PENGARUH BRAIN GYM TERHADAP TINGKAT KOGNITIF LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA WARGA TAMA INDRALAYA TAHUN 2013



dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH TERAPI BRAIN GYM TERHADAP PENINGKATAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANJUT USIA DI POSYANDU LANJUT USIA DESA PUCANGAN KARTASURA NASKAH PUBLIKASI

I. PENDAHULUAN. sesuai kemampuannya (Darmajo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya (Padila, 2013). Pada tahun 2012, UHH penduduk dunia rata rata

I. PENDAHULUAN. hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain. Indonesia menurut survey Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2006

Oleh Sherli Mariance Sari Program Studi Ilmu Keperawatan STIK Bina Husada Palembang

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya. Indonesia sebagai salah satu negara dengan tingkat perkembangan yang

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis (Maramis, 2009). Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: RITA SUNDARI

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) pada tahun 2010, dengan masalah kesehatan). Menurut Sumiati Ahmad Mohammad, masa

PENGARUH SENAM OTAK (BRAIN GYM) TERHADAP TINGKAT DEMENSIA PADA LANSIA

Pengaruh Senam Otak Terhadap Pningkatan Fungsi Kognitif Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera Banjarbaru

e-journal Keperawatan (e-kp) Volume 6 Nomor 1, Februari 2018

PENGARUH SENAM OTAK (BRAIN GYM) TERHADAP FUNGSI KOGNITIF LANSIA DENGAN DIMENSIA DI UNIT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA WENING WARDOYO UNGARAN

PERMAINAN STIMULASI OTAK MENINGKATKAN KEAKTIFAN LANSIA MENGIKUTI KEGIATAN DI PANTI WERDHA

KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH PELATIHAN TERHADAP PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG SENAM OTAK PADA TUNAGRAHITA RINGAN. Di SDLB C Pertiwi Ponorogo

BAB I PENDAHULUAN. intelektual dibawah rata-rata, ketidakmampuan menyesuaikan perilaku, serta

PENGARUH SENAM OTAK TERHADAP GANGGUAN FUNGSI KOGNITIFPADA LANSIA DENGAN DEMENSIADI UPT PSLU JOMBANG. Lexy Oktora Wilda, Lica Ayu Kusuma

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT AKTIFITAS FISIK DENGAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANJUT USIA DI DESA PUCANGAN KECAMATAN KARTASURA

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta * ABSTRAK

ABSTRAK PENGARUH PELAKSANAAN SENAM LANSIA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI PUSKESMAS KALUKU BODOA MAKASSAR TAHUN 2015

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Sampel Penelitian. usia minimal 60 tahun yang telah memenuhi kriteria inklusi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkat hingga dua kali lipat pada tahun 2025 (Depkes, 2013). Hal ini

PENGARUH SENAM OTAK TERHADAP PENINGKATAN FUNGSI KOGNITIF (The Effect of Brain Gym to the Improvement of Cognitive Function)

BAB I PENDAHULUAN. fisilogis organ tubuhnya (Wahyunita, 2010). Banyak kelainan atau penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. normalnya secara perlahan (Darmojo, 2009). Dalam proses tersebut akan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

PERBEDAAN NILAI ARUS PUNCAK EKSPIRASI SEBELUM DAN SESUDAH PELATIHAN SENAM LANSIA MENPORA PADA KELOMPOK LANSIA KEMUNING, BANYUMANIK, SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENGARUH TERAPI BRAIN GYM TERHADAP PENINGKATAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANJUT USIA DI POSYANDU LANJUT USIA DESA PUCANGAN KARTASURA SKRIPSI

LAMPIRAN-LAMPIRAN 69

DAFTAR SINGKATAN. : Blessed Information Memory Concentration. : Blessed Orientation Memory Concentration. : Functional Activitie Questionnaire

HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PENGARUH SENAM OTAK DENGAN FUNGSI KOGNITIF LANSIA DEMENSIA DI PANTI WREDHA DARMA BAKTI KASIH SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. (expressive) sehingga memudahkan proses mempelajari hal-hal baru, dan dapat

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA 2016

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan disegala bidang selama ini sudah dilaksanakan oleh

PENGARUH SENAM OTAK (BRAIN GYM) TERHADAP FUNGSI KOGNITIF PADA LANSIA DI RT 03 RW 01 KELURAHAN TANDES SURABAYA. Yuliati, Nur Hidaayah

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya gangguan penyakit pada lansia. Salah satu gangguan psikologis

BAB I PENDAHULUAN. (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari

PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP PENINGKATAN KEBUGARAN FISIK PADA KELOMPOK LANSIA PEREMPUAN DI DESA DAUH PURI KAUH DENPASAR BARAT

ABSTRAK PENGARUH BRAIN GYM TERHADAP PENINGKATAN FUNGSI KOGNITIF LANSIA DIKARANG WERDHA PENELEH SURABAYA. Oleh Pipit Festi

PERBEDAAN NORMALITAS TEKANAN DARAH PADA WANITA MIDDLE AGE YANG MENGIKUTI SENAM DAN TIDAK SENAM DI KELURAHAN BANDUNGREJOSARI MALANG ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. yang di sebut dengan proses menua (Hurlock, 1999 dalam Kurniawan,

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan untuk dapatbertahan hidup. (Nugroho,2008). struktur dan jumlah penduduk lanjut usia setelah RRC, India, dan Amerika

