DESKRIPSI SAMPEL PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
VI KARAKTERISTIK PETANI RESPONDEN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

STRUKTUR ONGKOS USAHA TANAMAN PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI TAHUN 2014

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani.

I. PENDAHULUAN. rumahtangga yang mengusahakan komoditas pertanian. Pendapatan rumahtangga

STRUKTUR DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN DI PEDESAAN SUMATERA BARAT

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

KAJIAN RAGAM SUMBER PENDAPATAN RUMAH TANGGA PEDESAAN (STUDI KASUS DESA PRIMA TANI KABUPATEN PROBOLINGGO, JAWA TIMUR)

III KERANGKA PEMIKIRAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

STRUKTUR ONGKOS USAHA TANAMAN PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI JAWA TENGAH TAHUN 2014

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013

NILAI TUKAR PETANI JAWA TIMUR BULAN FEBRUARI 2012

DISTRIBUSI PEMILIKAN DAN PENGUSAHAAN LAHAN PERTANIAN DI SULAWESI SELATAN*

ANALISIS USAHATANI PADI DAN PALAWIJA PADA LAHAN KERING DI KALIMANTAN SELATAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani

PERAN SERTA TERNAK SEBAGAI KOMPONEN USAHATANI PADI UNTUK PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

TINGKAT PENERAPAN DIVERSIFIKASI USAHATANI DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN DAN PENYERAPAN TENAGA KERJA

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Banjararum terletak sekitar 26 km dari Puasat Pemerintahan Kabupaten Kulon

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2006 PANEL PETANI NASIONAL (PATANAS): ANALISIS INDIKATOR PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN PEDESAAN

BAB III PETANI DAN HASIL PERTANIAN DESA BENDOHARJO. A. Monografi dan Demografi Desa Bendoharjo

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Desa Purwasari terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor.

SURYA AGRITAMA Volume I Nomor 1 Maret 2012 KERAGAAN USAHATANI PADI SAWAH PETANI GUREM DI DESA MLARAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN PURWOREJO

LAPORAN AKHIR. Muhammad Iqbal Iwan Setiajie Anugrah Dewa Ketut Sadra Swastika

VII ANALISIS PENDAPATAN

4. HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Desa Penelitian Letak Geografis dan Topografis Desa

Lampiran 1. Diskripsi Varietas Padi Ciherang

1. JUMLAH RTUP MENURUT GOL. LUAS LAHAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. aktivitas dan produktivitas kerja. Jumlah petani pada pola tanam padi-ubi

STRUKTUR ONGKOS USAHA TANAMAN PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI TAHUN 2014 PROVINSI SULAWESI SELATAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan peningkatan ketahanan pangan nasional. Hasil Sensus Pertanian 1993

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

POHON KINERJA DINAS PERTANIAN

NILAI TUKAR PETANI DI PROVINSI RIAU BULAN JULI 2013 TURUN 1,84 PERSEN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang dikuasainya.

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

ANALISIS RUMAH TANGGA, LAHAN, DAN USAHA PERTANIAN DI INDONESIA : SENSUS PERTANIAN 2013

VI ALOKASI PRODUK. Tabel 23. Sebaran Petani Berdasarkan Cara Panen di Kabupaten Karawang Tahun Petani Padi Ladang Cara Panen

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada

NILAI TUKAR PETANI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN APRIL 2008 SEBESAR 135,16

V. GAMBARAN UMUM RUMAHTANGGA PETANI PADI DI SULAWESI TENGARA

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

LAPORAN AKHIR. Edi Basuno Ikin Sadikin Dewa Ketut Sadra Swastika

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013

NILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGAH JULI 2009 SEBESAR PERSEN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN FEBRUARI 2013

BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP)

NILAI TUKAR PETANI JAWA TIMUR BULAN MARET 2012

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

POTRET USAHA PERTANIAN PROVINSI BANTEN MENURUT SUBSEKTOR

I. PENDAHULUAN. Indonesia kaya akan potensi sumberdaya alam, tanah yang subur dan didukung

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

LAMPIRAN I INSTRUMEN PENELITIAN

BPS PROVINSI JAWA TENGAH NILAI TUKAR PETANI (NTP) JAWA TENGAH BULAN DESEMBER 2009

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

Republik Indonesia BADAN PUSAT STATISTIK. SURVEI PENYEMPURNAAN DIAGRAM TIMBANG NILAI TUKAR PETANI 2012 Subsektor Tanaman Pangan PERHATIAN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

GAMBARAN UMUM DAERAH. mempunyai luas wilayah sebesar Ha. Secara administratif Kecamatan

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan Kersana mempunyai 13

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1 LAYANAN KONSULTASI PADI IRIGASI Kelompok tani sehamparan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

