Tanggung Jawab Dasar Pengemudi



dokumen-dokumen yang mirip
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

UU NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

CRITICAL CARE UNIT. Berfikir kritis bagaimana tanda-tanda shock yang selalu kita hadapi dalam kegawatdaruratan medis di Unit Gawat Darurat

LANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN [LN 1992/49, TLN 3480]

CONTOH SOAL TES TORI SIM C (PART 1)

STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) ANGKUTAN PEMADU MODA TRAYEK BANDARA SULTAN SYARIF KASIM II PEKANBARU BANGKINANG

UNTAET REGULASI NOMOR 2001/8 TENTANG PENDIRIAN REZIM UNTUK MENGATUR LALU LINTAS DI TIMOR LOROSAE

DRIVER MANAGEMENT SYSTEM

Tujuan penggunaan ambulance

2012, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU

TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

BAB III LANDASAN TEORI. 3.1 Modal Dasar Yang Harus Dimiliki Oleh Pengendara. a. Indera : Sesuatu yang membuat pengemudi waspada dalam mengemudi,

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 11 TAHUN 2002 TENTANG PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUKU MONITORING KESEHATAN PENGEMUDI

UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN [LN 2009/96, TLN 5025]

Kata Pengantar. Daftar Isi

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KURIKULUM KURSUS DAN PELATIHAN MENGEMUDI KENDARAAN BERMOTOR UNTUK PEMULA JENJANG II BERBASIS

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Telepon genggam atau yang lebih dikenal dengan handphone (HP) merupakan

PERATURAN DAERAH KOTA BINJAI NOMOR 8 TAHUN 2011 T E N T A N G PENGAWASAN MUATAN ANGKUTAN BARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BINJAI,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. (On-line), (29 Oktober 2016). 2

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1993 TENTANG PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Freeport-McMoRan Kode Perilaku Pemasok. Tanggal efektif - Juni 2014 Tanggal terjemahan - Agustus 2014

MUDIK BERLEBARAN MERUPAKAN FENOMENA TERBESAR MASYARAKAT MUSLIM DIDUNIA DAN ADA DI INDONESIA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian tentang kesadaran hukum siswa dalam berlalu

KODE ETIK GLOBAL PERFORMANCE OPTICS

SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MENGEMUDI KENDARAAN BERMOTOR

PIAGAM PEMBELIAN BERKELANJUTAN

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN

Pasal 48 yang berbunyi :

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

RINGKASAN INFORMASI PRODUK DAN/ATAU LAYANAN FAMILY IN CARE

P E N J E L A S A N ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API

Mengenal Undang Undang Lalu Lintas

BAB I PENDAHULUAN. Dunia oleh WHO (World Health Organization) pada tahun 2004 merupakan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT TAHUN 2012 NOMOR 4

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berkendara yang aman sangat diperlukan di dalam berlalu lintas untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN PERIZINAN PENYELENGGARAAN ANGKUTAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KODE UNIT : O JUDUL UNIT

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Berdasarkan Undang-Undang 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 32 TAHUN 2017

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2010 TENTANG

KEBIJAKAN ALKOHOL DAN OBAT TERLARANG PT BENING TUNGGAL MANDIRI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 82 TAHUN 2001 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 45 TAHUN 2001 TENTANG PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan merupakan hal yang penting dalam

PROSEDUR PENGENDALIAN TRANSPORTASI

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk yang terus bertambah, kebutuhan orang yang

Etika dan integritas. Kepatuhan: Pedoman bagi pihak ketiga

BAB I PENDAHULUAN. Aman dalam berkendara, bukanlah sebuah slogan sebuah instansi

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

No Petugas Kepolisian Negara Republik Indonesia atau Penyidik Pegawai Negeri Sipil di bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan maupun secara berk

PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG,

Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN (Berdasarkan PP 50 Tahun 2012) Nama : Alamat : Jabatan : Lama Bekerja : NO Isi pertanyaan Kel.

