di Propinsi Sumatera Barat, 2) mengetahui respon permintaan pasar telur ayam ras jika terjadi perubahan

dokumen-dokumen yang mirip
II. LANDASAN TEORI A.

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING SAPI DI SUMATERA UTARA ABSTRAK

ANALISIS PERMINTAAN DAGING AYAM RAS PEDAGING (BROILER) DI SUMATERA UTARA. Luthfi Ansyari*), Mozart B. Darus**), Lily Fauzia**) ABSTRAK

PROYEKSI PERMINTAAN KEDELAI DI KOTA SURAKARTA

ANALISIS PERMINTAAN DAGING SAPI DI KOTA MEDAN. Staf Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara ABSTRAK

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN WONOGIRI

SURYA AGRITAMA Volume 5 Nomor 2 September 2016 ANALISIS PENAWARAN CABAI BESAR DI KABUPATEN PURWOREJO

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. berbentuk time series selama periode waktu di Sumatera Barat

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING SAPI DI KOTA SURAKARTA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BERAS DI KOTA SURAKARTA

III. METODE PENELITIAN. Proyeksi adalah ilmu dan seni meramalkan kondisi di masa yang akan. ternak ayam ras petelur dalam satuan ribu ton/tahun.

PERMINTAAN KEDELAI DI KOTA SAMARINDA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING SAPI DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI SUMATERA UTARA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menganalisis data, penulis menggunakan alat bantu komputer seperti paket

METODE PENELITIAN. disusun, ditabulasi, dianalisis, kemudian diterangkan hubungan dan dilakukan uji

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Obyek dari penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah besarnya

ANALISIS PERMINTAAN DAN PREDIKSI KONSUMSI SERTA PRODUKSI DAGING BROILER DI KOTA KENDARI PROPINSI SULAWESI TENGGARA

BAB III METODE PENELITIAN. Permintaan Beras di Kabupaten Kudus. Faktor-Faktor Permintaan Beras. Analisis Permintaan Beras

III. METODE PENILITIAN. Konsumen rumahtangga adalah responden yang diwakili oleh ibu

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH

ELASTISITAS HARGA TELUR AYAM RAS DI JAWA BARAT THE ELASTICITY OF CHICKEN EGG S PRICE IN WEST JAVA ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN

AGRISTA : Vol. 3 No. 3 September 2015 : Hal ISSN ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN WONOGIRI

BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING AYAM BROILER PADA RUMAH TANGGA DI KECAMATAN IDI RAYEUK KABUPATEN ACEH TIMUR

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Daging Sapi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data time series tahunan Data

BAB III METODE PENELITIAN. memiliki arti dan kedudukan penting dalam pembangunan nasional.sektor pertanian

BAB III METODE PENELITIAN. matematika dan membuat generalisasi atas rerata. 73. pengaruh Kurs, Suku Bunga Bank Indonesia (BI Rate), dan Jumlah Uang

III. METODE PENELITIAN. Semangka merah tanpa biji adalah salah satu buah tropik yang diproduksi dan

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder deret waktu

ELASTISITAS PERMINTAAN BERAS ORGANIK DI KOTA MEDAN

III. METODE PENELITIAN A.

BAB III METODE PENELITIAN. Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kabupaten Kota Medan. Lokasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Riau,

ANALISIS PERAMALAN KONSUMSI KEDELAI (Glycine max L.) DI INDONESIA TAHUN

VII. MODEL PERMINTAAN IKAN DI INDONESIA

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAN PENAWARAN DAGING AYAM BROILER DI PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS KETERKAITAN ANTAR KOMODITAS PROTEIN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL ALMOST IDEAL DEMAND SYSTEM (AIDS)

METODE PENELITIAN. Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. logika matematika dan membuat generalisasi atas rata-rata.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA DAGING SAPI DI SUMATERA UTARA

VII. PERMINTAAN LPG (LIQUEFIED PETROLEUM GAS) PEDAGANG MARTABAK KAKI LIMA DAN WARUNG TENDA PECEL LELE DI KOTA BOGOR

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Provinsi Lampung yang terdiri dari 14 kabupaten/kota

Pengaruh Harga Jual dan Volume Penjualan Terhadap Pendapatan Pedagang Pengumpul Ayam Potong

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis Pengaruh Pajak Daerah,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan, berdasarkan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis akan melaksanakan langkah-langkah sebagai

6 ESTIMASI SUPPLY DAN DEMAND IKAN DI KOTA AMBON

Proyeksi elastisitas permintaan telur ayam ras di Malang Raya

BAB III METODE PENELITIAN. analisis tersebut untuk memperoleh kesimpulan. 68 Jenis penelitian kuantitatif

BAB III LANDASAN TEORI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN TAHU DI GAMPONG PANTE GAJAH KECAMATAN PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN

ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS (Suatu Kasus di Kecamatan Seruyan Hilir Kabupaten Kuala Pembuang Kalimantan Tengah)

ANALISIS PERMINTAAN DAGING SAPI DI KOTA MEDAN

BAB III METODE PENELITIAN. Prima Artha, Sleman. Sedangkan subjek penelitiannya adalah Data

