BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penyakit malaria merupakan salah satu momok kesehatan masyarakat yang sangat penting di dunia. Penyakit ini penyebab utama terjadinya kematian di banyak Negara berkembang terutama pada anak-anak dan ibu hamil sebagai kelompok utama yang mudah terinfeksi (Sembel, 2009). Malaria merupakan penyakit yang ditularkan oleh nyamuk dan menyerang 100 Negara dan 41% penduduk di dunia dalam kelompok yang beresiko (Achmadi, 2008). Malaria menyebabkan peningkatan morbiditas dan mortalitas setiap tahunnya (Rathnam, 2007). Malaria adalah penyakit infeksi utama di dunia, WHO memperkirakan sekitar 41% populasi dunia dapat terinfeksi malaria (Sembel, 2009). Malaria merupakan penyakit infeksi utama di dunia yang menginfeksi 170-300 juta orang dengan angka kematian 1 juta orang pertahun diseluruh dunia. Penelitian di Afrika menunjukkan penyebab mortalitas, pada tahun 2002 di laporkan lebih dari 500 juta kasus malaria, 70% terjadi di Afrika, 25% di Asia Tenggara dan 5% terjadi di Amerika Selatan dan di kawasan endemis lainnya (Harijanto, 2010). Malaria di Indonesia merupakan peringkat ketiga penyebab kematian terutama di daerah endemis (Sari, 2005). Malaria di jumpai hampir di seluruh pulau. 1
2 Indonesia telah melakukan pemberantasan penyakit malaria sejak tahun 1959, namun hingga saat ini angka morbiditas dan mortalitas masih cukup tinggi (Zein, 2003). Indonesia kawasan timur mulai dari Kalimantan, Sulawesi Tengah sampai Utara, Maluku, Irian Jaya, Lombok, sampai Nusa Tenggara Timur, Timor-Timor merupakan daerah endemis malaria. Beberapa daerah di Sumatera mulai dari Lampung, Riau, Jambi dan Batam kasus malaria cenderung meningkat (Harijanto, 2007). Kasus malaria di sekitar Jawa Bali pada tahun 2008 mengalami peningkatan API (Annual Parasite Index) 0,16 dari 0,15 pada tahun 2005. API (Annual Parasite Index) merupakan angka kejadian malaria yang dihitung per 1000 penduduk sedangkan AMI (Annual Malaria Incidence) untuk luar Jawa Bali di Indonesia menunjukkan kecenderungan menurun. Pada tahun 2008 angka kesakitan malaria sebesar 18,82 per 1000 penduduk dari 24,75 pada tahun 2005 (Depkes RI, 2008) Malaria masih menjadi masalah kesehatan yang utama di provinsi Suamatera Utara. Berdasarkan hasil laporan dinas kesehatan Sumatera Utara, terdapat 6 kabupaten yang dikatakan endemik malaria, yaitu : Nias, Nias Selatan, Mandailing Natal, Labuhan Batu, Asahan dan Tapanuli Selatan. Rata-rata terjadi 50.000 kasus malaria klinis/tahun, 9-10 orang meninggal setiap tahun (Dinkes Sumut, 2009). Kabupaten Mandailing Natal, tahun 2006 kasus malaria di kabupaten Mandailing Natal di temukan 10.668 kasus atau AMI 25,78 per 1.000 penduduk dan 822 malaria parasit positif atau API 1,98 per 1000 penduduk, tahun 2007 di
3 temukan 13.064 kasus atau AMI 31,28 per 1000 penduduk dan 5.927 malaria parasit positif atau API 14,19 per 1000 penduduk, tahun 2008 meningkat menjadi 15,397 kasus atau AMI 36,34 per 1000 penduduk namun mengalami penurunan pada kasus malaria positif menjadi 1.704 kasus atau API 4,02 per 1000 penduduk. Pada tahun 2008 malaria merupakan penyakit dengan urutan kedua (15,1%) dari 10 penyakit terbesar di kabupaten Mandailing Natal (Dinkes Mandailing Natal, 2008). Puskesmas Naga Juang kabupaten Mandailing Natal kasus malaria ditemukan 150 orang malaria klinis pada tahun 2011 dan menjadi urutan ke 2 dari 10 penyakit terbesar di Puskesmas Naga Juang Kabupaten Mandailing Natal (Puskesmas Naga Juang, 2011). Penyebaran penyakit malaria terkait dengan perilaku masyarakat sangat erat hubungannya dengan kebiasaan hidup bersih dan kesadaran keluarga terhadap bahaya malaria (Rathnam, 2007). Faktor yang dapat menimbulkan penyakit pada manusia yaitu salah satunya lingkungan. Lingkungan hidup manusia pada dasarnya terdiri atas lingkungan internal dan lingkungan hidup eksternal. Lingkungan hidup eksternal terdiri dari lingkungan fisik, lingkungan biologi, lingkungan kimiawi, lingkungan sosial (Budiman, 2008). Berdasarkan hasil penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap kejadian malaria, seperti masih banyak ditemukan rumah masyarakat yang tidak memakai kawat kasa anti nyamuk, penelitian Suwendra menyebutkan bahwa ada hubungan antara kawat kasa dengan kejadian malaria (Suwendra, 2003).
