik, jujur dan adil. Cinta juga pada gilirannya mesti memiliki aspek kebahagiaan bersama. Saya menyebutnya aspek kebahagiaan bersama, karena Cinta tidak boleh hanya untuk kenikmatan atau kebaikkan sepihak saja. Seperti yang dikatakan oleh Armada Riyanto di atas bahwa Cinta juga mesti dirasakan dan dinikmati oleh Liyan, karena dalam hemat saya manusia yang bereksistensi di dunia ini dan Cinta yang dimiliki olehnya berasal dari sumber yang sama yakni, itu yang disebut sebagai Sang Cinta. Masih dalam perspektif Armada Riyanto. Ia juga menyebut Cinta itu sebagai itu yang indah. 4 Cinta dikatakan indah karena ia identik dengan keindahan. Keindahan Cinta tak dapat dan tak mungkin mendapat tandingan dalam semua ciptaan yang ada di dunia ini. Atau, Cinta tak pernah bisa disamakan dengan keindahan apapun yang ada di dunia ini, karena Cinta itu kesempurnaanya amat tinggi dan besar serta juga tidak berkesudahan. Armada Riyanto juga mengatakan bahwa Cinta itu menggerakan dan membaharui. 5 Artinya adalah bahwa Cinta itu menggerakkan hati setiap orang untuk menuju pada kesempurnaan hidup dan Ia sekaligus juga membaharui manusia untuk menjadi semakin sejati dan sempurna. Cinta adalah juga itu yang disebut pemberian. 6 Artinya adalah bahwa Cinta itu berasal dari Sang Cinta atau Allah sendiri. Manusia diberi Cinta oleh Sang Cinta supaya ia juga mau memberi kepada sesamanya sebagaimana ia telah diberi. Hal ini sekaligus menantang manusia untuk mau rendah hati memberi dan membagi Cintanya kepada sesamanya dan terlebih untuk mencintai Sang Pemberi Cinta. Cinta itu juga adalah itu yang disebut membebaskan. 7 Armada Riyanto lagi-lagi mau menegaskan bahwa Cinta itu tidak mengikat, melainkan membebaskan manusia. Membebaskan dari apa? Membebaskan dari keterikatan dan keterkungkungan diri serta keterbatasan diri. Hal yang sama juga adalah membebaskan diri manusia dari kepesimisannya. Oleh karena Cinta itu manusia dapat menjadi bebas, mentransendir dirinya sendiri dan menemukan makna baru dalam hidupnya secara lebih baik. Yang terakhir, ia mengatakan pula bahwa Cinta itu menyelamatkan. 8 Cinta mampu menyelematkan hanya bila manusia mau rendah hati dan melayani sesama. Cinta itu bisa menyelamatkan bila pelayanan terhadap sesama dilandasi dan didasari oleh Cinta. Persahabatan sejati yang mungkin terus berlanjut, dalam hemat saya, adalah juga hanya karena Cinta. Oleh sebab itu, kekuatan dan kemahakuasaan Cinta pada gilirannya mampu menjadi terang dalam kegelapan dan merombak kematian menjadi kehidupan. Franz Magnis-Suseno pun mengafirmasi bahwa Cinta atau Allah memiliki kekuatan yang besar dan luar biasa. Menurutnya Cinta adalah realitas yang tinggi dan tanpa batas sehingga tidak satu pun hal-hal atau benda-benda di dunia ini yang dapat mencirikan-nya. Menurutnya semua 3 Armada Riyanto, Relasionalitas (Filsafat Fondasi Interpretasi: Aku, Teks, Liyan, Fenomen) (Yogyakarta: Kanisius, 2018), 373. 4 Bdk. Armada Riyanto, Menjadi-Mencintai: Berfilsafat Teologis Sehari-hari (Yogyakarta: Kanisius, 2016), 161. 5 Ibid. 6 Ibid., 165. 7 Ibid., 166. 8 Ibid., 167. 3 w w w. b e t a n g f i l s a f a t. o r g

ciptaan di dunia ini atau alam raya ini tidak sama dengan Allah, namun semua yang ada ini adalah ciptaan Allah. Dengan kasih-nya yang begitu besar Allah telah menjadikan semua yang ada ini baik adanya. Demikian Franz Magnis-Suseno menjelaskan hal tersebut:... di satu pihak Allah tidak dapat ditemukan di mana pun di dunia. Allah bukan bagian dunia dan dunia bukan bagian Allah. Apa pun yang kita temukan di dunia bukan Allah. Tetapi di lain pihak Allah ada di mana-mana karena apa pun yang ada ditunjang dalam eksistensinya oleh Allah dengan cinta-nya. 9 Di sini hendak dikatakan bahwa Allah begitu luar biasa agung sehingga apa pun yang ada di dunia ini tak