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR KOPI SUMATERA BARAT KE MALAYSIA. Indria Ukrita 1) ABSTRACTS

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan data time series dengan periode waktu selama 21 tahun yaitu 1995-

BAB IV METODE PENELITIAN

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN DOMESTIK DAGING SAPI INDONESIA SKRIPSI ADITYA HADIWIJOYO

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder

ANALISIS HARGA DAN ELASTISITAS PEMASARAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN LANGKAT

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada website Bank Indonesia ( Bank

BAB IV HASIL PENELITIAN. bawah ini. Untuk lebih membantu penulis dalam melakukan perhitungan yang

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING AYAM BROILER DI KOTA MEDAN Helmi Mawaddah *), Satia Negara Lubis **) dan Emalisa ***) *)

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi obyek penelitian adalah DER (debt to equity ratio),

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kerja sama usaha ternak ayam broiler

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi/Objek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Provinsi Jawa Timur. Pemilihan Provinsi

Kata Kunci : Konsumsi Pangan Hewani, Almost Ideal Demand System (AIDS), Elastisitas, Konsumen Rumatangga.

III. METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pertumbuhan

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

ANALISIS PERMINTAAN CABAI MERAH KERITING (Capsicum annum L) DI KOTA SEMARANG

B. Suryanto, B. Mulyatno, dan F. D. Indriatie Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang

BAB 3 METODE PENELITIAN

Daerah Jawa Barat, serta instansi-instansi lain yang terkait.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bursa Efek Indonesia periode penelitian yang digunakan yaitu jenis data sekunder.

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif dengan

Abstrak. Abstract. Pendahuluan

3. PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. di peroleh dari Website Bank Muamlat dalam bentuk Time series tahun 2009

BAB III METODE PENELITIAN. data PDRB, investasi (PMDN dan PMA) dan ekspor provinsi Jawa Timur.

UJI ASUMSI KLASIK DENGAN SPSS Disusun oleh: Andryan Setyadharma

BAB IV HASIL PENELITIAN. bawah ini. Untuk membantu penulis dalam melakukan perhitungan yang cermat

PROSIDING SEMINAR NASIONAL STATISTIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO 2013 ISBN:

ANALISIS PERMINTAAN PRODUK PETERNAKAN DI DESA TAWAANG KECAMATAN TENGA KABUPATEN MINAHASA SELATAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN JERUK PAMELO (Citrus grandis) DI KABUPATEN PATI

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN. Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras merupakan salah satu komoditas penting dalam kehidupan sosial

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini adalah asosiatif. Pendekatan kuantitatif menurut Sugiyono (2010:8)

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa variabel harga saham (Y)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI DAGING AYAM (Studi Kasus: Pasar Sei Kambing, Medan)

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan di Pulau Untung Jawa Kabupaten

Transkripsi:

Jwrnal P eternqkan Indones i o., 1 2 ( I ) : 4 3-5 2, 2 007 ISSN: 1907-1760 Analisis Permintaan Pasar Telur Ayam Di Provinsi Sumatera Barat Jumoatri Yusri, Andri dan E. Syahputra Fakultas Peternakan Universitas Andalas Padang Absfract The reseqrch was objected to study the market demand on egg in West Sumatra in retain to several definedfactors, i.e.: population number, people income, price of egg, broiler rneat, beef meat, fish, rice and wheat flour. Secondary data were collected from 1985-2004 snd statistically analyzed by using econometrics approach. Results showed that market demand of chicken egg in Sumatra Barat was significantly affected by the price of the egg ond broiler meat and beef meat. The increase of population and their income g(ne no significant effect on egg demand. Key words : chicken egg marketing. Pendahuluan Diprediksi potensi pasar untuk agribisnis peternakan masih besar dimasa yang akan datang, karena dari tahun ke tahun tingkat konsumsi masyarakat Sumatera Barat terhadap komoditi ternak terus mengalami peningkatan. sementara tingkat konsumsi sumber protein hewani asal temak penduduk Sumatera Barat pada tahun 2004, baru mencapai 5,427 gram/kap/hari, sedangkan tingkat konsumsi yang disarankan Widya Karya Pangan dan Gizi tahun 1998 sebesar 6 gramikaplhari. Dari ketiga sumber protein hewani asal ternak (daging, telur, susu), telur ayam ras memberikan peranan yang paling besar terhadap penyediaan sumber protein hewani penduduk Sumatera Barat dimana dari semua jenis komoditi temak, tingkat konsumsi yang paling besar terdapat pada telur ayam rus (25,78 %\ Tapi jika dilihat dari laju pertumbuhan konsumsi masyarakat selama periode 2002 2005, laju pertumbuhan konsumsi telur ayam menunjukkan pertumbuhan yang paling rendah yaitu 0,39 o, sementara untuk daging dan susu berturut-turut 6,35 Vo dan2,39 o/o (Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Barat,2005). Dalam rangka memprediksi permintaan terhadap telur dimasa yang akan datang, diperlukan informasi tentang perilaku permintaan pasar telur ayam ras meliputi variabelvariabel apa saja yang menentukan / mempengaruhi permintaan terhadap telur ayam ras serta bagaimana respon pasar apabila terjadi perubahan pada variabel-variabelyang mempengaruhi.. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Menganalisis variabelvariabel yang mempengaruhi per= mintaan pasar terhadap telur ayam ras di Propinsi Sumatera Barat, 2) mengetahui respon permintaan pasar telur ayam ras jika terjadi perubahan pada variabel variabel yang Jurn'atri Yusri: Anqlisis Permintssn Telur Ayam diprovinsi sumatera Baral