4 Menurut penelitian Yoga mnyatakan bahwa keadaan kualitas rumah sangat berpengaruh terhadap kemungkinan terjadinya penularan malaria di dalam rumah. Penduduk dengan rumah dindingnya banyak berlubang beresiko sakit malaria dibandingkan rumah penduduk yang dindingnya rapat (Yoga, 1999). Selain kawat kasa dan kualitas rumah, keberadaan kandang ternak juga menjadi faktor terjadinya penyakit malaria, menurut penelitian Akhsin yang menyatakan bahwa keberadaan kandang ternak disekitar rumah yang buruk akan mempunyai resiko terkena malaria di bandingkan yang tidak memiliki kandang ternak di sekitar rumah (Akhsin,2004). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Winandi yang menyatakan kebiasaan keluar rumah pada malam hari mempunyai resiko terkena malaria di bandingkan dengan yang tidak keluar pada malam hari (Winandi, 2004). Tingkat pendidikan merupakan dasar pengetahuan. Semakin tinggi pendidikan semakin besar kemampuan menyerap dan menerima informasi, sehingga pengetahuan dan wawasannya lebih luas. Selain itu tingkat pendidikan salah satu faktor terjadinya penyakit malaria hasil penelitian Rustam yang menyatakan bahwa masyarakat yang tingkat pendidikannya rendah berpeluang terkena malaria dibanding dengan yang berpendidikan tinggi dan penghasilan yang rendah juga mempengaruhi resiko terkena malaria (Rustam, 2002). Berbagai hasil penelitian yang telah dilakukan di atas, bahwa banyak faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit malaria diantaranya lingkungan, dan berbagai hasil penelitian tersebut antara lain kawat kasa anti nyamuk, kebiasaan keluar rumah, tingkat penghasilan, kandang ternak, kualitas
5 bangunan rumah. Berdasarkan fakta penelitian tersebut peneliti ingin mengetahui tentang Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit malaria di wilayah kerja Puskesmas Naga Juang Kabupaten Mandailing Natal. 2. Rumusan Masalah Faktor apakah yang mempengaruhi kejadian penyakit malaria di wilayah kerja Puskesmas Naga Juang Kabupaten Mandailing Natal. 3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk : 3.1 Mengidentifikasi angka kejadian malaria di wilayah kerja Puskesmas Naga Juang Kabupaten Mandailing Natal. 3.2 Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit malaria di wilayah kerja Puskesmas Naga Juang Kabupaten Mandailing Natal. 4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian di harapkan dapat memberikan manfaat untuk : 4.1 Pendidikan Keperawatan Hasil penelitian ini dapat menjadi wawasan dan penambahan informasi bagi pendidikan kesehatan dan keperawatan komunitas tentang faktor-faktor yang
6 mempengaruhi kejadian penyakit malaria di wilayah kerja Puskesmas Naga Juang kabupaten Mandailing Natal. 4.2 Pelayanan Keperawatan Hasil penelitian ini adalah evidence yang dapat di jadikan masukan bagi pelayanan keperawatan di komunitas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit malaria di wilayah kerja Puskesmas Naga Juang Kabupaten Mandailing Natal. 4.3 Penelitian Hasil penelitian ini dapat menjadi rekomendasi bagi peneliti berikutnya terutama yang berhubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit malaria di wilayah kerja Puskesmas Naga Juang Kabupaten Mandailing Natal.