(Diversity of Ektomikoriza Fungi in Pinus merkusii Forest, Matarawa Village, Watopute District, Muna Regency

dokumen-dokumen yang mirip
Jl. Gunung Batu No. 5 Po Box 331; Telp ; Fax Bogor Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Sukoharjo

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA Biomassa

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Jenis Shorea Jenis Ektomikoriza Infeksi Akar (%) Sumber. Shorea selanica Scleroderma columnare + Riyanto (2003)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Terdegradasi ,

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

PENGARUH BERBAGAI PENUTUPAN TUMBUHAN BAWAH DAN ARAH SADAP TERHADAP PRODUKTIVITAS GETAH PINUS (Pinus merkusii) EVA DANIAWATI

ASOSIASI FUNGI EKTOMIKORIZA DENGAN EHA (Castanopsis buruana Miq.) DI HUTAN KAMPUS UNIVERSITAS HALUOLEO KENDARI ABSTRACT

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif eksploratif, yang menggunakan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil identifikasi jamur yang didapat dari Resort Pematang Raman Taman

EKSPLORASI JAMUR PEROMBAK SERASAH DI BAWAH TEGAKAN PINUS (Pinus merkusii Jungh et de vriese) DAN RASAMALA (Altingia excelsa Noronha)

KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes spp) KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG DESA KAMPUNG BARU KECAMATAN KUBU KABUPATEN KUBU RAYA

ANALISIS PENDAPATAN PETANI PENYADAP GETAH PINUS DI DESA TANGKULOWI KECAMATAN KULAWI KABUPATEN SIGI SULAWESI TENGAH

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. hutan dapat dipandang sebagai suatu sistem ekologi atau ekosistem yang sangat. berguna bagi manusia (Soerianegara dan Indrawan. 2005).

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. Meksiko, merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati terkaya

TINJAUAN PUSTAKA. tanaman. Tipe asosiasi biologis antara mikroorganisme endofit dengan tanaman

PRAKATA. Purwokerto, Februari Penulis. iii

BAB I PENDAHULUAN. secara vegetatif mempunyai kemiripan dengan alga dan jamur. Thallus ini ada yang

KEANEKARAGAMAN JENIS BAMBU (Bambusodae) DALAM KAWASAN HUTAN AIR TERJUN RIAM ODONG DUSUN ENGKOLAI KECAMATAN JANGKANG KABUPATEN SANGGAU


B III METODE PENELITIAN. ada di di Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai Denpasar Bali di Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai Denpasar Bali.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

TINJAUAN PUSTAKA. membentuk bagian-bagian tubuhnya. Dengan demikian perubahan akumulasi biomassa

PENDAHULUAN Latar Belakang

Oleh: Merryana Kiding Allo

KONTRIBUSI PENYADAPAN GETAH PINUS (Pinus merkusii) TERHADAP TINGKAT PENDAPATAN PENYADAP SKRIPSI HENNY MONIKA SITORUS /MANAJEMEN HUTAN

LAMPIRAN. Ciri makroskopis : mula-mula koloni berupa jelaga-jelaga hitam yang halus, hari fungi mulai menutupi permukaan cawan petri.

Hercules si Perusak Tanaman Pala dan Cengkeh

BAB IV METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Bahan dan Alat 4.3 Metode Pengambilan Data Analisis Vegetasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KEKAYAAN NYAMPLUNG DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON Oleh : Aris Budi Pamungkas & Amila Nugraheni

PERSEBARAN TUMBUHAN OBAT PASAK BUMI (Eurycoma longifolia Jack.) DI JALUR UTAMA PATROLI TAMAN HUTAN RAYA (TAHURA) SULTAN SYARIF HASYIM PROVINSI RIAU

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Cagar Alam Gunung Ambang subkawasan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Fungi mikoriza arbuskular (FMA) merupakan fungi obligat, dimana untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Jenis jamur itu antara lain jamur kuping, jamur tiram, jamur shitake.

III. METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mahkota dewa memiliki nama ilmiah Phaleria macrocarpa Boerl.,

Jurnal Hutan Tropis Volume 13 No. 1 Maret 2012 ISSN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Deskripsi Tanaman Sukun (Artocarpus communis Frost) Dalam sistematika tumbuh-tumbuhan tanaman sukun dapat

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu

KARAKTERISTIK HABITAT Trigona spp. DI HUTAN LARANGAN ADAT DESA RUMBIO KABUPATEN KAMPAR

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

Analisis Vegetasi Hutan Alam

RESPONS PERTUMBUHAN ANAKAN JELUTUNG MERAH

Gambar 1. Bentuk umbi bawang merah

SKRIPSI. Oleh: AYU RAHAYU EFFENDI SURBAKTI /TEKNOLOGI HASIL HUTAN

JENIS FUNGI MIKORIZA ARBUSKULA DI LAHAN GAMBUT DESA AEK NAULI, KECAMATAN POLLUNG, KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

STRUKTUR KOMUNITAS MANGROVE DI DESA MARTAJASAH KABUPATEN BANGKALAN

MIKORIZA pada Swietenia macrophylla KELOMPOK 5

TEKNIK BUDIDAYA ROTAN PENGHASIL JERNANG

Gambar 2 Lokasi penelitian dan pohon contoh penelitian di blok Cikatomas.

