DAYA DUKUNG PERAIRAN PULAU HARI SEBAGAI OBYEK EKOWISATA BAHARI



dokumen-dokumen yang mirip
3. METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG EKOWISATA BAHARI PULAU HARI KECAMATAN LAONTI KABUPATEN KONAWE SELATAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA ROMY KETJULAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK WISATA SELAM DAN SNORKELING DI PULAU BIAWAK, KABUPATEN INDRAMAYU

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG EKOWISATA PANTAI, SELAM DAN SNORKELING DI PULAU BERHALA KABUPATEN SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA

ANALISI DAYA DUKUNG PEMANFAATAN PULAU GILI LABAK DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

PENENTUAN KAWASAN WISATA BAHARI DI P.WANGI-WANGI DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

3 METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA. Secara ekologis terpisah dari pulau induk (mainland island), memiliki batas fisik

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di sepanjang jalur ekowisata hutan mangrove di Pantai

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA SELAM DI PERAIRAN PULAU PANJANG, JEPARA, JAWA TENGAH. Agus Indarjo

ANALISIS KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG EKOSISTEM TERUMBU KARANG SEBAGAI EKOWISATA BAHARI DI PULAU DODOLA KABUPATEN PULAU MOROTAI

PENENTUAN KAWASAN WISATA BAHARI DI P.WANGI-WANGI DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DETERMINATION OF MARINE TOURISM REGION IN WANGI-WANGI ISLAND WITH

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DALAM PENENTUAN KAWASAN WISATA BAHARI DI PULAU WANGIWANGI, KABUPATEN WAKATOBI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

3. METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2. Jenis dan Sumber Data

BAB III METODE PENELITIAN

Ahmad Bahar *1, Fredinan Yulianda 2, Achmad Fahrudin 3

PEMODELAN DAYA DUKUNG PEMANFAATAN PULAU SAPUDI DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

ANALISA KESESUAIAN KAWASAN DAN DAYA DUKUNG UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PULAU PASUMPAHAN KOTA PADANG

3. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan

Faudila Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH,

ANALISIS DAYA DUKUNG MINAWISATA DI KELURAHAN PULAU TIDUNG, KEPULAUAN SERIBU

The Management Modelling of Sustainable Ecotourism Small Island of South Morotai and South-West Nort Halmahera District, North Maluku Province

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Jenis data Indikator Pengamatan Unit Sumber Kegunaan

3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2. Alat dan Bahan

III. METODE PENELITIAN

KERUSAKAN TERUMBU KARANG KARIMUNJAWA AKIBAT AKTIVITAS TRANSPORTASI BATUBARA

3. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. berkembang pesat di seluruh dunia (Akhyaruddin, 2012). Banyak orang mulai

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN WISATA BAHARI DI KABUPATEN POLEWALI MANDAR

KESESUAIAN EKOWISATA SNORKLING DI PERAIRAN PULAU PANJANG JEPARA JAWA TENGAH. Agus Indarjo

BAB I PENDAHULUAN. besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian

DAYA DUKUNG KAWASAN PANTAI TIMUR KABUPATEN BULUKUMBA UNTUK AKTIVITAS WISATA BAHARI

Kajian Kesesuaian dan Daya Dukung Wilayah Pesisir Pantai Bandengan Jepara, sebagai Upaya Optimalisasi Pengembangan Kegiatan Wisata Bahari

Oleh: HAZMI C SKRlPSl Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Perikanan Dan llmu Kelautan

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Terumbu Karang

KAJIAN PROSPEK DAN ARAHAN PENGEMBANGAN ATRAKSI WISATA KEPULAUAN KARIMUNJAWA DALAM PERSPEKTIF KONSERVASI TUGAS AKHIR (TKP 481)

SPERMONDE (2017) 3(1): ISSN: STUDI PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PULAU PASIR PUTIH KABUPATEN POLEWALI MANDAR

