ANALISIS HUBUNGAN ANTARKLAUSA DARI SEGI PERILAKU HUBUNGAN SEMANTIS PADA TEKS AKADEMIK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KOLOM SENO GUMIRA AJIDARMA PADA BUKU KENTUT KOSMOPOLITAN

KONJUNGSI DAN PREPOSISI

STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan

RELASI TEMPORAL ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT PADA HARIAN SOLO POS EDISI APRIL 2010 SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Unsur-unsur Pengait Paragraf 1. KONJUNGSI 2. KATA GANTI

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif lebih

PENGGUNAAN KONJUNGSI KOORDINATIF DALAM KUMPULAN CERPEN KOMPAS 2014 TART DI BULAN HUJAN DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS VII SMP

BAB I PENDAHULUAN. sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran dan

PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

ANALISIS RAGAM KALIMAT DAN HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN ALQURAN SURAT AR-RUM

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi baik secara lisan, tulisan, maupun isyarat yang bertujuan untuk

TATA BAHASA BAKU BAHASA INDONESIA ADITYA PERDANA ANI MINARTI BUDY ROMDHANI

HUBUNGAN SEMANTIS ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA KUMPULAN CERPEN BERJUANG DI TANAH RANTAU KARYA A. FUADI, DKK.

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dasar. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang dihasilkan dari alat

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya.sarana yang paling vital untuk menenuhi kebutuhan tersebut adalah

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi atau terbesar. Wacana direalisasikan dalam bentuk yang utuh berupa

ANALISIS KLAUSA SUBORDINASI DALAM WACANA BERITA OTOMOTIF PADA TABLOID OTOMOTIF NOVEMBER 2016

KESALAHAN PENULISAN KONJUNGTOR DALAM NOVEL GARIS WAKTU: SEBUAH PERJALANAN MENGHAPUS LUKA KARYA FIERSA BESARI

BAB I PENDAHULUAN. Konjungsi adalah kata yang berfungsi untuk menghubungkan kata dengan kata, frasa

2 TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa definisi, teori, dan konsep yang akan digunakan dalam pembahasan selanjutnya akan dijelaskan pada bagian ini.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki berbagai rubrik berita maupun iklan, yakni rubrik berita utama (coverstory),

RELASI FINAL DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT BAHASA INDONESIA

ANALISIS PENANDA HUBUNGAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA RUBRIK FOKUS SURAT KABAR HARIAN SOLOPOS EDISI OKTOBER 2011

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Istilah klausa dalam dunia linguistik bukanlah hal yang baru. Namun,

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna.

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca).

FUNGSI KETERANGAN DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT DALAM KOMPAS MINGGU

BAB I PENDAHULUAN. (sikap badan), atau tanda-tanda berupa tulisan. suatu tulisan yang menggunakan suatu kaidah-kaidah penulisan yang tepat

KONJUNGSI DALAM KALIMAT MAJEMUK SISWA KELAS X SMK (STUDI KASUS MULTISITUS)

ANALISIS KALIMAT MAJEMUK SETARA RUBRIK SUPERSOCCER PADA KORAN SATELITEPOST

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. dengan manusia lainnya, baik sebagai makhluk individu maupun mahluk sosial,

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Kata adalah satuan-satuan terkecil yang diperoleh sesudah sebuah kalimat

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 menyatakan Kami putra-putri Indonesia

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi

PELESAPAN FUNGSI SINTAKTIK DALAM KALIMAT MAJEMUK BAHASA INDONESIA THE ELLIPIS OF THE SYNTACTIC IN THE INDONESIAN LANGUANGE COMPOUND SENTENCE

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam kehidupannya mulai dari bangun tidur, melakukan aktivitas, menyampaikan pendapat dan informasi melalui bahasa.

NASKAH PUBLIKASI PEMAKAIAN PREPOSISI PADA KOLOM POS PEMBACA DI HARIAN SOLOPOS SKRIPSI

BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS

Oleh: Nurul Habibah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

BAB I PENDAHULUAN. sintaksis,fungsi semantis dan fungsi pragmatis.fungsi sintaksis adalah hubungan

2. Punya pendirian, peduli sesama, berkomitmen dan bisa bertanggung jawab. Menurut aku, gentleman punya sifat yang seperti itu. Kalau punya pacar, dia

SINTAKSIS. Sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. B. KATA SEBAGAI SATUAN SINTAKSIS

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup suatu Bangsa dan Negara. Hal ini karena pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek

PENGGUNAAN KALIMAT DALAM TEKS PENULISAN KEMBALI DONGENG SISWA KELAS VII B SMP NEGERI 19 MALANG. Sabitul Kirom 1 Nurhadi 2 Dwi Saksomo 3

ANALISIS PENANDA HUBUNGAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA CERITA ANAK DI SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Alquran merupakan wahyu Allah swt yang diwahyukan kepada Nabi

Kemampuan Siswa Kelas XI SMAN 8 Pontianak Menentukan Unsur Kebahasaan Dalam Teks Cerita Ulang Biografi

Kehadiran keterangan pada kalimat tidaklah wajib karena tanpa keterangan kalimat telah mempunyai makna mandiri.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses

BAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Berdasarkan analisis dokumen, analisis kebutuhan, uji coba I, uji coba II,

commit to user 1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan prosedur ilmiah. Karya ilmiah merupakan suatu tulisan yang

I. PENDAHULUAN. Terampil berbahasa Indonesia merupakan salah satu tujuan yang harus dicapai

ANALISIS PENANDA HUBUNGAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA KARANGAN SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 1 SAMBI

BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24)

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam Bab 1 ini, penulis menjelaskan hal-hal yang menjadi latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

NASKAH PUBLIKASI KELAS KATA DAN BENTUK KALIMAT DALAM KALIMAT MUTIARA BERBAHASA INDONESIA SERTA TATARAN PENGISINYA

BAB I PENDAHULUAN. Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani (Sun + tattein) yang berarti

KONSTRUKSI SINTAKSIS PADA WACANA TULIS DI LEMBAGA KEPOLISIAN POLRES TULANG BAWANG LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. alat untuk menyampaikan gagasan, pikiran, maksud, serta tujuan kepada orang lain.

ANALISIS RAGAM KALIMAT DAN LEVEL KEMAHIRAN MENULIS BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN MAHASISWA JURUSAN ASEAN STUDIES WALAILAK UNIVERSITY THAILAND

KOHESI DAN KOHERENSI RUBRIK BERITA MAJALAH MANDUTA TAHUN SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

PENGGUNAAN KONJUNGSI DALAM KOLOM POLITIK-EKONOMI KOMPAS EDISI JANUARI-APRIL 2013

YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A

TATARAN LINGUISTIK (3):

BAB 2 LANDASAN TEORETIS

PERBANDINGAN KLAUSA INTI DAN KLAUSA SEMATAN BAHASA INDONESIA DAN BAHASA INGGRIS. Oleh. Suci Sundusiah

LANDASAN TEORI. Dalam bahasa Indonesia, kalimat ada yang terdiri atas satu kata, atau lebih namun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hidup bermasyarakat merupakan salah satu sifat manusia. Manusia tidak

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan

BAB V P E N U T U P. Ketika kita membaca semua tulisan dalam tesis yang berjudul Kalimat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengulangan unsur harus dihindari. Salah satu cara untuk mengurangi

BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas dari isi yang

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. dan analisis, yaitu mendeskripsikan dan menganalisis verba berprefiks ber- dalam

PERILAKU SINTAKSIS FRASA ADJEKTIVA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BAHASA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri di dalam masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring perkembangan zaman kehadiran surat kabar semakin dianggap penting

RELASI TEMPORAL ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT PADA WACANA KUMPULAN CERPEN DARI SITUS SKRIPSI

KONJUNGSI ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT PADA KARANGAN EKSPOSISI SISWA DI SMA NEGERI 1 MOJOLABAN

menggunakan konjungsi pada karangan yang dibuatnya.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Konjungsi yang Berasal dari Kata Berafiks dalam Bahasa Indonesia. Mujid F. Amin Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. diuraikan, diperlukan sejumlah teori yang menjadi kerangka landasan di dalam

PENGGUNAAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA PENYAMPAIAN CERITA PRIBADI ANAK KELAS V DI SD KUNTI ANDONG BOYOLALI

BAB II LANDASAN TEORI. kata seperti kata benda, kata kerja, kata sifat dimasukan dalam suatu jenis kata yang oleh

Oktorita Kissanti Rahayu

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia

Transkripsi:

