EKSOTISME OBYEK WISATA GUA PINDUL GUNUNG KIDUL

dokumen-dokumen yang mirip
PENGENALAN CAVING (SUSUR GUA)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Timur. Salah satu obyek wisata yang terkenal sampai mancanegara di

I. PENDAHULUAN. andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN. (Yerik Afrianto S dalam diunduh tanggal 23

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk fenomena pelarutan batuan lain, seperti gypsum dan batu garam. 1

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara negara di Asia Tenggara yang dilintasi garis khatulistiwa

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. devisa di suatu negara yang mengembangkan sektor tersebut. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Hamparan karst di Indonesia mencapai km 2 dari ujung barat sampai

PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya

SALINAN. Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN KAWASAN KARS DI JAWA BARAT GUBERNUR JAWA BARAT

PENGEMBANGAN KOMPONEN PARIWISATA PADA OBYEK-OBYEK WISATA DI BATURADEN SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR

BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan-kegiatan industri manufaktur dan kegiatan ekonomi lainnya yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara selain dari sektor

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kualitas masyarakat dan dapat menambah rasa cinta tanah air

BAB I PENDAHULUAN. artinya bagi usaha penanganan dan peningkatan kepariwisataan. pariwisata bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk

serta menumbuhkan inspirasi dan cinta terhadap alam (Soemarno, 2009).

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata

I. PENDAHULUAN. beragam adat istiadat, bahasa, agama serta memiliki kekayaan alam, baik yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Pembangunan pariwisata mulai digalakkan, potensi potensi wisata yang

1. PENDAHULUAN. jenis flora dan fauna menjadikan Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity. peningkatan perekonomian negara (Mula, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman penuh tamasya sekarang ini, banyak warga Indonesia khususnya

POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP

BAB I PENDAHULUAN. dan ekosistemnya ini dapat dikembangkan dan dimanfaatkan sebesar-besarnya

BAB I PENDAHULUAN. terluas ( hektare) di dunia setelah kawasan karst di Cina dan Vietnam

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi nasional yang mencapai 5,7 persen (Tempo.co,2014). hal

KAJIAN PROSPEK DAN ARAHAN PENGEMBANGAN ATRAKSI WISATA KEPULAUAN KARIMUNJAWA DALAM PERSPEKTIF KONSERVASI TUGAS AKHIR (TKP 481)

P E M E R I N T A H KABUPATEN KUTAI TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata Indonesia merupakan salah satu sektor yang mempengaruhi

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Desa Karangtengah merupakan salah satu desa agrowisata di Kabupaten Bantul,

I. PENDAHULUAN. Keterangan : * Angka sementara ** Angka sangat sementara Sumber : [BPS] Badan Pusat Statistik (2009)

BAB I PENDAHULUAN. Dusun Srowolan adalah salah satu Dusun di Desa Purwobinangun, UKDW

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya,

STUDI IDENTIFIKASI ATRAKSI WISATA RAWAPENING YANG DIMINATI PASAR WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SUSILOWATI RETNANINGSIH NIM L2D398188

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki sumber daya alam yang

Mengembangkan Ekowisata Hutan Mangrove Tritih Kulon Cilacap

BAB I PENDAHULUAN. dalam mengatur keseimbangan alam. Perairan merupakan ekosistem yang memiliki

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sedangkan kegiatan koleksi dan penangkaran satwa liar di daerah diatur dalam PP

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Hal ini dapat menggerakkan pertumbuhan industri pada sektor-sektor

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera. Lampung memiliki banyak keindahan, baik seni budaya maupun

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor

BAB I PENDAHULUAN. antara lain berupa keanekaragaman hayati, keunikan budaya tradisional, keindahan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata memiliki peran yang penting dalam perekonomian

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Yogyakarta yang memiliki luasan 1.485,36 kilometer persegi. Sekitar 46,63 %

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. daerah pegunungan, pantai, waduk, cagar alam, hutan maupun. dalam hayati maupun sosio kultural menjadikan daya tarik yang kuat bagi

BAB I PENDAHULUAN. merupakan modal dasar bagi pembangunan berkelanjutan untuk kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya yang berbeda seperti yang dimiliki oleh bangsa lain. Dengan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pariwisata merupakan salah satu sumber daya yang dapat. dimanfaatkan. Sesuai perkembangannya kepariwisataan bertujuan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fajra Adha Barita, 2015

BAB II URAIAN TEORITIS. dengan musik. Gerakan-gerakan itu dapat dinikmati sendiri, pengucapan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan UKDW

BUPATI BANDUNG BARAT

2 Pada tahun 2010, Provinsi Bangka Belitung menyelenggarakan Tahun Kunjungan Bangka Belitung yang disebut dengan Visit Babel Archipelago 2010 untuk me

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kudus merupakan kabupaten terkecil di Jawa Tengah dengan luas wilayah

KARAKTERISTIK DAN PREFERENSI PENGUNJUNG WISATA ALAM BANTIMURUNG. Wahyudi Isnan

STUDI PROSPEK PENGEMBANGAN EKOWISATA PADA KAWASAN SEKITAR KARS GOMBONG SELATAN DALAM MENDUKUNG KEBERLANJUTAN WILAYAH TUGAS AKHIR

LAPORAN IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI OBYEK WISATA ALAM DI KARANGTEKOK BLOK JEDING ATAS. Oleh : Pengendali EkosistemHutan

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta terletak antara 70 33' LS ' LS dan ' BT '

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbentang antara

BAB II LANDASAN TEORI. A. Pengembangan Potensi Kawasan Pariwisata. berkesinambungan untuk melakukan matching dan adjustment yang terus menerus

BAB II URAIAN TEORITIS. yaitu : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling.