PENGARUH BERMAIN PERAN TERHADAP KEPERCAYAAN DIRI PADA ANAK DI TK KHUSNUL KHOTIMAH SEMARANG

SENAM LANSIA MENINGKATKAN KAPASITAS INSPIRASI PARU DI PANTI SOSIAL WERDHA A YOGYAKARTA

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI KELURAHAN DALEMAN TULUNG KLATEN SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa dihindari. Lanjut usia (lansia) menurut Undang-Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. usia lanjut di Indonesia diperkirakan antara tahun sebesar 414 %

PENGARUH SENAM OTAK TERHADAP MEMORI JANGKA PENDEK ANAK RETARDASI MENTAL DI SLB SHANTY YOGA KLATEN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Rancangan penelitian ini menggunakan desain penelitian Quasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Arini*), Faridah Aini **), Heni Hirawati P ***)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ialah melihat usia harapan hidup penduduknya. Dari tahun ke tahun usia harapan

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif yaitu eksperimental semu (Quasi Experimental. Design). Tipe penelitian Quasy Eksperimental Design adalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Lanjut usia (lansia) adalah perkembangan terakhir dari siklus kehidupan.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. siswa SD, tukang bengkel, dsb. Hal ini memudahkan mobilitas dan efektivitas

I. PENDAHULUAN. lain. Keadaan tersebut sangat berpotensi menimbulkan masalah secara

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN KEMANDIRIAN LANSIA DENGAN KONSEP DIRI LANSIA DI KELURAHAN BAMBANKEREP KECAMATAN NGALIYAN KOTA SEMARANG

PENGARUH BRAIN GYM TERHADAP PENURUNAN TINGKAT STRES PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D IV FISIOTERAPI TINGKAT AKHIR

PENGARUH SENAM OTAK TERHADAP DAYA INGAT PADA LANSIA DENGAN DIMENSIA DI DESA SIDOSARI KECAMATAN KESESI KABUPATEN PEKALONGAN

JNPH Volume 4 No. 1 (Juli 2016) The Author(s) 2016


III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan metode pre and

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. experimental) dengan pendekatan control group pretest postest design untuk

BAB I PENDAHULUAN. Jepang 129%, Jerman 66%, dan Swedia 33% (Depkes,2003). Indonesia termasuk salah satu negara Asia yang pertumbuhan penduduk

BAB III METODE PENELITIAN. Desain dari penelitian ini adalah Pre Experimental dengan pendekatan one

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia.

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Jumlah penduduk Indonesia sangat melaju pesat dari tahun ke tahun. Data

Abstrak. Abstract. Kata Kunci: Hipertensi, musik klasik, relaksasi autogenik

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 8, No. 1, Februari 2012

PENGARUH TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH PALEMBANG

BAB I PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. The United Nation telah memprediksikan bahwa

PENGARUH METODE GLENN DOMAN TERHADAP PERKEMBANGAN BAHASA DAN KOGNITIF ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK LADAS BERENDAI PRABUMULIH.

BAB I PENDAHULUAN. berstruktur lanjut usia karena dari tahun ke tahun, jumlah penduduk

BAB V PEMBAHASAN. A. Hasil Belajar Pretest Pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok. Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa nilai rerata pretest pada

Perbandingan pengaruh promosi kesehatan menggunakan media audio dengan media audio-visual terhadap perilaku kesehatan gigi dan mulut siswa SD

POLA KOMUNIKASI KELUARGA DAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI KELURAHAN PADANG BULAN MEDAN

PENURUNAN TINGKAT DEPRESI KLIEN LANSIA DENGAN TERAPI KOGNITIF DAN SENAM LATIH OTAK DI PANTI WREDHA

GAMBARAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANSIA DI UPT PANTI WERDHA MOJOPAHIT KABUPATEN MOJOKERTO

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian pre eksperimental. Desain

PENGETAHUAN DAN SIKAP LANSIA TERHADAP PENURUNAN FUNGSI PENGLIHATAN DI DAERAH YAYASAN PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA AL- KAUTSAR PALU

BAB IV METODE PENELITIAN

HUBUNGAN DEPRESI DENGAN INTERAKSI SOSIAL LANJUT USIA DI DESA TOMBASIAN ATAS KECAMATAN KAWANGKOAN BARAT. Andriano H Sengkey Mulyadi Jeavery Bawotong

PERBEDAAN FUNGSI KOGNITIF SEBELUM DAN SESUDAH PELATIHAN SENAM LANSIA MENPORA PADA KELOMPOK LANSIA KEMUNING, BANYUMANIK, SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical

BAB III METODE PENELITIAN. resiko dan faktor efek (Notoatmodjo, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. organ tubuh. Hal ini juga diikuti dengan perubahan emosi secara

PENGARUH PENERAPAN SENAM HOOK UPS TERHADAP TINGKAT PERCAYA DIRI ANAK KELAS DUA MIN GUWA KIDUL

Kata kunci : Tekanan darah, Terapi rendam kaki air hangat, Lansia.

BAB I PENDAHULUAN. dapat memngganggu aktivitas dalam kehidupan sehari-hari (Stanley and

BRAIN GYM BERPENGARUH TERHADAP TINGKAT AKTIVITAS DASAR SEHARI-HARI LANSIA

PENGARUH PENYULUHAN KANKER SERVIKS TERHADAP MINAT PEMERIKSAAN INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT (IVA) DI DUSUN SUKOHARJO SEDAYU BANTUL YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah meningkatnya usia harapan hidup (UHH) manusia. Indonesia. Hampir setiap tahunnya negara Indonesia selalu menempati

BAB I PENDAHULUAN. untuk diamati karena dari tahun ke tahun jumlahnya cenderung meningkat.

