PEMODELAN PEMROGRAMAN LINIER DENGAN KOEFISIEN FUNGSI OBJEKTIF, FUNGSI KENDALA DAN VARIABEL KEPUTUSAN BERBENTUK BILANGAN KABUR BESERTA APLIKASINYA

dokumen-dokumen yang mirip
METODE URUTAN PARSIAL UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH PROGRAM LINIER FUZZY TIDAK PENUH

PROGRAM LINIER FUZZY PENUH DENGAN METODE KUMAR. Jl. Prof. H. Soedarto, S.H. Tembalang Semarang

METODE SIMPLEKS FUZZY UNTUK PERMASALAHAN PEMROGRAMAN LINEAR DENGAN VARIABEL TRAPEZOIDAL FUZZY

PROGRAM LINIER FUZZY PENUH DENGAN ALGORITMA MULTI OBJECTIVE LINEAR PROGRAMMING. Jl. Prof. H. Soedarto, S.H. Tembalang Semarang

MODEL MATEMATIKA MASALAH ALIRAN MAKSIMUM KABUR DENGAN PROGRAM LINEAR KABUR

BAB II KAJIAN TEORI. masalah fuzzy linear programming untuk optimasi hasil produksi pada bab

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

OPTIMASI PROGRAM LINIER PECAHAN DENGAN FUNGSI TUJUAN BERKOEFISIEN INTERVAL

Bab 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pencarian Solusi Optimal Fuzzy Untuk Masalah Program Linier Fuzzy Menggunakan Metode Level-Sum

Elis Ratna Wulan a, Diana Ratnasari b

MASALAH TRANSPORTASI FUZZY BILANGAN TRAPEZOIDAL DENGAN METODE ZERO POINT

FUZZY MULTI-CRITERIA DECISION MAKING

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN TEORI. Berikut diberikan landasan teori mengenai teori himpunan fuzzy, program

BAB 2 LANDASAN TEORI

Jl. Prof. H. Soedarto, S.H. Tembalang Semarang

APLIKASI METODE THORANI DALAM PENYELESAIAN PERMASALAHAN PROGRAM LINEAR FUZZY

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI

OPTIMASI BIAYA PENGANGKUTAN MENGGUNAKAN PROGRAM LINEAR MULTIOBJEKTIF FUZZY (Studi Kasus pada PT. Sentosa Mulia Bahagia)

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. Logika fuzzy memberikan solusi praktis dan ekonomis untuk mengendalikan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 2 LANDASAN TEORI

KAJIAN PENERAPAN PROGRAM LINEAR MULTI OBJEKTIF FUZZY INTERAKTIF PADA KEPUTUSAN PERENCANAAN TRANSPORTASI

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas mengenai beberapa definisi dan teori yang akan

LOGIKA FUZZY. Kelompok Rhio Bagus P Ishak Yusuf Martinus N Cendra Rossa Rahmat Adhi Chipty Zaimima

Pengantar Kecerdasan Buatan (AK045218) Logika Fuzzy

PENDEKATAN VALUE BILANGAN TRAPEZOIDAL FUZZY DALAM METODE MAGNITUDE

PROGRAM FRAKSIONAL LINIER DENGAN KOEFISIEN INTERVAL. Annisa Ratna Sari 1, Sunarsih 2, Suryoto 3. Jl. Prof. H. Soedarto, S.H. Tembalang Semarang

Program Linear Fuzzy dengan Koefisien dan Konstanta Kendala Bilangan Fuzzy

KOEFISIEN DETERMINASI REGRESI FUZZY SIMETRIS UNTUK PEMILIHAN MODEL TERBAIK. Iqbal Kharisudin. Jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri Semarang

ANALISIS RULE INFERENSI SUGENO DALAM SISTEM PENDUKUNG PENGAMBILAN KEPUTUSAN

PENILAIAN KINERJA DOSEN DENGAN MENGGUNAKAN METODE SUGENO

PENYELESAIAN MASALAH PEMROGRAMAN LINIER BILANGAN BULAT MURNI DENGAN METODE REDUKSI VARIABEL

BAB II METODE SIMPLEKS

UNNES Journal of Mathematics

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

FUZZY LINIER PROGRAMMING UNTUK PEMILIHAN JENIS KENDARAAN DALAM MENGANTISIPASI KEMACETAN LALU LINTAS DI KOTA MEDAN

BAB IV. METODE SIMPLEKS

BAB II TEORI PENUNJANG

Metode Simpleks M U H L I S T A H I R

PENERAPAN LOGIKA FUZZY PADA PROGRAM LINEAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

FUZZY LOGIC CONTROL 1. LOGIKA FUZZY

PENENTUAN JUMLAH PRODUKSI TELEVISI MERK X MENGGUNAKAN METODE FUZZY MAMDANI

Algoritma Simplex. Algoritma Simplex adalah algoritma yang digunakan untuk mengoptimalkan fungsi objektif dan memperhatikan semua persamaan

