FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN DIVIDEN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERGABUNG DALAM INDEX LQ 45 DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. memperoleh return (tingkat pengembalian) sebesar besarnya. Return tersebut

BAB I PENDAHULUAN. implikasi pada persaingan antarperusahaan. Untuk itu, sebagai pelaku dari

BAB I PENDAHULUAN. dividen yang besarnya minimal sama dengan tingkat bunga deposito atau

BAB I PENDAHULUAN. proporsi dana dan sumber daya yang mereka miliki untuk konsumsi saat ini dan

BAB I PENDAHULUAN. return sebesar-besarnya dengan risiko tertentu. Return. (tingkat pengembalian) tersebut dapat berupa capital gain ataupun dividen,

BAB I PENDAHULUAN. Dividen merupakan salah satu bentuk peningkatan wealth para

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) merupangkan pasar untuk berbagai. lainya dan sarana bagi kegiatan berinvestasi (Darmadji, 2001:1).

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan untuk mempertahankan hidup perusahaan semakin beraneka ragam.

BAB I PENDAHULUAN. Dividen merupakan bagian dari keuntungan yang diperoleh suatu. perusahaan yang didistibusikan kepada para pemegang sahamnya.

BAB I PENDAHULUAN. investasi yang telah dilakukannya. Hal ini dikarenakan dividen merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Aktvitas investasi yang dilakukan investor dihadapkan pada berbagai macam resiko

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya investor mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan berlomba-lomba untuk dapat menghasilkan keuntungan atau laba yang

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan konsumen di era modern sekarang ini telah mendorong tumbuhnya

BAB I PENDAHULUAN. mana yang harus dibeli oleh perusahaan misalnya pemilihan proyek atau

ANALISIS PENGARUH PROFITABILITAS, LEVERAGE, DAN HARGA SAHAM TERHADAP JUMLAH DIVIDEN TUNAI. (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar

BAB I PENDAHULUAN. luar negeri. Sementara itu bagi investor, pasar modal merupakan wahana untuk

BAB I PENDAHULUAN. Investasi dalam suatu perusahaan merupakan suatu hal yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. harus diperhatikan dan dipertimbangkan secara seksama.kebijakan dividen

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Tujuan akhir dari investor perorangan maupun badan usaha

BAB I PENDAHULUAN. tersebut. Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan yang memerlukan dana dalam jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan harus dapat mencari sumber-sumber dana yang efektif dalam

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Hal tersebut mendorong transaksi jual-beli yang dilakukan antara produsen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang. atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Stice, at al, (Pasadena, 2013) Dividen adalah pembagian kepada

BAB 1 PENDAHULUAN. berupa capital gain ataupun dividend yield. Capital gain dapat diperoleh jika

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. akan terjadi. Dalam investasi, investor perlu terus menerus mempelajari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. yang didapat dari dividen ataupun capital gain. Sedangkan manajemen berusaha

BAB I PENDAHULUAN. ketidakpastian yang seringkali sulit diprediksikan oleh para investor. Pesatnya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. untuk kegiatan operasional, termasuk perusahaan manufaktur.hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan investor perorangan maupun badan usaha menanamkan dana ke dalam suatu

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebijakan dividen menjadi perhatian banyak pihak seperti pemegang saham,

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi ini perkembangan terasa begitu cepat, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. keputusan (corporate action) dengan membagikan dividen atau menahan laba.

I. PENDAHULUAN. Kebijakan dividen merupakan keputusan untuk menentukan besarnya bagian

BAB I PENDAHULUAN. 1.6 Latar Belakang Masalah. Investasi merupakan kegiatan yang sangat dianjurkan, karena dengan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu fungsi utama pasar modal adalah sebagai sarana untuk

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan lazimnya didasarkan pada kinerja perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. kas kepada para pemegang sahamnya (Grinblatt dan Titman, ). Kebijakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Tujuan utama didirikannya perusahaan berorientasi laba adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan-perusahaan yang go public, nilai perusahaan dapat direfleksikan

BAB 1 PENDAHULUAN. dinamakan manajemen keuangan. Kegiatan-kegiatan yang ada dalam

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam jenis salah satunya adalah pasar modal (capital market), pasar

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Salah satu kebijakan yang utama untuk memaksimalisasi keuntungan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan property dan real estate semakin marak diberbagai penjuru

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan berbagai jenis industri pada negara tersebut. Pasar modal (capital

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, dunia investasi bukan lagi merupakan kegiatan baru di dunia

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan dividend merupakan fungsi yang tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. selisih antara harga beli dan harga jual saham, sedangkan yield merupakan cash. biasanya dalam bentuk deviden (Jones, 2002:124).