Seminar Nasional Dies Natalis UNM Ke 57, 9 Juli 2018 ANALISIS HUBUNGAN ANTARKLAUSA DARI SEGI PERILAKU HUBUNGAN SEMANTIS PADA TEKS AKADEMIK Widiastuti Pendidikan Bahasa Indonesia PPs Universitas Negeri Makassar e-mail : widyasti987@yahoo.com Abstrak Tujuan penelitian ini adalah menjelaskan penggunaan hubungan antarklausa dari segi perilaku hubungan semantisnya pada teks akademik. Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif, yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif tentang penggunaan hubungan antarklausa. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan tagmemik oleh Kenneth L.Pike. Data yang digunakan pada penelititan ini adalah tesis Indahwati pada tahun 2015 dengan judul Keefektifan Metode Kuantum dengan Teknik Clustering (pengelompokan) pada Pembelajaran Keterampilan Menulis Puisi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 4 Patampanua Kabupaten Pinrang. Ruang lingkup penelitian yang diambil adalah bagian latar belakang kemudian dianalisis berdasarkan hubungan antarklausa segi hubungan semantis. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan pada Bab 1 Pendahuluan bagian latar belakang terdapat 10 kalimat majemuk bertingkat (Subordinatif) dan 6 kalimat majemuk setara (koordinatif). Pada kalimat tersebut terdapat 21 konjungsi yaitu 3 konjungtor bahwa, 5 konjungtor dan, 1 konjungtor sehingga, 1 konjungtor jika, 1 konjungtor agar, 1 konjungtor atau, 1 konjungtor hingga, 2 konjungtor serta, 1 konjungtor ketika, dan 2 konjungtor karena. Konjungsi dan, atau dan konjungsi serta merupakan konjungsi koordinasi yang menyatakan hubungan semantis antarklausa dalam kalimat majemuk setara. Sedangkan konjungtor jika, maka, ketika, hingga, sehingga, agar, bahwa, dan karena merupakan konjungtor subordinatif yang menyatakan hubungan semantis bertingkat. Hal ini menandakan bahwa dari segi semantisnya, hubungan antarklausa yang menggunakan konjungtor subordinatif merupakan ciri teks akademik. Kata kunci : Antarklausa, Hubungan Semantis, Teks Akademik 1. PENDAHULUAN Bahasa adalah sarana komunikasi penting dalam kehidupan bermasyarakat. Bahasa juga merupakan sebuah alat pengungkapan makna dalam kehidupan manusia sekaligus sebagai sarana interaksi antara sesama umat manusia. Linguistik memiliki satuan bahasa yang mengacu pada kaidah-kaidah pemakaian bahasa, pada bentuk unit gramatikal seperti frasa, klausa, dan kalimat (Djajasudarma 1994:4). Dalam berkomunikasi, penutur menggunakan berbagai bentuk bahasa, antara lain kalimat. Kalimat dapat berupa kalimat tunggal dan majemuk. Kalimat tunggal dipahami sebagai kalimat yang terdiri atas satu klausa, sedangkan kalimat majemuk terdiri atas dua klausa atau lebih. Hubungan antarklausa dalam kalimat majemuk dapat dinyatakan secara koordinatif dan subordinatif. Kebergantungan antarklausa dalam kalimat majemuk ini mendasari pemahaman adanya klausa koordinatif dan klausa subordinatif. Dalam kalimat majemuk hubungan antarklausa dapat dinyatakan secara eksplisit melalui kehadiran konjungsi. Kehadiran konjungsi dalam sebuah kalimat majemuk ini sangat penting. Jenis konjungsi yang hadir dapat menentukan makna kalimat majemuk tersebut. 393