Model umum metode simpleks

PENENTUAN JUMLAH PRODUKSI DENGAN APLIKASI METODE FUZZY MAMDANI

DAFTAR ISI. LEMBAR PERNYATAAN. ABSTRAK KATA PENGANTAR. UCAPAN TERIMAKASIH. DAFTAR TABEL. DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

OPTIMASI PRODUKSI MEUBEL MENGGUNAKAN MODEL PEMROGRAMAN LINEAR

MODEL PERANCANGAN DISTRIBUSI AIR DENGAN PENDEKATAN JARINGAN FUZZY

METODE dan TABEL SIMPLEX

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Penerapan Metode Fuzzy Mamdani Pada Rem Otomatis Mobil Cerdas

Penyelesaian Program Linier Menggunakan Algoritma Interior Point dan Metode Simpleks

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. papernya yang monumental Fuzzy Set (Nasution, 2012). Dengan

Analisis Hubungan Proses Pembelajaran dengan Kepuasan Mahasiswa Menggunakan Logika Fuzzy

BAB II. KAJIAN PUSTAKA. A. Kinerja Pegawai di Universitas Muhammadiyah Purwokerto

BAB II KAJIAN TEORI. Berikut ini merupakan pembahasan kajian-kajian tersebut.

BAB III. METODE SIMPLEKS

SKRIPSI MILA HANDAYANI

PRAKTIKUM II PEMROGRAMAN LINIER (METODE SIMPLEKS)

Menentukan Jumlah Produksi Berdasarkan Permintaan dan Persediaan Dengan Logika Fuzzy Menggunakan Metode Mamdani

Penerapan FuzzyTsukamotodalam Menentukan Jumlah Produksi

BAB I PENDAHULUAN. industri dan lain-lain. Seiring dengan adanya perkembangan di berbagai bidang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MENENTUKAN TINGKAT PRODUKSI MAKSIMUM DENGAN TEKNIK ARTIFICIAL INTELLIGENCE MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY LINIER PROGRAMMING

METODE SIMPLEKS KASUS MEMAKSIMUMKAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

Analisis Rule Inferensi Mamdani dalam Menentukan Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik ( PPA)

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

kita menggunakan variabel semu untuk memulai pemecahan, dan meninggalkannya setelah misi terpenuhi

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Penelusuran Minat dan Kemampuan (PMDK) diselenggarakan oleh suatu perguruan tinggi secara mandiri.

BAB 2 2. LANDASAN TEORI

PENDAPATAN MASYARAKAT DENGAN ADANYA KAMPUS MENGGUNAKAN FUZZY TSUKAMOTO

BAB I PENDAHULUAN. besar dan mampu membantu pemerintah dalam mengurangi tingkat pengangguran.

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam bab ini dibahas beberapa definisi dan konsep-konsep yang

PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR FUZZY KOMPLEKS MENGGUNAKAN METODE DEKOMPOSISI QR TUGAS AKHIR

PEMILIHAN SUPPLIER DENGAN PENDEKATAN POSSIBILITY FUZZY MULTI-OBJECTIVE PROGRAMMING

BENTUK FUNGSI KEANGGOTAAN PADA MODEL REGRESI DENGAN VARIABEL DEPENDEN FUZZY SIMETRIS

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas mengenai teori-teori yang akan digunakan untuk menunjang dalam proses pembuatan tugas akhir ini.

Operations Management

ARTIFICIAL INTELLIGENCE MENENTUKAN KUALITAS KEHAMILAN PADA WANITA PEKERJA

Kata kunci: Sistem pendukung keputusan metode Sugeno, tingkat kepribadian siswa

METODE SIMPLEKS UNTUK PERSOALAN PEMROGRAMAN LINEAR DENGAN KOEFISIEN FUNGSI TUJUAN BILANGAN FUZZY TRAPEZOIDAL

Optimasi Kebutuhan Kendaraan Pengangkut Sampah Menggunakan Model Fuzzy Goal Programming

LOGIKA FUZZY PADA PROSES PELET PAKAN IKAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

MENENTUKAN JUMLAH PRODUKSI BATIK DENGAN MEMAKSIMALKAN KEUNTUNGAN MENGGUNAKAN METODE LINEAR PROGRAMMING PADA BATIK HANA

Penyelesaian Sistem Persamaan Linear Fully Fuzzy Menggunakan Metode Iterasi Jacobi

