III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Penelitian mengenai Analisis Penerapan ISO 9001 : 2000 pada Badan Amil Zakat Nasional diawali dengan menjabarkan visi dan misi yang dijalankan BAZNAS. Selanjutnya menganalisis penerapan ISO 9001 : 2000 dengan dua tahap, yaitu : a. Tahap pertama, menganalisis klausul-klausul ISO 9001 : 2000 pada BAZNAS dan mengidentifikasi permasalahan penerapan klausul-klausul ISO 9001 : 2000. Alat analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif melalui wawancara dan pengamatan secara langsung, serta dokumentasi internal perusahaan. b. Tahap kedua, pemberian nilai setiap unsur seluruh tingkatan hirarki oleh informan melalui pengisian angket. Alat analisis yang digunakan adalah metode AHP dengan menggunakan software AHP dan Microsoft Excel 2007. Berdasarkan hasil dari pengolahan vertikal AHP berupa pembobotan dan susunan prioritas, maka dapat diajukan saran dan rekomendasi alternatif tindakan yang dapat dilaksanakan oleh pihak manajemen BAZNAS dalam rangka pelaksanaan SMM ISO 9001 : 2000. Uraian di atas dapat dijabarkan dalam kerangka pemikiran penelitian pada Gambar 2.
26 Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Umpan balik Visi dan Misi BAZNAS Penerapan ISO 9001 : 2000 Klausul-klausul ISO 9001 : 2000 Strategi Penerapan ISO 9001 : 2000 Identifikasi Masalah Penerapan ISO 9001 : 2000 Analisis Deskriptif AHP Rekomendasi Alternatif Tindakan Pemecahan Masalah ISO 9001 : 2000 Gambar 2. Kerangka pemikiran penelitian
27 3.2. Metode Penelitian 3.2.1 Lokasi dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di BAZNAS, Jakarta dengan pertimbangan bahwa BAZNAS telah mendapatkan sertifikasi ISO 9001 : 2000, sehingga relevan dikaji penerapannya. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2010. 3.2.2 Pengumpulan data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder, baik kualitatif maupun kuantitatif. Data primer diperoleh melalui pengisian angket kepada informan, wawancara dan pengamatan langsung. Data sekunder berasal dari studi literatur, internet, data internal dan bahan pustaka lainnya. 3.2.3 Pengolahan dan analisis data Tahap awal yang dilakukan dalam penelitian adalah mempelajari literatur struktur hirarki dalam AHP untuk selanjutnya menyusun hirarki. Setiap unsur dalam tingkatan AHP diperoleh melalui wawancara dengan manajemen BAZNAS dan observasi langsung. Tingkatan dalam hirarki AHP mengidentifikasi faktor atau kriteria masalah, aktor, tujuan dan alternatif tindakan. Hasil wawancara dan observasi langsung kemudian digunakan untuk menyusun angket yang diberikan kepada informan. Pemilihan informan dilakukan secara sengaja terhadap enam orang dengan memperhatikan tingkat pemahaman informan terhadap pelaksanaan dan permasalahan SMM di BAZNAS. Informan terdiri dari pihak-pihak yang berhubungan dengan pelaksanaan ISO 9001 : 2000 di BAZNAS, yaitu wakil sekretaris BAZNAS, quality management representative (QMR), staf finance, staf fund rising dan staf HRD BAZNAS. Hasil dari pengisian angket berupa matriks pendapat individu (MPI) yang diolah dengan metode AHP untuk mengetahui bobot dari setiap unsur
28 hirarki. Hasil angket responden diolah dengan software AHP dan Microsoft Excel 2007 untuk diketahui pembobotan pada setiap elemen hirarkinya dengan batas inkonsistensi 10%. Jika MPI tidak konsisten, maka harus direvisi dengan mencari deviasi RMS (Root Mean Square) dan MAD (Median Absolute Deviation). Setelah MPI dinyatakan konsisten, akan dilakukan penggabungan matriks yang kemudian diukur kembali dengan pengolahan horisontal dan vertikal sesuai dengan mekanisme AHP. Hasil pengolahan horizontal adalah keterkaitan dan tingkat pengaruh antara unsur pada satu tingkat hirarki dengan hirarki di atasnya. Hasil pengolahan vertikal adalah alternatif tindakan yang dapat dilakukan dalam penerapan ISO 9001 : 2000 pada BAZNAS. Langkah-langkah dalam menyelesaikan masalah dengan metode AHP menurut Saaty (1993), antara lain : a. Mendefinisikan persoalan dan merinci pemecahan persoalan yang diinginkan. b. Membuat struktur hirarki dari sudut pandang manajemen secara menyeluruh. Hirarki merupakan abstraksi struktur suatu sistem yang mempelajari fungsi interaksi antar komponen dan dampaknya terhadap suatu sistem. Abstraksi dari sebuah struktur hirarki dapat dilihat pada Gambar 3. G F1 F2 F3 Fn A1 A2 A3 An O1 O2 O3 On S1 S2 S3 Sn Gambar 3. Abstraksi dari sebuah struktur hirarki (Saaty, 1993)
29 Keterangan : G = ultimate goal; F = faktor; A = aktor; O = sub faktor; S = alternatif; i = 1, 2, 3,., n c. Menyusun matriks banding berpasangan. Matriks banding berpasangan dimulai dari puncak hirarki untuk ultimate goal G, yang merupakan dasar untuk melakukan pembandingan antar unsur yang terkait yang ada di bawahnya. d. Mengumpulkan semua pertimbangan yang diperlukan dari hasil melakukan perbandingan berpasangan antar unsur pada langkah 3. Berikut ini adalah nilai skala banding berpasangan (Tabel 1). Tabel 1. Nilai skala banding berpasangan Intensitas Kepentingan 1 3 5 7 9 2, 4, 6, 8 Kebalikan Sumber : Saaty, 1993 Definisi Kedua unsur sama pentingnya. Unsur yang satu sedikit lebih penting daripada yang lainnya. Unsur yang satu sangat lebih penting dibandingkan unsur yang lainnya. Satu unsur jelas lebih penting daripada unsur lainnya. Satu unsur mutlak lebih penting daripada unsur yang lainnya. Nilai-nilai diantara dua pertimbangan yang berdekatan. Penjelasan Dua unsur menyumbangnya sama besar pada sifat itu. Pengalaman dan pertimbangan sedikit menyokong satu unsur atas unsur yang lainnya. Pengalaman dan pertimbangan dengan kuat menyokong satu unsur atas unsur yang lainnya. Satu unsur dengan kuat disokong dan dominannya terlihat dalam praktek. Bukti yang menyokong unsur yang satu atas yang lainnya memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan. Kompromi diperlukan diantara dua pertimbangan Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka, bila dibandingkan dengan aktivitas j, maka j memiliki nilai kebalikannya bila dibandingkan dengan i.