STRUKTUR ONGKOS USAHA TANAMAN CABAI MERAH, CABAI RAWIT, BAWANG MERAH, JERUK, DAN PISANG JAWA TENGAH TAHUN 2014

REVITALISASI PERTANIAN

Transkripsi:

VI. DESKRIPSI SAMPEL PENELITIAN 6.1. Profil Petani Sampel petani penghasil beras premium dalam penelitian ini adalah anggota paguyupan petani organik Balak Gumbregah, Desa Balak, Kecamatan Cawas, Kabupaten Klaten. Sedangkan sampel petani non organik adalah petani Desa Balak yang belum tergabung dalam kelompok petani organik dan petani desa sekitar yang mempunyai lahan sawah di Desa Balak. Dengan membandingkan karakteristik petani dalam hamparan sawah yang sama diharapkan penulis mendapatkan perbandingan yang adil atas berbagai aspek kajian, sehingga perbedaan aspek kajian tersebut disebabkan oleh perbedaan karakteristik pembudidayaan padi organik dan bukan karena penyebab lain yang lebih menonjol dibanding aspek kajian. 6.1.1. Komposisi Petani Berdasarkan Umur Petani sampel penelitian berusia 33 tahun sampai 82 tahun. Komposisi petani berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel 16. Berdasarkan Tabel 16 terlihat bahwa rata-rata umur petani sebagian besar lebih dari 60 tahun. Pada sampel petani organik, 70 persen petani berusia di atas 51 tahun, sedangkan pada sampel petani anorganik, petani yang berusia di atas 51 tahun mencapai 80 persen. Kondisi ini secara langsung dan tidak langsung menggambarkan bahwa regenerasi di subsektor tanaman pangan kurang berjalan dengan baik. Dengan berbagai alasan, sub sektor tanaman pangan ternyata belum menarik bagi sebagian besar kaum muda pedesaan.

72 Tabel 16. Komposisi Petani Sampel Penelitian Berdasarkan Umur Tahun 2010 Kelompok Umur Petani Organik Petani Non Organik Jumlah Persentase Jumlah Persentase (tahun) (orang) (%) (orang) (%) <40 3 10.00 0 0.00 41-50 6 20.00 6 20.00 51-60 9 30.00 10 33.33 >60 12 40.00 14 46.67 Total 30 100.00 30 100.00 Berkaitan dengan pengembangan beras organik, usia petani yang rata-rata sudah tua tersebut sedikit banyak menjadi faktor yang mempengaruhi pengembangan beras organik. Petani-petani tua pada umumnya tidak terlalu reaktif dalam menerima hal-hal baru, cenderung berpikiran sederhana dan meneruskan cara-cara yang telah mereka kenal dengan baik, serta berusaha menerima apa yang mereka peroleh dengan cara-cara tersebut, sehingga kurang tertarik mencoba hal-hal baru untuk meningkatkan pendapatannya. 6.1.2. Tingkat Pendidikan Petani Tingkat pendidikan petani sampel pada umumnya adalah Tamat SD dan tidak sekolah atau tidak tamat SD. Pada petani organik, bila digabungkan petani yang hanya tamat SD, tidak tamat SD atau tidak sekolah berjumlah sekitar 57 persen, sedangkan pada petani non organik berjumlah 73 persen. Komposisi petani berdasarkan pendidikan ini terlihat berhubungan dengan komposisi petani menurut umur. Pendidikan petani berumur tua cenderung rendah. Tingkat kesadaran pendidikan yang masih rendah dan kendala biaya saat itu menyebabkan mereka merasa cukup bersekolah pada tingkat dasar. Gambaran komposisi petani berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 17.

73 Tabel 17. Komposisi Petani Sampel Penelitian Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2010 Tingkat Pendidikan Petani Organik Petani Non Organik Jumlah Persentase Jumlah Persentase (orang) (%) (orang) (%) Tidak Sekolah/ Tidak Tamat SD 7 23.33 8 26.67 Tamat SD 10 33.33 14 46.67 Tamat SLTP 2 6.67 1 3.33 Tamat SLTA 6 20.00 6 20.00 Diploma dan Sarjana 5 16.67 1 3.33 Total 30 100.00 30 100.00 6.1.3. Sumber-sumber Pendapatan Rumah Tangga Petani Sumber pendapatan rumah tangga petani sampel berasal dari sektor pertanian dan non pertanian. Dari sektor pertanian, sumbangan pendapatan bersumber dari usahatani sawah, usahatani non sawah, serta kegiatan berburuh tani. Sumber pendapatan dari sektor non pertanian antara lain: Guru/PNS, perangkat desa, tukang, jasa (rias pengantin, pengeras suara, bengkel), angkutan, pedagang, penyewaan alat pertanian, usaha tenun, dan buruh industri. Gambaran sumber pendapatan rumah tangga responden dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18 menunjukkan sebagian besar pendapatan rumah tangga petani non organik berasal dari sektor pertanian, yaitu sebesar 73.44 persen. Sedangkan untuk petani organik, sumber pendapatan dari pertanian lebih kecil dibanding petani non organik,yaitu 64.21 persen. Sumber pendapatan dari usahatani sawah bagi petani organik maupun non organik merupakan penyumbang terbesar pendapatan keluarga, namun pangsa usahatani sawah pada petani organik lebih kecil. Perbedaan ini menunjukkan bahwa petani organik mempunyai sumbersumber pendapatan lain yang lebih banyak, sehingga tidak sangat bergantung

