BAB III ANALISIS DESKRIPTIF. Kantor Akuntan Publik Drs. Ferdinand merupakan Kantor Akuntan Publik

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 4 PEMBAHASAN. Sebuah perusahaan dalam pelaksanaan kegiatan operasionalnya harus memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Berkembang pesatnya dunia usaha dewasa ini diiringi dengan semakin

BAB IV HASIL KEGIATAN MAGANG Gambaran Umum KAP Bayudi Watu Semarang Kantor Akuntan Publik Bayudi Watu dan Rekan merupakan sebuah perusahaan yang

Daftar Pertanyaan. Daftar pertanyaan berikut ini terdiri dari tipe isian, isilah pada tempat jawaban

BAB III METODOLOGI ANALISIS

RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT

MATERIALITAS DAN RISIKO AUDIT

BAB II LANDASAN TEORI

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL. Bab I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Tujuan

SURAT KEPUTUSAN BERSAMA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI NO.SKB.003/SKB/I/2013

BAB II LANDASAN TEORI

Standar Audit SA 510. Perikatan Audit Tahun Pertama Saldo Awal

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

INTERNAL AUDIT CHARTER

DAFTAR ISI CHARTER KOMITE AUDIT PT INDOFARMA (Persero) Tbk

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai prosedur pengendalian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini: a. Keandalan pelaporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN Bentuk, Bidang, dan Perizinan Usaha Bentuk Usaha. Kantor Akuntan Publik Faisal Riza.

SPR Perikatan untuk Reviu atas Laporan Keuangan

DAFTAR ISI CHARTER KOMITE AUDIT. I Pendahuluan 1. II Tujuan Pembentukan Komite Audit 1. III Kedudukan 2. IV Keanggotaan 2. V Hak dan Kewenangan 3

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan sasaran utama bagi seorang auditor

INTERNAL AUDIT CHARTER 2016 PT ELNUSA TBK

BAB I PENDAHULUAN. Akuntan Publik adalah akuntan yang telah memperoleh izin untuk

AUDIT SIKLUS PENGGAJIAN DAN PERSONALIA

Perencanaan audit meliputi pengembangan strategi menyeluruh pelaksanaan dan lingkup audit yang

RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT

BAB III PELAKSANAAN MAGANG. C2 No. 01 Bintaro Jaya Sektor VII Tangerang Selatan.

PERENCANAAN PEMERIKSAAN

PIAGAM AUDIT INTERNAL

Struktur Organisasi. PT. Akari Indonesia. Pusat dan Cabang. Dewan Komisaris. Direktur. General Manager. Manajer Sumber Daya Manusia Kepala Cabang

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Agustus 1993 dengan no izin praktik SI-1416/MK.17/1993, Kemudian

PT. MALINDO FEEDMILL, Tbk. No. Dokumen = 067/CS/XI/13 PIAGAM KOMITE AUDIT. Halaman = 1 dari 10. PIAGAM Komite Audit. PT Malindo Feedmill Tbk.

SA Seksi 324 PELAPORAN ATAS PENGOLAHAN TRANSAKSI OLEH ORGANISASI JASA. Sumber: PSA No. 61 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT SINAR MAS AGRO RESOURCES & TECHNOLOGY Tbk.

PERIKATAN AUDIT TAHUN PERTAMA SALDO AWAL

BAB II KAJIAN PUSTAKA. karena adanya pembelian dagangan secara kredit. kepercayaan. Utang usaha sering kali berbeda jumlah saldo utang usaha

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan keuangan dalam membuat

BAB IV Hasil Kegiatan Magang

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI BERDASARKAN SAK ETAP DAN SAK IFRS ATAS PEROLEHAN ASET TETAP DAN KAITANNYA DENGAN ASPEK PERPAJAKAN.