Perum Perhutani yang merupakan Badan Usaha Milik. Negara (BUMN) berbentuk perusahaan umum bertugas menyelenggarakan

INVENTARISASI JENIS BURUNG PADA KOMPOSISI TINGKAT SEMAI, PANCANG DAN POHON DI HUTAN MANGROVE PULAU SEMBILAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2014.

KONDISI HABITAT Rafflesia sp DI IUPHHK PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk SEKTOR TELE, KABUPATEN SAMOSIR, SUMATERA UTARA

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Seluruh jenis rangkong (Bucerotidae) di Indonesia merupakan satwa yang

BAB III METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. termasuk ekosistem terkaya di dunia sehubungan dengan keanekaan hidupan

BAB III METODE PENELITIAN

1.1. Latar Belakang. Pinus merkusii Jungh. et de Vriese merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. dkk, 1999). Salah satu spesies endemik adalah Santalum album Linn.,

KAYU JUVENIL (JUVENILE WOOD)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. tinggi. Keadaan ini dapat dijadikan modal Indonesia dalam menanggapi

STUDI KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

EVALUASI KESEHATAN TANAMAN JATI (Tectona grandis) PADA LAHAN GNRHL DI DESA KARANG LANGIT KALIMANTAN TENGAH. Oleh/By Dina Naemah 1 ABSTRACT

III. METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Cagar Alam Tangale merupakan salah satu kawasan konservasi di

BAB III METODE PENELITIAN. Taman Nasional Baluran, Jawa Timur dan dilakasanakan pada 28 September

I. PENDAHULUAN. Hutan merupakan sumber kekayaan alam yang dapat diperbaharui dan

TUMBUHAN PINUS. Klasifikasi tumbuhan pinus menurut Tjitrosoepomo (1996) sebagai berikut :

STUDI KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (NEPENTHES SPP) DI KAWASAN HUTAN BUKIT BELUAN KECAMATAN HULU GURUNG

TINJAUAN PUSTAKA. Bibit Sungkai (Peronema canescens) Sungkai (Peronema canescens) sering disebut sebagai jati sabrang, ki

MAILA WALUYANTI K

Lokasi Kajian Metode Penelitian Lanjutan Metode Penelitian

Ayu Rahayu Effendi Surbakti a*, Ridwanti Batubara b, Muhdi b aprogram Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki separuh keanekaragaman flora dan fauna dunia dan diduga sebagai

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 514/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN JERUK BESAR KOTARAJA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEANEKARAGAMAN TEGAKAN HUTAN DAN POTENSI KANDUNGAN KARBON DI HUTAN AEK NAULI KABUPATEN SIMALUNGUN TESIS. Oleh LAMBAS SUSENO /BIO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN FAKTOR LINGKUNGAN FISIK Pinus merkusii Jungh et de Vries RAS KERINCI DI RESORT KSDA BUKIT TAPAN, KAWASAN TAMAN NASIONAL KERINCI SEBLAT, JAMB1

KARAKTERISTIK MORFOLOGI LICHEN CORTICOLOUS DI KAWASAN HUTAN SEKIPAN DESA KALISORO TAWANGMANGU KARANGANYAR PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Amanita Muscaria. Titien/ /A. Abstrak. lalat agarinuc atau jamur terbang. Tetapi, bagaimanan pun juga yang mengusulkan

BAB III METODE PENELITIAN

KEANEKARAGAMAN JENIS JAMUR EKTOMIKORIZA PADA KONDISI HUTAN DENGAN KELERENGAN YANG BERBEDA DI HUTAN WISATA BUKIT BANGKIRAI PT INHUTANI I BALIKPAPAN