74 hanya dari sektor pertanian. Perbedaan sumber pendapatan ini diduga juga berpengaruh pada pengembangan padi organik karena mempengaruhi keberanian mengambil risiko dalam berusahatani. Tabel 18. Komposisi Pendapatan Rumah Tangga Pertanian Tahun 2010 Sumber pendapatan Petani Organik Petani Non Organik (rp/kg) (%) (rp/kg) (%) A. Pertanian 12 701 333.33 64.21 10 440 750.00 73.44 Usahatani Sawah 10 210 000.00 51.62 9 543 333.33 67.13 Usahatani Non Sawah 1 781 333.33 9.01 511 416.67 3.60 Buruh tani 710 000.00 3.59 386 000.00 2.72 B. Non Pertanian 7 079 333.33 35.79 3 775 333.33 26.56 Usaha Non Pertanian 6 412 333.33 32.42 3 572 000.00 25.13 Buruh Non Pertanian 667 000.00 3.37 203 333.33 1.43 Total 19 780 666.67 100.00 14 216 083.33 100.00 6.2. Keadaan Umum Pertanian 6.2.1. Pengelolaan Usahatani Pengelolaan usahatani di lokasi sampel penelitian sebagian besar sudah menggunakan alat-alat mekanisasi. Penggunaan alat-alat pertanian seperti traktor, mesin perontok padi, mesin pompa air, untuk membantu mengelola usahatani telah lama dilakukan masyarakat. Jenis pengairan di lokasi sampel 76.62 persen merupakan irigasi setengah teknis (sekitar 104.55 hektar). Pola tanam di lahan sawah yang umum dilakukan petani adalah menanam dua kali padi dan satu kali palawija. Pada wilayah-wilayah tertentu, sebagian masyarakat mampu menanam padi tiga kali, namun hal tersebut sangat tergantung kondisi air yang ada di cek dam dan frekuensi hujan yang terjadi. Palawija yang umum ditanam adalah kedelai karena dinilai tingkat kebutuhan airnya rendah dan tahan kekeringan.

75 Selain kedelai, komoditas lain yang ditanam setelah padi musim kemarau adalah kacang tanah dan jagung, namun hal tersebut hanya bisa dilakukan di wilayahwilayah yang dekat aliran sungai atau cek dam dengan bantuan pompa air. Pada lahan pekarangan, pada umumnya petani hanya menanam tanaman tahunan berupa tanaman keras dan buah-buahan. Tanaman keras yang paling banyak dijumpai adalah kelapa, sedangkan buah-buahan yang biasa ditanam di pekarangan adalah pisang dan mangga. Pada umumnya pekarangan tidak dimanfaatkan secara efektif, hanya sebagai kegiatan sambilan disela kegiatan usahatani di lahan sawah. Pola pergiliran tanaman di lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 4. Bulan 1) Komoditas 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1. Lahan Sawah Musim Hujan x x x x x x x Musim Kemarau I x x x x x x x Musim Kemarau II * * * * * * * 2. Lahan Pekarangan dan Kebun $ $ $ $ $ $ $ $ $ $ $ $ $ $ $ $ $ $ $ $ $ $ $ $ Keterangan: 1) 1 = Bulan Januari, 2= Pebruari, dst. ; x = Padi * = Kedelai/Kacang panjang $ = Tanaman Tahunan (Kelapa/ Buah-buahan: Mangga,Pisang) Gambar 4. Pola Pergiliran Tanaman di Lokasi Sampel Penelitian Pada umumnya petani menanam padi sekitar bulan Desember sampai bulan Januari dan dipanen bulan Maret sampai bulan April. Kegiatan selanjutnya adalah pembenihan dan pengolahan lahan, dan penanaman untuk padi musim kemarau ( walikan ). Untuk mengejar waktu tanam agar tidak kekurangan air, tidak jarang petani melakukan pembenihan menjelang padi musim penghujan di panen. Petani memanen sebagian lahannya untuk pembuatan pembenihan,