Pendidikan, Budaya, Literasi dan Industri Kreatif: Upaya Membangun Generasi Cerdas Berkepribadian Unggul Dalam sebuah kalimat dapat mengandung satu klausa atau lebih. Kalimat tersebut dapat dianalisis berdasarkan fungsi, peran, kategori pengisi unsurnya baik dari segi sintaksis, maupun dari segi semantisnya. Dalam hal ini menyangkut berbagai hubungan yang terdapat antara satu klausa dengan klausa yang lain di dalam kalimat majemuk setara atau bertingkat. Alwi dkk. (1998: 313) menegaskan bahwa antara kalimat dan klausa dalam banyak hal memiliki kesamaan karena, baik kalimat maupun klausa, keduanyaduanya merupakan konstruksi sintaksis yang mengandung unsur predikasi. Dari segi struktur internalnya, kalimat dan klausa terdiri atas unsur subjek dan predikat dengan atau tanpa objek, pelengkap, atau keterangan. Bentukbentuk itu disebut klausa jika cara pandangnya didasarkan pada struktur internal. Setiap konstruksi sintaksis yang terdiri atas unsur subjek dan predikat, tanpa memerhatikan intonasi atau tanda baca akhir, adalah klausa. Namun, konstruksi tersebut disebut kalimat jika dilihat dari adanya unsur-unsur subjekpredikat lengkap dengan intonasi atau tanda baca akhir. Teks akademik adalah wacana tertulis yang berhubungan dengan akademi yang bersifat ilmiah atau ilmu yang pengetahuan serta bersifat teori yang tanpa disertai oleh arti praktis yang langsung. Teks akademik menurut Sudaryanto (1996) dan Moeliono (2004) memiliki ciri khas, yaitu: sederhana, padat, objektif, dan logis. Pada teks akademik, kesederhanaan struktur kalimat yang digunakan adalah jenis kalimat simpleks dan kompleks yang berhubungan secara hipotaktik (dengan konjungsi seperti apabila, karena, dan ketika). Analisis hubungan antarklausa dibatasi pada bab I, yakni latar belakang kemudian dikaji berdasarkan segi sintaksis, dan semantisnya. Oleh karena itu, penelitian ini akan dipaparkan penganalisisan hubungan antarklausa. Salah satu tesis mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Negeri Makassar pada Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Negeri Makassar pada tahun 2015, Indahwati, dengan judul Keefektifan Metode Kuantum dengan Teknik Clustering (pengelompokan) pada Pembelajaran Keterampilan Menulis Puisi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 4 Patampanua Kabupaten Pinrang. 1.1. Landasan Teori 1.1.1. Hubungan Antarklausa Kridalaksana (2001: 110) menjelaskan bahwa klausa adalah satuan gramatikal berupa kelompok kata yang sekurang-kurangnya terdiri dari subjek dan predikat, dan mempunyai potensi untuk menjadi kalimat. Chaer, (2007) dapat dibedakan menjadi dua yakni; klausa bebas dan klausa terikat. Yang dimaksud klausa bebas adalah klausa yang mempunyai unsur-unsur yang lengkap, sekurang-kurangnya memiliki subjek dan predikat. Konjungsi merupakan salah satu kata yang menghubungkan 2 item (kata, kalimat, frasa, atau klausa) secara bersama-sama. Kata tugas yang berfungsi menghubungkan antarklausa, antarkalimat, dan antarparagraf. Kata penghubung disebut juga sebagai kata sambung atau konjungsi. Sebuah kalimat dapat mengandung satu klausa atau lebih. Pembicaraan ini menyangkut berbagai hubungan yang terdapat antara satu klausa dengan klausa yang lain di dalam kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat. 1.1.2. Hubungan Koordinasi Dan Subordinasi Kalimat majemuk setara maupun bertingkat mempunyai dua klausa atau lebih yang saling berhubungan. Ada dua cara untuk menghubungkan klausa dalam kalimat majemuk, yaitu dengan koordinasi dan subordinasi. 394