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pegunungan yang indah, hal itu menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk

BAB I PENDAHULUAN. negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving countries),

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Istilah atau nama museum sudah sangat dikenal oleh rakyat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia terdiri dari pulau-pulau dan berbagai macam suku dengan

DAFTAR ISI DAFTAR ISI...

2015 PESONA ALAM GUNUNG BURANGRANG SEBAGAI OBJEK GAGASAN BUKU FOTOGRAFI ESAI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan serta menggalakan dunia kepariwisataan kini semakin giat

BAB I PENDAHULUAN. Kepariwisataan merupakan salah satu sektor industri didalam

I-1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan

BAB I PENDAHULUAN. negaranya untuk dikembangkan dan dipromosikan ke negara lain.

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. pariwisata, suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah, mendapat pemasukan dari

TINJAUAN PUSTAKA. Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada

BAB I PENDAHULUAN. Gambar I.1 Peta wilayah Indonesia Sumber:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

ABSTRACT EKSOTISME OBYEK WISATA GUA PINDUL GUNUNG KIDUL Damiasih Jurusan Perhotelan D3 Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarrukmo (STIPRAM) Yogyakarta Jl. Laksda Adisucipto Km. 5 Yogyakarta 55281 Telp. (0274) 485650, 748749 Fax. (0274) 485214 Yogyakarta has a lot of destination tourism, can be categorized into two. That is the cultural attraction and tourist attraction article (convention and shopping). Potential destination tourism and attraction. In Yogyakarta, we only know Diponegoro cave, but there is another cave which the cave tubing very exciting the name is Pindul. Located of Pindul cave on Pedukuhan Gelaran I, Bejiharjo, Karangmojo, Gunung Kidul, Yogyakarta. Pindul cave is all of one cave that have stalagtit and stalagmit. It s very beautiful and very charming. Exoticm has been there all the time. Yet few people are aware and willing to come. Cave exoticm is one of special interest tours. This was evidenced by only a few tourists who love it. Keywords : Cave tubing, stalagtit, stalagmit, exoticm, and tourists PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Berwisata dalam banyak hal selalu diartikan sebagai suatu kegiatan santai dan rileks. Namun berwisata untuk kegiatan minat khusus sebagai objek wisata alternatif, tidak selalu diartikan sebagai suatu kegiatan santai dan rileks. Objek wisata minat khusus sebagai objek wisata alternatif tidak jarang menawarkan tantangan alam yang cukup ekstrim yang memicu adrenalin yaitu sumber tenaga untuk membangkitkan aktivitas super ekstra, naik sekitar dua bahkan lebih di atas aktivitas normal yang dilakukan. Salah satu 13 objek wisata minat khusus sebagai objek wisata alternatif yang dipandang cukup ekstrim yang sedang trend atau cenderung banyak peminat saat ini yang terletak di kawasan Gunung Kidul Yogyakarta adalah cave tubing (petualang menerobos gua) kalisuci. Objek wisata minat khusus sebagai objek wisata alternatif kalisuci menawarkan perpaduan eksotisme (istimewa dan spesifik) antara pemandangan alam dengan tantangan yang memacu adrenalin wisatawan. Objek wisata minat khusus sebagai objek wisata alternatif yang cukup ekstrim tersebut terletak di pedukuhan Gelaran I, Bejiharjo, Karangmojo, Gunung Kidul, ± 6 km sebelah utara timur Kota Wonosari atau sekitar ± 1,2 jam perjalanan dari pusat kota Yogyakarta. Cave Tubing (petualang menerobos gua) minat khusus kalisuci, merupakan suatu objek wisata yang sangat eksotis (istimewa), karena membawa wisatawan dengan menggunakan ban dalam mobil yang terapung dengan cara menggelinding yang digerakkan dengan alat dayung tangan, baik sendiri-sendiri maupun sambil berpegangan tangan dengan teman, sambil menggelinding menyusuri sungai bawah tanah yang mengalir dengan arus yang

