BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. remaja itu sendiri, karena status tersebut memberi waktu kepada remaja untuk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rinci masa remaja dibagi ke dalam 3 tahap yaitu: usia tahun adalah masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973). Menurut Sarwono (2011),

BAB I PENDAHULUAN. psikis, maupun secara social (Sudarsono, 2004). Inilah yang disebut sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. menyenangkan, dimana terjadi juga perubahan pada dirinya baik secara fisik,

PENDAHULUAN Latar Belakang Memasuki era globalisasi yang penuh dengan persaingan dan tantangan, bangsa Indonesia dituntut untuk meningkatkan Sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahkan hal ini sudah terjadi sejak dulu. Kenakalan remaja, seperti sebuah

I. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya dijelaskan bahwa remaja merupakan masa peralihan antara masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sekolah. Perkelahian tersebut sering kali menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intany Pamella, 2014

BAB I PENDAHULUAN. merupakan peralihan transisi dari masa kanak-kanak ke masa remaja.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan antara masa anak dan masa dewasa. Masa ini juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kembang remaja. Istilah remaja sendiri berasal dari bahasa latin yaitu adolescere

I. PENDAHULUAN. kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa

LAPORAN PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA EGOSENTRISME DAN KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa remaja, terjadi proses pencarian jati diri dimana remaja banyak

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang sangat kompleks. Banyak hal yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan suatu periode yang disebut sebagai masa strum and drang,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara logis anak memiliki dua nilai fungsi, yakni fungsi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. bagi perubahan besar sebuah negara. Ujung tombak sebuah negara ditentukan

BAB I PENDAHULUAN. juga adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal (Kartono, 2013:6).

BAB I PENDAHULUAN. manusia, yang menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa (Santrock,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman membuat manusia harus bisa beradaptasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa dimana seseorang akan mulai

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

BAB I PENDAHALUAN. A. Latar Belakang Masalah. status sebagai orang dewasa tetapi tidak lagi sebagai masa anak-anak. Fase remaja

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. peralihan dari satu tahap anak-anak menuju ke tahap dewasa dan mengalami

I. PENDAHULUAN. Remaja sebagai bagian dari masyarakat merupakan mahluk sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. berikutnya. Artinya apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. namun akan lebih nyata ketika individu memasuki usia remaja.

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, remaja, dan generasi muda pada umumnya (Waluyo, 2011).

14 Karena percaya diri saya yang tinggi maka sata tidak akan menuruti saran dan pendapat temanteman

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibicarakan, dapat dilihat pada akhir akhir ini telah timbul akibat negatif

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU KONFORMITAS DENGAN PERILAKU DELINKUEN REMAJA SMA NEGERI 1 POLANHARJO NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja berlangsung proses-proses perubahan secara biologis,

BAB II LANDASAN TEORI. yang diamati secara umum atau objektif. Hal tersebut senada dengan pendapat Sarwono (2001)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pembentukan kepribadian akan sangat ditentukan pada masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah merupakan lembaga pendidikan dasar dan menengah dijajaran

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia sesuai Visi Indonesia Sehat 2010 ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. banyak mengalami perubahan serta kesulitan yang harus dihadapi. Masa remaja. hubungan lebih matang dengan teman sebaya.

SKRIPSI IDENTIFIKASI FAKTOR PENYEBAB KENAKALAN REMAJA PADA SISWA SMP PGRI 4 KOTA JAMBI. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan. Menurut World Health Organization (WHO (2010) remaja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan dalam kehidupan manusia.remaja mulai memusatkan diri pada

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA KARENA KENAKALAN REMAJA DI RT RW VI KELURAHAN DARMO SURABAYA

I. PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa, dimana individu berjuang untuk tumbuh menjadi sesuatu,

PENDAHULUAN. disebut sebagai periode pubertas, pubertas (puberty) adalah perubahan cepat pada. terjadi selama masa remaja awal (Santrock, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. dengan masa remaja, kemudian masa dewasa. Masa remaja adalah masa. fisik, kognitif dan sosial emosional (Santrock, 2003).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Salah satu tugas perkembangan siswa yaitu mencapai hubungan baru dan yang

