PENINGKATAN SIFAT MAMPU ALIR U0 2 SECARA PROSES SOL-GEL



dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH WAKTU SINTER TERHADAP DENSITAS PELET UO 2 DARI BERBAGAI UKURAN SERBUK

PENENTUAN RASIO O/U SERBUK SIMULASI BAHAN BAKAR DUPIC SECARA GRAVIMETRI

PENGARUH KONSENTRASI MEDIA NH 4 OH TERHADAP BENTUK FASE GEL DAN KARAKTERISASI SETELAH PEMANASAN

PENETAPAN PARAMETER PROSES PEMBUATAN BAHAN BAKAR UO 2 SERBUK HALUS YANG MEMENUHI SPESIFIKASI BAHAN BAKAR TIPE PHWR

Sintesis Komposit TiO 2 /Karbon Aktif Berbasis Bambu Betung (Dendrocalamus asper) dengan Menggunakan Metode Solid State Reaction

PENGENALAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen

KARAKTERISASI INGOT PADUAN U-7Mo-Zr HASIL PROSES PELEBURAN MENGGUNAKAN TUNGKU BUSUR LISTRIK

SINTERING SUHU RENDAH ATAS KOMPAKAN SERBUK HALUS U02 DENGAN V ARIASI KANDUNGAN PELUMAS Zn-STEARAT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen.

I. PENDAHULUAN. Alumina banyak digunakan dalam berbagai aplikasi seperti digunakan sebagai. bahan refraktori dan bahan dalam bidang otomotif.

PENGARUH TEKANAN PENGOMPAKAN, KOMPOSISI Er 2 O 3 DAN PENYINTERAN PADA TEMPERATUR RENDAH TERHADAP KUALITAS PELET UO 2 + Er 2 O 3

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PROSES MANUFACTURING

Bab IV Hasil dan Pembahasan

PEMBUATAN SAMPEL INTI ELEMEN BAKAR U 3 Si 2 -Al

BAB III METODOLOGI PERCOBAAN

sehingga dihasilkan sebuah produk yang solid dengan bentuk seperti Karakteristik yang penting dari partikel adalah: distribusi serbuk dan ukuran

III.METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan terhitung pada bulan Februari Mei

METODE PENGUJIAN TENTANG ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR SNI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik CSZ-NiO untuk elektrolit padat

OPTIMASI PROSES REDUKSI HASIL OKSIDASI GAGALAN PELET SINTER UOz

BAB III KARAKTERISTIK DESAIN HTTR DAN PENDINGIN Pb-Bi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen.

Bab III Metodologi Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium. Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa,

PENGARUH PENAMBAHAN Cr2O3 TERHADAP DENSITAS PELET SINTER UO2

PENENTUAN DENSITAS KETUK SERBUK URANIUM OKSIDA HASIL PROSES OKSIDASI REDUKSI PELET U02 SINTER

Sifat fisika kimia - Zat Aktif

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 hingga bulan April 2013 di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada September hingga Desember 2015 di

PENGARUH VARIABEL KOMPAKSI TERHADAP MODULUS ELASTISITAS KOMPOSIT Al/SiC p DENGAN PERMUKAAN PARTIKEL SiC TERLAPISI ZnO

KARAKTERISASI PELET CAMPURAN URANIUM OKSIDA DAN ZIRKONIUM OKSIDA HASIL PROSES SINTER

METALURGI SERBUK (POWDER METALLURGY) Metalurgi Serbuk : Teknologi pemrosesan logam dimana part-part diproduksi dari serbuk metal.