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

OPEN ACCES Vol. 11 No. 2: 116 123 Oktober 2018 Peer Reviewed AGRIKAN Jurnal Agribisnis Perikanan (E ISSN 2598 8298/P ISSN 1979 6072) URL: https://ejournal.stipwunaraha.ac.id/index.php/agrikan/ DOI: 10.29239/j.agrikan.11.2.116 123 Keanekaragaman Fungi Ektomikoriza di Hutan Pinus merkusii Desa Matarawa Kecamatan Watopute Kabupaten Muna (Diversity of Ektomikoriza Fungi in Pinus merkusii Forest, Matarawa Village, Watopute District, Muna Regency Wa Ode Ernawati Marfi Program Studi Kehutanan, Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Wuna, Jln Letjend Gatot Subroto Km. 7, Lasalepa. Raha, Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara 93654, Indonesia Info Artikel: Diterima : 27 Oktober 2018 Disetujui : 15 November 2018 Dipublikasi : 17 November 2018 Artikel Penelitian Keyword: Ektomikoriza, Indeks Keanekaragaman, Pinus merkusii Korespondensi: Wa Ode Ernawati Marfi Program Studi Kehutanan, Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Wuna, Raha, Jln Letjend Gatot Subroto Km. 7, Lasalepa. Raha, Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara 93654 Indonesia Email: ernamarfi86@gmail.com Copyright Oktober 2018 AGRIKAN Abstrak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai indeks keanekaragaman jenis jenis fungi ektomikoriza di bawah tegakan Pinus merkusii di Desa Matarawa. Penelitian ini menggunakan metode survei yaitu secara sensus. Fungi ektomikoriza yang ditemukan di lokasi I yaitu Inocybe sp. 1, Inocybe sp. 2, Inocybe sp. 3, Inocybe sp. 4, dan Russula sp. 1. Fungi ektomikoriza yang hanya dapat ditemukan di Desa Matarawa lokasi II yaitu Inocybe sp. 5, Russula sp. 2 dan Amanita sp. 1. Fungi ektomikoriza yang hanya dapat ditemukan di Desa Matarawa lokasi III yaitu Amanita sp.2. Terdapat perbedaan nilai indeks keanekaragaman di ketiga lokasi penelitian, lokasi I yaitu 1,209, lokasi II yaitu 0,765, sedangkan nilai 0,00 berasal dari lokasi III. Nilai yang ada menunjukkan nilai yang rendah dan sangat rendah. Abstract. The purpose of this research is to know the index value of diversity of fungi ektomikoriza species under Pusus merkusii stand in Matarawa Village. This research uses survey method that is census. The fungi ektomikoriza found in location I namely Inocybe sp. 1, Inocybe sp. 2, Inocybe sp. 3, Inocybe sp. 4, and Russula sp. 1. Fungi ektomikoriza which can only be found in the village of Matarawa location II that is Inocybe sp. 5, Russula sp. 2 and Amanita sp. 1. Fungi ektomikoriza which can only be found in the village of Matarawa III location of Amanita sp.2. There are differences of diversity index value in the three research sites, location I is 1.209, location II is 0.765, while the value of 0.00 comes from location III. Existing values show low and very low values. I. PENDAHULUAN Pinus merkusii Jungh. Et de Vriese merupakan salah satu tanaman berkayu keras yang tumbuh secara alami pada beberapa daerah di Indonesia. Di Indonesia jenis ini secara alami tumbuh di Aceh, Tapanuli dan Kerinci (Jambi). ini dapat dimanfatkan getahnya, getah ini dalam proses selanjutnya menjadi gondorukem dan terpentin. Pohon tua dapat menghasilkan 30 60 kg getah, 20 40 kg resin murni dan 7 14 kg terpentin per tahun (Darwo dan Sugiarti, 2008). Tegakan Pinus merkusii yang ada di Kabupaten Muna terletak di Desa Matarawa Kecamatan Watopute dengan luas 30 ha, merupakan peninggalan Orde Baru tepatnya pada masa pemerintahan Presiden Suharto melalui Inpres No. 8 Tahun 1976. Selain menghasilkan kayu, pohon pinus menghasilkan hal lain yang bermanfaat dan bernilai tinggi. Getah dari pohon pinus diambil untuk dimanfaatkan menjadi berbagai macam olahan seperti kosmetik, bahan baku cat kayu dan lain sebagainya. Pada tahun 2012, produksi getah pinus yang dapat dihasilkan sebesar 15 ton (Sumber: Potensi Kehutanan Kabupaten Muna, 2013). jenis fungi ektomikoriza yang berasosiasi dengan Pinus merkusii, diantaranya Pisolithus arhizus asal hutan alam Pinus merkusii Aceh Tengah (Santoso et al., 2007), Boletus sp., Inocibea sp., Suillus sp., Russula sp., dan Lactarius sp., dan Sclerodema citrium di kawasan hutan Sipirok, Tongkoh, dan Aek Nauli, Sumatera Utara (Darwo dan Sugiarti, 2008). Smith dan Read (2008) menjelaskan bahwa ektomikoriza dapat meningkatkan pertumbuhan dan kelangsungan hidup tanaman dengan meningkatkan penyerapan unsur hara. Tubuh buah dari ektomikoriza dapat dimanfaatkan oleh manusia dan organisme lainnya, sebagai makanan dan obat obatan. Selain unsur hara, ektomikoriza juga dapat membantu penyerapan air. Sampai saat ini potensi ektomikoriza yang ada di Sulawesi Tenggara belum diketahui, sehingga penelitian mengenai indeks nilai keanekaragaman fungi