KESESUAIAN EKOWISATA SELAM DI PULAU MANDANGIN KABUPATEN SAMPANG

Carrying capacity of Liukang Loe Island waters for marine ecotourism activities

By : ABSTRACT. Keyword : Coral Reef, Marine Ecotourism, Beralas Pasir Island

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor

KONDISI TERUMBU KARANG PADA LOKASI WISATA SNORKELING DI KEPULAUAN KARIMUNJAWA, JAWA TENGAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN km dan ekosistem terumbu karang seluas kurang lebih km 2 (Moosa et al

KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG SUMBERDAYA TERUMBU KARANG UNTUK PENGEMBANGAN WISATA SNORKELING

RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN EKOWISATA PESISIR INTERPRETATIF DI KAWASAN KONSERVASI LAUT DAERAH SELAT DAMPIER KABUPATEN RAJA AMPAT PROVINSI PAPUA BARAT

ANALISIS PENGELOLAAN TERUMBU KARANG UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PULAU PONCAN KOTA SIBOLGA, SUMATERA UTARA 1

Triyadi Purnomo *, Sigid Hariyadi, Yonvitner

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut

TINJAUAN PUSTAKA. Data menunjukkan bahwa sektor pariwisata di Indonesia telah. Olehkarenanya, sektor ini menjadi sangat potensial untuk dikembangkan

Analisis Kesesuaian dan Daya Dukung Wisata Kawasan Pantai Labombo Kota Palopo

PEMETAAN KONDISI TERUMBU KARANG DI DESA SUMBERKENCONO KABUPATEN BANYUWANGI

BAB I PENDAHULUAN. positif yang cukup tinggi terhadap pendapatan negara dan daerah (Taslim. 2013).

STUDI KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN UNTUK REKREASI PANTAI DI PANTAI PANJANG KOTA BENGKULU

STUDI KESESUAIAN PANTAI LAGUNA DESA MERPAS KECAMATAN NASAL KABUPATEN KAUR SEBAGAI DAERAH PENGEMBANGAN PARIWISATA DAN KONSERVASI

LINE INTERCEPT TRANSECT (LIT)

ANALISIS KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG EKOWISATA PANTAI, SELAM DAN SNORKELING DI PULAU BERHALA KABUPATEN SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KAJIAN POTENSI SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA PESISIR NUHUROA MALUKU TENGGARA SANTI PT RAHANTOKNAM

ANALISIS EKOSISTEM TERUMBU KARANG UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA DI KELURAHAN PANGGANG, KABUPATEN ADMINISTRATIF KEPULAUAN SERIBU

PENGEMBANGAN WISATA BAHARIDALAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA PULAU-PULAU KECIL BERBASIS KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG Studi Kasus Pulau Sebesi Provinsi Lampung

POTENSI DAYA TARIK DAN PERSEPSI PENGUNJUNG TERHADAP EKOWISATA LAUT DI PULAU HARAPAN, TAMAN NASIONAL LAUT KEPULAUAN SERIBU (TNKpS)

Analisis Kesesuaian Lahan Wilayah Pesisir Kota Makassar Untuk Keperluan Budidaya

KONDISI EKOSISTEM TERUMBU KARANG DI KEPULAUAN TOGEAN SULAWESI TENGAH

KAJIAN POTENSI SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BERBASIS PULAU-PULAU KECIL DI PULAU SAYAFI DAN LIWO PROVINSI MALUKU UTARA

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS KESESUAIAN WISATA DIVING DI KAWASAN PERAIRAN PULAU KUNYIT SEBELAH TIMUR KECAMATAN PULAU LAUT TANJUNG SELAYAR KABUPATEN KOTABARU

Pemetaan Terumbu karang Pulau Gili Labek dengan Metode Transek Foto Bawah Air dan Citra Satelit LDCM untuk Arahan Pemanfaatan Ekowisata

BAB I PENDAHULUAN. II/1999 seluas ha yang meliputi ,30 ha kawasan perairan dan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan yang hidup di lingkungan yang khas seperti daerah pesisir.

PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH

Depik Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan, Pesisir dan Perikanan p-issn: , e-issn:

PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI BERBASIS SUMBERDAYA PULAU- PULAU KECIL DI PULAU SAYAFI DAN LIWO, KABUPATEN HALMAHERA TENGAH

Kesesuaian Lahan dan Daya Dukung Kawasan Wisata Pantai Botutonuo, Kecamatan Kabila Bone, Kabupaten Bone Bolango

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pariwisata Kabupaten Lombok Barat, 2000). 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Karakteristik Pulau Kecil: Studi Kasus Nusa Manu dan Nusa Leun untuk Pengembangan Ekowisata Bahari di Maluku Tengah

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGELOLAAN PULAU KECIL UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI (STUDI KASUS PULAU LIUKANG LOE, KABUPATEN BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN)

PENILAIAN EKONOMI WISATA BAHARI DI PULAU MOROTAI, KABUPATEN HALMAHERA UTARA PROVINSI MALUKU UTARA MUHAMMAD M BANAPON

KAJIAN REHABILITASI SUMBERDAYA DAN PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR PASCA TSUNAMI DI KECAMATAN PULO ACEH KABUPATEN ACEH BESAR M.

3. METODOLOGI PENELITIAN

PERSENTASE TUTUPAN KARANG HIDUP DI PULAU ABANG BATAM PROVINSI KEPULAUAN RIAU

Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kawasan Pesisir dan Pantai

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KAJIAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI PULAU TIKUS BENGKULU

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II

Transkripsi:

Paradigma, Vol. 14 No. 2 Agustus 2010 hlm. 195 204 DAYA DUKUNG PERAIRAN PULAU HARI SEBAGAI OBYEK EKOWISATA BAHARI RomyKetjulan 1) 1) Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan FPIK Universitas Haluoleo, Kendari 93231 ABSTRAK Penelitian ini mengkaji tentang daya dukung kawasan wisata bahari Pulau Hari dalam menerima sejumlah wisatawan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah maksimum wisatawan yang dapat berkunjung, tanpa menimbulkan gangguan terhadap sumberdaya yang ada. Berdasarkan hasil penelitian dan interpretasi data citra satelit, luas area yang dapat digunakan untuk wisata snorkling sebesar 12,83 ha, dan dapat menampung sejumlah wisatawan secara lestari sebesar 513 orang/trip. Luas area yang dapat digunakan untuk wisata selam sebesar 11,82 ha, dan dapat menampung wisatawan sebesar 472 orang/trip. Dengan demikian total luas area yang dapat digunakan untuk kedua jenis kegiatan wisata tersebut sebesar 24,65 ha, dan dapat menampung sejumlah wisatawan sebesar 985 orang/trip. Kata Kunci: daya dukung ABSTRACT This study examines the carrying capacity of marine tourism in the Hari island received a number of tourists. This study aims to determine the maximum number of tourists who can visit, without causing disruption to existing resources. Based on the research and interpretation of satellite image data, the total area to beused for snorkeling tours of12.83 ha, and can accommodate a numberoftouristsinasustainablemannerfor513person/trip.theareathatcanbeusedfordive tourism amounted to 11.82 ha, and can accommodate tourists amounted to 472 person/ trip. Thus thetotalareathatcanbeusedforbothtypesoftourismactivitiesintheamountof24.65ha,andcan accommodate a number of tourists amounted to 985 person/ trip. Keyword: carrying capacity 1. Pendahuluan Sebagai salah satu wilayah di Kawasan Timur Indonesia(KTI), Provinsi Sulawesi Tenggara memiliki potensi yang cukup besar untuk pengembangan ekowisata bahari. Potensi tersebut berupa laut yang memiliki luas ± 114.876 km 2, dengan panjang garis pantai 1.740 km, dan terdapat 124 buah pulau-pulau kecil. Diantara pulau-pulau kecil tersebut, Pulau Hari merupakan salah satu pulau kecil yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai obyek wisata dengan konsep ekowisata. Ekowisata bahari merupakan bentuk pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut yang dikembangkan dengan pendekatan konservasi. Konsep ekowisata tidak mengedepankan faktor pertumbuhan