MENYELESAIKAN PERSOALAN TRANSPORTASI DENGAN KENDALA CAMPURAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PEMODELAN MASALAH TRANSPORTASI DENGAN KOEFISIEN ONGKOS KABUR

Transkripsi:

Vol.16, No. 1, 8596, July 2019 doi: 10.20956/jmsk.v%vi%i.5802 PEMODELAN PEMROGRAMAN LINIER DENGAN KOEFISIEN FUNGSI OBJEKTIF, FUNGSI KENDALA DAN VARIABEL KEPUTUSAN BERBENTUK BILANGAN KABUR BESERTA APLIKASINYA * Abstract. In this paper author shall propose an algorithm for solving fuzzy linear programming problems with trapezoidal numbers using a simplex method. In particular, an application of this theory in decision making problems is fuzzy linear programming with a new method for solving fuzzy linear programming problems, by use of rank function. Basically, our method is similar to simplex method that was used for solving linear programming problems in crisp environment before. Keywords: Fuzzy linier programmingank function, simplex method. Abstrak Dalam makalah ini penulis akan mengusulkan algoritma untuk memodelkan masalah pemrograman linear kabur dengan bilangan kabur trapesium menggunakan metode simpleks. Secara khusus dalam aplikasi teori ini adalah masalah pengambilan keputusan pemrograman linear kabur dengan menyajikan metode baru untuk menyelesaikan masalah pemrograman linier kabur dengan menggunakan fungsi ranking. Pada dasarnya, langkahlangkah dalam metode penelitian ini sama dengan dengan metode simpleks yang digunakan untuk memecahkan masalah pemrograman linier tegas. Kata kunci: Fuzzy linear programming, fungsi ranking, metode simpleks. 1. Pendahuluan Logika kabur adalah konsep matematis yang mendasari penalaran kabur yang sangat sederhana, didasarkan pada bahasa alami, memiliki toleransi terhadap datadata yang tepat, fleksibel dan mampu bekerja sama dengan teknikteknik kendali secara konvensional sehingga mudah dimengerti. Selain itu logika kabur mampu memodelkan fungsifungsi non linier yang sangat kompleks serta dapat membangun dan mengaplikasikan pengalamanpengalaman para pakar secara langsung tanpa harus melalui proses pelatihan. Maka logika kabur merupakan salah satu cara yang tepat untuk memetakan suatu ruang input ke dalam suatu ruang output [7]. Logika kabur pertama kali diperkenalkan oleh Zadeh pada tahun 1965[15]enelitianpenelitian tentang logika kabur dan himpunan kabur berkembang dengan pesat hingga sekarang [1][2][4][5][6][8][11][13][14]. Perkembangan tersebut meliputi aspek teori sampai aspek penerapannya [. Salah satu penerapan himpunan kabur dalam riset operasi adalah masalah pemrograman linier. Masalah pemrograman linier yaitu mencari solusi optimum pada * Program Stusdi Pascasarjana (S2 Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin, Makassar, 90245 Email. amrullahambhunk@gmail,.com /amrullahmath4477@gmail.com

86 sasaran linier dengan cara menentukan nilai peubahpeubah yang tak diketahui dari batasan liner. Kajian teoritis tentang Fuzzy Linear Programming (FLP telah banyak dilakukan, diantaranya Stanojevic [12] membahas tentang solusi Fuzzy Linear Programming (FLP dengan bilangan kabur trapesium. Nasseri pada tahun 2007[9] membahas tentang penggunaan metode simplex untuk menemukan solusi pemrograman linier dengan kendala, koefisien fungsi objektif, dan koefisien fungsi tujuan bernilai kabur. Pandian dan Jayalakshmi pada tahun 2010[10] membahas tentang solusi pemrograman linier dengan variable bersifat kabur, Ebrahimnejad pada tahu 2010 [3] menjelasakan tentang bukti konstruktif dari teori dasar untuk Fuzzy Linear Programming (FLP dengan variable bersifat kabur. 2. Bahan dan Metode Kurva trapesium pada dasarnya seperti bentuk segitiga, tetapi ada beberapa titik yang memiliki nilai keanggotaan 1. 0 a b c d Gambar 2.1 Kurva bilangan kabur trapesium Definisi II.3 Menurut Salim dan Molani (2014, semua bilangan kabur A adalah himpunan bagian dari R, yang fungsi keanggotaannya memenuhi kondisi berikut : (i pemetaan dari R ke interval tertutup [ ] adalah kontiniu. (ii, untuk semua, (iii naik pada interval, (iv ada interval, dimana konstan dan (v turun pada interval, (vi, untuk semua, dimana bilangan Real sedemikian sehingga. A. Operasi Bilangan Kabur Trapesium A.1 Penjumlahan Bilangan Kabur Trapesium Sifat A.1 Jika dan, maka adalah bentuk bilangan kabur dari. Bukti: dengan transformasi, fungsi keanggotaan bilangan kabur dapat ditulis dengan menggunakan metode potongan Potongan sisi kiri dari u tu adalah dan potongan sisi kanan dari u tu adalah ( dapat ditulis [ ( ( ], kemudianotongan sisi kiri dari u tu adalah, potongan sisi kanan dari u tu adalah ( dapat ditulis [ ( ], sehingga,

