PENINGKATAN KEMAMPUAN BERNALAR SISWA DIDIK MELALUI PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME



dokumen-dokumen yang mirip
Diterima 13 November 2006, Disetujui 10 Januari 2006

Hannaning dkk : Penerapan pembelajaran Berbasis Inkuiri untuk Meningkatkan Kemampuan

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT CAHAYA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING (SFE) PADA SISWA SEKOLAH DASAR

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME DI SEKOLAH DASAR

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DENGAN MEDIA KONKRET DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS IV SDN 1 PANJER TAHUN AJARAN 2014/1015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E

MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN TWO STAY TWO STRAY SISWA KELAS X-AK SMK BHUMI PAHALA PARAKAN TEMANGGUNG

UPAYA PENINGKATAN MINAT BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN (PKn) STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)

Akhmad Suyono *) Dosen FKIP Universitas Islam Riau

PENINGKATAN KUALITAS PERKULIAHAN MATA KULIAH KIMIA FISIKA I MELALUI PENERAPAN METODE KELOMPOK KECIL

PENINGKATAN KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI TEAMS GAMES TOURNAMENTS SISWA KELAS VIID SMP NEGERI 2 DUKUN, MAGELANG

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMATIK MODE PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING SISWA KELAS II SD NEGERI TEBING TINGGI

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X MA DINIYAH PUTERI PEKANBARU

PENGEMBANGAN HANDOUT FISIKA DASAR BERBASIS KONSTRUKTIVITAS PADA MATERI DINAMIKA

PENERAPAN PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E (LC 5E) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X 1 SMA NEGERI 2 KUANTAN HILIR

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS LAPORAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE (TTW)

PENERAPAN METODE KONTEKSTUAL INVESTIGASI BISNIS DAN GAME ULAR TANGGA KOMBI DALAM UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR KOMUNIKASI BISNIS

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI DENGAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS V SDN SAWOJAJAR V KOTA MALANG

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

PENGGUNAAN MEDIA VISUAL DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI PADA SISWA KELAS V A SDN KALIJOSO SECANG MAGELANG TAHUN AJARAN 2012/2013

Deztyra Nur Imamah 25, Hobri 26 dan Arika Indah K 27

Oleh: Ririne Kharismawati* ) Sehatta Saragih** ) Kartini*** ) ABSTRACT

Penerapan Pendekatan Konstruktivisme Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Tumbuhan Hijau di Kelas V SDN 3 Tolitoli

ISSN Jurnal Exacta, Vol. IX No. 1 Juni 2011

PENERAPAN STRATEGI SNOWBALLING PADA MATERI ATOM, ION, MOLEKUL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VIII SMPN 19 SURABAYA

PENGGUNAAN TEKNIK TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP PESAWAT SEDERHANA

BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

Departement of Mathematic Education Mathematic and Sains Education Major Faculty of Teacher Training and Education Riau University

kata kunci: bimbingan teknis, pendekatan kontekstual, dan mutu guru.

BAB III METODE PENELITIAN

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF PADA PEMBELAJARAN KIMIA DAN PENCEMARAN LINGKUNGAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MEMPERBAIKI PEMAHAMAN KONSEP FISIKA SISWA DI KELAS XI MIA-5 SMA NEGERI 1 PERCUT SEI TUAN T.A.

Premiere Educandum Jurnal Pendidikan Dasar dan Pembelajaran

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

Kata kunci : Macromedia flash, sains teknologi masyarakat, IPA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA


PENERAPAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME UNTUK MENINGKATKAN EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN STRATEGI BELAJAR MENGAJAR

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN TEKNIK DUA TINGGAL DUA BERTAMU (TWO STAY TWO STRAY) Hari Satrijono 1)

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR FISIKA MATERI BESARAN DAN SATUAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGASI KELAS X-1 SMAN 6 CIREBON TAHUN AJARAN

UPAYA MENINGKATKAN HASIL PEMBELAJARAN IPA TERPADU DENGAN METODE EKSPERIMEN PADA SISWA KELAS VIII-1 SMP NEGERI 8 TEBING TINGGI

Merita Diana SMPN 1 Tanjungraja, Lampung Utara. ABSTRAK

UNION: Jurnal Pendidikan Matematika Vol 2 No 1, Maret 2014

Oleh: Sri Wahyuni SDN 3 Malasan, Durenan, Trenggalek

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat

UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PERJUANGAN MELAWAN PENJAJAHAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA

sekolah dasar (SD/MI). IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI ROTATING TRIO EXCHANGE JURNAL. Oleh ALDONA MEYLINA MANALU MUNCARNO DARSONO

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENTS TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dwi Widi Andriyana,2013

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA MELALUI COOPERATIVE LEARNING JIGSAW

Keywords: Open Ended Learning, multimedia, mathematic

Oleh: Gunawan Guru SMP Negeri 1 Raha Kabupaten Muna

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XIII, No.2, Tahun 2015 Chellyana Kusuma Wardani & Siswanto 89-96

Kata Kunci: cooperative learning of jigsaw type, student activities and learning outcomes

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA DENGAN METODE PEMBELAJARAN PENEMUAN (DISCOVERY) Imam Rosyidi SDN Paciran I, Kecamatan Paciran, Kab.