Daya Dukung Perairan Pulau Hari Sebagai Obyek Ekowisata Bahari 196 ekonomi, melainkan menjaga keseimbangan antara kegiatan pemanfaatan dan kelestarian sumberdaya[1]. Salah satu ciri dalam pengembangan ekowisata adalah pembatasan jumlah pengunjung atau wisatawan sesuai dengan daya dukung (carrying capacity) kawasan. Pembatasan jumlah pengunjung dilakukan karena terjadinya kerusakan lingkungan dan sumberdaya, salah satunya disebabkan oleh banyaknya jumlah wisatawan yang melebihi daya dukung kawasan. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hawkins and Roberts [2] bahwa peningkatan jumlah wisatawan (penyelam) dalam kegiatan wisata diving secara eksponensial meningkatkan persentase kerusakan ekosistem terumbu karang. Daya dukung(carrying capacity) lingkungan secara umum dapat diartikan sebagai kemampuan lingkungan (alam) untuk mendukung kehidupan manusia atau benda hidup lainnya. Menurut Clark[3] daya dukung adalah suatu cara untuk menyatakan batas-batas penggunaan terhadap sumberdaya. Analisis daya dukung merupakan salah satu pendekatan bahwa alam mempunyai batas maksimum untuk menerima aktivitas yang dilakukan oleh manusia dalam kurun waktu tertentu. Kajian daya dukung wisata bahari bertujuan untuk menentukan jumlah maksimum pengujung wisata yang masih ditolerir suatu kawasan wisata. Hal ini dilakukan karena dalam ekowisata, pengembangan kegiatan wisata bahari tidak bersifat mass tourism, mudah rusak dan ruang untuk pengunjung sangat terbatas. Dengan demikian untuk mengembangkan ekowisata bahari di kawasan pesisir perlu penentuan daya dukung agar kegiatan wisata yang dilakukan dapat berlangsung secara terus menerus(sustainable). Kegiatan wisata selam dan wisata snorkling yang dilakukan di perairan Pulau Hari pada dasarnya memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Tetapi disisi lain, kegiatan wisata tersebut juga memberikan dampak negatif terhadap kelestarian sumberdaya alam, khususnya terumbu karang. Dampak negatif dapat terjadi akibat tingginya jumlah pengguna sumberdaya yang melebihi daya dukung lingkungan untuk menerima tekanan yang ditimbulkan. Berdasarkan hasil kajian yang telah dilakukan sebelumnya, perairan Pulau Hari memiliki potensi terumbu karang, dan tergolong cukup sesuai untuk pengembangan