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS TERHADAP TEMAN SEBAYA DENGAN KECENDERUNGAN KENAKALAN PADA REMAJA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia,1998), seringkali menjadi tema dari banyak artikel, seminar, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescere (kata

BAB I PENDAHULUAN. positif ataupun negatif. Perilaku mengonsumsi minuman beralkohol. berhubungan dengan hiburan, terutama bagi sebagian individu yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar

RASA BERSALAH PADA REMAJA NAKAL SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Neng Kokom Komariah, 2015

BAB I PENDAHULUAN. yang menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada usia ini individu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sehingga hal ini masih menjadi permasalahan dalam kesehatan (Haustein &

BAB 1 PENDAHULUAN. Masyarakat dunia khususnya bangsa Indonesia, saat ini sedang dihadapkan

BAB I PENDAHULUAN. alkohol, napza, seks bebas) berkembang selama masa remaja. (Sakdiyah, 2013). Bahwa masa remaja dianggap sebagai suatu masa dimana

BAB I PENDAHULUAN. keamanan yang akan membantu proses belajar seorang siswa. Pada. kenyataannya setiap sekolah yang ada di Indonesia belum bisa

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan muncul generasi-generasi yang berkualitas. Sebagaimana dituangkan

BAB I PENDAHULUAN. tetapi merambah di semua kalangan. Merokok sudah menjadi kebiasaan di

BAB I PENDAHULUAN. memasuki masa dewasa (Rumini, 2000). Berdasarkan World Health. Organization (WHO) (2010), masa remaja berlangsung antara usia 10-20

BAB I PENDAHULUAN. Merokok dapat mengganggu kesehatan bagi tubuh, karena banyak. sudah tercantum dalam bungkus rokok. Merokok juga yang menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan emosi, perubahan kognitif, tanggapan terhadap diri sendiri

BAB I PENDAHULUAN. Perhatian dunia pendidikan terhadap remaja semakin besar dan. meningkat.banyak ahli maupun praktisi yang memberikan perhatian besar

BAB II LANDASAN TEORI Remaja, Karakteristik dan Tugas Perkembangannya. adolescence yang diadopsi dari bahasa latin adolescere yang artinya

BAB I PENDAHULUAN. Manusia selalu melakukan berbagai aktivitas yang rutin dalam menjalani

BAB I PENDAHULUAN. Hampir setiap hari kasus perilaku agresi remaja selalu ditemukan di media

BAB I PENDAHULUAN. setiap aspek kehidupan seperti menjadi lebih terbuka menerima teknologi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. hidup semaunya sendiri, karena di dalam kehidupan bermasyarakat terdapat

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dalam kehidupan manusia, dimana seseorang sudah tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sekolah, mengontrol diri dan bertanggungjawab serta berperilaku sesuai dengan

HUBUNGAN TEMAN SEBAYA DENGAN KENAKALAN REMAJA DI SMA NEGERI 8 KOTA JAMBI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam usaha mencapai tujuan bangsa Indonesia yaitu mewujudkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN 1.5. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. dan Effendi (1995) penelitian eksplanatory yaitu tipe penelitian untuk

BAB I PENDAHULUAN. membentuk perilaku sosial anak menjadi lebih baik dan berakhlak.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Masa remaja merupakan masa transisi, remaja merasakan keraguan akan peran yang harus dilakukan. Status remaja yang tidak jelas menguntungkan bagi remaja itu sendiri, karena status tersebut memberi waktu kepada remaja untuk mencoba melakukan perlakuan yang tidak seharusnya atau kekerasan di gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai, dan sifat yang sesuai bagi dirinya (Hurlock, 2004). Remaja merupakan bagian dari pemuda yang sedang dalam proses mengembangkan dirinya sendiri maupun lingkungan yang akan mempengaruhi cita-citanya, keagamaannya, dan juga akan mempengaruhi masa depannya. Masa remaja sering dianggap sebagai masa yang sulit, bermasalah dan rentan terhadap masalah identitas ego (Hurlock, 2004). Masa remaja mempunyai arti yang khusus karena di dalam proses perkembangannya menempati fase yang tidak jelas. Remaja bukan termasuk golongan anak maupun golongan dewasa. Masa remaja berada diantara masa anakanak dan masa dewasa sehingga masa remaja disebut juga masa peralihan. Masa remaja berlangsung dari usia 12 tahun hingga usia 21 tahun. Masa remaja dibagi kedalam tiga tahap, yaitu usia 12-15 tahun adalah masa remaja awal, 15-18 tahun adalah remaja tengah, 18-21 tahun adalah masa remaja akhir (Mönks dkk,2002). 1

