PENGARUH PERAN DAN TANGGUNG JAWAB AUDITOR INTERNAL TERHADAP PENINGKATAN EFEKTIVITAS SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL



dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Era globalisasi dalam dunia perekonomian menyebabkan persaingan dunia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap perusahaan baik milik negara maupun swasta sebagai suatu pelaku

MODUL-1 INTERNAL AUDITING

SEJARAH,PERKEMBANGAN, DAN GAMBARAN UMUM

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

PEMAHAMAN STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN

- 1 - LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 7 /SEOJK.03/2016 TENTANG STANDAR PELAKSANAAN FUNGSI AUDIT INTERN BANK PERKREDITAN RAKYAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Internal Auditor dan Ruang Lingkupnya. Kata internal auditor terdiri dari dua kata yaitu internal dan Auditor.

TUGAS MAKALAH ADMINISTRASI BISNIS. PENGENDALIAN INTERNAL (INTERNAL CONTROL) (Dosen : Putri Taqwa Prasetyaningrum,ST,MT)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Jeanne Asteria W. Martinus Sony Ersetiawan Universitas Katolik Darma Cendika

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Orang yang melaksanakan fungsi auditing dinamakan pemeriksa atau auditor. Pada mulanya

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT

INTERNAL AUDIT. Materi 1. Oleh Wisnu Haryo Pramudya, S.E., M.Si., Ak., CA

PIAGAM AUDIT INTERNAL PT SILOAM INTERNATIONAL HOSPITALS TBK.

BAB II LANDASAN TEORI. struktur organisasi, metode dan ukuran ukuran yang dikoordinasikan untuk

PIAGAM UNIT AUDIT INTERNAL

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi menuntut pertumbuhan perekonomian khususnya dunia usaha

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah auditing dikenal berasal dari bahasa latin yaitu : audire, yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Auditing merupakan kegiatan pemeriksaan dan pengujian suatu

B A B II TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan suatu perusahaan ditandai dengan semakin banyaknya unitunit

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan sebagaimana telah diubah oleh Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998,

MAKALAH TENTANG INTERNAL CONTROL

RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II URAIAN TEORITIS. Menurut American Accounting Association, internal audit adalah proses sistematis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini: a. Keandalan pelaporan keuangan

Struktur Organisasi. PT. Akari Indonesia. Pusat dan Cabang. Dewan Komisaris. Direktur. General Manager. Manajer Sumber Daya Manusia Kepala Cabang

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut American Accounting Association (AAA) Siti Kurnia Rahayu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Era teknologi informasi dan globalisasi saat ini menyebabkan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan yang sangat ketat antar perusahaan saat ini terjadi di dalam

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Profesi audit internal mengalami perkembangan cukup signifikan pada

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi dan perdagangan bebas seperti sekarang ini,

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

CHAPTER VI. Nyoman Darmayasa, Ak., CPMA., CPHR., BKP., CA., CPA. Politeknik Negeri Bali 2014

BAB I PENDAHULUAN. Sektor industri memegang peranan yang penting untuk mendukung

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal

SURAT KEPUTUSAN BERSAMA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI NO.SKB.003/SKB/I/2013

BAB II AUDIT INTERNAL PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN. memeriksa dan mengevaluasi laporan keuangan yang disajikan oleh objek

Konsep Resiko & Sistem Pengendalian Intern

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang pesat dan semakin berkembangnya sumber

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Sistem Pengendalian Intern. Sistem menurut James A Hall (2007: 32). Sistem adalah kelompok dari dua

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada umumnya setiap perusahaan mempunyai beberapa tujuan yang ingin

BAB I PENDAHULUAN. merupakan alat informasi baik bagi pemerintah sebagai manajemen maupun alat

Tutut Dewi Astuti, SE, M.Si, Ak, CA

DAFTAR PERTANYAAN AUDIT INTERNAL. (Variabel Independen)

BAB I PENDAHULUAN. Laporan hasil pemeriksaan merupakan kesempatan bagi satuan pengawas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengevaluasi kegiatan-kegiatan organisasi yang dilaksanakan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Auditing merupakan kegiatan pemeriksaan dan pengujian suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. Globalisasi membawa liberalisasi di segala bidang, termasuk liberalisasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dinamakan pemeriksa (auditor). Seorang auditor pada mulanya bertindak sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Definisi internal audit menurut Sukrisno Agoes (2004: 221) adalah: Definisi Internal Audit menurut Sawyer (2005: 10) adalah:

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. Menurut Coso dalam Hartadi (1999: 92) pengendalian intern

INTERNAL AUDIT CHARTER 2016 PT ELNUSA TBK

PIAGAM AUDIT INTERNAL

PT INDO KORDSA Tbk. PIAGAM AUDIT INTERNAL

yang bertugas melakukan kegiatan pemeriksaaan yang meliputi perencanaan pemeriksaaan, pengujian dan pengevaluasian informasi, pemberitahuan

TUGAS E-LEARNING ADMINISTRASI BISNIS INTERNAL CONTROL

Bab 1. Pendahuluan. Dalam memasuki era globalisasi, laju perekonomian di Indonesia harus

BAB I PENDAHULUAN. bebas antar bangsa di dunia serta didukung dengan semakin canggihnya teknologi

PT ARGHA KARYA PRIMA INDUSTRY, Tbk. PIAGAM UNIT INTERNAL AUDIT

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian audit menurut Mulyadi (2002:9) adalah suatu proses. sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif

PENGARUH KUALITAS PENGENDALIAN INTERNAL TERHADAP KINERJA MANAJERIAL PADA RUMAH SAKIT GATOEL MOJOKERTO SKRIPSI. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan kemajuan dalam berbagai bidang, khususnya bidang

PERENCANAAN PEMERIKSAAN

PERANAN AUDIT INTERNAL DALAM MENGATASI RISIKO PENJUALAN KREDIT

BAB I PENDAHULUAN. taraf hidup masyarakat, hal ini seiring dengan tujuan pembangunan yang tertuang

Standar Audit SA 240. Tanggung Jawab Auditor Terkait dengan Kecurangan dalam Suatu Audit atas Laporan Keuangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II LANDASAN TEORITIS

PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR : 54 TAHUN 2010 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Keduanya tidak dapat dipisah-pisahkan

Piagam Unit Audit Internal ( Internal Audit Charter ) PT Catur Sentosa Adiprana, Tbk

PIAGAM AUDIT INTERNAL

DEWI KURNIASIH Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tanjungpinang 2014

BAB II LANDASAN TEORI. Alvin A. Arens, at all (2011:4) menjelaskan bahwa: orang yang kompeten dan independen.

PERTIMBANGAN ATAS PENGENDALIAN INTERN DALAM AUDIT LAPORAN KEUANGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang semakin pesat dalam berbagai bidang atau sektor kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Audit Internal mempunyai peranan yang sangat penting dalam mencapai

Standar Audit SA 250. Pertimbangan atas Peraturan Perundang-Undangan dalam Audit atas Laporan Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan juga akan berkualitas tinggi. etik profesi. Dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) guna

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unit operasi perusahaan, jenis usaha, melebarnya jaringan distribusi, dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PEMROSESAN TRANSAKSI DAN PROSES PENGENDALIAN INTERN KONSEP SISTEM INFORMASI AKUNTANSI

KOMUNIKASI MASALAH YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGENDALIAN INTERN YANG DITEMUKAN DALAM SUATU AUDIT

PENGARUH KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA TERHADAP PELAKSANAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PADA PT.AVIA AVIAN SKRIPSI

Kompetensi Dasar 5.1 Mendeskripsikan akuntansi sebagai sistem informasi

PROFESIONALISME AUDITOR EKTERNAL TERHADAP PERTIMBANGAN TINGKAT MATERIALITAS UNTUK TUJUAN AUDIT LAPORAN KEUANGAN KLIEN

ABSTRACT. Key words: Internal Audit, Internal Control System

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan terhadap kinerja perusahaan (Wardhini, 2011:1).

BAB I PENDAHULUAN. dapat bersaing dalam mencapai tujuan. Sama halnya dengan sebuah organisasi

Transkripsi:

PENGARUH PERAN DAN TANGGUNG JAWAB AUDITOR INTERNAL TERHADAP PENINGKATAN EFEKTIVITAS SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi. Oleh Karina Miraceti NIM: 107082003302 JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2011 M

SURAT PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini: NIM : 107082003302 Jurusan : Akuntansi Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri yang merupakan hasil penelitian saya sendiri serta bukan saduran dari hasil karya atau penelitian orang lain. Apabila terbukti skripsi ini merupakan plagiat, maka skripsi ini dianggap gugur dan harus melakukan penelitian ulang untuk menyusun skripsi baru dan kelulusan serta gelar dibatalkan. Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang ditimbulkan dikemudian hari menjadi tanggung jawab saya. Jakarta, Maret 2011 Penulis

DAFTAR RIWAYAT HIDUP Data Pribadi: Nama : Karina Miraceti Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 27 Maret 1990 Alamat : Pamulang Permai 2 Blok C 22/39-39 A Nomor Telepon : 08561045644 Riwayat Pendidikan: TK Islam Puspa Negara SD Seruni Putih 1995-2001 SLTP Negeri 1 Pamulang 2001 2004 SMA Negeri 1 Pamulang 2004-2007 Data Orang Tua: Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara, yaitu dari pasangan: Nama Ayah Pekerjaan Nama Ibu Pekerjaan Alamat Orang Tua : Syamsuluddin : Swasta : Darmawati : Ibu Rumah Tangga : Pamulang Permai 2 Blok C 22 / 39-39 A

EFFECT OF ROLES AND RESPONSIBILITIES OF AUDITOR INTERNAL TO ENHANCE THE EFFECTIVENESS OF INTERNAL CONTROL SYSTEM By: Karina Miraceti Abstract This study aims to analyze the effect of roles and responsibilities of auditors to enhance the effectiveness of control systems. This study uses primary data through questionnaires. Questionnaires were distributed to auditors in ten companies in Jakarta and Banten. They were 100 (a hundred) questionnaires. The questionnaires were collected 82 (eighty-two). Methods of data analysis was conducted using multiple linear regression analysis. Results of this study according with the t test and F test show that the roles and responsibilities of auditors individually and simultaneously has a positive and significant impact on enhance the effectiveness of control systems. As higher of roles and responsibilities of auditors individually or simultaneously will provide a significant improvement over the effectiveness of an organization's control system.. Key words: auditor roles, auditor responsibility, control system, effectiveness

PENGARUH PERAN DAN TANGGUNG JAWAB AUDITOR INTERNAL TERHADAP PENINGKATAN EFEKTIVITAS SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL Oleh: Karina Miraceti Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh peran dan tanggung jawab auditor terhadap peningkatan efektivitas sistem pengendalian. Penelitian ini menggunakan data primer dengan kuesioner sebagai sumber penelitian. Kuesioner dibagikan kepada auditor pada sepuluh perusahaan di wilayah Jakarta dan Banten. Kuesioner yang disebar kepada sepuluh perusahaan tersebut sebanyak 100 (seratus) kuesioner. Kuesioner yang terkumpul sebanyak 82 (delapan puluh dua) kuesioner. Metode analisis data dilakukan dengan metode analisis regresi linear berganda. Hasil dari penelitian sesuai dengan uji t dan uji F menunjukkan bahwa peran dan tanggung jawab auditor secara individual dan simultan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap peningkatan efektivitas sistem pengendalian. Semakin tinggi peranan dan tanggung jawab auditor secara individual atau simultan akan memberikan peningkatan yang signifikan atas efektivitas sistem pengendalian organisasi. Kata kunci: peran auditor, tanggung jawab auditor, sistem pengendalian, efektivitas

KATA PENGANTAR Assalamu alaikum Wr. Wb. Alhamdullilah, segala puji dan syukurku kepada Allah swt, yang telah memberikan selalu rahmat dan hidayahnya serta kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan studi S1 Akuntansi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi. Penulis menyadari karya ini tidak terlepas dari bantuan dan doa dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih atas bantuan serta doa yang tak pernah putus kepada: 1. Bapak Syamsuluddin dan Ibu Darmawati, kedua orang tua saya yang selalu memberikan dukungan baik materi maupun doa. Terima kasih dariku tak akan pernah putus untukmu orang tuaku. 2. Bapak Prof. Dr Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Sekaligus selaku Dosen Pembimbing 1 yang senantiasa selalu memberikan bimbingan dan petunjuk yang sangat membantu bagi penyelesaian skripsi penulis. 3. Bapak Hepi Prayudiawan, SE, Ak., MM, selaku Dosen Pembimbing 2 yang selalu sabar menghadapi setiap pertanyaan yang di ajukan penulis,

yang selalu menunggu kedatangan penulis setiap kali bimbingan dan selalu memberikan saran yang membangun bagi penulis. Terima kasih banyak Bapak Hepi. 4. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis terutama dosen-dosen Jurusan Akuntansi yang tak bisa saya sebutkan satu-persatu, terima kasih untuk seluruh ilmu yang telah diberikan kepada saya. Terima kasih selalu. 5. Seluruh staf auditor di Bank Central Asia, Bank Permata, Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian, Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum, PT Asuransi Jiwasraya, PT Indosat Tbk, PT Arwana Citramulia Tbk, PT Amoco Mitsui PTA Indonesia, PT Generic Gusman dan PT Binamitra Sumberarta atas kesediaan waktu dan partisipasinya dalam mengisi kuesioner pada penelitian penulis. 6. Bapak Chaidir Anwar, Bapak H. Usman, Ibu Rosmala, Dita Ferdiani S., Devy Sylvia S., Ria Indah Ayu, Siska Yunita, dan Dewi Anggraini, terima kasih untuk bantuanya selama pembuatan skripsi ini. 7. Muhammad Rizky, terima kasih untuk selalu ada di setiap kejenuhan yang datang kala menyusun skripsi ini. Terima kasih untuk doa dan dukungan kamu. 8. Virda Amalia, Taufika Ramadhani, Ruriana Ulfa, dan Clarissa Pramartha, terima kasih untuk setiap kenangan yang kita lalui selama waktu kuliah kita. Terima kasih untuk tawa dan keceriaan yang selalu kalian berikan untukku. Terima kasih selalu untuk dukungan dan doa kalian.

9. Semua pihak yang tak dapat disebutkan satu persatu yang telah turut membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Terima kasih. Selain itu penulis dengan terbuka selalu menerima saran dan kritik yang membangun kaitannya dengan penulisan dan pengembangan skripsi ini. Akhir kata penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pendidikan akuntansi. Amin. Wassalamu alaikum Wr. Wb. Jakarta 24 Januari 2010 Penulis

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP... i ABSTRAKSI... ii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI.... vi DAFTAR TABEL..... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii BAB I PENDAHULUAN. 1 A. Latar Belakang.. 1 B. Perumusan Masalah... 9 C. Tujuan Penelitan... 9 D. Manfaat Penelitian... 10 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA... 12 A. Audit Internal... 12

1. Definisi Audit Internal... 12 2. Profesi Audit Internal.. 14 3. Pengertian Auditor Internal... 15 4. Perbedaan Antara Auditor Internal dan Auditor Eksternal... 17 5. Peran Auditor Internal... 20 6. Peran Auditor Internal Memenuhi Kebutuhan Manajemen... 23 7. Tanggung Jawab Auditor Internal... 24 8. Audit Internal Sektor Publik. 26 B. Sistem Pengendalian Internal... 27 1. Pengertian Pengendalian Internal... 27 2. Tujuan Pengendalian Internal... 28 3. Komponen-Komponen dalam Pengendalian Internal... 31 4. Fungsi Pengendalian Internal... 33 5. Pengertian Sistem Pengendalian Internal... 35 C. Efektivitas... 36 1. Pengertian Efektivitas... 36 2. Pengukuran Efektivitas... 37 D. Keterkaitan Antar Variabel... 38 1. Peran Auditor Internal dengan Peningkatan Efektivitas Sistem Pengendalian Internal... 38 2. Tanggung Jawab Auditor Internal dengan Peningkatan Efektivitas Sistem Pengendalian Internal. 39 3. Peran dan Tanggung Jawab Auditor Internal dengan Peningkatan

Efektivitas Sistem Pengendalian Internal... 40 E. Kerangka Pemikiran... 41 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN... 43 A. Ruang Lingkup Penelitian... 43 B. Metode Penentuan Sampel... 43 C. Metode Pengumpulan Data... 43 D. Metode Analisis Data... 45 1. Statistik Deskriptif... 45 2. Uji Kualitas Data... 45 a. Uji Reliabilitas... 45 b. Uji Validitas... 46 3. Uji Asumsi Klasik.. 47 a. Uji Multikolonieritas 47 b. Uji Normalitas.. 48 c. Uji Heteroskedastisitas. 48 4. Uji Hipotesis... 49 a. Koefisien Determinasi (R 2 )... 50 b. Uji Statistik t... 50 c. Uji Statistik F... 51 E. Operasionalisasi Variabel... 52 BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN... 59 A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian... 59 1. Sekilas Gambaran Umum PT Asuransi Jiwasraya... 59

2. Sekilas Gambaran Umum Bank Central Asia... 61 3. Sekilas Gambaran Umum PT Indosat Tbk... 62 4. Sekilas Gambaran Umum Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian. 63 5. Sekilas Gambaran Umum Inspektorat Jenderal Kementerian PU.. 63 6. Sekilas Gambaran Umum PT Arwana Citra Mulia Tbk... 64 7. Sekilas Gambaran Umum PT Aomoco Mitsui PTA Indonesia... 65 8. Sekilas Gambaran Umum PT Generic Gusman... 66 9. Sekilas Gambaran Umum Bank Permata... 67 10. Sekilas Gambaran Umum PT Binamitra Sumberarta... 68 11. Tempat dan Waktu Penelitian... 69 12. Karakteristik Responden Penelitian... 71 B. Hasil Uji Instrumen Penelitian... 74 1. Hasil Uji Statistik Deskriptif 74 2. Hasil Uji Kualitas Data... 75 3. Hasil Uji Asumsi Klasik... 79 4. Hasil Uji Hipotesis... 83 BAB V PENUTUP... 91 A. Kesimpulan... 91 B. Implikasi... 92 C. Keterbatasan... 93 D. Saran... 93 DAFTAR PUSTAKA 95