cukup baik dan kuat untuk melukiskannya. Namun, kita tetap bisa mengenal dan memiliki pemahaman tentang Allah yakni, lewat alam raya ciptaan-nya yang indah dan menakjubkan ini. Dengan kata lain, di sini sekaligus mau dikatakan bahwa Cinta atau Allah itu memiliki kodrat yang sangat luar biasa sempurna. Kesempurnaan kodrat Cinta itu dapat dipahami dalam ketidakterpahamian seluruh realitas yang ada di alam raya yang indah ini. Cinta itu dengan sendirinya juga dapat dikatakan memiliki kodrat yang mutlak. Selanjutnya saya akan memberikan karakter Cinta. Menurut Pius Pandor, Cinta adalah sebuah kata yang kaya makna, kompleks, indah dan memesona. 10 Oleh karena kekayaannya, Cinta dapat memiliki banyak aspek. Hal demikian dapat dilihat dalam banyak orang yang menggunakan kata Cinta pada situasi yang berbeda-beda. Cinta menjadi kompleks karena Ia memiliki keterikatan atau keterpautan dalam banyak hal, khususnya relasi antarmanusia. Cinta itu sangat nyata dalam kompleksitas hidup manusia dan saya yakin bahwa setiap manusia mengalami Cinta dalam peristiwa atau pengalaman hidupnya. Cinta dikatakannya indah dan memesona karena Ia mampu menghadirkan daya atau energi yang mampu menyatukan perbedaan antar manusia, bahkan mampu membuatnya menjadi sempurna seperti Sang Cinta itu sendiri. Pius Pandor juga mengatakan bahwa Cinta adalah kodrat manusia itu sendiri. Saya mengafirmasi pendapatnya ini, karena saya mengakui pula bahwa manusia yang ada ini adalah ada karena Cinta Allah. Allah yang telah mencintai dan membagi Cinta-Nya yang membuat manusia menjadi ada. Maka kemudian Pius Pandor juga memberikan sebelas karakter Cinta sejati 11 dan kesebelas karakter Cinta sejati ini pasti dapat membawa manusia pada taraf kesempurnaan hidup bila ia mengikuti dan melakukannya. Berikut ini sebelas karakter Cinta sejati itu: 1) Cinta sebagai kata kerja dan tanda seru, 2) Indah dan memesona, 3) Niat yang tulus, 4) Terima orang lain apa adanya bukan ada apanya, 5) Pemberian diri, 6) Sabar, 7) Empati dan simpati, 8) Jujur, 9) Afirmatif dan promotif, 10) Tak bersyarat, dan 11) Informatif, formatif dan preformatif. Kesebelas karakter Cinta tersebut memiliki tendensi yang mengarahkan manusia pada kesempurnaan hidup. Saya kemudian menambahkan karakter Cinta dengan empat aspek transendental yakni, satu (unum), baik (bonum), benar (verum) dan indah (phulcrum). Dalam hemat saya, Cinta itu jelas memiliki keempat aspek transendental tersebut sehingga Ia sanggup membaharui hidup manusia menjadi sungguh sempurna. 9 Franz Magnis-Suseno, Katolik Itu Apa?: Sosok Ajaran Kesaksiannya (Yogyakarta: Kanisius, 2018) 122. 10 Pius Pandor, 77. 11 Ibid., 79. 4 w w w. b e t a n g f i l s a f a t. o r g

Manusia Berasal Dari Sang Cinta Sebuah pertanyaan besar diajukan oleh manusia kepada dirinya sendiri, Berasal dari mana manusia yang ada di dunia ini? Pertanyaan ini tampaknya mudah saja untuk dijawab, karena dengan melihat adanya kisah penciptaan dalam Kitab Suci dan teori evolusi dari Darwin yang menggemparkan dunia dianggap mampu secara praktis menjawabnya. Menurut hemat saya, tidaklah semudah itu untuk mengatakan asal muasal manusia yang bereksistensi di dunia ini. Namun bukan berarti sumber-sumber tersebut saya nafikan begitu saja. Tidaklah demikian. Di sini saya perlu memberi penekanan khusus bahwa kita mesti mendalami secara lebih jauh dan mengelaborasi secara filosofis teologis untuk mengatakan asal usul manusia. Menurut Kitab Kejadian, manusia adalah ciptaan Allah. Allah menciptakan manusia pada hari yang ke enam. Dengan apa Allah menciptakan manusia? Kitab Kejadian mengatakan dengan debu tanah (bdk. Kej 2:7). Namun, yang menarik bagi saya adalah bahwa Armada Riyanto mengatakan kisah penciptaan manusia ini sesungguhnya adalah kisah Cinta Allah. Berikut ini penjelasannya: Kisah penciptaan sesungguhnya adalah kisah Cinta Tuhan. Dalam kisah penciptaan kita tahu Cinta memiliki karakter kreatif, persis seperti Cinta Tuhan. Ia membuat segalanya mengada dan menjadi. Mengada maksudnya memiliki kehidupan. Menjadi memaksudkan perkembangan dan perubahan menuju kepada kesempurnaannya. Dan segala yang dijadikan Tuhan atau segala yang menjadi produk Cinta Tuhan itu baik adanya. 