14 JURNAL Kepariwisataan Volume 8 Nomor 1 Januari 2014 : 13-22 tidak terlalu deras. Untuk mencapai ke lokasi start, terlebih dahulu wisatawan diajak untuk tracking (berjalan menerobos) daerah perbukitan terlebih dahulu. Sebelum sampai di dasar gua, wisatawan harus menuruni gua sedalam ± 30-40 meter. Ketika sampai di dasar gua, wisatawan dapat melakukan aktivitas cave tubing (petualang menerobos gua) dengan bantuan ban mobil bagian dalam yang diisi dengan udara sehingga mudah terapung. Ketika wisatawan melakukan aktivitas tersebut, sudah barang tentu akan merasakan keéksotisan (keistimewaan) yang menakjubkan yaitu (kagum dan bahagia) sambil dengan suasana santai membaringkan badan menengadah ke atas atau duduk di atas ban mobil yang sedang menggelinding. Namun dibalik itu muncul juga rasa waswas, karena takut bisa saja tenggelam melihat airnya cukup dalam, dan jika tidak mampu menjaga keseimbangan tubuh ketika duduk santai di atas ban mobil yang sedang menggelinding tersebut. Di tempat tersebut, wisatawan akan menerobos arus sungai bawah tanah sepanjang ± 700 meter. Ketika melakukan aktivitas tersebut adrenalin terpacu meningkat dua kali lipat, bahkan lebih dari aktivitas normal, mata terkonsentrasi dan terpukau oleh keindahan dinding-dinding gua yang tersusun dari batu kapur yang indah yang disebut stalaktit (batu tetesan atas) dan stalakmit (batu tetesan bawah). Kendatipun arus sungai dalam gua tersebut tidak terlalu deras, namun pengamanan yang diberikan pihak pengelola gua cukup aman, karena sudah dilengkapi dengan pelampung, pelindung lutut dan lengan serta pelindung kepala. Sekali melakukan aktivitas menerobos gua dan sungai dengan menggunakan ban mobil bagian dalam yang telah diisi udara, dapat menghabiskan waktu ± 1,5-2 jam. Sebuah atraksi eksotisme baru andalan di Gunung Kidul semakin mewarnai perkembangan pariwisata yang signifikan di Yogyakarta. Hal tersebut dalam bentuk cave tubing yaitu berpetualang menerobos gua dengan menggunakan alat yang mengapung yaitu ban mobil bagian dalam yang diisi dengan udara, dan wisatawan menggunakan ban tersebut sebagai satu-satunya alat untuk menerobos di atas sungai yang mengalir di dalam gua bawah tanah tersebut. Berpetualang menerobos gua dengan menggunakan perahu karet baik di laut maupun di sungai yang terbuka, sudah merupakan aktivitas yang biasa. Namun jika wisatawan ingin berpetualang dengan minat khusus sebagai objek wisata alternatif dengan menggunakan ban mobil bagian dalam pada sungai yang mengalir di dalam gua bawah tanah merupakan suatu aktivitas yang tidak dapat dilakukan oleh semua wisatawan. Karena disini wisatawan harus ekstra menguji nyali atau keberanian, sambil merasakan udara yang sangat eksotis, dan takjub melihat pemandangannya, namun sambil senam jantung deg-degan atau waswas. Hal tersebut tidak lain hanya dapat dilakukan di gua Pindul yang memiliki tantangan tersendiri. Objek wisata gua Pindul menyediakan tiga pilihan, yaitu cave tubing (petualang menerobos gua) di Gua Pindul; rafting (petualang menggunakan rakit) di kali Oyo, dan caving (petualang menerobos gua) di gua Sioyot, menjadi permainan yang benar-benar menguji nyali dan memompa

Damiasih : Eksotisme Obyek Wisata Gua Pindul Gunung Kidul adrenalin wisatawan. Melakukan cave tubing di Gua Pindul, wisatawan harus menyusuri sungai yang ada di dalam gua pindul. Sungai tersebut memiliki panjang ±350 meter, dan membutuhkan waktu tempuh selama ± 45 menit hingga 1 jam. Untuk melakukan rafting di kali Oyo, membutuhkan waktu tempuh antara ± 1-2 jam, dengan total menempuh aliran sungai sejauh ± 1,5 km. Selanjutnya panjang lintasan caving, Gua Sioyot sekitar ±1000-1500 meter, dan memerlukan waktu tempuh antara ± 1-2 jam. Ketiga permainan tersebut sungguh menguras keringat dan tenaga wisatawan. Untuk menikmati semua permainan tersebut memerlukan biaya yang cukup terjangkau. Untuk cave tubing cukup dengan biaya Rp.25.000, per orang, dan caving Gua Sioyot Rp.25.000, per orang, namun minimal harus ada tujuh orang yang mengikuti permainan tersebut. Untuk rafting di Kali Oyo ada dua pilihan trek, yaitu trek pendek dengan jarak 2 km (Rp.35.000. per orang), dan trek panjang dengan jarak 5 km (Rp.50.000, per orang). Menikmati dinginnya aliran air sungai dan panorama alami dari dalam Gua Pindul dan Gua Sioyot, menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Petualang menelusuri sungai dan gua dengan hiasan stalaktit (batu tetesan atas) dan stalakmit (batu tetesan bawah), bunyi kelepak-kelepak kelelawar, serta kecipak air mengalir yang jernih akan menjadikan petualangan di Gua Pindul sulit terlupakan. Jalan menuju Gua Pindul wisatawan kalau dari Yogyakarta, langsung saja menyusuri Jalan Wonosari sampai ke Kota Wonosari. Disana wisatawan beralih ke arah Timur sedikit maka akan terlihat plang atau papan nama penunjuk jalan menuju Gua Pindul. Indonesia sebagai sebuah negara kepulauan, memiliki keaneka-ragaman potensi alam yang eksotisme (istimewa). Ada banyak jenis objek wisata yang eksotisme, baik alam maupun budaya. Objek wisata budaya yang eksotisme dapat berupa bangunan kuno dan warisan pusaka, candi, museum, keraton, dan benteng. Objek wisata alam yang eksotisme dapat berupa suatu kawasan yang indah, misalnya hutan alam, danau, pantai dengan 15 panorama alamnya, cagar alam yang penuh dengan flora dan fauna yang langka, bahkan kawasan gunung api, kawah atau mata air panas, panorama dataran tinggi dan gua. Semua objek wisata tersebut dapat dijual kepada wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Pada objek wisata tersebut ada yang disebut minat khusus, misalnya gunung api hanya terbatas bagi wisatawan yang mau membeli objek wisata tersebut. Wisatawan domestik yang berminat membeli objek wisata tersebut, misalnya para pecinta alam yang dilakukan mahasiswa dan pelajar tingkat SMA atau yang sederajat. Dewasa ini aktivitas menelusuri gua merupakan trend atau kecenderungan baru yang banyak diminati oleh masyarakat. Banyak wisatawan yang menyukainya, baik domestik maupun mancanegara. Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya pengunjung yang datang ke sebuah gua hanya untuk tujuan menikmati panorama alamnya dan bahkan berminat menyusuri gua, baik karena ingin menikmati keindahan alamnya maupun ingin menguji nyali atau keberanian yang didukung oleh adrenalinnya. Sama halnya jika wisatawan ingin menikmati panorama alam di Gua Pindul. Gua Pindul adalah salah satu gua yang terletak di kawasan Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, yang sudah ada sejak zaman purba, namun sekitar tahun 2000-an baru diketemukan oleh masyarakat, dan dapat digunakan untuk objek wisata minat khusus sebagai objek wisata alternatif, yang benar-benar menantang nyali atau keberanian wisatawan. Objek wisata Gua Pindul saat ini sudah di renovasi yang berkaitan dengan sarana dan prasarana, namun belum maksimal. Pada objek wisata Gua Pindul, wisatawan akan sangat terpesona dengan panorama alamnya yang begitu indah, dan dapat melahirkan inspirasi baru bagi wisatawan, dalam upaya menantang alam yang eksotisme. 2. Perumusan Masalah Bertitik tolak pada uraian latar belakang masalah tersebut di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Bagaimana upaya yang dilakukan