JEMBER TAHUN PELAJARAN

DASAR FILOSOFI. Manusia harus mengkontruksikan pengetahuan pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.

UNION: Jurnal Pendidikan Matematika Vol 2 No 1, Maret 2014

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Melalui Metode Demonstrasi Di Kelas IV SD Inpres VII Labuan Baru

PENINGKATAN MOTIVASI DAN KETERAMPILAN MENULIS MELALUI TEKNIK PEMODELAN SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 SUNGAI SARIAK KABUPATEN PADANG PARIAMAN.

INTEGRASI GALERI BELAJAR DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS DENGAN TEKNIK THIK- TALK-WRITE (TTW) Oleh: Usep Kuswari. Teknik TTW diperkenalkan oleh Huinker dan Laughin

PENERAPAN TEAM GAME TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR JURNAL. Oleh MEYLISA EFRILIYANTI SARENGAT SITI RACHMAH SOFIANI

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATERI PESAWAT SEDERHANA DI SMP

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP NEGERI 1 IDI RAYEUK

PENGGUNAAN TIPE STAD DENGAN MEDIA FLIP CHART DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

PENGGUNAAN MEDIA BENDA KONKRET UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA ANAK TUNAGRAHITA PADA POKOK BAHASAN PERKALIAN

Oleh: Asih Pressilia Resy Armis Zuhri D ABSTRACT

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE CIRC

Rusmiaty Sitepu Guru SMP Negeri 8 Kota Tebing Tinggi Surel :

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING MENGGUNAKAN INDEX CARD MACHT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X

PENERAPAN MODEL LEARNING CYCLE 6E UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN HIDROKARBON DI KELAS X SMA NEGERI 3 PEKANBARU

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS BERITA SISWA KELAS VIIIA SMP NEGERI 1 CANDIPURO MENGGUNAKAN PENDEKATAN SAINTIFIK DENGAN TEKNIK MIND MAPPING

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA MATERI MENYUNTING KARANGAN MELALUI MODEL KEPALA BERNOMOR STRUKTUR DI SMP

MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN HASIL BELAJAR EKONOMI MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS

Kata kunci : Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL), Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dengan menerapkan model pembelajaran make a match. Elliot (Zainal

PENGGUNAAN MEDIA GRAFIS DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS KELAS IV SEKOLAH DASAR

Pendahuluan. Nurlaili et al., Penerapan teori belajar Bruner dan metode Discovery...

Wirma Niasari *), Susda Heleni, Titi Solfitri **) Keyword : Cooperative Learning, Two Stay Two Stray, Learning Achievement

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Program Studi Pendidikan Biologi FKIP UNP Kediri

Amalia Karella Pilihan, K. Anom W., Rodi Edi (Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sriwijaya)

530 Penerapan Model Pembelajaran Tematik (Webbed)

Rinendah Sihwinedar 16

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE BERBANTUAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 1 PURWOSARI

Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas VII.1 SMPN 7 Kubung dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Samsuar SDN 001 Bintan Kecamatan Dumai Timur

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

BAB III METODE PENELITIAN

C. Asri Budiningsih FIP/PPS - UNY

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI MODEL COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION

Universitas Syiah Kuala Vol. 3 No.4, Oktober 2016, hal ISSN:

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada kelas VIIe SMP Negeri 1 Sukoharjo tahun

Kata kunci: RRB (Round Robin Brainstorming), Mind Mapping, Hasil belajar

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.)

Transkripsi:

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERNALAR SISWA DIDIK MELALUI PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME Sri Indrawati Dosen FKIP Universitas Sriwijaya Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan bernalar mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah dalam perkuliahan Psikolinguistik melalui pembelajaran konstruktivisme. Metode yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian berlangsung selama dua siklus, mulai September Desember 2007. Subjek penelitian adalah mahasiswa semester V Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan daerah. Prosedur penelitian diawali dengan perencanaan, implementasi, observasi, dan evaluasi dan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kemampuan bernalar mahasiswa dalam perkuliahan Psikolinguistik melalui pembelajaran konstruktivisme. Penelitian berakhir pada siklus II karena, baik dari hasil tes maupun hasil proses pembelajaran, telah memenuhi kriteria yang telah ditetapkan. Kata kunci: kemampuan bernalar dan konstruktivisme Abstract The objective of this research is to increase studnts reasoning ability in Psycholinguistics subject matter by constructivism instruction. Action research is apllied in this study. The study was held in two syclues, from September to December 2007. The research subjects were semester V students of Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Study Programe. Procedures which applied are planning, implementing, observing, evaluating, and reflecting. The result of the study shows that students reasoning ability increase by using constructivism instruction. The research which was done in Psycolinguistics ended in syclues II because the achievement test and learning processes have achieved the criteria which were decided before. Key words: reasoning ability and constructivism