2 Dalam masa remaja, remaja berusaha untuk melepaskan diri dari ikatan orang tua dengan tujuan untuk menemukan jati dirinya. Proses memisahkan diri dari orang tua diikuti dengan proses untuk mencari dan bergabung dengan temanteman sebaya karena merasa senasib. Perasaan senasib inilah yang membuat individu bergabung dalam kelompok dan menaati peraturan di dalamnya walaupun norma-norma kelompok tersebut bertentangan dengan norma-norma yang baik (Mönks dkk, 2002). Pada masa remaja terjadi perubahan baik fisik, psikis, maupun sosial yang pesat dan berbeda dari masa sebelumnya, menurut Romero dan Romero (dalam Millatina dkk, 2011) berbagai perubahan yang terjadi menantang remaja untuk cenderung berperilaku melebihi batas yang diterima secara sosial. Para remaja dalam menghadapi permasalahannya ada yang mampu memenuhi tuntutan di lingkungannya, akan tetapi ada yang tidak mampu memenuhi tuntutan yang ada di lingkungannya, yang sangat cepat bertambah dan berubah (Kartono, 1990). Hal ini dapat mengarahkan pada munculnya kecenderungan kenakalan remaja. Sebagai sebuah kecenderungan, maka kenakalan remaja sewaktu-waktu dapat muncul kepermukaan sebagai perilaku yang membahayakan remaja sendiri juga masyarakat (Millatina dkk, 2011). Remaja mulai menemukan diri sendiri, segala sesuatu yang menyangkut diri sendiri akan menjadi sangat penting. Remaja juga mulai menemukan nilai-nilai dan norma-norma baru yang dianggapnya lebih unggul. Remaja tidak ingin dianggap sebagai kanak-kanak lagi dan ingin segera menjadi dewasa. Oleh karena itu, remaja

3 berlagak seperti orang dewasa diantaranya dengan merokok, kebut-kebutan saat naik motor, banyak berbohong dan lain sebagainya (Kartono, 2008). Menurut Santrock (2003) kenakalan remaja merupakan kumpulan dari berbagai perilaku remaja yang tidak dapat diterima secara sosial hingga terjadi tindakan kriminal. Menurut Jensen (dalam Sarwono, 2006) ada 4 ciri-ciri kenakalan remaja yaitu: kenakalan yang menimbulkan korban fisik, kenakalan yang menimbulkan korban materi, kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban di pihak orang lain, kenakalan yang melawan status. Bentuk kenakalan remaja menurut Sunarwiyati (dalam Unayah & Sabarisma, 2015) terbagi menjadi tiga tingkatan diantaranya adalah kenakalan biasa (suka berkelahi, membolos sekolah), kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan (mengendarai motor tanpa SIM, mengambil barang tanpa ijin), dan kenakalan khusus (penyalahgunaan narkotika, seks bebas). Kasus kenakalan remaja di Indonesia mengalami peningkatan cukup signifikan, yaitu sebesar 36,66%, pada tahun 2011 tercatat ada 30 kasus kenakalan remaja dan pada tahun 2012 tercatat ada 40 kasus kenakalan remaja (www.beritasatu.com). Di Probolinggo satpol PP saat razia menemukan 4 siswa SMP, 10 siswa SMK dan pasangan kekasih yang sedang berduaan yang membolos sekolah. Razia yang digelar Satpol PP dilakukan secara rutin untuk membina siswa, dan juga karena laporan dari warga sekitar bahwa terdapat beberapa tempat yang di datangi siswa saat membolos (Jawapos.com). Remaja yang merokok setiap tahunnya mengalami peningkatan. Pada umumnya remaja mulai merokok usia 9-12 tahun. Terdapat 1.100 juta penghisap