44 Jum'atri Yusri: Analisis Permintaan Telur Ayam diprovinsi Sumaters Baral mempengaruhinya berupa elastisitas permintaan. Materi Dan Metode Metoda Penelitian nilai Penelitian ini memakai metoda studi pustaka. Analisis dilakukan dengan pendekatan ekonometrika yaitu suatu bidang ilmu yang merupakan gabungan dari ilmu ekonomi, matematika dan statistik untuk menganalisis teori ekonomi secara kuantitatif berdasarkan data empiris (Firdaus, 2004). Pembentukan Model Untuk mendapatkan tujuan dari penelitian ini, dibangun model permintaan pasar untuk telur ayam ras di propinsi Sumatera Barat dengan memakai data sekunder deret waktu dari tahun 1985 sampai dengan tahun 2004. Adapun variabel - variabel yang dimasukkan sebagai variabel yang mempengaruhi permintaan pasar terhadap telur ayam ras didasarkan kepada teori permintaan Dimana secara teoritis, permintaan terhadap suatu komoditas dipengaruhi oleh : (1) harga komoditas yang bersangkutan, 2) harga komoditas lain yang berhubungan dengan komoditas yang bersangkutan, 3) tingkat pendapatan, 4)jurnlah penduduk, dan 5) selera. Untuk menganalisis permintaan telur ayam ras pada penelitian ini, variabel selera dianggap sama atau tidak mengalami perubahan selama periode analisis, yang menjadi barang substitusi adalah barang-barang yang mempunyai fungsi I manfaat yang sama dengan telur ayam ras, yaitu sama-sama sebagai komoditas sumber protein hewani, sehingga diduga barang substitusi untuk telur ayam ras adalah : telur ayam buras, dagrng broiler, daging sapi, dan ikan. Sebagai sumber protein hewani, telur ayam ras berfungsi sebagai lauk dalam menu sehari-hari pada rumahtanggq dimana lauk dikonsumsi secara bersama-sama dengan nasi, sehingga nasi yang didekati dari beras merupakan barang komplemen untuk telur ayam ras. Disamping dikonsumsi untuk menu sehari-hari, telur ayam ras juga dikonsumsi dalam bentuk lain berupa hasil olahan dari telur, yaitu roti. Dalam pembuatan roti ataupun cake, telur diolah bersama - sarna dengan bahan utama tepung, dengan demikian tepung merupakan barang komplemen bagi telur ayam ras. Dengan dasar pemikiran tersebut, pada penelitian ini diduga beras dan tepung terigu merupakan barang komplemen untuk telur ayam ras. Oleh karena itu, variabel yang diduga mempengaruhi permintaan pasar terhadap telur ayam ras adalah sebagai berikut : 1) harga telur ayam ras, 2) harga telur ayam buras, 3) harga daging broiler, 4) harga daging sapi, 5) harga ikan, 6) harga beras, 7) harga tepung teriguo 8) pendapatan masyarakat Sumatera Barat yang didekati dari PDRB perkapita penduduk, dan 9) jumlah penduduk Propinsi Sumatera Barat. Dengan asumsi variabel-variabel yang mempengaruhi berhubungan secara linier dengan jumlah permintaan, maka dapat dirumuskan model permintaan pasar telur ayam ras sebagai berikut : Qt: ao - ar Pgt + a2 Pbt * as Par * ac Ps1 + a5 Pit + ar P4 + ar P4 + 4s Y1 +aen1 +s Dimana: Qt : Jumlah permintaan pasar terhadap telur ayam ras di Sumbar (kg/th) Pq,: Harga berlaku telur ayam ras (Rpike) Jurnal P eternakan Indones ia., I 2 ( 1 ) : 4 3-5 2, 2 0A7 ISSN: 1970-1760

