EFEKTIVITAS IKAN KOAN (Ctenopharyngodon idella Val.) SEBAGAI BIOKONTROL TERHADAP PELEDAKAN PERTUMBUHAN (BLOOMING) KIAMBANG (Salvinia molesta Mitchell)

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKSI PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI KERAMBA JARING APUNG WADUK CIRATA

II. TINJAUAN PUSTAKA. : Octinopterygii. : Cypriniformes. Spesies : Osteochilus vittatus ( Valenciennes, 1842)

Tingkat Kelangsungan Hidup

Pengaruh beberapa jenis pakan hijauan terhadap pertumbuhan ikan Koan Stenopharyngodon idella

I. PENDAHULUAN. Waduk merupakan salah satu bentuk perairan menggenang yang dibuat

BAB III BAHAN DAN METODE

BAHAN DAN METODE. 3.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2009 di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi.

PEMANFAATAN KOMPOS KULIT KAKAO (Theobroma cacao) UNTUK BUDIDAYA Daphnia sp. ABSTRAK

PENGGUNAAN TEPUNG ONGGOK SINGKONG YANG DIFERMENTASI DENGAN Rhizopus sp. SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN IKAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus) ABSTRAK

PENGGUNAAN TEPUNG DAGING DAN TULANG SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER PROTEIN HEWANI PADA PAKAN IKAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus) ABSTRAK

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

1) Staf Pengajar pada Prog. Studi. Budidaya Perairan, Fakultas

BIOLOGI REPRODUKSI IKAN JUARO (Pangasius polyuranodon) DI DAERAH ALIRAN SUNGAI MUSI, SUMATERA SELATAN ABDUL MA SUF

KEPADATAN POPULASI IKAN JURUNG (Tor sp.) DI SUNGAI BAHOROK KABUPATEN LANGKAT

Tingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan %

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Air sungai. (Sosrodarsono et al., 1994 ; Dhahiyat, 2013).

PENGARUH PADAT TEBAR TINGGI DENGAN PENGUNAAN NITROBACTER TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN LELE (Clarias sp.) FENLYA MEITHA PASARIBU

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

Afriansyah Nugraha*, Yuli Andriani**, Yuniar Mulyani**

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG IKAN RUCAH TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA GESIT (Oreochromis niloticus) ABSTRAK

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG IKAN RUCAH TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA GESIT (Oreochromis niloticus) ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Clarias fuscus yang asli Taiwan dengan induk jantan lele Clarias mossambius yang

Gambar 5. Grafik Pertambahan Bobot Rata-rata Benih Lele Dumbo pada Setiap Periode Pengamatan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh penggunaan tepung azolla microphylla dalam ransum terhadap. jantan. Disusun Oleh : Sigit Anggara W.P H I.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG CACING TANAH DALAM PAKAN UNTUK PERTUMBUHAN DAN EFISIENSI PAKAN IKAN BAUNG (Mystus nemurus CV ABSTRAK

Tingkat pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva ikan bawal air tawar (Collosoma sp.) dengan laju debit air berbeda pada sistem resirkulasi

ABSTRAK

PRODUKTIVITAS ULAT TEPUNG (Tenebrio molitor L.) PADA FASE LARVA DENGAN MEDIA MENGANDUNG ONGGOK SKRIPSI ACHMAD RIZAL

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

JOURNAL OF MANAGEMENT OF AQUATIC RESOURCES. Volume 2, Nomor 2, Tahun 2013, Halaman Online di :

II. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Agustus

JURNAL. THE EFFECT OF GIVEN SKIN SEED IN GREEN BEANS ON GROWTH RATE OF CATFISH (Clarias sp)

Sri Yuningsih Noor 1 dan Rano Pakaya Mahasiswa Program Studi Perikanan dan Kelautan. Abstract

KAJIAN LAPANG BUDIDAYA KERAMBA JARING APUNG IKAN NILA MANDIRI DI WADUK CIRATA DAN JATILUHUR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Bahan Penelitian Jenis nutrien Kandungan (%) 2.2 Metode Penelitian Rancangan Penelitian

Gambar 1. Ikan lele dumbo (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

PENGARUH SUBTITUSI PARSIAL TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG TULANG TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias gariepinus.

3. METODE PENELITIAN

UJI TOKSISITAS DETERJEN CAIR TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN NILA (Oreochromis niloticus) Oleh :

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMANFAATAN TEPUNG ECENG GONDOK TERFERMENTASI SEBAGAI BAHAN BAKU DALAM PEMBUATAN PAKAN IKAN BAUNG (Mystus nemurus CV

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae

bio.unsoed.ac.id TELAAH PUSTAKA A. Morfologi dan Klasifikasi Ikan Brek

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMBERIAN SENYAWA TAURINE PADA PAKAN ALAMI DAN PAKAN KOMERSIL TERHADAP TINGKAT PERTUMBUHAN JUVENILE IKAN GURAMI (Osprhonemus gouramy)

PENGARUH KUALITAS AIR TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA (Oreochromis sp.) DI KOLAM BETON DAN TERPAL

Efektivitas Suplemen Herbal Terhadap Pertumbuhan dan Kululushidupan Benih Ikan Lele (Clarias sp.)

III. METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL. Pertumbuhan. Perlakuan A (0%) B (5%) C (10%) D (15%) E (20%) gurame. Pertambahan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 10 Mei 30 Juni 2013 selama 50

EVALUASI PENGGUNAAN PAKAN DENGAN KADAR PROTEIN BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN BENIH IKAN NILEM (Osteochilus hasseltii)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGGUNAAN AERASI AIR MANCUR (FOINTAIN) DI KOLAM UNTUK PERTUMBUHAN IKAN NILA GIFT(Oreochromis niloticus)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pulau Pramuka I II III

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 4, Desember 2012: ISSN :

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh komposisi campuran tepung tulang

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP IKAN PATIN (Pangasius sp.) YANG DIPELIHARA DALAM SISTEM RESIRKULASI

PENGARUH PADAT PENEBARAN 10, 15 DAN 20 EKOR/L TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN GURAMI Osphronemus goramy LAC.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2012 di Laboratorium

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. ayam hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan ayam hutan hijau

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Bernhard Grzimek (1973) dalam Yovita H.I dan Mahmud Amin

Nike: Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. Volume 3, Nomor 1, Maret 2015

PERTUMBUHAN DAN EFISIENSI PAKAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) YANG DIBERI PAKAN BUATAN BERBASIS KIAMBANG

APLIKASI PENGGUNAAN BERBAGAI MACAM MIKROALGA POWDER UNTUK PAKAN JUVENIL IKAN BANDENG (Chanos chanos fork)

PENGARUH PADAT PENEBARAN 60, 75 DAN 90 EKOR/LITER TERHADAP PRODUKSI IKAN PATIN

MODEL ALOMETRIK BIOMASSA PUSPA (Schima wallichii Korth.) BERDIAMETER KECIL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI RENDY EKA SAPUTRA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 4, Desember 2012: ISSN :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Gambar 2. Grafik Pertumbuhan benih ikan Tagih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem

PRODUKSI IKAN NEON TETRA Paracheirodon innesi UKURAN L PADA PADAT TEBAR 20, 40 DAN 60 EKOR/LITER DALAM SISTEM RESIRKULASI

PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG DAUN KAYAMBANG (Salvinia molesta) DALAM RANSUM TERHADAP PERSENTASE KARKAS DAN NILAI NUTRISI DAGING AYAM BROILER SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. upaya untuk meningkatkan produksi perikanan adalah melalui budidaya (Karya

KAJIAN PENGOLAHAN JERAMI PADI SECARA KIMIA DAN BIOLOGI SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PENAMPILAN SAPI PERANAKAN ONGOLE

II. TINJAUAN PUSTAKA

3. METODE PENELITIAN

PENGARUH UMUR LARVA IKAN NILA (OREOCHROMIS NILOTICUS) TERHADAP TINGKAT KEBERHASILAN PEMBENTUKAN SEL KELAMIN JANTAN RINDHIRA HUMAIRANI Z¹, ERLITA¹

Animal Agriculture Journal 3(3): , Oktober 2014 On Line at :

STRUKTUR KOMUNITAS MOLUSKA (GASTROPODA DAN BIVALVIA) SERTA ASOSIASINYA PADA EKOSISTEM MANGROVE DI KAWASAN PANTAI ULEE - LHEUE, BANDA ACEH, NAD

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /KEPMEN-KP/2017 TENTANG PELEPASAN IKAN GURAMI (OSPHRONEMUS GORAMY) SAGO

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Nutrien

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Spesies yang diperoleh pada saat penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 7. Bakteri Bacillus Sumber : Dokumentasi Pribadi

PENGARUH PEMBERIAN ENZIM PAPAIN PADA PAKAN TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN LAJU PERTUMBUHAN BENIH IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan dari bulan Juli hingga Agustus 2011 yang bertempat di

Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 4(1) :22-26 (2016) ISSN :

Transkripsi:

1 EFEKTIVITAS IKAN KOAN (Ctenopharyngodon idella Val.) SEBAGAI BIOKONTROL TERHADAP PELEDAKAN PERTUMBUHAN (BLOOMING) KIAMBANG (Salvinia molesta Mitchell) RIZKI NOVIA RAHMI DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Efektivitas Ikan Koan (Ctenopharyngodon idella Val.) sebagai Biokontrol terhadap Peledakan Pertumbuhan (Blooming) Kiambang (Salvinia molesta Mitchell) adalah benar merupakan hasil karya sendiri dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, September 2016 Rizki Novia Rahmi C24120053