16 JURNAL Kepariwisataan Volume 8 Nomor 1 Januari 2014 : 13-22 Pemerintah Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta dalam penataan sehingga eksotisme atau keistimewaan Obyek Wisata Gua Pindul, mampu meningkatkan kunjungan wisatawan, yang berarti dapat meningkatkan pendapatan asli masyarakat yang menggantungkan hidupnya dengan menjual jasa kepada wisatawan, dan sekaligus dapat meningkatkan pendapatan asli daerah Kabupaten Gunung Kidul? TINJAUAN PUSTAKA Buku-buku referensi yang mendukung dalam menyelesaikan penelitian ini cukup banyak, namun buku yang dipandang relevan adalah sebagai berikut : 1. Ekonomi Pariwisata, Sejarah dan Prospeknya, yang ditulis Romo James Yossep Spillane, SY. Menurut James Yossep Spillane, SY, bahwa kawasan karst mempunyai potensi alam yang luar biasa indah dan beragam. Keberagaman tersebut harus dipandang sebagai satu kesatuan, dimana keberadaan satu dan lainnya adalah saling bergantung dan saling menunjang. Pemanfaatan kekayaan sumber daya alam tersebut akan lebih sustainable (berkelanjutan) jika prinsip-prinsip pengelolaannya mengedepankan asasasas : a. keaslian lingkungan dan budaya; b. mengakui keberadaan dan dukungan masyarakat; c. berkelanjutan; dan d. Memiliki kemampuan untuk mengelola Obyek Wisata. 2. Todays Bussiness Ethics for Tourism, yang ditulis oleh Novianto. Menurut Novianto, bahwa banyak orang berpendapat, perjalanan ekowisata tidak menghasilkan tourist expenditure (pembelanjaan wisatawan) yang signifikan. Namun dalam kenyataannya, perjalanan ekowisata justru memerlukan waktu yang panjang sehingga berimplikasi menghasilkan in route benefit (route yang bermanfaat) bagi masyarakat dan langsung dinikmati masyarakat lokal. 3. Melestarikan Alam Indonesia, yang ditulis Jatna Supriatna. Menurut Jatna Supriyatna, pemanfaatan sumber daya alam dalam perspektif baru lebih mengedepankan prinsip-prinsip ekologis daripada prinsipprinsip ekonomis, karena dengan prinsip ekologis rentang waktu pendapatan yang akan diperoleh jauh lebih panjang daripada mengeliminir sekecil mungkin terhadap perusakan. 4. Pengawasan dan Pelaksanaan Undang-Undang Lingkungan Hidup, yang ditulis Djanius Djamin. Menurut Djanius Djamin, bahwa bagi pelanggar UU dikenakan tindakan tata tertib membayar ganti rugi, membayar biaya pemeliharaan dan juga ancaman hukuman penjara sesuai dengan UU yang berlaku yaitu tentang UU perlingkungan hidup nomor 23 tahun 1997. CARA PENELITIAN 1. Penentuan Sampel Cara penentuan sampel adalah nonrandom sampling purposive sample, yaitu peneliti menentukan sample tanpa diacak, karena pengetahuan populasi tentang Gua Pindul dipandang homogen berdasarkan cerita yang disampaikan para leluhur mereka. Sampel langsung tertuju kepada pihak pengelola eksotisme Obyek Wisata Gua Pindul yang dipandang sebagai sumber informasi atau nara sumber, yaitu masyarakat yang mengelola secara langsung dan seharihari bekerja menjaga Obyek Wisata tersebut (Nicolaus Got, 2011). 2. Pengumpulan Data Cara pengumpulan data adalah : a. eksperimen, yaitu peneliti melakukan peninjauan secara langsung di lapangan yaitu kepada para pengelola tetap yang seharihari bekerja menjaga tempat tersebut, untuk membuktikan kebenaran cerita masyarakat yang bukan sebagai pengelola tetap yang disampaikan secara lisan; b. observasi, yaitu peneliti melakukan pengamatan secara cermat di kawasan eksotisme Obyek Wisata Gua Pindul, dan semua sarana dan prasarana yang mendukung bagi keberadaan eksotisme Obyek Wisata Gua Pindul (Nicolaus Got, 2011); c. fenomenologi, yaitu peneliti melakukan pengamatan secara cermat terhadap fenomena alam sekitar eksotisme Obyek Wisata Gua Pindul, yang mendukung bagi keberadaan kawasan tersebut, dengan tiga cara. Pertama, reduksi fenomenologis yaitu mengelompokkan fenomena yang berpengaruh dan fenomena yang tidak