BAB 1 PROFESI AUDITING

Standar Audit SA 402. Pertimbangan Audit Terkait dengan Entitas yang Menggunakan Suatu Organisasi Jasa

BAB I PENDAHULUAN. evaluasi bukti tentang informasi untuk menentukan dan melaporkan. sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku serta

BAB III SISTEM AKUNTANSI PENYUSUTAN ASET TETAP BERWUJUD PADA PT HERFINTA FRAM AND PLANTATION

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

STANDAR AUDITING. SA Seksi 200 : Standar Umum. SA Seksi 300 : Standar Pekerjaan Lapangan. SA Seksi 400 : Standar Pelaporan Pertama, Kedua, & Ketiga

KEPUTUSAN DEWAN KOMISARIS PT INDONESIA ASAHAN ALUMINIUM (PERSERO) NOMOR : PC-07/05/2014 TENTANG PIAGAM KOMITE AUDIT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV PEMBAHASAN. Evaluasi Pengendalian Internal Pada Prosedur Penjualan Kredit

I. PENDAHULUAN. 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan;

BAB 1 PENDAHULUAN. Era globalisasi dalam dunia perekonomian menyebabkan persaingan dunia

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN

Standar Audit SA 240. Tanggung Jawab Auditor Terkait dengan Kecurangan dalam Suatu Audit atas Laporan Keuangan

BAB III PELAKSANAAN MAGANG. Akuntan Publik Faisal Riza., Ak CA CPA yang beralamat di Rukan

PT Wintermar Offshore Marine Tbk

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum auditing adalah suatu proses sistemik untuk memperoleh dan

Perpustakaan Unika LAMPIRAN A

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan kantor akuntan publik (KAP) dari waktu ke waktu semakin

KUESIONER PEMERIKSAAN INTERNAL VARIABEL INDEPENDEN

SURAT PERIKATAN AUDIT

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Tahap Penelitian. Tahapan penelitian dibagi menjadi beberapa bagian yaitu: a. Tahap Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Usaha. Jalan Raya Joglo, Kembangan, Jakarta Barat

PIAGAM AUDIT INTERNAL

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan digunakan untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan dan

Standar Audit SA 250. Pertimbangan atas Peraturan Perundang-Undangan dalam Audit atas Laporan Keuangan

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

SEttEN IN00NESiA GRO IPIEDOMAN KERJA(CHARTER) KOMITE AUDI丁. PToSEMEN丁 ONASA

Piagam Unit Audit Internal ( Internal Audit Charter ) PT Catur Sentosa Adiprana, Tbk

Standar Audit SA 501. Bukti Audit - Pertimbangan Spesifik atas Unsur Pilihan

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PIAGAM INTERNAL AUDIT

PT Gema Grahasarana Tbk Piagam Unit Pengawasan Internal Internal Audit Charter DITETAPKAN OLEH DISETUJUI OLEH

Internal Audit Charter

KRITERIA ANNUAL REPORT AWARD 2014 UNTUK DANA PENSIUN

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

PREVIEW AUDIT LAPORAN KEUANGAN (GENERAL AUDIT)

Pedoman Kerja Komite Audit

PIAGAM AUDIT INTERNAL

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH PEMERIKSAAN INTERN TERHADAP EFEKTIVITAS PENGENDALIAN INTERN KAS

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

2.4 KODE ETIK AKUNTAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Usaha Bentuk Usaha. Kantor Akuntan Publik (KAP) Faisal Riza.

PIAGAM KOMITE AUDIT PT DUTA INTIDAYA, TBK

pengauditan siklus investasi dan pendanaan siklus investasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PIAGAM KOMITE AUDIT. ( AUDIT COMMITTE CHARTER ) PT FORTUNE MATE INDONESIA Tbk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya pertumbuhan profesi auditor berbanding sejajar dengan

PERTIMBANGAN ATAS PENGENDALIAN INTERN DALAM AUDIT LAPORAN KEUANGAN

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA KOMITE AUDIT

PENGARUH KUALITAS AUDITOR, INDEPENDENSI DAN OPINI AUDITOR TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN

TUGAS PRAKTIK AUDITING MODUL 1 DISUSUN OLEH : DAULAT HASIBUAN AKBAR ANWARI LUBIS MUCHTI WIRAHADINATA

KOMUNIKASI ANTARA AUDITOR PENDAHULU DENGAN AUDITOR PENGGANTI

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. penjualan di CV Mitra Grafika serta berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan pada

Transkripsi:

BAB III ANALISIS DESKRIPTIF 3.1. Data Umum 3.1.1. Profil Kantor Akuntan Publik Drs. Ferdinand Kantor Akuntan Publik Drs. Ferdinand merupakan Kantor Akuntan Publik yang beralamat di Royal Sunter Blok F No. 39-42.Jl. Danau Sunter Selatan-Jakarta. KAP Ferdinand di dirikan pada akhir tahun 2014 oleh Drs. Ferdinand, CPA. KAP Ferdinand memiliki tenaga ahli yang profesional dan berasal dari perguruan tinggi yang berpengalaman dibidang Jasa Asuransi maupun Jasa Non Asuransi. 3.1.2. Visi dan Misi Kantor Akuntan Publik Ferdinand a. Visi Menjadi Kantor Akuntan Publik yang professional dan bermanfaat bagi masyarakat. b. Misi 1. Memberikan jasa akuntan yang obyektif dan berintegritas sesuai dengam standar professional yang berlaku. 2. Melayani dan memberikan nilai tambah bagi klien. 3. Memiliki sumber daya manusia yang kompeten, berintegritas dan mematuhi kode etik profesi. 25

26 3.1.3. Nilai-nilai Organisasi Kantor Akuntan Publik Ferdinand a. Jujur b. Profesional c. Inovatif 3.1.4. Jasa Pelayanan yang Diberikan KAP Ferdinand adalah KAP yang memberikan jasa yang professional dan berkualitas yaitu: a. Jasa Audit Jasa ini merupakan kegiatan operasional utama pada KAP Ferdinand. Kami menyediakan pelayanan audit yang independen dan obyektif bagi perusahaan di Indonesia. b. Jasa Akuntansi dan Pembukuan Jasa yang diberikan kepada klien yaitu melakukan pembukuan dan menyusun laporan keuangan berdasarkan data yang klien miliki. c. Jasa Kompilasi dan Review Laporan Keuangan 1. Outsourcing Staff Akuntansi (penjualan, pembelian, kasir, operasional, dan sebagainya) 2. Perhitungan gaji, jamsostek, dan penghasilan karyawan. 3. Pengurusan transfer pembayaran transaksi melalui bank. 4. Pencatatan akuntansi atas suatu transaksi. 5. Pendokumentasian bukti pendukung untuk keperluan pencatatan akuntansi.

27 6. Penyusunan laporan keuangan berkala untuk pengembalian keuangan tertentu. 7. Penyusunan laporan keuangan berdasarkan standart akuntansi keuangan tertentu. 8. Penyusunan laporan keuangan berdasarkan kebutuhan manajemen khusus. 9. Rekonsiliasi akun atau aktivitas tertentu. d. Jasa Perpajakan Divisi pelayanan perpajakan, pelayanan yang diberikan diantaranya Jasa Assessment Perpajakan (Tax Review), Jasa Konsultasi Perpajakan (Tax Consulting), Jasa Perencanaan Perpajakan (Tax Planning), Jasa Pendampingan Perpajakan (Tax Assistance), Jasa Administrasi Perpajakan (Tax Administration), Jasa Kepatuhan Perpajakan. e. Jasa Konsultasi manajemen dan keuangan Jasa konsultasi manajemen dan keuangan yang mungkin entitas memiliki keunggulan dan dapat menerapkan tata kelola entitas yang baik (Good Corporate Governance) untuk memberikan nilai lebih bagi entitas. f. Jasa Pelatihan Jasa yang diberikan meliputi pelatihan (training), seminar guna meningkatkan kemampuan Sumber daya manusia pada bidang audit, pajak, dan akuntansi.

28 3.1.5. Struktur Organisasi Pimpinan Manajer Divisi Audit Divisi Pajak Divisi Akuntansi Divisi Bisnis Staf Audit Staf Pajak Staf Akuntansi Staf Bisnis Sumber: Data Internal KAP Ferdinand (telah diolah kembali) Gambar 3.1 Struktur Organisasi KAP Ferdinand 3.1.6. Profil Perusahaan Klien (PT X) 1. Gambaran Umum PT X merupakan perusahaan manufaktur yang didirikan pada tahun 2011 di Jawa Tengah dan bergerak di bidang pembuatan sarung tangan eksport, dimana fokus bisnis mereka adalah penjualan sarung tangan. 2. Struktur Organisasi PT X dipimpin oleh seorang Direktur yang bertanggungjawab secara keseluruhan atas kinerja perusahaan. Direktur dibantu oleh dua