Paradigma, Vol. 14 No. 2 Agustus 2010 hlm. 195 204 197 ekowisata bahari, khususnya wisata selam dan wisata snorkling. Disisi lain, perairan pulau ini tentuya memiliki batas maksimum dalam menerima tekanan yang ditimbulkan oleh aktivitas wisata yang dilakukan. Untuk mengurangi dampak negatif kegiatan wisata terhadap kelestarian terumbu karang di periaran Pulau Hari, tentunya diperlukan pembatasan jumlah pengunjung sesuai dengan daya dukung kawasan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah maksimum wisatawan yang secara lestari dapat ditolerir perairan Pulau Hari. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan Pemerintah Daerah Kabupaten Konawe Selatan dalam rangka pengelolaan Pulau Hari sebagai obyek wisata bahari. 2. Metode Penelitian a. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di perairan Pulau Hari Kecamatan Laonti Kabupaten Konawe Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara. Lokasi penelitian ditentukan dengan alasan bahwa perairan Pulau Hari memiliki hamparan ekosistem terumbu karang, dan telah dijadikan sebagai obyek wisata oleh masyarakat Kota Kendari. Penelitian ini berlangsung pada bulan Mei Juni 2009. b. Penentuan Stasiun Penelitian Penentuan stasiun penelitian didasarkan pada pengamatan kualitatif observasi lapangan yang dilakukan berdasarkan hasil klasifikasi data citra satelit. Pengambilan data komunitas karang dan ikan karang ditentukan secara purposif sebanyak 7 titik, yang kemudian koordinat titik tersebut ditetapkan dengan bantuan GPS(global position system). Sebelum menentukan titik sampling, dilakukan survey manta tow untuk melihat gambaran secara umum kondisi komunitas karang. Penentuan titik sampling dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa faktor, antara lain luas hamparan komunitas karang, keragaman lifeform, dan kondisi baik buruknya komunitas terumbu. Penentuan titik sampel dimaksudkan sebagai ground chek data yang diperoleh melalui interpretasi citra satelit dengan kondisi lapangan.

Daya Dukung Perairan Pulau Hari Sebagai Obyek Ekowisata Bahari 198 c. JenisdanSumberData Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data tutupan komunitas karang, bentuk pertumbuhan karang(lifeform), jenis ikan karang, kedalaman perairan, kecepatan arus perairan, kecerahan perairan dan Citra Landsat 7 ETM + 2005. Jenis data yang dibutuhkan dan peralatan yang digunakan selama proses penelitian disajikan pada Tabel berikut. Tabel 1 Jenis data yang dibutuhkan, metode pengumpulan, peralatan yang digunakan dan sumber data dalam penelitian. Komponen Data Metode Pengumpulan Data Alat/bahan yang digunakan 1 2 4 1. Tutupan komunitas karang 2. Jumlahlifeform 3. Jenis ikan karang 4. Kedalamanperairan 5. Kecepatanarus 6. Kecerahanperairan Survey dan interpretasi citra Visual sensus Visual sensus Pengukuran di lapangan Pengukuran di lapangan Pengukuran di lapangan SCUBA set, Data Satelit SCUBA set SCUBA set Meter, GPS Current meter Sechhi disk d. Analisis Data sebagai berikut: Persentase penutapan komunitas karang dihitung dengan menggunakan rumus Ø Dengan demikian, dapat diketahui tingkat kerusakan berdasarkan persentase penutupan komunitas karang hidup. Kriteria persentase tutupan komunitas karang yang digunakan, berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 4 Tahun 2001 tentang kriteria baku kerusakan terumbu karang dengan kategori sebagai berikut: 1. persentase penutupan : 0 24.9% (kategori rusak) 2. persentase penutupan : 25 49.9% (kategori sedang) 3. persentase penutupan : 50 74.9% (kategori baik) 4. persentase penutupan : 75 100% (kategori baik sekali) Pengambilan data kondisi terumbu karang dan ikan karang dilakukan pada kedalaman 3 meter dan 10 meter. Dua kedalaman tersebut dianggap mewakili kondisi terumbu karang