PENGARUH KOMPOSISI SERAT KELAPA TERHADAP KEKERASAN, KEAUSAN DAN KOEFISIEN GESEK BAHAN KOPLING CLUTCH KENDARAAN PADA KONDISI KERING DAN PEMBASAHAN OLI

METALURGI SERBUK. By : Nurun Nayiroh

REAKTOR GRAFIT BERPENDINGIN GAS (GAS COOLED REACTOR)

Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom

SIDANG TUGAS AKHIR Pengaruh Waktu Milling dan Temperatur Sintering Terhadap Pembentukan PbTiO 3 dengan Metode Mechanical Alloying

Pramuko Ilmu Purboputro Jurusan Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta

PENGARUH WAKTU DAN KONSENTRASI AMONIAK SEBAGAI MEDIUM AGING PADA PROSES GELASI EKSTERNAL TERHADAP DIAMETER GEL ADU DAN KERNEL U 3 O 8

logo l RANCANG-BANGUN AKUISISI DATA DAN KONTROL UNTUK OPTIMASI PROSES PEMBUATAN GEL AMONIUM DIURANAT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PRODUKSI BAHAN BAKAR REAKTOR DAYA

SINTESIS DAN KARAKTER SENYAWA KOMPLEKS Cu(II)-EDTA DAN Cu(II)- C 6 H 8 N 2 O 2 S Dian Nurvika 1, Suhartana 2, Pardoyo 3

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

MATERI DAN PERUBAHANNYA. Kimia Kesehatan Kelas X semester 1

Bab III Metodologi Penelitian

PROSES PEMURNIAN YELLOW CAKE DARI LIMBAH PABRIK PUPUK

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2015 di

KARAKTERISASI LIMBAH RADIOAKTIF CAIR UMPAN PROSES EVAPORASI

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan energi di dunia akan terus meningkat. Hal ini berarti bahwa

PENGARUH VARIASI WAKTU PENAHANAN TERHADAP KEKERASAN PERMUKAAN, STRUKTUR MIKRO DAN LAJU KOROSI PADA ALUMINIUM 6061 DENGAN METODE UJI JOMINY

BAB III METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

Pot III : Pot plastik tertutup tanpa diberi silika gel. Pot IV : Pot plastik tertutup dengan diberi silika gel

ANALISIS UNSUR-UNSUR PENGOTOR DALAM YELLOW CAKE DARI LIMBAH PUPUK FOSFAT SECARA SPEKTROMETRI SERAPAN ATOM

PENGARUH SUHU DAN WAKTU PEMBUATAN LARUTAN SOL URANIUM PADA PROSES GELASI EKSTERNAL

OPTIMALISASI PROSES PEMEKATAN LARUTAN UNH PADA SEKSI 600 PILOT CONVERSION PLANT

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tahun 2011 di Laboratorium riset kimia makanan dan material untuk preparasi

4 Hasil dan Pembahasan

METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung anorganik yang. merupakan bahan utama paving block sebagai bahan pengganti pasir.

EFEK PENAMBAHAN Nb20S TERHADAP PELET SINTER U02 DARI PROSES ADU

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV PROSES PERLAKUAN PANAS PADA ALUMINIUM

Bab III Metodologi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian 16

BAB III METODE PENELITIAN

Seminar Nasional Mesin dan Industri (SNMI4) 2008

REAKTOR PENDINGIN GAS MAJU

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen yang dilakukan di

KARAKTERISASI PADUAN AlFeNiMg HASIL PELEBURAN DENGAN ARC FURNACE TERHADAP KEKERASAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2013 di

PENGARUH TEMPERATUR, WAKTU OKSIDASI DAN KONSENTRASI ZrO 2 TERHADAP DENSITAS, LUAS PERMUKAAN DAN RASIO O/U HASIL REDUKSI (U 3 O 8 +ZrO 2 )

PENGARUH KOMPOSISI SERAT KELAPA TERHADAP KEKERASAN, KEAUSAN DAN KOEFISIEN GESEK BAHAN KOPLING GESEK KENDARAAN

1. PENDAHULUAN. Perkembangan komposit berlangsung dengan sangat pesat seiring dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah dengan metode eksperimen murni.