29 Manajemen yaitu Manajemen Keuangan dan Operasional. Berikut struktur organisasi yang ada pada PT X : Direktur Manajemen keuangan Manajemen Operasional Staf Accounting Staf Pajak Staf Produksi Staf Gudang Sumber: Data Internal PT X (telah diolah kembali) Gambar 3.2 Struktur Organisasi PT X. 3.2. Data Khusus Pada bab ini penulis akan membahas tujuan magang yaitu Prosedur Audit Aset Tetap yang diterapkan PT X apakah penerapannya sudah sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku di Indonesia. 3.2.1. Kebijakan Akuntansi Aset Tetap pada PT X PT X adalah perusahaan manufaktur yang memerlukan mesin yang tergolong ke dalam aset tetap untuk menunjang kegiatan bisnisnya. Untuk mencatata aset tetap yang dimiliki, PT X menerapkan model biaya, sehingga aset yang dimiliki dicatat berdasarkan dengan harga perolehannya. Aset tetap dalam neraca dicatat

30 sebesar harga perolehannya dikurangi dengan akumulasi penyusutan aset dan penurunan nilainya pada waktu berjalan. Beban pemeliharaan dan perbaikan dibebankan pada laporan laba rugi pada saat terjadinya. Aset tetap yang tidak dipergunakan lagi atau yang dijual dikeluarkan dari kelompok aset tetap yang bersangkutan sebesar nilai bukunya dan laba atau rugi yang terjadi dilaporkan dalam pendapatan (beban) lain-lain pada periode yang bersangkutan. PT X mengakui beban penyusutan menggunakan metode garis lurus (Straight Line Method). Dalam metode ini penyusutan dihitung di bulan saat aset tersebut diperoleh. Pengelompokan aset tetap berdasarkan masa manfaat aset tetap pada masing-masing unit, adapun estimasi pengelompokkan aset tetap pada PT X disajikan pada tabel berikut: Tabel 3.1 Tabel Masa Manfaat Aset Tetap PT X Jenis Aset Tetap Tahun Persentase Bangunan 20 5% Mesin 8 12,5% Inventaris Kantor 4-8 12,5%-25% Kendaraan 4-8 12,5%-25% Sumber : Laporan Keuangan PT X(telah diolah kembali)

31 Adapun daftar aset tetap pada PT X adalah sebagai berikut : Tabel 3.2 Aset Tetap PT X Aset Tetap 31 Desember 2017 31 Desember 2018 Tanah Rp 516,750,000 Rp 516,750,000 Bangunan Rp 1,788,786,526 Rp 1,889,546,868 Mesin Rp 1,812,419,974 Rp 484,674,716 Inventaris Kantor Rp 258,295,425 Rp 171,055,987 Kendaraan Rp 1,302,404,849 Rp 808,240,596 Total Harga Perolehan Rp 5,678,656,774 Rp 3,870,268,167 Sumber : Laporan Keuangan PT X 2018 (telah diolah kembali) Tabel 3.3 Penyusutan Aset Tetap Aset Tetap 31 Desember 2017 31 Desember 2018 Akumulasi Depresiasi Tanah - - Akumulasi Depresiasi Bangunan Rp 211,297,856 Rp 219,170,968 Akumulasi Depresiasi Mesin Rp 249,036,415 Rp 254,085,110 Akumulasi Depresiasi Inventaris KantoRp 9,116,660 Rp 9,353,574 Akumulasi Depresiasi Kendaraan Rp 148,350,541 Rp 998,601,160 Total Akumulasi Depresiasi Rp 617,801,472 Rp 1,481,210,812 Nilai Buku Rp 5,060,855,302 Rp 2,389,057,356 Sumber : Laporan Keuangan PT X 2018 (telah diolah kembali) 3.2.2. Audit Aset Tetap Pada PT X Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) digunakan sebagai acuan dalam prosedur audit yang merupakan hal mendasar untuk seorang auditor, karena menjadi acuan untuk melaksanakan audit. Maka dari itu, KAP Ferdinand menerapkan