BAB I PENDAHULUAN. investasi (return) dari investasi yang dilakukan. Return yang diperoleh berupa

BAB I PENDAHULUAN. sekuritas pada negara tersebut. Pasar modal Indonesia memiliki peran besar

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perusahaan-perusahaan. Apabila perusahaan-perusahaan ini dapat. mempengaruhi tingkat perekonomian di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. baik berupa pendapatan dividen (dividend yield) maupun pendapatan dari selisih

BAB I PENDAHULUAN. Saham merupakan bukti kepemilikan sebagian perusahaan. Obligasi (bond)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan dan meningkatkan kinerjanya agar dapat tetap bertahan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. para pemegang saham dalam bentuk dividen. Laba ditahan (retained earning)

BAB 1 PENDAHULUAN. pasar modal adalah dengan harapan memperoleh capital gain dan dividen.

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran pemilik. Nilai perusahaan yang go public di pasar modal tercermin

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat walaupun keadaan ekonomi memburuk. Pekembangan industri

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. bab sebelumnya, maka peneliti mengambil kesimpulan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. dividen tersebut menjadi berkurang. Bagi kreditor, dividen dapat menjadi sinyal

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama investor dalam menanamkan modalnya di sebuah perusahaan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. yang melakukan ekspansi usaha. Untuk tujuan tersebut, maka perusahaan. merger, atau menerbitkan saham di pasar modal.

BAB I PENDAHULUAN. Dividen merupakan salah satu bentuk peningkatan wealth pemegang saham. Investor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Horne dan Wachowicz (1997:135), rasio likuiditas membandingkan

BAB I PENDAHULUAN. produksi barang atau jasa. Tujuan dari perusahaan yaitu untuk meningkatkan nilai

BAB I PENDAHULUAN. investasi disebut return. Investasi dapat didefinisikan sebagai penundaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kepada para pemegang saham atau equity investor. Dividen merupakan bagian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan makin berkembangnya dunia bisnis yang didukung oleh

BAB I PENDAHULUAN. yang diperoleh perusahaan, yaitu apakah laba tersebut akan dibagikan kepada

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi, dengan dukungan teknologi informasi, telah membuka peluang

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan dana yang cukup besar, sehubungan dengan hal ini perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia saat ini berada dalam era pembangunan yang diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan yaitu pihak yang memiliki kelebihan dana (investor) dan pihak. menunggu tersedianya dana operasi perusahaan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keuntungan bagi investor yaitu keuntungan berupa dividend. gain. Capital gain diperoleh dari selisih harga jual dan harga beli.

BAB 1 PENDAHULUAN. Zaman dan tekonologi sudah semakin berkembang, perusahaan harus dengan

BAB I PENDAHULUAN. sangat berperan di dalam meningkatkan perekonomian dimana dana-dana yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tujuan utama dari suatu perusahaan adalah menjalankan kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ekonomi suatu negara dapat diukur dengan banyak

BAB I PENDAHULUAN. Return (tingkat pengembalian) tersebut dapat berupa capital gain ataupun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. investor untuk menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya. Tanpa

BAB II URAIAN TEORITIS. Penelitian mengenai dividend payout ratio atau kebijakan dividen telah

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di era ekonomi modern seperti sekarang ini, perusahaan sangat membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tandelin (2010) pasar modal itu sendiri adalah pertemuan

BAB I PENDAHULUAN. modal di Indonesia karena berfungsi sebagai perantara bagi pihak yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Kepercayaan investor terhadap perusahaan yang sudah go

BAB I PENDAHULUAN. maksimal seperti yang telah ditargetkan, perusahaan dapat berbuat banyak bagi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

BAB I PENDAHULUAN. Seorang investor yang membeli suatu saham di pasar modal dan. mengorbankan konsumsinya pada masa kini mempunyai harapan agar supaya

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh penghasilan yang lebih besar di masa yang akan datang. Pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam praktiknya laporan keuangan oleh perusahaan dibuat dan disusun sesuai dengan