PEMBUATAN ALUMINIUM BUSA MELALUI PROSES SINTER DAN PELARUTAN SKRIPSI

LIMBAH. Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4.

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MAGNET PERMANEN BAO.(6-X)FE2O3 DARI BAHAN BAKU LIMBAH FE2O3

3. Uraikan & jelaskan perbedaan yang mendasar antara teknik pressing & sintering konvensional dengan teknik pressing & sintering modern.

SIFAT FISIK DAN KEKUATAN BENDINGPADA KOMPOSIT FELDSPAR-KAOLINE CLAY

HASIL DAN PEMBAHASAN. (undisturb) dan sampel tanah terganggu (disturb), untuk sampel tanah tidak

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat

DIGESTI MONASIT BANGKA DENGAN ASAM SULFAT

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS BAHAN MAKANAN ANALISIS KADAR ABU ABU TOTAL DAN ABU TIDAK LARUT ASAM

1 BAB I PENDAHULUAN. Salah satu industri yang cukup berkembang di Indonesia saat ini adalah

ANALISIS KANDVNGAN PENGOTOR DALAM PELET VOz SINTER

PENENTUAN KANDUNGAN PENGOTOR DALAM SERBUK UO2 HASIL KONVERSI YELLOW CAKE PETRO KIMIA GRESIK DENGAN AAS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

Cara uji berat jenis tanah

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan Januari 2012

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Pengaruh pengelasan..., RR. Reni Indraswari, FT UI, 2010.

Teknologi Pembuatan Bahan Bakar Pelet Reaktor Daya Berbasis Thorium Oksida EXECUTIVE SUMMARY

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah terapan.

Transkripsi:

Presiding Pesentasi llmiah Daur Bahan BakarNukiir II ID0100132 PENINGKATAN SIFAT MAMPU ALIR U0 2 SECARA PROSES SOL-GEL Deni Juanda A.S.,Guntur Dam Sambodo Pusat Penelitian Teknik Nuklir ABSTRAK PENINGKATAN SIFAT MAMPU ALIR URANIUM DIOKSIDA SECARA PROSES SOL- GEL. Telah dilakukan perbaikan sifat mampu alir serbuk uranium dioksida secara proses sol-gel. Dalam mengantisipasi produksi pelet uranium secara masai (skala produksi), dengan dimensi pelet yang seragam, maka partikel uranium dioksida sebagai bahan baku harus dibentuk bulat. Sejumlah serbuk uranium dioksida dilarutkan dalam asam, kemudian dibentuk koloid sol. Untuk mendapatkan partikel bulat uranium dioksida dilakukan dengan cara penetesan koloid sol uranium kedalam parafin panas (suhu 90 C) sehingga membentuk koloid gel. Gel yang diperoleh kemudian dikeringkan pada suhu 800 C, dan disinter pada suhu 1700 C. Partikel uranium dioksida yang diperoleh diuji sifat mampu alirnya dengan menggunakan peralatan Flowmeter Hall (ASTM. B. 213-46T). Hasil pengukuran menunjukkan serbuk uranium setelah diproses mempunyai waktu alir sekitar dua kali lebih besar dari pada sebelum diproses. ABSTRACT URANIUM DIOXIDE POWDER FLOWABILITY IMPROVEMENT USING SOL-GEL PROCESS. The improvement of flowability characteristics of uranium dioxide powder has been done using sol-gel process. To anticipate a pellet mass production with uniform pellet dimension, the uranium dioxide powder must be have a spherical form. Uranium dioxide spherical powder has been diluted in acid transformed into sol colloidal solution. To obtain uranium dioxide spherical form, the uranium sol-colloidal solution has been dropped in a hot paraffin ( at the temperature of 90 C) to form gelatinous colloid and then dried at 800 "C, and sinterred at the temperature of 1700 C. The flowability of spherical uranium dioxide powder has been examined by using Flowmeter Hall (ASTM. B. 213-46T). The measurement result reveals that the sperical uranium dioxide powder has a flowability twice than that of unprocessed uranium dioxide powder. PENDAHULUAN Elemen bakar reaktor daya seperti PWR, BWR, dan PHWR menggunakan uranium dioksida sebagai bahan dapat belah. Salah satu tahap dalam pembuatan elemen bakar nuklir ialah pengompakan serbuk uranium dioksida menjadi suatu kompakan berbentuk silinder yang dikenal sebagai pelet mentah. Metoda pengompakan yang sudah handal ternyata dapat dilakukan dengan cara pengompakan dingin (cold pressing method) yang selanjutnya diikuti dengan penyinteran. Pengompakan ini dilakukan dengan menggunakaan mesin pres yang sudah dilengkapi dengan cetakan yang sesuai, tersusun dari beberapa cetakan sehingga hasil produksi menjadi lebih banyak apabila dilakukan dalam skala produksi masal. Permasalahan yang timbul dalam produksi ini adalah hal-hal yang berhubungan dengan karakteristik fisik serbuk sehingga hambatan proses dan ukuran pelet hasil produksi tidak terjadi. Salah satu syarat fisik serbuk yaitu harus bebas alir sehingga hanya dengan mengatur waktu secara otomatis, jumlah serbuk yang masuk kedalam cetakan sama, baik berat maupun volume. Dalam proses produksi masal yang bergantung pada kecepatan pengisian matrik, waktu alir sangat penting. Oleh karena itu syarat utama pengisian matrik yang dilakukan secara volumetrik, harus seragam dan cepat dengan tanpa adanya celah atau rongga dalam lubang matrik atau alat pengisi. Maka dari itu dipandang perlu untuk mengadakan perbaikan sifat mampu alir serbuk, baik dengan cara fisik maupun dengan cara kimia. 269