Damiasih : Eksotisme Obyek Wisata Gua Pindul Gunung Kidul berpengaruh; Kedua, reduksi eidetis yaitu menakar jumlah fenomena yang berpengaruh dan fenomena yang tidak berpengaruh; dan Ketiga, reduksi transendental, yaitu menghilangkan fenomena yang tidak berpengaruh, dan menetapkan fenomena yang paling berpengaruh (Nicolaus Got, 2010); d. Partisipasi, yaitu peneliti terlibat secara langsung dengan para pengelola tetap, membahas bersama-sama tentang eksotisme Obyek Wisata Gua Pindul, yang terjadi pada masa lampau; dan e. interview yaitu peneliti melakukan wawancara terhadap pengelola tetap yang paling bertanggung jawab sebagai sumber informasi atau nara sumber kunci, yang sangat memahami tentang keberadaan eksotisme Obyek Wisata Gua Pindul (Nicolaus Got, 2011). 3. Analisis Data Analisis data dalam penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari survei lapangan kepada para pengelola tetap, dan kepada para wisatawan domestik yang sedang berkunjung ke eksotisme Obyek Wisata Gua Pindul. Data sekunder diperoleh dari internet(eprints. uny.ac.id/7333/ - Translate this page). Cara analisis data yang digunakan, ada dua yaitu deskriptif dan Ex Post Facto. Faktor yang mempengaruhi probabilitas wisatawan untuk bersedia membayar dengan jumlah nominal tertentu bagi pengelola tetap Obyek Wisata eksotisme Obyek Wisata Gua Pindul, yang berwawasan lingkungan akan ditentukan melalui perhitungan dengan menggunakan metode korelasi Product Moment, demikian juga dengan faktor yang mempengaruhi jumlah kunjungan wisatawan ditentukan melalui perhitungan dengan menggunakan metode korelasi Product Moment (Nicolaus Got, 2011). Penelitian tersebut menemukan faktor yang signifikan antara probabilitas wisatawan untuk membayar dengan jumlah nominal tertentu bagi pengelola tetap eksotisme Obyek Wisata Gua Pindul, dengan jumlah nominal penawaran, pendapatan, pendidikan, dan persepsi. Sedangkan faktor yang signifikan mempengaruhi jumlah kunjungan wisatawan, karena pengalaman 17 berkunjung, pendapatan, pendidikan, dan persepsi. Nilai surplus bagi pendapatan asli masyarakat lokal pertahun lebih besar dari total nilai manfaat pertahun. Karena itu temuan dari penelitian tersebut memberikan beberapa rekomendasi, yaitu pemerintah daerah Kabupaten Gunung Kidul dan Daerah Istimewa Yogyakarta, seyogyanya perlu ada kesamaan penetapan tarif masuk yang signifikan, sesuai dengan tingkat kemampuan wisatawan baik domestik maupun mancanegara, demi kelangsungan eksotisme Obyek Wisata Gua Pindul, yang akan digunakan untuk pengelolaan yang berwawasan lingkungan secara sustainable (berkelanjutan) (eprints.uny.ac.id/7333/ - Translate this page) PEMBAHASAN 1. Eksotisme Obyek Wisata Di Indonesia Eksotisme dalam penelitian ini dapat dianalogikan terhadap suatu kawasan yang memiliki daya tarik yang spesifik karena belum banyak dikenal umum, atau kawasan yang memiliki karakteristik yang istimewa. Dengan berpijak pada analogi tersebut, maka eksotisme Obyek Wisata Gua Pindul benarbenar unik dan spesifik, yaitu memiliki sungai yang menerobos gua batu di bawah tanah, dan dapat dijadikan sebagai Obyek Wisata minat khusus dan sebagai Obyek Wisata alternatif, untuk menggantikan Obyek Wisata pantai, gunung, hutan alam, air panas, air terjun, dan sebagainya. Berbagai data yang diperoleh melalui data sekunder atau data internet, diinformasikan bahwa eksotisme Obyek Wisata Gua Pindul Gunung Kidul Yogyakarta masih termasuk Obyek Wisata baru dan langka. Namun diharapkan dengan munculnya tulisan ini dalam jurnal Stipram Yogyakarta, edisi Januari 2014, wisatawan minat khusus sebagai Obyek Wisata alternatif semakin banyak yang ingin mengunjungi eksotisme Obyek Wisata Gua Pindul. Pakar pariwisata telah mendeskripsi sebanyak 20 (dua puluh) Obyek Wisata yang eksotisme di Indonesia, dan 10 (sepuluh) diantaranya adalah : 1. Eksotisme Danau Toba, Sumatera Utara, sebuah danau