4 rokok didunia yang 45% masih pelajar. Hasil angket Yayasan Jantung Indonesia sebanyak 77% siswa merokok karena ditawari teman. Menurut hasil survei Sensus Nasional tahun 2004 jumlah perokok usia 19 tahun meningkat menjadi 78,2% dari 68,8% pada tahun 2001 (Ardiyansyah, dalam Nabila, dkk 2011). Pada tahun 2007 remaja yang mengkonsumsi minuman keras mengalami peningkatan, berdasarkan Riset Kesehatan Dasar Departemen Kesehatan jumlah remaja pengonsumsi miras di Indonesia masih diangka 4,9%, tetapi pada 2014 berdasarkan hasil riset yang dilakukan Gerakan Nasional Anti Miras (GeNAM) jumlahnya melonjak drastis hingga menyentuh angka 23% dari total jumlah remaja Indonesia yang saat ini berjumlah 63 juta jiwa atau sekitar 14,4 juta orang (newsdetik.com). Penggunaan narkoba di Indonesia menurut penelitian Puslitkes Universitas Indonesia (UI) dan Badan Narkotika Nasional (BNN) pada tahun 2016 pengguna narkoba pelajar dan mahasiswa mencapai 27,32% (newsrepublika.co.id). Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 18 November 2017 disalah satu sekolah di Yogyakarta diperoleh data bahwa tujuh siswa lebih memilih membolos pada saat jam pelajaran, salah satu dari siswa tersebut mengatakan bahwa malas untuk mengikuti pelajaran di karenakan guru yang mengampu mata pelajaran tersebut galak. Empat dari tujuh siswa mengaku bahwa keempat siswa tersebut sering membolos pelajaran, siswasiswa tersebut sering tidak mengikuti pelajaran sampai akhir karena malas. Salah satu dari siswa tersebut mengaku bahwa setiap minggu pasti membolos. Tiga siswa tersebut mengaku bahwa ketika membolos pelajaran yang dilakukan adalah pulang kerumah dan satu siswa pergi ke warung ketika membolos. Hal tersebut sesuai

5 dengan ciri-ciri kenakalan remaja yaitu kenakalan yang melawan status sebagai siswa (membolos) menurut Jensen (dalam Sarwono, 2006). Empat dari sebelas siswa mengaku pernah membantah orang tua. Responden mengaku bahwa membantah orang tua karena malas, dan kadang orang tua memerintah saat responden sedang lelah jadi responden membantahnya. Satu dari empat responden mengaku membantah orang tua saat sedang badmood. Data tersebut sesuai dengan ciri-ciri kenakalan remaja yaitu kenakalan yang mengingkari status sebagai anak menurut Jensen (dalam Sarwono, 2006). Wawancara selanjutnya yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 18 November dan 19 November 2017 di salah satu sekolah di Yogyakarta diperoleh bahwa tujuh dari sebelas siswa mengaku pernah berkelahi dengan teman sekolahnya. Lima siswa dari tujuh siswa mengaku awalnya berkelahi karena diejek oleh temannya dan siswa-siswa tersebut sudah tidak tahan dengan perkataan temannya sehingga terjadi perkelahian. Sedangkan dua dari tujuh siswa yang berkelahi memiliki alasan yang berbeda. Satu diantaranya mengaku berkelahi dengan temannya karena di tantang oleh temannya. Dan satu siswa lainnya berkelahi karena supporter atau saat melihat bola supporter dari tim lawan yang didukung membuat kegaduhan. Hal tersebut sesuai dengan ciri-ciri kenakalan remaja yaitu kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain (perkelahian) menurut menurut Jensen (dalam Sarwono, 2006). Data yang diperoleh selanjutnya adalah enam dari sebelas siswa mengaku merokok. Tiga dari responden mengatakan bahwa merokok awalnya karena ikutikutan teman dua diantaranya sampai sekarang menjadi kecanduan. Sedangkan tiga