87 * (( ( (( ( +. (1 Dari persamaan (1 dapat ditulis dan ( (2 ( (3 dari (2 dan (3 diperoleh fungsi keanggotaan sebagai berikut: ( (4 ( { berdasarkan batasan interval dari fungsi keanggotan (4, terbukti bahwa. A.2 Pengurangan Bilangan Kabur Trapesium Sifat A.2: Jika dan, maka ( adalah bentuk bilangan kabur dari. Bukti : dengan transformasi, fungsi keanggotaan bilangan kabur dapat ditulis dengan menggunakan metode potongan Potongan sisi kiri dari u tu adalah otongan sisi kanan dari u tu adalah ( dapat ditulis [ ( ( ], kemudianotongan sisi kiri dari u tu adalah otongan sisi kanan dari u tu adalah ( dapat ditulis [ ( ], sehingga, dari persamaan (5 dapat ditulis dan (( ( (( ( ( (6 ( (7 dari (6 dan (7 diperoleh fungsi keanggotaan sebagai berikut: ( (8 ( { berdasarkan batasan interval dari fungsi keanggotan (8 maka terbukti (. A.3 Perkalian Bilangan Kabur Sifat A.3: Jika dan, maka adalah bentuk bilangan kabur dari (5

88 Bukti: dengan tranformasi, fungsi keanggotaan bilangan kabur dapat ditulis e g me ggu meto e poto g Poto g s s r r u tu adalah otongans s r u tu adalah ( dapat ditulis [ ( ( ], kemudianotongan sisi kiri dari u tu adalah poto g s s r u tu adalah ( dapat ditulis [ ( ], sehingga, ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( dari persamaan (9 dapat ditulis dan ( (10 ( 9 ( (11 dari (10 dan (11 diperoleh fungsi keanggotaan sebagai berikut ( ( (12 dimana { { } berdasarkan batasan interval dari fungsi keanggotan (12, terbukti bahwa =. A.4 Perkalian Skalar Pada Bilangan Kabur Sifat A.4: (a Jika dan maka adalah bilangan kabur dari. (b Jika dan maka adalah bilangan kabur dari. Bukti: (a Jika, dengan transformasi u, dapat ditulis dalam fungsi keanggotaan himpunan kabur ũ e g me ggu meto e poto g Poto g sisi kiri dari ũ u tu adalah u u u otongan sisi kanan dari

89 ũ u tu adalah u u u, dapat ditulis u [u (u u u u u ], kemudian u [ u ( u u u u u ], sehingga ( u u u (13 u u dan ( u u u. (14 u u Dari (13 dan (14 diperoleh fungsi keanggotaan ũ sebagai berikut ( u u u u u u u ( u u u u u { (b Dengan cara yang sama, jika u maka ( u u u u u u u (15 (16 ( u u u u u { berdasarkan batasan interval dari fungsi keanggotan (15 dan (16, terbukti bahwa (a ũ = u u u u, dan (b ũ = u u u u A.5 Pembagian Bilangan Kabur Sifat A.5: Jika dan, maka adalah bentuk bilangan kabur dari Bukti: dengan transformasi, dapat ditulis dalam fungsi keanggotaan himpunan kabur e g meto e poto g Potongan sisi kiri dari u tu adalah otongan sisi kanan dari u tu adalah ( dapat ditulis [ ( ( ], kemudian, potongan sisi kiri dari u tu adalah otongansisi kanan dari u tu adalah ( dapat ditulis [ ( ], kemudian, [ ( ( ] sehingga [ ( ( ] ( [ ( ( ( ] (17 dan ( ( (18