ektomikoriza perlu diketahui untuk mendukung peningkatan potensi Pinus merkusii. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai indeks keanekaragaman jenisjenis fungi ektomikoriza di bawah tegakan Pinus merkusii di Desa Matarawa. II. METODE PENELITIAN 2.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di hutan Pinus Desa Matarawa Kecamatan Watopute Kabupaten Muna. Penelitian ini dilakukan pada April sampai Mei 2018. 2.2. Bahan dan Alat Penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tubuh buah ektomikoriza yang berada di bawah pohon pinus dan kertas label, sedangkan alat yang digunakan yaitu skop kecil, kamera digital, penggaris, kaliper, buku determinasi, kantong dari plastik lilin (plastik klip) dan balpoint. 2.3. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode survei yaitu secara sensus. Tubuh buah fungi ektomikoriza diidentifikasi pada seluruh populasi tegakan Pinus merkusii di hutan Pinus merkusii Desa Matarawa Kecamatan Watopute berdasarkan metode identifikasi ciri ciri fungi ektomikoriza dari Brundrett et al. (1998) dan Laessoe (1998) dalam Darwo dan Sugiarti (2008). 2.4. Analisis Data Data hasil identifikasi diamati secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk Tabel. Parameter Indeks Keanekaragaman dihitung menggunakan rumus Indeks Keanekaragaman (Indeks Shannon Whiener). III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Ektomikoriza Data mengenai jenis jenis ektomikoriza yang ditemukan di bawah tegakan Pinus merkusii Jungh. Et de Vriese di Kawasan Hutan Pinus merkusii Desa Matarawa lokasi I, II dan III disajikan pada Tabel 1. Hasil eksplorasi fungi ektomikoriza di bawah tegakan Pinus merkusii di Desa Matarawa ditemukan sebanyak 9 jenis, dari Kelas Basidiomicetes meliputi Inocybe sp. 1, Inocybe sp. 2, Inocybe sp. 3, Inocybe sp. 4, Inocybe sp. 5, jenis Russula sp. 1 dan Russula sp. 2 (Genus Russula Famili Rusulaceae), dan Amanita sp. 1 dan Amanita sp. 2 (Genus Amanita Famili Amanitaceae). Inocybe sp. 1 (Tabel 2) memiliki tudung berbentuk umbonate serta berserat pada permukaannya. Inocybe sp. 2 (Tabel 3) memiliki tubuh buah yang kecil dengan tudung berbentuk humped. Inocybe sp. 3 (Tabel 4) memiliki tudung yang berbentuk conic dengan permukaan berserat serta terdapat felty di puncak tudung. Inocybe sp. 4 tudungnya berbentuk conic dengan permukaan berserat serta memiliki hymenium yang berwarna putih. Inocybe sp. 5 memiliki ciri umum tudung berbentuk bell (bel) dan terdapat felty dipermukaannya. Inocybe sp. 1 teridentifikasi sebagai jenis Inocybe sp. karena memiliki ciri ciri yang sebagian besar sama dengan jenis Inocybe corydalina. Flores dan Honrubia (2005) menuliskan bahwa ciri ciri dari Inocybe corydalina yaitu memiliki tudung berbentuk bell (bel) kemudian menjadi flat (datar) dan umbonate, ukuranya 4 7 cm, tudungnya berserat, berwarna cream dengan warna ditengah umbonya hijau, hymeniumnya berwarna putih, batang berwarna putih pada awalnya, kemudian menjadi coklat dan berserat, ukuran tingginya mencapai 8 13 cm, fungi ini sangat beracun dan dapat ditemukan di tegakan deciduous. Perbedaan antara keduanya hanya terletak pada ukuran dan warna tengah umbonate, dimana inocybe sp. 1 ukuran tudungnya hanya 1,9 cm dan tingginya 2 cm serta warna tengah umbonate cream. Inocybe sp. 2 dan Inocybe sp. 3 memiliki ciriciri yang mirip dengan inocybe asterospora, dimana inocybe asterospora ini memiliki tudung berbentuk conical, berfibrillose dan berwarna cokelat, hitam ditengah umbo dengan felty disekitarnya. ini dapat ditemukan di tegakan campuran berkayu keras, terutama di tegakan oak dan beech (Smith, 2010). Perbedaan jenis ini dengan Inocybe sp. 2 dan Inocybe sp. 3 yaitu terletak pada warna tudung, dimana Inocybe sp. 2 tudungnya berwarna cokelat tua, sedangkan Inocybe sp. 3 berwarna cokelat muda. Inocybe sp. 4 (Tabel 5) memiliki ciri ciri morfologi yang mirip dengan Inocybe rimosa, dimana jenis Inocybe rimosa. Inocybe rimosa memiliki tudung berbentuk conical hingga bell, berwarna straw yellow (kuning jerami) atau yellowish (kekuning kuningan), kuning kecokelatan, berfibrilose, berukuran 2 8 cm, himeniumnya berwarna putih, tinggi batang 3 9 117