II. LANDASAN TEORI. laba ditahan (retained earnings) yang ditahan sebagai cadangan bagi perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pengaruh aktivitas pasar modal yang menjadi peluang yang baik untuk masa

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut harus ditahan dalam perusahaan (Riyanto, 2001:265). Kebijakan dividen

Transkripsi:

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN DIVIDEN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERGABUNG DALAM INDEX LQ 45 DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2014-2016 SKRIPSI Oleh: Ruben Fransisco NPM 2014220076 SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA (STIE INDONESIA) BANJARMASIN PROGRAM STUDI MANAJEMEN 2018

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam perkembangan usaha saat ini, keefisien serta efektifan sebuah perusahaan akan menjadi kekuatan tersendiri dalam mempertahankan usaha serta bersaing dengan para pesaing. Perusahaan dalam hal ini dihadapkan pada sebuah keputusan besar, yaitu dalam keputusan kebijakan dividen. Kebijakan ini terkait pada penggunaan laba perusahaan yang akan digunakan untuk pembagian dividen kepada para pemegang saham, atau menahan laba yang dimiliki guna dana ekspansi atau investasi yang akan datang. Pihak manajemen harus jeli dalam melihat adakah investasi yg berprospek bagus, karena jika tidak ada investasi yang menjanjikan, maka sebaiknya dana yang dimiliki perusahaan dari laba setiap periode, dibagikan ke pemegang saham. Namun hal tersebut harus tepat pada jumlahnya, karena jumlah laba ditahan dengan dibantu meningkatnya nilai sekuritas dan ekuitas akan dapat berdampak pada naiknya nilai perusahaan yang akan membuka peluang investasi. Sehingga akan berpengaruh pada persentase besarnya dividen yang diberikan pada tiap periode. Besarnya alokasi laba yang digunakan untuk dividen, akan menjadi perhatian bagi para investor karena tidak dapat dipungkiri, investor akan lebih menyukai nominal dividen yang besar, sedangkan hal tersebut tidak dikehendaki oleh manajemen yang lebih memilih untuk menahan laba perusahaan. Dividen merupakan salah satu bentuk peningkatan wealth pemegang saham. Investor akan sangat senang apabila mendapatkan tingkat pengembalian investasinya semakin tinggi dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, investor potensial memiliki kepentingan untuk mampu memprediksi berapa besar tingkat pengembalian investasi yang mereka lakukan. Tingkat pengembalian investasi berupa pendapatan dividen tidak mudah diprediksi. Hal tersebut disebabkan kebijakan dividen adalah kebijakan yang sulit dan serba dilematis bagi pihak manajemen perusahaan. Kebijakan dividen tersebut dianalogikan sebagai sebuah puzzle yang

berkelanjutan. Kebijakan dividen merupakan teka-teki yang sulit untuk dijelaskan, dan selalu menimbulkan tanda tanya besar bagi investor, kreditor, bahkan kepada kalangan akademisi. Penetapan jumlah yang tepat untuk dibayarkan sebagai dividen adalah sebuah keputusan finansial yang sulit bagi pihak manajemen. Menurut Riyanto (2016:265) dividen merupakan aliran kas yang dibayarkan kepada para pemegang saham (equity investors). Sedangkan menurut Ang (2011:68) dividen merupakan pendapatan bersih setelah pajak dikurangi dengan laba ditahan (retained earnings) yang ditahan sebagai cadangan perusahaan, maka dapat disimpulkan bahwa dividen adalah keuntungan yang dibagikan kepada para pemegang saham sehubung atas keuntungan yang diperoleh perusahaan. Keputusan suatu perusahaan mengenai dividen terkadang diintegrasikan dengan keputusan pendanaan dan keputusan investasinya. Dalam kasus perusahaan membukukan laba, namun pembagian dividen rendah mungkin disebabkan karena manajemen sangat concern tentang kelangsungan hidup perusahaan, melakukan penahanan (retained) laba untuk melakukan ekspansi atau membutuhkan kas untuk operasi perusahaan. Para investor yang tidak bersedia mengambil risiko tinggi (risk aversion) tentu saja akan memilih dividen daripada capital gain. Investor seperti ini biasanya investor jangka panjang dan sangat cermat mempertimbangkan kemana dananya akan diinvestasikan. Investor seperti ini tidak berniat untuk mengambil risiko demi capital gain di masa yang akan datang. Mereka akan lebih berorientasi kepada dividen saat ini. Dividen sekarang lebih menguntungkan dibandingkan dengan saldo laba karena ada kemungkinan nantinya saldo laba tersebut tidak menjadi dividen di masa yang akan datang. Namun demikian, teori tersebut hanya memandang dari sisi pemegang saham (investor), sedangkan pada posisi manajemen tingkat pengembalian investor hanya merupakan salah satu dilematis dari keputusan yang akan diambil.