Prosiding Pesentasi ilmiah Daur Bahan Bakar Nuklir II Perbaikan sifat mampu alir secara fisik telah banyak dilakukan melalui proses goyang-kocok (shaking), sehingga partikelpartikel lain saling bertumbukan dan akhirnya bentuk partikel serbuk menjadi bulat seperti gambar 1. Perbaikan sifat mampu alir secara kimia akan dilakukan melalui proses sol gel sehingga partikel-partikel serbuk uranium dioksida dapat berbentuk bulat. Pengerjaan dilakukan berdasarkan metoda proses basah (kimia) yang dapat dipandang memiliki keunggulan dari segi hasil dibanding metode pengerjaan proses kering (fisika). Pemikiran ini didasarkan pada bentuk partikel yang lebih ideal dan dapat mengolah kembali pelet gagalan menjadi bahan dasar yang lebih baik. Pengerjaan dilakukan terhadap beberapa jenis serbuk uranium dioksida asal Jogja dan CEA Perancis sebagai bahan uji untuk membuktikan secara nyata, dilakukan pengukuran waktu alir hasil pengubahan dan bentuk fisiknya difoto dengan Measurescope (yang difoto salah satu). Gambar 1 : Bentuk partikel bulat uranium dioksida I5) TEORI Dalam metalurgi serbuk yang dimaksud dengan waktu aliran ialah kecepatan serbuk untuk bergerak diatas permukaan miring. Aliran dalam serbuk disebabkan adanya gaya berat dan gaya geser pada serbuk. Apabila serbuk bergerak yang disebabkan oleh gaya berat dalam satuan partikel dan tegangan geser, maka gerakan tersebut akan sebanding dengan berat yang dimiliki oleh setiap satuan partikel dengan batasan luas penampangnya tetap l1 2l3]. Kemampuan suatu serbuk untuk mengalir pada kondisi atmosfir melalui lubang corong atau alat pengumpul kedalam lubang matrik dalam selang waktu tertentu dinyatakan sebagai waktu alir. Hambatan terhadap aliran bergantung pada koefisien gesekan partikel, berkelompoknya partikel satu dengan yang lainnya, bentuk partikel, dan jumlah uap air yang terkandung (3 l Dalam pengujian biasanya ditentukan waktu yang diperlukan oleh sejumlah berat (volume) serbuk untuk mengalir melalui suatu corong baku. Dalam industri telah ditetapkan alat baku yang disebut Fiowmeter Hall (ASTM.B.213-46T). Corong alat ini memiliki sudut 60, dibuat dari alumunium yang dilicinkan atau gelas, untuk mengurangi gesekan antara butir dengan permukaan matrik [3 ' 4). Bentuk partikel serbuk yang diperdagangkan tidak berbentuk bola seperti yang diharapkan, tetapi diperoleh dalam bentuk dan ukuran yang berbeda. Oleh sebab itu perlu dilakukan perlakuan terhadap serbuk uranium dioksida dengan cara mengubah partikel serbuk uranium dioksida menjadi partikel berbentuk bulat, dimana partikel bentuk ini ideal sebagai bahan dasar untuk mendapatkan hasil pelet yang seragam, dan lebih jauh lagi memberikan konstruksi pelet (terutama dalam mikrostrukturnya) yang lebih bajk [3,4,5,6] Perlakuan pengubahan bentuk pertikel menjadi bentuk bulat dapat dilakukan dengan cara proses kering (fisika) dan proses basah (kimia). Kedua metode ini telah banyak dikembangkan. Dalam mengembangkan jenis bahan bakar ORNL, HTGR dll. "l telah ditemukan jenis bahan bakar sphere-pac fuel rods dan bahan bakar berbentuk bola yang dilapisi karbon pirolisis. Pembuatan bahan bakar kedua jenis ini diawali dengan pembuatan polimer uranium agar membentuk koloid sol, kemudian koloid sol ini diubah menjadi suatu gel yang berbentuk bulat dan padat dengan cara diteteskan ke dalam parafin panas dengan suhu 90 c C t?l. Dalam memanfaatkan teknologi tersebut serbuk UO 2 partikel bulat dapat juga dijadikan 270