Jum'atri Yusri: Analisis Permintuan Telur Ayam dipravinsi Sumatera Barqt 45 Pbt : Harga berlaku telur ayarn buras (Rprkg) Pat : Harga berlaku (Rplke) Pst : Harga berlaku (Rp/kg) daging broiler daging sapi Pit : Harga berlaku ikan (Rp/kg) Prt : Harga berlaku beras (Rp/kg) Ftr : Harga berlaku tepung terigu (Rplke) Y t : Pendapatan perkapita penduduk (Rp) Nt : Jumlah penduduk (orang) t - Periode waktu (tahun). Ao, a\ 42, a3, a+, AS, ao, Al, O8, &9 : Koefisien regresi masingmasing variabel yang hendak ditaksir. : Error atau variabel-variabel lain yang mempengaruhi variabel bebas yang tidak dimasukkan dalam analisis. Analisis Data Metoda Pendueaan Model Model permintaan diduga dengan teknik Ordinary Least Square (OLS) dengan menggunakan perangkat lunak SPSS. Evaluasi Model Evaluasi model dilakukan untuk mendapatkan model yang valid yaitu model yang merefleksikan dengan baik realitas perilaku permintaan pasar telur ayam ras di propinsi Sumatera Barat. Evaluasi model dilakukan dengan dua kriteria yaitu kriteria statistik dan ekonometrika Kriteria statistik bertujuan untuk melihat apakah variabel-variabel yang diduga mempengaruhi variasi permintaan telur ayam ras diterima secara statistik. Dalam hal ini ada 3 uji yaitu uji F, untuk melihat pengaruh semua variabel penjelas secara bersama-sama terhadap variabel dependent (umlah permintaan telur iryam ras), uji t Jurnal P eternaksn I ndones ia., I 2 (I ) : 4 3-5 2, 2 007 digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel terhadap permintaan telur ayam ras. Suatu variabel penjelas di katakan berpengaruh nyata terhadap variabel dependent apabila nilai signifikannya kecil dari taraf nyata yang ditetapkan,. Pada penelitian ini, tarafnyata ( o ) pengujian ditetapkan pada tingkat l0 0/o, 5 a/s & I 0/o sesuai dengan pendapat Supranto (1990). Evaluasi dengan kriteria ekonomertika dilakukan untuk mengevaluasi terpenuhinya asumsi regresi klasik pada model yaitu asumsi bebas dari kasusu multikolinieriti heteroskedastisiti dan autokorelasi. Multikolinieritas dapat dilihat dengan melihat hasil pendugaan model. Menurut Nachrowi dan Usman (2002) multikolinieritas dapat dideteksi jika nilai koefisien determinasi tinggi, tapi hanya sedikit variabel bebas yang berpengaruh secara nyata. Kasus autokorelasi dideteksi dengan melihat nilai DW. Menurut Firdaus (2004) suatu model dikatakan bebas dari kasusu autokorelasi jika nilai DW-nya berada diantara 1,55 sampai 2,46. Heteroskedastisitas dideteksi dengan mengaktifkan menu scatterplot pada program SPSS, dimana hasil dari scatterplot itu akan menunjukkan hubungan antara nilai Y yang telah diprediksi dengan residual (Y prediksi * Y sesungguhnya).dasar pengambilan keputusan adalah, jika ada pola tertentu (bergelombang, melebar) maka terjadi kasus heteroskedastisitas dan jika tidak ada pola yang jelas, titik - titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, berarti tidak terjadi heteroskedastisitas (Santoso, 2000). Untuk mendapatkan model yang baik, spesifikasi model akan dilakukan secara iteratif (berulang ulang) berdasarkan hasil evaluasi model, bisa ISSN:1970-1760

46 Jum'atri Yusri: Analisis Permintaan Telur Ayam diprovinsi Sumatera Barat berupa : 1) Mengeluarkan variabelvariabel yang ternyata tidak berpenganrh secara nyata, 2) Mentransformasi model Tahap pengeluaran beberapa variabel penjelas dalam model, dikontrol dengan melihat nilai Adiusted R Square (Rt yang disesuaikan) dan nilai Standard Error of the Estimatenya. Menurut Santoso (2003) apabila nilai Adjusted R Square semakin baik dan nilai Standard Error of the Estimate semakin menurun, dengan mengeluarkan beberapa variabel penjelas, menunjukkan model tersebut semakin baik. P e nghitungan Nil ai Elas ti s it as Untuk rnodel linier, nilai elastisitas harga terhadap permintaan pasar telur ayatr' ras dapat dicari dengan nlmus sebagai berikut : E lasti sitas_p gnmintaan Harea: =* YoLQx AQx Px LIJ _ ' oh\px 1Px Qx Keterangan: Ep : Koefisien elastisitas harga barang X Px :Harga barang X pr: Jumlah barang X yang diminta pada tingkat harga barang X sebesar Px Eiastisitas Permintaan Terhadap Pendapatan: %LOx )Ox Ei: - Ix YoLIx }Ix Ax Keterangan : EI : Koefisien elastisitas barang X Ix : Penghasilan konsumen atau pendapatan konsumen Qx:.Tumlah barang X yang diminta pada tingkat penghasilan konsumen Elastisitas Permintaan Silang: =^ _ YoA,Qx _ 0Q* Py %LPy 0 Py Qx Keterangan : Ec : Koefisien elastisitas antara barang X dan barang Y Py:Hargabarang Y Qx: Jumlahbarang X yang diminta pada tingkat harga barang Y sebesar Py Dengan diketahuinya nilai koefisien elastisitas harga dari permintaan, maka akan diketahui sifat permintaan dari telur ayam ras dengan ketentuan sebagai berikut: Jika koefisien elastisitas harga: 0 < Ep ( l, maka permintaan bersifat inelastis, Ep:1, uniter, Ep elastis. maka permintaan bersifat maka permintaan bersifat Nilai koefisien elastisitas silang akan menunjukkan sifat hubungan antara komoditi substitusinya: Jika Ec < 0, berarti sifat telur ayam ras dengan komoditi tersebut saling melengkapi (komplementer), Jika Ec > 0, berarti sifat telur ayam ras dengan komoditi tersebut adalah substitusi. Untuk model log-linier, nilai elastisitas adalah nilai koefisien regresi untuk masing-masing variabel yang bersangkutan. Didapat dari penurunan rumus sebagai berikut : Elastisitas Harga - oqx. Px 1Px Qx Model dasar log-linier Q = a P!,'Pl pll...p!,' u? :, a r!,''' rlj rlj...r!,' )Px rr f,z ='' o?l' 1:1:"'1,' ' P*., Jurnal F eternekan Indanes ia., 1 2 ( I ) : 4 3-5 2, 2 A07 ISSN: 1970-1760