4 ABSTRAK RIZKI NOVIA RAHMI. Efektivitas Ikan Koan (Ctenopharyngodon idella Val.) sebagai Biokontrol terhadap Peledakan Pertumbuhan (Blooming) Kiambang (Salvinia molesta Mitchell). Dibimbing oleh HEFNI EFFENDI dan MOHAMMAD MUKHLIS KAMAL. Ikan koan (Ctenopharingodon idella Val.) merupakan jenis ikan herbivora yang banyak dimanfaatkan sebagai hewan pengendali atau biokontrol terhadap gulma air. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji efektivitas ikan koan sebagai biokontrol terhadap biomassa gulma air kiambang (Salvinia molesta Mitchell). Percobaan yang dilakukan terdiri atas dua perlakuan, yaitu ikan ukuran kecil (panjang total [TL] 7-12 cm) dan ikan ukuran besar (panjang total [TL] 21-24 cm) serta kepadatan, yaitu 5 dan 10 ekor untuk ikan ukuran kecil dan 2 dan 4 ekor untuk ikan ukuran besar. Wadah percobaan memiliki diameter berukuran 56,5 cm dengan volume air 75 L. Kiambang ditumbuhkan dengan biomassa awal sebesar 100 gram. Penurunan biomassa kiambang yang tertinggi terdapat pada perlakuan 4 IB, yaitu sebesar 164,13±62,12 gram. Ikan koan memiliki pola pertumbuhan alometrik positif dan faktor kondisi dengan nilai 0,93±0,09 hingga 1,03±0,11. Perlakuan ikan koan ukuran besar dengan padat tebar 4 ekor efektif sebagai biokontrol terhadap kiambang. Kata kunci : Biokontrol, Ctenopharingodon idella, efektivitas, Salvinia molesta. ABSTRACT RIZKI NOVIA RAHMI. The Effectiveness of Grass Carp (Ctenopharyngodon idella Val.) as Biocontrol of Blooming Giant Salvinia (Salvinia molesta Mitchell). Supervised by HEFNI EFFENDI and MOHAMMAD MUKHLIS KAMAL. Grass carp (Ctenopharingodon idella Val.) is a type of herbivorous fish which widely used as the animal control or the biocontrol against aquatic weeds. This study aims to determine the effectivity of grass carp as the biocontrol against biomass of Salvinia molesta Mitchell. The experiments consisted of two treatments, namely small size (total length [TL] 7-12 cm) and large (total length [TL] 21-24 cm) as well as the density, which are 5 and 10 for small fish and density of 2 and 4 for the large fish. The vessels of the experiment measure 56.5 cm in diameter with a volume of 75 L. The Salvinia molesta biomass was 100 grams. Decrease Salvinia molesta biomass was showed by the treatment of 4 IB with 164.13±62.12 grams/week. The grass carp has allometric positive growth patterns and factor conditions with value 0.93±0.09 to 1.03±0.11. The treatment of large fish with stocking density of 4 fishes is effective as the biocontrol agent of S. molesta. Keywords : Biocontrol, Ctenopharingodon idella, effectiveness, Salvinia molesta.

5 EFEKTIVITAS IKAN KOAN (Ctenopharyngodon idella Val.) SEBAGAI BIOKONTROL TERHADAP PELEDAKAN PERTUMBUHAN (BLOOMING) KIAMBANG (Salvinia molesta Mitchell) RIZKI NOVIA RAHMI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memeroleh gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

6

7

8 PRAKATA Puji syukur Penulis tuturkan ke hadirat Allah subhanahu wa ta ala atas segala rahmat, taufik, dan hidayah-nya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2016 hingga bulan Maret 2016 ini ialah kontrol biologi, dengan judul Efektivitas Ikan Koan (Ctenopharyngodon idella Val.) sebagai Biokontrol terhadap Peledakan Pertumbuhan (Blooming) Kiambang (Salvinia molesta Mitchell). Karya ilmiah ini disusun dan diajukan sebagai syarat untuk memeroleh gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan karya ilmiah ini, terutama kepada: 1. Institut Pertanian Bogor yang merupakan tempat Penulis belajar. 2. Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH), Institut Pertanian Bogor, atas dana penelitian dan fasilitas operasional pelaksanaan penelitian. 3. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Riset dan Pendidikan Tinggi atas beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) untuk 3 semester pada tahun ajaran 2015 hingga 2016. 4. Dr Ir Fredinan Yulianda, MSc selaku dosen pembimbing akademik. 5. Dr Ir Hefni Effendi, MPhil dan Dr Ir M Mukhlis Kamal, MSc selaku komisi pembimbing skripsi, atas bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi. 6. Dr Ir Rahmat Kurnia MSi atas bimbingan analisis statistik penelitian. 7. Dr Ali Mashar, SPi MSi selaku komisi pendidikan Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan dan Inna Puspa Ayu, SPi MSi selaku penguji luar komisi pendidikan. 8. Staf Tata Usaha Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. 9. Staf Laboratorium Pusat Penelitian Lingkungan Hidup, Institut Pertanian Bogor (PPLH-IPB), Bapak Nata, Bapak Ate, Bapak Giri dan Mas Bagus, atas segala bantuan selama penelitian. 10. Keluarga tercinta Bapak (Jamaluddin Salman), Ibu (Rosdiana, Almh dan Nur Astuti, Almh), Kakak (Zulfirmansyah dan Ridhani Agustia), Adik (Adiba Aprilia Jasti dan Rena Firda Jasti) dan keluarga besar lainnya yang telah memberikan doa, motivasi dan kasih sayang. 11. Sahabat Penulis, Rohniadita, Desi Komalasari, Syahira Addina, Firdha Amalia MH, Nurul Musyariafah Yahya, Ani Munawaroh, Rofi ul Hidayah, dan teman-teman MSP 49, atas doa, semangat, dukungan, dan bantuannya, serta semua pihak yang membantu dalam proses penyusunan skripsi ini. Demikian skripsi ini disampaikan semoga bermanfaat. Bogor, September 2016 Rizki Novia Rahmi

9

10 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vii DAFTAR LAMPIRAN vii PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 2 Tujuan Penelitian 2 Manfaat Penelitian 2 METODE 3 Waktu dan Tempat Penelitian 3 Alat dan Bahan 3 Tahap Penelitian 5 Pengumpulan Data 6 Analisis Data 7 Analisis Statistik 9 HASIL DAN PEMBAHASAN 9 Hasil 9 Perubahan biomassa kiambang 9 Pertumbuhan ikan koan 11 Laju pertumbuhan spesifik ikan koan 11 Pembahasan 13 KESIMPULAN DAN SARAN 16 Kesimpulan 16 Saran 16 DAFTAR PUSTAKA 16 LAMPIRAN 20 RIWAYAT HIDUP 32

11 DAFTAR TABEL 1 Perumusan masalah penelitian mengenai efektivitas ikan koan (Ctenopharyngodon idella Val.) sebagai biokontrol terhadap blooming kiambang (Salvinia molesta Mitchell) 2 2 Rincian alat dan bahan yang digunakan 3 3 Pengurangan biomassa kiambang (Salvinia molesta Mitchell) selama 28 hari 10 4 Perubahan biomassa kiambang (Salvinia molesta Mitchell) yang dikonsumsi oleh ikan koan (Ctenopharyngodon idella Val.) setiap minggunya selama 28 hari 11 5 Perbedaan nilai laju pertumbuhan spesifik ikan koan (Ctenopharyngodon idella Val.) 11 6 Nilai efektivitas ikan koan (Ctenopharyngodon idella Val.) sebagai biokontrol gulma kiambang (Salvinia molesta Mitchell) yang diamati selama 28 hari 13 DAFTAR GAMBAR 1 Fenomena blooming kiambang (Salvinia molesta Mitchell) di Situ Perikanan, Institut Pertanian Bogor 1 2 Kiambang (Salvinia molesta Mitchell) 4 3 Ikan koan (Ctenopharyngodon idella Val.) 5 4 Biomassa kiambang (Salvinia molesta Mitchell) yang dikonsumsi ikan koan (Ctenopharyngodon idella Val.) pada setiap perlakuan dan ulangannya selama 28 hari 10 5 Hubungan panjang-bobot ikan koan (Ctenopharyngodon idella Val.) 12 6 Nilai faktor kondisi ikan koan (Ctenopharyngodon idella Val.) 12 DAFTAR LAMPIRAN 1 Letak dan susunan media pemeliharaan dan perlakuan 20 2 Aklimatisasi ikan koan (Ctenopharyngodon idella Val.) 20 3 Penanaman kiambang (Salvinia molesta Mitchell) pada media perlakuan 21 4 Penghitungan dan konversi luas permukaan wadah 21 5 Penimbangan bobot ikan koan (Ctenopharyngodon idella Val.) dan biomassa kiambang (Salvinia molesta Mitchell) 22 6 Penirisan kiambang (Salvinia molesta Mitchell) sebelum perlakuan 22 7 Ukuran panjang ikan koan (Ctenopharyngodon idella Val.) ukuran besar (a) dan kecil (b) 22 8 Contoh sisa kiambang (Salvinia molesta Mitchell) yang dikonsumsi oleh ikan koan (Ctenopharyngodon idella Val.) setelah 14 hari perlakuan 23 9 Pengurangan biomassa kiambang (Salvinia molesta Mitchell) pada setiap perlakuan 24 10 Tingkat konsumsi ikan koan terhadap kiambang pada setiap minggu selama 28 hari 25

12 11 Analisis regresi hubungan panjang-bobot ikan koan (Ctenopharyngodon idella Val.) 27 12 Penghitungan nilai faktor kondisi ikan koan (Ctenopharyngodon idella Val.) 28 13 Ikan koan (Ctenopharyngodon idella Val.) ukuran kecil yang terserang jamur 30 14 Kondisi fisik ikan yang mati 30 15 Efektivitas ikan koan (Ctenopharyngodon idella Val.) sebagai biokontrol kiambang (Salvinia molesta Mitchell) 31