LAMPIRAN... 97

DAFTAR TABEL No Keterangan Halaman 2.1 Perbedaan Auditor Internal dan Auditor Eksternal 19 3.1 Operasionalisasi Variabel... 54 4.1 Data Distribusi Sampel Penelitian. 70 4.2 Data Sampel Penelitian. 71 4.3 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Usia 72 4.4 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 72 4.5 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan... 73 4.6 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Lama Bekerja... 74 4.7 Hasil Uji Statistik Deskriptif... 75 4.8 Hasil Uji Reliabilitas 76 4.9 Hasil Uji Validitas... 77 4.10 Hasil Uji Multikolonieritas... 80 4.11 Hasil Uji Koefisien Determinasi... 83 4.12 Hasil Uji Statistik t... 84 4.13 Hasil Uji Statistik F... 84

DAFTAR GAMBAR No Keterangan Halaman 2.1 Kerangka Pemikiran. 42 4.1 Hasil Uji Normalitas. 81 4.2 Hasil Uji Heteroskedatisitas.. 82

DAFTAR LAMPIRAN Keterangan Halaman Surat Izin Penelitian... 98 Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian... 103 Kuesioner... 111 Data Excel Kuesioner...... 123 Hasil Uji SPSS... 126 Tabel r Product Moment... 143

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi saat ini, perusahaan dituntut untuk mampu menjaga kelangsungan hidup perusahaan (going concern) dengan meningkatkan kemampuan produktivitasnya. Kasus Bank Century pada tahun 2009 menjadi sorotan karena tiba-tiba Bank tersebut menyatakan diri pailit sehingga membuat nasabah di dalamnya menderita kerugian yang cukup besar. Setelah dilakukan penyelidikan terkuak bahwa ambruknya Bank tersebut dikarenakan adanya permainan kotor di dalam manajemen Bank itu sendiri. Bahkan di temukan adanya produk investasi yang tidak jelas runtutan aliran dananya alias obligasi fiktif. Menghadapi kasus seperti itu, berbagai kebijakan dan strategi perusahaan harus terus dikembangkan dan ditingkatkan oleh perusahaan agar mampu mencegah terjadinya kebangkrutan, dikarenakan kecurangan di dalam manajemen perusahaan itu sendiri. Perusahaan harus dapat melaksanakan semua kegiatan rutin operasionalnya berdasarkan rancangan sistem prosedur yang telah ditetapkan, sehingga mampu menghasilkan tingkat keuntungan sebagaimana yang diharapkan. Dengan keuntungan itulah dapat dipastikan bahwa perusahaan akan mampu menjamin dan mempertahankan keberadaan serta keberlangsungan perusahaan. Salah satu strategi yang penting dalam perusahaan adalah menerapkan sistem pengendalian yang memadai. Menurut Chalil

B. Lawrence (1998) dalam Hiro Tugiman (2002), pengendalian merupakan proses yang dipengaruhi oleh dewan direksi, manajemen serta personel lain dalam suatu entitas yang dirancang untuk memberikan jaminan yang layak berkaitan dengan pencapaian berbagai tujuan dengan kategori: (a) efektivitas dan efisiensi operasi, (b) reliabilitas laporan keuangan, dan (c) ketaatan terhadap ketentuan dan perundang-undangan yang berlaku, dimana komponennya terdiri dari: (a) control enviroment, (b) risk assesment, (c) control activities, (d) information and communication, dan (e) monitoring. Pengendalian berarti memiliki peranan penting dalam menjaga stabilitas operasional perusahaan. Hal itu dapat dilihat dari tiga tujuan utama pencapaian pengendalian itu sendiri yang meliputi keseluruhan aspek penting perusahaan. Menurut Abdul Halim (2001:189), sistem pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang diterapkan pada suatu entitas usaha yang ditujukan untuk memberikan keyakinan yang memadai bahwa tujuan tertentu suatu usaha akan dicapai. Sistem pengendalian bagi suatu perusahaan merupakan suatu keharusan terutama perusahaan-perusahaan yang telah go public. Bersamaan dengan kewajiban audit laporan keuangan, direksi wajib memberikan pernyataan tentang kecukupan sistem pengendalian perusahaan yang dikelolanya serta model atau framework mana yang digunakan oleh perusahaan. Menurut Sanyoto Gondodiyoto (2007:249) faktor-faktor yang menyebabkan makin pentingnya sistem pengendalian meliputi: (a)

perkembangan kegiatan dan skalanya menyebabkan kompleksitas struktur, sistem dan prosedur suatu organisasi makin rumit, (b) tanggung jawab utama untuk melindungi aset organisasi, mencegah dan menemukan kesalahan-kesalahan serta kecurangan terletak pada manajemen, (c) Saling cek merupakan cara yang tepat untuk menutup kekurangan human error, dan (d) pengawasan sistem pengendalian langsung dari dianggap lebih tepat daripada pemeriksaan secara langsung dari pemeriksa pihak luar perusahaan. Pengendalian merupakan keseluruhan mekanisme yang merupakan bagian integral dari sistem dan prosedur kerja suatu organisasi, dan disusun sedemikian rupa untuk menjamin bahwa pelaksanaan kegiatan organisasi sudah sesuai dengan yang seharusnya. Adapun yang paling berkepentingan terhadap sistem pengendalian suatu organisasi adalah manajemen, karena dengan sistem pengendalian yang baik manajemen dapat mengharapkan bahwa kebijakannya dipatuhi, aktiva atau harta perusahaan terlindungi dan penyelenggaraan pencatatan berjalan dengan baik. Dengan menetapkan serta menerapkan pengendalian secara baik dan benar pada suatu perusahaan, maka perusahaan tersebut akan lebih mudah dalam mencapai tujuan dan dapat meminimalkan resiko. Menurut Hermanson (2004) yang mengungkapkan bahwa jika suatu pengendalian telah ditetapkan semua operasi, sumber daya fisik, dan data akan dimonitor serta berada di bawah kendali, tujuan akan

tercapai, resiko menjadi kecil dan informasi yang dihasilkan akan lebih berkualitas. Disisi lain, tanpa pengendalian yang memadai, kondisi negatif akan terjadi pada perusahaan seperti kesalahan pencatatan, efisiensi biaya, kehilangan aset, terhentinya kegiatan usaha maupun terkena sanksi. Seiring dengan perubahan lingkungan bisnis yang cepat kebutuhan akan informasi akuntansi yang dapat dipercaya (reliable), akurat (accuracy) dan tepat (timely) semakin dirasakan. Untuk memberikan keyakinan bahwa apa yang dilaporkan bawahan tentang perusahaan adalah benar dan dapat dipercaya, maka perusahaan membutuhkan adanya auditor yang berkemampuan baik untuk melakukan pengawasan terhadap kinerja perusahaan. Auditor akan bekerja dalam ruang lingkup perusahaan namun tetap harus memiliki independensi dalam melakukan pengawasan di dalam perusahaan. Menurut Sawyer (2009:10) audit adalah sebuah penilaian yang sistematis dan objektif yang dilakukan auditor terhadap operasi dan kontrol yang berbeda-beda dalam organisasi untuk menentukan apakah: (a) informasi keuangan dan operasi telah akurat dan dapat diandalkan, (b) risiko yang dihadapi perusahaan telah diidentifikasi dan diminimalisasi, (c) peraturan eksternal serta kebijakan dan prosedur yang bisa diterima telah diikuti, (d) kriteria operasi yang memuaskan telah dipenuhi, (e) sumber daya telah digunakan secara efisien dan ekonomis, dan (f) tujuan organisasi telah dicapai secara efektif. Semua

itu dilakukan dengan tujuan untuk dikonsultasikan dengan manajemen dan membantu anggota organisasi dalam menjalankan tanggung jawabnya secara efektif. Auditor memiliki kemampuan untuk membantu perusahaan menentukan sistem yang terbaik bagi pengendalian perusahaan. Kebijakan manajemen juga dapat dikeluarkan melalui rekomendasi dari auditor terlebih dahulu, karena auditor telah melaksanakan audit nya untuk mengetahui kebijakan dan strategi apa yang baik bagi perusahaan untuk meningkatkan efektivitas, efisiensi dan ekonomis operasional perusahaan. Menurut Hiro Tugiman (2002) disamping memberikan jasa utama yaitu mengaudit perusahaan, auditor juga dapat memberikan jasa tambahan yang berkaitan dengan audit, antara lain membantu para manajer mencegah terjadinya penyimpangan, melaksanakan penyidikan pemalsuan, mengelola hubungan dengan auditor eksternal dan membantu manajemen merancang dan melaksanakan pengendalian. Dalam melaksanakan tugas dan kewajiban, auditor harus mampu bersikap profesional, maka auditor harus memenuhi beberapa kriteria, auditor telah memiliki standar perilaku profesional, kode etik dan sertifikasi auditor. Berbeda dengan auditor eksternal yang hanya memiliki tanggung jawab untuk memberikan opini kewajaran atas suatu laporan keuangan, auditor bertanggung jawab memberikan informasi yang

diperlukan manajemen dalam menjalankan tanggung jawabnya secara efektif. Auditor bertindak sebagai penilai independen untuk menelaah operasional perusahaan dengan mengukur dan mengevaluasi kecukupan kontrol serta efisiensi dan efektivitas kinerja perusahaan. Dengan demikian, auditor berperan sangat besar dalam sistem pengendalian perusahaan karena auditor memiliki ruang lingkup pekerjaan yang berupa pengawasan secara keseluruhan atas operasional perusahaan. Auditor juga berperan penting karena memiliki peranan dalam semua hal yang berkaitan dengan resiko-resiko terkait dalam menjalankan usahanya. Menurut Sawyer (2009:55) kegiatan audit haruslah membantu organisasi menerapkan kontrol yang efektif dengan mengevaluasi evektivitas dan efisiensi serta mendorong perbaikan yang terus menerus. Berdasarkan hasil penentuan risiko, aktivitas audit haruslah mengevaluasi kecukupan dan efektivitas kontrol yang mencakup tata kelola, operasi dan sistem organisasi. Hal tersebut meliputi: (1) Keandalan dan integritas integritas informasi keuangan dan operasional, (2) Efektivitas dan efisiensi operasi, (3) Pengamanan aktiva, dan (4) Kepatuhan terhadap hukum, regulasi dan kontrak. Auditor harus mengevaluasi target operasi dan ekspektasi yang di tetapkan harus menentukan apakah standar operasi tersebut dapat diterima dan dicapai. Selain itu, tanggung jawab seorang auditor juga berperan dalam pendektesian kecurangan. Menurut G. Jack Bologna dan Robert J.

Lindquist (2006) dalam Ismayanti (2009:3), auditor akan: (1) bertanggung jawab dalam mendeteksi dan melaporkan kecurangan dan tindakan melawan hukum lainnya, (2) memperbaiki keefektifan audit, yaitu perbaikan dalam pendeteksian salah saji material, (3) mengkomunikasikan pada pemakai laporan keuangan, informasi yang lebih berguna tentang sifat dan hasil proses audit, termasuk peringatan awal tentang kemungkinan kegagalan bisnis, dan (4) mengkomunikasikan dengan jelas kepada komite audit atau yang bertanggung jawab terhadap pelaporan keuangan yang dipercaya. Tanggung jawab auditor menurut penelitian Ismayanti (2009:78) tidak menunjukkan adanya pengaruh terhadap kemampuan mendeteksi kecurangan akan tetapi auditor bertanggung jawab untuk membantu dalam mendeteksi kecurangan. Suatu kecurangan tersebut dapat dicegah dengan cara meningkatkan sistem pengendalian yang terdapat di perusahaan, karena pada dasarnya unsur yang menentukan terjadinya kecurangan adalah diri manusia dan sistem pengendalian yang ada. Perusahaan dengan aktivitas audit yang baik dengan ditunjang oleh peran dan tanggung jawab auditor yang mempekerjakan praktek unggulan dan sinkron dengan harapan dan tujuan strategis manajamen umumnya memiliki kontrol yang baik (Hirth, 2008). Selain itu menurut Hermanson (2004), audit di perusahaan memiliki kecenderungan untuk menjadi pemain utama dalam penilaian

pengendalian perusahaan. Mereka menilai, menentukan dan menjalankan sistem pengendalian yang ada untuk kemudian menjaga stabilitas perusahaan. Selain itu auditor eksternal pun akan sangat bergantung dengan kinerja auditor karena sistem pengendalian yang ada akan dapat dipaparkan oleh auditor itu sendiri. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang menguji sejauh mana peranan dan tanggung jawab auditor intenal berpengaruh terhadap peningkatan efektivitas sistem pengendalian. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti melakukan penelitian berjudul Pengaruh Peran Dan Tanggung Jawab Auditor Internal Terhadap Peningkatan Efektivitas Sistem Pengendalian Internal. Penelitian ini penelitian hasil pengembangan penelitian-penelitian sebelumnya. Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian-penelitian terdahulu adalah terdapat pada penilaian atas efektivitas variabel dependen yaitu sistem pengendalian, dan menambah variabel independen baru yaitu tanggung jawab auditor serta memperluas objek penelitian yang berbeda. Penelitian sebelumnya mengambil objek penelitian dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) di wilayah Jakarta. Penelitian kali ini akan meneliti sepuluh perusahaan yang terdiri dari perusahaan milik swasta, BUMN serta institusi kementerian pemerintah di wilayah Jakarta dan Banten. Pemilihan wilayah Jakarta dan Banten didasari pada latar belakang dunia

ekonomi yang berbeda diantara keduanya. Jakarta sebagai daerah perekonomian pusat serta Banten sebagai propinsi baru yang masih mengembangkan perekonomian di daerahnya. Hasil penelitian ini akan memperlihatkan variasi peran auditor terhadap efektivitas atas sistem pengendalian di pemerintahan dan perusahaan milik swasta. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat dirumuskan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Apakah peran auditor berpengaruh signifikan terhadap peningkatan efektivitas sistem pengendalian? b. Apakah tanggung jawab auditor berpengaruh signifikan terhadap peningkatan efektivitas sistem pengendalian? c. Apakah peran dan tanggung jawab auditor secara simultan berpengaruh signifikan terhadap peningkatan efektivitas sistem pengendalian? C. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menemukan bukti empiris atas hal-hal sebagai berikut: a. Pengaruh peran auditor terhadap peningkatan efektivitas sistem pengendalian.

b. Pengaruh tanggung jawab auditor terhadap peningkatan efektivitas sistem pengendalian. c. Pengaruh peran dan tanggung jawab auditor secara simultan terhadap peningkatan efektivitas sistem pengendalian D. Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi: a. Perusahaan, sebagai bahan informasi bagi perusahaan mengenai pengaruh peran dan tanggung jawab auditor dan terhadap peningkatan efektivitas sistem pengendalian, sehingga dapat membantu dalam pengambilan keputusan, memberikan gambaran sistem dan merupakan sarana menganalisis. b. Auditor Internal, dengan adanya penelitian ini diharapkan auditor dapat meletakkan kepercayaan atas efektivitas SPI dalam mencegah terjadinya kesalahan yang material dalam proses akuntansi dan sebagai bahan pertimbangan bagi auditor dalam meningkatkan kualitas jasa auditor yang diberikan kepada klien. c. Pemegang saham, dapat digunakan sebagai salah satu bahan informasi tentang keadaan perusahaan yang sehat dan tidak sehat, agar dapat dievaluasi untuk menentukan kembali apakah dapat diinvestasikan lagi atau tidak.

d. Karyawan, dapat digunakan sebagai salah satu informasi dan ilmu pengetahuan tentang pengaruh peranan dan tanggung jawab auditor dan penerapan terhadap peningkatan efektivitas sistem pengendalian. e. Peneliti, yaitu guna memperluas wawasan dan menambah referensi mengenai audit agar dapat dilakukan penelitian yang berkelanjutan dan juga dapat menambah pengetahuan peneliti tentang auditor, penerapan dan efektivitas sistem pengendalian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Audit Internal 1. Definisi Audit Internal Pada mulanya, audit hanya terbatas pada kegiatan menguji, mencocokkan dan membuat laporan mengenai kewajaran laporan keuangan suatu perusahaan. Namun seiring dengan perubahan lingkungan bisnis yang cepat kebutuhan akan informasi akuntansi yang dapat dipercaya (reliable), akurat (accuracy) dan tepat (timely) semakin dirasakan. Untuk memberikan keyakinan bahwa apa yang dilaporkan bawahan tentang perusahaan adalah benar dan dapat dipercaya, maka perusahaan membutuhkan adanya auditor yang berkemampuan baik untuk melakukan pengawasan terhadap kinerja perusahaan. Definisi audit yang telah diciptakan untuk menggambarkan lingkup audit modern yang luas dan tak terbatas menurut Sawyer (2009:10) adalah sebagai berikut: Penilaian yang sistematis dan objektif yang dilakukan auditor terhadap operasi dan kontrol yang berbeda-beda dalam organisasi untuk menentukan apakah: (a) informasi keuangan dan operasi telah akurat dan dapat diandalkan, (b) resiko yang dihadapi perusahaan telah diidentifikasi dan diminimalisasi, (c) peraturan eksternal serta kebijakan dan prosedur yang bisa diterima telah diikuti, (d) kriteria operasi yang memuaskan telah dipenuhi, (e) sumber daya telah digunakan secara efisien dan ekonomis dan (f) tujuan organisasi telah dicapai secara efektif. Kesemua itu dilakukan dengan tujuan untuk

dikonsultasikan dengan manajemen dan membantu anggota organisasi dalam menjalankan tanggung jawabnya secara efektif. Menurut American Accounting Association (Sawyer, 2009:8) definisi audit adalah sebagai berikut: Proses sistematis untuk secara objektif memperoleh dan mengevaluasi asersi mengenai tindakan dan kejadian-kejadian ekonomis untuk meyakinkan derajat kesesuaian antara asersi ini dengan kriteria yang ditetapkan dan mengkomunikasikannya ke pengguna yang berkepentingan. Menurut Guidance Task Force (GTF) (Sawyer, 2009:8) definisi audit adalah sebagai berikut: Aktivitas konsultasi dan keyakinan objektif yang dikelola secara independen di dalam organisasi dan diarahkan oleh filosofi penambahan nilai untuk meningkatkan operasional perusahaan. Audit tersebut membantu organisasi dalam mencapai tujuannya dengan menerapkan pendekatan yang sistematis dan berdisiplin untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas proses pengelolaan risiko, kecukupan kontrol dan pengelolaan organisasi. Dari beberapa definisi diatas dapat di tentukan bahwa proses audit merupakan proses audit perusahaan yang bertujuan untuk menilai informasi keuangan dan operasi telah akurat dan dapat diandalkan, resiko yang dihadapi perusahaan telah diidentifikasi dan diminimalisasi, peraturan eksternal serta kebijakan dan prosedur yang bisa diterima telah diikuti, kriteria operasi yang memuaskan telah dipenuhi, sumber daya telah digunakan secara efisien dan ekonomis, dan tujuan organisasi telah dicapai secara efektif.