32 prosedur audit aset tetap didasarkan pada SPAP yang dapat digunakan untuk kegiatan audit lapangan oleh seorang auditor. Tahapan audit KAP Ferdinand pada PT X adalah tahap pra perencanaan (preplanning), perencanaan (planning), audit lapangan (fieldwork) dan pelaporan (reporting). A. Pra Perencanaan (pre-planning) Pada tahapan pra perencanaan auditor menggali seluruh informasi tentang aset tetap pada perusahaan klien. Rincian pada tahap ini adalah sebagai berikut: 1. Menilai bisnis klien termasuk didalamnya jenis usaha dan industri klien, segala bentuk peraturan khusus terkait bisnis klien serta pihakpihak internal yang berkepentingan didalam perusahaan. 2. Memahami kebijakan akuntansi aset tetap Kebijakan Penyusutan Penulis memahami kebijakan penyusutan berupa metode penyusutan yang digunakan, masa manfaat aset tetap, nilai residu, dan pengakuan beban penyusutan oleh perusahaan. Dalam melakukan penyusutan, PT X menetapkan metode garis lurus (straight line method) untuk aset tetapnya dengan nilai residu sama dengan nol.

33 Kebijakan Revaluasi Penulis mencari tahu apakah PT X melakukan revaluasi terhadap aset tetap yang dimilikinya.pt X tidak melakukan revaluasi terhadap aset tetap yang dimiliki karena perusahaan menerapkan model biaya. 3. Melaksanakan prosedur analitis awal Langkah awal untuk menilai aset tetap PT X adalah melakukan prosedur analitik. Tujuan tim audit melakukan prosedur ini untuk mencapai pemahaman akan industri dan bisnis klien dengan membandingkan pengalaman tentang audit yang diperoleh di tahun sebelumnya sebagai perbandingan untuk perencanaan audit tahun berjalan. Perubahan yang dapat diamati dari perbandingan nilai aset tahun 2018 (yang belum diaudit) dengan nilai aset tetap tahun 2017 yang telah diaudit untuk mengetahui peningkatan dan penurunan yang signifikan. Perbandingan nilai aset tetap tahun 2018 dengan nilai aset tetap tahun 2017, auditor dapat mengetahui bahwa pada periode audit Desember 2018, terdapat penambahan dan penjualan aset tetap, sehingga auditor mempunyai gambaran untuk melakukan pengujian pada penambahan dan penjualan aset tetap, karena dengan adanya penambahan dan penjualan aset tetap pada waktu tertentu terdapat kemungkinan besar akuntan untuk melakukan kesalahan dalam pencatatan.

34 4. Melakukan peninjauan atas pengendalian internal perusahaan (termasuk pengendalian internal atas aset tetap). Pada tahap ini, penulis memeriksa apakah perusahaan memiliki pengendalian internal yang baik atas aset tetap. Ciri-ciri pengendalian internal yang baik atas aset tetap sebagai berikut: a. Setiap adanya penambahan serta pengurangan aset pada perusahaan harus melewati pejabat yang berwenang, b. Terdapat kebijakan mengenai kebijakan penyusutan, c. Ada buku pembantu aset yang mencantumkan tanggal perolehan, nama aset, harga perolehan, masa manfaat, penambahan atau pengurangan aset, dasar depresiasi, beban penyusutan, akumulasi penyusutan, nilai buku awal dan akhir periode, d. Setiap aset tetap memiliki nomor kode, e. Minimal setahun sekali dilakukan pemeriksaan fisik aset tetap untuk mengetahui keadaan dan kondisi aset tetap tersebut, dan f. Bukti-bukti pemilikan aset tetap disimpan di tempat yang aman. Dalam memahami pengendalian internal, auditor melakukan tanya jawab dengan perusahaan klien dan dari hasil tanya jawab yang dilakukan dapat disimpulkan PT X mempunyai pengendalian internal yang baik atas aset tetapnya.