18 JURNAL Kepariwisataan Volume 8 Nomor 1 Januari 2014 : 13-22 vulkanik dan ditengahnya terdapat sebuah pulau vulkanik yang bernama pulau Samosir. 2. Eksotisme Danau Gunung Tujuh, Jambi, dan beberapa danau kecil lainnya dengan keindahan alamnya yang unik. 3. Eksotisme Pulau Belitung, Bangka Belitung. Pulau ini terkenal karena keindahannya, pemandangannya unik dengan pantai pasir putih asli dihiasi batu-batu granit yang artistik dan air laut sejernih kristal, dikelilingi oleh ratusan pulau-pulau kecil. 4. Eksotisme Krakatau, Selat Sunda, kepulauan ini terkenal karena vulkanik yang masih aktif dan berada di Selat Sunda antara pulau Jawa dan Sumatera. 5. Eksotisme Green Canyon, Jawa Barat. Green Canyon menyimpan pesona luar biasa. Perpaduan antara sungai, lembah hijau, hutan lindung, dan aneka stalaktit-stalakmit. Keindahan berbalut kesunyian, bagai surga yang tersembunyi. Green Canyon mulai dikembangkan pada tahun 1989. 6. Eksotisme Gunung Bromo, Jawa Timur. Eksotisme Gunung Bromo merupakan gunung berapi yang masih aktif dan paling terkenal sebagai objek wisata di Jawa Timur. 7. Eksotisme Gunung Kelimutu, NTT. Eksotisme Gunung Kelimutu adalah gunung berapi yang terletak di Pulau Flores, Kabupaten Ende. Gunung tersebut memiliki tiga buah danau kawah di puncaknya. Danau tersebut dikenal dengan nama Danau Tiga Warna karena memiliki tiga warna yang berbeda, yaitu merah, biru, dan putih. Walaupun begitu, warna-warna tersebut selalu berubah-ubah seiring dengan perjalanan waktu. 8. Eksotisme Pulau Komodo, NTT. Taman Nasional Komodo yang terletak di Kabupaten Manggarai Barat, NTT., merupakan kawasan yang terdiri dari beberapa pulau dengan perairan lautnya. Pulau-pulau tersebut merupakan habitat satwa komodo (Varanus komodoensis) yaitu reptil purba yang tersisa di bumi. Kondisi alamnya unik, terdapat padang savana yang luas dengan pohon lontarnya (Borassus flabellifer). 9. Eksotisme Kepulauan Raja Ampat, Papua Barat. Kepulauan Raja Ampat merupakan kepulauan yang berada di barat pulau Papua di provinsi Papua Barat, tepatnya di bagian kepala burung Papua. Kepulauan ini merupakan tujuan penyelam-penyelam yang tertarik akan keindahan pemandangan bawah lautnya. Kepulauan Raja Ampat diyakini sebagai pusatnya kekayaan alam bawah laut, yang tidak tertandingi di seluruh dunia. Selain itu pemandangan alam perbukitan, panorama pantai dan kekayaan hayatinya. Kepulauan tersebut dijuluki sebagai Pulau Surga atau Surga yang hilang. 10. Eksotisme Danau Sentani, Papua. Eksotisme Danau Sentani terletak di bawah lereng Pegunungan Cycloops yang terbentang antara Kota Jayapura dan Kabupaten Jayapura, Papua. Landskap (bentangan) Eksotisme Danau Sentani dengan gugusan pulau di tengahnya merupakan salah satu yang terindah di Indonesia. Pesona yang dimiliki Nusantara jauh melebihi eksotisme tempat-tempat yang ada di manapun di dunia. Kesepuluh tempat tersebut di atas, hanya sebagian kecil dari sekian banyak eksotisme yang ada di Nusantara, karena masih banyak lagi yang lain namun memang belum terpublikasikan. Sebagaimana kata pepatah Nusantara adalah sepenggal tanah dari Surga atau juga lebih dikenal dengan sebutan Zamrut Khatulistiwa. Namun sayang, tempat-tempat yang eksotisme tersebut belum banyak di publikasikan secara luas dan komprehensif, apalagi dipromosikan ke berbagai mancanegara. Kalau pun ada, malah yang mengelolanya adalah pihak asing, seolah-olah negeri ini telah di jual kepada orang asing. Bahkan ada yang lebih buruk lagi, tempat-tempat yang sebelumnya eksotismenya indah dan alami, malah di rusak, sehingga mengakibatkan bencana ekosistem. Padahal jika rakyat Indonesia benar-benar

Damiasih : Eksotisme Obyek Wisata Gua Pindul Gunung Kidul bersyukur atas rahmat Tuhan tersebut dan mengelolanya dengan bijak, maka akan mendatangkan keuntungan wisatawan yang berlimpah, baik bagi negara, maupun untuk kehidupan sosial masyarakat dikawasan tersebut (http://aksesdunia.com/2011/tempattempat-dengan-pemandangan-eksotis-diindonesia/#ixzz1ryaypchr aksesdunia.com) 2. Eksotisme tentang Gua Gua adalah suatu ruangan dalam batu bawah tanah yang pada zaman purba sering digunakan para leluhur sebagai tempat tinggal sementara selama pengembaraan mereka. Eksotisme tentang Gua memiliki sifat yang khas dalam mengatur suhu udara, yaitu stabilnya suhu udara yang masuk. Menurut catatan dari banyak peneliti, penelusuran gua dimulai oleh John Beaumont, ahli bedah dari Somerset, England (1674). Ia adalah seorang ahli tambang dan geologi amatir. Orang yang paling berjasa mendeskripsikan gua adalah Baron Johan Valsavor dari Slovenia. Ia mengunjungi 70 gua, membuat peta, sketsa dan melahirkan empat buku setebal 2800 halaman. Untuk wisata gua pertama kali tercatat tahun 1818, ketika Kaisar Habsbrug Prancis I dari Austria meninjau gua Adelsberg (sekarang bernama gua Postojna) yang terletak di Yugoslavia. Sedangkan di Indonesia, faktor mistik dan magis masih melekat erat di gua-gua. Gua di Indonesia sering digunakan sebagai tempat pemujaan, sesaji maupun bertapa, dan juga sering dianggap sebagai tempat tinggal makhluk. Dalam menelusuri gua perlu memegang teguh etika, sesuai dengan motto NSS (National Speleological Society). Etika menurut motto NSS tersebut adalah : pertama, Take Nothing But Picture (Tidak mengambil sesuatu kecuali foto); kedua, Leave Nothing But Footprints (Tidak meninggalkan sesuatu kecuali jejak kaki); dan ketiga, Kill Nothing But Time (Tidak membunuh sesuatu kecuali waktu). 3. Aspek yang berkaitan dengan Speleologi a. Geomorfologi Geomorfologi adalah kondisi permukaan kawasan gua sebagai suatu 19 hamparan alam yang khas. Bentuk geomorfologi khususnya di kawasan karst, ada bukit karst yang berbentuk cone karst (daerah batu kapur yang berbentuk kerucut), tower karst (daerah batu kapur yang berbentuk menara). Bentuk geomorfologi lain seperti dolina, ovala (lonjong), cockpit (berongga), sungai, dan bentuk-bentuk lain yang merupakan ciri khas kawasan karst yang terjadi melalui proses pelarutan. b. Klimatologi Klimatologi adalah keadaan iklim suatu kawasan yang mempunyai pengaruh terhadap lingkungan gua, baik flora dan fauna, maupun bentuk fisik gua. Hal tersebut terjadi karena adanya perbedaan suhu, tekanan, curah hujan yang ada di kawasan tersebut. c. Hidrologi Hidrologi adalah ilmu tentang air, sifatsifatnya dan distribusinya, khusus mengenai air di bawah tanah. Berarti hidrologi adalah ilmu tentang proses terbentuknya lorong gua yang disebabkan oleh aliran air baik secara fisik maupun kimiawi. Selain itu, hidrologi adalah proses terbentuknya ornamen gua seperti stalaktit, stalakmit, canopy (langitlangit), gourdam, dan lain-lain, endapan dalam gua, sungai bawah tanah, yang semuanya itu merupakan bagian dari proses terbentuknya gua. d. Geologi Bagi ahli geologi, gua sangat menarik. Geologi adalah ilmu yang mempelajari bagaimana terbentuknya batuan karbonat atau gamping, batuan vulkanik, dan metamorfosa (perubahan bentuk batuan karbonat atau gamping). Selain itu geologi juga mempelajari tentang tektonik, yaitu proses gerakan pada kerak bumi yang menimbulkan lekukan, lipatan, retakan, patahan, sehingga terbentuk tinggi-rendah atau relatif pada permukaan bumi. e. Biologi Biologi adalah ilmu tentang keadaan dan sifat makhluk hidup (manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan). Terbentuknya kawasan karst merupakan hasil dari proses biologi