2. Profesi Audit Internal Banyak jabatan yang mencari identifikasi profesional. Identifikasi tersebut berlaku untuk banyak pekerja profesional atau praktisi-praktisi lainnya. Katalog kriteria berikut yang terdapat dalam Sawyer (2009:9) digunakan untuk menilai kualitas profesional audit : a. Pelayanan kepada publik. Auditor memberikan jasa untuk meningkatkan penggunaan sumber daya secara efisien dan efektif. Auditor juga melayani publik melalui hubungan kerja mereka dengan komite audit, dewan direksi dan badan pengelola lainnya. b. Pelatihan khusus berjangka panjang. Para auditor yang berkompeten adalah mereka yang menunjukkan keahlian, lulus dalam tes audit dan mendapatkan sertifikat sehingga dapat secara resmi sebagai profesional. c. Menaati kode etik. Auditor harus menaati kode etik sebagai auditor dan standar yang ada. Kode etik dan standar tersebut di atur dalam Institute of Internal Auditors (IIA). d. Menjadi anggota asosiasi dan menghadiri pertemuan antar auditor. Hal ini bertujuan untuk memperluas gagasan dan wawasan para auditor. e. Publikasi jurnal. Memublikasikan jurnal bertujuan untuk meningkatkan keahlian praktik auditor.

f. Menguji pengetahuan para kandidat auditor bersertifikat. IIA dalam hal ini melakukan program sertifikasi yang akan mendapatkan gelar Certified Internal Auditor (CIA) g. Lisensi oleh negara atau sertifikasi oleh dewan. Profesi auditor tidak dibatasi oleh izin. Siapa pun yang dapat meyakinkan pemberi kerja mengenai kemampuannya di bidang audit bisa direkrut. Kesimpulannya, banyak kriteria profesi yang melekat pada audit : (a) Memiliki dasar ilmu yang jelas, (b) Program sertifikasi, (c) Program pengembangan profesional berkelanjutan, (d) Adanya kode etik, (e) Pernyataan tanggung jawab, (f) Seperangkat standar, (g) Jurnal profesi, dan (h) Jumlah literatur yang semakin banyak. 3. Pengertian Auditor Internal Auditor di definisikan dalam Mulyadi (2008:29) adalah sebagai berikut: Auditor yang bekerja dalam perusahaan yang tugas pokoknya adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen puncak telah dipenuhi, menentukan baik atau tidaknya penjagaan terhadap kekayaan organisasi, menentukan efesiensi dan efektivitas prosedur kegiatan organisasi, serta menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai organisasi. Auditor didefinisikan sebagai suatu aktivitas independen, objektif dan pemberian konsultasi yang dirancang untuk menambah nilai dan meningkatkan opersi-operasi organisasi.

Seseorang yang membantu suatu organisasi mencapai tujuan-tujuannya dengan membawa pendekatan yang sistematis dan disiplin untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas pengelolaan resiko, kecukupan kontrol dan pengelolaan organisasi (Institute of Internal Auditor, Sawyer, 2009:12). Auditor merupakan profesi yang dinamis dan terus berkembang yang mengantisipasi perubahan dalam lingkungan operasinya dan beradaptasi terhadap perubahan dalam struktur organisasi, proses dan tekhnologi. Profesionalisme dan komitmen yang tinggi difasilitasi dengan bekerja dalam kerangka praktik profesional yang dikembangkan oleh IIA. Auditor merancang dan mengevaluasi prosedurprosedur keuangan atau operasional, menelaah catatan-catatan keuangan atau prosedur operasi, menilai sistem pengendalian, mendokumentasikan hasil temuan auditnya, memberikan saran serta melaporkan hasil auditnya kepada pimpinan perusahaan untuk kemudian ditindak lanjuti (Sanyoto Gondodiyoto, 2007:45). Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa menunjukkan bahwa auditing adalah dikerjakan dalam suatu organisasi oleh para auditor. Fungsi penilaian independen membuat auditing menjadi jelas bahwa tidak ada keterbatasan atau rintangan pada pertimbangan auditor. Entitas di dalam perusahaan secara khusus memberikan kewenangan terhadap fungsi audit untuk menguji

dan mengevaluasi sifat auditing pertama dalam mencari fakta dan evaluasi hasil. Aktivitas audit menunjukkan bahwa seluruh aktivitas organisasi berada dalam lingkup audit dan jasa kepada organisasi mengindikasikan bahwa auditing ada untuk membantu organisasi. 4. Perbedaan Antara Auditor Internal dan Auditor Eksternal Aktivitas audit dan eksternal bisa jadi tumpang tindih dalam hal-hal yang berkaitan dengan penelaahan kontrol pada fungsi akuntansi, namun perbedaan antara kedua bidang ini jauh lebih banyak dibandingkan dengan kesamaan yang ada atas dasar proses audit. Perbedaan itu timbul di karenakan akibat adanya tujuan yang berbeda. Tanggung jawab utama seorang auditor eksternal adalah memberikan opini atas laporan keuangan perusahaan. Tujuan auditor eksternal adalah menentukan kewajaran penyajian posisi keuangan perusahaan dan hasil-hasil usaha untuk periode yang diaudit. Auditor eksternal harus meyakinkan diri sendiri bahwa laporan keuangan yang diaudit sesuai dengan prinsip-prinsip yang berlaku umum dan diterapkan secara konsisten dengan tahun sebelumnya dan bahwa aktiva perusahaan telah diamankan dengan semestinya. Sedangkan, seorang auditor bertanggung jawab memberikan informasi yang diperlukan manajer dalam menjalankan tanggung jawabnya secara efektif. Auditor bertindak sebagai penilai independen untuk menelaah operasional perusahaan dengan mengukur dan

mengevaluasi kecukupan kontrol serta efisiensi dan efektivitas kinerja perusahaan (Sawyer, 2009:6-7). Penelaahan atas kontrol-kontrol di bidang akuntansi merupakan hal yang penting, dan auditor haruslah terlibat dalam hal ini, namun sesungguhnya bukan hal itu yang menjadi fokus utama auditor. Kerugian akibat proses produksi yang salah, perekayasaan, pemasaran, atau pengelolaan persediaan bisa jadi lebih besar nilai materialnya dibandingkan dengan kerugian akibat kelemahan di bidang keuangan semata. Kontrol manajemen atas aktivitas keuangan telah semakin kuat selama beberapa periode ini, namun masih ada beberapa hal yang mengandung kelemahan. Penggelapan dan kesalahan manajemen dalam mengelola sumber daya dapat menjadikan perusahaan bangkrut. Dari hal-hal di atas tersebut terlihat satu perbedaan mendasar antara auditor eksternal dan yaitu fokus auditor lebih luas karena memiliki ruang lingkup yang komprehensif dibandingkan dengan auditor eksternal. Auditor eksternal terfokus pada informasi-informasi. Di lain pihak, auditor sangat memerhatikan pemborosan dan kecurangan dari mana pun sumbernya dan sekecil apa pun nilai materialitasnya. Perhatian ini disebabkan oleh pemahaman bahwa penyimpangan-penyimpangan kecil bisa menjadi besar yang nilainya material sehingga menggoyahkan stabilitas perusahaan.

Auditor dan eksternal tentu dapat berkoordinasi dalam kepentingan yang sama. Teknik-teknik yang digunakan dalam audit keuangan baik yang dilakukan auditor ataupun eksternal dapat serupa akan tetapi tujuan dan hasil yang keluar anatara proses yang dilakukan keduanya dapat berbeda. Auditor dan eksternal dapat disimpulkan sebagai dua profesi yang berbeda. Perbedaan antara keduanya disarikan pada tabel berikut ini: Tabel 2.1 Perbedaan Auditor Internal dan Eksternal AUDITOR INTERNAL 1. Merupakan karyawan perusahaan atau bisa juga merupakan entitas independen 2. Melayani kebutuhan organisasi meskipun fungsinya harus dikelola oleh perusahaan. 3. Fokus pada kejadian-kejadian di masa depan dengan mengevaluasi kontrol yang dirancang untuk meyakinkan pencapaian tujuan organisasi. 4. Langsung berkaitan dengan pencegahan kecurangan dalam segala bentuknya atau perluasan dalam setiap aktivitas yang ditelaah. 5. Independen terhadap aktivitas yang diaudit, tetapi siap sedia untuk menanggap kebutuhan dan keinginan dari semua tingkat manajemen. 6. Menelaah aktivitas secara terusmenerus AUDITOR EKSTERNAL 1. Merupakan orang yang independen di luar perusahaan. Yaitu pihak ketiga. 2. Melayani klien yang membutuhkan informasi keuangan yang dapat diandalkan 3. Fokus pada ketepatan dan kemudahan pemahaman dari kejadian-kejadian masa lalu yang dinyatakan dalam laporan keuangan perusahaan. 4. Sesekali memerhatikan pencegahan dan pendeteksian kecurangan secara umum. Di utamakan yang lebih material. 5. Independen terhadap manajemen dan dewan direksi baik dalam kenyataan maupun secara mental. 6. Menelaah catatan-catatan yang mendukung laporan keuangan secara periodik umumnya sekali dalam setahun Sumber : Sawyer (2009: 8)

5. Peran Auditor Internal Pada saat ini, peran auditor dalam suatu perusahaan semakin diperlukan, terutama pada perusahaan yang memiliki skala operasi yang luas dan besar. Internal auditor tidak hanya berperan untuk mengurangi kebocoran dan penyelewengan dalam perusahaan, akan tetapi lebih dari itu yaitu sebagai penghasil informasi yang tepat dan tidak memihak serta dapat membantu meningkatkan mutu pimpinan dalam pengendalian perusahaan. Auditor memberikan informasi yang diperlukan manajemen dalam menjalankan tanggung jawab mereka secara efektif. Auditor bertindak sebagai penilai independen untuk menelaah operasional perusahaan dan mengevaluasi kecukupan kontrol serta efisiensi dan efektivitas kinerja perusahaan. Auditor memiliki peranan yang penting dalam semua hal yang berkaitan dengan pengelolahan perusahaan dan resiko-resiko terkait dalam menjalankan usaha (Sawyer, 2009:7) Menurut Hall (2006:27) keterlibatan auditor dapat ditinjau dari setiap tahapan dalam system development life cycle dan tujuan serta manfaat sebagai berikut: a. Tahap Perencanaan Dalam tahap ini akuntan ataupun auditor sering diminta untuk memberikan keahlian mereka untuk mengevaluasi kelayakan sebuah proyek, mereview masalah

kelayakan ekonomi, kelayakan perencanaan sistem pengendalian intern dan kelayakan operasi. Tahap ini merupakan awal dari semua tahapan yang dilakukan oleh auditor. b. Tahap Analisis Sistem Peran auditor dalam tahap ini adalah mensuplai laporan audit pada sistem yang akan diuji oleh tim studi. Akuntan dengan latar belakang pendidikan formal dan informalnya menunjukkan bahwa ia memiliki keahlian untuk melakukan analisis sistem. Akuntan akan melakukan survey sistem untuk memahami elemen-elemen penting dari sistem yang digunakan saat ini dan menentukan kebutuhan informasi pemakai akhir, standar kontrol, kebutuhan jejak audit, dan prosedur-prosedur dimandatkan jelas merupakan tugas-tugas penting untuk menentukan persyaratan sistem yang baru sehingga diharapkan sistem yang nantinya dipakai akan sesuai dengan audit lanjutan yang akan digunakan. c. Tahap Desain Sistem Dalam tahap ini akuntan berperan penting dalam memanfaatkan keahlian transaksinya, peran ini dilakukan dalam hal desain sistem konseptual, disini akuntan bertanggung jawab untuk sistem konseptual dan profesional

bertanggung jawab terhadap sistem fisik (pekerjaan teknis untuk membangun sistem), dimana dalam melakukan perannya ini akuntan harus mempertimbangkan bahwa setiap sistem harus dikontrol secara memadai, jejak audit yang harus dilestarikan, konversi akuntansi dan persyaratan-persyaratan hukum harus dipahami. d. Tahap Implementasi Sistem Dalam tahap ini secara rinci auditor, harus terlibat dalam cara-cara berikut ini: 1. Menspesifikasi standar dokumen Auditor ikut serta menentukan spesifikasi dokumentasi sistem agar nantinya dalam pemeriksaan dapat mudah, maka akuntan harus aktif mendorong para pemakai sistem untuk taat pada standar dokumentasi yang telah diterapkan. 2. Menverifikasi kelayakan kontrol Tugas ini tidak semata-mata berdiri sendiri tetapi merupakan rangkaian atas usulan struktur pengendalian yang dibuat oleh audit dalam fase sebelumnya. Pada tahap implementasi inilah review kembali apakah SPI yang telah ditetapkan memiliki keterbatasan yang cukup besar atau tidak.

3. Review konversi sistem lama ke sistem baru Untuk memastikan bahwa data-data akurat selama proses penggantian tersebut. Review terhadap ketepatan uji data dan hasil uji. e. Tahap Pengoperasian Sistem Dalam tahap ini auditor melakukan evaluasi dan menilai ketepatan pengendalian dalam operasi sistem. Pada tahap ini pula auditor intern harus secara aktif memantau apakah tahap pengoperasian sistem telah sesuai dengan standar pengoperasian yang telah ditetapkan sebelumnya. 6. Peran Auditor Internal Memenuhi Kebutuhan Manajemen Auditor terlibat dalam memenuhi kebutuhan manajemen, dan staf audit yang paling efektif meletakkan tujuan manajemen dan organisasi di atas rencana dan aktivitas mereka. Tujuan-tujuan audit disesuaikan dengan tujuan manajemen, sehingga auditor itu sendiri berada dalam posisi untuk menghasilkan nilai tertinggi pada hal-hal yang dianggap manajemen paling penting bagi kesuksesan organisasi. Menurut Sawyer (2009:34) departemen audit mampu membantu manajemen dalam: a. Mengawasi kegiatan-kegiatan yang tidak dapat diawasi sendiri oleh manajemen puncak. Setiap tahun Chief Auditing Executives

(CAE) menyiapkan rencana jadwal audit khusus untuk aktivitas yang diawasi b. Mengidentifikasi dan meminimalkan risiko. Auditor memperluas persepsi mereka tentang manajemen risiko dan meningkatkan upaya mereka untuk meyakinkan manajemen bahwa semua jenis risiko organisasi telah dievaluasi dan diperhatikan dengan layak. c. Memvalidasi laporan ke manajemen senior. Manajer senior biasanya membuat keputusan berdasarkan laporan yang mereka terima, bukan berdasarkan pengetahuan mereka sendiri. Ketika audit dilakukan, auditor menelaah laporan tersebut untuk menilai akurasi, ketepatan waktu, dan maknanya. Kebijakan manajemen yang diputuskan kemudian bisa menjadi lebih valid. d. Membantu manajemen pada bidang teknis. Auditor modern harus mengetahui bagaimana data berawal, bagaimana proses pengolahannya, dan dimana letak risiko keamanannya. Auditor yang profesional harus memiliki independensi untuk memenuhi kewajiban profesionalnya, memberikan opini yang objektif, tidak bias, tidak dibatasi serta melaporkan masalah apa adanya bukan melaporkan sesuai keinginan eksekutif atau lembaga. Auditor harus bebas dari hambatan dalam melaksanakan auditnya. Hanya dengan begitu auditor bisa disebut melaksanakan audit dengan profesional.

7. Tanggung Jawab Auditor Internal Tanggung jawab auditor dalam perusahaan harus ditetapkan dengan jelas sesuai dengan penerapan Standar Akuntansi yang merupakan penerapan pada standar umum kualitas profesionalisme auditor juga sesuai dengan kebijakan manajemen. Tanggung jawab auditor menurut G. Jack Bologna dan Robert J. Lindquist (2006) dalam Ismayati (2009:22) adalah sebagai berikut: a. Memberikan informasi dan nasihat kepada manajemen dan menjalankan tanggung jawab ini dengan cara yang konsisten dengan kode etik. b. Mengkoordinasi kegiatan dengan orang lain agar berhasil mencapai sasaran audit dan perusahaan. Pada dasarnya auditor tidak memikul tanggung jawab langsung dan juga tidak memiliki wewenang atas kegiatan-kegiatan perusahaan yang sedang di teliti. Oleh karena itu, pemeriksaan serta penilaian audit sama sekali tidak membebaskan tanggung jawab orang lain dalam perusahaan itu. Menurut Tugiman (2006) auditor bertanggung jawab untuk melakukan pencegahan kecurangan dengan melakukan pengujian kecukupan atas keefektivitas sistem pengendalian. Apabila auditor mencurigai suatu tindakan yang dapat merugikan perusahaan, maka auditor bertanggung jawab dalam menginformasikan hal tersebut pada otoritas yang berwenang.

Auditor dapat merekomendasikan apakah tindakan lanjutan yang akan digunakan untuk memperbaiki kerugian atau kecurangan yang telah terjadi pada perusahaan. 8. Audit Internal Sektor Publik Audit sektor publik adalah audit yang dilakukan di lingkungan organisasi atau lembaga yang bergerak di bidang penyediaan barang dan jasa publik (public goods and services), yaitu barang dan jasa yang dibutuhkan oleh khalayak ramai atau masyarakat pada umumnya, seperti jalan raya, rumah, sekolah, rumah sakit, tempat ibadah pertahanan dan keamanan, penerangan. Organisasi atau lembaga sektor publik tersebut dapat berupa instansi pemerintah, BUMN/BUMD, dan lembaga swasta (Sekolah Tinggi Akuntansi Negara, 2007:13). Hal paling siginifikan dalam perbedaan laporan keuangan entitas usaha swasta dengan pemerintahan adalah pada hasil laba ruginya. Sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) laporan hasil usaha pada instansi pemerintahan diganti dengan laporan realisasi anggaran, yang memuat informasi berupa perbandingan anggaran dengan realisasinya. Fungsi audit pemerintahan yang di emban oleh Inspektorat Jenderal pada masing-masing departemen peerintah terdiri dari fungsi audit yaitu pemeriksaan dan evaluasi. Evaluasi merupakan bagian dari tugas Inspektorat Jenderal ditegaskan Menteri

Pendayagunaan Aparatur Negara dengan Peraturan Menteri Nomor PER/03/M.PAN/02/2006. Peraturan menteri tersebut menyatakan bahwa Kegiatan Evaluasi menjadi bagian dari Program Pengawasan kategori Kegiatan Utama disamping pemeriksaan (audit). Masih menurut Peraturan Menpan tersebut, Kegiatan Evaluasi meliputi: (1) Evaluasi Sistem Intern Pemerintah, (2) Evaluasi Penggunaan Dana Dekonsentrasi dan (3) Pembantuan dan Evaluasi Aspek Tertentu Penyelenggaraan Program Instansi Pemerintah. Peraturan tersebut kembali ditetapkan menjadi Kebijakan Pengawasan melalui Peraturan Menpan Nomor PER/03.1/M.PAN/3/2007 (Bambang Pamuji, 2007:6). B. Sistem Pengendalian Internal 1. Pengertian Pengendalian Internal Pengendalian menurut definisi yang dibuat oleh The American Institute of Certified Public Accountants (AICPA) (Iwan Triyuwono, 2000:155) adalah sebagai berikut: The plan of organization, and all of the coordinate methods and measures adopted within a business, to safeguard its assets, check the accuracy and reliability of its accounting data, promote operational efficiency, and encourage adherence to prescibed managerial policies (AU Section 320.08). Dalam definisi tersebut ada empat fungsi yang terlihat, yaitu: (1) menjaga aktiva, (2) mengecek keakuratan dan reliabilitas data akuntansi, (3) meningkatkan efisiensi operasional, dan (4) mendorong ditaatinya kebijakan manajemen.