HUBUNGAN FAKTOR MAKANAN DENGAN KADAR GULA DARAH PRA LANSIA DI DESA PESUDUKUH KECAMATAN BAGOR KABUPATEN NGANJUK

BAB I PENDAHULUAN. psikologik, dan sosial-ekonomi, serta spiritual (Nugroho, 2000).

Transkripsi:

PENGARUH BRAIN GYM TERHADAP TINGKAT KOGNITIF LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA WARGA TAMA INDRALAYA TAHUN 213 Oleh Ria Verany, Budi Santoso, Mery Fanada Abstrak Kemunduran fisik maupun mental selalu mengiringi peningkatan usia, termasuk kemunduran fungsi kognitif. Dengan memperbanyak aktivitas dapat memperlambat kemunduran kognitif, salah satu cara dengan memperbanyak aktivitas yang berhubungan dengan fungsi otak. Senam otak dapat meningkatkan aktivitas otak melalui gerakan-gerakan sederhana yang dirancang mengaktifkan seluruh bagian otak untuk meningkatkan fungsi kognitif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh brain gym terhadap tingkat kognitf lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama Indralaya. Jenis penelitian adalah Pre Experimental Design tanpa kelompok kontrol dengan pendekatan One Group Pre-Post Test Design. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 1 orang. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Keseluruhan sampel dalam penelitian ini yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 32 orang. Untuk membandingkan tingkat kognitif responden sebelum dan sesudah dilakukan senam otak menggunakan Mini Mental State Examination (MMSE) yang dianalisis dengan uji paired t-tes. Berdasarkan hasil penelitian, responden yang mengikuti kegiatan senam otak mengalami peningkatan kognitif yang signifikan. Uji statistik yang digunakan adalah paired T-test dengan tingkat kepercayaan 95% (α =,5), P value =,. Rata-rata tingkat kognitif lansia sebelum dilakukan brain gym adalah 18,12, sedangkan rata-rata untuk tingkat kognitif lansia sesudah dilakukan brain gym adalah 19,47. Dengan demikian dapat dibuat kesimpulan bahwa ada pengaruh brain gym terhadap peningkatan daya ingat lansia. Berdasarkan penelitian ini maka peneliti menyarankan agar senam otak dapat menjadi bagian program lansia di panti serta menjadi acuan untuk dilakukan penelitian lain dengan modifikasi terapi yang berbeda. Kata kunci : lansia, tingkat kognitif, senam otak Abstract Physical and mental deterioration always accompany increasing age, including decline in cognitive function. By increasing the activity may slow cognitive decline, one way to expand the activities related with brain function. Brain exercise can enhance brain activity through simple movements that are designed to enable all parts of the brain to improve cognitive function. The aim of this study was to determine the influence of brain gym therapy to the cognitive level of elderly at Tresna Werdha Warga Tama orphanage Indralaya in 213. The design of this study was pre-experimental design without a control group with one group pretest-posttest design. The population of this study was 1 people. The sampling method used purposive sampling. The sample in this study that have sellected with the inclusion criteria amounted to 32 people. To compare the cognitive level of respondents before and after brain gym therapy by using the Mini Mental State Examination (MMSE) were analyzed by paired sample t-test. Based on the results of the study, the respondents who follow the activities of brain gym therapy significantly influence to the cognitive improvement. Statistical test used paired T-test with a confidence level of 95% (α =.5), P value =.. The mean value of cognitive level of elderly before Brain Gym amounted to 18.12, while the mean value of cognitive level of elderly after Brain Gym is 19.47. Thus, the conclusion of this study that there was significant influence brain gym therapy and cognitive level of elderly. Based on this study, the writer suggested that brain gym could be a part of the nursing program to the elderly as well as a reference for additional studies with different therapeutic modifications. Keywords: elderly, cognitive level, brain gym