1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pengayaan nutrien pada lingkungan perairan (eutrofikasi) dapat meningkatkan pertumbuhan populasi gulma air (blooming) sebagaimana yang pernah terjadi di Situ Perikanan IPB (Gambar 1). Peningkatan populasi yang sangat pesat dari gulma air dapat menimbulkan berbagai permasalahan bahkan kerugian bagi sistem perairan tersebut. Peristiwa peningkatan populasi gulma air salah satunya dapat terjadi pada tumbuhan air kiambang. Gulma air kiambang juga dapat memiliki kepadatan tinggi yang dapat menutupi seluruh permukaan perairan, sehingga mengurangi intensitas sinar matahari yang masuk ke dalam perairan. Hal tersebut dapat menyebabkan penurunan konsentrasi oksigen terlarut dan mendorong terjadinya pendangkalan pada perairan tersebut. Penanganan blooming gulma air dapat diatasi dengan berbagai cara, di antaranya dengan cara biologi. Cara ini juga dapat disebut dengan pengendalian gulma secara hayati (biokontrol gulma) yang merupakan penggunaan musuhmusuh alami (organisme hidup) selain manusia untuk mengurangi populasi gulma (Watson 1991 in Fauzi 2009). Organisme hidup yang umumnya digunakan untuk penanganan blooming kiambang adalah kumbang moncong (Cyrtobagus salvineae) (Baki, 1988; McIntosh et. al. 2003), belalang air (Paulina acuminate de Geer), dan ikan nila (Oreochromis niloticus Trewavas) (McIntosh et. al. 2003). Ikan koan atau grass carp atau dikenal sebagai ikan koan (Ctenopharyngodon idella Val.) digunakan pada penelitian ini sebagai pengendai gulma karena ikan ini memenuhi beberapa syarat bagi pengendalian gulma secara biologi, di antaranya dapat memakan beberapa jenis tumbuhan, tidak menjadi hama, dan dapat menambah produktivitas perairan secara ekonomi. Menurut Garner et al. (2013), pengendalian gulma menggunakan ikan koan dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya padat tebar ikan, iklim regional, dan kelimpahan serta komposisi spesies vegetasi. Grass carp dapat berperan penting dalam pengendalian kiambang, namun peran ikan dalam mengendalikan kiambang belum diteliti (McIntosh et. al. 2003). Gambar 1 Fenomena blooming kiambang (Salvinia molesta Mitchell) di Situ Perikanan, Institut Pertanian Bogor

2 Penelitian ini mendeskripsikan tingkat konsumsi dari ikan koan terhadap biomassa gulma air kiambang yang dijadikan objek makanan bagi ikan tersebut. Dengan demikian, dapat dikaji efektivitas dari ikan koan dalam mengatasi blooming gulma air kiambang. Penggunaan kontrol biologis dapat meminimalkan biaya dalam upaya penanganan blooming gulma air. Selain itu, cara ini merupakan cara yang ramah lingkungan. Perumusan Masalah Peningkatan pertumbuhan gulma air kiambang (Salvinia molesta Mitchell) yang sangat pesat akibat terjadinya eutrofikasi dapat menimbulkan berbagai permasalahan, sehingga dapat mengakibatkan kerugian terhadap perairan tersebut. Berdasarkan kepentingan tersebut, hal yang menjadi fokus pada penelitian ini adalah bagaimana efektivitas ikan koan dalam mengonsumsi tumbuhan air kiambang (Tabel 1). Tabel 1 Perumusan masalah penelitian mengenai efektivitas ikan koan (Ctenopharyngodon idella Val.) sebagai biokontrol terhadap blooming kiambang (Salvinia molesta Mitchell) Input Proses Output Ukuran ikan koan (Ctenopharyngodon idella Val.) Data berat basah kiambang (Salvinia molesta Mitchell) Persen tutupan kiambang Laju pertumbuhan ikan koan Biomassa ikan koan Biomassa kiambang Hubungan panjang bobot ikan koan Pengendalian gulma kiambang Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji efektivitas ikan koan (Ctenopharingodon idella Val.) terhadap biomassa gulma air kiambang (Salvinia molesta Mitchell). Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memberikan informasi tentang tingkat kemampuan ikan koan sebagai biokontrol terhadap tumbuhan air kiambang, sehingga dapat menghasilkan teknologi untuk mengontrol gulma kiambang dengan menggunakan ikan koan. Informasi dan teknologi tersebut dapat menjadi bahan acuan dalam mengatasi peristiwa peningkatan pertumbuhan populasi (blooming) dari gulma air kiambang.

3 METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 28 hari, yaitu pada Februari 2016 hingga Maret 2016. Penelitian ini dilakukan selama 28 hari karena ikan koan merupakan ikan herbifor yang dapat mengonsmsi gulma lebih cepat dibandingkan dengan ikan herbifor lainnya (Babo et al. 2013). Hal ini menjadi dasar pertimbangan penentuan lama penelitian. Operasional penelitian dilakukan di Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH), Institut Pertanian Bogor (IPB). Alat dan Bahan Alat yang digunakan pada saat sampling adalah timbangan digital untuk mengukur biomassa ikan koan dan biomassa kiambang. Paralon digunakan sebagai sekat untuk membatasi luas tutupan kiambang. Selain itu, digunakan pula transek untuk membatasi pertumbuhan setiap rumpun kiambang (Tabel 2). Bahan yang digunakan adalah tumbuhan air kiambang (Salvinia molesta Mitchell) yang diambil dari Situ Perikanan (Perpustakaan IPB Dramaga, Bogor) dan ikan koan (Ctenopharyngodon idella Val.) yang diperoleh dari Balai Pelestarian Perikanan Perairan Umum (BPPPU) Cirata di Cianjur, Jawa Barat. Tabel 2 Rincian alat dan bahan yang digunakan Pengambilan Data Alat Metode Biomassa tumbuhan air kiambang (Luas tutupan) Biomassa dan pengukuran ikan koan Timbangan Digital Paralon Transek kuadrat Penggaris Baki Timbangan Digital Jaring ikan Penggaris Ember Penimbangan dan pengukuran Penimbangan dan pengukuran Deskripsi tumbuhan air kiambang (Salvinia molesta Mitchell) Kiambang (Salvinia molesta Mitchell) adalah tumbuhan air yang menyebar di seluruh pulau Indonesia. Kiambang memiliki kemampuan tumbuh yang cepat, sehingga tumbuhan air ini sering menjadi gulma bagi lingkungan di sekitarnya di tempat ia tumbuh (Doeleman 1989 in Akhadiarto 2010). Kiambang merupakan tumbuhan air mengambang bebas dan dapat membentuk tikar tebal. Suatu perairan yang ditumbuhi kiambang dapat mengalami penurunan kepadatan dan keragaman tanaman air asli perairan tersebut (Mcfarland et al. 2004).

4 Menurut Kasmo et al. (1986), tumbuhan air kiambang (Gambar 2) memiliki daun dalam karangan tiga dengan bagian pangkal berlekuk berbentuk jantung. Pada waktu muda, daun datar kemudian semakin tua akan melipat seperti daun telinga. Panjang daun sekitar 1-2 cm dan lebar 1-2 cm serta terdapat bulu-bulu pada permukaan daunnya. Berdasarkan Plants National Database (2003) in Mcfarland et al.(2004), klasifikasi kiambang adalah Kingdom : Plantae Divisi : Pteridophyta Kelas : Pterophyta Ordo : Salviniales Famili : Salviniaceae Genus : Salvinia Spesies : Salvinia molesta D.S.Mitchell Gambar 2 Kiambang (Salvinia molesta Mitchell) Kiambang merupakan tanaman remediator yang sangat baik dalam hal meremediasi limbah organik maupun anorganik, karena itu kiambang memiliki sifat hiperakumulator yang tinggi dan pertumbuhan yang sangat cepat (Mcfarland et al. 2004). Kiambang memiliki batang yang tumbuh mengapung secara horizontal dengan panjang mencapai 20 cm dengan permukaan daun tertutup rambut-rambut halus (Akhadiarto 2010). Gulma air kiambang mampu berkembang dan memperbanyak populasinya sebanyak dua kali lipat dalam waktu satu minggu (Margint 2012 in Hartono et al. 2014). Deskripsi ikan koan (Ctenopharyngodon idella Val.) Ikan koan atau yang dikenal dengan nama grass carp atau white amur adalah ikan herbivora yang memiliki warna sedikit putih yang berasal dari sungai Amur yang merupakan batas China dan Rusia (Hofstra 2014). Ikan Koan banyak ditemukan di sungai-sungai besar di China, yang didistribusikan ke seluruh sungai Pearl, sungai Qiantangjiang, sungai Changjiang, sungai Huiake, dan ke utara sampai ke sistem sungai Amur dan sungai Heilongjiang (Mitchell et al. 2009).

Ikan ini di introduksi ke wilayah Indonesia, di antaranya pulau Sumatera pada tahun 1915 dan pulau Jawa tahun 1949 dengan tujuan untuk dibudidayakan (Resmikasari 2008). Ikan koan memiliki bentuk tubuh yang sedikit memanjang dan ramping dengan perut yang besar (Resmikasari 2008). Ikan ini umumnya memiliki kisaran umur 5-11 tahun dengan usia maksimum 33 tahun. Tiga hingga empat hari setelah menetas, ikan koan mulai memakan zooplankton termasuk rotifera dan protozoa. Setelah sekitar dua minggu, ikan ini dapat memakan mangsa yang lebih besar seperti daphnia dan larva serangga. Ikan koan mulai memakan tanaman pada minggu ketiga (Cudmore 2004 in Sakamoto 2011). Ikan koan yang tercantum pada gambar merupakan ikan ukuran besar dengan panjang total 225 mm. Ikan koan memiliki klasifikasi sebagai berikut (Nelson 1976 in Shireman dan Smith 1983). Kingdom : Animalia Filum : Chordata Divisi : Euteleostei Kelas : Osteichthyes Ordo : Cypriniformes Famili : Cyprinidae Genus : Ctenopharyngodon Spesies : Ctenopharyngodon idella Val 5 Gambar 3 Ikan koan (Ctenopharyngodon idella Val.) Ciri-ciri fisik ikan koan adalah dapat tumbuh besar dan cepat tetapi tidak dapat memijah secara alami di perairan Indonesia (SEAMEO-BIOTROP 1977 in Resmikasari 2008) (Gambar 3). Ikan koan hanya bertelur secara alami di sungai dengan arus air yang tinggi dan suhu yang sesuai. Kecepatan arus harus sesuai untuk menjaga telur agar tetap dalam kondisi semi terapung (Masser 2002). Tahap Penelitian Persiapan media perlakuan dan aklimatisasi Persiapan wadah sebagai media dalam pemeliharaan ikan dilakukan dengan menyiapkan 12 buah wadah dengan volume air 75 L yang telah diaerasi selama 2-