Menurut Nugroho Widjajanto (2001:18) definisi pengendalian adalah sebagai berikut: Suatu sistem pengendalian yang meliput struktur organisasi beserta semua metode dan ukuran yang diterapkan dalam perusahaan dengan tujuan untuk mengamankan aktiva perusahaan, mengecek kecermatan dan ketelitian data akuntansi, meningkatkan efisiensi dan mendorong agar kebijakan manajemen dipatuhi oleh segenap jajaran organisasi. Berdasarkan uraian tersebut, pembuatan dan pemeliharaan pengendalian merupakan kewajiban yang harus dilakukan oleh perusahaan. Aspek mendasar dari tanggung jawab penyediaan informasi pihak manajemen adalah untuk memberikan jaminan yang wajar bagi pemegang saham bahwa perusahaan dikendalikan dengan baik. Selain itu, pengendalian penting untuk mendorong para entitas melaksanakan kebijakan dan aturan perusahaan secara efektif dan efisien sehingga memberikan manfaat bagi perusahaan. 2. Tujuan Pengendalian Internal Menurut Hall (2006:78) terdapat lima tujuan pengendalian atas transaksi, antara lain: a. Otoritas (wewenang) Setiap transaksi harus mendapat otoritasi semestinya berdasarkan struktur dan kebijakan perusahaan. Dalam keadaan atau masalahmasalah tertentu sangat mungkin diperlukan otorisasi khusus.

b. Pencatatan Pencatatan atas transaksi harus dilaksanakan sebagaimana mestinya dan pada waktu yang tepat dengan uraian yang wajar. Transaksi yang dicatat adalah transaksi yang benar-benar terjadi dan lengkap. c. Perlindungan Harta fisik berwujud tidak boleh berada di bawah pengawasan/penjagaan dari mereka yang bertanggung jawab. Dalam hal ini pengendalian memperkecil resiko terjadinya kecurangan oleh karyawan atau manajemen sekalipun. d. Rekonsiliasi Rekonsiliasi secara kontinyu dan periodik antar pencatatan dengan harta fisik harus dilakukan misalnya mencocokkan jumlah persediaan barang antara kartu persediaan dengan persediaan fisik di gudang audit finansial, audit manajemen dan sistem pengendalian. e. Penilaian Harus dibuat ketentuan agar memberikan kepastian bahwa seluruh harta perusahaan dicatat berdasarkan nilai yang wajar. Tidak boleh terjadi over maupun undervalued atas harta tersebut. Menurut tujuannya pengendalian dibagi menjadi dua yaitu pengendalian akuntansi dan pengendalian administratif. Menurut Sanyoto Gondodiyoto (2007:182) Pengendalian administratif meliputi rencana organisasi dan prosedur yang menyangkut efisiensi usaha dan

ketaatan terhadap kebijaksanaan atau peraturan pimpinan perusahaan. Dalam pengendalian administratif umumnya tidak langsung berhubungan dengan pembukuan (sistem akuntansi). Pengendalian administratif mencakup analisis statistik, laporan kegiatan, program latihan pegawai, pengawasan mutu dan kebijakan akuntansi. Pengendalian akuntansi berkaitan dengan rencana organisasi, prosedur, catatan, untuk menjamin pengamanan aktiva, dapat diandalkannya laporan keuangan, dan adanya keyakinan bahwa setiap transaksi dilaksanakan sesuai dengan otorisasi yang berwenang. Setiap transaksi dicatat untuk memungkinkan penyusunan laporan keuangan yang sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum, maupun dalam rangka untuk akuntabilitas kepengurusan perusahaan. Selain itu akses terhadap aset hanya sesuai dengan otoritas yang ada. Catatan tentang akuntabilitas aset adalah sesuai dengan yang ada, dapat direkonsiliasikan dan telah dilakukan tindakan yang perlu bila terjadi perbedaan karena interval waktu yang dapat dijelaskan. Pengendalian akuntansi meliputi metode dan prosedur yang berkaitan dan berhubungan langsung dengan pengamanan harta serta dapat dipercayainya catatan keuangan. Pada umumnya pengendalian akuntansi meliputi sistem pemberian wewenang (otorisasi), pemisahan tugas (antara operasional, penyimpanan harta kekayaan, penyimpanan uang dan pembukuan), pengawasan fisik dan cek ulang atas akurasi pekerjaan oleh pihak ketiga (verifikasi independen).

3. Komponen-komponen dalam Pengendalian Menurut Hall (2006:186) komponen-komponen pengendalian meliputi: a. Lingkungan Pengendalian Lingkungan pengendalian adalah dasar dari empat komponen pengendalian lainnya. Lingkungan pengendalian menentukan arah perusahaan dan mempengaruhi kesadaran pengendalian pihak manajemen dan karyawan. Berbagai elemen penting dari lingkungan pengendalian adalah integritas dan nilai etika manajemen, struktur organisasi, keterlibatan dewan komisaris dan komite audit, filosofi manajemen dan siklus operasionalnyam prosedur pendelegasian tanggung jawab dan otoritas, metode manajemen untuk menilai kinerja, pengaruh eksternal dan kebijakan serta praktik perusahaan dalam mengelola sumber daya manusianya. b. Pernilaian Resiko Perusahaan harus melakukan penilaiaan resiko untuk mengidentifikasi, menganalisis dan mengelola berbagai resiko yang berkaitan dengan laporan keuangan. c. Kegiatan Pengendalian Kegiatan pengendalian adalah kebijakan dan prosedur sebagai tambahan yang termasuk dalam empat komponen, membantu tindakan-tindakan seperlunya yang mengarahkan resiko dalam

pencapaian tujuan organisasi. Contohnya, pemisahan tugas yang layak, otorisasi yang layak, pengendalian fisik, dokumen dan catatan yang layak, pengendalian fisik, pengecekan (pemeriksaan) secara bebas. d. Komunikasi dan Informasi Sistem informasi yang relevan untuk tujuan pelaporan keuangan, yang meliputi sistem akuntansi, terdiri dari metode dan catatan yang dapat mengidentifikasi, menyatukan, analisa, klasifikasi, mencatat dan melaporkan transaksi organisasi/lembaga dan menjaga akuntabilitasnya, jumlah aktiva dihitung. Informasi akuntansi dan sistem komunikasi mempunyai subkomponen, seperti penjualan, retur penjualan, penagihan, akuisisi dan sebagainya. e. Monitoring Monitoring adalah proses penilaian kinerja, kualitas struktur pengendalian dalam suatu waktu. Kegiatan monitoring melalui kegiatan yang berjalan. Misal, masalah-masalah dengan pengendalian dapat datang dari manajemen karena adanya keluhan dari pelanggan tentang kesalahan penagihan atau dari pemasok tentang pembayaran atau dari manajer yang menerima laporan yang berbeda dengan informasi dari bagian operasi.

4. Fungsi Pengendalian Internal Pengendalian memiliki fungsi-fungsi kontrol atas perusahaan. Beberapa kontrol diterapkan untuk mencegah hasil-hasil yang tidak diharapkan sebelum terjadi (kontrol preventif). Kontrol lain dirancang untuk menemukan hasil-hasil yang tidak diharapkan pada saat terjadinya (kontrol detektif). Masih ada kontrol lain yang dirancang untuk memastikan bahwa tindakan korektif diambil untuk memperbaiki hal-hal yang tidak diharapkan atau untuk memastikan bahwa hal-hal tersebut tidak terulang (kontrol korektif). Semua kontrol, secara bersama-sama, berfungsi untuk memastikan bahwa tujuan atau sasaran manajemen akan tercapai. Menurut Sawyer (2009:67) 3 (tiga) fungsi pengendalian tersebut adalah sebagai berikut: a. Kontrol Preventif Kontrol preventif atau pengendalian preventif ditujukan untuk mencegah terjadinya sesuatu yang merugikan, seperti kekeliruan dan pencurian. Ketika diterapkan ke dalam sebuah sistem, kontrol preventif ini memiliki kemampuan dalam mencegah kekeliruan dan secara otomatis kontrol preventif dapat mencegah biaya perbaikan. Kontrol preventif dapat mencakup, misalnya: (1) karyawan yang kompeten dan dapat dipercaya, (2) pemisahan tugas untuk mencegah pelanggaran yang disengaja, (3) otorisasi yang layak untuk mencegah penggunaan sumber daya organisasi dengan tidak

semestinya, (4) perbaikan menggunakan komputer untuk mencegah transaksi yang tidak semestinya, (5) dokumentasi dan catatan yang memadai serta prosedur pencatatan yang layak, dan (6) kontrol fisik atas aktiva untuk mencegah penyalahgunaan atau pencurian. Berdasarkan hal tersebut kontrol atau pengendalian preventif sangat penting dilakukan oleh perusahaan untuk melakukan pencegahan umum atas apa yang menjadi resiko umum perusahaan yaitu human error dan kesalahan (fraud). b. Kontrol Detektif Pengendalian detektif ditujukan untuk menentukan kapan peristiwa yang merugikan terjadi. Pengendalian detektif umumnya memiliki biaya yang lebih mahal dibandingkan dengan preventif hal itu dikarenakan kontrol detektif mampu mengukur efektivitas pengendalian preventif. Beberapa kekeliruan tidak bisa secara efektif dikendalikan oleh sistem pencegahan, kekeliruan tersebut harus dideteksi saat terjadi. Kontrol detektif mencakup pemeriksaan dan perbandingan, seperti catatan kinerja dan pemeriksaan independen atas kinerja. Kontrol detektif juga mencakup sarana kontrol seperti rekonsiliasi bank, konfirmasi saldo bank, perhitungan kas, rekonsiliasi rincian piutang usaha ke akun pengendali piutang usaha, pemeriksaan fisik persediaan dan sistem pemeriksaan seperti, audit.

c. Kontrol Korektif Pengendalian korektif dilakukan bila terjadi hal-hal yang tidak semestinya dan telah terdeteksi. Semua kontrol detektif tidak ada gunanya bila kelemahan yang telah diidentifikasi tidak diperbaiki atau dianggap tidak masalah bila terulang. Oleh karena itu, manajemen harus mengembangkan sistem yang tetap menyoroti kondisi-kondisi yang tidak diinginkan sampai dilakukan perbaikan. Perbaikan itu berupa berbagai prosedur untuk mencegah terulangnya kondisi yang merugikan. Pendokumentasian dan sistem pelaporan membuat masalah-masalah tetap berada di bawah pengawasan manajemen sampai diselesaikan kerusakan diperbaiki. Jadi kontrol korektif menutup lingkaran yang dimulai dari pencegahan kemudian deteksi hingga koreksi. d. Pengertian Sistem Pengendalian Internal Sistem pengendalian didefinisikan sebagai struktur organisasi dan semua metode-metode yang terkoordinasikan serta ukuran-ukuran yang ditetapkan di dalam suatu perusahaan untuk tujuan menjaga ditetapkan di dalam suatu perusahaan untuk tujuan menjaga keamanan harta kekayaan milik perusahaan. Pengendalian merupakan fungai manajemen yang melaksanakan analisa atas seluruh aktivitas perusahaan. Adanya pengendalian di perusahaan, maka diharapkan seluruh aktivitas dapat berjalan sesuai dengan ketentuanketentuan yang telah ditetapkan sebelumnya (Hall, 2006:230).

Menurut The Comittee of Sponsoring Organization (COSO) (Bodnar dan Hopwood, 2001:182), sistem pengendalian adalah proses yang dapat dipengaruhi manajemen dan karyawan dalam menyediakan secara layak suatu kepastian mengenai prestasi yang diperoleh secara objektif dalam penerapannya tentang bagian laporan keuangan yang dapat dipercaya, diterapkannya peraturan dan hukum yang berlaku agar ditaati oleh semua pihak. Dari pengertian di atas dapat dilihat bahwa sistem pengendalian merupakan aspek yang penting dalam penerapannya di suatu perusahaan. Sistem ini memberikan kepastian secara objektif mengenai segala aspek perusahaan baik organisasional maupun personal dilakukan secara efektif dan efisien. C. Efektivitas 1. Pengertian Efektivitas Menurut Anthony dan Vijay (2005:174) efektivitas adalah segala sesuatu berhubungan dengan penentu apakah tujuan perusahaan yang telah ditetapkan telah tercapai. Hasil penjualan, kegiatan operasional dan laporan realisasi anggaran dapat dijadikan sebagai contoh atas nilai efektivitas dari kinerja perusahaan selanjutnya. Efektifitas menunjukkan keberhasilan perusahaan dalam merealisasikan tujuan perusahaannya. Dengan demikian efektivitas adalah kemampuan suatu unit kerja untuk mencapai tujuan perusahaan yang telah ditetapkan sebelumnya.

2. Pengukuran Efektivitas Menurut Anthony dan Vijay (2005:175) pengukuran efektivitas dapat menggunakan beberapa pendekatan antara lain: a. Pendekatan kuantitatif akuntansi Pendekatan ini digunakan untuk mendapatkan objektivitas dan independensi yang tinggi dari perusahaan. Pengukuran pendekatan ini melalui penggunaan informasi akuntansi dan keuangan yang ada pada perusahaan. Namun pendekatan ini memiliki kelemahan-kelemahan, sehingga dibutuhkan pendekatan lain yaitu kuantitatif manajemen. b. Pendekatan kuantitaif manajemen Pendekatan ini mengakomodasi variabel-variabel kuantitatif yang bersifat non finansial dan diluar sistem akuntansi. Pendekatan ini membantu perumusanperumusan permasalahan yang dihadapi sebagai alat analisa dalam pemecahan permasalahan, serta memperjelas kesimpulan yang akan diambil dalam analisis kuantitaif akuntansi. c. Digunakan sebagai pelengkap hasil kedua pendekatan diatas, hasil analisa kualitatif ini dimaksudkan untuk memperjelas kesimpulan yang akan diambil dari kedua pendekatan diatas. Sedangkan untuk mengukur efektivitas auditor dapat menggunakan teknik seperti memeriksa,

membandingkan, memeriksa dokumen dasar (vouching), menganalisa, mengecek, menginspeksi, menghitung, menelusuri (trace), serta memverifikasi (verify). D. Keterkaitan Antar Variabel 1. Peran Auditor Internal dengan Peningkatan Efektivitas Sistem Pengendalian Internal Menurut penelitian Hiro Tugiman (2002) pengendalian ( control) dirancang untuk memberikan jaminan yang pantas berkaitan dengan pencapaian tujuaan perusahaan dengan kriteria antara lain: (1) efektifitas dan efisiensi dari operasi perusahaan, (2) realibilitas laporan keuangan, dan (3) dipatuhinya semua ketentuan perundangundangan yang berlaku. Suatu perusahaan harus meningkatkan kualitas auditor nya melalui pendidikan, pelatihan dan pengalamannya agar mampu bekerja secara efektif. Hal ini berkaitan dengan peningkatan pengendalian perusahaan tersebut. Semakin tinggi kualitas auditor di dalam suatu perusahaan maka akan semakin baik pengendalian nya. Menurut penelitian Hirth (2008) perusahaan yang memfungsikan audit dengan baik secara umum memiliki kontrol yang lebih baik. Internal audit yang baik tersebut meliputi peran auditor yang total dan independen, penilaian atas resiko perusahaan secara tepat, penggunaan tekhnologi dalam proses audit, dan mengutamakan efisiensi. Hirth (2008) mengungkapkan

pengaruh yang positif antara peran auditor terhadap peningkatan efektivitas sistem pengendalian. Semakin baik peran auditor maka akan semakin baik sistem pengendalian yang ada. Menurut penelitian Fitria Anggraini (2008) peran auditor berpengaruh secara nyata terhadap pengendalian dan kinerja perusahaan. Hal itu disebabkan oleh ruang lingkup pekerjaan auditor meliputi penilaian dan pengevaluasian terhadap efektivitas sistem pengendalian organisasi. Ini merupakan tugas utama yang harus dijalankan oleh auditor. Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan rumusan hipotesisnya adalah sebagai berikut: Ha 1 : Peran auditor berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan efektivitas sistem pengendalian 2. Tanggung Jawab Auditor Internal dengan Peningkatan Efektivitas Sistem Pengendalian Internal Menurut penelitian Ismayanti (2009) tanggung jawab auditor tidak menunjukkan adanya pengaruh terhadap kemampuan mendeteksi kecurangan akan tetapi auditor bertanggung jawab untuk membantu dalam mendeteksi kecurangan. Suatu kecurangan tersebut dapat dicegah dengan cara meningkatkan sistem pengendalian yang terdapat di perusahaan, karena pada dasarnya unsur yang