1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) terutama di bidang kesehatan, berhasil meningkatkan kualitas dan umur harapan hidup sehingga jumlah lanjut usia semakin bertambah cenderung lebih cepat dan pesat (Nugroho, 28). Di Sumatera Selatan jumlah penduduk pada tahun 29 adalah 7. 222.635 orang, dengan komposisi 3.65.615 orang laki-laki dan 3.572.2 orang perempuan, diantaranya penduduk yang berusia 6 tahun keatas berjumlah 419.9 orang. Pada tahun 21 terjadi peningkatan jumlah penduduk yaitu 7.45.394 orang dengan komposisi 3.792.647 orang laki-laki dan 3.657.747 orang perempuan, diantaranya penduduk yang berusia 6 tahun ke atas berjumlah 466.33 orang (BPS Sumatera Selatan, 29; 21). Proses penuaan (aging process) bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan suatu proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun dari luar tubuh. Proses ini merupakan proses yang terus-menerus secara alamiah, misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan syaraf, dan jaringan lain sehingga tubuh menurun fungsinya sedikit demi sedikit (Nugroho, 28). Penurunan fungsi ini disebabkan karena berkurangnya jumlah sel secara anatomis. Selain itu berkurangnya aktivitas, asupan nutrisi yang kurang, polusi, serta radikal bebas sangat mempengaruhi penurunan fungsi organ-organ tubuh pada lansia. Suatu penelitian di Inggris terhadap 1.255 orang lansia di atas usia 75 tahun, menunjukkan bahwa pada lansia terdapat gangguan fungsi kognitif pada susunan saraf pusat (45%) (Suhartini, 29). Dengan menurunnya kemampuan otak tersebut maka perlu diberikan stimulus atau rangsangan ke otak yang dapat meningkatkan kemampuan kognitif melalui gerakan-gerakan senam ringan. Salah satu upaya untuk menghambat kemunduran kognitif akibat penuaan yaitu dengan melakukan gerakan olahraga atau latihan fisik. Latihan yang dapat meningkatkan potensi kerja otak yakni meningkatkan kebugaran fisik secara umum dalam bentuk melakukan brain gym yaitu kegiatan yang merangsang intelektual yang bertujuan untuk mempertahankan kesehatan otak dengan melakukan gerak badan (Markam, 25). Senam otak atau lebih dikenal dengan brain gym sebenarnya adalah serangkaian gerakan sederhana yang dilakukan untuk merangsang kerja dan fungsi otak secara maksimal. Awalnya senam otak dimanfaatkan untuk anak yang mengalami gangguan hiperaktif, kerusakan otak, sulit konsentrasi dan depresi. Namun dalam perkembangannya setiap orang bisa memanfaatkannya untuk beragam kegunaan. Saat ini, di Amerika dan Eropa senam otak sedang digemari. Banyak orang yang merasa terbantu melepaskan stres, menjernihkan pikiran, meningkatkan daya ingat, dan sebagainya (Gunadi, 29). Hasil studi pendahuluan tes fungsi kognitif menggunakan kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) di Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama Indralaya menunjukkan bahwa dari 14 orang lansia di Panti Tresna Werdha Warga Tama Indralaya didapatkan 8 orang lanjut usia mengalami gangguan kognitif sedang dan 6 orang mengalami gangguan kognitif ringan dan sebagai studi awal yang bertujuan mengetahui apakah ada pengaruh senam otak pada daya ingat orang dewasa. Hal ini membuktikan bahwa memang mulai ada penurunan fungsi kognitif. Klien lanjut usia yang tinggal di panti memiliki resiko yang lebih besar mengalami dimensia dibanding dengan klien lanjut usia yang tinggal di rumah, klien lanjut usia yang tinggal di panti memiliki support system yang terbatas yang memungkinkan keterbatasan mereka dalam hal stimulasi terhadap memori masa lalu, tetapi keadaan ini tidak semuanya sama pada setiap lansia dan tidak ada jaminan pula bahwa setiap lansia yang tinggal di rumah memiliki support system yang lebih baik dari klien lansia yang tinggal di panti. Dari penelitian-penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat dan Eropa terhadap klien lanjut usia yang tinggal di rumah perawatan usia lanjut atau panti didapatkan ada 9% sampai dengan 26% wanita dan 5% sampai dengan 12% pria mengalami dimensia setiap saat (Kuntjoro, 26 dalam Yamin, 28) Berdasarkan uraian yang telah di sebutkan dalam latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh terapi brain gym terhadap tingkat kognitif Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama Indralaya Tahun 213. 1.2. Rumusan Masalah Apakah ada pengaruh terapi brain gym terhadap tingkat kognitif Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama Indralaya Tahun 213. 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah diketahuinya pengaruh terapi Brain Gym terhadap tingkat kognitif lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama Tahun 213. 1.3.2. Tujuan Khusus 1) Diketahuinya tingkat kognitif lansia sebelum diberikan terapi brain gym di Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama Indralaya Tahun 213. 2) Diketahuinya tingkat kognitif lansia setelah diberikan terapi brain gym di Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama Indralaya Tahun 213. 3) Diketahuinya pengaruh terapi Brain Gym terhadap tingkat kognitif lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama Indralaya tahun 213. 1.4. Landasan Teori 1.4.1. Gerontologi dan Geriatri Gerontologi berasal dari kata "Geros" dari bahasa yunani berarti lanjut usia dan "Logos" berarti ilmu. Gerontologi adalah suatu pendekatan ilmiah dari berbagai proses penuaan yaitu biologis, psikologis, sosial, ekonomi, kesehatan lingkungan, dan lain-lain (Depkes RI, 21; Maryam et al, 28). Geratri berasal dari kata geros dan iatriea yang artinya merawat/merumat. Geriatri adalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari tentang pencegahan penyakit dan kekurangannya pada lanjut usia. Sedangkan geriatric nursing adalah praktik keperawatan yang