6 3 hari dan suhu 27-30 C (Lampiran 1). Ikan yang digunakan sebagai perlakuan merupakan ikan dengan umur di atas 3 minggu. Cudmore (2004) in Sakamoto (2011) menyatakan bahwa pada minggu ketiga, ikan koan mulai memakan tanaman. Kiambang dan ikan koan terlebih dahulu dilakukan proses aklimatisasi selama 5 hari (Lampiran 2). Peralihan pakan dari eceng gondok yang semula sebagai makanan utama, diubah menjadi kiambang. Bila ikan mulai mengonsumsi kiambang, artinya ikan koan telah menyesuaikan diri dengan kiambang sebagai makanan utamanya. Kiambang ditanam pada media yang telah disediakan dengan biomassa awal sebesar 100 gram pada setiap wadah perlakuan (Lampiran 3). Penggunaan transek untuk menutupi permukaan wadah sebesar 75% dengan mengonversi luas permukaan wadah atau media pemeliharaan (Lampiran 4). Perancangan penelitian Percobaan yang dilakukan terdiri atas dua perlakuan, yaitu ukuran ikan kecil (panjang total [TL] kisaran 7-12 cm) dan ukuran besar (panjang total [TL] kisaran 21-24 cm) yang diacu pada Kasinak et al. (2015) dan kepadatan atau jumlah ikan yang berbeda, yaitu kepadatan 5 dan 10 untuk ikan dengan ukuran kecil serta kepadatan 2 dan 4 untuk ikan ukuran besar. Masing-masing perlakuan dilakukan 3 kali ulangan. Pasangan perlakuan yang dilakukan adalah sebagai berikut. a. Perlakuan ukuran ikan besar (panjang total [TL] kisaran 21-24 cm) dengan kepadatan 4 ekor (4 IB) b. Perlakuan ukuran ikan besar (panjang total [TL] kisaran 21-24 cm) dengan kepadatan 2 ekor (2 IB) c. Perlakuan ukuran ikan kecil (panjang total [TL] kisaran 7-12 cm) dengan kepadatan 10 ekor (10 IK) d. Perlakuan ukuran ikan kecil (panjang total [TL] kisaran 7-12 cm) dengan kepadatan 5 ekor (5 IK) Pemeliharaan dilakukan dengan mengontrol faktor yang dapat menjadi stressor bagi ikan yang dipelihara tanpa pemberian pakan tambahan. Perlakuan dilakukan pada ikan yang telah dipuasakan selama 2 hingga 3 hari. Menurut Kasinak et al. (2015), ikan yang dipuasakan sebelum dilakukannya penelitian untuk meningkatkan rasa lapar dan meningkatkan nafsu makan ikan. Perawatan wadah perlakuan, seperti penyifonan dan penggantian air dilakukan secara rutin setiap harinya. Dengan demikian, ikan koan dan kiambang dapat tumbuh dengan baik untuk melihat efektivitas contoh uji terhadap parameter percobaan. Pengumpulan Data Metode pengambilan contoh Ikan koan contoh diambil sebanyak 50% dari jumlah padat tebar setiap perlakuan dengan pengambilan acak. Ikan ditimbang (Lampiran 5 dan 6) dan diukur (Lampiran 7) dengan tujuan untuk mengetahui pertambahan biomassa dan bobot individu serta laju pertumbuhan ikan koan setelah memakan kiambang yang terdapat dalam wadah. Selain itu, juga dilakukan pengamatan terhadap persentase luas tutupan dan biomassa kiambang untuk mengetahui tingkat konsumsi ikan

koan terhadap kiambang. Pengambilan contoh ikan dilakukan secara acak pada setiap wadah perlakuan. Pengamatan kiambang dan ikan koan dilakukan setiap 7 hari sekali. 7 Pengamatan tumbuhan air kiambang yang dikonsumsi Pengamatan dilakukan dengan mengukur pengurangan biomassa dari berat awal yang homogen (100 gram). Selain itu, pengamatan yang juga dilakukan adalah menghitung luas tutupan kiambang yang tersisa (Lampiran 8). Analisis Data Biomassa dan persen penutupan kiambang Perhitungan biomassa (berat basah) dan persen penutupan kiambang menggunakan cara perhitungan persen tutupan kiambang setiap wadah perlakuan dengan menimbang kiambang yang telah dikeringkan selama lebih kurang 15 menit untuk mengurangi kandungan air kiambang. Nilai biomassa kiambang yang habis dimakan ikan koan diperoleh dari pengurangan nilai biomassa yang disediakan (SB) dengan nilai biomassa yang masih tersisa (RB), begitu seterusnya hingga 4 minggu berturut-turut. Persamaan yang digunakan adalah (Silva et al. 2014): CB = SB RB (g) Keterangan: CB = Biomassa yang dikonsumsi (Consumed Biomass) SB = Biomassa yang disediakan (Supplied Biomass) RB = Biomassa yang tersisa (Remaining Biomass) Laju pertumbuhan spesifik ikan koan (Spesific Growth Rate) Analisis Spesific Growth Rate bertujuan untuk mengetahui perubahan pertumbuhan ikan pada satu satuan waktu. Laju pertumbuhan spesifik (% per hari) ditentukan berdasarkan selisih berat rata-rata pada waktu ke-t (W t ) dengan berat rata-rata pada awal penelitian (W 0 ), sesuai dengan Steffens (1989) in Anggraeni dan Abdulgani (2013): SGR = In W t - In W 0 x 100% t Keterangan: SGR (Specific Growth Rate) = Laju pertumbuhan berat spesifik (% per hari) W t = Bobot biomassa pada akhir penelitian (gram) W 0 = Bobot biomassa pada awal penelitian (gram) t = Waktu (hari) Hubungan panjang-bobot ikan koan Pertumbuhan ikan dapat dipengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi. Pola pertumbuhan dapat dilihat dengan menghubungkan pertumbuhan panjang dan

8 pertumbuhan berat. Hubungan panjang dengan berat hampir mengikuti hukum kubik, bahwa berat ikan sebagai pangkat tiga dari panjangnya. Tetapi hubungan yang terdapat pada ikan sebenarnya tidak demikian karena bentuk dan panjang ikan berbeda-beda. Berdasarkan Effendie (1979), hubungan parameter panjang dan berat dapat ditentukan dengan rumus berikut. W = al b Keterangan: W = berat tubuh ikan (gram) L = panjang ikan (mm) a dan b = konstanta Selanjutnya rumus tersebut ditransformasikan ke dalam bentuk logaritma, sehingga menjadi bentuk persamaan linier. Adapun bentuk linear dari hubungan panjang berat adalah Log W = Log a + b Log L Hubungan kedua parameter tersebut dapat dilihat dengan pendekatan regresi linier. Nilai b digunakan untuk menduga laju pertumbuhan kedua parameter yang dianalisis. Hipotesis yang digunakan adalah: Bila b = 3 maka disebut isometrik (pola pertumbuhan panjang sama dengan pola pertumbuhan berat). Jika nilai b 3 maka disebut alometrik, yaitu: Jika b > 3 disebut alometrik positif (pertumbuhan berat lebih dominan) dan keadaan ikan gemuk, sedangkan nilai b < 3 disebut alometrik negatif (pertumbuhan panjang lebih dominan) dan keadaan ikan kurus. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan cara membandingkan t hit dengan t tabel pada selang kepercayaan 95%. Uji hipotesis yang dilakukan dengan uji statistik dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut. t hitung = b - 3 S b dengan S b 2 = s 2 n x 2 i - ( 1 n ( n i=1 i=1 x i) 2 ) Adapun jika t hit > t tabel maka tolak hipotesis nol (H 0 ) dengan pola pertumbuhan alometrik dan jika sebaliknya yaitu t hit < t tabel maka gagal tolak (terima) hipotesis nol (H 0 ) dengan pola pertumbuhan isometrik (Sjafei dan Susilawati 2001). Faktor kondisi Nilai faktor kondisi menggambarkan kemontokan ikan. Faktor kondisi diperoleh berdasarkan hubungan panjang-bobot dan pola pertumbuhan ikan. LeCren (1951) in Blackwell (2000) memperkenalkan gagasan dari nilai faktor kondisi (Kn) untuk mengetahui kondisi ikan dan menyarankan bahwa nilai Kn dapat digunakan untuk membedakan dan mengukur secara terpisah pengaruh pada kondisi panjang dan faktor lainnya. Nilai faktor kondisi dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

Kn = W / W W merupakan bobot individu ikan dan W merupakan bobot dugaan (W = al b ) dari ikan yang diamati. Nilai faktor kondisi diperoleh setelah penelitian usai. 9 Efektivitas Berdasarkan Dewi (2012), nilai efektivitas dinyatakan dalam persen (%) dengan formulasi umum sebagai berikut. E = W 0 - W t W 0 x 100% Keterangan: E adalah nilai efektivitas, W 0 merupakan berat basah kiambang pada awal penelitian, dan W t sebagai berat basah kiambang pada akhir penelitian. Analisis Statistik Analisis data yang digunakan dalam uji perlakuan menggunakan analisis rancangan acak lengkap dengan pengamatan berulang (repeated measures). Menurut Neter et al. (1996) in Hartati et al. (2013), pengukuran berulang merupakan suatu cara pengukuran yang setiap karakteristik atau peubah diukur secara berulang pada waktu yang berbeda, pada subjek yang sama. Percobaan seperti ini adalah rancangan acak lengkap dalam waktu (in time) (Mattjik dan Sumertajaya 2002). Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan aplikasi SPSS 16. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Perubahan biomassa kiambang Laju perubahan biomassa kiambang Selama 28 hari pemeliharaan ikan koan dengan kiambang sebagai pakan utama dalam wadah memperlihatkan adanya aktivitas konsumsi oleh ikan koan terhadap kiambang. Aktivitas konsumsi ditunjukkan dengan perubahan yang terjadi pada biomassa kiambang dalam wadah perlakuan. Penurunan biomassa kiambang yang paling besar terjadi pada perlakuan 4 IB, yaitu dengan perubahan - 164,13±62,12 gram dengan penambahan 100,00±0,00 gram pada hari ke-21. Hal yang tidak jauh berbeda juga terjadi pada perlakuan 2 IB dengan sisa pakan ratarata 5,23±4,58 gram. Perlakuan 10 IK ekor mengonsumsi kiambang rata-rata sebesar 87,00±1,73 gram dengan sisa kiambang pada hari ke-28 sebesar 13,00±1,73 gram dan pengurangan pada perlakuan 5 IK sebesar -56,77±7,12 gram (Tabel 3). Hal ini menunjukkan bahwa laju perubahan biomassa kiambang akibat aktivitas konsumsi