Suharli dalam Nursandari (2015) mengungkapkan bahwa pembayaran dividen dan bunga hutang akan mengurangi arus kas bebas yang tersedia bagi manajer agar dapat diinvestasikan di dalam proyek kecil yang memiliki nilai sekarang bersih positif dan perqusites. Masalah keagenan (agency problem) juga potensial mengurangi keputusan meningkatkan kesejahteraan pemegang saham sebagai principal. Alasannya, karena pihak manajemen sebagai agen akan berusaha meningkatkan kesejahteraannya sendiri terlebih dulu. Namun sesungguhnya pembayaran dividen juga salah satu upaya untuk mengurangi masalah keagenan tersebut. Oleh karena itu, memang penting seorang investor atau investor potensial mampu memprediksi kebijakan dividen perusahaan. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (IAI, 2016), kebijakan dividen yang fleksibel mencakup bentuk dividen yang akan dibagikan kepada para pemegang saham, yakni: dividen tunai, dividen saham, pemecahan saham (stock split), dan pengembalian saham kembali (repurchase of stock). Kebijakan dividen perusahaan tercermin dalam rasio pembayaran dividen (Dividend Pay-out Ratio). Menurut Nursandari (2015) tingkat pengembalian investasi berupa dividen bagi investor dapat diprediksi melalui rasio profitabilitas, likuiditas, dan leverage (utang). Tingkat profitabilitas dan likuiditas memiliki hubungan yang positif dengan kebijakan dividen, sedangkan leverage memiliki hubugan negatif dengan kebijakan dividen. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan menghasilkan laba (profit). Laba inilah yang akan menjadi dasar pembagian dividen perusahaan, apakah dividen tunai ataupun dividen saham. Suharli dalam Nursandari (2015) mengungkapkan laba diperoleh dari selisih antara harta masuk (pendapatan dan keuntungan) dan harta yang keluar (beban dan kerugian). Laba perusahaan tersebut dapat ditahan (sebagai laba ditahan) dan dapat dibagi (sebagai dividen). Sehingga peningkatan laba bersih akan meningkatkan tingkat pengembalian investasi berupa

pendapatan dividen bagi investor. Perusahaan yang memiliki stabilitas keuntungan dapat menetapkan tingkat pembayaran dividen dengan yakin dan mensinyalkan kualitas atas keuntungan perusahaan. Nursandari (2015) mengemukakan bahwa untuk mengukur profitabilitas salah satunya menggunakan rasio Return on Investment (ROI). Return on Investment (ROI) mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat assets tertentu. Return on Investment (ROI) yang tinggi menunjukkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan assets, yang berarti semakin baik. Menurut Hanafi (2014: 43) rasio yang sering digunakan untuk pengukur return (tingkat pengembalian) investasi yang diterima pemegang saham adalah Return on Investment (ROI). Keputusan dividen berkaitan pula dengan tingkat likuiditas perusahaan. Likuiditas perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan mendanai operasional perusahaan dan melunasi kewajiban jangka pendeknya. Oleh karena itu perusahaan yang memiliki likuiditas baik maka memungkinkan pembayaran dividen lebih bak pula. Likuiditas perusahaan dapat diukur melalui rasio keuangan seperti: current ratio dan quick ratio (Hanafi, 2014: 37). Pembagian dividen perusahaan kepada pemegang saham menyebabkan posisi kas suatu perusahaan semakin berkurang. Kas adalah salah satu komponen dalam aktiva lancar, sehingga pembagian dividen kas tersebut akan menurunkan tingkat likuiditas perusahaan. Hal ini akan menyebabkan leverage (rasio antara hutang terhadap ekuitas) akan semakin besar. Likuiditas perusahaan mampu menjadi alat prediksi tingkat pengembalian investasi berupa dividen bagi investor. Current ratio seringkali dijadikan sebagai ukuran likuiditas, sehingga penelitian ini menggunakan current ratio untuk menentukan likuiditas. Nursandari (2015) menyatakan bahwa perusahaan yang leverage operasi atau hutangnya tinggi akan memberikan dividen yang rendah. Pernyataan ini sesuai dengan pandangan bahwa perusahaan