6 siswa lainnya mengaku awal dari merokok karena penasaran ingin mencoba rokok. Satu diantaranya mengaku bahwa saat ini sudah tidak merokok lagi. Responden mengaku mulai merokok pada saat duduk dibangku SMP. Data tersebut sesuai dengan ciri-ciri kenakalan remaja menurut Jensen (dalam Sarwono, 2006). Wawancara selanjutnya diperoleh bahwa empat dari sebelas siswa pernah mencoret-coret tembok dan meja. Keempat responden tersebut mengaku bahwa mencort-coret meja hanya karena iseng, spotanitas, dan bosan pada saat jam pelajaran berlangsung. Satu responden menuliskan nama instagram pada meja yang di coret-coret. Sedangkan tiga responden lainnya hanya mencoret-coret yang tidak jelas di meja. Data yang diperoleh tersebut sesuai dengan ciri-ciri kenakalan remaja menurut Jensen (dalam Sarwono, 2006), yaitu kenakalan yang menimbulkan korban materi. Pada masa remaja, seharusnya remaja mampu memenuhi tugas perkembangannya. Menurut Havighurst (dalam Sarwono, 2006) tugas perkembangan remaja diantaranya adalah menerima kondisi fisik dan memanfaatkan tubuhnya secara efektif, menerima hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya dari jenis kelamin yang manapun, berusaha melepaskan diri dari ketergantungan emosi terhadap orang tua dan orang dewasa lainnya, merencanakan tingkah laku sosial yang bertanggung jawab, dan mencapai sistem nilai dan etika tertentu sebagai pedoman tingkah lakunya. Tercapai atau tidaknya tugas-tugas perkembangan ditentukan oleh tiga faktor, yaitu kematangan fisik, desakan dari masyarakat, dan motivasi dari individu yang bersangkutan (Jensen, dalam Sarwono 2006).

7 Remaja seharusnya mulai memberikan perhatian yang besar terhadap berbagai lapangan kehidupan yang akan dijalani di masa depan, diantaranya yang perlu diperhatikan adalah pendidikan. Remaja yang berstatus sebagai pelajar seharusnya mampu belajar dengan bersungguh-sungguh untuk mencapai hasil dan prestasi yang maksimal (Desmita, 2006). Bagi remaja sekolah dipandang sebagai lembaga pendidikan yang sangat berpengaruh terhadap terbentuknya konsep dan wawasan di kehidupan mendatang. Remaja menyadari bahwa prestasi yang dicapai itu baik akan membuat hidup remaja menjadi lebih baik (Fatimah, 2010). Kenakalan remaja yang terjadi pada masa remaja ini seharusnya dapat dikurangi intensitasnya. Hal ini perlu dilakukan karena mengingat bahwa remaja merupakan harapan sebagai generasi penerus maupun ujung tombak untuk membangun bangsa dan negaranya. Harapan dari bangsa atau negara adalah memiliki remaja yang berkualitas, baik secara mental maupun spiritual serta mempunyai semangat untuk maju meneruskan cita-cita perjuangan yang telah dirintis oleh pendahulunya. Masa depan bangsa dan negara terletak dipundak dan merupakan tanggung jawab remaja (Basri, dalam Saputro & Soeharto 2012). Banyak dampak negatif dari kenakalan-kenakalan remaja bagi dirinya sendiri maupun orang yang berada disekeliling remaja. Bila tidak segera di tangani, akan tumbuh menjadi sosok yang berkepribadian buruk. Remaja yang melakukan kenakalan-kenakalan tertentu pastinya akan di hindari atau malah akan di kucilkan oleh banyak orang, remaja tersebut hanya akan dianggap sebagai penganggu atau orang yang tidak berguna (kompasiana.com). Kenakalan remaja sudah merupakan bagian yang besar dalam kejahatan. Kebanyakan penjahat yang sudah dewasa