Paradigma, Vol. 14 No. 2 Agustus 2010 hlm. 195 204 199 karena biasanya karang tumbuh dengan baik dan keragaman jenis karang tinggi pada kedalaman tersebut. Data dari setiap parameter biofisik akan di petakan menjadi peta tematik dengan bantuan data citra satelit. Setelah diperoleh peta tematik setiap parameter, selanjutnya dilakukan overlay sehingga membetuk peta spasial yang dapat menghitung luas kawasan yang dijadikan sebagai obyek wisata. Dengan demikian daya dukung kawasan Pulau Hari sebagai obyek wisata selam dan snorkling dapat diketahui. Metode yang diperkenalkan untuk menghitung daya dukung pengembangan ekowisata, menggunakan konsep Daya Dukung Kawasan(DDK). Daya Dukung Kawasan adalah jumlah maksimum pengunjung yang secara fisik dapat ditampung di kawasan yang disediakan pada waktu tertentu tanpa menimbulkan gangguan pada alam dan manusia. Daya Dukung Kawasan dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut[1] : Ô Ô dimana: DDK = daya dukung kawasan K = maksimum wisatawan per satuan unit area Lp = luas area atau panjang area yang dapat dimanfaatkan Lt = unit area untuk kategori tertentu Wt = waktu yang disediakan oleh kawasan untuk kegiatan wisata dalam satu hari Wp = waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk setiap kegiatan tertentu Potensi ekologis pengunjung (K) ditentukan oleh kondisi sumberdaya dan jenis kegiatan yang akan dikembangkan. Luas suatu area yang dapat digunakan oleh pengunjung mempertimbangkan kemampuan alam mentolerir pengunjung sehingga sumberdaya tetap terjaga. Berikut disajikan potensi ekologis pengunjung dan luas area masing-masing kegiatan wisata.

Daya Dukung Perairan Pulau Hari Sebagai Obyek Ekowisata Bahari 200 Tabel 2. Potensi ekologis pengunjung(k) dan luas area kegiatan(lt) Jenis Kegiatan K ( Pengunjung) Unit Area (Lt) Keterangan Selam 2 2000m 2 setiap2orangdalam200mx10m Snorkeling 1 500m 2 setiap1orangdalam100mx5m WisataLamun 1 500m 2 setiap1orangdalam100mx5m Wisata Mangrove 1 50 m dihitung panjang track, setiap 1 orang sepanjang 50 m Rekreasi 1 50m 1orangsetiap50mpanjangpantai Pantai Wisata Olah 1 50m 1orangsetiap50mpanjangpantai Raga Sumber: Yulianda[1] Sementara itu rata-rata perkiraan waktu yang dibutuhkan oleh setiap wisatawan atau pengunjung untuk setiap kegiatan wisata, disajikan pada Tabel sebagai berikut. Tabel 3. Waktu yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan wisata No Kegiatan Waktu yang dibutuhkan Totalwaktu1hari Wp-(jam) Wt-(jam) 1. Selam 2 8 2. Snorkeling 3 6 3. Berjemur 2 4 4. Rekreasi pantai 3 6 5. Wisata mangrove 2 8 6. Wisata lamun 2 4 7. Memancing 3 6 Sumber: Yulianda[1] 3. Hasil dan Pembahasan Kondisi biofisik perairan Pulau Hari secara umum tergolong cukup sesuai untuk dikembangan sebagai obyek wisata khususnya wisata selam dan wisata snorkling. Berdasarkan hasil pengukuran kecerahan perairan di lokasi penelitian menunjukan bahwa tingkat kecerahan perairan mencapai 100%. Dengan tingkat kecerahan tersebut menggambarkan bahwa daya tembus sinar matahari mencapai dasar perairan, baik pada

