2. Analisis Value Chain

dokumen-dokumen yang mirip
Profil. Yayasan Swiss untuk kerjasama Teknis

Profil. Yayasan Swiss untuk Kerja Sama Teknis

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

memberikan kepada peradaban manusia hidup berdampingan dengan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH,

RPJM PROVINSI JAWA TIMUR (1) Visi Terwujudnya Jawa Timur yang Makmur dan Berakhlak dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia

MENINGKATKAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1

Studi kasus untuk merancang intervensi tingkat perusahaan untuk mempromosikan produktivitas dan kondisi kerja di UKM SCORE

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Ketahanan Pangan dan Gizi adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Panggilan untuk Usulan Badan Pelaksana Nasional Mekanisme Hibah Khusus untuk Masyarakat Adat dan Masyarakat Lokal Indonesia November 2014

BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM

MENCAPAI HASIL YANG DIINGINKAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Oleh : Arief Setyadi. Persyaratan Gender dalam Program Compact

8 BANGUNAN TEORI INTEGRASI AGROINDUSTRI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

V. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Inisiatif Accountability Framework

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DEKLARASI BANGKOK MENGENAI AKTIVITAS FISIK UNTUK KESEHATAN GLOBAL DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 44 TAHUN 1997 TENTANG KEMITRAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

mencapai hasil yang diinginkan

Program Peningkatan Kemampuan Pemasok secara Efektif Nike 1. Apa persoalan yang perlu diselesaikan?

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1997 TENTANG KEMITRAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Kajian Tengah Waktu Strategi Menjawab Tantangan Transformasi Asia dan Pasifik

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1997 TENTANG KEMITRAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

-2- Mengingat : Pasal 20 dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REP

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERINDUSTRIAN

JURNAL 1 : POTENSI ADOPSI STRATEGI E-COMMERCE UNTUK DI LIBYA.

NOMOR 44 TAHUN 1997 TENTANG KEMITRAAN

PERATURAN BUPATI TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG) DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN MALANG. BAB I KETENTUAN UMUM

ATAS RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA

MODUL 11: PRAKTIK TERBAIK UNTUK DESAIN PROYEK. USAID Adapt Asia-Pacific

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan

VII. KINERJA LEMBAGA PENUNJANG PEMASARAN DAN KEBIJAKAN PEMASARAN RUMPUT LAUT. menjalankan kegiatan budidaya rumput laut. Dengan demikian mereka dapat

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 106 TAHUN 2017 TENTANG KAWASAN SAINS DAN TEKNOLOGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

5 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluh Pertanian Dalam UU RI No. 16 Tahun 2006 menyatakan bahwa penyuluhan pertanian dalam melaksanakan tugasnya

KERANGKA DAN STRATEGI PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DALAM PROGRAM KARBON HUTAN BERAU (PKHB)

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN KETAHANAN PANGAN DAN PELAKSANA PENYULUHAN KABUPATEN BANTUL

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS)

VII. RANCANGAN SISTEM PENGEMBANGAN KLASTER AGROINDUSTRI AREN

Indonesia: Akses Energi Berkelanjutan di Indonesia Timur-Program Pembangunan Jaringan Listrik

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DANA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

Lingkungan Pemasaran

ALUR PIKIR DAN ENAM PILAR PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

International IDEA, Strömsborg, Stockholm, Sweden Phone , Fax: Web:

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

ILO MAMPU Project - Akses terhadap Pekerjaan & Pekerjaan Layak bagi Perempuan Tinjauan Fase 2 January 2013

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi,

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBIAYAAN PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

TINJAUAN DAN PEMBARUAN KEBIJAKAN PENGAMANAN BANK DUNIA RENCANA KONSULTASI

4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah

Perantara. program. kesadaran upah memproduksi. Survei terhadap. di Indonesia, rumahan. dan. perusahaan, perantara yang. diketahui tentang.

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN

6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kebijakan di dalam pengembangan UKM

Perluasan Lapangan Kerja

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG KEBIJAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

Oleh: Riza Primahendra 1

Tentang Hutan Kemasyarakatan. MEMUTUSKAN PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN KEMISKINAN DALAM PELAKSANAAN HUTAN KEMASYARAKATAN BAB I KETENTUAN UMUM.