35 5. Penilaian resiko Aset tetap yang dimiliki perusahaan umumnya bernilai cukup material. Oleh karena itu, manajemen harus melakukan penilaian risiko atas aset tetap yang ada. Risiko yang akan muncul seperti penyalahgunaan wewenang, pencurian, kehilangan, kebakaran ataupun risiko kecurangan. Dengan adanya risiko inheren tersebut auditor melakukan pemeriksaan terhadap aset tetap tersebut, apakah sudah menempatkan aset tetap tersebut dengan baik. B. Perencanaan (planning) Hal-hal utama yang terdapat dalam prosedur perencanaan adalah sebagai berikut: 1. Menentukan batas materialitas Batas materialitas yaitu nilai maksimum yang merupakan kesalah penyajian dan masih terdapat pada laporan keuangan, akantetapi besarnya nilai tersebut tidak akan mempengaruhi pengguna laporan keuangan dalam mengambil keputusan. KAP Ferdinand menentukan batas materialitas dari aset tetap PT X sebagai berikut: Besarnya batas materialitas ditentukan dari total aset yang ada di PT X. Berdasarkan laporan keuangan tahun 2018 PT X

36 mempunyai total asetsenilai Rp 27.854.580.233 dan akan dijadikan dasar penentuan batas materialitas. Besaran total aset dikali dengan presentase tingkat materialitas padakap Ferdinand, maka diperoleh : Batas materialitas = Rp27.854.580.233 x 5% = Rp 1.392.729.011 Dengan demikian dapat ditentukan batas materialitas PT X adalah Rp 1.392.729.011 dan ditetapkan pada semua akun.berdasar pada batas materialitas PT X maka penulis menarik kesimpulan bahwa nilai aset tetap pada PT X termasuk nilai yang material dalam laporan posisi keuangan. Dapat dilihat pada laporan keuangan PT X 2018, PT X mempunyai nilai aset tetap sebesar Rp 5.060.855.302 yang berada diatas tingkat batas materialitas PT X yaitu sebesar Rp 1.173.619.084,75. 2. Melakukan pengumpulan dokumen perusahaan Tahap selanjutnya yaitu pengumpulan dokumen yang berisi dokumen-dokumen permanen dan dokumen sementara yang dapat memberikan informasi dan terkait dengan aktivitas audit. Pada akun aset tetap, tim audit memperoleh data berupa data aset tetap yang mengandung informasi mengenai nama aset, tanggal perolehan, harga perolehan, masa manfaat, penambahan atau

37 pengurangan aset tetap, dasar depresiasi, akumulasi depresiasi pada awal dan akhir periode, beban depresiasi perbulan dan total dalam setahun serta nilai bersih pada awal dan akhir periode. 3. Pematangan Audit Program Aset Tetap Dalam tahap ini pematangan program dilakukan dalam audit PT X yang dijabarkan pada audit lapangan dibawah ini. C. Audit lapangan (fieldwork) Pada tahap audit lapangan, tim audit melakukan uji pengendalian dan uji subtantif. Adapun penjabarannya sebagai berikut: 1. Uji pengendalian Langkah yang dilakukan selanjutnya adalah melakukan uji pengendalian terhadap perusahaan klien.pengujian pengendalian ini dilakukan penulis bersamaan dengan dilaksanakan proses audit di lapangan berdasarkan arahan auditor, dan auditor memberikan poin-poin yang harus penulis uji yang berhubungan dengan pengendalian internal atas aset tetap pada PT X. Pengendalian internal merupakan kunci yang seharusnya ada dalam proses audit di PT X, berikut pengendalian internal yang terdapat pada PT X: a. Pemisahan tugas yang memadahi Auditor memastikan adanya pemisahan tugas yang memadahi dalam setiap kegiatan yang ada pada PT X. Untuk menghindari kecurangan (fraud) maka diperlukan adanya seorang yang bertanggungjawab atas pemasukan transaksi ke dalam suatu sistem yang mana sistem tersebut