Jum'atri Yusri: Analisis Permintaan Telur Ayam diprovinsi Sumqtera Barat 47 _L o z '' Px, : br?. Px, P*t O =br Hasil Dan Pembahasan Estimasi Model Permintqan Pasar Telur Ayam Ras di Sumatera Barat Berdasarkan model yang telah dibangun pada Bab Metodologi Penelitian, dimana variabel-variabel yang diduga mempengaruhi permintaan pasar telur ayam ras di Propinsi Sumatera Barat adalah harga telur ayam ras, harga telur ayam buras, harga daging broiler, harga daging sapi, harga ikan, harga beras, harga tepung terigu, jumlah penduduk dan pendapatan perkapita. Pendugaan model memberikan hasil sebagai berikut. Model permintaan yang dibangun ini signifikan pada a I Yo yang ditunjukkan oleh ANOVA (Analisis Of Variance)nya memberikan nilai signifikan dari 0,000 atau P < 0,01. Hal ini berarti pengaruh variabel-variabel bebas secara bersama - sama signifikan pada taraf nyata I %. Nilai koefisien determinasinya 0,953, artinya variasi permintaan terhadap telur ayam ras dari tahun ke tahun 95,3 o/o dapat dijelaskan oleh variabel - variabel penjelas yang dirnasukkan kedalam model. Hasil uji t menunjukkan dari 9 variabel bebas yang diduga mempengaruhi permintaan pasar terhadap telur ayam ras, hanya ada 4 variabel yang berpengaruh nyata Dari nilai koefisien determinasi yang cukup tinggi tapi hanya sedikit sekali variabel penjelas yang berpengaruh nyata terhadap variabel dependennya, mengindikasikan adanya permasalahan multikolinieritas pada model diatas. Karena pada model tersebut mengindikasikan terjadinya kasus multikolinieritas, bisa disimpulkan nilai parameter yang didapat adalah tidak BLUE, sebagaimana pendapat Nachrowi & Usman (2002) bila terjadi mutikolinieritas, terkadang taksiran yang didapat akan mempunyai nilai yang tidak sesuai dengan substansi, sehingga dapat menyesatkan interpretasi. Tabel 1. Hasil Estimasi Model Permintaan Pasar Telur Ayam Ras Tahap I Variabel Konstanta Hrg Tlr A Ras Hrg Tlr A Buras Hrg Dg Broiler Hrg Dgg Sapi Hrg Ikan Hrg Beras Hrg Tp Terigu Jml Penduduk Pendapatan R uare 0.9s3 22,543 (0,000) F-hitung t-hitung t-sign Koef Durbin- 1,410,lgg -1,077,307 NS -1,614,139 NS -6,896,000 * 3,176,010 * 2,576,029** -,455,659 NS -2,521,030 ** -,709,495 NS -,352,732 NS Catatan: Angka dalam kurung adalah nilai Signifikan F-hitung Keterangan : * : Signifikan pada u l%o ** : Signifikan padau 5Yo Re 19781260-1200,25-790,54-3457,44 2493,02 3573,55-1587,14-7153,39 - / \\ -1.09 *+* : Signifikan pada a l\vo NS : Non Signifikan Watson 1 11) Jurnal Peternakan Indonesia., I 2(l) :43-52, 2007 ISSN: 1970-1760