76 sehingga bibit sudah siap ketika akan ditanam pada musim kemarau pertama (MK I). Pada umumnya petani akan membeli benih baru pada pada musim tanam padi MK I, sedangkan pada musim penghujan biasanya petani melakukan pembenihan sendiri dengan jalan melakukan seleksi panenan padi musim kemarau karena jarak antara musim tanam padi kemarau dan padi musim penghujan cukup panjang. Sistem pengupahan yang berkembang di lokasi kajian adalah sebagian besar sistem borongan, dimana besarnya upah per kegiatan biasanya diukur dengan satuan petak atau persil. Satu petak sawah luasnya bervariasi, antara 1 500 m 2 sampai dengan 1 900 m 2, namun upah kegiatan usahatani tidak banyak berbeda meskipun ada perbedaan luas. Perbedaan upah tersebut hanya merupakan bentuk toleransi dan saling pengertian antara pekerja dan petani. Perbedaan upah diakibatkan letak sawah yang bersangkutan, dimana semakin jauh letak sawah, nilai upah cenderung semakin tinggi. Hal ini terjadi karena mempengaruhi jumlah dan volume tenaga kerja yang dibutuhkan untuk mengangkut sarana dan hasil produksi. Beberapa jenis kegiatan usahatani sawah yang menggunakan sistem borongan adalah pengolahan tanah (traktor), penanaman, panen, perontokan, dan pengangkutan hasil. Sebagian besar petani menjual hasil panen lebih banyak di musim penghujan, baik dijual dengan sistem tebasan maupun dalam bentuk beras (pecah kulit). Hal ini disebabkan petani mengalami kesulitan dalam menjemur di musim hujan dan petani membutuhkan dana untuk modal penanaman padi di MK I. Sedangkan produksi padi MK I, sebagian besar disimpan di rumah dalam bentuk

77 gabah. Petani menjual simpanan gabah sesuai dengan tingkat kebutuhan rumah tangga. Jenis ternak yang dijumpai di lokasi kajian adalah sapi, kambing, ayam kampung, dan itik/bebek. Kegiatan beternak di lokasi kajian rata-rata tidak dikelola dengan intensif, tetapi lebih merupakan kegiatan untuk mendukung kegiatan usahatani, sebagai cadangan atau persediaan, dan sebagai tabungan. Perbandingan komposisi rumah tangga petani organik dan non organik terkait dengan ternak yang dimiliki, terlihat bahwa jumlah rumah tangga petani organik mempunyai ternak lebih banyak dibanding kelompok petani non organik (Tabel 19). Pada kelompok petani organik, sekitar 57 persen rumah tangga petani mempunyai ternak sapi, 27 persen rumah tangga mempunyai ternak kambing, dan 10 persen rumah tangga petani mempunyai ternak ayam/unggas. Pada kelompok petani non organik, hanya 20 persen rumah tangga yang mempunyai ternak sapi, dan hanya 17 persen rumah tangga petani yang mempunyai ternak kambing. Bila dikaitkan dengan pengembangan pertanian organik di lokasi kajian, kepemilikan aset ternak ini terbukti memberikan pengaruh yang besar terhadap minat petani untuk mengembangkan pertanian organik. Tabel 19. Komposisi Rumah Tangga Petani Sampel Penelitian yang Memiliki Ternak Tahun 2010 Petani Organik Petani Non Organik Jenis Ternak Jumlah Persentase Jumlah Persentase (orang) (%) (orang) (%) a. Sapi 17 56.67 6 20.00 b. Kambing/Domba 8 26.67 5 16.67 c. Ayam/Unggas 3 10.00 0 0.00 d. Tidak Punya Ternak 2 6.67 19 63.33 Total 30 100.00 30 100.00 Catatan : rumah tangga dianggap memiliki ternak unggas bila memelihara paling sedikit 50 ekor.

78 6.2.2. Luas Pemilikan Tanah Garapan Luas rata-rata pemilikan lahan sawah petani sampel penelitian tergolong sempit. yaitu 3 205.03 m 2 untuk kelompok petani organik dan 2 912.33 m 2 untuk petani non organik. Berkembangnya sistem sewa dan sakap memungkinkan ratarata garapan sawah petani menjadi lebih besar, yaitu 5 569.00 m 2 pada petani organik, dan 4 657.37 m 2 pada petani non organik. Gambaran rata-rata luas pemilikan dan garapan petani sampel dapat dilihat pada Tabel 20 Tabel 20. Luas Pemilikan dan Garapan Lahan Sawah Petani Sampel Penelitian Tahun 2010 Petani Organik Petani Non Organik Uraian Jumlah Persentase Jumlah Persentase (m 2 ) (%) (m 2 ) (%) A. Rata-rata Luas Pemilikan sawah 2 912.33 3 205.03 B. Rata-rata Luas Garapan sawah 5 569.00 4 657.37 Sawah Milik Sendiri 2 612.33 46.91 3 085.03 66.24 Sawah Sakap/Bagi Hasil 210.00 3.77 140.00 3.01 Sawah Sewa 2 746.67 49.32 1 432.33 30.75