menentukan terjadinya kecurangan adalah diri manusia dan sistem pengendalian yang ada. Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan rumusan hipotesisnya adalah sebagai berikut: Ha 2 : Tanggung jawab auditor berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan efektivitas sistem pengendlalian 3. Peran dan Tanggung Jawab Auditor Internal dengan Peningkatan Efektivitas Sistem Pengendalian Internal Menurut penelitian Hirth (2008) perusahaan yang memfungsikan audit dengan baik secara umum memiliki kontrol yang lebih baik. Internal audit yang baik tersebut meliputi peran auditor yang total dan independen, penilaian atas resiko perusahaan secara tepat, penggunaan tekhnologi dalam proses audit, dan mengutamakan efisiensi. Hirth (2008) mengungkapkan pengaruh yang positif antara peran auditor terhadap peningkatan efektivitas sistem pengendalian. Semakin baik peran auditor maka akan semakin baik sistem pengendalian yang ada. Menurut penelitian Fitria Anggraini (2008) peran auditor berpengaruh secara nyata terhadap pengendalian dan kinerja perusahaan. Hal itu disebabkan oleh ruang lingkup pekerjaan auditor meliputi penilaian dan pengevaluasian terhadap

efektivitas sistem pengendalian organisasi. Ini merupakan tugas utama yang harus dijalankan oleh auditor. Menurut penelitian Ismayanti (2009) tanggung jawab auditor tidak menunjukkan adanya pengaruh terhadap kemampuan mendeteksi kecurangan akan tetapi auditor bertanggung jawab untuk membantu dalam mendeteksi kecurangan. Suatu kecurangan tersebut dapat dicegah dengan cara meningkatkan sistem pengendalian yang terdapat di perusahaan, karena pada dasarnya unsur yang menentukan terjadinya kecurangan adalah diri manusia dan sistem pengendalian yang ada. Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan rumusan hipotesisnya adalah sebagai berikut: Ha 3 : Peran dan tanggung awab auditor secara simultan berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan efektivitas sistem pengendlalian E. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran merupakan sintesa dari serangkaian teori yang sistematis dari kinerja teori dalam memberikan solusi atau alternative dari serangkaian makalah yang ditetapkan.( Abdul Hamid 2007:26 ). Adapun kerangka pemikiran dalam penelitian ini, dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Variabel Independen Variabel Dependen Peranan Auditor Internal(X 1 ) Fitria Anggraini (2008), Hiro Tugiman (2002), Hirth (2008) Tanggung Jawab Auditor Internal(X 2 ) Peningkatan Efektivitas Sistem Pengendalian Internal(Y 1 ) Hiro Tugiman(2002), Hirth (2008), Hermanson (2004) Ismayanti (2009) Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh peranan auditor terhadap peningkatan efektivitas sistem pengendalian. Populasi yang terdapat di dalam penelitian ini adalah sepuluh perusahaan yang terdiri dari tujuh perusahaan swasta, dua institusi kementerian pemerintah, dan sisanya adalah BUMN dimana di dalam perusahaan tersebut telah menerapkan sistem pengendalian dan menggunakan jasa auditor di dalamnya. Adapun responden dalam penelitian ini adalah auditor. B. Metode Penentuan Sampel Penelitian kali ini menggunakan metode pemilihan sampel berdasarkan kemudahan (convenience sampling). Metode ini memilih sampel dari elemen populasi (orang atau kejadian) yang datanya mudah diperoleh oleh peneliti. Dalam metode convenience sampling ini elemen populasi yang dipilih sebagai subyek sampel adalah tidak terbatas sehingga peneliti memiliki kebebasan untuk memilih sampel yang paling murah dan cepat (Nur Indriantoro dan Bambang Supomo, 2002:130). C. Metode Pengumpulan Data Dalam memperoleh data-data pada penelitian ini, maka peneliti menggunakan dua cara yaitu penelitian pustaka dan penelitian lapangan.

a. Penelitian Pustaka Kepustakaan merupakan bahan utama dalam penelitian data sekunder. Peneliti memperoleh data yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti melalui buku, jurnal, skripsi, tesis, perusahaan industri dan perusahaan jasa, internet dan perangkat lain yang berkaitam dengan judul peneliti (Nur Indriantoro dan Bambang Supomo, 2002:150). b. Penelitian Lapangan Data utama penelitian ini diperoleh melauli penelitian lapangan, peneliti memperoleh data langsung dari pihak pertama (data primer). Pada penelitian ini, yang menjadi subjek penelitian ini auditor yang bekerja pada perusahaan swasta dan Inspektorat Jendral Kementerian Republik Indonesia. Peneliti memperoleh data langsung dari pihak pertama (data primer). Peneliti memperoleh data dengan mengirim kuesioner kepada perusahaan-perusahaan secara langsung ataupun melalui perantara. Penyebaran kuesioner diproyeksikan sebanyak 100 (seratus) kuesioner dengan proyeksi pengembalian lebih dari 75 (tujuh puluh lima) persen. Penyebaran atas perusahaan swasta dan Inspektorat Jenderal Kementrian Republik Indonesia di proyeksikan rata, yaitu 50 (lima puluh) kuesioner pada setiap klasifikasi jenis perusahaan. Penyebaran kuesioner itu di harapkan memberikan lingkup generalisasi variatif klasifikasi organisasi yang lebih luas dan memberikan perbedaan dari penelitian-penelitian sebelumnya.

D. Metode Analisis Data 1. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif dalam penelitian ini pada dasarnya merupakan proses transformasi data penelitian dalam bentuk tabulasi sehingga mudah di pahami dan diinterpretasikan. Tabulasi menyajikan ringkasan, pengaturan atau penyusunan data dalam bentuk tabel numerik dan grafik. Statistik deskriptif digunakan untuk informasi mengenai karakteristik variabel penelitian yang utama dan data demografi responden (Nur Indriantoro dan Bambang Supomo, 2002:45). 2. Uji kualitas Data Kesimpulan penelitian ini dibuat berdasarkan hasil proses pengujian data yang meliputi, pemilihan, pengumpulan dan analisis data. Oleh sebab itu kesimpulan tergantung kepada kualitas data yang di analisis dan instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian (Nur Indriantoro dan Bambang Supomo: 2002). Untuk melakukan uji kualitas data atas data primer ini, maka peneliti melakukan uji reliabilitas dan validitas. a. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuisoner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban sesorang terhadap pernyataan

tersebut konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Pengukuran reliabilitas dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu: i. Repeated Measure atau pengukuran ulang ii. One Shot atau pengukuran sekali saja, pengukurannya hanya sekali dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lain atau mengukur korelasi antar jawaban pertanyaan. Untuk mengukur reliabilitas digunakan uji statistik Cronbach Alfa (α). Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach s Alfa>0,60. Sedangkan, jika sebaliknya data tersebut dikatakan tidak reliabel (Imam Ghozali, 2009:46). b. Uji Validitas Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Uji validitas ini digunakan untuk mengetahui kelayakan butir-butir dalam daftar pertanyaan-pertanyaan. Pengujian validitas dalam penelitian ini menggunakan perbandingan nilai Corrected item-

Total Correlation dengan r tabel, untuk degree of freedom (df) = n-2, dan alpha = 0,05 (Imam Ghozali, 2009:49). 3. Uji Asumsi Klasik Untuk melakukan uji asumsi klasik atas data primer ini, maka peneliti melakukan uji multikolonieritas, uji normalitas dan uji heteroskedastisitas. a. Uji Multikolonieritas Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Uji multikolonieritas dilihat dari nilai tolerance dan Variance Inflantion Factor (VIF) (Imam Ghozali, 2009:95). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat problem multikoliniearitas (multiko). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Uji multikolonieritas dilihat dari nilai tolerance dan Variance Inflantion Factor (VIF) serta besaran korelasi antar variabel independen (Imam Ghozali, 2009:99). Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinieritas model regresi adalah dengan melihat tolerance dan VIF dengan menilai apakah model regresi bebas dari multikolinieritas. Model regresi yang bebas dari ultikolinieritas adalah sebagai berikut: 1. VIF lebih kecil dari 10 (VIF<10)

2. Tolerance lebih besar dari 0.1 (Tolerance>0.1) b. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk mengukur apakah di dalam model regresi variabel independen dan variabel dependen keduanya mempunyai distribusi normal atau mendekati normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk sejumlah sampel kecil (Imam Ghozali, 2009:147). Salah satu cara untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat grafik normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk garis lurus diagonal. Jika distribusi data residual normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti arah garis diagonalnya (Imam Ghozali, 2009:147). c. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Uji heteroskedastisitas dapat dilihat dengan menggunakan grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan residual (SRESID). Jika grafik plot menunjukkan suatu pola titik seperti

titik yang bergelombang atau melebar kemudian menyempit, maka dapat disimpulkan bahwa telah terjadi heteroskedastisitas. Tetapi jika grafik plot tidak membentuk pola yang jelas, maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Imam Ghozali, 2009:125) 4. Uji Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan model regresi berganda. Model regresi berganda bertujuan untuk memprediksi besar variabel dependen dengan menggunakan data variabel independen yang sudah diketahui besarnya. Model regresi berganda umumnya digunakan untuk menguji pengaruh dua atau lebih variabel independen terhadap variabel dependen dengan skala pengukuran interval atau rasio dalam suatu persamaan linear (Nur Indriantoro dan Bambang Supomo: 2002:211). Variabel independen terdiri dari peranan auditor dan tanggung jawab auditor sedangkan variabel dependennya adalah peningkatan efektivitas sistem pengendalian. Untuk menguji hipotesis tersebut, maka rumus persamaan regresi yang digunakan adalah sebagai berikut: Y = a + b 1 x 1 + b 2 x 2 + e Keterangan : Y= SPI a = konstanta

b 1 -b 2 = koefisien regresi X 1 = Peran auditor X 2 = Tanggung jawab auditor ; e = error Dalam uji hipotesis ini dilakukan melalui: a. Koefisien Determinasi ( R 2 ) Koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara 0 (nol) dan 1(satu). Nilai R 2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Imam Ghozali, 2009:40). b. Uji Statistik t Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Untuk menguji hipotesis ini digunakan statistik t dengan kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut: 1. Bila jumlah degree of freedom (df) adalah 20 atau lebih dan derajat kepercayaan 10% maka hipotesis alternatif

(Ha) diterima, yang menyatakan bahwa variabel independen secara individual mempengaruhi variabel dependen. 2. Membandingkan nilai statistik dengan nilai t menurut tabel. Jika, t hitung lebih besar daripada t tabel maka hipotesis alternatif (Ha) diterima, yang menyatakan bahwa variabel independen secara individual mempengaruhi variabel dependen. (Imam Ghozali, 2009:89) c. Uji Statistik F Uji statistik F menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Uji statistik F digunakan untuk mengetahui pengaruh semua variabel independen yang dimasukkan dalam model regresi secara bersama-sama terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikasi 0,05 (Imam Ghozali, 2009:41). Dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut: 1. Jika nilai probabilitas lebih besar dari 0,05, maka Ha ditolak. Ini berarti menyatakan bahwa variabel independen tidak mempunyai pengaruh secara individual terhadap variabel dependen atau terikat

2. Jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05, maka Ha diterima, ini berarti menyatakan bahwa variabel independen mempunyai pengaruh secara individual terhadap variabel dependen. 5. Operasionalisasi Variabel Penelitian Batasan operasional variabel merupakan pendefinisian dari serangkaian variabel yang digunakan dalam penulisan. Variabel penelitian ini merupakan suatu atribut atau sifat atau nilai dan orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variabel tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari untuk ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini akan diuraikan dari masing-masing variabel yang digunakan berikut dengan operasional dan pengukurannya. (Abdul Hamid, 2007:3) 1. Variabel Dependen : Sistem Pengendalian Internal (Y) Sistem pengendalian adalah proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen, dan personal lain yang di desain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan yaitu, a. Keandalan pelaporan keuangan b. Efektifitas dan efisiensi operasi c. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku Dalam penelitiannya, Fitria Anggraini (2008:30) menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi sistem

pengendalian diantaranya adalah pelaksanaan pengendalian yang efektif, pengawasan, pemahaman dan resiko pengendalian. Variabel ini diukur dengan mengadopsi instrumen yang digunakan oleh penelitian sebelumnya. Variabel ini diukur dengan menggunakan ordinal 5 poin dari sangat tidak setuju (1), tidak setuju (2), netral (3), setuju (4), sampai sangat setuju (5). Sedangkan dalam penelitian Maizar Radjin (2004:39) faktor-faktor yang mempengaruhi sistem pengendalian adalah pemisahan tugas, otorisasi, dan dokumentasi. Variabel ini diukur dengan mengadopsi instrumen yang digunakan oleh Maizar Radjin (2004:29). Variabel ini diukur dengan menggunakan skala likert 4 poin dari sangat efektif (1), cukup efektif (2), kurang efektif (3), sampai sangat tidak efektif (4). Efektivitas sistem pengendalian adalah variabel terkait yang dipengaruhi oleh variabel independen dalam hal ini adalah peran auditor intenral. Disini dapat dilihat, jika pengaruh peran auditor sangat kuat maka akan mempengaruhi efektivitas sistem pengendalian juga. Dalam penelitian kali ini dilakukan modifikasi atas instrumen penelitian dengan menggunakan skala interval 5 poin dari sangat efektif (1), cukup efektif (2), netral (3), kurang efektif (4), sampai sangat tidak efektif (5)

2. Variabel Independen: Peran Auditor Internal (X 1 ) Auditor bisa sangat membantu manajemen dengan mengevaluasi sistem kontrol. Dalam penelitian Fitria Anggraini (2008:30) menyebutkan faktor-faktor yang membengaruhi peran auditor diantaranya perencanaan dan penyusunan kebijakan, kerjasama dengan pihak luar, pengawasan, penggunaan sumber daya yang tepat, dan pengujian. Variabel ini diukur dengan mengadopsi instrumen yang digunakan oleh Fitria Anggraini (2008:30). Variabel ini diukur dengan menggunakan interval 5 poin dari sangat tidak setuju (1), tidak setuju (2), netral (3), setuju (4), sampai sangat setuju (5). 3. Variabel Independen: Tanggung jawab auditor (X 2 ) Tanggung jawab auditor terhadap kecurangan adalah mencegh, mendeteksi, investigasi dan melaporkan. Auditor bertanggung jawab dalam membantu perusahaan mengembangkan sistem pengendalian agar dapat mengurangi kerugian yang material. Untuk mengukur variabel tanggung jawab auditor dalam penelitian ini mengembangkan instrumen yang ada pada penelitian Ismayanti (2009) yang terdiri dari 12 item dengan 5 poin skala interval yang berkaitan dengan 5 (lima) pilihan: (1) sangat tidak setuju, (2) tidak setuju, (3) netral, (4) setuju, (5) sangat setuju.

Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel Variabel Sub Variabel Indikator No Butir Pertanyaan Skala Pengukuran Pengaruh Peran Auditor Internal (X 1 ) ( Sumber : Fitria Anggraini (2008)) a.perencanaan dan Penyusunan kebijakan 1. Perencanaan 2. Menyusun kebijakan, prosedur dan pedoman 3. Mengembangkan sumber daya manusia dengan pelatihan 1 2 3 Interval b.kerjasama dengan pihak luar 1. Melakukan kerjasama dengan auditor eksternal 4 Interval c.pengawasan d.penggunaan sumber daya yang tepat 1. Sistem informasi untuk menentukan pelaporan 1. Keekonomisan dan keefisienan sumber daya untuk memastikan penggunaan sumber daya yang tepat 5 6-12 Interval Interval e.pengujian 1. Melakukan pengujian alat atau cara digunakan untuk melindungi harta perusahaan dari kemungkinan terjadinya kerugian 13 14 Interval 2. Audit mencakup perencanaan,penyusun an, kertas kerja, pemeriksaan, pendokumentasian tujuan audit dan lingkup kegiatan 15

Variable Sub Variabel Indikator No Butir Pertanyaan Skala Pengukuran Pengaruh Peran Auditor Internal (X 1 ) ( Sumber : Fitria Anggraini (2008)) f.pengalaman auditor 1. Kegiatan audit dilaksanakan dengan pertimbangan tenaga yang diperlukan meliputi jumlah dan tingkat pengalaman staf auditor dan tingkat pengetahuan. 16-18 Interval g.informasi yang dapat dipercaya 1. Semua informasi yang memadai, relevan dan berguna sebagai dasar bagi temuan audit dan rekomendasi. 19 Interval h.laporan 1. Laporan audit 20-26 Interval Tanggung jawab auditor (X 2 ) a. Penerapan standar 1. Menyimpang atau tidaknya penerapan standar akuntansi 1 Interval (Ismayanti, 2009) 2. Kualitas profesionalisme auditor merupakan penerapan pada standar umum 2 b. Konsistensi pernyataan c. Ketepatan pencatatan 1. Konsistensi penerapan standar akuntansi kebenaran pernyataan manajemen atau transaksi 1. Kebenaran dalam melakukan pencatatan atau perhitungan akuntansi 3 4 Interval Interval d. Kecurangan 1. Penyembunyian terhadap penyelewengan 5 Interval

Variabel Sub Variabel Indikator No Butir Pertanyaan Skala Pengukuran Tanggung jawab auditor (X 2 ) (Ismayanti, 2009) e. Materialitas 1. Kesalahan materialitas yang mempengaruhi penyajian laporan keuangan 2. Perencanaan audit 6 Interval f. Struktur pengendalian g. Meminimalisasik an resiko 1. Kelemahan sistem pengendalian 1. Penelaahan aktifitas 2. Lingkungan kontrol 7-8 9 10 Interval Interval h. Ruang lingkup audit 1. Informasi penemuan kesalahan 11 Internal i. Hasil audit 1. Rekomendasi 12-13 Interval Peningkatan Efektivitas Sistem Pengendalian Internal (Y) Sumber: (fitri anggarini, 2008) a.pelaksanaan pengendalian,yang efektif b.pengawasan 1. Pengendalian efektif dan memadai 2. Kualitas pelaksanaan sistem pengendalian 1. Pengawasan cukup dan efektif atas penyimpanan catatan dan laporan yang bertanggung jawab atas pengendalian 1 2 3 4 Interval Interval 2. Peningkatan pengendalian dibantu oleh auditor intenral yang terdidik dan memiliki keterampilan audit. 5 c.pemahaman 1. Pemahaman terhadap pengendalian 6 Interval

Variabel Sub Variabel Indikator No Butir Pertanyaan Skala Pengukuran Peningkatan Efektivitas Sistem Pengendalian Internal (Y) Sumber: (fitri anggarini, 2008) d.resiko pengendalian e.pemisahan tugas f.otorisasidan dokumentasi 1. Pengendalian yang efektif dan efisien dapat menunjang dalam meningkatkan kinerja perusahaan. 1. Pemisahan yang memadai 1. Otorisasi atas transaksi dan aktivitas 7 8 9 Interval Interval Interval 2. Dokumentasi dan catatan yang memadai. 10-12 Sumber: Diolah dari berbagai referensi

BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sekilas Gambaran Umum PT. Asuransi Jiwasraya Perusahaan ini berdiri dengan satu tujuan mulia, yaitu mendidik masyarakat merencanakan masa depan. Tanggal 31 Desember 1859 menjadi awal kiprah Jiwasraya di Indonesia yang lahir dengan nama Nederlandsche Indische Levenverzekering en Lijvrente Maatschappij (NILLMIJ). Dalam perjalanannya, perusahaan mengalami peleburan dengan sembilan perusahaan milik pemerintah kolonial Belanda lainnya dan satu perusahaan nasional. Pada tahun 1973 beralih menjadi perusahaan milik pemerintah Indonesia yang kini lebih dikenal sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Kini Perseroan yang lebih populer dengan nama Asuransi Jiwasraya ini telah memasuki usia 145 tahun. Sepanjang itu pula kinerjanya terus ditempa demi meraih kepercayaan masyarakat. Sinergi antara tujuan mulia dengan kekuatan bisnis, mampu mengantar Jiwasraya menjadi perusahaan asuransi yang andal dan terpercaya. Dalam menjalankan usahanya, Jiwasraya selalu berusaha menyesuaikan diri dengan perkembangan dan kebutuhan masyarakat. Itu sebabnya perusahaan selalu mengadakan pembaruan demi menjawab tuntutan jaman, diantaranya pada tahun 2003 dengan mengganti logo

yang sekaligus mengganti identitas perusahaan. Semangat baru tersebut juga diwujudkan dalam motto 3-P yaitu product, process dan people. Sisi product berarti bahwa perusahaan selalu berusaha menghadirkan produk-produk yang inovatif, seperti halnya JS Link Fixed 95 dan JS Link Fixed 93 untuk produk unit link yang menggabungkan unsur proteksi dan invetasi, serta JS Prestasi dan JS Dana Multi Proteksi untuk asuransi pendidikan. Pada unsur process artinya Jiwasraya selalu berusaha untuk menerapkan teknologi komunikasi terkini dalam melengkapi kecepatan dan keakuratan layanannya. Teknologi tersebut dinamakan JL-iNdO dan V-SAT. Melalui JL-iNdO proses pencetakan polis dapat segera dilakukan di cabang dimana polis diterbitkan, sedangkan V-SAT merupakan teknologi komunikasi yang menghubungkan seluruh kantor Jiwasraya baik head office, regional office maupun branch office menjadi satu kesatuan. Sementara itu peningkatan dari sisi people dilakukan melalui standarisasi kualitas seluruh agen Jiwasraya. Perusahaan juga secara rutin mengadakan berbagai pendidikan dan pelatihan karyawan baik di dalam maupun luar negeri. Sampai saat ini Jiwasraya memiliki kurang lebih lima ratus tenaga ahli dan profesional di bidang asuransi yang tersebar di seluruh kantor Jiwasraya. Dukungan ketiga pilar di atas diperkuat pula oleh landasan finansial yang kokoh, diyakini akan menjadikan Jiwasraya sebagai perusahaan asuransi komersial yang terpercaya dan terkemuka, di dalam negeri maupun di luar negeri.

2. Sekilas Gambaran Umum Bank Central Asia Bank Central Asia (BCA) secara resmi berdiri pada tanggal 21 Februari 1957. Banyak hal telah dilalui sejak saat berdirinya itu, dan barangkali yang paling signifikan adalah krisis moneter yang terjadi di tahun 1997. Krisis ini membawa dampak yang luar biasa pada keseluruhan sistem perbankan di Indonesia. Namun, secara khusus, kondisi ini mempengaruhi aliran dana tunai di BCA dan bahkan sempat mengancam kelanjutannya. Banyak nasabah menjadi panik lalu beramairamai menarik dana mereka. Akibatnya, bank terpaksa meminta bantuan dari pemerintah Indonesia. Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) lalu mengambil alih BCA di tahun 1998. Berkat kebijaksanaan bisnis dan pengambilan keputusan yang arif, BCA berhasil pulih kembali dalam tahun yang sama. Di bulan Desember 1998, dana pihak ke tiga telah kembali ke tingkat sebelum krisis. Aset BCA mencapai lebih dari enam puluh triliun rupiah, yang sebelumnya hanya sekitar lima puluh triliun rupiah. Kepercayaan masyarakat pada BCA telah sepenuhnya pulih, dan BCA diserahkan oleh BPPN ke Bank Indonesia di tahun 2000. BCA mengambil langkah besar dengan menjadi perusahaan publik. Penawaran saham perdana berlangsung di tahun 2000, dengan menjual saham sebesar lebih dari dua puluh persen yang berasal dari divestasi BPPN. Saat ini, BCA terus memperkokoh tradisi tata kelola perusahaan yang baik, kepatuhan penuh pada regulasi, pengelolaan risiko secara baik

dan komitmen pada nasabahnya baik sebagai bank transaksional maupun sebagai lembaga intermediasi finansial. 3. Sekilas Gambaran Umum PT Indosat Tbk PT Indosat Tbk didirikan oleh pemerintah pada tanggal 10 November 1967 sebagai perusahaan investasi asing yang menyediakan pelayanan telekomunikasi internasional di Indonesia. Pada September 1969 Indosat mulai dioperasikan secara komersial dengan mulai di operasikannya International Telecommunications Satellite Organization (Intelsat), stasiun di Indonesia untuk mengakses Intelsat s Indian Ocean Region Satellites untuk periode dua puluh tahun. Sebagai sebuah konsorsium global dari organisasi internasional komunikasi satelit, Intelsat memiliki dan mengoperasikan nomor satelit telekomunikasi. Sesuai dengan peraturan yang berubah di industri telekomunikasi Indonesia pada tahun 1999 dan 2000, Indosat mulai mengimplementasikan sebuah desain strategi untuk mentransformasikan diri menjadi pemimpin dalam penyediaan telekomunikasi internasional, dan penyedia layanan serta jaringan telekomunikasi yang terintegrasi di Indonesia. Di tahun 2000, pemerintah memperkenalkan undang-undang telekomunikasi yang mendorong liberalisasi industri dan secara langsung mempengaruhi bisnis Indosat. Pada tahun berikutnya Indosat sebagai bagian dari peraturan pemerintah melakukan restrukturisasi industri telekomunikasi dengan mengadakan perjanjian untuk menghilangkan kepemilikan saham atas operasi lintas di beberapa anak perusahaan dengan Telkom. Kini Indosat

terus berkembang sebagai perusahaan penyedia telekomunikasi nasional dan internasional yang mengedepankan kepuasaan pelanggan, stabilitas keuangan dan turut serta dalam menggalakkan peningkatan telekomunikasi di Indonesia. 4. Sekilas Gambaran Umum Inspektorat Jendral Kementerian Pertanian Republik Indonesia Keberadaan Inspektorat Jenderal Kementrian Pertanian dimulai dengan terbitnya Keputusan Presidium Kabinet Nomor 15 tahun 1966, yang mengharuskan adanya Inspektorat Jenderal pada setiap departemen. Keputusan ini cukup strategis, mengingat kegiatan pengawasan di lingkungan departemen pertanian sebelumnya dilaksanakan oleh unit kerja pembantu menteri pertanian bidang perencanaan dan pengawasan. Kebijakan tersebut selanjutnya ditindaklanjuti dengan penerbitan Keppres nomor 170 tahun 1967 yang menetapkan susunan organisasi, bidang tugas dan tata kerja Inspektorat Jenderal Departemen Pertanian. Pada tanggal 16 November 2001 para auditor membentuk organisasi profesi dengan membentuk Ikatan Auditor Internal Departemen Pertanian (IAI-DP). 5. Sekilas Gambaran Umum Inspektorat Kementerian Pekerjaan Umum Reppublik Indonesia Sesuai dengan undang-undang Nomor 39 tahun 2008 tentang Kementerian Negara dan Peraturan Presiden Nomor 47 tahun 2009

tentang pembentukan dan organisasi kementerian negara, kementerian pekerjaan umum mempunyai tugas untuk menyelenggarakan urusan tertentu dalam pemerintahan, untuk membantu presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara. Kementerian pekerjaan umum menjadi departemen di bawah kepemimpinan menteri pekerjaan umum. Fungsi kementerian pekerjaan umum antara lain melakukan perumusan, penetapan dan pelaksanaan kebijakan dibidangnya. Pengelolaan barang milik atau kekayaan yang dimiliki oleh negara yang dalam hal ini menjadi tanggung jawab negaraa, maka pengawasan atas hal-hal tersebut pelaksanaan tugas dibidangnya, pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan Kementerian di daerah dan pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional. 6. Sekilas Gambaran Umum PT Arwana Citramulia Tbk PT Arwana Citramulia Tbk merupakan perusahaan publik yang tercatat di papan utama Bursa Efek Indonesia (BEI), dengan transaksi ratusan milyar rupiah per tahun, PT Arwana menjadi salah satu industri keramik terbesar keempat di pangsa pasar bahan bangunan. Arwana didedikasikan untuk mencapai tujuan menjadi perusahaan terbaik dalam industri keramik, penuh kreativitas dan inovasi serta mampu memberikan kontribusi kepada pembangunan negara dan masyarakat. Arwana Ceramic Tiles adalah nama merek produksi PT Arwana yang menandakan kualitas produk, layanan dan produk yang luar biasa

dengan biaya yang rendah. Arwana didirikan pada tahun 1993 ketika pendiri perusahaan menyadari bahwa kebutuhan untuk menawarkan produk bahan bangunan untuk industri semakin tinggi. PT Arwana properti menjadi perusahaan yang tumbuh pesat dalam industri keramik. Pada Desember 2008, total kapasitas Arwana adalah 27.460.000 meter persegi per tahun, yang diproduksi oleh masing-masing tiga pabrik yang berlokasi di Tangerang, Serang dan Gresik Jawa Timur. PT Arwana adalah perusahaan yang memproduksi ubin lantai keramik dan dinding produsen tile dengan tiga pabrik. Pabrik pertama berlokasi di Pasar Kemis, Tangerang Banten, dan pabrik kedua berlokasi di Cikande, Serang-Banten, melayani wilayah Barat Indonesia dan pabrik ketiga yang berlokasi di Gresik, Jawa Timur, melayani permintaan di Jawa Timur dan bagian timur Indonesia. 7. Sekilas Gambaran Umum PT Atmoco Mitsui Sebelum 1997, tuntutan atas kebutuhan Purified Terephthalic Acid (PTA) atau asam yang tereftalat murni, di Indonesia dipenuhi melalui impor. Tapi sejak tahun 1997, pemerinta telah memenuhi tuntutan tersebut dengan meningkatkan produksi PTA oleh pabrik domestik atau dala negeri. Dalam rangka mendukung pertumbuhan industri tekstil dalam negeri, Mitsui Chemical Inc, dan Mitsui & Co, Ltd, sangat dikenal sebagai tiga perusahaan terkemuka di bidang mereka, membentuk join venture dengan nama PT Amoco Mitsui (AMI) PTA Indonesia. Pekerjaan

konstruksi PT AMI PTA Indonesia dimulai Mei 1995 di kota Merak, Banten, dan diselesaikan pada bulan Juli 1997. Perusahaan mulai berproduksi pada bulan September 1997. PT Pabrik AMI PTA Indonesia mengadaptasi teknologi dari BP dan Mitsui Chemicals. PT AMI PTA Indonesia konsisten mengambil prioritas dalam setiap usaha yang dilakukannya dengan cara mengutamakan keselamatan dan kesehatan kerja serta pelestarian lingkungan sambil menghasilkan PTA. PT AMI juga mengambil prioritas di atas konsistensi mutu PTA untuk setiap lot produksi. PT AMI menyadari bahwa konservasi sumber daya lingkungan adalah kewajiban kita. Oleh karena itu PT. AMI telah membuat komitmen untuk terus menerus dan optimal mengurangi limbah produksi dan untuk melaksanakan sebanyak mungkin proses daur ulang limbah katalis sehingga dapat digunakan kembali.. 8. Sekilas Gambaran Umum PT Generic Gusman PT Generic Gusman bergerak dalam banyak jenis usaha. Usahausaha yang dijalani adalah penyaluran tenaga kerja ahli seperti, engineer, ahli mesin dan lainnya. Selain itu PT Generic Gusman menyediakan jasa pemeliharaan atas alat-alat berat dan mesin-mesin pabrik yang membutuhkan tenaga ahli. PT Generic Gusman memiliki kemampuan lain sebagai perusahaan yang menyediakan jasa pemasangan instalasi elektrik untuk pabrik-pabrik besar. Tidak hanya itu PT Generic Gusman juga memperdagangkan spare part elektrik dan komponen-komponen mesinmesin pabrik dengan kualitas dan harga yang bersaing.

9. Sekilas Gambaran Umum Bank Permata PermataBank dibentuk sebagai hasil merger dari 5 bank di bawah pengawasan Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN), yakni PT Bank Bali Tbk, PT Bank Universal Tbk, PT Bank Prima Express, PT Bank Artamedia, dan PT Bank Patriot pada tahun 2002. Di tahun 2004, Standard Chartered Bank dan PT Astra International Tbk mengambil alih PermataBank dan memulai proses transformasi secara besar-besaran didalam organisasi. Selanjutnya, sebagai wujud komitmennya terhadap PermataBank, kepemilikan gabungan pemegang saham utama ini meningkat menjadi 89,01% pada tahun 2006. Kombinasi unik dari kedua pemegang saham strategis merupakan salah satu kekuatan utama PermataBank. PT Astra International Tbk merupakan perusahaan Indonesia yang besar dan memiliki pengalaman kuat di pasar domestik. Standard Chartered Bank dengan keahlian dan pengalaman global terkemuka yang dimilikinya menjadikan PermataBank berada dalam posisi yang unik. Sejalan dengan pertumbuhannya, PermataBank berkomitmen untuk meningkatkan pangsa pasarnya dan membangun reputasi sebagai bank dengan kualitas layanan terbaik. PermataBank akan melanjutkan tekadnya untuk membentuk tim manajemen yang handal dan profesional, mendedikasikan diri pada warna kepemimpinan yang lebih proaktif dalam rangka membangun pertumbuhan yang berkesinambungan.

Dengan memberdayagunakan kekuatan-kekuatan utama, PermataBank yakin dapat mencapai aspirasi menjadi World-Class Local Bank dan mengantarkan yang terbaik dari dua dunia kepada nasabah dan stakeholder. Dengan 276 cabang termasuk cabang pembantu, kantor kas dan cabang syariah, 234 office channeling syariah, didukung oleh 549 ATM di 55 kota di seluruh Indonesia, PermataBank yakin akan dapat meningkatkan komitmen untuk menyediakan solusi inovatif yang dapat menjawab kebutuhan finansial nasabah PermataBank. 10. PT Binamitra Sumberarta PT Binamitra Sumberarta (BMSA) memperoleh konsesi pertambangan di Sanga-Sanga, dekat Samarinda, Kalimantan Timur pada tahun 2002. Luas pertambangan berdasarkan izin pertambangan eksploitasi untuk 260 Ha dan izin eksplorasi untuk 5000 Ha. Setelah selesai eksplorasi umum pada tahun 2003 daerah itu dikurangi menjadi 2 lisensi penambangan untuk total 1260 Ha. Izin pertambangan untuk 260 Ha adalah KP: 540/02/IUP-KPEP/DPE-IV/VII/2002, sedangkan izin pertambangan untuk 1000 Ha adalah KP: 540/19/KP-EP/DPE- IV/VII/2005 telah diterbitkan oleh Bupati Kutai Kartanegara. BMSA memulai uji coba produksi pada tahun 2004 di tempat pertambangan yang strategis terletak lima kilometer dari saluran pengiriman utama selatan Sungai Mahakam di the delta Sungai Mahakam. BMSA berkomitmen untuk manajemen mutu dan mempekerjakan tim profesional pertambangan yang berpengalaman untuk

mengelola dan mengendalikan semua aspek operasi. BMSA dan kontraktor memiliki lebih dari 1000 karyawan dan prioritas didapatkan melalui perekrutan dan pelatihan personil dari masyarakat setempat. Sementara operasi penambangan dilakukan oleh kontraktor, perencanaan tambang dan pengendalian operasional berada di bawah staf BMSA. Kualitas kontrol, pengolahan batu bara dan blending juga dikelola langsung oleh staf perusahaan dalam rangka untuk memastikan produk akhir yang konsisten yang memenuhi persyaratan pelanggan 11. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan terhadap auditor yang bekerja di perusahaan milik swasta, BUMN serta Inspektrorat Jenderal Kementerian yang berada di wilayah Jakarta dan Banten. Auditor yang berpartisipasi dalam penelitian ini merupakan tenaga kerja yang bekerja di dalam perusahaan-perusahaan yang dijadikan sebagai objek penelitian kali ini. Pengumpulan data dilaksanakan melalui penyebaran kuesioner penelitian secara langsung kepada responden yaitu auditor yang bekerja di wilayah Jakarta. Penyebaran serta pengembalian kuesioner dilaksanakan mulai tanggal 1 Desember 2010 hingga 5 Januari 2011. Peneliti mengambil sampel sebanyak 10 perusahaan yang terdiri dari tujuh perusahaan milik swasta, dua Inspektorat Jenderal Kementrian serta satu BUMN yang berada di wilayah Jakarta, dengan peta distribusi yang terlihat dalam tabel 4.1.