20 JURNAL Kepariwisataan Volume 8 Nomor 1 Januari 2014 : 13-22 pada alam. Proses biologi pada alam menghasilkan ekosistem. Ekosistem adalah keaneka-ragaman suatu komunitas dan lingkungannya yang berfungsi sebagai suatu satuan ekologi pada alam, atau keadaan khusus tempat komunitas suatu organisme hidup dan komponen organisme tidak hidup dari suatu lingkungan yang saling berinteraksi. Ekosistem dari komponen organisme tidak hidup yang terjadi dalam sebuah gua yang saling berinteraksi, misalnya Gua Pindul sangat unik. Keunikan tersebut terjadi karena tidak pernah adanya cahaya yang masuk ke dalam gua, sehingga perubahan suhunya sangat kecil. Namun wisatawan dengan minat khusus sebagai wisata alternatif, justru dapat menerobos ke dalam gua dengan menggunakan ban mobil bagian dalam yang diisi udara, dapat menggelinding hingga tembus tanpa membawa alat bantu yang berisi oksigen. Hal tersebut sangat berbeda dengan kondisi di permukaan gua, diluar Gua Pindul yang selalu mendapat cahaya dan oksigen. f. Arkeologi Nilai arkeologi (ilmu kepurbakalaan) dari Obyek Wisata Gua Pindul dapat diketahui karena adanya suatu peninggalan zaman purba yang masih dapat disaksikan di dalam gua hingga saat ini, misalnya lukisan pada batu dinding gua, dan peninggalan lainnya, seperti kapak batu, patung, dan barang pecah belah. 4. Legenda Gua Pindul Menurut legenda yang dipercayai masyarakat dan dikisahkan secara turun temurun, nama Gua Pindul dan gua-gua lain yang ada di Bejiharjo tak bisa dipisahkan dari cerita pengembaraan Joko Singlulung mencari ayahnya. Setelah menjelajahi hutan lebat, gunung, dan sungai, Joko Singlulung pada akhirnya memasuki gua-gua yang ada di Bejiharjo. Ketika masuk ke salah satu gua, mendadak Joko Singlulung terbentur batu, sehingga gua tersebut dinamakan Gua Pindul yang berasal dari kata pipi gebendul. Gua Pindul dikategorikan sebagai gua basah, karena jenis gua tersebut berbeda dengan kebanyakan gua yang ada di Indonesia, yang semuanya bertipe gua kering. Di dalam gua pindul terdapat aliran sungai yang mengalir mulai dari mulut gua hingga bagian akhir dari gua tersebut. Gua Pindul memiliki panjang ± 300 meter, dan memiliki aliran sungai yang cukup tenang karena tidak terlalu banyak gelombang pada aliran sungai tersebut. Selain itu memiliki stalaktit dan stalagmit yang semakin menambah indah panorama Gua Pindul. Karena Gua Pindul dikategorikan sebagai gua basah, maka untuk menikmati panoramanya wisatawan dengan minat khusus sebagai wisata alternatif, harus melakukan cave tubing. Cave tubing hampir sama dengan rafting. Jika rafting (arung jeram) yaitu kegiatan menyusuri aliran sungai dengan menggunakan rakit atau perahu karet, sebaliknya cavetubing yaitu kegiatan menyusuri gua dengan menggunakan ban mobil bagian dalam yang diisi udara. Karena aliran air di Gua Pindul tidak terlalu deras, maka melakukan cavetubing bisa dilakukan oleh pemula maupun anak kecil bahkan wanita hamil sebagai olah raga ringan (http://id.wikipedia.org/wiki/gua_pindul_ yogyakarta). Goa Pindul memiliki 3 zona, yaitu zona terang, zona remang, dan zona gelap abadi. Dalam gua wisatawan dapat melihat stalaktit dan stakmit yang berdiri kokoh bagaikan tiang-tiang sebuah bangunan. Selain itu, di Gua Pindul juga terdapat hewan yang di lindungi, yaitu burung seriti, walet dan kelelawar. Gua tersebut memiliki bagian gelap karena memang ditujukan untuk konservasi kelelawar yang ada di tempat tersebut. Perlengkapan cave tubing, antara lain pemandu, transportasi, dan asuransi. 5. Denah / peta menuju Obyek Wisata Gua Pindul Route perjalanan dari Yogyakarta melalui Jalan Raya Wonosari melewati Piyungan naik ke Bukit Patuk, masuk ke Hutan Bunder, melewati Jalan Raya Wonosari (Patuk-Playen), ke Lapangan Gading, masuk ke Pertigaan lampu merah ambil jalan ke kiri (lurus), atau Jalan Raya Wonosari (Playen- Wonosari ambil menuju kota Wonosari), Bundaran Siyono (Perempatan yang ada