Pendahuluan Proses belajar mengajar di Perkuliahan akan berlangsung secara optimal jika terjadi interaksi antara dosen dan mahasiswa, anatara mahasiswa dan mahasiswa. Pembelajaran yang demikian akan memberikan dampak terhadap hasil belajar. Dalam Kurikulum 2004 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah terdapat sejumlah mata kuliah keahlian berkarya (MKB). Salah mata kuliah MKB itu adalah Psikolinguistik (GIN354) yang diberikan pada semester V dengan bobot 2 sks. 1) Mata kuliah Psikolinguistik ini membahas hubungan bahasa dan psikologi. Objek kajian Psikolinguistik sebenarnya adalah bahasa, tetapi bahasa yang berproses dalam jiwa manusia yang tercermin dalam gejala jiwanya 2). Ini berarti bahwa titik berat Psikolinguistik adalah bahasa bukan gejala jiwa itu. Titik berat kajian Psikolinguistik adalah proses bahasa yang terjadi pada otak (mind), baik proses yang terjadi di otak pembicara maupun proses yang terjadi di otak pendengar Bagaimana bahasa itu dipahami, diproduksi, dan diperoleh oleh seseorang merupakan ruang lingkup kajian Psikolinguistik. Berdasarkan pengalaman peneliti selama mengajarkan Psikolinguistik ternyata bahwa materi teori-teori Psikolinguistik masih dirasakan sulit dan membingungkan mahasiswa. Hal ini berdasarkan hasil pengamatan selama proses perkuliahan dan hasil ujian yang berupa kuis dan ujian tengah semester. Dari hasil pengamatan selama Proses perkuliahan Psikolinguistik (September Oktober 2006), baik tugas yang diberikan secara individual maupun kelompok, ternyata mahasiswa sulit memahami konsepkonsep yang diberikan. Mahasiswa tidak dapat menghubungkan antara konsep teori yang telah dipelajari dan data lapangan. Hal ini tergambar ketika dosen menyuruh mahasiswa untuk memberikan ilustrasi atau contoh dari suatu teori/konsep yang relevan. Contoh, mahasiswa diminta menerangkan struktur dalam dan

struktur luar dari suatu ujaran. Mahasiswa hafal batasan struktur dalam dan struktur luar. Namun, ketika mereka diminta untuk memberikan contoh ujarannya dan menganalisis ujaran-ujaran yang diperoleh dari data lapangan, hampir sebagian besar mahasiswa tidak dapat menganalisis ujaran itu. Pembelajaran dalam mata kuliah Psikolinguistik yang telah berlangsung selama ini dilakukan dengan menggunakan ceramah, diskusi, tugas, tanya jawab. Langkahlangkah yang dilakukan sebagai berikut: dosen langsung menyajikan materi dengan ceramah dan kadangkadang diselingi dengan menggunakan media OHP atau LCD, mahasiswa mendengarkan penjelasan, lalu tanya jawab atau berdiskusi. Dari hasil refleksi ternyata bahwa pembelajaran seperti yang telah dilakukan selama ini masih menunjukkan kelemahan. Pertama kurang adanya langkah-langkah yang jelas, kegiatan awalnya apa yang dilakukan, kegiatan intinya apa yang dilakukan, dan kegiatan akhir perkuliahan apa yang dilakukan. Pada setiap kegiatan itu tidak jelas juga apa yang harus dilakukan oleh mahasiswa dan dosen.. Pembelajaran seperti itu tidak berdampak pengiring agar mahasiswa dapat berpikir tingkat tinggi. Hal ini disebabkan mereka tidak digiring untuk memecahkan masalah yang terjadi di lapangan, mereka hanya hafal teori yang ada dalam buku. Mahasiswa tidak dapat memadukan antara pengetahuan yang telah dimilikinya dan pengetahuan baru berupa data lapangan. Berdasarkan hasil refleksi itu, peneliti berkesimpulan mungkinkah penyebab rendahnya pemahaman konsep-konsep Psikolinguistik dari mahasiswa itu karena kurang tepatnya strategi pembelajaran yang digunakan. Setelah peneliti melakukan diskusi dengan tim dosen pengampu mata kuliah ini dan beberapa mahasiswa peserta kuliah Psikolinguistik semester V tahun akademik 2004/2005 perlu dicarikan alternatif pemecahannya. Salah satu strategi yang dipilih yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan bernalar mahasiswa adalah konstruktivisme. Pembelajaran