10 oleh ikan koan berbeda pada setiap perlakuan. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa biomassa kiambang pada setiap perlakuan serta terhadap waktu pengamatan yang dilakukan berbeda nyata (P < 0,05, R 2 = 94,35%) (Lampiran 9). Berikut merupakan tabel perubahan biomassa kiambang akibat aktivitas konsumsi oleh ikan koan. Tabel 3 Pengurangan biomassa kiambang (Salvinia molesta Mitchell) selama 28 hari Perlakuan Biomassa Kiambang (g) Pada Hari ke- 0 7 14 21 28 Perubahan (g) 4 IB 100,00±0,00 69,67±25,32 25,67±31,26 11,73±20,32 2,53±4,39-164,13±62,12 2 IB 100,00±0,00 63,00±6,88 39,40±6,09 16,50±9,37 5,23±4,58-94,77±4,58 10 IK 100,00±0,00 64,67±5,30 40,57±1,10 28,33±6,43 13,00±1,73-87,00±1,73 5 IK 100,00±0,00 91,77±6,54 76,83±10,94 63,93±17,11 43,23±7,12-56,77±7,12 Biomassa kiambang yang dikonsumsi oleh ikan koan Berdasarkan hasil pengurangan biomassa kiambang pada setiap minggunya, dapat diketahui konsumsi ikan koan terhadap biomassa kiambang dan perubahannya pada setiap kelipatan 7 hari selama waktu pengamatan (Gambar 4). Terjadi penurunan biomassa yang dikonsumsi pada perlakuan 2 IB (panjang total [TL] 21-24 cm) di setiap ulangan, sedangkan pada perlakuan lainnya cenderung fluktuatif. Biomassa kiambang (g) Biomassa kiambang (g) 100 80 60 40 20 0 100 80 60 40 20 0 IB 4 ekor 0 7 14 21 28 Hari ke- IB 2 ekor U1 U2 0 7 14 21 28 Hari ke- Biomassa kiambang (g) Biomassa kiambang (g) Gambar 4 Biomassa kiambang (Salvinia molesta Mitchell) yang dikonsumsi ikan koan (Ctenopharyngodon idella Val.) pada setiap perlakuan dan ulangannya selama 28 hari 100 80 60 40 20 0 100 80 60 40 20 0 IK 10 ekor 0 7 14 21 28 Hari ke- IK 5 ekor 0 7 14 21 28 Hari ke-

Perlakuan 4 IB mengalami penurunan konsumsi pakan rata-rata pada hari ke-21, yaitu 13,93±11,35 gram, terlihat pula pada perlakuan 2 IB mengalami penurunan pada setiap minggunya, dengan biomassa kiambang yang dikonsumsi pada hari ke-28 sebesar 11,27±4,98 gram. Penurunan konsumsi oleh ikan koan juga terjadi pada perlakuan 10 IK. Hal ini berbeda dari perlakuan 5 IK yang cenderung fluktuatif. Pada perlakuan tersebut, terjadi konsumsi yang rendah oleh ikan koan pada hari ke-7 dan hari ke-21 serta peningkatan pada hari ke-14 dan hari ke-28. Hal ini memperlihatkan bahwa biomassa kiambang yang dikonsumsi setiap perlakuan berbeda nyata (P < 0,05) (Lampiran 10). Tabel 4 merupakan hasil pengamatan biomassa kiambang yang dikonsumsi ikan koan pada setiap minggunya. 11 Tabel 4 Perubahan biomassa kiambang (Salvinia molesta Mitchell) yang dikonsumsi oleh ikan koan (Ctenopharyngodon idella Val.) setiap minggunya selama 28 hari Hari ke- Perlakuan 0 7 14 21 28 4 IB 0,00±0,00 30,33±25,32 44,00±22,46 13,93±11,35 75,87±41,80 2 IB 0,00±0,00 37,00±6,88 23,60±3,76 22,90±8,44 11,27±4,98 10 IK 0,00±0,00 35,33±5,30 24,10±6,20 12,23±5,35 15,33±5,51 5 IK 0,00±0,00 8,23±6,54 14,93±7,49 12,90±15,14 20,70±10,02 Pertumbuhan ikan koan Laju pertumbuhan spesifik ikan koan Tabel 5 menunjukkan bahwa laju pertumbuhan spesifik (Specific Growth Rate [SGR]) pada perlakuan 4 IB rata-rata sebesar 0,22±0,18% per hari. Perlakuan 10 IK memiliki laju pertumbuhan spesifik sebesar 0,55±0,85% per hari pada setiap ulangannya. Berbeda dari perlakuan 2 IB dan perlakuan 5 IK yang memiliki laju pertumbuhan spesifik yang menurun dengan nilai secara berturutturut sebesar -0,08±0,56% dan -1,03±0,39% per hari pada setiap ulangannya. Tabel 5 Perbedaan nilai laju pertumbuhan spesifik ikan koan (Ctenopharyngodon idella Val.) Perlakuan Nilai SGR (%) pada ulangan ke- Rataan (% 1 2 3 per hari) 4 IB 0,02±0,79 0,37±0,26 0,28±0,11 0,22±0,18 2 IB -0,68±0,25 0,41±0,88 0,02±0,41-0,08±0,56 10 IK 1,00±4,09 1,08±6,89-0,43±1,98 0,55±0,85 5 IK -0,61±0,31-1,38±1,19-1,10±1,47-1,03±0,39

12 Hubungan panjang-bobot ikan koan Hubungan pertumbuhan panjang dan bobot dapat menggambarkan pola pertumbuhan ikan. Berdasarkan hasil analisis, hubungan panjang total dengan bobot tubuh ikan koan diperoleh persamaan W= 0,0058 L 3,1328 (Gambar 5) yang dilanjutkan dengan uji t, menunjukkan bahwa ikan koan memiliki pola pertumbuhan alometrik positif (b > 3) (Lampiran 11), yaitu pertumbuhan bobot lebih dominan dan keadaan ikan gemuk (Sjafei dan Susilawati 2001). Bobot (g) 180 160 140 120 100 80 60 40 20 0 W = 0,0058 L 3,1328 R² = 98,59 % n = 75 0 5 10 15 20 25 30 Panjang (cm) Gambar 5 Hubungan panjang-bobot ikan koan (Ctenopharyngodon idella Val.) Faktor kondisi Faktor kondisi menggambarkan keadaan ikan di lingkungan hidupnya. Berdasarkan grafik, nilai faktor kondisi ikan koan berkisar antara 0,94±0,09 hingga 1,06±0,11(Lampiran 12). Nilai faktor kondisi tertinggi dimiliki oleh selang kelas 22,6-24,6 cm dengan nilai sebesar 1,06±0,11. Nilai faktor kondisi terendah terdapat pada selang kelas 24,7-26,7 dengan nilai 0,94±0,09. Berikut merupakan grafik yang menggambarkan nilai faktor kondisi ikan koan berdasarkan data yang diperoleh selama 28 hari pengamatan (Gambar 6). FK Rataan 1,40 1,20 1,00 0,80 0,60 0,40 0,20 0,00 10-12 12,1-14,1 14,2-16,2 16,3-18,3 18,4-20,4 20,5-22,5 22,6-24,6 24,7-26,7 Selang Kelas Gambar 6 Nilai faktor kondisi ikan koan (Ctenopharyngodon idella Val.)

Efektivitas ikan koan sebagai biokontrol tumbuhan air kiambang Efektivitas ikan koan sebagai biokontrol kiambang tertinggi terdapat pada perlakuan padat tebar 4 ekor ikan koan ukuran besar (panjang total [TL] 21-24 cm) dengan nilai rataan 97,47±4,39% (Tabel 6). Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa nilai efektifitas pada setiap perlakuan berbeda nyata (P < 0,05). 13 Tabel 6 Nilai efektivitas ikan koan (Ctenopharyngodon idella Val.) sebagai biokontrol gulma kiambang (Salvinia molesta Mitchell) yang diamati selama 28 hari Perlakuan Nilai efektivitas (%) pada ulangan ke- 1 2 3 Rataan (%) 4 IB 100 92,4 100 97,47±4,39 2 IB 100 91,5 92,8 94,77±4,58 10 IK 88 85 88 87,00±1,73 5 IK 58,3 49 63 56,77±7,12 Pembahasan Kontrol yang efektif dari spesies vegetasi gulma air merupakan hal yang sangat penting, sebab peningkatan biaya akibat vegetasi tersebut terus meningkat, baik secara finansial maupun lingkungan. Pengamatan dari peningkatan vegetasi kiambang pada beberapa ekosistem perairan di seluruh dunia telah menunjukkan potensi dampak yang buruk. Selain itu, dampak lingkungan dapat semakin luas, seperti penyumbatan pada saluran air dan persaingan dengan spesies asli, yang apabila dikendalikan dengan menggunakan herbisida dan kontrol mekanik akan menimbulkan dampak terhadap flora dan fauna alami perairan (McIntosh et al. 2003). Ikan herbivora sering digunakan sebagai kontrol biologis untuk mengatasi gangguan vegetasi di perairan. Pemanfaatan grass carp (Ctenopharyngodon idella Val.) sebagai agen biokontrol untuk tumbuhan air tertentu telah banyak digunakan. Cara ini dapat menentukan tingkat konsumsi dari grass carp terhadap biomassa gulma air giant salvinia yang dijadikan objek makanan bagi ikan tersebut. Chilton dan Muoneke (1992) in Cudmore dan Mandrak (2004) menyatakan bahwa popularitas penggunaan grass carp dalam hal ini disebabkan kemampuan dan daya tahan tubuhnya, mudah untuk dibudidayakan, kontrol biologis yang efektif untuk berbagai tumbuhan air, serta kelezatannya sebagai sumber protein yang berkualitas tinggi. Pengelolaan dalam pengendalian gulma dengan menggunakan ikan koan umumnya masih dipertimbangkan dan kontroversial. Penggunaan ikan koan akan menimbulkan dampak terhadap perairan. Dampak yang dapat terjadi antara lain perubahan kualitas air akibat pengeluaran kotoran ikan dari pemberian makanan, perubahan struktur kimia dalam sedimen, serta perubahan komunitas organisme perairan (Sutton 1997 in Pípalová 2006; Morrow dan Kirk 1995). Kontrol gulma air membutuhkan model stok yang handal (Morrow dan Kirk 1995). Parameter