Prosiding Pesentasi llmiah Daur Bahan Bakar Nuklir II sebagai bahan dasar pembuatan pelet. Hal ini didasarkan pada sifat fisik yang dimiliki oleh serbuk UO 2 partikel bulat terutama sifat mampu alirnya yang baik, dan selain itu apabila dibentuk pelet, menghasilkan bentuk pelet yang berdimensi seragam, serta mikrostrukturnya yang lebih baik [^6l?l. Prinsip dasar pengubahan bentuk partikel serbuk uranium dioksida menjadi bentuk bulat secara proses sol-gel (metoda basah), yaitu pembentukan uranium dioksida menjadi senyawa yang bersifat koloid sol dan dapat diubah menjadi koloid gel dengan perlakuan tertentu I6 ''. Uranium dioksida yang merupakan zat anorganik dapat dibentuk menjadi polimer besar (makromolekul) melalui penambahan heksametilen tetramin. Pembentukan ini diduga terjadi pada tingkat oksidasi keempat, dan membentuk sruktur polimer bermuatan yang tersusun dari tiga atom uranium yang dijembatani oleh hidroksida I6 7 l H,O. H 2 O " H,O UO,'. Polimer ini bermuatan positif sehingga apabila berada pada fasa air, maka akan membentuk suatu koloid hidrofil pada suhu dibawah 10 C dan bersifat metastabil. Sistim koloid ini memiliki sifat fisik yang khas yaitu pada ph 5-5,5, serapan optik maksimum 400-500 nm, dan dinamakan sebagai sistim larutan sol [6]. Sistim larutan sol, apabila direduksi kandungan airnya sebagai fasa pendisper, maka akan terbentuk suatu padatan- kenyal yang menyerupai agar, dan dikenal sebagai gel. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gel yang berbentuk bulat dengan cara menyemprotkan sistim larutan sol kedalam parafin panas 90 C sehingga tetesan-tetesan sistim larutan sol berbentuk bulat, dan selanjutnya membentuk gel berbentuk bulat. Gel berbentuk bulat yang merupakan "zat antara" partikel bulat uranium dioksida, setelah sampai pada penampungan, merupakan gel yang stabil (tidak berubah bentuk), sehingga dengan direndam amonia, kemudian dicuci alkohol, dan disintering (dalam kondisi dengan H 2 pada suhu 1700 C), partikel bulat uranium dioksida diperoleh. TATA KERJA -H+ +OH Bahan Uranium dioksida serbuk (sebagai bahan baku), Asam Nitrat 3 M (sebagai pelarut), Urea padatan, Heksa Metilen tetramin padatan, parafin cair, air panas. H,O UO', OH OH H 2 O '. UQ 2 " Peralatan Gelas kimia, Spatula sendok SS, botol semprot, magnetik stirer, ph meter, spektrofotometri, Flowmeter Hall (ASTM.B.213-46T), water bath, recirculating cooled, gelas desain khusus, pompa kompresor. H,O Gambar 2 Struktur polimer uranium bermuatan l6] Cara Kerja Pembuatan sol uranium Uranium dioksida serbuk, dilarutkan dalam asam nitrat 3 M, sambil dipanaskan pada suhu 40 C. Setelah semua larut menjadi warna hijau kuning, didinginkan sampai 271