Tabel 4.1 Data Distribusi Sampel Penelitian No. Nama Perusahaan Kuisioner Dikirim Kuisioner Dikembalikan 1. Bank Central Asia 15 12 2. PT Asuransi Jiwasraya (Persero) 10 6 3. Inspektorat Jenderal Kementerian PU 10 8 4. Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian 10 6 5. PT Indosat Tbk 15 14 6. PT Arwana Citramulia Tbk 5 5 7. PT Amoco Mitsui PTA Indonesia 10 10 8. PT. Generic Gusman 5 4 9. Bank Permata 10 10 10. PT. Binamitra Sumberarta 10 10 Total 100 85 Sumber: Data Primer Kuesioner yang disebarkan berjumlah 100 buah dan jumlah kuesioner yang kembali adalah sebanyak 85 kuesioner atau 85%. Kuesioner yang tidak kembali sebanyak 15 buah atau 15%. Kuesioner yang dapat diolah berjumlah 82 buah atau 82%, sedangkan kuesioner yang tidak dapat diolah karena tidak diisi secara lengkap oleh responden sebanyak 3 buah atau 3%. Gambaran mengenai data sampel ini dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2 Data Sampel Penelitian No. Keterangan Auditor Persentase 1. Jumlah kuesioner yang disebar 100 100% 2. Jumlah kuesioner yang kembali 85 85% 3. Jumlah kuesioner yang tidak kembali 15 15% 4. Jumlah kuesioner yang tidak dapat diolah 3 3% 5. Jumlah kuesioner yang dapat diolah 82 82% Sumber: Data primer yang diolah Berdasarkan proyeksi sebelumnya jumlah kuesioner yang kembali memenuhi proyeksi pada bab sebelumnya sebesar 85 (delapan puluh lima) persen yaitu melebihi 75% persen. Penyebaran pada entitas pemerintahan dan swasta memiliki varian perbedaan, untuk pemerintahan sebesar 37% dan sisanya adalah pada entitas usaha swasta. 12. Karakteristik Responden Penelitian Responden dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja pada perusahaan swasta dan pemerintahan di Jakarta dan Banten. Berikut ini adalah deskripsi mengenai identitas responden penelitian yang terdiri dari usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir, dan lama bekerja responden. a. Deskripsi responden berdasarkan usia Berikut ini tabel 4.5 yang menggambarkan hasil uji deskripsi responden berdasarkan usia:

Tabel 4.3 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Usia Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid < 30 tahun 24 29.3 29.3 29.3 30-45 tahun 43 52.4 52.4 81.7 > 45 tahun 15 18.3 18.3 100.0 Total 82 100.0 100.0 Sumber: Data primer yang diolah Tabel 4.3 tersebut menunjukkan bahwa responden dalam penelitian ini didominasi oleh auditor yang berusia antara 30 hingga 45 tahun dengan jumlah 43 responden atau 52.4%. Sedangkan responden yang berusia kurang dari 30 tahun berjumlah 24 orang atau 29.3% dan responden yang berusia lebih dari 45 tahun berjumlah 15 orang atau 18.3%. b. Deskripsi responden berdasarkan jenis kelamin Berikut ini tabel 4.4 yang menggambarkan hasil uji deskripsi responden berdasarkan jenis kelamin: Tabel 4.4 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid L 58 70.7 70.7 70.7 P 24 29.3 29.3 100.0 Total 82 100.0 100.0 Sumber: Data primer yang diolah Tabel 4.4 tersebut menunjukkan bahwa responden dalam penelitian ini didominasi oleh auditor laki-laki dengan jumlah

58 orang atau 70.7%. sedangkan responden wanita berjumlah 24 orang atau 29.3%. c. Deskripsi responden berdasarkan pendidikan Berikut ini tabel 4.5 yang menggabarkan hasil uji deskripsi responden berdasarkan pendidikan: Tabel 4.5 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid DIII 3 3.7 3.7 3.7 S1 46 56.1 56.1 59.8 S2 33 40.2 40.2 100.0 Total 82 100.0 100.0 Sumber: Data primer yang diolah Berdasarkan tabel 4.5 tersebut menunjukkan bahwa responden dalam penelitian kali ini didominasi oleh auditor yang berpendidikan sarjana strata satu berjumlah 46 orang atau 56.1%. Sedangkan responden yang berpendidikan akademi diploma berjumlah 3 orang atau 3.7%. Responden yang berpendidikan sarjana strata dua berjumlah 33 orang atau 40.2%. d. Deskripsi responden berdasarkan lama bekerja Berikut ini tabel 4.6 yang menggabarkan hasil uji deskripsi responden berdasarkan lama bekerja:

Tabel 4.6 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Lama Bekerja Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid < 3 tahun 28 34.1 34.1 34.1 5-10 tahun 22 26.8 26.8 61.0 10-20 tahun 17 20.7 20.7 81.7 > 20 tahun 15 18.3 18.3 100.0 Total 82 100.0 100.0 Sumber: Data primer yang diolah Berdasarkan tabel 4.6 tersebut menunjukkan bahwa responden dalam penelitian ini didominasi oleh auditor yang telah bekerja kurang dari 3 tahun yang berjumlah 28 orang atau 34.1%. Responden atau auditor yang telah bekerja selama 5 sampai dengan 10 tahun berjumlah 22 orang atau 26.8%. Responden atau auditor yang telah bekerja selama 10 sampai dengan 20 tahun berjumlah 17 orang atau 20.7% dan responden atau auditor yang telah bekerja selama lebih dari 20 tahun berjumlah 15 orang atau 18.3%. A. Hasil Uji Instrumen Penelitian 1. Hasil Uji Statistik Deskriptif Variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi peran dan tanggung jawab auditor intentions atas peningkatan efektivitas system pengendalian yang akan diuji secara statistik deskriptif seperti yang terlihat dalam tabel 4.7.

Tabel 4.7 Hasil Uji Statistik Deskriptif N Minimum Maximum Mean Std. Deviation TotalPAI 82 81 113 104.23 11.991 TotalTJAI 82 42 77 50.94 4.849 Valid N (listwise) 82 Sumber: Data primer yang diolah Tabel 4.7 menjelaskan bahwa pada variabel peran auditor atas peningkatan efektivitas system pengendalian jawaban minimum responden sebesar 81 dan maksimum sebesar 113, dengan ratarata total jawaban 104,23 dan standar deviasi sebesar 11,991. Variabel tanggung jawab auditor atas peningkatan efektivitas system pengendalian jawaban minimum responden sebesar 42 dan maksimum sebesar 77, dengan rata-rata total jawaban 50,94 dan standar deviasi sebesar 4,849. 2. Hasil Uji Kualitas Data a. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuisoner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban sesorang terhadap pernyataan tersebut konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Suatu instrumen penelitian dapat dikatakan reliabel jika nilai Cronbach Alpha berada diatas 0,6 (Imam Ghozali, 2009:46). Tabel

4.7 menunjukkan hasil uji reliabilitas untuk tiga variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini. Tabel 4.8 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Cronbach s Keterangan Alpha Peran Auditor Internal 0,930 Reliabel Tanggung Jawab Auditor 0,765 Reliabel Internal Peningkatan Efektivitas Sistem 0,837 Reliabel Pengendalian Internal Sumber: Data primer yang diolah Tabel 4.7 menunjukkan nilai cronbach s alpha pada variabel peran auditor sebesar 0.930, pada variabel tanggung jawab auditor sebesar 0.765 dan nilai cronbach s alpha pada variabel peningkatan efektivitas sistem pengendalian sebesar 0.837. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pernyataan dalam kuesioner ini reliabel karena mempunyai nilai cronbach s alpha lebih besar dari 0,6. Hal ini menunjukkan bahwa setiap item pernyataan yang digunakan akan mampu memperoleh data yang konsisten yang berarti bila pernyataan itu diajukan kembali akan diperoleh jawaban yang relatif sama dengan jawaban sebelumnya. b. Uji Validitas Uji validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan butirbutir dalam daftar pertanyaan-pertanyaan. Pengujian validitas dalam penelitian ini menggunakan perbandingan nilai Corrected item-total

Correlation dengan r tabel, untuk degree of freedom (df) = n-2, dan alpha = 0,05 (Imam Ghozali, 2009:49). Tabel 4.8 dibawah menunjukkan uji validitas atas tiga variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu peran auditor (PAI), tanggung jawab auditor (TJAI), dan efektivitas sistem pengendalian (ESPI). Butir Pertanyaan Tabel 4.9 Hasil Uji Validitas Corrected Item R tabel Total Correlation (r hitung) Kriteria PAI 0.568 0.217 Valid PAI 0.267 0.217 Valid PAI 0.261 0.217 Valid PAI 0.480 0.217 Valid PAI 0.680 0.217 Valid PAI 0.632 0.217 Valid PAI 0.553 0.217 Valid PAI 0.624 0.217 Valid PAI 0.588 0.217 Valid PAI 0.702 0.217 Valid PAI 0.738 0.217 Valid PAI 0.502 0.217 Valid PAI 0.537 0.217 Valid PAI 0.529 0.217 Valid PAI 0.623 0.217 Valid PAI 0.432 0.217 Valid

Butir Pertanyaan Corrected Item Total Correlation (r hitung) R tabel Kriteria PAI 0.547 0.217 Valid PAI 0.613 0.217 Valid PAI 0.647 0.217 Valid PAI 0.652 0.217 Valid PAI 0.575 0.217 Valid PAI 0.687 0.217 Valid PAI 0.712 0.217 Valid PAI 0.555 0.217 Valid PAI 0.479 0.217 Valid PAI 0.684 0.217 Valid TJAI 0.528 0.217 Valid TJAI 0.544 0.217 Valid TJAI 0.615 0.217 Valid TJAI 0.696 0.217 Valid TJAI 0.315 0.217 Valid TJAI 0.245 0.217 Valid TJAI 0.404 0.217 Valid TJAI 0.317 0.217 Valid TJAI 0.314 0.217 Valid TJAI 0.272 0.217 Valid TJAI 0.274 0.217 Valid TJAI 0.413 0.217 Valid TJAI 0.291 0.217 Valid ESPI 0.438 0.217 Valid ESPI 0.544 0.217 Valid

Butir Pertanyaan Corrected Item Total Correlation (r hitung) R tabel Kriteria ESPI 0.383 0.217 Valid ESPI 0.490 0.217 Valid ESPI 0.514 0.217 Valid ESPI 0.418 0.217 Valid ESPI 0.696 0.217 Valid ESPI 0.626 0.217 Valid ESPI 0.615 0.217 Valid ESPI 0.618 0.217 Valid ESPI 0.274 0.217 Valid ESPI 0.405 0.217 Valid Sumber: Data primer yang diolah Dari hasil uji validitas diatas dapat dilihat bahwa seluruh variabel dalam penelitian ini yang diwakilkan oleh peran auditor, tanggung jawab auditor dan efektivitas sistem pengendalian memiliki r hitung yang lebih besar daripada r tabel, maka dapat disimpulkan bahwa semua butir pertanyaan dalam penelitian ini adalah valid. 3. Hasil Uji Asumsi Klasik a. Hasil Uji Multikolonieritas Uji Multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Untuk mendeteksi adanya problem multiko, maka dapat dilakukan dengan

melihat nilai Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF) serta besaran korelasi antar variabel independen (Imam Ghozali, 2009:99). Tabel 4.10 Hasil Uji Multikolonieritas Coefficients a Model Unstandardized Coefficients B Std. Error Standardi zed Coefficie nts Beta T Sig. 1 (Constant) 2.775 4.210.659.512 Collinearity Statistics Tolera nce VIF Peran.334.034.719 9.689.000.794 1.259 Tanggungj awab a. Dependent Variable: spi Sumber: Data primer yang diolah.192.085.168 2.257.027.794 1.259 Berdasarkan tabel 4.9 diatas terlihat bahwa nilai tolerance mendekati angka 1 dan nilai variance inflation factor (VIF) disekitar angka 1 untuk setiap variabel, yang ditunjukkan dengan nilai tolerance 0,794 untuk variabel peran auditor dan nilai yang sama pada variabel tanggung jawab auditor serta nilai VIF sebesar 1,259 untuk masing-masing variabel peran auditor dan tanggung jawab auditor. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa model persamaan regresi tidak terdapat problem multiko dan dapat digunakan dalam penelitian ini. b. Hasil Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel dependen dan variabel independen atau

keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal (Imam Ghozali, 2009:147). Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas Gambar 4.1 memperlihatkan penyebaran data yang berada disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, ini menunjukkan bahwa model regresi telah memenuhi asumsi normalitas. c. Hasil Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED (Imam Ghozali, 2009:125), yang diperlihatkan pada gambar 4.2.

Gambar 4.2 Hasil Uji Heteroskedatisitas Berdasarkan gambar 4.2, grafik scatterplot menunjukkan bahwa data tersebar di atas dan di bawah angka 0 (nol) pada sumbu Y dan tidak terdapat suatu pola yang jelas pada penyebaran data tersebut. Hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model persamaan regresi, sehingga model regresi layak digunakan untuk memprediksi peningkatan efektivitas sistem pengendalian yang dipengaruhi oleh peran dan tanggung jawab auditor.

4. Hasil Uji Hipotesis Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan model analisis regresi berganda (multiple regression analysis), yaitu: a. Uji Koefisien Determinasi Uji koefisien determinasi dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R 2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen (Imam Ghozali, 2009:40). Tabel 4.11 Hasil Uji Koefisian Determinasi Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1.809 a.654.646 3.313 a. Predictors: (Constant), tanggungjawab, peran b. Dependent Variable: spi Sumber: Data primer yang diolah Berdasarkan tabel 4.10 nilai koefisien determinasi (R square) dalam penelitian ini adalah sebesar 0.654 dan nilai koefisien determinasi yang sudah disesuaikan (Adjusted R Square) sebesar 0.646. Untuk model regresi berganda digunakan koefisien determinasi yang sudah disesuaikan. Jadi, dalam penelitian ini 64.6% variabel

dependen efektivitas sistem pengendalian dijelaskan oleh variabel peran dan tanggung jawab auditor. Sisanya sebesar 35.4% dijelaskan oleh variabel lain di luar variabel independen yang digunakan di penelitian ini, seperti keahlian auditor, efektivitas manajemen dan kepatuhan karyawan. b. Hasil Uji Statistik t Hasil uji statistik t dapat dilihat pada tabel 4.11 dibawah ini, jika nilai probability t lebih kecil dari 0,05 maka H a diterima dan menolak H 0, sedangkan jika nilai probability t lebih besar dari 0,05 maka H 0 diterima dan menolak H a. Model Tabel 4.12 Hasil Uji Statistik t Coefficients a Unstandardized Coefficients Standardize d Coefficients B Std. Error Beta t Sig. 1 (Constant) 2.775 4.210.659.512 Peran.334.034.719 9.689.000 Tanggungjaw ab a. Dependent Variable: spi Sumber: Data primer yang di olah.192.085.168 2.257.027 Hasil Uji Hipotesis 1: Pengaruh peran auditor terhadap peningkatan efektivitas sistem pengendalian. Hasil uji hipotesis 1 (Ha 1 ) dapat dilihat pada tabel 4.11 dimana variabel peran auditor memiliki tingkat signifikansi sebesar 0.000. Hal itu menunjukkan bahwa Ha 1 diterima karena nilai

signifikansinya lebih kecil dari 0.05. Ini berarti peran auditor berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan efektivitas sistem pengendalian. Berdasarkan hasil uji hipotesis atas pengaruh variabel peran auditor terhadap peningkatan efektivitas sistem pengendalian yang menunjukkan tingkat signifikansi yang lebih rendah dari 0.05 yaitu 0.000 dapat disimpulkan bahwa peran auditor berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan efektivitas sistem pengendalian. Hubungan antara peran auditor dan efektivitas sistem pengendalian bersifat positif. Semakin baik peran auditor dalam suatu perusahaan maka akan semakin baik pula efektivitas sistem pengendalian nya. Hal ini selaras dengan penelitian-penelitian sebelumnya seperti penelitian Hiro Tugiman (2002), Fitria Anggraini (2008) dan Hirth (2008) yang menyatakan bahwa perusahaan yang selalu meningkatkan peran auditor nya agar mampu bekerja lebih efektif akan memberikan peningkatan terhadap efektivitas sistem pengendalian. Dengan demikian entitas ekonomi maupun organisasi lain yang menginginkan adanya peningkatan efektivitas atas sistem pengendaliannya demi memberikan jaminan yang pantas berkaitan dengan efektivitas dan efisiensi operasi perusahaan, reliabilitas laporan keuangan serta meningkatnya kepatuhan tenaga kerja karena meningkatnya efektivitas sistem pengendaliannya.

Hasil Uji Hipotesis 2: Pengaruh tanggung jawab auditor terhadap peningkatan efektivitas sistem pengendalian. Hasil uji hipotesis 2 (Ha 2 ) dapat dilihat pada tabel 4.11 dimana variabel tanggung jawab auditor memiliki tingkat signifikansi sebesar 0.027. Hal itu menunjukkan bahwa Ha 2 diterima karena nilai signifikansinya lebih kecil dari 0.05. Ini berarti tanggung jawab auditor berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan efektivitas sistem pengendalian. Berdasarkan hasil uji hipotesis atas pengaruh variabel tanggung jawab auditor terhadap peningkatan efektivitas sistem pengendalian yang menunjukkan tingkat signifikansi yang lebih rendah dari 0.05 yaitu 0.027, dapat disimpulkan bahwa tanggung jawab auditor berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan efektivitas sistem pengendalian. Hubungan antara tanggung jawab auditor dan efektivitas sistem pengendalian bersifat positif. Semakin bertanggung jawab para auditor dalam suatu perusahaan maka akan semakin baik pula efektivitas sistem pengendalian nya. Hal ini membenarkan penelitian Ismayanti (2009) yang menyatakan bahwa tanggung jawab auditor tidak memiliki pengaruh secara langsung terhadap kemampuan mendeteksi kecurangan. Menurut penelitian Ismayanti (2009) kecurangan dapat dicegah dengan cara meningkatkan sistem pengendalian yang dimiliki oleh perusaahaan. Selain itu hasil uji hipotesis ini juga selaras

dengan penelitian Tugiman (2006) yang menyatakan bahwa auditor bertanggung jawab untuk melakukan pencegahan kecurangan dengan melakukan pengujian-pengujian kecukupan atas keefektivitas sistem pengendalian. Oleh sebab itu tanggung jawab auditor berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan sistem pengendalian. Auditor yang selalu mengetahui dan menjalankan secara baik tanggung jawabnya dalam fungsinya di manajemen perusahaan akan meningkatkan efektivitas sistem pengendalian yang ada dan akan berpengaruh pada pencegahan terjadinya kecurangan (fraud) pada perusahaan. Tanggung jawab auditor yang semakin tinggi akan meningkatkan jaminan atas pengefektifan aktivitas pengendalian, kultur organisasi dan fungsi audit itu sendiri. Peningkatanpeningkatan tersebut akan memberikan jaminan keberlangsungan usaha (going concern) bagi entitas usaha. Jaminan atas kontrol yang baik di dalam entitas usaha akan terpenuhi dengan semakin tinggi tanggung jawab auditor yang berkompeten dan independen. Berdasarkan tabel 4.11, maka diperoleh model persamaan regresi sebagai berikut: Y = 2,775 + 0,334X₁ + 0,192X₂

Keterangan : Y = Efektivitas Sistem Pengendalian Internal X 1 = Peran auditor X 2 = Tanggung jawab auditor c. Hasil Uji Statistik F Hasil uji statistik F dapat dilihat pada tabel 4.15, jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05 maka H a diterima dan menolak H 0, sedangkan jika nilai probabilitas lebih besar dari 0,05 maka H 0 diterima dan menolak H a. Model Tabel 4.13 Hasil Uji Statistik F ANOVA b Sum of Squares Df Mean Square F Sig. 1 Regression 1641.522 2 820.761 74.768.000 a Residual 867.222 79 10.977 Total 2508.744 81 a. Predictors: (Constant), tanggungjawab, peran b. Dependent Variable: spi Sumber: Data primer yang diolah Hasil Uji Hipotesis 3: Pengaruh peran dan tanggung jawab auditor terhadap peningkatan efektivitas sistem pengendalian. Hasil uji hipotesis 3 (Ha 3 ) dapat dilihat pada tabel 4.12 dimana tingkat signifikan menunjukkan angka 0.000. Hal itu menunjukkan bahwa Ha 3 diterima karena nilai signifikansinya lebih kecil dari 0.05. Hal itu

berarti pada penelitian ini kedua variabel independen yaitu peran dan tanggung jawab auditor secara simultan dan signifikan berpengaruh terhadap peningkatan efektivitas sistem pengendalian. Berdasarkan hasil uji hipotesis bersama atas pengaruh variabel peran dan tanggung jawab auditor terhadap peningkatan efektivitas sistem pengendalian yang menunjukkan tingkat signifikansi yang lebih rendah dari 0.05 yaitu 0.000, dapat disimpulkan bahwa peran dan tanggung jawab auditor berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap peningkatan efektivitas sistem pengendalian. Itu berarti apabila peran dan tanggung jawab digunakan secara bersama-sama di dalam perusahaan akan memberikan tambahan manfaat yang besar. Pengamanan atas aktiva, pendeteksian atas kecurangan akan semakin tinggi, hal itu disebabkan karena meningkatnya efektivitas sistem pengendalian perusahaan. Auditor yang selalu mengetahui dan menjalankan secara baik tanggung jawab dan perannya dalam fungsinya di manajemen perusahaan akan meningkatkan efektivitas sistem pengendalian yang ada dan akan berpengaruh pada pencegahan terjadinya kecurangan (fraud) pada perusahaan. Tanggung jawab dan peran auditor yang semakin tinggi akan meningkatkan jaminan atas pengefektifan aktivitas pengendalian, kultur organisasi dan fungsi audit itu sendiri. Peningkatan-peningkatan tersebut akan memberikan jaminan

keberlangsungan usaha (going concern) bagi entitas usaha. Jaminan atas kontrol yang baik di dalam entitas usaha akan terpenuhi dengan semakin tingginya peranan dan tanggung jawab auditor yang berkompeten dan independen.