BUPATI KUDUS. PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 20 Tahun 2010 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

PEMETAAN DAYA SAING PERTANIAN INDONESIA. Saktyanu K. Dermoredjo

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

KEBIJAKAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN (PPRG) DALAM PERUBAHAN IKLIM

Pelatihan Cara Mengekspor Kopi ke Kanada

Tema Pembangunan 2007

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGI PENYANDANG DISABILITAS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PROYEK PENINGKATAN KAPASITAS & KEBERLANJUTAN PINJAMAN DANA BERGULIR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBIAYAAN PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21

PENDAHULUAN. Latar Belakang

Bab 1: Konteks Menganalisis Lingkungan Indonesia

Mobilisasi Sumber Daya untuk Transformasi Sosial: Tantangan Kita

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Ringkasan Eksekutif Kamis 2 Mei 2013, jam 9.00 s/d Kantor Sekretariat Pokja, Grand Kebon Sirih, Jakarta Pusat

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Lampiran 1. Kuesioner penelitian bagi petani/kelompok tani

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 118 TAHUN 2015

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis

Standar Operasional Prosedur (SOP) Percepatan. Program Inovasi Desa (PID)

BANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya

Transkripsi:

2. Analisis Value Chain

Di sinilah kita berada 1. Pengantar 2. Analisis 3. Titik awal intervensi 6. Pemantauan dan evaluasi 4. Strategi intervensi/ Kemitraan 5. Fasilitasi intervensi Kunjungan lapangan Analisis tugas dan rencana pengembangan kapasitas

Tujuan Sesi 2 Memahami logika Rantai Nilai dan proses analisis sistem pasar secara menyeluruh (mulai dari gejala sampai penyebab / akar permasalahan). Menyadari pentingnya memahami kelompok sasaran secara mendalam dan dampak yang diharapkan. Mengetahui pertimbangan-pertimbangan penting terkait pemilihan Rantai Nilai alat dan proses. Berlatih melakukan analisis Rantai Nilai dan sistem pasar termasuk permasalahan-permasalahan lain yang terkait (gender dan ketahanan).

Pentingnya melakukan analisis

Masih bingung?

Saksikanlah

Refleksi Apa saja tantangan utama yang disebutkan pria dalam video? Apakah pesan kunci yang berusaha disampaikannya?

Tahapan kunci dalam pemilihan rantai nilai 1. Tentukan kelompok sasaran 5. Validasi hasil temuan 2. Tentukan kriteria 4. Lakukan penilaian cepat 3. Siapkan metode pemeringkatan

LANGKAH 1 Kelompok sasaran dan konteksnya

Memahami kelompok-kelompok sasaran Kelompok-kelompok sasaran selalu berada dalam konteks tertentu, dalam hal bagaimana mereka mengelola kehidupan dan mata pencahariannya (sebagai produsen, pengusaha, konsumen). Masyarakat miskin tidak diuntungkan dalam pasar. Biaya transaksi yang tinggi

Memahami kelompok-kelompok sasaran Pertanyaan kunci yang wajib kita tanyakan: 1) Apa saja kerentanan utama mereka? 2) Sumber daya apa yang dimiliki oleh masyarakat miskin (laki-laki dan perempuan): lahan, pekerja, keterampilan, jaringan. CATATAN: Kelompok sasaran tidak bersifat homogeny: status kemiskinan, gender, etnis?

Kebijakan Sasaran IFAD Kelompok sasaran : Masyarakat pedesaan yang hidup di bawah garis kemiskinan; mengalami kerawanan pangan; mampu mengambil keuntungan dari kesempatan (miskin aktif). IFAD berusaha memperluas jangkauan ke kelompok-kelompok yang sangat miskin termasuk kelompok-kelompok marjinal (minoritas, penduduk asli / pribumi, dsb.) Fokus utama perempuan

Biaya Transaksi : Pemenang dan Pecundang (Menang dan Kalah) Ini barang / jasa Anda Ini pembayaran untuk Anda Biaya Transaksi Saya tidak punya pilihan selain menjual kepadanya Kurangnya informasi pasar Jarak ke pasar infrastruktur Daya tawar yang lemah Status sosial yang rendah Kualitas produk yang buruk Butuh uang cepat Hehehe ia tidak tahu apa apa! Memiliki akses informasi yang lebih baik Perjanjian langsung dengan pembeli yang lebih besar Memiliki sumber daya lebih Daya tawar yang lebih tinggi Dari kelompok yang lebih dihormati Memiliki standar tinggi Mengetahui ini semua Biaya mencari & informasi Biaya 111 tawar menawar Biaya peraturan dan penegakan hukum Hubungan asimetris

LANGKAH 2 Menentukan Kriteria

Tiga Kriteria Besar Dimana potensi terbesar untuk menguntungkan kelompok-kelompok yang kerap dirugikan? Relevansi Potensial untuk perubahan inklusif Seberapa besar kemungkinan untuk mencapai perubahan sistem yang inklusif? Kemungkinan Kesempatan Apakah ada kesempatan pertumbuhan yang memihak masyarakat miskin?