konstruktivisme diharapkan dapat menjadi alternatif dalam peningkatan kualitas pembelajaran dalam perkuliahan Psikolinguistik. Hal ini diasumsikan karena konstruktivisme dapat menjembatani kesenjangan pembelajaran dewasa ini. Seperti dikatakan oleh Nur, konstruktif lahir dari gagasan Piaget dan Vygotsky, yang keduanya menekankan perubahan kognitif hanya terjadi jika konsepsi-konsepsi yang telah dipahami sebelumnya diolah melalui proses ketidakseimbangan dalam upaya memahami informasi-informasi baru. 3) Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan bernalar mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah memahami konsep-konsep Psikolinguistik melalui pembelajaran konstruktivisme. Tinjauan Pustaka Psikolinguistik adalah lapangan studi yang tertarik terhadap aspekaspek psikologikal bahasa. Psikolinguistik sesungguhnya membicarakan tiga topik utama, yaitu komprehensi, produksi, dan pemerolehan. 4) Chaer menyatakan bahwa psikolinguistik mencoba menerangkan hakikat struktur bahasa, dan bagaimana strutur itu diperoleh, digunakan waktu bertutur, dan pada waktu memahami kalimat-kalimat dalam pertuturan itu. 5) Dengan demikian, psikolinguistik merupakan kajian tentang prilaku berbahasa, bagaimana bahasa itu berproses dalam jiwa seseorang sebelum tuturan itu terwujud. Konstruktivisme merupakan salah satu strategi yang dapat meningkatkan kemampuan bernalar mahasiswa untuk memahami konsep-konsep Psikolinguistik. Hal ini disebabkan prinsip-prinsip pembelajaran konstruktivisme dapat menjembatani konsep-konsep ilmu (Psikolinguistik) yang masih kabur melalui pemberian media yang berupa model/ilustrasi, contoh peristiwa, sehingga pengetahuan yang baru itu dapat berasimilasi dengan pengetahuan yang telah dimiliki oleh mahasiswa. Seperti dikatakan oleh Bruner, prinsip pembelajaran konstruktivisme itu adalah pembelajaran hendaklah

dimulai dari isu-isu yang berada di sekeliling mahasiswa; keaktifan dan keterlibatan mahasiswa dalam proses belajar mengajar sesuai dengan kemampuan, pengetahuan awal, dan gaya belajar masing-masing; sementara dosen sebagai fasilitator perlu memahami model-model mental si pemelajar (mahasiswa) sehingga dapat membantu mahasiswa apabila mereka menemui kesulitan; pengukuran pembelajaran dilakukan melalui assesment. 6) Lebih lanjut, Bruner mengindikasikan bahwa pembelajaran itu akan lebih bermakna kalau struktur kognitif yang dimiliki pemelajar berasimilasi dengan pengetahuan/pengalaman yang baru. 7) f Selanjutnya dikatakan pula oleh Heins (1991), dalam konstruktivsime itu mahasiswa mengkontruksi dan menemukan sendiri konsep-konsep, baik secara individual maupun kelompok. Mahasiswa harus difokuskan pada pembelajaran bukan pada subjek materi. 8) Masalah penelitian ini adalah apakah kemampuan bernalar mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah memahami konsep-konsep Psikolinguistik dapat ditingkatkan melalui pembelajaran konstruktivisme? Driver dalam Fraser dan Walberg (1995) telah menciptakan prosedur pembelajaran berdasarkan konstruktivisme, yaitu memfasilitasi pemelajar membangun sendiri konsepkonsep baru berdasarkan konsep lama yang telah dimiliki. Pembangunan konsep baru itu tidak terjadi di ruang hampa melainkan dalam konteks sosial, tempat pemelajar berinteraksi dengan orang lain untuk merestruksi ide itu. 9) Berikut disajikan bagan prosedur pembelajaran konstruktivisme dari Driver dalam Fraser dan Wilberg (1999)