12 Dari penjelasannya tersebut, saya memahami bahwa Armada Riyanto melihat kisah penciptaan manusia seperti dalam Kitab Suci bukan hanya soal Allah mengadakan manusia, melainkan Allah yang membagi Cinta-Nya atau berrelasi dengan manusia sehingga manusia bernafas dan hidup. Menurut saya, yang jauh lebih luar biasa juga adalah bahwa Allah menciptakan manusia menurut gambar dan rupa-nya sendiri (bdk. Kej 1:26a). Keserupaan dengan Allah merupakan gambaran istimewa manusia. Namun, saya meyakini bahwa manusia dikatakan serupa atau secitra dengan Allah tidaklah menggambarkan secara penuh citra Allah. Allah itu amat luar biasa, Ia begitu agung dan mutlak. Gabriel Marcel menyebut kodrat Allah itu absolut. Ia ingin mengatakan sungguh-sungguh bahwa Allah itu bukanlah seperti gambar atau rupa manusia yang bereksistensi di dunia ini. Ia jauh lebih dari itu. Keberadaan manusia yang bereksistensi sekarang ini adalah hanya bagian kecil dari Allah yang agung dan mahakuasa itu. Hanya perlu ditegaskan bahwa manusia adalah sungguh-sungguh berasal dari Allah. Maka dengan sendirinya ada kesatuan ontologis antara manusia dengan Allah. Maksudnya, manusia berasal dari Cinta Allah dan karena Cinta itu milik Allah, maka manusia sepenuhnya terikat dengan-nya. Di sinilah letak kesatuan ontologis itu. Max Scheler pun mengafirmasi kebenaran bahwa manusia berasal dari Cinta atau Kasih. Dalam pembahasannya tentang persoalan manusia itulah Max Scheler semakin menyadari bahwa manusia itu berasal dari Allah, yakni kasih yang tertinggi. Ia mengatakan bahwa Cinta adalah Allah, yaitu sesuatu yang suci, yang tinggi, yang bukan termasuk dalam tataran fisik atau inderawi, melainkan tataran pribadi. Pembahasannya tentang Cinta terebut ia jelaskan demikian: 12 Ibid. 5 w w w. b e t a n g f i l s a f a t. o r g

... puncak kasih adalah kasih kepada Allah, bukan kasih kepada Allah yang baik, melainkan kasih kepada Allah sebagai kasih yang ikut serta melaksanakan kasih Allah kepada dunia. Di sini Allah muncul sebagai pusat kasih yang tertinggi. 13 Max Scheler memang tidak secara gamblang mengatakan bahwa manusia adalah produk dari kasih Allah. Namun, kita dapat melihat makna di balik pernyataannya seperti di atas bahwa semua apa yang ada di dunia ini adalah ciptaan Allah atau karya Allah. Manusia dan semua ciptaan lain sungguh berasal dari kasih Allah. Kasih atau Cinta itu bukan sekadar untuk membuat yang tidak ada menjadi ada, melainkan untuk menjadi sempurna seperti Sang Cinta itu adalah sempurna. Max Scheler juga menekankan bahwa Cinta itu adalah dasar dari segala sesuatu. 14 Karena Ia adalah dasar, maka semua yang ada memiliki tendensi untuk mengarah kepada yang mendasari itu. Masih dalam lingkaran pemikiran Max Scheler. Ia juga mengakui bahwa manusia yang berasal dari Sang Cinta itu memiliki kebebasan dan otonomi diri. Kebebasan dan otonomi ini mau mengatakan bahwa manusia bebas memilih apa saja dalam hidupnya. Di samping manusia memiliki kebebasan dan otonomi diri, manusia ternyata juga memiliki itu yang disebut akal budi. Akal budi inilah yang memungkinkan manusia mengenal Sang Cinta itu dan juga untuk mengenal segala sesuatu yang ada di dunia ini. Akal budi ini bagi manusia berfungsi sebagai penuntun dan dasar untuk melakukan sesuatu, memikirkan apa yang disebut baik atau buruk dan sekaligus mencirikannya sebagai makhluk ciptaan yang memiliki derajat lebih