90 ( ( (19 dari (18 dan (19 diperoleh fungsi keanggotaan dari sebagai berikut ( ( ( ( { berdasarkan batasan interval dari fungsi keanggotan (20, maka terbukti bahwa. B. Fungsi Ranking Bilangan Kabur Trapesium Sifat A6. Jika R( ( adalah bentuk tegas dari bilangan kabur, maka berlaku R(, dimana m 1 = b, m 2 = c, dan. Bukti : misalkan adalah sisi kiri dari bilangan kabur trapesium, sup adalah sisi kanan bilangan kabur dan adalah bentuk umum bilangan kabur trapesium, dapat ditulis ( dan (20 (, sehingga R( ( sup (( ( (( ( (( ( ( (( ( ( ( m sehingga terbukti R( ( sup m. 3. HASIL PENELITIAN Diberikan fungsi kendala dan fungsi obyektif sebagai berikut: Max = (u 1, u 2, u 3, u 4 (x 11, x 12, x 13, x 14 + (v 1, v 2, v 3, v 4 (x 21, x 22, x 23, x 24 dengan kendala, (x 1, x 2, x 3, x 4 (x 11, x 12, x 13, x 14 + (y 1, y 2, y 3, y 4 (x 21, x 22, x 23, x 24 (z 1, z 2, z 3, z 4 (p 1 2 3 4 (x 11, x 12, x 13, x 14 + ( 1, 2, 3, 4 (x 21, x 22, x 23, x 24 (r 1 2 3 4. Diasumsikan variabel keputusan (x 11, x 12, x 13, x 14 dan (x 21, x 22, x 23, x 24 adalah variabel yang bersifat kabur, dimana R(x 11, x 12, x 13, x 14 dan R(x 21, x 22, x 23, x 24 adalah

91 bentuk tegas dari keduanya, maka berlaku = R(x 11, x 12, x 13, x 14 dan = R(x 21, x 22, x 23, x 24 sehingga fungsi kendala dan fungsi obyektif dapat ditulis sebagai berikut: Max = (u 1, u 2, u 3, u 4 + (v 1, v 2, v 3, v 4 Dengan kendala, (x 1, x 2, x 3, x 4 + (y 1, y 2, y 3, y 4 z 1, z 2, z 3, z 4 (p 1 2 3 4 + ( 1, 2, 3, 4 r 1 2 3 4 berdasarkan sifat A.4, maka fungsi kendala dan fungsi obyektif menjadi : Max = (u 1 + (v 1 (x 1, x 2, x 3, x 4 + (y 1, y 2, y 3, y 4 (z 1, z 2, z 3, z 4 (21 (p 1 2 3 4 + ( 1, 2, 3, 4 r 1 2 3 4 Max = (u 2 + (v 2 (x 1, x 2, x 3, x 4 + (y 1, y 2, y 3, y 4 z 1, z 2, z 3, z 4 (22 (p 1 2 3 4 + ( 1, 2, 3, 4 r 1 2 3 4 Max = (u 3 + (v 3 (x 1, x 2, x 3, x 4 + (y 1, y 2, y 3, y 4 z 1, z 2, z 3, z 4 (23 (p 1 2 3 4 + ( 1, 2, 3, 4 r 1 2 3 4 Max = (u 4 + (v 4 (x 1, x 2, x 3, x 4 + (y 1, y 2, y 3, y 4 z 1, z 2, z 3, z 4 (24 (p 1 2 3 4 + ( 1, 2, 3, 4 r 1 2 3 4, dari (21, (22, (23 dan (24 kemudian diselesaikan menggunakan metode simplex dengan langkahlangkah sebagai berikut : Langkah 1 Menentukan pemecahan dasar awal yang layak dengan menggunakan bentuk standar (dengan sisi kanan semua non negatif Sehingga menjadi: Tabel 4.1 Bentuk Awal 1 NK Z n (u n (v n (0 (0 (0 (x 1, x 2, x 3, x 4 (y 1, y 2, y 3, y 4 (1, 1, 1, 1 (0, 0, 0, 0 (z 1, z 2, z 3, z 4 (p 1 2 3 4 ( 1, 2, 3, 4 (0, 0, 0, 0 (1, 1, 1, 1 (r 1 2 3 4 dimana n = 1, 2, 3 dan 4 Langkah 2 Menentukan variabel kolom kunci (variabel non dasar dengan koefisien yang paling negatif, yang mana variabel sekolomnya akan menjadi kolom kunci. Misalkan nilai (v n merupakan variabel yang memiliki koefisien paling negatif, sehingga kolom 2 menjadi kolom kunci. Tabel 4.2 Kolom Kunci 1 NK Z n (u n (v n (0 (0 (0 (x 1, x 2, x 3, x 4 (y 1, y 2, y 3, y 4 (1, 1, 1, 1 (0, 0, 0, 0 (z 1, z 2, z 3, z 4 (p 1 2 3 4 ( 1, 2, 3, 4 (0, 0, 0, 0 (1, 1, 1, 1 (r 1 2 3 4 Kolom kunci Langkah 3 Menentukan elemen pivot pada tabel simplex dengan menggunakan pendekatan aturan fungsi ranking, sehingga penentuan besar atau kecilnya suatu bilangan trapesium dengan bilangan trapesium lainnya pada tabel simplex lebih akurat. Menentukan variabel baris kunci (variabel yang memiliki rasio atau titik potong terkecil positif selain nol, dengan ditemukannya kolom kunci dan baris kuncinya, maka titik potong dari keduanya akan secara otomatis menjadi elemen pivot.