Detail denda lalu lintas berserta pasal ( tilang ),

MENGEMUDI PADA JALAN LOGGING

Perpustakaan Unika SKALA DISIPLIN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan ( trip) antara asal ( origin) dan tujuan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

RINGKASAN INFORMASI PRODUK DAN/ATAU LAYANAN ULTIMATE HARVEST ASSURANCE

INFORMASI KEHIDUPAN BERBAGAI BAHASA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara hukum, dalam pelakasanaan pemerintahan dan

BAB I PENDAHULUAN. Sarana transportasi merupakan sarana pelayanan untuk memenuhi

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB IV : Dalam bab ini diuraikan tentang dasar pertanggungjawaban pidana pada kasus. kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan kerugian materil.

WALI KOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 10 TAHUN 2015

BUPATI BANGKA TENGAH

I. PENDAHULUAN. dan mencerminkan kehendak rambu-rambu hukum yang berlaku bagi semua subyek

PEMERINTAH KABUPATEN REJANG LEBONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN REJANG LEBONG NOMOR 17 TAHUN 2007

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. pembelian kendaraan bermotor yang tinggi. motor meningkat setiap tahunnya di berbagai daerah.

Administrative Policy Bahasa Indonesian translation from English original

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keselamatan berasal dari kata dasar selamat. Menurut Kamus Besar

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MALUKU TENGAH TAHUN 2009 NOMOR 53

Nomor... Tahun... TENTANG KESELAMATAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA. (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor 2 Tahun 2001 Seri C PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peran strategis dalam

MENYOROTI MARAKNYA PENGENDARA MOTOR DIBAWAH UMUR Oleh: Imas Sholihah * Naskah diterima: 13 Juni 2016; disetujui: 02 Agustus 2016

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG

PERILAKU PENGENDARA SEPEDA MOTOR DI JALAN LAKSDA ADISUCIPTO, YOGYAKARTA

BAB III PRAKTIK MASYARAKAT KECAMATAN WARU KABUPATEN PAMEKASAN MEMILIKI MODA ANGKUTAN DAN KETAATAN TERHADAP LALU LINTAS

Layanan pengukuran dan survei ke rumah Anda adalah sebuah kewajiban untuk mendapatkan layanan pemasangan.

WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG ANGKUTAN ORANG DENGAN SEPEDA MOTOR

Subdit Pembinaan Lingkungan Kampus (PLK)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANGKAT NOMOR : 6 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI PEMINDAHAN KENDARAAN DI JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Lalu lintas dan angkutan jalan

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANGKAT NOMOR : 5 TAHUN 2007 T E N T A N G PENGENDALIAN KELEBIHAN MUATAN ANGKUTAN BARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

SUBDIT PEMBINAAN LINGKUNGAN KAMPUS (PLK)

Transkripsi:

Tanggung Jawab Dasar Pengemudi Panduan ini menerangkan kondisi utama yang harus dipenuhi oleh pengemudi yang akan mengoperasikan kendaraan PMI (baik pengemudi yang merupakan karyawan PMI atau pun pegawai kontraktor, atau pengemudi PMI yang mengoperasikan kendaraan lainnya untuk kepentingan bisnis dan atas nama PMI) sebelum dan selama pengoperasian kendaraan tersebut. Penting untuk diingat bahwa elemen-elemen di bawah ini hanyalah sebagian hal yang harus dipatuhi oleh pengemudi yang bertanggung jawab, kompeten dan sadar keselamatan, selama mengoperasikan kendaraan dengan aman, dengan cara mengemudi yang defensif. Bagian kepatuhan panduan ini ditujukan agar pengemudi menerapkan setidaknya Tanggung Jawab Dasar pengemudi serta Tata Tertib Lalu Lintas lokal yang mencerminkan berbagai standar yang diatur oleh peraturan dan perundangan lalu lintas lokal. Tim Keselamatan Armada lokal harus mengingat hal ini ketika meninjau Tanggung Jawab Dasar Pengemudi lokal. Jika ada perbedaan antara Tanggung Jawab Dasar Pengemudi PMI dan hukum lokal, maka pengemudi kendaraan PMI akan menerapkan peraturan yang lebih ketat di antara keduanya. 1. Tanggung Jawab Pengemudi Program Keselamatan Armada diperkenalkan dengan tujuan tunggal yaitu mencegah kecelakaan yang dapat mengakibatkan pengemudi, kendaraan, penumpang dan pihak-pihak ketiga terluka atau lebih buruk lagi. Setiap pengemudi harus memastikan kondisi dan standar berikut telah terpenuhi sebelum dan selama mengoperasikan kendaraan PMI. 1.1 Memiliki surat izin mengemudi terbaru dan sah untuk jenis kendaraan yang ditugaskan atau akan dioperasikan Adalah tanggung jawab operator kendaraan PMI terkait untuk memastikan bahwa SIM yang dimiliki adalah yang terbaru dan sesuai untuk jenis kendaraan yang akan dioperasikan. Pengemudi harus mempertanyakan keabsahannya; ia tidak punya kewenangan untuk mengasumsikan bahwa SIM tersebut sah. Jika SIM pengemudi tidak sah, ia tidak boleh mengoperasikan kendaraan tersebut karena SIM yang tidak sah merupakan pelanggaran kepatuhan yang akan membuat pengemudi/kendaraan tidak terasuransikan. 1.2 Kendaraan yang ditetapkan hanya boleh dioperasikan oleh orang yang berwenang Kendaraan sebagai alat kerja PMI dapat ditugaskan kepada satu orang karyawan dan mungkin hanya boleh dioperasikan oleh karyawan tersebut. Silakan lihat prosedur HR dan/atau Administrasi Armada lokal yang menjelaskan alokasi dan penggunaan kendaraan ini. Halaman 1

1.3 Dengan mendaftar untuk/atau mengumpulkan kunci kendaraan PMI, pengemudi telah menyatakan bahwa ia sepenuhnya kompeten dan sesuai untuk mengoperasikan kendaraan tersebut Jika pengemudi tidak kompeten dalam arti tidak memiliki pengetahuan dan/atau kemampuan dan/atau yakin bahwa ia tidak memiliki kesesuaian mental dan/atau fisik untuk mengoperasikan kendaraan dengan aman (untuk dirinya sendiri dan pengguna jalan raya lainnya termasuk pejalan kaki), maka pengemudi bertanggung jawab untuk memberitahukannya kepada supervisor/manajer langsungnya atau kepada HR Business Partner atau administrator armada, sehingga pengemudi tidak mengoperasikan kendaraan dalam keadaan tidak sanggup dan apabila memungkinkan, bisa diatur antara HR, tim Keselamatan Armada dan supervisor karyawan tersebut untuk mengatasi hal tersebut termasuk mengadakan pelatihan sedini mungkin. 1.4 Mematuhi dan mengikuti semua peraturan dan perundangan lalu lintas terkait pengoperasian jenis kendaraan tersebut di tingkat lokal dalam setiap kesempatan Pengemudi kendaraan PMI harus patuh terhadap semua peraturan dan perundangan lalu lintas lokal. Pengemudi juga harus memenuhi elemen-elemen yang terdapat dalam Tanggung Jawab Dasar Pengemudi yang merupakan bagian dari Program Keselamatan Armada. Jika ada perbedaan antara elemen pada standar PMI dan standar lokal, maka yang lebih ketat di antara keduanya yang harus diterapkan selama pengoperasian kendaaan. Pengemudi tidak boleh melebihi batas kecepatan yang ditentukan dan harus mengurangi kecepatan kendaraan apabila kondisi jalan dan cuaca mengharuskannya. Ini bisa berarti kendaraan harus dikemudikan pada kecepatan jauh di bawah batas yang diizinkan. 1.5 Menginformasikan line manager, Fleet Supervisor/Administrator dan HR Business Partner apabila SIM-nya tidak berlaku atau disita Jika SIM pengemudi PMI disita dan orang tersebut tidak diperbolehkan/dilarang atau dihalangi untuk mengoperasikan jenis kendaraan tersebut oleh polisi lalu lintas, pengadilan lokal atau luar negeri, atau oleh kewenanngan apa pun, maka adalah tanggung jawab pengemudi tersebut untuk menyampaikan informasi ini kepada line supervisornya, Fleet Supervisor/administrator dan HR Business Partner, jika pengemudi adalah karyawan PMI langsung atau kontrak. Jika orang tersebut adalah karyawan kontraktor yang mengemudikan kendaraan PMI, maka kontraktor karyawan tersebut harus menginformasikan supervisor di perusahaan karyawan (kontraktor), PMI Fleet Department dan melarang untuk mengoperasikan kendaraan PMI tersebut. Jika karyawan kontraktor ini mengoperasikan kendaraan kontraktor untuk bisnis PMI, maka supervisor di perusahaan kontraktor dan PMI Supply Chain procurement harus diinformasikan segera dan karyawan kontraktor tersebut tidak boleh mengoperasikan kendaraan sejenis untuk menjalankan bisnis terkait PMI. Halaman 2