cm, diameternya berukuran 1 cm dengan dasar batang yang tidak mengembang, dapat ditemukan di bawah tegakan berkayu keras dan konifer (Kuo, 2005). Perbedaan Inocybe rimosa dengan Inocybe sp. 4 yaitu terletak pada panjang batang 2,1 cm dengan diameter 0,4 cm, serta warna tudung yang berwarna cream cokelat di tengah. Tabel 1. jenis jenis ektomikoriza yang ditemukan di lokasi penelitian Genus Famili Kelas Inocybe sp. 1 Inocybe Cortinariaceae Basidiomicetes Inocybe sp. 2 Inocybe Cortinariaceae Basidiomicetes Inocybe sp. 3 Inocybe Cortinariaceae Basidiomicetes Inocybe sp. 4 Inocybe Cortinariaceae Basidiomicetes Inocybe sp. 5 Inocybe Cortinariaceae Basidiomicetes Russula sp. 1 Russula Rusulaceae Basidiomicetes Russula sp. 2 Russula Rusulaceae Basidiomicetes Amanita sp. 1 Amanita Amanitaceae Basidiomicetes Amanita sp. 2 Amanita Amanitaceae Basidiomicetes Tabel 2. Ciri ciri makroskopis Inocybe sp. 1, yang berada dibawah tegakan Pinus merkusii Jungh. Et de Vriese di desa matarawa lokasi I (zise) (cm) Bentuk (shape) Warna (colour) Tekstur (Texture) Inocybe sp. 1 Tudung (map) Ø 1,9 umbonate Kream halus Hymenium Crowded Kream Kasar Batang (Steam) 2 0,3 Silindris Putih Kasar Dasar Batang (Base of steam) 0,4 Marginate (P) Putih kasar Daging (flesh) 0,3 Kream Pinus merkusii Jarak ekto ke pohon inang = 47 cm Berada ditempat yang tidak terbuka dengan ketebalan serasah 1 cm Jumlah (Count) 1 Keterangan: Ø = Diameter tudung, = Tinggi batang dan = Diameter batang/diameter dasar batang. Tabel 3. Ciri ciri makroskopis Inocybe sp. 2, yang berada di bawah tegakan Pinus merkusii Jungh. Et de Vriese di desa matarawa lokasi I Ciri ciri (Characteristics) Bentuk (shape) Warna (colour) Tekstur (Texture) Inocybe sp. 2 Tudung (map) Ø 1,2 Humped (P)/ konveks (B) Cokelat tua Kasar berfibrilose puncak tudung felty Hymenium Crowded Cokelat tua Kasar Batang (Steam) 2,2 3,5 Silindris (B)/ topered Cokelat tua Kasar berfibrilose 0,1 downward (P) Dasar Batang (Base of 0,2 Unswollen (tidak Cokelat tua kasar steam) mengembang) Daging (flesh) 0,4 cm Cokelat tua Halus Bekas Luka (Bruising exsudates) Pinus merkusii Jarak ekto ke pohon inang : terjauh = 2,85 m Terdekat = 2,11 m Koloni/soliter Koloni (Colony/Solitary) Berada ditempat yang tidak terbuka dengan ketebalan serasah 2 cm Jumlah (Count) 1 Keterangan: jumlah pohon inang yang terdapat ektomikoriza jenis ini sebanyak 7 pohon, Ø = Diameter tudung, = Tinggi batang dan = Diameter batang/diameter dasar batang. 118

Tabel 4. Ciri ciri makroskopis Inocybe sp. 3 yang berada di bawah tegakan Pinus merkusii Jungh. Et de Vriese di desa matarawa lokasi I Inocyb e sp.3 Bentuk (shape) Warna (colour) Tekstur (Texture) Tudung (map) Ø 1,5 1,8 conical Cokelat Kasar (Fibrilose ditengah dan felty ditengah tudung) Hymenium Crowded Cokelat muda Halus Batang (Steam) 4,9 5,2 Topered Cokelat muda Halus 0,2 downward Dasar Batang (Base of steam) 0,3 Clavate cream Halus Daging (flesh) 0,3 Cokelat muda Bekas Luka (Bruising exsudates) Ada Pinus merkusii Jarak ekto ke pohon inang : terjauh = 171 cm Terdekat = 120 cm Berada ditempat yang terbuka Jumlah 8 Keterangan: Ø = Diameter tudung, = Tinggi batang dan = Diameter batang/diameter dasar batang Tabel 5. Ciri ciri makroskopis Inocybe sp. 4, yang berada di bawah tegakan Pinus merkusii Jungh. Et de Vriese di desa matarawa lokasi I Inocybe sp. 4. Bentuk (shape) Warna (colour) Tekstur (Texture) Tudung (map) Ø 2 Konveks Cream cokelat Kasar berfibrilose ditengah Hymenium Crowded Cream Halus Crowded Batang (Steam) 2,1 Topered Cream Halus 0,4 downward Dasar Batang (Base of steam) 0,5 Unswollen (Tidak putih mengembang) Daging (flesh) 0,5 Putih Pinus merkusii Jarak ekto ke pohon inang : 45 cm Berada ditempat yang terbuka Jumlah 1 Keterangan: Ø = Diameter tudung, = Tinggi batang dan = Diameter batang/diameter dasar batang Inocybe sp. 5 (Tabel 6) memiliki ciri ciri morfologi yang mirip dengan Inocybe cincinnata. Inocybe cincinnata memiliki tudung berbentuk bell (bel) dan terdapat umbo yang ditutupi felty, berwarna cokelat, cokelat merah, abu abu, ukuran tudungnya 1 2 cm dan ukuran batang 20 30 x 2 4mm, habitat jenis ini yaitu di hutan deciduous lembab dan jenis konifer, jenis ini tidak dapat dimakan karena mengandung racun (Wantoch Rekowski, 2011). Perbedaan antara ketiganya terletak pada warna tudung dan bentuk tudung, dimana warna tudung Inocybe sp. 3 berwarna cokelat muda dan bentuk tudungnya adalah humped, serta Inocybe sp. 5 memiliki warna tudung orange kecokelatan. Russula sp.1 (Tabel 7) memiliki ciri umum tudung yang berbentuk flat (datar) dan berwarna putih dengan warna cokelat ditengah tudung serta memiliki tubuh buah yang rapuh. Russula sp. 2 memiliki tubuh buah yang rapuh, tudung berbentuk flat dan berserat pada permukaannya. Russula sp. 1 teridentifikasi sebagai jenis dari Genus Russula memiliki ciri yang mirip dengan Russula robertii. Russula robertii ini memiliki ciri tudung yang berwarna putih cream ditengah. Tudungnya berukuran 1,5 7 cm, batang berukuran 3 13,5 cm (Lindsey, 2008). Perbedaan antara Russula sp. 1 dengan Russula robertii terletak pada warna tudung, dimana Russula sp. 1 memiliki tudung berwarna putih cokelat ditengah. Russula sp. 2 (Tabel 8) memiliki ciri ciri yang hampir mirip dengan Russula cremoricolor. Russula cremoricolor memiliki tudung berbentuk flat (datar), berwarna kekuningan merah atau cream cerah serta putih dan berukuran 3 10 cm, serta batang yang berukuran tinggi 2 10 cm dan diameter 1 2,5 cm, jenis ini dapat ditemui di 119