Prosiding Pesentasi llmiah Daur Bahan Bakar Nuklir II temperatur kamar. Kemudian ditambah urea sebanyak ± 24 gram, dan selanjutnya ditambahkan HMTA sedikit demi sedikit sampai mencapai ph 5-5,5, dan serapan optik maksimum 400-500 nm. Pembuatan gel uranium. Sol yang telah terbentuk dilewatkan melalui nozzle dengan tekanan dan diameter tertentu, kedalam parafin panas bersuhu 90 C. Gel berbentuk bulat yang diperoleh direndam dalam alkohol, selanjutnya direndam dalam amonia 17 % selama 17 jam. Gel yang telah direndam dicuci dengan air, dan dikeringkan pada suhu 100 C. - Pembuatan partikel bulat serbuk UO 2 Gel berbentuk bulat yang telah kering, dipanggang pada suhu 800 C, sehingga zat volatil organiknya hilang dan gel uranium membentuk senyawa U 3 O 8 sebagai partikel bulat. Untuk mendapatkan partikel bulat UO 2, partikel bulat U 3 O 8, dipresinter dan selanjutnya disinter dengan kondisi sama seperti pada sintering pelet UO 2. - Pengukuran waktu alir dengan ffowmefer Hall, diameter dan bentuk partikel bulat UO Z, dengan Measurescope. HASIL DAN BAHASAN Pada gambar 3 dan 4 dapat dilihat bahwa waktu alir sebelum pengubahan (tampak pada gambar bar yang tidak diarsir), sangat berbeda jauh dengan waktu alir hasil pengubahan. Hal ini diduga ada beberapa faktor penyebab yang menjadikan sifat mampu alir sebelum pengubahan kurang baik, yaitu kadar air, bentuk partikel serbuk, dan bergerombolnya partikel-partikel kecil yang mengelilingi partikel besar 131. Akan tetapi sebaliknya serbuk hasil pengubahan menjadi bentuk bulat memberikan waktu alir hampir dua kali lebih kecil, hal ini diduga bahwa bentuk partikel bulat dapat memberikan sifat mampu alir yang lebih baik disebabkan oleh kemampuan mengeliminasi beberapa faktor yang menjadi pengaruh kurang baiknya sifat mampu alir tersebut. Selain itu bentuk partike! bulat yang diperoieh lebih sempurna, sehingga gaya gesek yang akan ditimbulkan oleh matrik dengan partikel tidak terjadi. Berdasarkan pendapat para peneliti terdahulu [1i2i3], bahwa apabila serbuk bergerak disebabkan oleh gaya berat dan. SibtlumdltoKufcan Gambar 3. Grafik hubungan diameter butir dengan waktu aiir, untuk jenis serbuk sebelum dan setelah dilakukan pengubahan bentuk jenis serbuk asal CEA Perancis. atabh dialoikl njubih.» Gambar 4. Grafik hubungan diameter butir dengan waktu alir, untuk jenis serbuk sebelum dan setelah dilakukan pengubahan bentuk jenis serbuk asal Yogyakarta. gaya geser, maka gerakan tersebut akan sebanding dengan berat yang dimiliki oleh setiap satuan partikel dengan syarat luas penampangnya tetap. Pendapat ini memberikan kenyataan yang sesuai terhadap hasil penelitian, sehingga dari gambar 4 memberikan informasi, bahwa semakin besar ukuran butir, waktu alir semakin kecil. Fenomena ini diduga, partikel dengan ukuran penampang lebih besar memberikan berat yang lebih besar. Berdasarkan pada penelitian sebelumnya l8 \ apabila serbuk UO 2 partikel bulat ini digunakan sebagai bahan baku jenis bahan bakar berbentuk pelet dengan distribusi ukuran butir tertentu, maka cukup dengan mengatur waktu pengaliran serbuk ke dalam cetakan akan diperoleh hasil pelet yang lebih seragam dibanding dengan bahan baku serbuk sebelum hasil pengubahan. 272