1.6 Operator dalam keadaan sehat dan tidak ada alasan kesehatan tiba-tiba yang menyebabkan kendaraan perusahaan tidak dapat dioperasikan olehnya Sangatlah penting bagi operator kendaraan PMI untuk memiliki kesehatan yang baik dan sesuai; tidak memiliki gangguan penglihatan, pendengaran, refleks atau kondisi lain yang dikategorikan sebagai tidak sesuai untuk mengoperasikan kendaraan tersebut berdasarkan peraturan lalu lintas lokal dan peraturan terkait kesehatan. Jika pengemudi tidak yakin dengan pemenuhan kondisi tersebut, ia harus segera menghubungi line supervisor, HR atau fleet department dan memberitahu kekhawatirannya, dan meminta pemeriksaan medis untuk mengatasi kekhawatiran tersebut. Hasil pemeriksaan medis tersebut bersifat rahasia dan akan digunakan untuk melindungi pengemudi dan pengguna jalan lainnya, termasuk pejalan kaki dan perusahaan kita. 1.7 Mengetahui bahwa kendaraan perusahaan tidak boleh dikendarai atau dioperasikan jika/ketika ada kemungkinan pengemudi sedang berada di bawah pengaruh zat tertentu, alkohol atau obat-obatan Pengemudi dilarang mengoperasikan kendaraan milik PMI atau kendaraan apa pun untuk kepentingan bisnis PMI (kapan pun) jika mereka di bawah pengaruh alkohol dan/atau zatzat lainnya. Pelanggaran terhadap standar ini bisa berakibat pada tindakan disipliner yang bisa merupakan, tapi tak terbatas pada, pemberhentian sebagai pengemudi/operator dari perusahaan. Setiap orang yang akan mengoperasikan kendaraan milik PMI atau kendaraan carter atau sewaan harus memastikan ia TIDAK sedang dalam pengaruh alkohol atau zat lain yang dapat menggangu kemampuan pengemudi untuk mengoperasikan kendaraan dengan aman. Jika orang yang akan mengoperasikan kendaraan merasa ragu apakah ia sedang di dalam pengaruh atau tidak, maka ia seharusnya tidak mencoba mengoperasikannya; ia harus menghubungi supervisor langsungnya dan meminta saran. Penting untuk dicatat bahwa beberapa obat resep atau bahkan nonresep (over the counter/dijual bebas) dapat mengganggu kemampuan pengemudi untuk mengoperasikan kendaraan. Jika seseorang akan mengoperasikan kendaraan dan merasakan obat-obatan yang sedang ia konsumsi menimbulkan efek serupa, ia harus segera menghubungi supervisornya. 1.8 Menjadi contoh dalam hal penggunaan sabuk keselamatan dan memastikan semua penumpang di dalam kendaraan tersebut melakukan hal yang sama sebelum kendaraan meninggalkan halaman parkir Pengemudi kendaraan PMI bertanggung jawab terhadap keselamatan dirinya sendiri juga keselamatan orang lain. Oleh karena itu, sangat penting bagi pengemudi kendaraan PMI atau operator kendaraan yang melakukan bisnis PMI untuk mengenakan sabuk keselamatan dan memastikan semua penumpang di depan dan bagian belakang telah mengenakan sabuk keselamatan mereka sebelum kendaraan beroperasi. Beroperasi di sini berarti kendaraan mulai bergerak dari posisi parkir. 1.9 Setiap pengemudi memiliki tanggung jawab atas keselamatan dan keamanan dirinya sendiri dan para penumpang Halaman 3