Orientasi Reviu perubahan Penggalian ide Restrukturisasi ide Klarifikasi dan pertukaran Ekspose pada situasi Membandingkan konflik Konstruksi ide baru dengan ide sebelumnya Evaluasi Aplika si Ide Dari bagan di atas terlihat bahwa ada lima fase/tahapan dalam prosedur pembelajaran konstruktivisme, yaitu (1) orientasi, (2) penggalian ide, (3) restrukturisasi ide, (4) aplikasi ide, (5) dan reviu perubahan ide. Dalam penelitian ini prosedur pembelajaran konstruktivisme di atas menjadi acuan dalam memecahkan masalah penelitian. Pembelajaran konstruktivisme merupakan pembelajaran yang menjembatani pengetahuan baru dan pengetahuan lama mahasiswa sehingga dapat berasimilasi. Untuk itu, diperlukan sarana untuk menghubungkan kedua pengetahuan itu melalui pemberian ilustrasi peristiwa, contoh dengan menggunakan alat/media pembelajaran. Dalam perkuliahan Psikolinguistik ini sarana penghubung antara konsep baru dan konsep lama digunakan alat/media pembelajaran yang berupa carta, ausio visual, dan multimedia. Dari contoh atau perisitiwa itu mahasiswa dapat menyimpulkan pengertian konsep yang sedang dipelajari. Hal ini didasari hasil penelitian yang mengatakan bahwa kalau guru menyediakan semacam sarana pengatur (advance organizers), alat untuk membangkitkan skemata siswa, pembelajaran akan lebih bermakna sehingga siswa mudah memahami materi yang disajikan. 10) Metodologi Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas. Prosedur penelitian menggunakan rancangan spiral dengan siklus-siklus. Prosedur

penelitian tindakan itu dimulai dengan perencanaan, implementasi tindakan, observasi/evaluasi, dan refleksi. Subjek penelitian adalah mahasiswa reguler Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Sriwijaya tahun akademik 2005/206 yang berjumlah 35 orang, laki-laki 6 orang dan perempuan 29 orang. Penelitian ini dilaksanakan pada semester V tahun 2007 Pelaksanaan penelitian berlangsung selama 3 bulan (satu semester), mulai September s.d. November 2007. Prosedur penelitian ini dimulai dengan perencanaan. Dalam perencanaan, peneliti melakukan langkah-langkah berikut: (1) membuat silabus perkuliahan yang disesuaikan kalender akademik, (2) merancang skenario pembelajaran yang berisikan langkah-langkah, tindakan yang akan dilakukan oleh dosen dan mahasiswa, (3) mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang akan diperlukan di kelas, seperti membuat media audio visual dan alat bantu pembelajaran, (4) menyusun instrumen penelitian, seperti lembar observasi untuk guru dan mahasiswa, wawancara, dan tes akhir siklus, (5) menetapkan indikator keberhasilan penelitian, dan (6) melakukan simulasi pembelajaran bersama tim untuk melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan rencana. Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan mengacu pada tahap-tahap pembelajaran konstruktivisme sebagai berikut: (1) Pada pertemuan pertama, dosen membuka awal perkuliahan dengan memberikan silabus perkuliahan dan hal-hal yang perlu dilakukan mahasiswa selama satu semester; (2) Dosen mengadakan tes awal untuk menjajaki kemampuan mahasiswa sebelum mengikuti perkuliahan lebih lanjut; (3) Pertemuan berikutnya, dosen mulai melaksanakan penelitian. Pada fase pendahuluan dosen membuka pelajaran dengan mengkondisiskan mahasiswa atau fase orientasi melalui penginformasian deskripsi materi yang akan dibahas; (4) Masih dalam fase pendahuluan, langkah berikutnya dosen mengadakan penggalian ide. Dosen mendemonstrasikan contoh-contoh peristiwa yang problematik dengan memperlihatkan media audivisual yang

telah dirancang. Mahasiswa diminta menanggapi, meramalkan dan memecahkan masalah itu melalui kegiatan kelompok (pasangan), dan individual; (5) Fase berikutnya kegiatan inti perkuliahan, yaitu restrukrisasi ide dan aplikasi ide. Pada kegiatan ini mahasiwa secara kooperatif, yaitu kelompok pasangan atau berempat. (bergantung pada materi), mahasiswa mengklarifikasi dan mengadakan pertukaran ide, mengkonstruksi gagasan dan mengerjakan evaluasi; (6) Fase terakhir (penutup), reviu perubahan ide. Pada tahap ini dosen dan mahasiswa menyimpulkan materi pembelajaran yang dapat dilakukan secara klasikal dan individu. Selama proses perkuliahan berlangsung,mulai dari kegiatan awal (fase pendahuluan) sampai dengan fase penutup dilakukan pengamatan oleh dosen lain (anggota tim) dengan menggunakan lembar pengamatan; (7) Setelah pelaksanaan pembelajaran konstruktivisme dilaksanakan dalam beberapa pertemuan diakhiri dengan tes akhir siklus I. Setiap siklus tindakan dalam penelitian ini dilakukan observasi. Observasi dilakukan untuk mengamati dan mendokumentasikan hal-hal yang terjadi selama tindakan berlangsung. Observasi ini dilakukan dengan menggunakan lembar pengamatan dan catatan lapangan. Hasil data yang berupa proses pembelajaran, yang diperoleh dari pengamatan, catatan lapangan, wawancara dievaluasi. Lembar pengamatan dipergunakan untuk mengamati kegiatan dosen dan mahasiswa selama perkuliahan berlangsung. Lembar pengamatan ini berupa daftar isian (check list) yang berisi kegiatan kegiatan dosen, mulai dari kegiatan awal, inti perkuliahan, dan penutup perkuliahan sesuai dengan prosedur pembelajaran konstruktivisme. Instrumen wawancara diberikan kepada mahasiswa yang bertujuan untuk mengetahui pendapat mahasiswa bagaimana materi, teknik pembelajaran, suasana pembelajaran yang telah berlangsung, kesulitan yang dihadapi selama pembelajaran berlangsung, harapan-harapan untuk perbaikan pembelajaran yang akan