Seminar Nasional Dies Natalis UNM Ke 57, 9 Juli 2018 1.1.2.1. Hubungan Koordinasi Koordinasi menggabungkan dua klausa atau lebih yang masing-masing mempunyai kedudukan yang setara dalam struktur konsisten kalimat. Hasilnya adalah satuan yang sama kedudukannya. Hubungan antara klausaklausanya tidak menyangkut satuan yang membentuk hierarki karena klausa yang satu bukanlah konstituen dari klausa yang lain. Secara diagramatik hubungan ini dapat dilihat dalam bagan berikut yang memperlihatkan bahwa kongjungtor tidak termasuk dalam klausa mana pun, tetapi merupakan konstituen tersendiri. 1.1.2.2. Hubungan Subordinasi Subordinasi menggabungkan dua klausa atau lebih sehingga terbukti kalimat majemuk yang salah satu klausanya menjadi bagian dari klausa yang lain. Jadi klausa-klausa dalam kalimat majemuk yang disusun dengan cara subordinasi itu tidak mempunyai kedudukan yang setara. Dengan kata lain, dalam kalimat majemuk yang disusun melalui cara yang subordinatif terdapat klausa yang berfungsi sebagai konstituen klausa yang lain. Hubungan antara klausa-klausa itu bersifat hierarkis. Oleh karena itu, kalimat majemuk yang disusun dengan cara subordinatif itu disebut kalimat majemuk bertingkat. 1.1.2.3. Ciri-ciri Semantis Hubungan Koordinasi Klausa-klausa yang dihubungkan oleh koordinator tidak menyatakan perbedaan tingkat pesan. Ciri semantis dalam hubungan koordinasi ditentukan oleh makna dari macam koordinator yang dipakai dan makna leksikal ataupun gramatikal dari kata dan klausa yang dibentuk. Koordinator dan, misalnya menyatakan gabungan antara satu klausa dengan klausa lainnya. Sebaliknya, koordinator tetapi menyatakan pertentangan. 1.1.2.4. Ciri-ciri Semantis Hubungan Subordinasi Ada dua ciri semantis pada hubungan subordinasi. Pertama, dalam hubungan subordinasi, klausa yang mengikuti subordinator memuat informasi atau pernyataan yang dianggap sekunder oleh pemakai bahasa, sedangkan klausa yang lain memuat pesan utama kalimat tersebut. Kedua, anak kalimat yang dihubungkan oleh subordinator umumnya dapat diganti dengan kata atau frasa tertentu, sesuai dengan makna anak kalimat itu. Jika makna anak kalimat itu menyatakan waktu, kata atau frasa yang mengacu pada waktu dapat dipakai sebagai pengganti. 1.1.3. Hubungan Semantis Antarklausa Dalam Kalimat Majemuk Setara Klausa yang terdapat dalam kalimat majemuk setara dihubungkan oleh koordinator seperti, dan, serta, lalu, kemudian, tetapi, padahal, sedangkan, baik..., maupun..., tidak..., tetapi..., dan bukan melainkan... Dalam bagian ini akan dibicarakan hubungan semantis antarklausa yang mempergunakan koordiantor seperti ini. Jika dilihat dari segi arti koordinatornya, hubungan semantis setara ada tiga macam: (a) hubungan penjumlahan, (b) hubungan perlawanan, dan (c) hubungan pemilihan. Tiap hubungan itu berkaitan erat dengan koordinatornya. 1.1.3.1. Hubungan Penjumlahan Hubungan penjumlahan adalah hubungan yang menyatakan penjumlahan atau gabungan kegiatan, keadaan, peristiwa atau proses. Hubungan ini ditandai oleh koordinator dan, serta, atau baik maupun. Kadangkadang koordinator bersifat manasuka, yakni boleh dipakai dan boleh tidak. Jika kita perhatikan konteksnya, hubngan penjumlahan dapat menyatakan (1) sebab 395

Pendidikan, Budaya, Literasi dan Industri Kreatif: Upaya Membangun Generasi Cerdas Berkepribadian Unggul akibat, (2) urutan waktu, (3) pertentangan, atau (4) perluasan. 1.1.3.2. Hubungan Perlawanan Yang dimaksud dengan hubungan perlawanan ialah hubungan yang menyatakan bahwa apa yang dinyatakan dalam klausa pertama berlawanan, atau tidak sama, dengan apa yang dinyatakan dalam klausa kedua. Hubungan itu ditandai dengan koordinator tetapi, melainkan, dan namun. Hubungan perlawanan itu dapat dibedakan atas hubungan yang menyatakan penguatan, implikasi, dan perluasan. 1.1.3.3. Hubungan Pemilihan Yang dimaksud dengan hubungan pemilihan ialah hubungan yang menyatakan pilihan di antara dua kemungkinan atau lebih yang dinyatakan oleh klausa-klausa yang dihubungkan. Koordinator yang dipakai untuk menyatakan hubungan pemilihan itu ialah atau. Hubungan pemilihan itu sering juga menyatakan pertentangan. 1.1.4. Hubungan Semantis Antarklausa Dalam Kalimat Majemuk Bertingkat Seperti halnya dengan kalimat majemuk setara, hubungan semantic bertingkat juga ditentukan oleh macam koordinator yang dipakai dan makna leksikal dari kata atau frasa dalam klausa masing-masing. Hubungan semnatis antara klausa subordinatif dan klausa utama banyak ditentukan oleh jenis dan fungsi klausa subordinatif. Berikut adalah beberapa macam hubungan semantis yang ada antara klausa subordinatif dan klausa utama. 1.1.4.1. Hubungan Waktu Klausa subordinatif ini menyatakan waktu terjadinya peristiwa atau keadaan yang dinyatakan dalam klausa utama. Hubungan waktu itu dapat dibedakan lagi menjadi (a) waktu batas permulaan, (b) waktu bersamaan, (c) waktu berurutan, dan (d) waktu batas akhir terjadinya peristiwa atau keadaan. 1.1.4.1. Hubungan Syarat Hubungan syarat terdapat dalam kalimat yang klausa subordinatifnya menyatakan syarat terlaksananya apa yang disebut dalam klausa utama. Subordinator yang lazim dipakai adalah jika(lau), kalau, dan asal(kan). Di samping itu, Subordinator kalau, (apa)bila, dan bilamana juga dipakai jika syarat itu bertalian dengan waktu. 1.1.4.2. Hubungan Pengandaian Hubungan pengandaian terdapat dalam kalimat majemuk yang klausa subordinatifnya menyatakan andaian terlaksananya apa yang dinyatakan klausa utama. Subordinator yang lazim dipakai adalah : seandainya, andaikata, andaikan, dan sekiranya. 1.1.4.3. Hubungan Tujuan Hubungan tujuan terdapat dalam kalimat yang klausa subordinatifnya menyatakan suatu tujuan atau harapan dari apa yang disebut dalam klausa utama. Subordinator yang biasa dipakai untuk menyatakan hubungan itu adalah agar, supaya, untuk, dan biar. Subordinator biar terbatas pemakaiannya pada ragam bahasa Indonesia informal. 1.1.4.4. Hubungan Konsesif Hubungan konsesif terdapat dalam kalimat majemuk yang klausa subordinatifnya mengandung pernyataan yang tidak akan mengubah apa yang dinyatakan dalam klausa utama. Subordinator yang biasa dipakai adalah walau(pun), meski(pun), sekalipun, biar(pun), kendati(pun), sungguh(pun), sekalipun, dan biarpun. 1.1.4.5. Hubungan Pembandingan Hubungan pembandingan terdapat dalam kalimat majemuk yang klausa 396