48 Jum'qtri Yusri: Analisis Permintaan Telur Ayam diprovinsi Sumatera Barat Oleh karena itu pada model diatas tidak dilakukan lagi uji lebih lanjut untuk mendeteksi apakah pada model terjadi kasus ekonometrika lainnya (yaitu kasus autokorelasi dan heteroskedasti sitas). Untuk itu model diperbaiki dengan mengeluarkan variabelvariabel yang secara statistik tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan pasar telur ayam ras. Sebagaimana terlihat pada Tabel 1 ada 5 variabel yang tidak berpengaruh nyata yaitu (1) harga telur ayam ras itu sendiri, (2) harga telur ayam buras, (3) harga beras, (a) jumlah penduduk dan (5 ) pendapatan masyarakat. Namun tidak ke 5 variabel tersebut langsung dikeluarkan dari model, dua variabel yang pada model pertama tidak berpengaruh nyata yaitu harga telur ayam ras itu sendiri dan tingkat pendapatan masyarakat tetap dipertahankan, dengan pertimbangan karena secara teori variabel harga barang itu sendiri dan pendapatan masyarakat sangat mempengaruhi permintaan terhadap suatu komoditas. Dengan mengeluarkan beberapa variabel diharapkan akan ada perubahan hasil. Hasil pendugaan model yang sudah diperbaiki ditampilkan pada Tabel2. Dengan dikeluarkannya beberapa variabel yang tidak signifikan, terjadi perubahan hasil. Untuk variabel harga telur ayam ras yang sebelumnya tidak signifikan menjadi, signifikan pada ti, 10 %. Variabel tingkat pendapatan masyarakat tetap tidak signifikan, (P > 0,10). Pada model diatas terjadi kasus autokorelasi yang ditunjukkan oleh nilai DW diatas 2.46 yaitu sebesar 2.762. Menurut Yuwono( 2005), kasus autokorelasi sering terdapat pada data time series karena banyak data statistik yang oleh karena beberapa sebab diinterpolasi atau melakukan proses penghalusan, akibatnya gangguan estimasinya menjadi berkorelasi antara satu dengan yang lainnya. Untuk mengatasi masalah autokorelasi maka dilakukan transformasi dengan logaritma, karena mentrrut Nachrowi dan Usman (2002) secara umum autokorelasi sulit unfuk diatasi, nurmun transformasi logaritrna dapat mengurangi korelasi. Tabel 2. Hasil Estimasi Model Permintaan Pasar Telur Ayam Ras Tahap II Variabel Konstanta Hrg Tlr A Ras Hrg Dg Broiler Hrg Dgg Sapi Hrg Ikan I{rg Tp Terigu Pendapatan F- t-hitung t-sign Koef Durbinhitung Regresi Watson 0,937 32,266 12J42,000 10649466 2,762 (0,000) -1,994,092*** -1921,03-6,694,000 * -3270,97 2,939,012 ** 1922,57 2,231,044 ** 2723,11-3,279,006 * -7971,L0 480.640 Ns 1,16 R Square Catatan: Angka dalam kurung adalah nilai Signifftan F-hitung Keterangan : * :Signifikanpadaa lo/o ** = Signifikanpada o. 5o/o *** : Signifikan pada c l0% NS = Non Signifikan Jurnal P et ernakan Indones i a., I 2 ( I ) : 4 3-5 2, 2 007 I 970-t 760

Jum'atri Yusri: Anqlisis Permintaan Telur Ayam diprovinsi Sumatera Barat 49 Untuk itu dicoba merumuskan model baru untuk fungsi permintaan telur ayam ras berupa model logaritma ganda seperti : Y = e" x!'xur'x!'...x!' (Yuwono,2005). Model diatas dapat dilinierkan, sehingga persam&mya menjadi : Log Y : a * br Log x1 + b2 Log x2* b3 Log x3 +... bi Log xi Model ini relatif lebih baik dari model sebelumnya, nilai DW yang 1.950 mengindikasikan tidak adanya kasus autokorelasi pada model ini. Model ini juga bebas dari kasus heteroskedastisitas ditunjukkan oleh tidak adanya pola yang jelas pada diagram scaterplot dimana titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka nol pada sumbu Y (Santoso, 2000). Karena variabel pendapatan tidak signifikan hasilnya model dicoba diperbaiki dengan mengganti variabel pendapatan yang awalnya didekati dari PDRB perkapita dengan PDRB riil, agar peningkatan pendapatan mencerminkan peningkatan daya beli masyarakat, yaitu nilai PDRB yang sudah di deflasi dengan indeks berantai yang menggunakan tahun 2000 sebagai tahun dasar. Didapat hasil sebagaimana terlihat pada Tabel -). Tabel 3. Hasil Estimasi Model Logaritma Permintaan Pasar Telur Ayam Ras Tahap I Variabel R F- t-hitung t-sign Koef Durbin- uare hi Konstanta 0,771 9,405 3,932,402 4,932 Hrg Tlr A Ras (0,000) -2,130,051*** Hrg Dg Broiler,000 * -,851-4,944 Hrg Dgg Sapi Hrg,004 * 3,079 3,390-1,867 Tpg Terigu -1,493 Pendapatan,160 Ns -,539,314,759 Ns,198 Catatan : Angka dalam kurung adalah Signifrkan F-hitung Keterangan : * =Sigrifikan padaa, lo/o *** : Signifikan pada a l Vo ** : Signifikanpadao. 5o/o NS : Non Signifikan Watson 1,950 Tabel 4. Hasil Estimasi Model Logaritma Permintaan Pasar Telur Ayam Ras Tahap II Variabel R F- t-hitturg t-sign Koef Durbin- Konstanta Hrg Tlr A Ras Hrg Dg Broiler Hrg Dgg Sapi Hrg Tpg Terigu PDRB RiiI uafe hi a,773 9,509 1,872,482 (0,000),023 ** 6,911-2,558,001 * -,937-4,394,000 * -1,761 5,474 3,373-1,434,174 Ns -.500 -.468,647 NS -"311 Catatan : Angka dalam kurung adalah Signifikan F-hitung Keterangan : * :Signifikan padaa loh ** = Signifikan padaa 5Yo *** : Signifikan pada a l\yo NS : Non Signifikan Watson 1,966 Jurnal P eternakan Indo nes i a., I 2 ( I ) : 4 3-5 2, 2 007 ISSN: I97A-1760