datang (berikutnya) Instrumennya dapat dilihat pada (lampiran 5). Catatan lapangan dipergunakan untuk hak-hal yang terjadi dalam pelaksanaan penelitian, baik yang berlangsung selama KBM maupun di luar KBM. Selain data proses, data produk pun dianalisis. Data produk itu berupa hasil tes akhir setiap siklus.. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan proses pembelajaran yang diperoleh dari pengamatan digunakan indikator dan kriteria sebagai berikut. Jika di dalam proses pembelajaran 75 % mahasiswa sudah dapat memperlihatkan kemampuannya dalam, 1) membandingkan antara konsep satu dan konsep yang lain (termasuk mengidentifikasi konsep, mengklasifikasi konsep), 2) mengaplikasikan konsep (menghubungkan antara kajian teori dan data, dan 3) menyimpulkan suatu konsep/teori. Sedangkan untuk data produk yang berupa tes kemampuan pemahaman materi diukur dari hasil tes akhir setiap siklus. Jika > 85 % dari mahasiswa mendapat nilai > 70 atau minimal 71, penelitian dikatakan berhasil. Kriteria ini digunakan sebagai bahan refleksi untuk mengadakan tindakan siklus berikutnya. Jika pelaksanaan pembelajaran siklus I belum mencapai kriteria yang telah ditetapkan, baik proses maupun produk, tindakan penelitian perlu dilanjutkan ke siklus II dengan menggunakan prosedur semula, yaitu perencanaan, implementasi, observasi, evaluasi dan refleksi. Namun, jika pelaksanaan pembelajaran siklus I, baik proses maupun produk, sudah menunjukkan ketuntasan belajar (mencapai kriteria yang telah ditetapkan), tindakan penelitian akan diakhiri pada siklus I. Hasil dan Pembahasan Hasil Penelitian Pelaksanaan tindakan siklus I dimulai pada 10 September 22 Oktober 2007. Pertemuan pertama, sebelum pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan terlebuh dahulu tes awal pada 3 September 2007. Hasil tes awal itu menunjukkan bahwa nilai-rata-rata pemahaman konsep Psikolinguistik mahasiswa adalah 52. Selain itu, pada kegiatan awal perkuliahan, dosen

juga menyampaikan silabus perkuliahan, yang berisi tujuan umum perkuliahan, materi perkuliahan, buku acuan yang dapat dibaca, serta teknik evaluasi perkuliahan. Pertemuan kedua (10 September 2007) materi perkuliahan adalah Latar belakang lahirnya Psikolinguistik dan objek kajian Psikolinguistik. Pertemuan ketiga dan keempat dilaksanakan pada 17 September dan 24 September 2007. Oleh karena materi perkuliahan yang disampaikan cukup luas, perkuliahan dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Perkuliahan dilanjutkan pada pertemuan kelima dan keenam, 1 Oktober dan 5 Oktober 2007. Materi yang disampaikan adalah Hubungan Berbahasa, Berpikir, dan Berbudaya. Cara penyajian pada ketujuh pertemuan itu menggunakan model konstruktivisme, yang diawali dengan masa orientasi, penggalian ide, restrukturisasi ide, aplikasi ide dan reviu perubahan ide. Berikut salah satu contoh model pembelajaran tersebut. Pertemuan ketujuh pada tanggal 22 Oktober 2007 dilakukan tes akhir siklus I. Dari hasil tes akhir siklus I ternyata bahwa yang mencapai ketuntasan belajar hanya 63,85%. Atau baru 22 mahasiswa yang mendapat nilai > 70. Nilai rerata tes akhir siklus I hanya 64,54. Dilihat dari hasil proses pembelajaran selama perkuliahan pada siklus I ternyata bahwa baru 38,66 % mahasiswa yang dapat memperlihatkan keaktifannya dalam kemampuan menjawab pertanyaan dosen yang berupa membandingkan konsep, mengaplikasikan konsep, dan menyimpulkan suatu konsep. Tindakan siklus II berlangsung dari 29 Oktober 12 November 2007. Pertemuan pertama tindakan siklus II dilaksanakan pada 29 dan pertemuan kedua 5 November Oktober 2007. Materi yang disampaikan mengenai Aspek Neurologi Bahasa. Pertemuan ketiga dan keempat tindakan siklus II dilaksanakan pada 9 November dan 12 November 2007. Materi yang disampaikan adalah Gangguan Berbahasa. Pertemuan kelima pada tanggal 19 November 2007 dilakukan tes akhir siklus II. Tes yang diberikan berbentuk esei. Dari hasil tes akhir siklus II ternyata bahwa 85% mahasiswa sudah