14 yang diperlukan pada model, antara lain seperti pertumbuhan dan perkiraan kepadatan (Miller dan Dacell 1994 in Morrow dan Kirk 1995). Pertumbuhan ikan koan dapat dipengaruhi oleh kandungan protein. Jenis dan tingkat konsumsi ikan serta pertumbuhannya terkait dengan nilai gizi dari tanaman, seperti kandungan energi bruto pakan dan protein (Shireman dan Smith 1983; Jobling 1987 in Catarino et al. 1997). Pertumbuhan ikan juga dapat dipengaruhi oleh nutrisi lain, seperti karbohidrat, serat, dan lain-lain yang terdapat dalam pakan tersebut (Babo et al. 2013). Menurut Leeson dan Summers (1997) in Rosani (2002), kiambang mengandung nutrisi yang cukup baik, yaitu protein kasar 15,9%, lemak kasar 2,1%, kalsium 1,27%, dan fosfor 0,798% serta serat kasar sebesar 16,8%. Selain protein dan nutrisi, diduga bahwa rasa dan aroma dari pakan hijau yang kurang disukai ikan, dalam arti selera ikan terhadap makanan juga dapat mengurangi nafsu makan dari ikan tersebut, sehingga menyebabkan pertumbuhan ikan yang dihasilkan sangat rendah bahkan pula dapat terjadi penurunan (Babo et al. 2013). Hal ini didukung oleh Rahardjo et al. (2011), bahwa ikan tidak mengonsumsi pakan sepanjang hari, melainkan pada waktu tertentu yang berhubungan dengan kepenuhan lambung. Selain itu, diduga pula terjadinya penurunan bobot sebagai akibat dari tidak adanya pilihan makanan, yang artinya giant salvinia merupakan satu-satunya sumber makanan untuk grass carp. Penurunan dan fluktuasi aktivitas pakan dalam konsumsi mingguan ikan koan dari pengamatan yang dilakukan, diduga karena perubahan nafsu makan ikan. Hal ini mempengaruhi nilai laju pertumbuhan spesifik pada ikan koan yang diamati. Selain itu, nilai negatif yang diperoleh pada laju pertumbuhan spesifik (Specific Growth Rate) pada ikan koan ukuran kecil, diduga karena kandungan serat kasar yang terkandung pada pakan kiambang yang di konsumsinya. Menurut Anderson et al. (1984) in Warasto et al. (2013), menyatakan bahwa kandungan serat kasar dalam pakan dapat menurunkan pertumbuhan sebagai akibat dari berkurangnya waktu pengosongan usus dan daya cerna pakan. Kemampuan ikan hanya memiliki batas tertentu untuk mencerna serat kasar. Serat kasar sulit untuk dicerna dan bukan merupakan zat gizi bagi benih ikan, sehingga toleransi kandungan serat kasar untuk benih ikan hanya 4% (Tacon 1986 in Warasto et al. 2013). Berdasarkan model, pertumbuhan kiambang membentuk kurva yang menyebar normal dengan profil kuadratik dengan suhu maksimum 30 C serta batas atas dan bawah secara berturut-turut adalah 40 C dan 5 C (McFarland et al. 2004). Berdasarkan Owens et al. (2004) dan Masser (2002) serta didukung oleh Whiteman dan Room (1991) in McFarland et al. (2004) menunjukkan bahwa temperatur < -3 C atau > 43 C dapat mematikan kiambang pada pemaparan selama > 2 jam. Hal ini menunjukkan bahwa sistem dalam perlakuan dengan suhu yang diterapkan dalam kisaran 27 C hingga 30 C merupakan suhu yang optimum bagi pertumbuhan kiambang. Namun, berdasarkan hasil yang diperoleh bahwa pertumbuhan yang optimum dari kiambang dapat dikalahkan dengan tingkat konsumsi ikan koan. Ikan koan mengonsumsi berbagai jenis tanaman air. Ikan ini akan mengonsumsi tanaman yang mereka temukan ketika mereka lapar. Menurut Masser (2002), ikan koan mengonsumsi makanan tidak setiap saat pada suhu 3 C

(37 0 F). Ikan koan akan lebih banyak makan pada suhu 10 C hingga 16 C (50-60 0 F) dan tingkat konsumsi optimal pada suhu antara 21-30 C (70-80 0 F). Peningkatan ukuran merupakan akibat konversi dari materi makanan dalam meningkatkan massa tubuh oleh proses pengolahan gizi. Perbedaan laju pertumbuhan dapat berpengaruh oleh faktor fisik dan fisiologis (Weatherley dan Gill 1987 in Mir 2015). Hubungan panjang-bobot memiliki dasar biologis karena menggambarkan pola pertumbuhan ikan (Dar et al. 2012). Pertumbuhan pada suatu organisme berarti perubahan panjang atau berat maupun keduanya dengan pertambahan usia. Berdasarkan hasil analisis dari hubungan panjang bobot ikan yang diamati, diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa pola pertumbuhan ikan koan alometrik positif dengan persamaan W = 0,0058 L 3,1328. Hubungan panjang-bobot ikan koan di danau Gutersville Alabama, sebanyak 139 ekor oleh Morrow dan Kirk (1995) mengikuti persamaan W = 0,00000519 L 3,14. Resmikasari (2008) menganalisis hubungan panjang-bobot ikan koan pada penelitiannya di Instalasi Riset Plasma Nutfah Perikanan Budidaya Air Tawar Cijeruk Kabupaten Bogor Indonesia, dengan konsumsi pakan eceng gondok memiliki pola pertumbuhan alometrik negatif. Menurut Froese (2006) in Zahid dan Simanjuntak (2009), perbedaan pola hubungan panjang-bobot dipengaruhi oleh musim, habitat, kematangan gonad, jenis kelamin, makanan, kepenuhan lambung, kesehatan, teknik pengawetan, dan variasi tahunan terhadap kondisi lingkungan. Panjang dan bobot dapat digunakan untuk menggambarkan kondisi ikan. Ikan dalam kondisi yang baik memiliki pertumbuhan yang cepat, potensi reproduksi yang tinggi, dan kelangsungan hidup yang tinggi (Anderson dan Neuman 1996 in Wanner dan Klumb 2009) yang menunjukkan kondisi habitat yang menguntungkan dan ketersediaan makanan yang cukup (Blackwell et al. 2000). Faktor kondisi yang bervariasi pada ikan umumnya berkaitan dengan siklus reproduksi, faktor makanan atau kondisi fisika-kimia lingkungan, usia, kondisi fisiologis ikan atau faktor lain yang tidak teridentifikasi (Kurup dan Samuel 1987 in Dar et al. 2012). Nilai faktor kondisi berada pada kisaran 0,94±0,09 hingga 1,06±0,11. Menurut LeCren (1951) in Dar et al. (2012), nilai faktor kondisi yang lebih besar dari 1 menunjukkan kondisi umum ikan yang berada pada taraf yang baik. Besarnya nilai faktor kondisi berpengaruh pada jumlah organisme yang ada, kondisi organisme, ketersediaan makanan, dan kondisi lingkungan. Semakin tinggi nilai faktor kondisi menunjukkan adanya kecocokan antara biota dan kondisi lingkungannya (Effendie 2002). Menurut Backwell et al. (2000), Ikan yang gemuk dapat menjadi indikator kondisi lingkungan yang menguntungkan (misalnya, kondisi habitat dan ketersediaan makanan), sedangkan ikan yang kurus atau tipis dapat diduga bahwa kondisi lingkungan yang kurang baik dan kurang menguntungkan. Nilai faktor kondisi yang lebih rendah pada ikan ukuran kecil diindikasikan dengan kematian beberapa ikan kecil yang terserang jamur (Lampiran 13 dan 14). Perolehan nilai faktor kondisi terbesar terdapat pada ikan ukuran besar. Hal ini mendukung perolehan hasil bahwa perlakuan ikan koan ukuran besar dengan padat tebar 4 ekor efektif sebagai biokontrol terhadap kiambang dengan nilai efektivitas ratarata sebesar 97,47±4,39% (P < 0.05) (Lampiran 15). 15

16 Efektivitas terbesar terdapat pada perlakuan 4 ekor ikan besar (panjang total [TL] kisaran 21-24 cm) yang dibuktikan dengan kemampuan ikan koan yang mengonsumsi kiambang sebanyak 100 g dalam waktu kurang dari 3 minggu. Berdasarkan analisis parameter yang dilakukan, aktivitas konsumsi oleh ikan koan terhadap kiambang mengakibatkan pertumbuhan ikan koan. Hal ini dapat mendukung penggunaan ikan koan sebagai biokontrol terhadap blooming tumbuhan air kiambang. Allen dan Wattendorf (1987) menyatakan bahwa kontrol biologis menggunakan ikan koan yang efektif sangat bervariasi, yaitu pada kisaran 5-500 ikan per ha, namun umumnya digunakan 25-60 ikan per ha. Penggunaan ikan koan sebagai pengendali gulma dapat mengendalikan populasi vegetasi yang dikontrol (Silva et al. 2014). KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Evektifitas terbesar terdapat pada perlakuan ikan koan ukuran besar dengan padat tebar 4 ekor dengan nilai 97,47±4,39%. Perubahan per minggu dari biomassa kiambang yang tertinggi terdapat pada perlakuan padat tebar 4 ekor ikan besar (panjang total [TL] 21-24 cm), yaitu sebesar -164,13±62,12 gram dengan penambahan 100,00±0,00 gram pada hari ke-21. Saran Perlu dilakukan kontrol suhu yang tepat secara rutin dalam penelitian berbasis organisme. DAFTAR PUSTAKA Akhadiarto S. 2010. Pemanfaatan tanaman gulma kayambang (Salvinia molesta Mitchell) sebagai bahan pakan ayam buras melalui energi metabolismenya. JRL. 6(1):63-69. Allen SK, Wattendorf RJ. 1987. Triploid grass carp: status and Management implications. Fisheries. 12(4):20-24. Anggraeni NM, Abdulgani N. 2013. Pengaruh pemberian pakan alami dan pakan buatan terhadap pertumbuhan ikan betutu (Oxyeleotris marmorata) pada skala laboratorium. Jurnal Sains dan Seni Pomits. 2(1). Babo D, Sampekalo J, Pangkey H. 2013. Pengaruh beberapa pakan hijauan terhadap pertumbuhan ikan koan Stenopharyngodon idella. Budidaya Perairan. 1(3):1-6.