Prosiding Pesentasi llmiah Daur Bahan Bakar Nuklir II Pelet sebelum hasil pengubahan bentuk Pelet hasil pengubahan bentuk dengan cara sol-gel Gambar 5 : Pelet mentah yang ditekan pada tekanan 80 kg/cm 2 dari bahan serbuk asal jogja sebelum dilakukan pengubahan dan setelah dilakukan pengubahan Untuk mengetahui lebih jelas, partikel uranium dioksida asal Jogja (sebagai contoh) difoto dengan alat Measurescope baik sebelum maupun setelah dilakukan pengubahan (Gambar 6.a. dan 6.b.). Sedangkan jenis CEA perancis memberikan gambaran yang hampir sama dengan serbuk asal Jogja. Dari gambar 6 a. dapat dilihat, bahwa bentuk partikel UO 2 asal Jogja sebelum dilakukan pengubahan, bentuknya kurang bulat, bahkan ada beberapa bagian yang benar-benar tidak bulat, namun secara keseluruhan gambar tersebut menampakkan partikel berbentuk hampir bulat. Hal ini sebenarnya gambar 6.a. ini merupakan gambar partikel sebelum dilakukan pengubahan yang telah diayak pada range ayakan 200-250 (im, sehingga bentuk yang tampak pada gambar seolah-olah bentuk partikel yang telah dilakukan pengubahan berdasarkan proses fisika yaitu metode shaking. a) 1 cm= 75 urn Lain halnya dengan gambar 6.b.yang merupakan gambar partikel setelah dilakukan pengubahan bentuk berdasarkan proses solgel, sehingga tampak pada gambar tersebut, partikel berbentuk sempurna bulat. Dengan demikian, walaupun bentuk partikel tersebut dilakukan pengubahan dengan cara selain proses sol-gel, tetapi bentuk butir tidak akan memberikan bentuk bulat sempurna. SIMPULAN b) 1 cm= 75 Gambar 6 : a) Bentuk partikel UO 2 asal Jogja sebelum dilakukan pengubahan, di foto dengan perbesaran 30 X (250 urn) b). Bentuk partikel U0 2 asal Jogja setelah dilakukan pengubahan, di foto dengan perbesaran 30 X (250 urn) 1. Partikel uranium dioksida yang diolah dengan proses sol-gel mempunyai waktu alir yang lebih baik dibanding proses sebelum dilakukan pengubahan. 2. Bentuk partikel hasil proses sol-gel ternyata memberikan bentuk partikel yang lebih bulat dibandingkan terhadap hasil proses secara fisika (shaking) DAFTAR PUSTAKA [1]. GAELZEL C.G.,. Treatise on Powder Metallurgy Vol- I Interscience Publisher Inc. New York 1949. [2], WALKER R.F., Mechanism of Material Transfort during sintering, J. Am Ceram Soc. 38(6)187 1955. 273