RELEVANSI KESEMPATAN KEMUNGKINAN KRITERIA POTENSI TINGGI SEDANG RENDAH Jumlah masyarakat miskin (laki laki / perempuan) yang berpotensi untuk aktif dalam sistem pasar Kesempatan masyarakat miskin untuk meningkatkan pendapatan atau mengakses layanan dasar Kemampuan untuk menjangkau kerawanan dan/atau masyarakat yang dirugikan Nilai ekonomi dan sosial dari sebuah sistem pasar Pertumbuhan pasar atau akses jasa sebelum dan yang akan datang Kemungkinan terjadinya pertumbuhan ekonomi atau akses jasa bagi masyarakat miskin Dinamisme dan kesehatan sistem pasar Kemungkinan menarik investasi pemerintah dan/atau swasta Ketersediaan pelaku pasar yang berpengaruh Kemungkinan menarik pelaku lain atau jasa lain Kondisi politik dan ekonomi yang kondusif (ketiadaan konflik dan hambatan perubahan) Kemauan pelaku pasar untuk mengubah model bisnis atau mengadopsi strategi baru Kemungkinan penyimpangan atau ketidakmampuan aplikasi prinsip pengembangan sistem pasar

LANGKAH 3 Mempersiapkan metode pemeringkatan

Bobot Apa saja yang dibutuhkan untuk membuat pemeringkatan? Skor Seberapa penting sebuah kriteria? Digunakan untuk membedakan berbagai kriteria yang tidak sama penting. Seberapa penting sebuah rantai nilai atau sub-sektor terhadap sebuah kriteria Digunakan untuk membedakan karakteristik spesifik sebuah rantai nilai atau sub-sektor terhadap sebuah kriteria Akan sangat berguna untuk memperhatikan: - Penggunaan pengetahuan Anda dan staf - Melakukan analisis data sekunder secara cepat

Kriteria Utama Kriteria khusus dan bobot (1-3) Rantai nilai potensial (sektor/sub-sektor) & skor (1-10) Sayur mayur Unggas Kerajinan tangan RELEVAN SI KESEM PATAN Jumlah masyarakat miskin (laki-laki / perempuan) yang berpotensi untuk aktif dalam sistem pasar (2) Kesempatan masyarakat miskin untuk meningkatkan pendapatan atau mengakses layanan dasar (3) Kemampuan untuk menjangkau kerawanan dan/atau masyarakat yang dirugikan (3) 7 x 2 = 14 7 x 2 = 14 8 x 2 = 16 7 x 3 = 21 8 x 3 = 24 6 x 3 = 18 7 x 3 = 21 7 x 3 = 21 9 x 3 = 27 Nilai ekonomi dan sosial dari sebuah sistem pasar (2) 8 x 2 = 16 8 x 2 = 16 7 x 2 = 14 Pertumbuhan pasar atau akses jasa sebelum dan yang akan datang (2) Kemungkinan terjadinya pertumbuhan ekonomi atau akses jasa bagi masyarakat miskin (3) 7 x 2 = 14 8 x 2 = 16 6 x 2 = 12 7 x 3 = 21 7 x 3 = 21 8 x 3 = 24 Dinamisme dan kesehatan sistem pasar (2) 8 x 2 = 16 8 x 2 = 16 7 x 2 = 14 Kemungkinan menarik investasi pemerintah dan/atau swasta (3) 8 x 3 = 24 8 x 3 = 24 6 x 3 = 18 Total 147 152 143

LANGKAH 4 Melakukan penilaian cepat

Alat pemilihan rantai nilai Survey iklim investasi Analisis kemiskinan dan mata pencaharian Penelitian konsumen Penilaian faktor pendorong perubahan Analisis daya saing Penelitian produktivitas Pemetaan dan analisis pasar darurat (EMMA) Analisis politik dan ekonomi Konsultasi Klien Sistematis (SCC) Pemetaan dan analisis organisasi dan pemangku kepentingan Triangulasi! Penilaian penerima manfaat Analisis pemberdayaan ekonomi perempuan (WEE)