92 Variabel sebarisnya akan menjadi persamaan pivot lama, dan variabel dari baris yang lainnya akan menjadi persamaan lama. 3 = z z z z = ( z, z, z, z (memenuhi kriteria 4 = r r r r Z n = u u u u = ( r (memenuhi kriteria = (0,0,0,0 (tidak memenuhi kriteria karena hasilnya 0 R( z z z z = R( z, z, z, z = (( z ( z ((( z ( z (( z ( z, dan R( r r r r = R( r = (( r Baris kunci yang menjadi persamaan pivot lama ( r ((( r ( r (( r ( r. Dari perhitungan di atas, misalkan hasil dari 4 memiliki rasio atau titik potong terkecil positif maka variabel sebarisnya menjadi baris kunci, dan titik potong antara baris kunci dan kolom kunci tersebut menghasilkan elemen pivot dengan koordinat baris 2 kolom 2 sesuai tabel berikut: Tabel 4.3 Pivot 1 NK Z n (u n (v n (0 (0 (0 (x 1, x 2, x 3, x 4 (y 1, y 2, y 3, y 4 (1, 1, 1, 1 (0, 0, 0, 0 (z 1, z 2, z 3, z 4 (p 1 2 3 4 ( 1, 2, 3, 4 (0, 0, 0, 0 (1, 1, 1, 1 (r 1 2 3 4 Elemen pivot Langkah 4 Menghitung persamaan pivot baru dengan persamaan lainnya. Untuk persamaan pivot: Persamaan pivot baru = pers m p vot m e eme p vot Untuk persamaan selain pivot: Persamaan baru = (persamaan lama (koefisien kolom kunci x (persamaan pivot baru. Karena 4 merupakan baris kunci dan barisnya menjadi persamaan pivot lama, maka persamaan pivot barunya sebagai berikut : 1 = p p p p 2 = 3 = 4 = NK = r r r r = ( p (A.1 = (,,, (A.2 = (0,0,0,0 (A.3 = (,,, = ( r (A.4 (A.5 sehingga dari perhitungan di atas, dapat ditulis pada tabel berikut : Tabel 4.4 Persamaan baru menjadi NK Z n (A.1 (A.2 (A.3 (A.4 (A.5

93 sedangkan persamaan lainnya yaitu persamaan Z n dan yang menjadi persamaan lamaersamaan barunya yaitu: untuk persamaan Z n di antaranya: = ( u n ( v n x (A.1 = ( u n ( v n x ( p = ( u n ( v n ( p, v n ( p, v n ( p, v n ( p = ( u n R( v n ( p, v n ( p, v n ( p, v n ( p B.1 = ( v n (( v n x (A.2 = ( v n (( v n x ((,,, = ( v n ( v n (, v n (,, v n (, v n ( = ( v n R ( v n (, v n (,, v n (, v n ( B.2 = (0 (( v n x (A.3 = (0 R(( v n x (A.3 B.3 = (0 (( v 4, v 3, v 2, v 1 x (A.4 = (0 (( v 4, v 3, v 2, v 1 x (,,, NK = 0 R(( v 4, ( v 3, ( v 2, ( v 1 B.4 = (0 (( v 4, v 3, v 2, v 1 x (A.5 = (0 (( v 4, v 3, v 2, v 1 x ( r = (0 R(( v 4 r, ( v 3 r Untuk persamaan, diantaranya:, ( v 2 r, ( v 1 r = (x 1, x 2, x 3, x 4 ((y 1, y 2, y 3, y 4 x (A.1 = (x 1, x 2, x 3, x 4 ((y 1, y 2, y 3, y 4 x ( p = (x 1, x 2, x 3, x 4 ((y 1 p = (x 1 (y 4 p B.5, (y 2 p, (y 3 p, (y 4 p, x 2 (y 3 p, x 3 (y 2 p, x 4 (y 1 p C.1 = (y 1, y 2, y 3, y 4 ((y 1, y 2, y 3, y 4 x (A.2 = (y 1, y 2, y 3, y 4 ((y 1, y 2, y 3, y 4 x ( = (y 1, y 2, y 3, y 4 (y 1 ( = (1,1,1,1 ((y 1, y 2, y 3, y 4 x (A.3,,,, y 2 (, y 3 (, y 4 ( C.2 = (1,1,1,1 ((y 1, y 2, y 3, y 4 x (0,0,0,0 = (1,1,1,1 C.3 = (0,0,0,0 ((y 1, y 2, y 3, y 4 x (A.4 = (0,0,0,0 ((y 1, y 2, y 3, y 4 x (,,, = (0,0,0,0 (y 1 (, y 2 (, y 3 (, y 4 ( NK = ( y 4 (, y 3 (, y 2 (, (y 1 ( C.4 = (z 1, z 2, z 3, z 4 ((y 1, y 2, y 3, y 4 x (A.5 = (z 1, z 2, z 3, z 4 ((y 1, y 2, y 3, y 4 x ( r = (z 1, z 2, z 3, z 4 (y 1 ( r, y 2 ( r = (z 1 y 4 ( r, y 3 ( r, y 4 ( r, z 2 y 3 ( r, z 3 y 2 ( r, z 4 y 1 ( r C.5