berkaitan dengan penyakit pada proses menua (Nugroho, 28). 1.4.2. Lansia Menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 6 tahun ( Maryam et al, 28). 1.4.3. Kognitif Kognitif merupakan suatu proses pekerjaan pikiran yang dengannya kita menjadi waspada akan objek pikiran atau persepsi, mencakup semua aspek pengamatan, pemikiran dan ingatan (Dorland, 22). Fungsi kognitif merupakan suatu proses mental manusia yang meliputi atensi, persepsi, ingatan, bahasa dan kreativitas (http://id.wikipedia.org/wiki/kognisi). 1.4.4. Brain Gym Brain Gym pertama kali diciptakan oleh Paul E. Dennison, Ph.D. Brain Gym adalah serangkaian gerak sederhana yang menyenangkan dan digunakan oleh para murid di Educational Kinesiologi (Edu-K) untuk meningkatkan kemampuan belajar mereka dengan menggunakan keseluruhan otak. Brain Gym bermanfaat pula untuk melatih fungsi keseimbangan dengan merangsang beberapa bagian otak yang mengaturnya. Seperti dijelaskan Paul E. Dennison, Ph.D, otak manusia, seperti halogram, terdiri dari tiga dimensi dengan bagianbagian yang saling berhubungan sebagai satu kesatuan. Akan tetapi, otak manusia juga spesifik tugasnya di mana ketiga dimensi tersebut dalam aplikasi gerakan Brain Gym disebut dengan istilah dimensi Lateralitas, dimensi Pemfokusan serta dimensi Pemusatan. Fungsi gerakan Brain Gym yang terkait dengan 3 dimensi otak tersebut adalah untuk (1) menstimulasi dimensi lateralitas; (2) meringankan dimensi pemfokusan; dan (3) merelaksasikan dimensi Pemusatan (Dennison and Dennison, 26). 2. Metodologi Penelitian 2.1. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah Kuantitatif Pra-Eksperimen (Preexperimental Design) dengan menggunakan metode pra-pasca tes dalam satu kelompok (one-group pretest-posttest design). Ciri dan tipe penelitian ini adalah kelompok subjek di observasi sebelum dilakukan intervensi, kemudian di observasi lagi setelah intervensi (Nursalam, 23). 2.2. Populasi dan Sampel Penelitian 2.2.1. Popilasi Penelitian Populasi pada penelitian ini adalah seluruh lanjut usia di Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama di Indralaya Tahun 213. Saat ini Panti Tresna Werdha Warga Tama Indralaya menampung 1 orang lanjut usia yang terdiri dari 46 perempuan dan 54 laki-laki. 2.2.2. Sampel Penelitian Besar sampel Pada penelitian ini adalah 32 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan purposive sampling. 2.3. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama Indralaya Sumatera Selatan pada bulan Desember 212 sampai Januari 213. 2.4. Pembatasan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Panti Sosial Tresna Werdaha Warga Tama Indralaya Sumatera Selatan pada bulan Desember 212 sampai Januari 213 yang membahas tentang pengaruh tingkat kognitif lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama Indralaya dengan menggunakan teori Dennison. Subjek penelitian adalalah lansia yang mengalami penurunan kognitif. 2.5. Pengumpulan dan Pengolahan Data Prosedur penelitian dilakukan dengan cara memberikan rangkaian gerak Brain Gym empat kali seminggu selama dua minggu. Adapun rangkaian gerak Brain Gym dipilih sesuai dengan tujuan, yaitu gerakanyang dapat mempengaruhi tingkat kognitif. Gerakangerakan tersebut meliputi gerakan silang dan olengan pinggul, pengisi energi, gerakan tombol bumi, tombol imbang, saklar otak, kait relaks, mengaktifkan tangan, luncuran gravitasi, delapan tidur, dan menguap berenergi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode pre-test & post-test melalui pengukuran tingkat kognitif menggunakan kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE). Indikator keberhasilan diukur dengan adanya perubahan skor hasil tes tingkat kognitif sebelum dan sesudah diberi perlakuan. Data yag telah terkumpul diolah dengan tahap editing, coding, entry dan cleaning. Kemudian data dianalisis menggunakan uji analisa univariat dan bivariat dengan menggunakan uji paired T-Test. 3. Hasil dan Pembahasan 3.1. Hasil Penelitian 3.1.1. Analisis Univariat Tabel 3.1 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat Kognitif Sebelum Dilakukan Brain Gym di Panti Sosial TresnaWerdha Warga Tama Indralaya Tahun 213 Tingkat Kognitif Pre-test Ringan Sedang Berat Jumlah (F) 11 21 Persentase (%) 34,37 65,63 Total 32 1 Dari tabel 4.1 didapatkan bahwa dari 32 responden paling banyak responden mengalami penurunan kognitif sedang 21 orang (65,63%). Sedangkan responden dengan kategori ringan sebanyak 11 orang (34,37%). Tabel 3.2 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat Kognitif Sesudah Dilakukan Brain Gym di Panti Sosial TresnaWerdha Warga Tama Indralaya