Baki BB. 1988. Salvinia molesta Mitchell Biology and Prospects of Biological Control With Cyrtobagous salviniae Calder & Sands In Malaysia. Selangor (MY) : Central Research Laboratories. Blackwell BG, Brown ML, Willis DW. 2000. Relative weight (Wr) status and current use in fisheries assessment and management. Review in Fisheries Science. 8(1):1-44. Catarino LF, Ferreira MT, Moreira IS. 1997. Preferences of grass carp macrophytes in Iberian drainage channels. Journal of Aquatic Plant Management. 36:79-83. Cudmore B, Mandrak NE. 2004. Biological Synopsis of Grass Carp (Ctenopharyngodon idella). Burlington (CA) : Canadian Manuscript Report of Fisheries and Aquatic Sciences. Dar SA, Najar AM, Balkhi MH, Rather MA, Sharma R. 2012. Length weight relationship and relative condition factor of Scizopyge esocinus (Heckel, 1838) from Jhelum River, Kashmir. International Journal of Aquatic Science. 3(1):29-36. Dewi YS. 2012. Efektivitas jumlah rumpun tanaman eceng gondok (Eichhornia crassipes (Mart) Solm) dalam pengendalian limbah cair domestik. Jurnal Teknologi Lingkungan. 13(2):151-158. Effendie MI. 1979. Metoda Biologi Perikanan. Bogor (ID) : Yayasan Dewi Sri. 112 hal. Effendie MI. 2002. Biologi Perikanan. Yogyakarta (ID) : Yayasan Pustaka Nusatama. Fauzi MT. 2009. Patogenesis jamur karat (Puccinia philippinensis Syd.), pada gulma teki (Cyperus rotundus L.). J HPT Tropika. 9(2):141-148. Garner AB, Kwak TJ, Manuel KL, Barwick DH. 2013. High-density grass carp stocking effect on a reservoir invasive plant and water quality. Journal of Aquatic Plant Management. 51:27-33. Hartati A, Wuryandari T, Wilandari Y. 2013. Analisis varian dua faktor dalam rancangan pengamatan berulang (repeated measures). Jurnal Gausian. 2(4):279-288. Hartono JSS, Same M, Parapasan Y. 2014. Peningkatan mutu kompos kiambang melalui aplikasi teknologi hayati dan kotoran ternak sapi. Jurnal Penelitian Pertanian Terapan. 14(1):196-202. Hofstra DE. 2014. Grass carp Effectiveness and Effects Stage 2 : Knowledge review. New Zealand (NZ) : National Institute of Water & Athmospheric Research Ltd. Kasinak JE, Bishop CJ, Wright RA, Wilson AE. 2015. Grass carp do not consume the nuisance benthic cyanobacterium, Lyngbya wollei. Journal of Aquatic Plant Management. 53 :74-80. Kasmo, Alimoeso S, Wasiati A, Mustofa T, Hikmat A, Cahyaniati. 1986. Beberapa Gulma Penting Pada Tamnaman Pangan Dan Cara Pengendaliannya. Jakarta (ID) : Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan. Masser MP. 2002. Using Grass Carp in Aquaculture and Private Impoundments. Texas (US) : Soutern Regional Aquaculture Center. Mattjik AN, Sumertajaya IM. 2002. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab. Bogor (ID) : IPB Press. 17

18 McFarland DG, Nelson LS, Grodowitz MJ. 2004. Salvinia molesta D.S. Mitchell (Giant Salvinia) in The United States: A Review of Species Ecology and Approaches to Management. Washington (US) : U.S. Army Corps of Engineers. McIntosh D, King C, Fitzsimmons K. 2003. Tilapia for Biological Control of Giant Salvinia. Journal of Aquatic Plant Management. 41:28-31. Mitchell C & Associates. 2009. Profile of White Amur (Grass Carp and Silver Amur (Silver Carp) From The Results of Releases In New Zealand Waterways. New Zealand (NZ) : Biological Consultants Associates. Mir SA. 2015. Study of body length in relationship to other morphometric measurements in Ctenopharyngodon (grass carp)- A deviation frome cubes law. International Journal of Fisheries and Aquatic Studies. 2(5):72-74. Morrow JV, Kirk JP. 1995. Age and growth of grass carp in lake Gutersville, Alabama. Proc Annu Conf Southeast Assoc Fish and Wildl Agencies. 49:187-194. Owens CS, Smart RM, Stewart RM. 2004. Low temperature limits of giant salvinia. Journal of Aquatic Plant Management. 42:91-94. Pípalová I. 2006. A review of grass carp use for aquatic weed control and its impact on water bodies. Journal of Aquatic Plant Management. 44:1-12. Rahardjo M F, D S. Sjafei, R Affandi, dan Sulistyono. 2011. Iktiologi. Bandung : Lubuk Agung. Resmikasari Y. 2008. Evektivitas ikan koan (Ctenopharyngodon idella Val.) memakan gulma eceng gondok (Eichhornia crassipes (Mart) Solms.) [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. Rosani U. 2002. Performa itik lokal jantan umur 4-8 minggu dengan pemberian kayambang (Salvinia molesta) dalam ransumnya. [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. Sakamoto R. 2011. Pacific Northwest Aquatic Invasive Species Profilr : Grass Carp Ctenopharynodon idella. Washington (AS) : Department of Fish and Wildlife. Shireman JV, Smith CH. 1983. Synopsis of biological data on the grass carp, Ctenopharyngodon idella (Cuvier and Valenciennes 1844). FAO of The United Nations. (135):86p. Silva AF, Cruz C, Pitelli RLCM, Pitelli RA. 2014. Use of grass carp (Ctenopharyngodon idella) as a biological control agent for submerged macrophytes. Planta Daninha. 32(4):765-773. Sjafei DS, Susilawati R. 2001. Beberapa aspek biologi ikan biji nangka Upeneus moluccensis Blkr. Di Perairan Labuan, Banten. Jurnal Iktiologi Indonesia. (1):35-39. Wanner GA, Klumb RA.2009. Length-weight relationships for three asian carp species in the Missouri River. National Invasive Species Council materials. South Dakota (USA) : Wildlife Damage Management. 31pp. Warasto, Yulisman, Fitriani M. 2013. Tepung kiambang (Salvinia molesta) terfermentasi sebagai bahan pakan nila (Oreochromis niloticus). Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia. 1(2):173-183.

Zahid A dan Simanjuntak CPH. 2009. Biologi reproduksi dan faktor kondisi ikan ilat-ilat, Cynoglossus bilineatus (Lac. 1802) (pisces: cynoglossidae) di perairan pantai Mayangan Jawa Barat. Jurnal Iktiologi Indonesia. 9(1):85-95. 19

20 LAMPIRAN Lampiran 1 Letak dan susunan media pemeliharaan dan perlakuan Lampiran 2 Aklimatisasi ikan koan (Ctenopharyngodon idella Val.)

21 Lampiran 3 Penanaman kiambang (Salvinia molesta Mitchell) pada media perlakuan Lampiran 4 Penghitungan dan konversi luas permukaan wadah Diameter wadah = 56.5 cm; R = 28.25 cm Luas lingkaran = π r 2 = 3.14 x 28.25 2 = 2505.91 cm 2 = 2506 cm 2 Luas transek yang dibutuhkan = 75% x Luas lingkaran = 75% x 2506 cm 2 Luas transek = S 2 1879.5 = S 2 S = 1879.5 cm 2 = 1879.5 = 43.35 cm

22 Lampiran 5 Penimbangan bobot ikan koan (Ctenopharyngodon idella Val.) dan biomassa kiambang (Salvinia molesta Mitchell) Lampiran 6 Penirisan kiambang (Salvinia molesta Mitchell) sebelum perlakuan Lampiran 7 Ukuran panjang ikan koan (Ctenopharyngodon idella Val.) ukuran besar (a) dan kecil (b) (a) (b)

Lampiran 8 Contoh sisa kiambang (Salvinia molesta Mitchell) yang dikonsumsi oleh ikan koan (Ctenopharyngodon idella Val.) setelah 14 hari perlakuan 23