baik dan lebih tinggi dari makhluk ciptaan-ciptaan lainnya. Berbicara tentang kebebasan ini, Franz Magnis-Suseno juga menegaskan bahwa Allah dengan bebas menciptakan manusia. Allah tidak dipaksa untuk menciptakan manusia, namun karena Cinta-Nya yang begitu besar Ia berinsiatif untuk menyatakan Cinta-Nya itu dalam suatu ciptaan yang serupa atau secitra dengan-nya sendiri. Franz Magnis-Suseno mengatakan demikian mengenai kehendak bebas dari Allah dalam menciptakan manusia tersebut:... Allah dengan bebas, didorong oleh kasih-nya, mengadakan seluruh alam raya dan manusia dari ketiadaan. Alam raya sampai hari ini hanya dapat bereksistensi karena terus ditunjang oleh daya pencipta Ilahi itu. 15 Dalam pernyataan di atas, nampak bahwa Cinta atau Kasih dari Allah tersebut bukan hanya terjadi pada saat peristiwa penciptaan, melainkan sepanjang zaman atau terus-menerus. Itu artinya kehidupan manusia di dunia ini juga masih diliputi oleh Cinta Allah itu. Dalam hemat saya, manusia mesti kembali dan mengarahkan diri hanya pada sang empunya Cinta tersebut. Mengapa mesti kembali dan mengarahkan diri hanya kepada Cinta? supaya hidup manusia di dunia ini dapat menjadi sempurna seperti Sang Pemberi kehidupan tersebut. Lebih jauh Franz Magnis-Suseno menjelaskan bahwa manusia tidak dapat dengan sendirinya mencapai Sang Cinta. Hal tersebut dikarenakan manusia diciptakan memiliki kebebasan untuk memilih jalan hidupnya dan bertindak apa saja. Selain itu, karena manusia diciptakan menjadi makhluk sosial, ia diharuskan untuk menjadi makhluk dialogal. Manusia yang dapat ada karena Cinta Allah adalah suatu keluhuran baginya, ia dapat berinteraksi dengan sesamanya dan juga 13 Dr. Harun Hadiwijono, Sari Sejarah Filsafat Barat 2 (Yogyakarta: Kanisius, 2012), 147. 14 Ibid. 15 Franz Magnis-Suseno, 120-121. 6 w w w. b e t a n g f i l s a f a t. o r g

memungkinkan hal tersebut dengan Sang Penciptanya, yakni Allah. Dalam relasi dengan Allah itu, manusia dimungkinkan pula menjadi partner atau sahabat atau rekan kerja Allah. Berikut ini penjelasan Franz Magnis-Suseno mengenai keluhuran manusia dan kebebasannya dalam menanggapi Cinta Allah terhadapnya: Adalah keluhuran manusia bahwa ia diciptakan sebagai makhluk dialogal. Ia dapat diajak berkomunikasi oleh Allah. Ia dapat mengakui, tetapi juga menolak sapaan Allah. Maka manusia dapat menjadi partner Allah, tentu bukan partner sederajat, namun partner yang, karena rahmat Allah, mampu membalas kasih Ilahi. Karena itu manusia, dan hanya manusia, dapat berdosa, yaitu apabila ia menolak sapaan Allah. Karena itu Kristianitas percaya bahwa alam raya diciptakan demi manusia. 16 Pada gilirannya ternyata manusia memiliki kemungkinan pula untuk tidak mencapai Sang Cinta. Dalam penjelasan Franz Magnis-Suseno di atas ternyata manusia yang salah dalam menggunakan kebebasannya tidak akan mampu mencapai Kasih atau Cinta Allah dalam hidupnya. Manusia yang semacam itu dikatakan sebagai orang yang tidak mampu membalas kasih Ilahi dari Allah sendiri. Kasih dari Allah selalu bersifat memaksa, karena hanya pada Dialah ada kebahagiaan dan kenyamanan. Hal semacam ini ternyata ada kaitannya pula dalam relasi antarmanusia. Dalam relasi dengan sesamanya tersebut, manusia baru menjadi manusia sepenuhnya bila ia mau terbuka dan menyerahkan dirinya secara total terhadap sesamanya. Oleh karena itu, manusia yang berasal dari Sang Cinta mesti mencintai sesamanya sebagai wujud kepenuhan kodratnya yang adalah bagian dari Sang Cinta itu sendiri. Manusia Diciptakan Untuk Diberdayakan Franz Magnis-Suseno mengatakan dengan lugas bahwa penciptaan manusia adalah upaya pemberdayaan atau untuk memberdayakannya. Apa yang mendasari pernyataan semacam ini? Alangkah baiknya kita melihat kembali bahwa manusia diciptakan oleh Allah dengan