Seminar Nasional Dies Natalis UNM Ke 57, 9 Juli 2018 subordinatifnya menyatakan pembandingan, kemiripan, atau preferensi antara apa yang dinyatakan pada klausa utama dengan yang dinyatakan pada klausa subordinatif itu. Subordinator yang biasa dipakai adalah seperti, bagaikan, laksana, ibarat, sebagaimana, daripada, dan alih-alih. 1.1.4.6. Hubungan Penyebaban Hubungan penyebaban terdapat dalam kalimat yang klausa subordinatifnya menyatakan sebab atau alas an terjadinya apa yang dinyatakan dalam klausa utama. Subordinator yang biasa dipakai adalah sebab, karena, akibat, dan oleh karena. 1.1.4.7. Hubungan Hasil Hubungan hasil terdapat dalam kalimat majemuk yang klausa subordinatifnya menyatakan hasil atau akibat dari apa yang dinyatakan dalam klausa utama. Hubungan ini biasanya dinyatakan dengan memakai Subordinator seperti sehingga, sampai (sampai), dan maka. 1.1.4.8. Hubungan Cara Hubungan cara terdapat dalam kalimat yang klausa subordinatifnya menyatakan cara pelaksanaan dari apa yang dinyatakan oleh klausa utama. Subordinator yang sering dipakai adalah dengan dan tanpa. 1.1.4.9. Hubungan Alat Hubungan alat terdapat pada kalimat yang klausa subordinatifnya menyatakan alat yang dinyatakan oleh klausa utama. Subordinator yang dipakai sama dengan yang dipakai untuk hubungan cara, yakni dengan dan tanpa. 1.1.4.10. Hubungan Komplementasi Dalam hubungan komplementasi, klausa subordinatif melengkapi apa yang dinyatakan oleh verba klausa utama atau oleh nomina subjek, baik dinyatakan maupun tidak. Subordinator yang sering dipakai adalah bahwa. 1.1.4.11. Hubungan Atributif Hubungan atribut ditandai oleh Subordinator yang. Ada dua macam hubungan atributif: (a) restriktif dan (b) takrestriktif. Klausa yang dihasilkan sering pula disebut klausa relatif dengan kedua macam hubungan di atas. a. Hubungan Atributif Restriktif Dalam hubungan seperti ini, klausa relatif mewatasi makna dari nomina yang diterangkannya. Dengan kata lain, bila ada suatu nomina yang mendapat keterangan tambahan yang berupa klausa relatif-reskriftif, maka klausa itu merupakan bagian integral dari nomina yang diterangkannya. Dalam hal penulisannya perlu diperhatikan bahwa benar klausa relatif macam ini tidak dibatasi oleh tanda koma, baik di muka maupun di belakangnya. b. Hubungan Atributif Takrestriktif Berbeda dengan klausa yang takrestriktif hanyalah memberikan sekadar tambahan mendahuluinya. 1.1.4.12. Hubungan Perbandingan Hubungan perbandingan terdapat dalam kalimat majemuk bertingkat yang klausa subordinatif dan klausa utamanya mempunyai unsur yang sama tarafnya sama (ekuatif) atau berbeda (komparatif). Klausa subordinatif perbandingan selalu mengalami pelesapan. Unsur yang dilesapkan adalah unsur yang menyatakan sifat yang terukur yang ada pada klausa utama dan klausa subordinatif. a. Hubungan Ekuatif Hubungan ekuatif muncul bila hal atau unsur pada klausa subordinatif dan klausa utama yang diperbandingkan sama tarafnya. Bentuk yang digunakan untuk menyatakan hubungan ekuatif adalah sama dengan atau bentuk se-. b. Hubungan Komparatif Hubungan komparatif muncul bila hal atau unsur pada klausa subordinatif 397