bawah tegakan hutan campuran dan tumbuh secara soliter dan tersebar tersebar dibeberapa tempat (Kuo, 2008). Perbedaan antara Russula sp.2 dengan Russula cremoricolor terletak pada warna tudung, dimana Russula sp.2 memiliki tudung yang berwarna putih dan cream hampir cokelat ditengah. Tabel 6. Ciri ciri makroskopis Inocybe sp. 5, yang berada di bawah tegakan Pinus merkusii Jungh. Et de Vriese di desa matarawa lokasi II Inocybe sp. 5 Bentuk (shape) Warna (colour) Tekstur (Texture) Tudung (map) Ø 0,9 1,7 Bell Shaped (B) Cokelat muda Fibrillose dipinggir dan recurved ditengah Hymenium Crowded Cokelat muda Batang (Steam) 3,8 6,1 Topered Cream Fibrilose 0,2 0,3 downward (P) Dasar Batang (Base of steam) 0,3 0,4 Clavate cream Daging (flesh) 0,5 0,9 Cokelat muda Pinus merkusii, Jarak ekto ke pohon inang : terjauh = 70 cm, Terdekat = 60 cm Berada ditempat tertutup dengan ketebalan serasah 0,5 cm Jumlah 11 Keterangan: jumlah pohon inang yang terdapat ektomikoriza jenis ini sebanyak 8 pohon, Ø = Diameter tudung, = Tinggi batang dan = Diameter batang/diameter dasar batang Tabel 7. Ciri ciri makroskopis Russula sp. 1, yang berada di bawah tegakan Pinus merkusii Jungh. Et de Vriese di desa matarawa lokasi I Bentuk (shape) Warna (colour) Tudung (map) Ø 1,9 Flat Putih cokelat ditengah Halus Russula Hymenium Crowded Putih Kasar sp. 1 2 Batang (Steam) 0,3 Silindris Putih Kasar Dasar Batang 0,4 Marginate (P) Putih Kasar Daging (flesh) 0,3 putih Pinus merkusii, Jarak ekto ke pohon inang = 47 cm Berada ditempat yang tidak terbuka dengan ketebalan serasah 1 cm Jumlah (Count) 1 Keterangan: Ø = Diameter tudung, = Tinggi batang dan = Diameter batang/diameter dasar batang Tekstur (Texture) Tabel 8. Ciri ciri makroskopis Russula sp. 2, yang berada di bawah tegakan Pinus merkusii Jungh. Et de Vriese di desa matarawa lokasi II Bentuk (shape) Warna (colour) Tekstur (Texture) Tudung (map) Ø 1,8 2,2 Flat Cream cokelat ditengah Kasar berfibrilose Russula sp. 2 Hymenium Batang (Steam) 1,8 2 Crowded Topered Cream Putih Halus Halus 0,3 downward (P) Dasar Batang (Base of steam) 0,4 Unswollen (tidak Putih halus mengembang) Daging (flesh) 0,2 Cokelat tua Pinus merkusii Jarak ekto ke pohon inang : terjauh = 196 cm, Terdekat = 162 cm Berada ditempat tidak terbuka Jumlah 2 Keterangan: Ø = Diameter tudung, = Tinggi batang dan = Diameter batang/diameter dasar batang. 120