Tahun 213 Dari tabel 4.2 dari 32 responden, paling banyak responden mengalami penurunan kognitif sedang 2 orang (62,5%). Sedangkan responden dengan kategori penurunan kognitif ringan sebanyak 6 orang (18,75%) serta responden dengan kategori normal terdapat terdapat 6 orang (18,75%). 3.1.2. Analisis Bivariat Tabel 3.3 Perbedaan Tingkat Kognitif Lansia Sebelum dan Sesudah Dilakukan Brain Gym di Panti Sosial TresnaWerdha Warga Tama Indralaya Tahun 213 Variabel Mean SD SE Sig N Tingkat Kognitif Pretest Postest 18,12 19,47 4,19 4,745,726,839, 32 Rata-rata tingkat kognitif lansia sebelum dilakukan brain gym adalah 18,12 dengan standar deviasi 4,19. Sedangkan rata-rata untuk tingkat kognitif lansia sesudah dilakukan brain gym adalah 19,47 dengan standar deviasi 4,745. Hasil uji statistik didapatkan nilai P Value =, menyatakan bahwa ada perbedaan yang signifikan ratarata tingkat kognitif lansia sebelum dan sesudah dilakukan brain gym pada lansia. 3.2. Pembahasan 3.2.1. Tingkat Kognitif Lansia Sebelum Dilakukan Brain Gym di Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama Indralaya Tahun 213 Distribusi frekuensi tingkat kognitif sebelum dilakukan brain gym didapatkan bahwa dari 32 responden paling banyak responden mengalami penurunan kognitif sedang 21 orang (65,63%). Sedangkan responden dengan kategori ringan sebanyak 11 orang (34,37%). Dari hasil penelitian di atas dapat menunjukkan bahwa sebagian besar lansia telah terjadi penurunan fungsi kognitif. Setiati, Harimurti & Roosheroe (26) menyebutkan adanya perubahan kognitif yang terjadi pada lansia, meliputi berkurangnya kemampuan meningkatkan fungsi intelektual. Kognitif merupakan suatu proses pekerjaan pikiran yang dengannya kita menjadi waspada akan objek pikiran atau persepsi, mencakup semua aspek pengamatan, pemikiran dan ingatan (Dorland, 22). Maka penatalaksanaan medis sangat diperlukan untuk meminimalisasi dan mengantisipasi penurunan kognitif pada lansia. Sesuai dengan teori Dennison (26) bahwa gerakan-gerakan pada brain gym dapat memberikan rangsangan atau stimulus pada otak, gerakan yang menimbulkan stimulus itulah yang dapat meningkatkan kemampuan kognitif (kewaspadaan, konsentrasi, kecepatan, persepsi, belajar, memori, pemecahan masalah dan kreativitas). Salah satu penelitian yang dilakukan oleh Lisnaini Tingkat Kognitif Jumlah Persentase Post-test (F) (%) Normal 6 18,75 Ringan 6 18,75 Sedang 2 62,5 Berat Total 32 1 (212) dengan metode quasi eksperimental didapatkan senam otak dapat meningkatkan fungsi kognitif dewasa muda. Pengukuran fungsi kognitif dengan Digit Span yaitu Subtest Digit Forward dan Subtest Backward dimana terdapat peningkatan 6,7 Digit Span setelah senam otak (p<,5). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti berpendapat bahwa sebagian besar lansia mengalami penurunan kognitif. Penurunan kognitif yang terjadi pada lansia, meliputi berkurangnya kemampuan meningkatkan fungsi intelektual, berkurangnya kemampuan mengakumulasi informasi baru dan mengambil informasi dari memori, serta kemampuan mengingat kejadian masa lalu lebih baik dibandingkan kemampuan mengingat kejadian yang baru saja terjadi. Penurunan kognitif tersebut disebabkan oleh penurunan yang terjadi pada fungsi sistem saraf pusat. Oleh karena itu perlu mengantisipasi dan meminimalisir perubahan yang terjadi pada lansia tersebut. Salah satu penatalaksanaan yang dilakukan untuk meningkatkan fungsi kognitif lansia yaitu dengan senam otak (brain gym). 3.2.2. Tingkat Kognitif Lansia Sesudah Dilakukan Brain Gym di Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama Indralaya Tahun 213 Distribusi frekuensi tingkat kognitif sebelum dilakukan brain gym didapatkan dari 32 responden, paling banyak responden mengalami penurunan kognitif sedang 2 orang (62,5%). Sedangkan responden dengan kategori penurunan kognitif ringan sebanyak 6 orang (18,75%) serta responden dengan kategori normal terdapat terdapat 6 orang (18,75%). Berdasarkan hasil penelitian di atas diketahui terdapat peningkatan kognitif pada lansia setelah dilakukan brain gym. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terapi brain gym yang dilakukan secara rutin dapat meningkatkan fungsi kognitif pada lansia. Markam (25) mengemukakan bahwa pemeliharaan otak secara fungsional dapat dilakukan dengan berbagai proses belajar, di antaranya dengan belajar gerak, belajar mengingat, belajar merasakan dan sebagainya. Semua proses belajar tersebut akan selalu merangsang pusat-pusat otak (brain learning stimulation), yang di dalamnya terdapat pusat-pusat yang mengurus berbagai fungsi tubuh. Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Dennison (26) bahwa senam otak (brain gym) adalah serangkaian gerak sederhana yang menyenangkan dan digunakan dari berbagai usia dan gerakan-gerakan pada brain gym dapat memberikan rangsangan atau stimulus pada otak, gerakan yang menimbulkan stimulus itulah yang dapat meningkatkan kemampuan kognitif