38 tidak dapat diakses oleh orang lain selain yang memiliki wewenang, dan PT X telah melaksanakan hal ini dimana akses tersebut hanya dapat diotorisasi oleh bagian internal control perusahaan. b. Semua dokumen terkait harus diotorisasi dengan semestinya Setiap adanya penjualan barang harus diotorisasi oleh bagian keuangan terlebih dahulu sebelum penjualan dilakukan, dan pengiriman barang diotorisasi oleh bagian penjualan. c. Catatan dan dokumen yang memadahi Setiap transaksi yang bada pada PT X sudah didokumentasikan dengan jelas. Dalam pemberian nomor urut pada dokumen sudah diurutkan berdasarkan waktu transaksi itu terjadi yang dapat memudahkan untuk menyusun pelaporan yang benar. d. Pengendalian Fisik aset tetap dan catatan yang memadahi Pengendalian fisik aset tetap pada PT X sudah dijaga dengan baik keberadaannya.hal ini, penulis lihat saat melakukan pemeriksaan fisik terhadap adanya penambahan aset perusahaan. Dalam melakukan pemeriksaan aset tetap berjalan dengan cukup baik, karena aset tetap pada PT X sudah disimpan dengan baik dan diletakkan dengan rapi. Pemeriksaan aset tetap pada PT X dilakukan dengan metode scoping, metode ini memilih beberapa sampel dengan nilai yang besar. Jadi tidak semua aset tetap yang ada di perusahaan dilakukan pemeriksaan fisiknya. Penulis hanya mengambil 5 (lima) nilai aset tetap yang terbesar dari

39 setiap kategori aset. Setelah pemeriksaan ini penulis membuat berita acara perhitungan aset tetap yang ditandatangani oleh bagian akuntansi dan auditor. Dari hasil pemeriksaan tersebut kondisi setiap aset sudah sesuai dengan yang ada dalam dokumen, dan auditor menyakini bahwa aset tetap yang tercantum dalam neraca memang benar ada dan dipergunakan untun kegiatan operasional perusahaan. Berdasarkan dari pengujian pengendalian PT X yang penulis lakukan maka dapat disimpulkan bahwa manajemen pada PT X dalam aktivitas pengendalian aset tetapnya sudah baik. 2. Uji subtantif Tujuan dilakukan pengujian subtantif adalah Digunakan untuk mendapatkan keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi terhadap aset tetap. Untuk memperoleh kelengkapan atas transaksi aset tetap yang tercatat pada catatan akuntansi. Membuktikan hak kepemilikan klien atas aset tetap yang tercantum di neraca. Untuk memberikan kewajaran atas penilaian, penyajian dan pengungkapan aset tetap di neraca.

40 Pada pengujian subtantif atas aset tetap,penulis melakukan hal berikut ini: a. Melakukan Prosedur analisis terhadap saldo aset tetap Dalam pengujian ini penulis mencari saldo akun aset yang ada di jurnal umum PT X per 31 Desember 2018 dan dibandingkan dengan saldo audit yang penulis hitung per 31 Desember 2017. Saldo audit diperoleh dari saldo awal ditambah penambahan aset tetap dikurangi pengurangan aset tetap. Penambahan aset tetap di PT X didapatkan dari pembelian aset tetap selama tahun berjalan, sedangkan pengurangan aset tetap didapatkan dari penjualan aset tetap PT X selama tahun berjalan. Untuk akun akumulasi penyusutan per audit diperoleh dari saldo awal ditambah dengan penyusutan aset tetap tahun berjalan dan dikurangi dengan penyusutan aset tetap yang dijual. Transaksi pembelian dan pengurangan aset tetap pada PT X sebagai berikut: Kenaikan bangunan sebesar Rp 100.760.342 karena ada penambahan bangunan dan nilai penambahan akumulasi penyusutan Rp 7.873.112. Penurunan inventaris kantor sebesar Rp 87.997.461 dikarenakan adanya penjualan inventaris kantor yang sudah rusak dan tidak bisa digunakan kembali sebesar