Amanita sp. 1 memiliki tudung yang bebentuk ronded hingga flat dengan warty di tengahnya, terdapat annulus/ring (cincin) pada batangnya. Amanita sp. 2 yang ditemukan ini memiliki tudung berbentuk hemisphere dan pada dasar batangnya terdapat volva. Ciri ciri morfologi secara lengkap disajikan pada Tabel 9 10. annulus serta berbentuk bulbous pada dasar batang, tingginya mencapai 4 12 cm dengan diameter 1 2 cm (Huffman et al., 2008). ini dapat ditemukan dibawah tegakan berkayu keras (H. McKnight dan B. McKnight, 1987) dan di bawah tegakan Konifer, serta tidak dapat dimakan (Flores dan Honrubia, 2005). Perbedaan Amanita pantherina dengan Amanita sp.1 terletak Tabel 9. Ciri ciri makroskopis Amanita sp. 1, yang berada di bawah tegakan Pinus merkusii Jungh. Et de Vriese di desa matarawa lokasi II Amanita sp 1 (zise) (cm) Tudung (map) Ø 2,9 3,4 Flat Putih abu abu ditengah Hymenium Crowded Putih Batang (Steam) 4,5 dan 4,7 Ada cincinx Putih 0,4 dan 0,6 (single edged) Bentuk (shape) Warna (colour) Tekstur (Texture) fibrilose dan terdapat warty ditengah Dasar Batang (Base of steam) 0,7 dan 0,8 Scaly Halus kasar Daging (flesh) 0,3 Putih Pinus merkusii, Jarak ekto ke pohon inang = 40 cm Berada ditempat yang tidak terbuka dengan ketebalan serasah 0,5 3 cm Jumlah 2 Keterangan: jumlah pohon inang yang terdapat ektomikoriza jenis ini sebanyak 2 pohon, Ø = Diameter tudung, = Tinggi batang dan = Diameter batang/diameter dasar batang Halus Tabel 10. Ciri ciri makroskopis Amanita sp. 2 yang berada di bawah tegakan Pinus merkusii Jungh. Et de Vriese di desa matarawa lokasi III Amanita sp. 2. (zise) (cm) Bentuk (shape) Warna (colour) Tekstur (Texture) Tudung (map) Ø 4,4 4,7 Depressed Putih keabu abuan Fibrillose Hymenium Crowded Kream Halus Batang (Steam) 7,8 dan 8 Topered downward Putih Halus 0,9 dan 1 Dasar Batang (Base of steam) 1,5 1,7 Unswollen (Tidak putih mengembang) Daging (flesh) 0,5 Putih Pinus merkusii, Jarak ekto ke pohon inang : terjauh = 80 cm, Terdekat = 61 cm Berada ditempat yang tidak terbuka dengan ketebalan serasah 0,5 cm Jumlah 2 Keterangan: jumlah pohon inang yang terdapat ektomikoriza jenis ini sebanyak 2 pohon, Ø = Diameter tudung, = Tinggi batang dan = Diameter batang/diameter dasar batang Amanita sp. 1 memiliki ciri ciri morfologi yang hampir mirip dengan Amanita pantherina var. multisquamosa (Pk.) Jenkin. Ciri ciri morfologi Amanita pantherina yaitu diameter tudung umumnya 4 10 cm, tudungnya berbentuk rounded ketika muda kemudian flat (datar) ketika tua, tudung berwarna putih, berwarna tan atau zaitun ditengahnya, terdapat warts (kutil) ditudungnya (Huffman et al., 2008). Hymeniumnya berbentuk crowded dan berwarna putih (Flores dan Honrubia, 2005). Batang berwarna putih, terdapat pada warna tudung, dimana warna tudung dari Amanita sp.1 berwarna putih, di tengahnya berwarna abu abu. Amanita sp. 2 memiliki ciri ciri morfologi yang mirip dengan Amanita crocea. Perbedaan antara keduanya terletak pada warna tudung dan batang, dimana Amanita sp. 2 memiliki tudung berwarna abu abu bercampur putih dan batangnya berwarna putih. Flores dan Honrubia (2005) menuliskan bahwa Amanita crocea memiliki tudung dan batang berwarna kuning 121