Cinta-Nya. Manusia dari tidak ada menjadi ada oleh karena Cinta Allah yang begitu amat besar. Sudah barang tentu karena manusia berasal dari Cinta, maka ia pun diliputi oleh Cinta dan pada hakikatnya mesti kembali lagi atau senantiasa mengarahkan dirinya hanya pada Sang Cinta sebagai sumbernya. Manusia yang berasal dari ketiadaan menjadi ada oleh Allah merupakan upaya pemberdayaan manusia itu sendiri. Cinta sekaligus juga menjadikan manusia sebagai makhluk yang memiliki kebebsan dan otonomi diri untuk menentukan hidupnya sendiri. Namun, di sini manusia sekaligus memiliki ketergantungan pula dengan Allah. Ketergantungan dengan Allah tidak sama dengan ketergantungan manusia dengan sesamanya. Ketergantungan dengan Allah adalah untuk membuatnya menjadi bebas dan berdaya. Apa maksudnya? Maksudnya ialah bahwa manusia itu berasal dari Cinta Allah yang memiliki hakikat memberdayakan, maka dengan sendirinya manusia juga memiliki kemampuan untuk memberdayakan dirinya oleh karena Cinta Allah tersebut. Berikut ini penjelasan Franz Magnis-Suseno mengenai penciptaan manusia sebagai pemberdayaan tersebut: 16 Ibid. 7 w w w. b e t a n g f i l s a f a t. o r g

Ciptaan menerima segala apa yang ada padanya dari Sang Pencipta dan seratus persen tergantung dari pada-nya. Akan tetapi kalau Allah menciptakan sesuatu dari ketiadaan, maka Allah justru memberdayakannya. Dan karena itu, ketergantungan total ciptaan dari Allah sekaligus menganugerahkan kemandirian dan otonomi kepada ciptaan. Allah menciptakan kita dengan memberi kita daya untuk hidup, berkembang, menentukan, dan mempertanggungjawabkan diri sendiri. Maka berbeda dari ketergantungan dari manusia, ketergantungan dari Allah justru membebaskan.... Allah tidak merampas, melainkan memberdayakan jati diri kita. 17 Pemberdayaan manusia adalah sekaligus pula gambaran bagaimana Allah sesungguhnya menginginkan sesuatu yang baik, indah dan benar dalam diri manusia itu. Pemberdayaan ini hanya mungkin terjadi bila manusia sungguh-sungguh mengupayakan sesuatu yang baik dan berguna dalam hidupnya. Di samping itu, dalam relasi dengan sesamanya, manusia mesti senantiasa menyertakan Cinta. Hanya oleh Cintalah manusia dapat menjadi semakin sempurna dalam hidupnya. Pengalaman manusia berasal dari Cinta pada gilirannya merupakan tugasnya untuk meneruskan Cinta tersebut. Dalam hal apa manusia dapat meneruskan Cinta itu? hal yang paling penting adalah ia mesti meneruskan Cinta itu dalam hidup kesehariaannya. Pengalaman hidup sehari-hari mengharuskan manusia meneruskan Cinta supaya semua perbuatannya senantiasa dapat mengarah pada karakter Cinta seperti yang telah dibahas pada bagian sebelumnya di atas. Pemberdayaan manusia oleh Allah hanya mungkin terjadi bila ada relasi yang sangat dekat antara manusia dengan sesamanya. Itu pun mesti dalam relasi yang dilandasi oleh Cinta sejati. Berikut penjelasannya: Hal cinta menunjukkan bagaimana Allah memberdayakan kita. Apabila dua manusia bersatu dalam cinta sejati, mereka di satu pihak mengalami diri sama sekali bebas: Dalam cinta sejati tak ada unsur paksaan atau manipulasi. Dalam saling mencintai, mereka sedikit pun tidak merasa tertekan, melainkan justru memberikan diri satu kepada yang lain secara sama sekali bebas. Maka dalam cinta, jati diri mereka mencapai puncaknya. Sekaligus mereka total bergantung satu dari yang lain karena merasa tidak bisa hidup lagi kalau terpisah dari yang dicintai. Kebebasan dan pemberdayaan terwujud bersama dengan ketergantungan, dan ketergantungan antara dua sosok yang saling mencintai justru membebaskan.... kita dapat mengerti bahwa kemahakuasaan Allah yang merupakan kasih bukan melumpuhkan, melainkan membuat kita berdaya. Kemahakuasaan kasih Allah justru memberdayakan kita agar bebas dan bertanggung jawab atas diri kita. 18 Pemberdayaan manusia sangat luar biasa. Manusia tidak hanya menjadi berdaya dalam individunya sendiri, melainkan juga untuk sesamanya dan bahkan Tuhannya yang empunya Cinta. Hal yang sama saya lihat dalam perspektif Armada Riyanto di mana ia mendasarkan Cinta sebagai itu yang mengenal prinsip keselarasan. 