mendapat nilai >70. Atau 33 mahasiswa yang mendapat nilai > 70. Nilai rerata tes akhir siklus I hanya 74,85. Dilihat dari hasil proses pembelajaran selama perkuliahan pada siklus II ternyata bahwa 79,92 % mahasiswa yang dapat memperlihatkan keaktifannya dalam kemampuan menjawab pertanyaan dosen yang berupa membandingkan konsep, mengaplikasikan konsep, dan menyimpulkan suatu konsep. Pembahasan Dari hasil analisis tindakan siklus I ternyata, baik proses maupun tes belum mencapai kriteria yang telah ditetapkan. Untuk proses, hasil yang dicapai baru mencapai 38,66% mahasiswa yang dapat memperlihatkan keaktifannya dalam kemampuan menjawab pertanyaan dosen yang berupa membandingkan konsep, mengaplikasikan konsep, dan menyimpulkan suatu konsep. Sedangkan hasil tes akhir tindakan siklus I menunjukkan bahwa ketuntasan belajar hanya 63,85%. Atau baru 22 mahasiswa yang mendapat nilai > 70. Namun, bila dibandingkan dengan hasil tes awal, hasil tes siklus I (T1) sudah menunjukkan peningkatan (hasil tes awal atau TO diperoleh dengan ratarata 52, sedangkan T1 rata 64,54). Oleh karena itu, penelitian ini masish perlu dilanjutkan ke siklus II. Pelaksanaan siklus II dilakukan dengan berbagai perubahan strategi aktivitas dosen dan mahasiswa dalam proses pembelajaran. Dalam pembelajaran konstruktivisme terdapat lima fase atau tahapan. Perbedaan dengan tindakan siklus I terletak pada kegiatan dosen dan mahasiswa pada fase kedua, ketiga, dan keempat. Pada fase pertama, yaitu orientasi ide, kegiatan pembelajaran dilakukan dengan cara dosen menunjukkan relevansi materi dengan kehidupan nyata sehari-hari dan mengemukakan tujuan pembelajaran. Kegiatan dosen dan mahasiswa dalam pembelajaran tidak mengalami perubahan sama seperti pada tindakan siklus I. Pada fase kedua, penggalain ide, kegiatan pembelajaran dilakukan dengan cara dosen memperlihatkan gambar melalui OPH atau LCD dan mahasiswa diminta meramalkan dan menanggapinya.

Pembelajaran dilakukan secara klasikal. Pada fase ketiga ketiga, restrukturisasi ide, dosen menyanyikan suatu peristiwa, memperlihatkan gambar/carta dan sekali-sekali meragakan. Dosen mendorong mahasiswa mengkonstruksi ide melalui pemberian pertanyaan pemandu, pemberian penguatan. Dosen juga menuliskan jawaban-jawaban mahasiswa di papan tulis. Dosen mengajukan pertanyaan lagi untuk mengetahui penguasaan konsep yang telah dibentuk dalam berbagai cara itu. Pada fase keempat, aplikasi ide, mahasiswa mendiskusi hubungan konsep yang diajarkan dengan kehidupan nyata sehari-hari dan mempresentasikannya. Dosen menciptakan suasana belajar yang kondusif, melalui merespon, mengarahkan, memotivasi mahasiswa untuk bertanya. Fase kelima, reviu ide, dosen menyuruh mahasiswa menyimpulkan materi dan memberikan tugas di rumah yang dapat berupa meenganalisis soal atau membaca buku acuan. Melalui proses pembelajaran dengan langkah-langkah itu, terjadi peningkatan yang cukup memadai. Hasil tes pada siklus II menunjukkan bahwa nilai rata-rata tes siklus II (T2) mencapai 74,28. Ketuntasan belajar diperoleh 85,72%. Atau 30 orang mahasiswa sudah mendapat nilai >70. Hasil ini sudah memenuhi kriteria ketuntasan belajar. Selain itu, dilihat dari hasil proses pembelajaran selama perkuliahan pada siklus II ternyata bahwa 79,92 % mahasiswa yang dapat memperlihatkan keaktifannya dalam kemampuan menjawab pertanyaan dosen yang berupa membandingkan konsep, mengaplikasikan konsep, dan menyimpulkan suatu konsep. Tabel 1 berikut dapat memperjelas hasil proses, produk, dan ketuntasan belajar. Tabel 1 Persentase hasil proses, rerata tes dan persentase ketuntasan Tahap % Hasil Proses Rerata Tes % Ketuntasan TO 0 52 40 T1 38,86 64,43 63,85 T2 79,92 74,28 85,72 Dari tabel di atas tergambar bahwa pembelajaran konstruktivisme dapat meningkatkan kualitas pembelajaran,