Sfi Jum'atri Yusri: Analisis Permintaan Telur Ayam diprovinsi Surnatera Barat Dari besarnya nilai signifikan untuk variabel pendapatan, dapat disirnpulkan bahwa peningkatan pendapatan masyarakat tidak rnemberikan pengaruh pada peningkatan pern'lintaan terhadap telur ayam ras di Sumatera Barat. Dengan bebasnya model logaritma dari kasus multikolinieriti, autokorelasi dan heteroskedastisitas, disimpulkan hasil estimasi model logaritma tahap II menghasilkan nilai parameter yang BLUE. Dengan demikian, dapat disimpulkan variabel-variabel yang berpengaruh pada permintaan pasar telur ayam ras di propinsi Sumatera Barat adalah : X) harga teiur ayam ras itu sendiri, 2) harya daging broiler, dan 3) harga daging sapi, sedangkan variabel pendapatan riil penduduk dan tepung terigu tidak berpengaruh terhadap permintaan pasar telur ayam ras. Dari hasil estimasi model perrnintaan pasar telur ayam ras terpilih didapat model fungsi permintaan pasar terhadap telur ayam ras sebagai berikut: Log Q, : 6,911 * 0,937 LogPq * 1,761 LogPa, + 3,373 Log Ps, - 0,500 LogR,-0,3l1LogY, Pengaruh dari Variabel Harga Telur Ayam Ras Dari nilai koefisien regresi yang negatif, menunjukkan bahwa variabel harga telur ayam ras berhubungan seoara negatif, sesuai dengan kaidah hukum permintaan apabila harga telur ayam ras naik, perrnintaan terhadap telur ayam ras akan turun. P e ngaruh Vari ab e I -varisb e I Lain Dari empat jenis komoditi yang diduga merupakan barang substitusi bagi telur ayam ras yaitu telur ayam buras, daging broiler, daging sapi, dan ikan, ternyata hanya ada 2 komoditas yang berpengaruh terhadap perrnintaan telur ayam ras yaitu daging broiler dan daging sapi dimana hubungan antara daging broiler dan telur ayam ras adalah bersifat barang komplemen. Hal ini ditunjukkan oleh nilai koefisien regresinya yang bertanda negatif. Sesuai dengan pendapat Sukirno (1999) untuk barang-barang yang bersifat komplemen jumlah barang yang diminta berubah kearah yang bertentangan dengan perubahan harga barang lain. Kalau dilihat dari manfaatnya, dimana telur ayam ras dan daging broiler sama-sama merupakan sumber protein hewani, sehingga bisa dikatakan bahwa hubungan antara telur ayam ras dan daging broiler adalah merupakan barang substitusi. Tetapi dari hasil pendugaan model (fenomena empiris) didapat antara telur ayam ras dan daging broiler bersifat komplemen. Kondisi seperti ini juga didapatkan oleh llham, Hastuti dan Kariyasa (20A2) dimana ada beberapa barang yang secara teoritis merupakan barang substitusi tapi dari penelitian dengan data empiris, didapatkan hubungan adalah komplemen yaitu : telur ayam ras dan daging broiler merupakan produk komplemen bagi daging sapi. Menurut Ilham, Hastuti dan Kariyasa (2002) peran telur ayam sebagai produk komplemen bagi daging mengindikasikan bahwa perilaku konsumen dalam mengkonsumsi bukan atas dasar rasa tapi adanya variasi dalam penyajian, maka wajar beberapa produk peternakan saling berkomplemen. Daging sapi merupakan barang substitusi untuk telur ayam ras. Dilihat dari peranannya yang sama-sama sumber protein hewani, mrka kondisi ini sesuai dengan harapan.iurns! P eternakan Indones ia", I 2 ( I ) : 4 j - 5 2, 2 A07 ISSN: 1970-1760