19 Dalam hemat saya, keselarasan yang dimaksud di sini mau mengatakan bahwa manusia yang diciptakan sebagai pemberdayaan harus membagikan Cintanya kepada sesamanya. Dengan membagikan Cinta terhadap sesamanya, manusia akan mampu mengalahkan otonomi diri yang memiliki tendensi untuk berbuat jahat atau buruk. Keselarasan ini mau memaksudkan juga bahwa Cinta kepada sesama manusia harus selaras dengan 17 Ibid., 123. 18 Ibid., 129-130. 19 Armada Riyanto, Relasionalitas, 375. 8 w w w. b e t a n g f i l s a f a t. o r g

Cinta kepada Allah. Hanya dengan mengamalkan Cinta secara selaras, manusia dapat menjadi individu yang sempurna. Manusia: Makhluk Rasional dan Otonom Gabriel Marcel adalah salah seorang filsuf modern yang mengatakan bahwa manusia adalah makhluk rasional dan sekaligus otonom. Hal itu memaksudkan bahwa manusia memiliki akal budi untuk berpikir dan bertindak sekaligus memiliki pula kebebasan untuk melakukan apa saja dalam hidupnya. Dengan akal budinya itu sejatinya manusia diarahkan untuk menuju kepada kebaikkan, namun karena otonominya pula ia memiliki tendensi tidak mencapai kebaikkan tersebut. Hal itu dikarenakan manusia tidak menggunakan kebebasan atau otonomi dirinya dengan sebaik-baiknya. Manusia sebagai makhluk yang rasinonal atau memiliki akal budi dapat dilihat pada teori evolusi Darwinisme. Dengan akal budinya, Charles Robert Darwin memaklumkan terori evolusi untuk menjelaskan asal-usul manusia. Dengan rasionalitas pula ia telah membuat suatu teori evolusi yakni bahwa gejala-gejala biologis yang terus berubah, yang tampak pada segala makhluk hidup 20 merupakan suatu gambaran cara kerja akal budi. Lalu dalam kebebasanya, manusia juga memiliki macam-macam kebebasan. Pius Pandor sendiri mengatakan bahwa diskursus tentang kebebasan ini selalu ada kaitannya dengan hak asasi manusia atau hak dasar yang dimiliki manusia yang hidup di dunia ini. Menurutnya kebebasan dan hak asasi itu merupakan kodrat manusia sendiri. 21 Ia melanjutkan dengan pemikiran Franz Magnis- Suseno bahwa hak asasi manusia tersebut dapat dikelompokkan dalam empat bagian atau kategori yakni, hak-hak asasi negatif atau liberal, hak-hak asasi aktif atau demokratis, hak-hak asasi positif dan hak-hak asasi sosial. 22 Di sini makin tampak lebih jelas bahwa manusia memiliki kebebasan dalam hidup sosial. Dalam hemat saya, hak-hak asasi seperti yang dijelaskan di atas merupakan hak bebas milik setiap individu. Kebebasan ini hanya mungkin mencapai itu yang disebut sempurna bila didasari oleh akal budi manusia. Namun yang tak kalah memiliki peranan penting adalah juga Cinta, karena semuanya berasal dari Cinta dan mesti diarahkan kembali hanya pada Cinta itu sendiri. Jalan Menuju Cinta: Manusia Menghadapi Tantangan Kendati manusia berasal dari Cinta, namun bukan berarti ia dapat secara langsung mampu mencapai Cinta tersebut. Ada beberapa persoalan yang dihadapai manusia untuk mencapai Cinta. Namun sebelumnya perlu disegarkan lagi pemahaman tentang Cinta, mengapa manusia harus menuju Cinta? alasannya jelas karena manusia berasal dari Cinta, maka dengan sendirinya ia mesti mengarahkan dirinya ke sana. Karena hanya dalam Cinta itu ia dapat menjadi sempurna. Hanya dalam Cinta pula manusia dapat menjadi baik dan indah seperti karakter Cinta. Dan, sudah barang tentu bahwa semua karakter Cinta yang mesti diikuti manusia akan menjadikannya kembali seperti Cinta itu sendiri. 20 Bdk. Harun Hadiwijono, 86. 21 Pius Pandor, 169. 22 Ibid., 169-170. 9 w w w. b e t a n g f i l s a f a t. o r g