(kewaspadaan, konsentrasi, kecepatan, persepsi, belajar, memori, pemecahan masalah dan kreativitas). Berdasarkan penelitian di atas dapat diketahui bahwa tingkat kognitif lansia setelah senam otak (brain gym) empat kali seminggu selama dua minggu mengalami peningkatan, dengan intensitas dan waktu yang ringan mempunyai manfaat besar karena dapat menyelaraskan anggota gerak, pernafasan, dimana gerakan-gerakannya (gerakan menyilang) menimbulkan stimulus yang dapat terekam dalam otak dan fungsi kognitifpun meningkat. Dapat disimpulkan bahwa senam otak (brain gym) yang dilakukan secara rutin dapat meningkatkan fungsi kognitif pada lansia. 3.2.3. Perbedaan Tingkat Kognitif Lansia Sebelum dan Sesudah Dilakukan Brain Gym di Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama Indralaya Tahun 213 Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama Indralaya Tahun 213 dengan menggunakan uji T Dependen di dapatkan bahwa rata-rata tingkat kognitif sebelum dilakukannya senam otak (brain gym) dapat dilihat bahwa nilai sebelum, terdapat 21 responden dengan kategori penurunan kognitif sedang (65,63%), sedangkan responden dengan kategori penurunan kognitif ringan sebanyak 11 responden (34,37%). Sedangkan sesudah terapi terdapat 6 orang (18,75%) dengan kategori normal, 6 orang (18,75%) dengan kategori ringan sedangkan dengan kategori sedang sebanyak 2 orang (12.9%). Terdapat perbedaan nilai antara sebelum dan sesudah dilakukannya senam otak (brain gym). Hasil uji analisis didapatkan P value =, (p<,5) maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan bermakna antara sebelum dan sesudah dilakukannya senam otak (brain gym) dalam meningkatkan kognitif lansia. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Prasetya (21) di Panti Tresna Werdha Bhakti Yuswa Lampung tentang pengaruh terapi kognitif dan senam latih otak terhadap tingkat depresi lansia. Penelitian yang dilakukan dengan metode quasi exsperiment dan pre-post test design with control group, didapatkan hasil bahwa tingkat depresi menurun secara bermakna pada kelompok intervensi yang mendapatkan terapi kognitif dan senam otak dibandingkan dengan kelompok kontrol yang hanya mendapatkan terapi kognitif saja. Menurut penelitian yang dilakukan Festi ( 21) dengan uji statistic McNemar dan Chi-Square dengan taraf signifikansi (α) =.5 dengan hasil P =.16 pada uji McNemar dan pada uji Chi Square dengan hasil P =,3 didapatkan ada pengaruh brain gym terhadap fungsi kognitif lansia dengan jumlah sampel sebanyak 2 orang. Sesuai dengan fungsinya brain gym merupakan salah satu metode gerak dan latih otak, yang berguna dalam meningkatkan fungsi kognitif terutama pada lansia. Metode ini mengaktifkan dua belah otak dan memadukan fungsi semua bagian otak untuk meningkatkan kemampuan kognitif. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan Kuntarti et al. (29) Latihan senam otak yang dilakukan pada sekelompok warga berusia dewasa di RW 6 Kelurahan Ratu Jaya, Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok selama 1 bulan dapat meningkatkan rerata skor tes daya ingat jangka pendek secara bermakna. Hasil tes daya ingat jangka pendek sebelum dan sesudah senam otak pada 27 peserta menunjukkan bahwa terjadi peningkatan rerata skor sebesar 7,74 (CI 95%: 3,36-11,8; p<,5). Peningkatan terbesar terjadi pada kelompok lansia (6 tahun lebih) dibanding pada kelompok dewasa menengah (p>,5). Sesuai dengan teori Dennison bahwa kegiatan senam otak yang dilakukan secara teratur oleh kelompok usia dewasa menengah dan lansia dapat mencegah dan memperlambat penurunan daya ingat sebagai akibat proses menua. Senam otak telah diteliti dapat meningkatkan aktivitas otak melalui gerakangerakansederhana yang dirancang untuk mengaktifkan seluruh bagian otak. Di antara gerakan-gerakan dalam senam otak yang dikreasikan oleh Dennison & Dennison (22) yang bermanfaat dalam peningkatan perhatian dan daya ingat yaitu gerakan menyebrangi garis tengah tubuh (gerakan silang dan olengan pinggul, pengisi energi) gerakan meningkatkan energi dan penguatan sikap (gerakan tombol bumi, tombol imbang, saklar otak, kait relaks, mengaktifkan tangan, luncuran gravitasi). Gerakan-gerakan lain yang juga dapat digunakan untuk mengaktifkan otak dan meningkatkan konsentarasi, serta keseimbangan adalah delapan tidur, dan menguap berenergi. Temuan penelitian menunjukkan bahwa gerakan brain gym memberikan kontribusi terhadap peningkatan fungsi kognitif lansia di Panti. Setelah membandingkan teori dengan hasil penelitian yang ada, maka peneliti berpendapat bahwa kegiatan senam otak yang dilakukan secara teratur dapat mengaktifkan tiga dimensi otak. Dimensi pemusatan dapat meningkatkan aliran darak ke otak, meningkatkan penerimaan oksigen (mengharmonisasikan emosi dan pikiran rasional), dimensi lateralis akan menstimulasi koordinasi kedua belahan otak yaitu otak kanan dan otak kiri (memperbaiki pernafasan, stamina, melepaskan keregangan, mengurangi kelelahan dan lain-lain), dimensi pemfokusan untuk melepaskan hambatan fokus dari otak (memperbaiki kurang perhatian, kurang konsentrasi dan lain-lain) sehingga dapat menyebabkan fungsi kognitif lansia meningkat. Sehingga peneliti dapat menyimpulkan bahwa senam otak (brain gym) dapat meningkatkan fungsi kognitif lansia sehingga dapat bermanfaat dalam meminimalkan penurunan fungsi kognitif. 4. Simpulan dan Saran 4.1. Simpulan Berdasarkan uraian dari hasil penelitian dan pembahasan tentang pengaruh terapi senam otak di Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama Indralaya yang telah dilakukan penelitian selama dua minggu, dari tanggal 14 Januari - 28 Januari 213, maka peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Distribusi frekuensi pre-test terapi senam otak di Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama Indralaya, menunjukkan bahwa dari 32 responden, terdapat 21 responden dengan penurunan kognitif sedang (39,4%), sedangkan responden dengan kategori penurunan kognitif ringan sebanyak 11 responden (6,6%). 2. Distribusi frekuensi post-test terapi senam otak di Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama Indralaya,