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Penilitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui pengaruh dua variabel independen yaitu peran dan tanggung jawab auditor terhadap variabel dependen yaitu peningkatan efektivitas sistem pengendalian. Metode penentuan sampel menggunakan metode convenience sampling yang berdasarkan kemudahan. Responden dalam penelitian ini adalah auditor di perusahaan milik swasta, BUMN dan kementerian di wilayah Jakarta dan Banten. Responden yang mengisi secara baik kuesioner yang disebar, sehingga dapat diolah berjumlah 82 orang. Berdasarkan pada data yang telah dikumpulkan dan pengujian yang telah dilakukan terhadap permasalahan pada penelitian ini, dengan menggunakan model regresi berganda, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Peran auditor berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap peningkatan efektivitas sistem pengendalian. Semakin tinggi peranan auditor di dalam perusahaan maka akan meningkatkan efektivitas sistem pengendaliannya dan memberikan manfaat yang besar bagi keberlangsungan usaha perusahaan. 2. Tanggung jawab auditor berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap peningkatan efektivitas sistem pengendalian. Semakin

tinggi tanggung jawab auditor di dalam perusahaan maka akan meningkatkan efektivitas sistem pengendaliannya dan memberikan manfaat yang besar bagi keberlangsungan usaha perusahaan. 3. Berdasarkan hasil uji statistik F, peran dan tanggung jawab auditor secara positif, simultan dan signifikan berpengaruh terhadap peningkatan efektivitas sistem pengendalian. Semakin baik peranan dan tanggung jawab auditor di dalam perusahaan maka akan meningkatkan efektivitas sistem pengendaliannya dan memberikan manfaat yang besar bagi keberlangsungan usaha perusahaan. B. Implikasi Hasil pengujian satistik pada penelitian ini menunjukkan bahwa variabel peran dan tanggung jawab auditor merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan efektivitas sistem pengendalian perusahaan. Faktor-faktor tersebut bersifat positif. Semakin baik peranan auditor maka akan semakin meningkat efektivitas sistem pengendalian yang ada di suatu perusahaan. Sistem pengendalian yang baik akan memberikan manfaat bagi perusahaan. Pengamanan aktiva yang semakin baik, meningkatkan kepercayaan para investor dan menjamin going concern perusahaan. Tanggung jawab auditor memberikan tambahan manfaat bagi perusahaan bila auditor bertanggung jawab melakukan ruang lingkup pekerjaan yang seharusnya dilakukan. Tanggung jawab auditor mampu meningkatkan efektivitas sistem pengendalian dan membantu

perusahaan dalam melakukan pendeteksian kecurangan yang terjadi di perusahaan. Dapat disimpulkan bahwa peran dan tanggung jawab secara bersama-sama akan memberikan peningkatan efektivitas atas sistem pengendalian perusahaan. C. Keterbatasan Penelitian ini memiliki berbagai keterbatasan. Keterbatasan-keterbatasan yang ada dalam penelitian ini adalah: 1. Hasil penelitian ini menunjukkan dua variabel yang digunakan dalam penelitian ini mewakili 64.6% peningkatan efektivitas sistem pengendalian. Sehingga masih ada variabel baru yang dapat diuji kembali dalam penelitian ini melalui replikasi penelitian. 2. Sampel penelitian hanya terdiri dari sepuluh perusahaan yang ada di Jakarta dan Banten. Sehingga generalisasi wilayah dalam penelitian ini masih sempit. 3. Metode pengumpulan data hanya berupa data kuesioner yang disebar kepada objek penelitian. 4. Pemilihan koresponden di dalam penelitian ini masih kurang dalam melakukan pertimbangan yang matang karena akan berpengaruh pada indikator yang ada. D. Saran Saran-saran yang dapat diberikan bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut:

1. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambahkan variabel independen lainnya, baik yang berasal dari faktor eksternal maupun faktor auditor atau menambahkan variabel moderating guna mengetahui variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi dan memperkuat atau memperlemah variabel dependen. Sehingga hasil penelitian lebih menggambarkan pengaruh-pengaruh variabel dependen yang sebenarnya. Seperti keahlian auditor, efektivitas manajemen dan kepatuhan karyawan. 2. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah jumlah sampel penelitian serta memperluas wilayah sampel penelitian, bukan hanya di Jakarta dan Banten tetapi juga di kota-kota besar lainnya, sehingga dapat diperoleh hasil penelitian dengan tingkat generalisasi yang lebih tinggi. 3. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan metode penelitian yang berbeda seperti metode wawancara langsung kepada responden untuk memperoleh data yang lebih berkualitas. 4. Dalam setiap pemilihan koresponden dan indikator yang ada peneliti selanjutnya harus dapat menyertakan landasan teori yang kuat dan relevan agar lebih menguatkan hasil penelitian itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA Abdul Halim, Auditing (Dasar-Dasar Audit Laporan Keuangan), Jilid 1, UPP AMP YKPN, Yogyakarta, 2001. Abdul Hamid, Panduan Penulisan Skripsi, FE UIN Press, Jakarta, 2007. Agoes Sukrisno, Pemeriksaan Akuntan (Auditing) Oleh Kantor Akuntan Publik, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI, Jakarta, 2005. Andi Yusuf Wahyu, Kontribusi Pengendalian Intern, Sistem Informasi Akuntansi, dan Financial Value Added Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Serta Kinerja Organisasi Perusahaan, Skripsi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2009. Anthony, Robert N dan Vijay Govindarajan, Sistem Pengendalian Manajemen, Salemba Empat, Jakarta, 2005. Arens, AA, James K Loebbecke, Auditing (Pendekatan Terpadu), Salemba Empat, Jakarta, 2003. Bambang Pamuji, Perbedaan Domain Evaluasi, artikel diakses tanggan 18 maret 2001, dari http://www.deptan.go.id/itjen/berkas_upload/ Bodnar dan Hopwood, Manajemen Administrasi dan Perkantoran, Kanisius, Jakarta, 2001. Boynton, W.C., Johnson, R.N., dan Kell, W.G., Modern Auditing, Edisi Ketujuh, Erlangga, Jakarta, 2003. Eka Putri Pertiwi, Analisis Pengaruh Komponen Keahlian Internal Auditor Terhadap Pendeteksian dan Pencegahan Kecurangan (Fraud) di Inspektorat Jenderal Kementrian Perdagangan Republik Indonesia, Skripsi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2010. Fitria Anggraini, Analisis Pengaruh Peran Auditor Internal Terhadap Peningkatan Pengendalian Intern dan Kinerja Perusahaan, Skripsi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2008. Hermanson, Dana R, Internal Control Reporting: Implications for Directors and Internal Auditors, Vol 19, Boston, 2004.

Hiro Tugiman, Pengaruh Peran Auditor Internal, serta Faktor-Faktor Pendukungnya Terhadap Peningkatan Pengendalian Internal dan Kinerja Perusahaan (Survai pada 102 BUMN dan BUMD), Jurnal Akuntansi, Bandung, 2002. Hirth, Robert B, Better Internal Audit Leads to Better Control, Vol 24, Morristown, 2008. Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2009. Ismayanti, Pengaruh Keahlian dan Tanggung Jawab Auditor Internal Terhadap Kemampuan Mendeteksi Kecurangan dan Pencegahan Tindakan Kecurangan (Fraud), Skripsi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2009. Iwan Triyuwono, Konsistensi Praktik Sistem Pengendalian Internal dan Akuntabilitas pada Lazis, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Ikatan Akuntan Indonesia, Yogyakarta, 2000. James, Hall, Sistem Informasi Akuntansi, Salemba Empat, Jakarta, 2006. Mulyadi, Sistem Informasi Akuntansi, Salemba Empat, Jakarta, 2001., Auditing, Buku Satu, Edisi Enam, Salemba Empat, Jakarta, 2008. Nugroho, Widjajanto, Sistem Informasi Akuntansi, Erlangga, Jakarta, 2001. Nur Indriantoro dan Bambang Supomo, Metodologi Penelitian Bisnis (Untuk Akuntansi dan Manajemen), BPFE, Yogyakarta, 2002. Radjin Maizar, Analisis Efektivitas Sistem Pengendalian Intern Pada Sistem Akuntansi Persediaan, Skripsi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2004. Sanyoto Gondodiyoto, Audit Sistem Informasi (Pendekatan CobIT), Mitra Wacana Media, Jakarta, 2007. Sawyer, Lawrence B, et al, Internal Auditing, Salemba Empat, Jakarta, 2009. Sekolah Tinggi Akuntansi Negara, Dasar-dasar Audit Internal Sektor Publik, artikel diakses tanggal 18 Maret 2011, dari http://bpkp.go.id/unit/kalbar/dasardasaraudit.pdf.

Peran Auditor Internal Case Processing Summary N % Cases Valid 82 100.0 Excluded a 0.0 Total 82 100.0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items.930 26

peran audit peran audit peran audit peran audit peran audit peran audit peran audit peran audit peran audit peran audit peran audit peran audit peran audit peran audit peran audit peran audit Item Statistics Mean Std. Deviation N 4.30.748 82 3.99.896 82 3.83.872 82 4.02.831 82 4.11.754 82 4.18.687 82 4.05.845 82 4.11.703 82 4.06.743 82 4.09.689 82 3.94.709 82 3.84.838 82 4.07.681 82 3.94.726 82 3.84.824 82 3.96.793 82

peran audit peran audit peran audit peran audit peran audit peran audit peran audit peran audit peran audit peran audit 4.00.737 82 4.23.479 82 4.07.733 82 3.96.793 82 3.95.800 82 4.01.711 82 3.91.820 82 4.16.657 82 3.62.951 82 3.96.728 82

peran audit peran audit peran audit peran audit peran audit peran audit peran audit peran audit peran audit peran audit peran audit peran audit peran audit peran audit peran audit peran audit Scale Mean if Item Deleted Item-Total Statistics Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Cronbach's Alpha if Item Deleted 99.93 133.402.568.927 100.24 137.372.267.932 100.40 137.676.261.932 100.21 133.870.480.929 100.12 131.466.680.926 100.05 133.282.632.926 100.18 132.324.553.928 100.12 133.170.624.927 100.17 133.156.588.927 100.15 132.201.702.926 100.29 131.296.738.925 100.39 133.352.502.928 100.16 134.826.537.928 100.29 134.358.529.928 100.39 131.352.623.926 100.27 135.186.432.929

peran audit peran audit peran audit peran audit peran audit peran audit peran audit peran audit peran audit peran audit 100.23 133.909.547.928 100.00 136.691.613.927 100.16 132.333.647.926 100.27 131.310.652.926 100.28 132.550.575.927 100.22 132.050.687.926 100.32 129.824.712.925 100.07 134.883.555.928 100.61 132.389.479.929 100.27 131.828.684.926 Mean Variance Scale Statistics Std. Deviation N of Items 104.23 143.785 11.991 26

Tanggung Jawab Auditor Internal Case Processing Summary N % Cases Valid 82 100.0 Excluded a 0.0 Total 82 100.0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items.765 13

tanggung jawab auditor tanggung jawab auditor tanggung jawab auditor tanggung jawab auditor tanggung jawab auditor tanggung jawab auditor tanggung jawab auditor tanggung jawab auditor tanggung jawab auditor tanggung jawab auditor tanggung jawab auditor tanggung jawab auditor tanggung jawab auditor Item Statistics Mean Std. Deviation N 4.00.801 82 4.24.639 82 4.12.710 82 4.13.604 82 3.80.777 82 3.66.789 82 3.61.662 82 3.80.867 82 4.16.675 82 3.89.875 82 3.62.796 82 4.13.561 82 3.76.639 82

tanggung jawab auditor tanggung jawab auditor tanggung jawab auditor tanggung jawab auditor tanggung jawab auditor tanggung jawab auditor tanggung jawab auditor tanggung jawab auditor tanggung jawab auditor tanggung jawab auditor tanggung jawab auditor tanggung jawab auditor tanggung jawab auditor Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Cronbach's Alpha if Item Deleted 46.94 19.169.528.734 46.70 19.992.544.736 46.82 19.188.615.726 46.80 19.443.696.723 47.13 20.685.315.758 47.28 21.118.245.766 47.33 20.643.404.749 47.13 20.290.317.760 46.78 21.112.314.757 47.05 20.590.272.765 47.32 20.886.274.763 46.80 21.073.413.749 47.18 21.386.291.759

Mean Scale Statistics Variance Std. Deviation N of Items 50.94 23.515 4.849 13 Efektivitas SPI Case Processing Summary N % Cases Valid 82 100.0 Excluded a 0.0 Total 82 100.0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items.837 12

efektivitas SPI efektivitas SPI efektivitas SPI efektivitas SPI efektivitas SPI efektivitas SPI efektivitas SPI efektivitas SPI efektivitas SPI efektivitas SPI efektivitas SPI efektivitas SPI Item Statistics Mean Std. Deviation N 3.80.867 82 4.02.769 82 3.77.654 82 3.66.892 82 3.83.858 82 4.04.867 82 4.29.638 82 3.83.767 82 3.93.858 82 4.13.733 82 4.06.635 82 3.99.694 82

efektivitas SPI efektivitas SPI efektivitas SPI efektivitas SPI efektivitas SPI efektivitas SPI efektivitas SPI efektivitas SPI efektivitas SPI efektivitas SPI efektivitas SPI efektivitas SPI Scale Mean if Item Deleted Item-Total Statistics Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Cronbach's Alpha if Item Deleted 43.55 26.325.438.830 43.33 26.100.544.821 43.59 27.900.383.833 43.70 25.745.490.826 43.52 25.759.514.824 43.32 26.491.418.832 43.06 26.033.696.813 43.52 25.536.626.815 43.43 24.964.615.815 43.22 25.828.618.816 43.29 28.703.274.839 43.37 27.544.405.831 Mean Variance Scale Statistics Std. Deviation N of Items

Mean Scale Statistics Variance Std. Deviation N of Items 47.35 30.972 5.565 12 Regresi Model Variables Entered/Removed Variables Entered Variables Removed Method 1 tanggungjawa b, peran a. Enter a. All requested variables entered. Model R R Square Model Summary b Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1.809 a.654.646 3.313 a. Predictors: (Constant), tanggungjawab, peran b. Dependent Variable: spi

Model ANOVA b Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 1641.522 2 820.761 74.768.000 a Residual 867.222 79 10.977 Total 2508.744 81 a. Predictors: (Constant), tanggungjawab, peran b. Dependent Variable: spi Model Unstandardized Coefficients Coefficients a Standardize d Coefficients B Std. Error Beta t Sig. 1 (Constant) 2.775 4.210.659.512 Collinearity Statistics Toleranc e Peran.334.034.719 9.689.000.794 1.259 tanggungjaw ab a. Dependent Variable: spi VIF.192.085.168 2.257.027.794 1.259

Model Dimens ion Collinearity Diagnostics a Eigenvalue Condition Index Variance Proportions (Constant) peran tanggungjawab 1 1 2.989 1.000.00.00.00 2.007 20.834.25.98.11 3.004 26.002.75.02.89 a. Dependent Variable: spi

Residuals Statistics a Minimum Maximum Mean Std. Deviation N Predicted Value 39.63 58.32 47.35 4.502 82 Std. Predicted Value -1.716 2.437.000 1.000 82 Standard Error of Predicted Value Adjusted Predicted Value.366 1.516.591.230 82 39.00 58.08 47.36 4.513 82 Residual -7.082 7.152.000 3.272 82 Std. Residual -2.138 2.159.000.988 82 Stud. Residual -2.193 2.187 -.002 1.009 82 Deleted Residual -7.835 7.338 -.011 3.421 82 Stud. Deleted Residual -2.249 2.242 -.004 1.021 82 Mahal. Distance.001 15.963 1.976 2.822 82 Cook's Distance.000.363.016.043 82 Centered Leverage Value.000.197.024.035 82 a. Dependent Variable: spi