Pendidikan, Budaya, Literasi dan Industri Kreatif: Upaya Membangun Generasi Cerdas Berkepribadian Unggul dan klausa utama yang diperbandingkan berbeda tarafnya. Bentuk yang digunakan untuk menyatakan hubungan komparatif adalah lebih/kurang dari (pada). 1.1.4.13. Hubungan Optatif Hubungan optatif terdapat dalam kalimat majemuk bertingkat yang klausa utamanya menyatakan harapan agar apa yang dinyatakam dalam klausa subordinatif dapat terjadi. Subordinator yang lazim digunakan dalam kalimat yang mengungkapkan hubungan optatif itu ialah semoga atau moga-moga dan mudah-mudahan. 2. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif, yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif tentang hubungan antarklausa pada tesis mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Negeri Makassar pada tahun 2015, Indahwati, dengan judul Keefektifan Metode Kuantum dengan Teknik Clustering (pengelompokan) pada Pembelajaran Keterampilan Menulis Puisi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 4 Patampanua Kabupaten Pinrang. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan tagmemik oleh Kenneth L.Pike. Menurut Kenneth L.Pike (dalam Suparno, 2008:13) analisis tagmemik tidak ada pemisahan bidang wacana, sintaksis dan moorfologi. Klausa memiliki tempat khusus. Kekhususan yang terdapat dalam klausa mencakup dua hal, yaitu pembahasan subjek, predikat, dan objek berada pada tataran klausa dan klausa adalah pembangun kalimat. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis data, ditemukan adanya hubungan antarklausa koordinatif dan subordinatif pada tesis Indahwati, dengan judul Keefektifan Metode Kuantum dengan Teknik Clustering (pengelompokan) pada Pembelajaran Keterampilan Menulis Puisi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 4 Patampanua Kabupaten Pinrang. 3.1. Hasil Analisis Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan pada Bab 1 Pendahuluan bagian latar belakang terdapat 10 kalimat majemuk bertingkat (Subordinatif) dan 6 kalimat majemuk setara (koordinatif). Pada kalimat tersebut terdapat 21 konjungsi yaitu 3 konjungtor bahwa, 5 konjungtor dan, 1 konjungtor sehingga, 1 konjungtor jika, 1 konjungtor agar, 1 konjungtor atau, 1 konjungtor hingga, 2 konjungtor serta, 1 konjungtor ketika, dan 2 konjungtor karena. Konjungsi dan, atau dan konjungsi serta merupakan konjungsi koordinasi yang menyatakan hubungan semantis setara. Sedangkan konjungtor jika, maka, ketika, hingga, sehingga, agar, bahwa, dan karena merupakan konjungtor subordinatif yang menyatakan hubungan semantis bertingkat. Data 1 (P2 K2) Sastra diajarkan dan dianggap penting S P Pel. karena terdapat relevansi antara sastra Konj. P Pel. dengan masalah-masalah dalam dunia nyata serta mampu menjaga Konj. P harmoni/mengharmonikan sesuatu. 398