Presiding Pesentasi llmiah Daur Bahan Bakar Nuklir II [3]. CABLE R.I., Sintering crystalline solid, I Intermediate and Final State Diffusion Mode! 1961. [4]. WILSON G. and A. PATEL, Recent advance in sol-gel processing for improved materials synthesis overview. Vol. 9 Banbury-Oxforshire 1973. [5]. ABOU ZAHRA A., G. POTT., An Example of Technology Transfer in the Field of Nuclear Fuels and Safety of Reactor Pressure Vesl to a Developing Country, Presented at International Conference, and Prospec. October-Grado/ltaly 1961. [6]. BRINKER C.J. and G.W. SHERER. Solgel science, Sadiego: Academic Press1960. [7]. HALIM A.A., Fabrication and quality control of LWR-Nuctear Fuel Rods. Sphere-Pac Fuel Rods part I, Metallurgy Dept., Atomic Research Centre Cairo - Egypt 1981. [8]. GUNTUR D.S., dan D. JUANDA A.S., Penentuan sistim susun mampat serbuk UO 2 hasil proses solgel, Kolokium PPTN, Mei 1996. TANYA JAWAB 1. Sunarhadijoso Masalah yang dimunculkan dalam penelitian ini adalah ketidakseragaman dimensi dan sulitnya pemanfaatan kembali pelet gagalan. Apa hubungan ke dua hal tersebut dengan sifat mampu alir, dan bagaimana efek hasil percobaan ini terhadap dua masalah di atas. Deni Juanda Pada pembuatan pelet secara masal sangat bergantung pada kecepatan pengisian matriks. Oleh karena itu apabila bentuk butir tidak ditingkatkan sifat mampu alirnya, maka akan dihasilkan pelet yang tidak seragam. Begitu juga korelasinya pada pemanfaatan kembali hasil gagalan pelet. Dalam produksi, gagalan pelet dapat dipergunakan kembali setelah dilakukan pengubahan bentuk butir menjadi bulat yang efeknya dapat meningkatkan sifat mampu alir. 2. Anwar Muchsin Apakah proses sol-gel dapat dipadukan dalam proses pembentukan serbuk UO 2 sehingga dapat mempercepat proses produksi? Dengan adanya penambahan proses ini apakah sudah diperhatikan sifat-sifat kimia maupun fisisnya? DeniJuanda Pada prinsipnya bisa, apabila pada proses pembentukan UO 2 yang telah dilakukan ada tahap pembentukan UO 2 (NO 3 ) 2. Proses ini merupakan alternatif baru, penelitian yang mendukung sudah dilakukan dengan memperhatikan sifatsifat tersebut. 3. Sudarmadi Pada abstrak dijelaskan bahwa pengubahan bentuk partikel menjadi bentuk bulat secara proses basah lebih unggul dibandingkan dengan proses kering. Mohon dijelaskan keunggulan proses basah tersebut. Deni Juanda Kalau dikatakan lebih unggul, tentu saja dalam batasan beberapa hal, sedangkan yang lainnya belum tentu. Oleh sebab itu proses peningkatan bentuk serbuk secara proses sol-gel lebih baik daripada proses kering dalam hal: - sifat mampu alirnya - bentuk butir bulat sempurna - dapat mengeliminasi sifat fisik serbuk yang kurang baik secara umum. 274