Alat Relevansi Kapan dapat digunakan Survey iklim investasi Analisis kemiskinan dan mata pencaharian Analisis daya saing Penelitian konsumen Penilaian faktor pendorong perubahan Pemetaan dan analisis pasar darurat (EMMA) Mempelajari hambatan bagi pertumbuhan dan produktivitas Menilai kapabilitas, asset (tangible dan intangible), dan aktivitas yang dibutuhkan untuk menghasilkan pendapatan Analisis kekuatan dan kelemahan rantai nilai potensial yang memiliki daya saing untuk dampak yang lebih baik Bagian dari riset pasar dimana pilihan, motivasi, dan perilaku belanja konsumen sasaran diidentifikasi Segala faktor alamiah atau campur tangan manusia yang secara langsung maupun tidak langsung menyebabkan perubahan rantai nilai (permintaan, penawaran, perbaikan, dsb.) Untuk menilai kondisi darurat tiba-tiba untuk dapat memahami dan menggunakan sistem pasar dengan lebih baik. Untuk mengidentifikasi reformasi kebijakan dan institusional untuk mendorong investasi dan meningkatkan produktivitas. Menyasar kelompok tertentu untuk menentukan pihak-pihak yang terlibat dan memperoleh keuntungan Jika ada lebih dari dua rantai nilai dengan sejumlah fitur-fitur serupa, ketika pertimbangan ekonomi lebih tinggi Ketika konsumen merupakan faktor pendorong rantai nilai, untuk memahami kelompok sasaran Apabila ada faktor pendorong perubahan yang jelas: sebuah institusi atau pengusaha yang mendorong terjadinya perubahan proses pasar. Untuk melengkapi praktik kemanusiaan yang telah ada dalam berbagai konteks.

Alat Relevansi Kapan dapat digunakan Konsultasi klien sistematis (SCC) Pemetaan dan analisis organisasi dan pemangku kepentingan Penilaian produktivitas Analisis politik dan ekonomi Penilaian penerima manfaat Analisis pemberdayaan ekonomi perempuan (WEE) Digunakan untuk meningkatkan validitas temuan oleh staf proyek, melalui konsultasi terstruktur berbagai kalangan klien, mulai dari kelompok sasaran sampai sektor swasta, institusi pemerintah, organisasi masyarakat dan donor. Sebuah proses untuk menilai dampak sebuah keputusan terhadap pihak relevan, menilai bagaimana kepentingan para pemangku kepentingan harus dibahas dalam perencanaan proyek, kebijakan, program, atau tindakan lain. Menilai faktor efisiensi rantai nilai potensi untuk peningkatan rantai nilai Menilai bagaimana kekuasaan dan sumber daya terdistribusi dan diperebutkan dalam konteks berbeda, dan implikasinya untuk pengembangan hasil Riset kualitatif yang digunakan untuk meningkatkan dampak dengan cara menmperoleh pendapat para penerima manfaat Pandangan terhadap agensi, pilihan dan pembuatan keputusan perempuan di dalam rantai nilai Apabila terdapat hasil kerja lapangan yang rumit; untuk meningkatkan komitmen pemangku kepentingan; ketika informasi yang dikumpulkan harus ditinjau kembali. Menimbang dan menyeimbangkan seluruh permintaan: selama masa persiapan untuk menilai perilaku pemangku kepentingan terhadap perubahan yang kemungkinan akan terjadi. Selama ada tujuan ke arah peningkatan produktivitas rantai nilai Ketika ada kebutuhan untuk melangkah ke luar struktur formal untuk mengungkap berbagai kepentingan, insentif dan institusi yang mampu mempercepat atau menghentikan perubahan Pada saat konsultasi klien sistemik tetapi lebih menekankan pada kelompok sasaran utama (penerima manfaat) Ketika ada penekanan pada integrasi perspektif berbasis gender

TETAPI, analisis bukanlah sebuah proses yang linear Pemilihan pasar Pemilihan Pasar Perancangan strategi Analisis garis bawah (baseline) Analisis pasar IPelaksanaan RENCANA KENYATAAN Pemantauan dan Evaluasi Pemetaan pasar & analisis hambatan Sistem yang saling terhubung Ide intervensi awal & perancangan Perjanjian awal / kesempatan Intervensi dan revisi Formulasi strategi & pemantauan Pemantauan

Atau terlihat seperti ini

Poin tambahan untuk analisis yang baik Kelompok/individu sasaran Kelompok/individu sasaran sebagai bagian dari sistem Gejala buruknya kinerja Penyebab buruknya kinerja Diagnosa satu kali dan linear Proses analisis dan peningkatan berkelanjutan

Latihan 1 Instruksi: bacalah dengan hati-hati kasus pemilihan rantai nilai dan identifikasilah hal-hal berikut ini: a) Rantai nilai mana yang dipilih oleh proyek? b) Mengapa mereka memilih Rantai Nilai tersebut? Kriteria apa yang mereka gunakan? c) Alat apa yang mereka gunakan untuk memvalidasi temuan dalam memilih Rantai Nilai? d) Pemangku kepentingan mana yang dihubungi oleh proyek? Mengapa? 30 menit