Berbicara tentang persoalan atau tantangan dalam mencapai Cinta sebetulnya secara langsung membahas jati diri manusia. Mengapa demikian? Karena manusia adalah makhluk yang otonom dan bebas. Dengan kebebasan itu ia dapat memilih dan mengikuti apa saja. Hal yang kemudian menjadi tantangan baginya adalah ketika ia salah dalam menggunakan kebebasan yang dianugerahkan oleh Sang Cinta kepadanya. Dalam pengalaman hidup sehari-hari kita dapat menjumpai banyak sekali orang-orang yang salah dalam menggunakan jabatan, sebutlah saja misalnya seorang kepala daerah korupsi uang negara atau para wakil rakyat yang secara masal juga melakukan hal yang sama. Korupsi telah terjadi di segala bidang atau lembaga masyarakat yang pada gilirannya merusak moral bangsa. 23 Hal semacam ini menunjukkan bahwa manusia tersebut sedang mengalami suatu tantangan. Ia ditantang untuk berbuat jujur, berlaku adil dan bersikap baik. Hal ini tidaklah mudah bila hanya mengandalkan kekuatan fisik atau inderawi kita. Namun bila kita menengok dan bercermin pada hakikat Cinta sebagai asal dan sumber kita, maka dapat dijamin bahwa tantangan-tantangan yang ada tersebut dapat di atasi. Armada Riyanto juga masuk dalam persoalan mengenai tantangan-tantangan menuju Cinta ini. Memang ia tidak secara gamblang menyebutkan bahwa tindakan me-liyan-kan perempuan 24 adalah juga salah satu kejatuhan manusia yang tidak mampu menghadapi tantangan tersebut. Namun, dalam elaborasi saya, hal ini pun merupakan salah satu ciri manusia yang sedang menghadapi tantangan untuk mencapai Cinta. Di sini saya menyebutnya bahwa orang yang me- Liyan-kan perempuan adalah orang yang tidak mampu lagi menghadapi tantangan dalam mencapai Cinta tersebut sehingga ia menjadi jatuh dalam kubangan dosa. Apa itu dosa? Franz Magnis-Suseno lagi-lagi menjelaskan dengan sangat baik bahwa akar dosa adalah sebuah kesombongan. 25 Kesombongan ini juga identik dengan ketidakjujuran dari manusia. Hal itu kemudian melahirkan kebohongan, kemunafikan, pelecehan, penipuan dan macam-macam perbuatan jahat lainnya. Hal yang sama juga adalah kerakusan, serakah dan ingin menang sendiri. Itulah macam-macam tantangan manusia untuk mencapai Cinta. Memang mesti diakui bahwa tantangan tersebut bukanlah perkara mudah dan ringan, namun sangat serius dan berat. Dalam hemat saya, Cinta itu begitu agung dan mahakuasa, maka tantantangan untuk mencapainya pun juga setara. Manusia Kembali Kepada Sang Cinta Sejatinya hidup manusia di dunia ini adalah kembali kepada Sang Cinta yakni Allah sendiri. Allah telah menciptakan manusia dengan percikan Cinta-Nya. Allah juga telah merahmati manusia dengan kuasa-nya dan Allah pun senantiasa mencintai manusia tanpa henti. Allah begitu luar biasa, oleh Cinta-Nya Ia memberdayakan manusia sehingga memiliki kemampuan untuk menjadi makhluk sempurna. 23 Bdk. Koran Kompas, Sabtu, 27 Oktober 2018, 1. 24 Armada Riyanto, Relasionalitas, 290. 25 Bdk. Franz Magnis-Suseno, 135. 10 w w w. b e t a n g f i l s a f a t. o r g

Barangkali patutlah ditanyakan di mana tempat manusia ketika ia kembali kepada Sang Cinta tersebut? Dalam perspektif iman Katolik ada suatu tempat bagi jiwa-jiwa manusia yang telah meninggal. Untuk manusia yang dalam hidupnya senantiasa mengarahkan hati dan pikiran serta tindakannya hanya pada Allah, maka dapat dijamin ia akan mencapai Allah, bertemu dengan Sang Cinta. Tempat itu dikatakan Surga. Dalam Surga itu ada suasana damai, tenteram, sejahtera, adil, baik dan indah. Di sana tidak ada pertentangan dan kecurangan, yang ada hanyalah saling membagi Cinta satu sama lain. Di sana juga ada kehadiran Sang Cinta itu sendiri. Franz Magnis-Suseno menjelaskan demikian tentang Surga tersebut: Perdamaian itulah yang kita sebut surga. Yang menentukan segala-galanya adalah kehadiran Allah, sumber keselamatan kita dan kerinduan hati kita yang paling dalam. Damai karena kita terekonsiliasi penuh dengan Allah. Kita juga terekonsiliasi dengan semua orang yang dalam arti apa pun berdampak pada hidup kita serta kita berdampak pada mereka. 