30 Untuk mengisi matriks banding berpasangan, digunakan skala banding yang tertera pada Tabel 1. e. Memasukkan nilai-nilai kebalikannya beserta bilangan 1 sepanjang diagonal utama. f. Melaksanakan langkah 3, 4, dan 5 untuk semua tingkatan dan unsure dalam hirarki tersebut. Pembandingan dilanjutkan untuk semua unsur pada setiap tingkat keputusan yang terdapat pada hirarki, berkenaan dengan kriteria unsur di atasnya. Matriks pembandingan dalam metode AHP dibedakan menjadi : (1) Matriks Pendapat Individu (MPI) dan (2) Matriks Pendapat Gabungan (MPG). Rumus matematika yang digunakan untuk memperoleh rataan geometrik adalah :...(1) Dimana : gij = Unsur MPG baris ke-i kolom ke-j (aij) = Unsur baris ke-i kolom ke-j dari MPI ke-k = Perkalian dari unsur k=1 sampai ke k=m M = Jumlah MPI yang memenuhi persyaratan = Akar pangkat m g. Mensintesa prioritas untuk melakukan pembobotan vektor-vektor prioritas. Pengolahan matriks pendapat terdiri dari dua tahap, yaitu pengolahan horizontal dan pengolahan vertikal. Tahapan perhitungan yang dilakukan pada pengolahan horizontal ini adalah : 1) Perkalian baris (Z) dengan rumus : Zi =...(2) (ij = 1, 2, 3,,n) 2) Perhitungan vektor prioritas (VP) atau eigen vektor adalah : VPI =... (3) 3) Perhitungan nilai eigen maks (maks ) dengan rumus : VA = (aij) x VP dengan VA = (Vai)... (4)
31 VB = dengan VB = (Vbi)...(5) maks = untuk i = 1, 2, 3,, n...(6) 4) Perhitungan indeks inkonsistensi (CI) dengan rumus : CI =, untuk i = 1, 2, 3,, n...(7) 5) Perhitungan rasio inkonsistensi (CR) adalah : CR =...(8) RI = Indeks acak (Random Index) yang dikeluarkan oleh Oak Ridge Laboratory (Saaty, 1993) dari matriks berorde 2-8 yang menggunakan contoh berukuran 100 (Tabel 2). Nilai Rasio Inkonsistensi (CR) yang lebih kecil atau sama dengan 0,1 merupakan nilai dengan tingkat konsistensi baik dan dapat dipertanggungjawabkan. CR merupakan tolak ukur bagi konsisten atau tidaknya suatu hasil perbandingan berpasangan dalam suatu matriks pendapat (Saaty, 1993). Tabel 2. Nilai RI matriks berorde 2-8 Orde (n) 2 3 4 5 6 7 8 Indeks Acak (RI) 0,00 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32 1,42 Pengolahan vertikal, yaitu menyusun prioritas pengaruh setiap unsur pada tingkat hirarki keputusan tertentu terhadap sasaran utama atau ultimate goal. Apabila Cvij didefinisikan sebagai nilai prioritas pengaruh unsur ke-j pada tingkat ke-i terhadap sasaran utama, maka : Cvij =...(9) Untuk : i = 1, 2, 3,, n j = 1, 2, 3,, n t = 1, 2, 3,, n
32 Dimana : Chij(t;i-1) = Nilai prioritas yang ke-i terhadap unsur ke-t pada tingkat di atasnya (i=1), pengolahan horizontal. VW(i-1) = Nilai prioritas pengaruh unsur ke-t pada tingkat ke (i-t) terhadap sasaran utama, pengolahan horizontal. h. Mengevaluasi inkonsistensi untuk seluruh hirarki. Dalam AHP penyimpangan diperbolehkan dengan toleransi rasio inkonsistensi di bawah 10%. Jika rasio inkonsistensi mempunyai nilai yang lebih besar dari 10%, maka mutu informasi harus ditinjau kembali dan diperbaiki.