Paradigma, Vol. 14 No. 2 Agustus 2010 hlm. 195 204 201 kedalaman 3 meter maupun pada kedalaman 10 meter dibawah permukaan laut. Kecerahan perairan tersebut melebihi kedalaman keberadaan terumbu karang yang dipersyaratkan untuk kedua jenis kegiatan wisata. Kecepatan arus perairan mencapai rata-rata 7,3 cm/dtk, dan juga tergolong sangat sesuai untuk kegiatan wisata. Persentase tutupan komunitas karang diperairan Pulau Hari rata-rata mencapai 59,09 % di kedalaman 3 meter, dan 52,38 % pada kedalaman 10 meter. Secara keseluruhan jumlah lifeform yang ditemukan di perairan Pulau Hari berjumlah 22 lifeform. Pada kedalaman 3 meter terdapat 18 lifeform, sedangkan pada kedalaman 10 meter tedapat 21 lifeform. Keanekaragaman bentuk pertumbuhan (lifeform) karang yang berhasil di identifikasi sebanyak 10 lifeform karang keras(hard Coral), yakni Acropora Branching (ACB), Acropora Encrusting (ACE), Acropora Digitatae(ACD), Coral Branching (CB), Coral Encrusting(CE), Coral Foliose(CF), Coral Heliopora(CHL), Coral Masive(CM), Coral Millepora(CME), dan Coral Mushrom(CMR). Jenis lifeform karang lainnya yang merupakan penyusun ekosistem terumbu karang adalah Soft Coral(SC), Anemon, Alga Assemblage (AA), Asteroidea, Coralin Alga (CA), Crinoidea (CRI), Gorgonian (GOR), Turf Alga(TA), Macro Alga(MA), Sponge(SP), dan Zoanthids(Zo). Jenis ikan karang yang ditemukan sebanyak 97 jenis, yang terdiri dari 20 famili dan 3434 individu. Keseluruhan data data biofisik dari hasil penelitian ini telah dianalisa secara spasial dalam bentuk peta kesesuaian untuk wisata selam dan wisata snorkling. Daya Dukung Kawasan (DDK) perairan Pulau Hari tergolong cukup besar dalam menerima sejumlah wisatawan. Berdasarkan hasil survey lapangan dan klasifikasi data citra satelit Landsat ETM+ 2005 di perairan Pulau Hari, luas area yang dapat digunakan untuk jenis kegiatan wisata selam sebesar 14.29 ha. Luas tersebut dapat mendukung kegiatan penyelaman dengan jumlah penyelam yang dapat diterima secara lestari 568 orang/trip. Sementara itu untuk wisata snorkling luas area yang dapat digunakan 13.73 ha, dan diperkirakan jumlah wisatawan yang dapat diterima secara lestari sebesar 550 orang/trip. Dengan demikian, total luas area yang dapat digunakan untuk pengembangan kegiatan wisata selam dan wisata snorkling di perairan Pulau Hari seluas 28.03 ha, dan dapat menampung jumlah wisatawan secara lestari sebesar 1118 orang/trip. Luas area

Daya Dukung Perairan Pulau Hari Sebagai Obyek Ekowisata Bahari 202 tersebut merupakan potensi yang dapat dikembangkan untuk kedua jenis wisata tanpa mempertimbangkan zona inti sebagai penyedia plasma nutfa. Atas pertimbangan keberlanjutan pemanfaatan dan kelestarian sumberdaya, dan berdasarkan kondisi biofisik, stasiun II dapat diusulkan sebagai zona inti yang berfungsi sebagai penyedia plasma nutfa. Dengan demikian luas area yang dapat digunakan untuk kegiatan wisata selam berkurang menjadi sebesar 11.82 ha, dan dapat menampung sejumlah wisatawan sebesar 472 orang/trip. Sedangkan untuk pengembangan wisata snorkling, luas area yang dapat digunakan sebesar 12.83 ha, dan dapat menampung sejumlah wisatawan secara lestari sebesar 513 orang/trip. Luas area yang dapat diusulkan sebagai zona inti tersebut sebesar 3.38 ha, dimana luas area untuk wisata selam berkurang sebesar 2.47 ha, dan luas area wisata snorkling berkurang sebesar 0.91 ha, sehingga luas area yang dapat digunakan untuk pengembangan kedua jenis wisata berkurang, dan menjadi 24.65 ha. Dengan berkurangnya luas area yang dapat dimanfaatkan, maka jumlah wisatawan secara lestari juga berkurang menjadi 985 orang/trip. Pembatasan jumlah pengunjung dimaksudkan untuk meminimalisir dampak kerusakan komunitas karang akibat kegiatan wisata. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Gossling et all [4] dan Dinerstein et all. [5] bahwa konsep ekowisata dapat melindungi keanekaragaman hayati dan fungsi ekosistem dan juga mendukung upaya konservasi. Pengukuran daya dukung lingkungan didasarkan pada pemikiran bahwa lingkungan memiliki kapasitas maksimum untuk mendukung pertumbuhan organisme yang hidup di sekitarnya [6] Jika jumlah pengunjug wisata tidak dibatasi, diduga akan mengancam kelestarian terumbu karang, sebagaimana yang dikemukakan oleh Hawkins and Roberts [2] yang menyatakan bahwa peningkatan jumlah penyelam secara eksponensial meningkatkan tingkat kerusakan terumbu karang. Dari analisis data citra satelit dan survey yang dilakukan, diperoleh peta kesesuaian wisata sebagaimana yang ditampilkan pada Gambar 1. Berdasarkan analisis tersebut, luas area untuk wisata selam yang ditampilkan pada peta berwarna hijau, sedangkan untuk wisata snorkling berwarna merah.