94 sehingga dari perhitungan di atas, hasil iterasi pertama dapat ditulis sesuai tabel berikut: Tabel 4.5 Persamaan baru Z n dan NK Z n (B.1 (B.2 (B.3 (B.4 (B.5 (C.1 (C.2 (C.3 (C.4 (C.5 (A.1 (A.2 (A.3 (A.4 (A.5 karena pada operasi bilangan kabur trapesium hasil perhitungan dari operasinya semakin melebar yaitu yang positif semakin positif dan yang negatif semakin negatif jika iterasi diteruskan, maka selanjutnya dilakukan defuzyfikasi untuk setiap elemen dalam tabel simplex untuk bisa dilanjutkan iterasi berikutnya. Pada iterasi pertama diperoleh solusi untuk dan Z n yaitu: = A.5 Z n = ( r = (B.5 = (0 R(( v 4 r, ( v 3 r, ( v 2 r, ( v 1 r. Hasil ini berlaku untuk kasus yang elemen pivotnya terletak pada perpotongan antara kolom dengan baris (Tabel 4.3. Untuk kasus lain dengan cara yang sama jika elemen pivotnya terletak pada perpotongan antara kolom dengan baris (Tabel 4.6, maka niali maksimum untuk dan Z n sesuai tabel berikut: Tabel 4.6 pivot 2 NK Z n (u n (v n (0 (0 (0 (x 1, x 2, x 3, x 4 (y 1, y 2, y 3, y 4 (1, 1, 1, 1 (0, 0, 0, 0 (z 1, z 2, z 3, z 4 (p 1 2 3 4 ( 1, 2, 3, 4 (0, 0, 0, 0 (1, 1, 1, 1 (r 1 2 3 4 = ( z, z, z, z Z n = (0 (( v n x ( z, z, z, z = (0 R(( v 4 z, ( v 3 z, ( v 2 z, ( v 1, z. Untuk kasus lain dengan cara yang sama jika elemen pivotnya terletak pada perpotongan antara kolom dengan baris (Tabel 4.7, maka nilai maksimum untuk dan Z n yaitu: Tabel 4.7 Pivot 3 NK Z n (u n (v n (0 (0 (0 (x 1, x 2, x 3, x 4 (y 1, y 2, y 3, y 4 (1, 1, 1, 1 (0, 0, 0, 0 (z 1, z 2, z 3, z 4 (p 1 2 3 4 ( 1, 2, 3, 4 (0, 0, 0, 0 (1, 1, 1, 1 (r 1 2 3 4 = z, z, z, z Z n = (0 (( u 4, u 3, u 2, u 1 x ( z, z, z, z