26 Gambaran Surga begitu luar biasa. Dalam hemat saya, situasi yang digambarkan tentang Surga adalah situasi di mana manusia sungguh-sungguh dalam suasana yang begitu amat bahagia. Bahagia karena di sana ada kedamaian yang menenteramkan. Agustinus juga menyebut bahwa perdamaian adalah kodrat manusia dan ia pun menegaskan bahwa perdamaian adalah itu yang dirindukan oleh setiap manusia, bahkan oleh setiap makhluk. 27 Maka hal ini menunjukkan bahwa manusia mesti kembali kepada Sang Cinta supaya menjadi sempurna. Lalu dapat lagi ditanyakan di mana tempat jiwa-jiwa manusia yang tidak kembali kepada Sang Cinta? lagi dalam perspektif iman Katolik tempat yang semacam itu disebut Neraka. Di sini neraka bukan dimaknai sebagai tempat di mana orang-orang berdosa dikutuk dan dikurung, melainkan Neraka adalah manusia itu sendiri, manusia yang menolak Allah dan rangkulan kasih- Nya. 28 Artinya manusia yang melakukan kejahatan adalah Neraka, karena di situ bersemayam segala macam kejahatan yang lainnya. Sekarang menjadi semakin jelas bahwa manusia yang berasal dari Cinta Allah, dinaungi oleh-nya dan cintai-nya sehingga mampu menjadi sempurna. Dalam menciptakan manusia, Allah ingin memberdayakan manusia dan mengusahakan segala macam kebaikan di alam semesta ini. Allah juga bersedia menjadi partner bagi manusia untuk mengusahakan kebaikkan itu. Maka sekarang, manusia yang berasal dari Cinta kembali kepada Cinta untuk menjadi sempurna. Penutup Penciptaan manusia di dunia ini bukan suatu peristiwa kebetulan atau ide yang datang begitu saja dari Allah. Allah menciptakan manusia dengan Cinta-Nya yang besar dan kemahakuasaan- Nya. Ia tidak dipaksa, melainkan atas kehendak bebas-nya Ia membuat makhluk yang secitra dan segambar dengan-nya sendiri. Allah ingin memberdayakan manusia dan menjadi partner-nya dalam mengusahakan kebaikkan di dunia ini. Allah memberi akal budi untuk berpikir kepada 26 Ibid., 145-146. 27 Pius Pandor, 150. 28 Bdk. Franz Magnis-Suseno, 147-148. 11 w w w. b e t a n g f i l s a f a t. o r g

manusia dan kehendak bebas untuk bertindak. Semua ini sama sekali bukan suatu peristiwa kebetulan atau produk iseng dari Allah. Ini murni karena Cinta. Pada gilirannya dan dengan sendirinya manusia yang berasal dari Sang Cinta mesti kembali lagi kepada Sang Cinta tersebut. Kehendak bebas yang salah digunakan ternyata menjadi tantangan manusia atau penghambat baginya untuk bertemu dengan Sang Cinta itu. Maka oleh akal budi dan rahmat Cinta yang tertanam dalam jiwanya, manusia dapat kembali mencapai Sang Cinta. Kembali kepada Sang Cinta menandakan manusia itu menjadi sempurna. Dalam kesempurnaannya itu manusia tidak dapat binasa. Pada taraf sempurna itu manusia bersatu dan menyatu dengan Sang Cinta yang hanya mungkin dipahami dengan konsep metafisik. Persatuan manusia dengan Sang Cinta adalah tujuan akhir hidup manusia. Daftar Pustaka Hadiwijono, Dr. Harun. Sari Sejarah Filsafat Barat 2. Yogyakarta: Kanisius, 2012. Huijbers, Dr. Theo. Mencari Allah: Pengantar Ke Dalam Filsafat Ketuhanan. Yogyakarta: Kanisius, 1992. Magnis-Suseno, Franz. Katolik Itu Apa?: Sosok Ajaran Kesaksiannya. Yogyakarta: Kanisius, 2018. Pandor, Pius. Seni Merawat Jiwa: Tinjauan Filosofis. Jakarta: Obor, 2014. Riyanto, Armada. Relasionalitas (Filsafat Fondasi Interpretasi: Aku, Teks, Liyan, Fenomen). Yogyakarta: Kanisius, 2018.. Menjadi-Mencintai: Berfilsafat Teologis Sehari-hari. Yogyakarta: Kanisius, 2016. Koran Kompas, Sabtu, 27 Oktober 2018. 12 w w w. b e t a n g f i l s a f a t. o r g