41 Rp 89.948.261 sedangkan pemambahan berasal dari pembelian senilai Rp 1.950.800. Dengan total penambahan akumulasi penyusutan sebesar Rp 1.375.623 dan penurunan Rp 1.138.709. Penurunan kendaraan sebesar Rp 400.348.719 karena adanya penjualan kendaraan yang rusak dan selama tahun berjalan terjadi penambahan kendaraan senilai Rp 85.304.409. Penurunan mesin terjadi karena adanya mesin yang rusak dan tidak bisa digunakan kembali senilai Rp 1.808.388.607. Tabel 3.4 Penambahan dan Pengurangan Aset Tetap PT X Penambahan dan pengurangan Aset Tetap PT X Jenis aset tetap Penambahan Pengurangan Increase/decrese Tanah - - - Bangunan 100,760,342-100,760,342 Inventaris kantor 1,950,800 89,948,261 (87,997,461) Kendaraan 85,304,409 485,653,128 (400,348,719) Mesin 11,520,483 1.432.323.252 (1,420,802,769) Total 199,536,034 575,601,389 (1,808,388,607) Akumulasi penyusutan Tanah - - - Bangunan 7,873,112-7,873,112 Inventaris kantor 1,375,623 1,138,709 236,914 Kendaraan 1,034,537,719 184,287,100 850,250,619 Mesin 15,040,215 20,088,910 5,048,695 Total 1,058,826,669 205,514,719 863,409,340 Sumber: Laporan Keuangan PT X 2018( telah diolah kembali)

42 b. Melakukan verifikasi atas akuisisi/penambahan aset tetap Penambahan aset tetap merupakan suatu bentuk pergerakan aset tetap di dalam perusahaan. Untuk menguji penambahan aset tetap dilakukan dengan cara melakukan wawancara dengan manajemen perusahaan dan peninjauan pada daftar aset tetap serta penelusuran ke buku besar untuk memastikan adanya penambahan yang dilakukan PT X selama tahun 2018 sebesar Rp 199.536.034. Penulis memeriksa kelayakan dokumen pendukung untuk memverifikasi adanya penambahan aset tetap, dokumen tersebut antara lain: Purchase Order (PO) Dokumen ini berisi tentang barang yang dipesan, jumlah, harga, tanggal pengiriman, dan jangka waktu yang diinginkan perusahaan. Bukti pembelian Merupakan dokumen bukti pembelian dari pemasok yang berisi tentang barang yang dibeli, kuantitas, dan harga barang tersebut. Bukti transfer Merupakan bukti pembayaran yang dilakukan perusahaan untuk membeli suatu aset.

43 Request Form Dokumen untuk pihak internal perusahaan yang berguna untuk mencatat permintaan pembelian barang kepada bagian pembelian. Untuk penambahan aset tetapnya, PT X mencatat sebagai berikut: Misal pembelian Mesin seharga Rp 10.000.000 dengan PPN 10% (D)Aset Tetap Rp 10.000.000 (D) PPN Masukan Rp 1.000.0000 (K) kas Rp 11.000.000 c. Melakukan Verifikasi Pelepasan/Penjualan Aset Tetap Tujuan diadakannya verifikasi ini adalah agar dapat dipastikan bahwa aset yang dijual sudah dikeluarkan semuanya dan untuk akumulasi penyusutan juga dikeluarkan dari pembukuan serta dicatat dengan jumlah yang benar. d. Melakukan Verifikasi Beban Penyusutan Dan Akumulasi Penyusutan Tujuan dari tahap ini adalah memastikan untuk jumlah beban penyusutan dihitung dan dicatat dengan benar. Pengujian ini dilakukan penulis dengan cara meminta daftar aset tetap kepada PT

44 X yang berisi tanggal perolehan, nama aset, harga perolehan, masa manfaat, penambahan/pengurangan aset tetap, dasar depresiasi, akumulasi depresiasi awal dan akhir periode, beban depresiasi perbulan dan totalnya dalam satu tahun serta nilai buku awal dan akhir periode. D. Pelaporan (reporting) Pada tahap pelaporan audit, prosedur analitis harus dilakukan kembali dengan tujuan untuk memberi pengamatan akhir atas kesalahan yang mungkin dilakukan klien. Oleh karena itu, tim audit melakukan pengujian dan pemeriksaan kembali akun aset tetap pada PT X. Setelah melakukan pengujian dan pemeriksaan, tidak ditemukan kesalahan dalam pencatatan transaksi penambahan ataupun penjualan aset tetap perusahaan. Jadi berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan, tim audit dapat memberikan opini bahwa laporan keuangan PT X terkait akun aset tetap telah disajikan dengan wajar.