baik itu proses maupun produk atau hasil pembelajaran. Hal ini didukung pula dari data hasil wawancara kepada mahasiswa, yang menyimpulkan bahwa pembelajaran konstruktivisme dapat meningkat penalaran, berpikir kritis, dan berkreatif. Kesimpulan dan Saran Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa perkuliahan Psikolinguistik dengan menggunakan pembelajaran yang konstruktivisme dapat meningkatkan kemampuan bernalar mahasiswa dalam memahami konsep-konsep Psikolinguistik. Kemampuan bernalar dalam memamahi konsep yang dimaksud adalah membandingkan antarkonsep (mengidentifikasi konsep, mengklasifikasi, memberikan contoh); mengaplikasikan konsep; dan menyimpulkan suatu konsep atau teori. Penelitian tindakan kelas ini berakhir pada siklus II. Hal ini didasari oleh hasil proses pembelajaran dan hasil tes. Dilihat dari hasil tes, pada siklus I hasil rerata tes baru mencapai 64,53, dengan ketuntasan belajar 63,85%, Sedangkan pada siklus II, rerata hasil tes sudah cukup memadai, yaitu 74,28 dengan ketuntasan belajar mencapai 85,72%. Dengan demikian, hasil tes siklus II sudah mencapai kriteria yang telah ditetapkan, yaitu 85% mahasiswa sudah mendapat nilai >70. Temuan yang didapat dalam penelitian ini adalah strategi konstruktivisme ini dapat meningkat keterampilan berpikir kritis, melalui kegiatan membandingkan, meramalkan, menanggapi, mengidentifikasi, mengapklikasikan, dan menyimpulkan. Fase-fase dalam pembelajaran konstruktivisme, fase orientasi, pewnggalian ide, restruktrukrisasi ide, aplikasi ide, dan reviu ide merupakan langkah-langkah pembelajaran yang dapat menggiring mahasiswa berpikir kritis. Berdasarkan hasil temuan penelitian tindakan ini disarankan kepada dosen agar dapat menerapkan strategi konstruktivisme dalam permbelajaran mata kuliah yang lain. Kegiatan dosen dan mahasiswa dalam fase-fase pembelajaran konstruktivisme itu dalam

penerapannya hendaknya pula dapat dimodifikasi atau dikreatifkan sendiri oleh dosen sehingga pembelajaran itu dapat menarik. Daftar Pustaka 1) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Univrsitas Sriwijaya. (2005). Buku Pedoman FKIP, Universitas Sriwijaya 2005/2006. 2) Pateda, Mansoer. (1990). Aspek- Aspek Psikolingusitik. Yogyakarta:.Kanisius. 3) Nur, M. (2001). Pendekatan Konstruktivis dalam Pembelajaran. Makalah disampaikan dalam Fellowship Program Contextual Learning Materials Development Proyek Peningkatan Mutu SLTP. Jakarta. 4) Kess, Joseph F. 1992. Psycholinguistics: Psychology, Linguistics, and The Study of Natural Language. Amsterdam: John Benjamins Publishing Company. 7) Bruner, J. (1973). Constructivist Theory. Tersedia pada http://tip.psychology.org./bruner. html. Diakses 2 Maret 2004. 8) Heins, George E. (19910. Constructivist Learing Theory. Tersedia pada http://w.w.w.exploratium.edu/ifl/re sources/constructivistlearning.html. Diakses 27 Mei 2005. 9) Departemen Pendidikan Nasional, Dirjen Dikti, Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi. (2005). Peningkatan Kualitas Pembelajaran. Jakarta. 10) Indrawati, Sri. (2006). Peningkatan Kemampuan Memahami Materi Pembelajaran Bahasa Indonesia melalui Pemberian Pengatur Awal.. Prosiding Seminar Hasil PenelitianBKS PTN Barat. FKIP Unila. 5) Alwasilah, Chaedar. (2003). Psikolinguistik: Kajian Teoretik. Jakarta: Rineka Cipta. 6) Bruner (1966). Constructivism. Tersedia pada http://w.w.w.funderstanding. com./constructivism.efm. Diakses 14 September 2004.