Jum'atri Yusri: Analisis Permintasn Telur Ayam diprovinsi Sumatera Barat 51 Walaupun tepung terigu secara statistik tidak berpengaruh, tapi tanda koefisiennya sesuai dengan teori ekonomi yaitu tepung terigu merupakan barang komplemen untuk telur ayam ras. Hal ini menyatakan telur ayam ras tidak hanya dikonsumsi sebagai lauk dalam menu sehari-hari, tetapi juga dikonsumsi dalam bentuk yang sudah diolah menjadi makanan tambahan. Pendapatan penduduk yang tidak berpengaruh berarti tingkat konsumsi untuk telur ayam ras secara kuantitatif sudah pada tingkat yang tinggi, sesuai teori permintaan untuk komoditi pangan, kebtrtuhan akan bahan makanan mempunyai titik jenuh, bila secara kuantitas kebutuhan makanan seseorang sudah terpenuhijika terjadi peningkatan pada pendapatan, ia akan beralih ke pangan yang kualitasnya lebih tinggi atau beralih pada kebutuhan bukan pangan (BPS, 2005). Nilai Elastisitas Harga Sendiri Elastisitas harga sendiri untuk telur ayam ras sebesar -0,937, berarti elastisitas harga bersifat inelastis artinya permintaan terhadap telur ayam ras tidak terlalu terpengaruh oleh perubahan h*gq berarti telur ayam ras sudah merupakan barang kebutuhan pokok komoditi utama sumber protein hewani, ini bisa dipahami karena harganya yang jauh relatif lebih murah dibandingkan dengan sumber protein hewani lainnya. Disamping itu, elastisitas permintaan bersifat inelastis karena disebabkan komoditi ras tak mempunyai barang substitusi yang dekat. Nilai Elastisitas Silang Untuk barang substitusi dalam hal ini daging sapi, nilai elastisitas silang antara daging sapi dan telu ayam ras sebesar 3,373, berarti elastisitas silang bersifat elastis artinya perubahan harga daging sapi sangat besar pengaruhnya terhadap permintaan telur ayam ras. Jika harga daging sapi naik I Yo, permintaan terhadap telur ayam ras akan naik sebesar 3,373 oh, begitu pula sebalikanya. Untuk daging broiler, yang merupakan barang komplemen bagi telur ayam ras, apabila harga daging broilermeningkatl%maka permintaan terhadap telur ayam ras akan mengalami penurunan sebesar 1,761Yo. Nil ai Elas tisitas P endapatan Apabila dilihat hubungan permintaan tehn ayam ras dengan pendapatan riil penduduk Sumatera Barat, yang dilihat dari koefisien elastisitasnya adalah kurang dari satu (-0,311), telur ayam ras dikategorikan sebagai kebutuhan pokok artinya permintaan akan telur ayam ras tidak akan berubah banyak dalam hubungan dengan perubahan pendapatan maupun harganya. Dilihat dari nilai koefisien pendapatan yang bertanda negatif, maka telur ayam ras dikategorikan barang inferior, artinya permintaan akan telur ayam ras akan berkurang apabila pendapatan meningkat. Kesimpulan Permintaan pasar terhadap telur ayam ras di Propinsi Sumatera Barat dipengaruhi oleh variabel-variabel : harga telur ayam ras itu sendiri, harga daging broiler, dan harga daging sapi. Peningkatan jumlah penduduk dan pendapatan, tidak berpengaruh terhadap permintaan pasar telur ayam ras di Propinsi Sumatera Barat. Barang substitusi terhadap telur ayam ras di Jurnal P eternqkan Indonesi a., 1 2 ( I ) : 4 3-5 2, 2 007 ISSN: 1970-1760

52 Jum'atri Yusri: Analisis Permintaan Telur Ayam diprwinsi Sumatera Barat pasar Propinsi Sumatera Barat adalah Permintaan pasar tehadap telur ayam ras di Propinsi Sumatera Barat, responsif terhadap perubahan harga telur ayam ras itu sendiri, dimana nilai elastisitas harganya -0,937. Permintaan pasar tehadap telur ayam ras di Propinsi Sumatera Barat, sangat responsif terhadap perubahan harga daging broiler dan daging sapi dengan nilai elastisitas silang berturut-turut - 1,761dan3,373. DAFTAR PUSTAKA Biro Pusat Statistik. 2004. Sumatera Barat Daram Angka. Biro satfioso' s'r2,aa' t;:: ";t'jrrrlfo Pusat Statistik Sumatera Barat. Padang Firdaus, M.2004. Ekonometriko Suatu Pendekatan Aplikatif. PT. Bina Aksara. Jakarta. Ilham, N, S. Hastuti, dan J. K. Kariyasa. 2002. Pendugaan Parameter dan Elastisitas Penowqran dan Permintaan daging sapi. Beberapa Jenis Daging di Indonesia. Jurnal Agroekonomi volume 20 nomor 2 oktober 2002 Mulyono, S. 2000. Peramalan Bisnis Dan Elconometrika. Edisi Pertama. BPFE-Yogyakarta. Yogyakarta. Nachrowi, N. D, dan H. Usman. 2002. Penggunaan Telvtik Ekonometri. Edisi Pertama. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Secara profesional. pt.elex Media Komputindo. Kelompok Gramedia. Jakarta. Supranto, J. 1990. Statistik Teori dan Aplikasi. Edisi Ketiga. Jilid 1. Erlangga. Jakarta. Yuwono, P. 2005. Pengantar Ekonometrl. Edisi Pertama. Andi. Yogyakarta. Alamat larespondensi; Jum'atri Yusri, S.Pt, M.Si Jurusan Produksi Ternak Fakultas Petemakan Universitas Andalas, Kampus Limau Manis, Padang HP : 081374591 155 D iterima: 7 Januari 2007, Di s e tuj ui : 20 F ebruai 2007 Jurnal P eternakan Indones ia., I 2 ( I ) : 4 3-5 2, 2 007 ISSN: 1970-1760