menunjukan bahwa dari 32 responden, terdapat 2 responden dengan kategori penurunan kognitif sedang (62,5%) 6 responden dengan kategori penurunan kognitif ringan (18,75%) sedangkan responden dengan kategori kognitif normal sebanyak 6 responden (18,75%). 3. Terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat kognitif sebelum dan sesudah dilakukannya terapi senam otak (brain gym) (P value =,, α =,5). 4.2. Saran Dari penelitian yang telah dilakukan maka peneliti memberikan saran berkaitan dengan penelitian ini sebagai berikut : 1. Petugas Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama Indralaya agar dapat menerapkan terapi senam otak (brain gym) ini sebagai salah satu intervensi keperawatan dalam mengantisipasi dan meminimalisasikan penurunan tingkat kognitif pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama Indralaya Tahun 213. Diadakannya pelatihan mengenai terapi senam otak (brain gym) dalam membantu lansia yang mengalami penurunan fungsi kognitif yang dilakukan oleh petugas Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama Indralaya Tahun 213. 2. Diharapkan pada peneliti lain dapat melakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh senam otak (brain gym) terhadap lansia dengan penurunan fungsi kognitif. Dengan menggunakan desain penelitian yang berbeda misalnya dengan menggunakan kelompok kontrol dan variabel confounding. Melakukan penelitian yang serupa dapat juga dilakukan pada area penelitian yang berbeda, misalnya pengaruh terapi senam otak (brain gym) terhadap tingkat depresi lansia, atau dimensia. Melakukan penelitian dengan menggunakan teknik terapi lain, seperti dengan senam aerobik, pengisian TTS (Teka Teki Silang), terapi kognitif, dan lain-lain. Daftar Pustaka Badan Pusat Statistik Sumatera Selatan, 29 Penduduk dan Ketenaga Kerjaan. Sumatera Selatan, 21 Penduduk dan Ketenaga Kerjaan. Sumatera Selatan Denisson, P. E & Denisson,G. 22 Buku Panduan Lengkap Brain Gym Senam Otak. Grasindo, Jakarta, 26 Buku Panduan Lengkap Brain Gym Senam Otak. Grasindo, Jakarta Dorland, W. A. N., 22 Kamus Kedokteran Dorland Edisi 29, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta Festi, P., 21 Pengaruh Brain Gym Terhadap Peningkatan Fungsi Kognitif Lansia Dikarang Werdha Peneleh Surabaya. Jurnal Kesehatan (Http://www.Fik.Umsurabaya. Ac.Id/diakses 17 November 212) Gunadi, T., 29 24 gerakan meningkatkan kecerdasan anak. Penebar Plus. Jakarta Kuntarti, Gayatri, D. & Etty, R., 29 Pengaruh Senam Otak Pada Daya Ingat Orang Dewasa. Jurnal Kelompok Keilmuan Dasar Keperawatan & Keperawatan Dasar dan Kelompok Keilmuan Keperawatan Komunitas Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. From : URL:(http://staff.ui.ac.id/internal/138529/ publikasi/pengaruhsenamotakpadadayaingatora ngdewasa_uph.pdf) Lisnaini, 212 Senam Vitalitas Otak dapat Meningkatkan Fungsi Kognitif Dewasa Muda. from:url:(http//:www.akfis.uki.ac.id/asset/.../brain_gym_for_cognitive.pdf/diaks es15 November 212) Markam, et al., 25 Latihan Vitalisasi Otak. Grasindo. Jakarta Maryam, R.S., et al., 28 Mengenal Usia Lanjut Dan Perawatnnya. Salemba Medika, Jakarta. Nugroho, W., 28 Keperawatan Gerontik dan Geriatrik Edisi 3. EGC, Jakarta Nursalam, 23 Konsep dan penerapan metodologi penelitian: Pedoman skripsi, tesis & instrument penelitian keperawatan. Salemba Medika. Jakarta Prasetya, A.S., 21 Pengaruh Terapy Kognitif Dan Senam Latih Otak Terhadap Tingkat Depresi Dengan Harga Diri Rendah Pada Klien Lansia Di Panti Tresna Werdha Bhakti Yuswa Natar Lampung. Tesis UI (tidak dipublikasikan) Setiati, Harimurti & Roosheroe, 26 Kognitif pada lansia. From: URL: (http://repository.usu.ac.id/diakses2novemb er 212) Suhartini, 29 Penyusunan Model Olahraga Therapeutik Untuk Lansia. from: URL: (http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/131655 987/LAPORAN%2PENELITIAN%2MENEG PORA_1.pdf/diakses 15 November 212) Yamin, 28 penatalaksanaan klien lanjut usia yang mengalami demensia di Panti Tresna Werdha Teratai Palembang. Skripsi Program Studi Ilmu Keperawatan Bina Husada Wikipedia. 212 Kognisi(http://id.wikipedia.org/wiki/Kognisi/di akses 13 November 212).