95 = (0 R(( u 4 z, ( u 3 z, ( u 2 z, ( u 1 z. Untuk kasus lain dengan cara yang sama jika elemen pivotnya terletak pada perpotongan antara kolom dengan baris (Tabel 4.8, maka nilai maksimum untuk dan Z n yaitu: Tabel 4.8 Pivot 4 NK Z n (u n (v n (0 (0 (0 (x 1, x 2, x 3, x 4 (y 1, y 2, y 3, y 4 (1, 1, 1, 1 (0, 0, 0, 0 (z 1, z 2, z 3, z 4 (p 1 2 3 4 ( 1, 2, 3, 4 (0, 0, 0, 0 (1, 1, 1, 1 (r 1 2 3 4 = ( r p p p p = (0 (( u 4, u 3, u 2, u 1 x ( r = (0 R(( u 4 r, ( u p 3 r p p, ( u 2 r p p p p, ( u 1 r p Langkah 5 Langkah selanjutnya adalah Proses defuzyfikasi semua elemen pada tabel simplex pada iterasi pertama (Tabel 4.5. Jika solusi optimum telah ditemukan pada iterasi pertama maka iterasi dihentikan, tapi jika belum memenuhi, maka selanjutnya dilakukan iterasi kedua sesuai tabel berikut : Tabel 4.9 Tabel awal setelah defuzyfikasi NK R (B.1 R (B.2 R (B.3 R (B.4 R (B.5 R (C.1 R (C.2 R (C.3 R (C.4 R (C.5 R (A.1 R (A.2 R (A.3 R (A.4 R (A.5 Setelah dilakukan tahapantahapan diatas, akan didapatkan solusi optimum = (Z 1, Z 2, Z 3, Z 4 dari variabel,. 4. Kesimpulan 1. Memodelkan suatu masalah optimasi dengan keseluruhan unsurnya bernilai kabur dapat diselesaikan menggunakan pemrograman linier dengan metode simplex, dengan terlebih dahulu mengidentifikasi apakah masalah tersebut dapat dimodelkan kedalam model umum pemrogaraman linier kabur. 2. Pemrograman linier dengan koefisien fungsi objektif, fungsi kendala dan variabel keputusan berbentuk bilangan kabur dapat diselesaikan dengan menggunakan metode simpleks pada iterasi pertama dengan metode langsung tanpa terlebih dahulu mengubahnya menjadi pemrograman linier tegas. 3. Pemrograman linier dengan koefisien fungsi objektif, fungsi kendala dan variabel keputusan berbentuk bilangan kabur dapat diselesaikan dengan mengaplikasikan fungsi ranking : R( m untuk m dimana atau Daftar Pustaka [1] Asikin, M.,2003. Mencermati berbagai jenis permasalahan dalam program linear kabur, Jurnal matematika dan komputer, 2, 8696. [2] Allahviranloo, T., 2009. Solving a fully fuzzy linear programming using lexicography method and fuzzy approximate solution, Appl. Math. Model. 33. [3] Ebrahimnejad, A., Nasseri, S. H., Lotfi F. H., dan Soltanifar, M., 2010. A primaldual method for linear programming problems with fuzzy variables, Eur. J. Ind. Eng. 4, 189209. [4] Hosseinzadeh, A., dan Edalatpanah, S. A., 2016. A new approach for solving fully.

96 fuzzy linear programming by using the lexicography method. Journal of fuzzy linear programming. [5] Kumar, A., Kaur, J., Singh, P., 2010. Fuzzy optimal solution of fully fuzzy linear programming problems with ineuality constraints, International journal of applied mathematics and computer sciences 6, 3741. [6] Kumar, A., dan Kaur, J., 2011. A new method for solving fuzzy linear programs with tapezoidal fuzzy numbers, Journal of fuzzy linear programming, Vol.102. [7] Kusumadewi., 2010. Aplikasi logika kabur untuk pendukung keputusan. Yogyakarta: Graha Ilmu. [8] Maleki, H. R., 2002. Ranking functions and their applications to fuzzy linear programming, Journal of Fuzzy Linear Programming, Far East J. Appl. Math. 4, 283 301. [9] Nasseri, S.H., Ardil, E., Yazdani, A., dan Zaefarian, R., 2007. Simplex method for solving linear programming problems with fuzzy numbers, Journal of fuzzy linear programming, Vol:12, No.10, 2007. [10] Pandian, P., dan Jayalakshmi, M., 2010. A new for solving integer linear programming problems with fuzzy variabels, Applied mathematical sciences, vol : 4, No. 20, 9971004. [11] Salim, R.dan Molani, M.,2014. Representation of trapezoidal fuzzy numbers with shape function, Annals of fuzzy mathematics and informatics, volume 8, No. 1. [12] Stanojevic, B. dan Stanojevic, M., 2009. Penalty method for fuzzy linear programming with trapezoidal numbers, Journal of operations research, 1, 149156. [13] Wang, L.X., 1997. A course in fuzzy systems and controlrenticehall Int., London. [14] Winston, W.L., 2003. Operations research: applications and algorithms, edisi4, International Thomson Publishing, Belmont, California. [15] Zadeh, L.A.,1965. Fuzzy Set. Information and control, 8: 338353. California. [16] Zimmermann, H.J., 1978. Fuzzy programming and linear programming with several objective functions, Fuzzy Sets and Systems.