Seminar Nasional Dies Natalis UNM Ke 57, 9 Juli 2018 Pel. Hasil analisis pada data 1 dapat dilihat bahwa klausa utama Sastra diajarkan dan dianggap penting digabungkan dengan klausa subordinatif terdapat relevansi antara sastra dengan masalahmasalah dalam dunia nyata dengan menggunakan konjungtor karena kemudian pada klausa yang dihubungkan oleh konjungtor subordinatif membentuk kalimat majemuk dengan menambahkan klausa perluasan mampu menjaga harmoni/mengharmonikan sesuatu dengan menggunakan konjungtor serta. Sementara untuk melihat dari hubungan semantis antarklausa dalam kalimat majemuk bertingkat, subordinator karena termasuk dalam hubungan penyebaban yang klausa subordinatifnya menyatakan sebab atau alasan terjadinya apa yang dinyatakan dalam klausa utama dan terdapat penambahan koordinator serta yang memberikan informasi atau penjelasan tambahan untuk melengkapi pernyataan pada klausa utama menunjukkan hubungan penjumlahan yang menyatakan perluasan. Berikut beberapa sampel data dari analisis yang ditemukan. Data 3 (P2 K2) Dengan kata lain, siswa dilatih untuk peka S P terhadap fenomena atau kejadian- Ket. Konj. S kejadian yang terjadi berkaitan dengan diri P Ket. dan lingkungan sosialnya Berdasarkan hasil analisis pada data 3 dapat dilihat bahwa klausa utama siswa dilatih untuk peka terhadap fenomena digabungkan dengan klausa utama kejadiankejadian yang terjadi berkaitan dengan diri dan lingkungan sosialnya dengan menggunakan konjungtor atau. Pada kalimat tersebut klausa koordinatif mempunyai kedudukan yang setara atau sama. Dengan kata lain, kluasa-klausa itu semuanya merupakan klausa utama. Dilihat dari hubungan semantis antarklausa dalam kalimat majemuk setara, konjungtor atau termasuk dalam hubungan pemilihan yang menyatakan pilihan diantara dua kemungkinan atau lebih yang dinyatakan oleh klausa-klausa yang dihubungkan yang mempunyai hubungan tidak menyatakan pertentangan. Data 5 (P5 K1) Setelah melakukan wawancara dengan Ket. P O Ket. guru dan siswa kelas VIII SMP Negeri 4 Patampanua Kabupaten Pinrang, diketahui P bahwa salah satu faktor yang Konj. S menghambat pelaksanaan pembelajaran menulis puisi adalah alokasi waktu. P Pel. Pada analisis data 5 tersebut dapat dilihat bahwa klausa adverbial Setelah melakukan wawancara dengan guru dan siswa kelas VIII SMP Negeri 4 Patampanua Kabupaten Pinrang, diketahui digabungkan dengan klausa subordinatif salah satu faktor yang menghambat pelaksanaan 399

Pendidikan, Budaya, Literasi dan Industri Kreatif: Upaya Membangun Generasi Cerdas Berkepribadian Unggul pembelajaran menulis puisi adalah alokasi waktu dengan menggunakan konjungtor bahwa. Pada kalimat tersebut klausa subordinatif menduduki posisi predikat (P). Dengan kata lain, klausa subordinatif itu merupakan verba kluasa karena menduduki fungsi yang biasa diduduki oleh verba dan memperluas fungsi sintaksisnya berupa pelengkap. Dilihat dari hubungan semantis bertingkat, subordinator bahwa termasuk dalam hubungan komplementasi karena klausa subordinatif melengkapi makna verba predikat klausa utama diketahui. DAFTAR PUSTAKA Alwi, Hasan. 2010. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Chaer, Abdul. 2014. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta Mahmudah., Nurhusna. 2016. Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi Ekspresi Diri dan Akademik. Makassar: Universitas Negeri Makassar 4. KESIMPULAN Sebuah kalimat dapat mengandung satu klausa atau lebih. Pembicaraan ini menyangkut berbagai hubungan yang terdapat antara satu klausa dengan klausa yang lain di dalam kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat. Hubungan antarklausa yang disebut di atas dapat ditandai dengan kehadiran kongjungtor (kata hubung) pada awal salah satu klausa tersebut. Kalimat majemuk setara maupun bertingkat mempunyai dua klausa atau lebih yang saling berhubungan. Ada dua cara untuk menghubungkan klausa dalam kalimat majemuk, yaitu dengan koordinasi dan subordinasi. Hal ini menandakan bahwa dari segi semantisnya, hubungan antarklausa yang menggunakan konjungtor subordinatif merupakan ciri teks akademik. 400