Tg. Peropa Paradigma, Vol. 14 No. 2 Agustus 2010 hlm. 195 204 203 9553600 9553800 9554000 9554200 9554400 474800 475000 475200 475400 475600 #Y P. Hari 9554400 9554200 9554000 9553800 9553600 Peta Kesesuaian W isata Bahari Pulau Hari Kab. Konawe Selatan Pe ta Inde ks : W N S E Skala 1 : 5000 50 0 50 Kota Kendari #Y Keterangan : Kedalaman : Garis Pantai Pu lau Ha ri Area Snorkeling Area Selam 0-5 meter 5-10 meter 10-15 meter 15-20 meter 20-30 meter > 30 meter m P. W awonii Su mber : 1. Citra Satelit L andsat ETM+ 20 05 2. Survey Lapangan 2009 3. Analisis 2009 Romy Ketjulan C252070031 474800 475000 475200 475400 475600 Sumberdaya Pesisir dan Lautan Sekolah Pascasarjana IPB 2009 Gambar 1. Peta Kesesuaian Wisata Bahari Perairan Pulau Hari 4. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, daya dukung perairan Pulau Hari untuk dikembangkan sebagai kawasan ekowisata bahari sebesar 472 orang/trip untuk wisata selam, dan wisata snorkling 513 orang/trip. Dengan demikian daya dukung kawasan perairan pulau tersebut sebesar 985 orang/trip. Daftar Pustaka [1] Yulianda, F. 2007. Ekowisata Bahari Sebagai Alternatif Pemanfaatan Sumberdaya Pesisir Berbasis Konservasi. Makalah Disampaikan dalam Seminar Sains Pada Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. Institut Pertanian Bogor. [2] Hawkins, J. P and Roberts C. M. 1997. Estimating the Carrying CapacityofCoral Reefs SympforScubaDiving.Proc 8thIntCoralReefSymp2:1923-1926. [3] Clark, J. R. 1996. Coastal Zone Managemet. Handbook. Boca, Raton, Boston, London, New York, Washington D.C: Lewis Publishers. [4] Gossling, S. 1999. Ecological Economics Analysis. Ecotourism : A Means to Safeguard Biodiversity and Ecosistem Function. Human Ecology Division, Lund University, Finngatan 16, 223 62 Lund, Sweden.

Daya Dukung Perairan Pulau Hari Sebagai Obyek Ekowisata Bahari 204 [5] Dinerstein E, Arun Rijal, Hank Cauley, and Arup Rajouria. 1998. Ecotourism s Support of Biodiversity Conservation. Nepal Conservation Research and Training Centre, P.O. Bachhauli, Sauraha, Chitwan District, Nepal. [6] Busby, P. J.,Wainwright, T.C., Bryant,G.J., Lierheimer, L.J.,Waples,R.S., Waknitz, F.W., and Lagomarsino, I.V. 1996. Status review of West Coast Steelhead from Washington, Idaho, Oregon, and California. NOAA Technical Memorandum NMFS-NWFSC-27.