24 Lampiran 9 Pengurangan biomassa kiambang (Salvinia molesta Mitchell) pada setiap perlakuan Perlakuan Ulangan Waktu Pengematan (hari ke-) (g) Perubahan (g) 0 7 14 21 28 1 100 40,7 4 0* 0-200 4 ekor ikan besar 2 100 87,6 61,5 35,2 7,6-92,4 3 100 80,7 11,5 0* 0-200 1 100 64,2 36,5 5,7 0-100 2 ekor ikan besar 2 100 55,6 35,3 21,3 8,5-91,5 3 100 69,2 46,4 22,5 7,2-92,8 1 100 59 41,2 31 12-88 10 ekor ikan kecil 2 100 65,5 41,2 33 15-85 3 100 69,5 39,3 21 12-88 1 100 87,6 64,6 58,9 41,7-58,3 5 ekor ikan kecil 2 100 99,3 85,7 83 51-49 3 100 88,4 80,2 49,9 37-63 keterangan : *) Penambahan biomassa kiambang 100 gram Berikut ini merupakan uji statistik yang dilakukan berdasarkan data pengurangan biomassa kiambang menggunakan aplikasi SPSS 16. ANNOVA perubahan biomassa kiambang dengan menggunakan aplikasi SPSS 16. Factor Type Levels Values Perlakuan fixed 4 1; 2; 3; 4 Measures fixed 5 0; 1; 2; 3; 4 Ulangan fixed 3 1; 2; 3 SK db JK KTS F P Perlakuan 3 10406,7 3468,9 31,51 0,000 Measures 4 54325,3 13581,3 123,38 0,000 Ulangan 2 1464,3 732,2 6,65 0,003 Perlakuan * Measures 12 3649,3 304,1 2,76 0,008 Error 38 4182,9 110,1 Total 59 74028,5 R 2 = 94,35%

25 Lampiran 9 (lanjutan) Uji lanjut menggunakan aplikasi SPSS 16. biomassa perlakuan N Subset 1 2 3 Duncan a,b 1 1 41,920000 5 2 1 44,826667 44,826667 5 3 1 5 49,313333 4 1 5 75,153333 Sig.,389,187 1,000 Lampiran 10 Tingkat konsumsi ikan koan terhadap kiambang pada setiap minggu selama 28 hari Perlakuan 4 ekor ikan besar 2 ekor ikan besar 10 ekor ikan kecil 5 ekor ikan kecil Waktu Pengematan (hari ke-) Rataan Ulanga (g) Satuan n 0 7 14 21 28 (g) STDEV 1 0 59,3 36,7 4 100 40,0000 41,4710 2 0 12,4 26,1 26,3 27,6 18,4800 12,0506 3 0 19,3 69,2 11,5 100 40,0000 42,7006 1 0 35,8 27,7 30,8 5,7 20,0000 16,0473 2 0 44,4 20,3 14 12,8 18,3000 16,3466 3 0 30,8 22,8 23,9 15,3 18,5600 11,7411 1 0 41 17,8 10,2 19 17,6000 15,1169 2 0 34,5 24,3 8,2 18 17,0000 13,4813 3 0 30,5 30,2 18,3 9 17,6000 13,3171 1 0 12,4 23 5,7 17,2 11,6600 9,1010 2 0 0,7 13,6 2,7 32 9,8000 13,5696 3 0 11,6 8,2 30,3 12,9 12,6000 11,0962

26 Lampiran 10 (lanjutan) ANNOVA tingkat konsumsi ikan koan terhadap kiambang dengan menggunakan aplikasi SPSS 16. Factor Levels Values Perlakuan 4 1; 2; 3; 4 Pengamatan 5 0; 1; 2; 3; 4 Ulangan 3 1; 2; 3 SK db JK KT F P Perlakuan 3 3164,8 1054,9 4,09 0,013 Pengamatan 4 6226,5 1556,6 6,04 0,001 Ulangan 2 463,9 232,0 0,90 0,415 Perlakuan*pengamatan 12 3240,1 270,0 1,05 0,428 Error 38 9791,6 257,7 Total 59 22887,0 R-Sq = 57,22% Uji lanjut menggunakan aplikasi SPSS 16. konsumsi perlakuan N Subset 1 2 Duncan a,b 4 15 11,353333 3 15 17,400000 2 15 18,953333 18,953333 1 15 31,340000 Sig.,249,051

27 Lampiran 11 Analisis regresi hubungan panjang-bobot ikan koan (Ctenopharyngodon idella Val.) Regression Statistics Multiple R 0,9929 R Square 0,9859 Adjusted R Square 0,9857 Standard Error 0,0553 Observations 75 Berikut merupakan tabel ANNOVA dari hubungan panjang-bobot ikan koan df JK KT F Significance F Regression 1 15,5586 15,5586 5094,2965 2,8117E-69 Residual 73 0,2230 0,0031 Total 74 15,7815 Coefficients Standard Error t Stat P-value Intercept -2,239426656 0,052690153-42,50180586 3,067E-53 X Variable 1 3,132813944 0,04389272 71,37434058 2,8117E-69 UJI-t Sigma X 89,3695 Sigma X^2 108,0775 (sigma x)^2 7986,9160 a 0,0058 Sb^2 0,0019 b 3,1328 Sb 0,0439 t hit 3,0259 t tab 1,9930 t hit > t tab Tolak H 0 Pola pertumbuhan yang diperoleh dari hasil analisis adalah alometrik positif.

28 Lampiran 12 Penghitungan nilai faktor kondisi ikan koan (Ctenopharyngodon idella Val.) Berikut ini merupakan data yang diperoleh dan dianalisis untuk menentukan pola pertumbuhan pada analisis hubungan panjang-bobot dan nilai faktor kondisi. Panjang (cm) Bobot (g) FK 10 9 1,1504 10 9,1 1,1632 10,5 9,1 0,9983 10,5 9 0,9874 10,5 7,7 0,8447 10,8 11 1,1048 10,9 13,3 1,2978 11 9,4 0,8914 11 9,9 0,9388 11 8,1 0,7681 11 11,7 1,1095 11,2 12 1,0755 11,5 14,2 1,1715 11,5 13,5 1,1138 11,5 12,3 1,0148 11,7 13,5 1,0552 11,8 12,6 0,9589 12 16 1,1552 12 15,1 1,0903 12 12,8 0,9242 12 14 1,0108 12 14,7 1,0614 12 12 0,8664 12 12 0,8664 12 17,4 1,2563 12 13,2 0,9531 12 13,2 0,9531 12 12,8 0,9242 12 12,7 0,9170 12 15,3 1,1047 12,3 15,7 1,0492 12,4 15,2 0,9903 12,5 19 1,2072 12,5 12,8 0,8132 12,5 19,4 1,2326 12,5 16,6 1,0547 12,6 13,8 0,8552 Panjang (cm) Bobot (g) FK 13 18 1,0114 13 17,4 0,9777 13 15,6 0,8765 13,5 15,2 0,7588 13,5 18,2 0,9086 14 21,9 0,9756 14 19,4 0,8642 14 16,6 0,7395 21 86,2 1,0781 21 79,8 0,9981 21,5 78,5 0,9120 21,9 77,8 0,8532 22 93,5 1,0108 22 98,1 1,0606 22 81,4 0,8800 22 109 1,1784 22 104 1,1243 22,5 114,2 1,1507 22,5 109,2 1,1003 22,5 102,9 1,0368 23 121,2 1,1400 23 112,2 1,0553 23 133,7 1,2575 23 112,3 1,0562 23 107,5 1,0111 23 108,5 1,0205 23 110,2 1,0365 23,5 131,9 1,1598 24 124,8 1,0273 24 124,3 1,0232 24,4 105,8 0,8269 25 153,3 1,1104 25 125,5 0,9090 25 110,2 0,7982 25 122,9 0,8902 25 128,5 0,9308 26 147 0,9417 26 151 0,9673

29 Lampiran 12 (lanjutan) Berikut merupakan hasil perhitungan untuk nilai faktor kondisi berdasarkan selang kelas yang berbeda pada ikan uji. a 0,0058 b 3,1328 n 75 min 10 max 26 JK 7,2252 = 8 C 2 CP 2,1 Tabel selang kelas yang dihasilkan adalah sebagai berikut SKA SKB SK FK Rata-rata STDEV 10 12 10-12 1,0242 0,1261 12,1 14,1 12,1-14,1 0,9543 0,1455 14,2 16,2 14,2-16,2 0 0 16,3 18,3 16,3-18,3 0 0 18,4 20,4 18,4-20,4 0 0 20,5 22,5 20,5-22,5 1,0319 0,1056 22,6 24,6 22,6-24,6 1,0558 0,1079 24,7 26,7 24,7-26,7 0,9354 0,0942

30 Lampiran 13 Ikan koan (Ctenopharyngodon idella Val.) ukuran kecil yang terserang jamur Lampiran 14 Kondisi fisik ikan yang mati

31 Lampiran 15 Efektivitas ikan koan (Ctenopharyngodon idella Val.) sebagai biokontrol kiambang (Salvinia molesta Mitchell) ANNOVA tingkat konsumsi ikan koan terhadap kiambang dengan menggunakan aplikasi SPSS 16.0. SK db JK KT F P Perlakuan 3 3143,8 1047,9 44,60 0,000 Error 8 188,0 23,5 Total 11 3331,7 R-Sq = 94,36% Uji lanjut menggunakan SPSS 16.0. Efektivitas Perlakuan N Subset 1 2 3 Duncan a 4 3 56.77 3 3 87.00 2 3 94.77 94.77 1 3 97.47 Sig. 1.000.085.514

32 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Stabat, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara pada tanggal 10 November 1994 dari pasangan Bapak Drs. Jamaluddin Salman dan Ibu Rosdiana sebagai anak ketiga dari tiga bersaudara. Pendidikan formal penulis dimulai dari TK Dinul Hasanah Stabat tahun 1999. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SDN 054906 Tebasan Lama tahun 2000 dan lulus pada tahun 2006. Pada tahun 2009 penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 1 Stabat dan pada tahun 2012 penulis menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 1 Stabat. Pada tahun 2012 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur SNMPTN undangan dan diterima di Program Studi Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Selama perkuliahan penulis berkesempatan menjadi asisten praktikum mata kuliah Planktonologi (2015). Penulis juga berkesempatan menjadi anggota pengurus Himpunan Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan (HIMASPER) FPIK IPB pada tahun 2014 sebagai anggota Divisi INFAK (Informasi dan komunikasi). Tahun 2015, penulis berkesempatan menjadi pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor (BEM-C IPB) sebagai Divisi BANISHAKTRA (Badan Usaha Bisnis dan Kesekretariatan). Selain itu penulis juga aktif mengikuti seminar serta berpartisipasi dalam berbagai kegiatan di sekitar kampus maupun di luar kampus.