Dari Rantai Nilai ke Sistem Pasar Penyediaan bahan baku Pengumpulan Pemasaran Panen Pengolahan Konsumsi

Dari Rantai Nilai ke Sistem Pasar Penyedia bahan baku Penyediaan bahan baku Pengepul: penyedia jasa lokal Pengumpulan Pedagang, perusahaan swasta Pemasaran Panen Petani Pengolahan UKM Konsumsi Masyarakat desa dan kota

Aktor seperti perempuan dan lakilaki miskin tidak terisolasi dari aktor lain, fungsi, dan peraturan. Oleh karenanya pemilihan Rantai Nilai yang berhasil harus memperhatikan: 1)Fungsi pendukung lain 2)Peraturan dan kebijakan, baik formal maupun non-formal

Dari Rantai Nilai ke Sistem Pasar Sistem Pasar Pemerintah Infrastruktur Transportasi Peneliti Konsultan Fungsi pendukung Informasi Jasa keuangan Pasar Sektor Swasta (kredit, tabungan, asuransi) Keterampilan Memberikan informasi dan mengkomunikasikan dan kapasitas Peralatan Pelaku Rantai Nilai Perda Produksi Proses Konsumsi gangan Keanggotaan asosiasi Hak kepemilikan lahan dan bangunan Membuat dan menegakkan peraturan Hukum Standar Sektor non-profit Peraturan dan norma informal (gender dan norma sosial) Peraturan Sumber daya alam Dewan Perwakilan

Dengan kata lain Pembuat Kebijakan pelatihan jasa Saran koordinasi Informasi Norma mitigasi Standar keuangan Peraturan non formal infrastruktur persepsi hukum advokasi Fungsi pendukung dan peraturan ini memitigasi biaya transaksi dari transaksi utama dikerjakan oleh berbagai pemain swasta/pemeri ntah yang formal/nonformal Sektor Swasta Pemerintah FUNGSI PENDUKUNG Infrastruktur jasa Informasi Koordinasi A B Standar Norma non formal perceptsi hukum PERATURAN PEMAIN Keanggotaan organisasi bisnis LSM

Memahami sistem di luar Rantai Nilai Sistem pasar Norma Informasi Infrastruktur Standar Usul Advokasi Pelatihan A Permintaan Biaya transaksi eksternal B Penawaran Jasa percepsi Hukum Koordinasi Mitigasi Peraturan non formal Keuangan

Peraturan non-formal pendidikan Infrastruktur penelitian keuangan koordinasi Standar kekuasaan pelatihan hukum perilaku jasa Informasi

Latihan 2 Instruksi: Secara berkelompok, sesuai dengan kasus yang diberikan, jawablah pertanyaan di bawah ini: 1. Apa saja fungsi utama Rantai Nilai? 2. Apa saja fungsi pendukung yang relevan, yang dibutuhkan untuk membuat rantai nilai berfungsi dengan lebih baik bagi kelompok sasaran? 3. Apa saja peraturan yang relevan, yang dibutuhkan untuk membuat rantai nilai berfungsi dengan lebih baik bagi kelompok sasaran? 20 menit

Melihat kembali sesi kemarin Poin-poin penting untuk menghasilkan analisa yang berhasil: 1. Rantai nilai (Value chains) adalah titik masuk (entry points) yang penting untuk dapat mengerti kebutuhan dan tantangan yang dihadapi oleh kelompok sasaran (target group) dari projek IFAD atau projek lainnya. 2. Ada 3 kriteria utama yang dapat digunakan untuk memilih rantai nilai (value chains): a. Relevansi bagi kelompok sasaran (target group) b. Kesempatan (Opportunities) untuk kelompok sasaran c. Kemungkinan (Feasibility) bagi proyek untuk memberikan perubahan berarti bagi kelompok sasaran

Melihat kembali sesi kemarin 3. Pemilihan rantai nilai melibatkan beberapa alat yang berbeda, ranking, pemberdayaaan ekonomi wanita, penilaian penerima bantuan, dll. Triangulasi dari alat-alat yang berbeda penting untuk dapat meningkatkan kemungkinan pemilihan rantai nilai yang tepat. 4. Fasilitator perlu untuk melihat di luar rantai nilai dan melihat fungsi dan aturan yang ada di sekitar rantai nilai agar dapat melihat akar permasalahan dari penyebab gagalnya atau kurang berjalannya rantai nilai yang ada.