8 umumnya sudah sejak mudanya menjadi penjahat, sudah merosot kesusilaannya sejak kecil (www.wawasanpendidikan.com). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya kenakalan remaja. Menurut Santrock (2003) faktor-faktor dari kenakalan remaja diantaranya adalah identitas, kontrol diri, usia, jenis kelamin, harapan terhadap pendidikan dan nilainilai di sekolah, proses keluarga, pengaruh teman sebaya, kelas sosial ekonomi, dan kualitas lingkungan sekitar tempat tinggal. Dari faktor pengaruh teman sebaya tersebut peneliti menggunakan konformitas teman sebaya menjadi variabel bebas penelitian ini. Pada masa remaja, remaja lebih sering menghabiskan waktu bersama dengan teman sebayanya dibandingkan dengan keluarga. Pengaruh kelompok teman sebaya sangat erat pada masa remaja, sehingga membuat remaja bersikap konformitas (Desmita, 2006). Remaja lebih sering berada di luar rumah bersamasama dengan kelompok teman sebayanya sehingga kelompok teman sebayanya menuntut remaja untuk menyesuaikan diri (conform) dalam segala hal yang ada di dalam kelompok tersebut (Mahdalela, dalam Saputro & Soeharto 2012). Konformitas menurut Baron & Byrne (2005) adalah suatu jenis pengaruh sosial dimana individu mengubah sikap dan tingkah laku remaja agar sesuai dengan norma sosial yang ada. Aspek konformitas teman sebaya menurut Taylor, dkk. (2004) diantaranya adalah peniruan, penyesuaian, kepercayaan, kesepakatan, dan ketaatan. Menurut Kartono (2008) kenakalan pada remaja bisa disebabkan oleh konformitas terhadap teman sebayanya. Remaja yang telah masuk ke dalam kelompok teman sebaya akan diberikan posisi sosial, penghargaan, harga diri dan kehormatan apabila remaja tersebut bersikap setia dan konform terhadap kelompok.

9 Keinginan remaja untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan kelompok agar diri remaja diterima ke dalam kelompok teman sebaya, membuat remaja berperilaku konform dengan kelompoknya. Apabila kelompok berperilaku nakal maka remaja cenderung akan berperilaku nakal pula. Jika kecenderungan suatu kelompok teman sebaya menjadikan perilaku nakal tersebut sebagai norma kelompok, maka remaja yang tergabung di dalamnya akan cenderung mengikuti, apalagi jika pemimpin yang dominan dalam kelompok tersebut mengarahkan remaja untuk berperilaku nakal (Saputro & Soeharto, 2012). Pada sebuah penelitian yang dilakukan oleh Santrock (1996) terhadap 500 pelaku kenakalan remaja dan 500 remaja yang tidak melakukan kenakalan remaja di Bostom, ditemukan persentase kenakalan lebih tinggi pada remaja yang memiliki hubungan reguler dengan teman sebaya yang melakukan kenakalan. Konformitas terhadap teman sebaya mempunyai efek yang kuat terhadap tingkah laku remaja. Tekanan untuk melakukan konformitas bermula dari adanya aturan-aturan yang telah disepakati bersama dalam kelompok, baik yang tertulis maupun tidak tertulis, yang memaksa individu untuk bertingkah-laku yang seharusnya atau semestinya (Baron dan Byrne, 2005). Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan, rumusan masalah yang diajukan pada penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara konformitas teman sebaya dengan kenakalan pada remaja?.

10 I. Tujuan penelitian B. Tujuan Dan Manfaat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan antara konformitas teman sebaya dengan kenakalan pada remaja. II. Manfaat penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam perkembangan keilmuan, khususnya Psikologi Sosial dan Psikologi Perkembangan : Menambah kajian ilmiah diranah psikologi sosial dan psikologi perkembangan. 2. Manfaat praktis Manfaat praktis yang diperoleh ialah diharapkan mampu memberikan sumber informasi bagi remaja bahwa konformitas teman sebaya dapat mempengaruhi adanya kenakalan remaja.