berisiko akan membayar dividennya rendah, dengan maksud untuk mengurangi ketergantungan akan pendanaan secara internal. Struktur permodalan perusahaan akan membandingkan antara permodalan dari kreditor dan pemegang saham. Struktur permodalan yang lebih tinggi dimiliki oleh hutang, menyebabkan pihak manajemen akan memprioritaskan pelunasan kewajiban terlebih dahulu sebelum membagikan dividen. Berarti semakin tinggi utang akan menyebabkan pembagian dividen menjadi lebih rendah dan sebaliknya. Leverage ratio yang paling umum digunakan adalah debt to equity ratio, oleh karena itu penelitian ini menggunakan debt to equity ratio untuk menghitung tingkat leverage. Menurut Fahmi ( 2011: 89) perusahaan yang memperoleh keuntungan besar cenderung akan memiliki kesempatan membayarkan porsi keuntungan untuk para pemegang saham yang lebih besar pula dalam bentuk dividen, sehingga perusahaan tersebut dianggap mampu memperlihatkan kinerja yang baik pada periode bersangkutan. Sedangkan menurut Bardiwan (2016: 56) Current Ratio (CR) yang tinggi memperlihatkan likuiditas yang tinggi dengan cepatnya perusahaan membayarkan hutang jangka pendek sehingga perusahaan memiliki kesempatan untuk membagikan labanya kepada pemegang saham dalam bentuk tunai. Sebaliknya, perusahaan yang likuiditasnya rendah membuat pihak manajemen perusahaan akan menggunakan potensi likuiditas yang ada untuk melunasi kewajiban jangka pendek atau mendanai operasional perusahaannya sehingga mengurangi pembagian dividen. Fahmi (2011: 89) juga mengatakan bahwa semakin besar Debt to Equity Ratio (DER) maka akan semakin besar jumlah kewajiban jangka panjangnya. Peningkatan hutang/kewajiban ini pada gilirannya akan mempengaruhi besar kecilnya laba bersih yang tersedia bagi para pemegang saham termasuk dividen yang akan diterima, karena kewajiban tersebut lebih diprioritaskan

pembayarannya daripada pembagian dividen. Sehingga DER yang tinggi akan dapat menyebabkan DPR menjadi rendah, demikian pula sebaliknya. Dividen payout ratio perusahaan manufaktur yang tergabung dalam index LQ 45 di Bursa Efek Indonesia tahun 2014-2016 dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1.1: Dividen Payout Ratio Perusahaan Manufaktur yang Tergabung dalam Index LQ 45 di Bursa Efek Indonesia tahun 2014-2016 No Nama Perusahaan 2014 2015 2016 (%) (%) (%) 1 PT Astra Internasional Tbk 49,54 45,59 45,03 2 PT Charon Phokphand Indonesia Tbk 16,90 29,80 28,10 3 PT Gudang Garam Tbk 28,67 35,56 38,35 4 PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk 49,75 49,71 49,79 5 PT Indofood Sukses Makmur Tbk 49,72 49,80 49,81 6 PT Indocement Tunggal Perkasa Tbk 35,07 94,29 66,13 7 PT Kalbe Farma Tbk 43,14 44,97 66,71 8 PT Semen Indonesia Tbk 40,00 45,00 45,00 9 PT Summerecon Agung Tbk 6,78 30,28 39,16 10 PT Unilever Indonesia Tbk 99,88 44,67 99,98 11 PT HM Sampoerna Tbk 99,89 86,45 137,71 Rata-rata 47,21 50,56 60,52 Sumber: Data diolah dari www.idx.co.id Berdasarkan tabel 1.1 di atas menunjukkan bahwa rata-rata kebijakan dividen perusahaan manufaktur yang tergabung dalam Index Lq 45 di Bursa Efek Indonesia tahun 2014-2016 dinilai baik karena terjadi peningkatan. Pada tahun 2015 dividen payout ratio naik 3,34% dari tahun sebelumnya yaitu 2014, dan tahun 2016 juga naik sebesar 9,97% dari tahun 2015. Penelitian tentang kebijakan dividen telah dilakukan oleh banyak peneliti. Salah satunya adalah Novalia, dkk (2013) dengan hasil penelitian bahwa return on equity (ROE), debt