Damiasih : Eksotisme Obyek Wisata Gua Pindul Gunung Kidul air mancur ditengahnya) ambil arah ke kiri, ikuti jalan aspal yang lebar (ada pertigaan belokan ambil kanan), lurus hingga lampu merah, Perempatan lampu merah lurus, Ada pertigaan yang sebelah kiri ada gerbang Desa Bejiharjo belok kiri, Ikuti jalan aspal terus hingga sampai lokasi yang banyak terdapat tulisan Pindhul/Pindul. KESIMPULAN Obyek Wisata Gua Pindul sebagai sebuah kawasan karst, memiliki potensi alam yang eksotis (istimewa) dan beragam. Dikatakan eksotis karena Gua Pindul, satusatunya gua yang dikategorikan sebagai gua basah. Dikatakan beragam, karena gua tersebut kendatipun terdiri dari banyak gua, namun tetap dipandang sebagai satu kesatuan, karena satu dan lainnya saling bergantung dan saling menunjang. Kendatipun Obyek Wisata Gua Pindul memiliki panorama yang begitu eksotis dan beragam, namun masih sangat sedikit wisatawan yang berkunjung kesana. Hal tersebut disebabkan oleh ketidak-tahuan masyarakat akan eksotis dan beragamnya Obyek Wisata Gua Pindul. Eksotis dan beragamnya Obyek Wisata Gua Pindul hanya diketahui masyarakat lokal, dan hanya segelintir wisatawan domestik dan mancanegara yang berkunjung kesana. Masyarakat yang hidup secara tradisional telah berupaya membangun sistem pengelolaan sumber daya alam yang menyatu dengan nilai nilai local genius (kearifan lokal), teknologi lokal, dan budaya lokal, sehingga terwujudnya keseimbangan hidup antara manusia dengan alam. Pemanfaatan kekayaan sumber daya alam tersebut akan lebih sustainable (berkelanjutan) jika prinsip- 21 prinsip pengelolaannya mengedepankan asasasas : a. mempertahankan keaslian lingkungan dan budaya; b. menjaga keberadaan dan dukungan masyarakat secara sustainbale (berkelanjutan); dan c. memiliki kemampuan mengelola Obyek Wisata. Dalam pengelolaan sumber daya alam karst Obyek Wisata Gua Pindul, maka prinsip Co-management, yaitu kepemilikan bersama mengharuskan pengelolaan kawasan dilakukan bersamasama sesuai dengan peranan yang dilakukan komponen masyarakat, LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), dan pemerintah. Pola tersebut akan menciptakan tanggung jawab yang akan dipikul bersama-sama terhadap masa depan kawasan karst Obyek Wisata Gua Pindul. Kunci utama pengembangan karst Obyek Wisata Gua Pindul terletak pada kawasan yang strategis untuk pemasarannya. Adanya informasi yang cukup dan dapat diakomodasi semua orang menjadi prasyarat utama untuk mempopulerkan jenis wisata eksotis di kabupaten Gunungkidul. Selama ini informasi tentang potensi Obyek Wisata Gua Pindul hanya bisa dinikmati oleh kalangan tertentu saja, karena informasi yang ada tidak terdistribusi secara luas dan merata. Banyak orang berpendapat bahwa perjalanan wisata yang eksotis (istimewa) tidak menghasilkan tourist expenditure (pembelanjaan wisatawan) yang banyak. Namun pada kenyataannya, perjalanan wisata yang eksotis, justru memerlukan waktu yang banyak dan dapat menghasilkan in route benefit (route yang sungguh bermanfaat) yang banyak dan langsung dinikmati oleh masyarakat lokal. Dengan menjual eksotis dan keragaman Obyek Wisata Gua Pindul dalam satu kesatuan yang utuh, diharapkan pengeluaran wisatawan akan lebih besar. Dengan besarnya pengeluaran wisatawan, harus diimbangi dengan kebocoran devisa dapat ditekan. Cara tersebut diharapkan dapat meningkatkan pendapatan asli masyarakat setempat, yang berarti dapat menopang pertumbuhan ekonomi keluarganya sendiri. Dengan meningkatnya pendapatan asli masyarakat, maka diharapkan meningkat pula PAD (Pendapatan Asli Daerah) Kabupaten Gunung Kidul.

22 JURNAL Kepariwisataan Volume 8 Nomor 1 Januari 2014 : 13-22 DAFTAR PUSTAKA Djanius Djamin.(2007). Pengawasan dan Pelaksanaan Undang-Undang Lingkungan Hidup, Jakarta, Yayasan Obor Indonesia. Jakarta Nicolaus Got, (2010), Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta, Kepel Press. ------------, (2011), Metodologi Penelitian Kuantitatif, Yogyakarta, Kepel Press. Novianto. (2002). Todays Bussiness Ethics for Tourism, Jakarta, PT Elex Media Komputindo. Spillane, James Jossep SY. (1997), Ekonomi Pariwisata; Sejarah dan Prospeknya. Yogyakarta, Kanisius. Supriatna, Jatna.(2008). Melestarikan Alam Indonesia. Jakarta 10230, Yayasan Obor Indonesia Yoeti, Oka A. (2000), ILMU PARIWISATA: Sejarah, Perkembangan dan Prospeknya, Jakarta 98, PT. Perca.