orange sampai orange kemerahan, tudung berbentuk hemispherical kemudian flat dengan diameter 6 12 cm, sedangkan tinggi batangnya mencapai 6 12 cm, serta pada dasar batangnya terdapat volva yang berwarna putih. ini dapat ditemukan di tegakan deciduous dan tidak dapat dikonsumsi sebagai makanan. 3.2. Indeks Keanekaragaman Fungi Ektomikoriza Indeks Keanekaragaman fungi ektomikoriza dihitung menggunakann rumus Indeks Keanekaragaman atau yang biasa disebut dengan Indeks Shannon. Hasil pengamatan Indeks Keanekaragaman fungi ektomikoriza di bawah tegakan Pinus merkusii pada ketiga lokasi penelitian disajikan pada Tabel 11. Tabel 11. Indeks keanekaragaman fungi ektomikoriza di Desa Matarawa menurut lokasi penelitian Indeks Lokasi Keanekaragaman Kriteria Fungi Ektomikoriza Lokasi I 1.209 Rendah Lokasi II 0.765 Sangat Rendah Lokasi III 0.000 Sangat Rendah Berdasarkan Tabel 11 di atas menunjukan bahwa dari ketiga lokasi penelitian tingkat keanekaragaman fungi ektomikoriza yang ditemukan relatif sama atau tidak menunjukan perbedaan yang menonjol. Berdasarkan hasil pengamatan nilai yang ada menunjukan keragaman yang rendah dan sangat rendah untuk keberadaan suatu spesies. IV. PENUTUP ektomikoriza yang ditemukan sebanyak 9 jenis, dari 3 Genus dan 3 Famili. Fungi ektomikoriza yang ditemukan di Desa Matarawa lokasi I yaitu Inocybe sp. 1, Inocybe sp. 2, Inocybe sp. 3, Inocybe sp. 4, dan Russula sp. 1. Fungi ektomikoriza yang hanya dapat ditemukan di Desa Matarawa lokasi II yaitu Inocybe sp. 5, Russula sp. 2 dan Amanita sp. 1. Fungi ektomikoriza yang hanya dapat ditemukan di Desa Matarawa lokasi III yaitu Amanita sp.2. Terdapat perbedaan nilai indeks keanekaragaman di ketiga lokasi penelitian, dimana untuk lokasi I yaitu 1,209, lokasi II yaitu 0,765, sedangkan nilai 0,00 berasal dari lokasi III. Nilai yang ada menunjukkan nilai yang rendah dan sangat rendah. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu pelaksanaan penelitian ini. REFERENSI Darwo dan Sugiarti. 2008. Beberapa Fungi Ektomikoriza di Kawasan Hutan Spirok, Tongkoh, dn Aek Nauli, Sumatra Utara. Jurnal Penelitian dan Konservasi Alam 5(2): 157 173. Dinas Kehutanan Kabupaten Muna. 2013. Data Potensi Kehutanan Kabupaten Muna. Dinas Kehutanan. Raha. Flores R. Dias G and Honrubia M. 2005. Mycorrhizal Ssynthesis of Lactarius indigo (Schw.) Fr. with five Neotropical Pine Species. Mycorrhiza 15: 563 570 DOI 10.1007/s00572 005 0004 y. H. McKnight K. dan B. McKnight V. 1987. Peterson Field Guide Mushroom. Houghton Mifflin. Newyork. Huffman D. M., Tiffani I. H., Knaphus G., dan Healy R. A. 2008.Mushroom and The Order Fungi of The Midcontinental United States. University of Iowa Press. Iowa. Kuo M. 2005. Inocybe rimosa. Mushroom Expert. http://www.mushroomexpert.com/inocybe_rimosa.html [21.03 03 Juni 2016]. Kuo M. 2008. Russula cremoricolor. MushroomExpert. http://www.mushroomexpert.com/ Russula cremoricolor..html [21.15 03 Juni 2016]. Lindsey JK. 2008. Ectomycorrhizal. http://www.commanster.eu/commanster/mushrooms/agaric/suagaric/inocybe.asterospora.html [20:10 06 Juni 2016]. Marfi, W.E., 2018. Identifikasi Dan Keanekaragaman Tumbuhan Bawah Pada Hutan Tanaman Jati (Tectona grandis L.f.) Di Desa Lamorende Kecamatan Tongkuno Kabupaten Muna. Agrikan: Jurnal Agribisnis Perikanan 11(1): 71 82. https://doi.org/10.29239/j.agrikan.11.1.71 82 122

Momo, L.H., & Rahayu, W.S., 2018. Analysis of mangrove forest vegetation in Wambona Village, South Wakorumba District, Muna Regency, Indonesia. Akuatikisle: Jurnal Akuakultur, Pesisir dan Pulau Pulau Kecil 2(1): 10 16. https://doi.org/10.29239/j.akuatikisle.2.1.10 16 Santoso E, Turjaman M dan Irianto RSB. 2007. Aplikasi Mikoriza untuk Meningkatkan Kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan Terdegradasi. Prosiding Ekspose Hasil Hasil Penelitian. http://www.dephut.go.id/ files/erdy.pdf 57.05 [20:20 20 Mei 2016]. Smith SE dan Read DJ. 2008. Mycorrhizal Symbiosis Third Edition. Academic Press USA. Smith D. 2010. Observation: Inocybe asterospora Quél. (50855). http://mushroomobserver.org/50855?_js=on&_new=true&id=50855. [19:20 20 Mei 2016]. Wantoch Rekowski MA. 2011. The Mushroom: Inocybe cincinnata. http://www.rogersmushrooms.com/gallery/displayblock~bid~6427.asp. [18:20 20 Mei 2016]. How to cite this article: Marfi, W.E. 2018. Keanekaragaman Fungi Ektomikoriza di Hutan Pinus merkusii Desa Matarawa Kecamatan Watopute Kabupaten Muna. Agrikan: Jurnal Agribisnis Perikanan, 11(2): 116 123. DOI: https://doi.org/10.29239/agrikan.11.2.116 123 123