to equity ratio (DER), dan current ratio (CR) berpengaruh posirtif dan signifikan terhadap kebijakan dividen. Penelitian lainnya yaitu Deitiana (2009) dengan hasil yang menunjukkan bahwa return on equity (ROE), debt to equity ratio (DER), dan current ratio (CR) tidak berpengaruh terhadap kebijkan dividen, sedangkan earning per share (EPS) mempenngaruhi kebijakan dividen. Hasil penelitian Nursandari (2015) menunjukkan bahwa return on equity (ROE) dan current ratio (CR) berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen. Berdasarkan penelitian terdahulu bahwa hasilnya tidak konsisten sehingga perlu dilakukan penelitian lanjutan. Variabel yang digunakan dalam penelitian kali ini terdiri dari return on equity (ROE), current ratio (CR), debt equity ratio (DER) dan earning per share (EPS). Dengan melihat nilai-nilai rasio tersebut akan diketahui kinerja keuangan perusahaan dan mampukah return on equity (ROE), current ratio (CR), debt equity ratio (DER) dan earning per share (EPS) memprediksi Dividend Payout Ratio. Alasan penggunaan variabel ini disebabkan bahwa return on equity (ROE), current ratio (CR), debt equity ratio (DER) dan earning per share (EPS) akan mampu mempengaruhi laba secara langsung, sehingga besar kecilnya dividen yang akan dibagikan akan dipengaruhi oleh return on investmen, current ratio, dan debt equity ratio (Hanafi, 2014: 40). Dalam penelitian ini menggunakan Indeks LQ 45 sebagai objek penelitian. Indeks ini dibentuk hanya dari 45 saham-saham yang paling aktif diperdagangkan (Jogiyanto, 2013). Indeks LQ 45 terdiri dari saham-saham likuid dengan kapitalisasi pasar yang besar. Volume perdagangan yang tinggi mencerminkan bahwa saham-saham yang tergabung dalam indeks LQ 45 sangat diminati para investor. Tingginya permintaan saham akan meningkatkan harga saham suatu perusahaan. Harga saham yang tinggi mencerminkan nilai price earning ratio yang relatif tinggi. Namun pada kenyataanya sejumlah perusahaan memiliki price earning ratio yang rendah.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian ini dengan judul: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Deviden pada Perusahaan Manufaktur Yang Tergabung Dalam Index LQ 45 di Bursa Efek Indonesia Periode 2014-2016. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah return on equity (ROE), current ratio (CR), debt equity ratio (DER) dan earning per share (EPS) berpengaruh secara simultan terhadap kebijakan dividen pada perusahaan manufaktur yang tergabung dalam index LQ 45 di Bursa Efek Indonesia? 2. Apakah return on equity (ROE), current ratio (CR), debt equity ratio (DER) dan earning per share (EPS) berpengaruh secara parsial terhadap kebijakan dividen pada perusahaan manufaktur yang tergabung dalam index LQ 45 di Bursa Efek Indonesia? 1.3. Tujuan Penelitian 1. Untuk menganalisis pengaruh return on equity (ROE), current ratio (CR), debt equity ratio (DER) dan earning per share (EPS) secara simultan terhadap kebijakan dividen pada perusahaan manufaktur yang tergabung dalam index LQ 45 di Bursa Efek Indonesia. 2. Untuk menganalisis pengaruh return on equity (ROE), current ratio (CR), debt equity ratio (DER) dan earning per share (EPS) secara parsial terhadap kebijakan dividen pada perusahaan manufaktur yang tergabung dalam index LQ 45 di Bursa Efek Indonesia. 1.4. Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Akademik Diharapkan hasil penelitian dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis di bidang manajemen keuangan. Sedangkan bagi para peneliti lanjutan, diharapkan mampu menjadi dasar atau literatur untuk penelitian selanjutnya yang lebih baik dan semakin reliable dalam kajian yang sama. 1.5.2 Manfaat Praktis Bagi para investor diharapkan mampu memberikan acuan pengambilan keputusan investasi terkait dengan tingkat pengembalian investasi berupa dividen perusahaan.