Setiap orang yang mengoperasikan kendaraan PMI bertanggung jawab atas keselamatan dan keamanan semua penumpang di dalam kendaraan tersebut. Pengemudi harus menyadari bahwa demi keselamatan dan keamanan, pengemudi tidak diperbolehkan mengangkut penumpang di jalan. 1.10 Mengetahui, memahami dan menerapkan elemen Program Keselamatan Armada PMI, khususnya elemen Tanggung Jawab Dasar Pengemudi yang menyorot peran dan tanggung jawab minimum pengemudi Setiap operator kendaraan harus menyadari bahwa Keselamatan Armada adalah sebuah nilai yang ditentukan berdasarkan budaya keselamatan perusahaan secara keseluruhan. Hal ini mengharuskan tim keselamatan armada lokal untuk menciptakan kesadaran pada semua operator kendaraan di organisasi tentang 10 elemen kunci yang terdapat dalam Program Keselamatan Armada. Setiap orang yang akan mengoperasikan kendaraan PMI harus mengetahui, memahami dan menerapkan tanggung jawab yang terdapat dalam Tanggung Jawab Dasar Pengemudi. Setiap pengemudi harus mengetahui tujuan kinerja keselamatan armada tahun ini, apabila belum diatur dan disorot dalam tujuan MAP. 1.11 Aktif berpartisipasi dalam pelatihan wajib, komentar berkendara dan inisiatif keselamatan khusus Setiap pengemudi kendaraan PMI sepenuhnya menyadari tanggung jawab pengembangan keselamatan armadanya. Oleh karena itu, setiap pengemudi harus menyelesaikan pelatihan terkait keselamatan dengan menanyakan kepada line supervisor tentang kursus atau modul yang belum ia hadiri/selesaikan sebelumnya. Setiap pengemudi harus meminta supervisor langsungnya untuk memberikan komentar berkendara yang sebaiknya dilakukan paling tidak dua kali dalam setahun sehingga kinerja keselamatan pengemudi bisa dinilai dan diberikan umpan balik. Sama halnya, setiap pengemudi juga perlu berpartisipasi dalam komentar berkendara setelah kecelakaan serius dan juga saat mereka diidentifikasi sebagai pengemudi berisiko setelah pembaruan klasifikasi risiko berkendara mereka. 1.12 Memeriksa kondisi kendaraan secara harian/mingguan/bulanan untuk memastikan kendaraan berada dalam kondisi yang aman untuk dioperasikan Keselamatan kendaraan sangat bergantung pada frekuensi dan kualitas pemeriksaan yang dilakukan. Setiap pengemudi harus memeriksa secara rutin hal-hal penting yang menjamin keselamatan dan keamanan kendaraan dengan memeriksa daftar centang yang tersedia. Pemeriksaan ini tidak harus dilakukan oleh seorang mekanik; pemeriksaan ini ditujukan agar pengemudi waspada akan kondisi ban dan melihat apakah terjadi penurunan tekanan drastis pada ban yang mungkin berpengaruh terhadap pengereman dan kapasitas penghentian kendaraan. Fungsi lampu dan indikator depan dan belakang juga harus diperiksa secara rutin karena memiliki pengaruh penting dalam keselamatan operasi kendaraan dan pemeriksaan harus dilakukan sebelum kendaraan dioperasikan. Halaman 4

Jika pengemudi menemukan sesuatu yang tidak berfungsi atau mungkin memberikan dampak pada keselamatan kendaraan, supervisor langsung dan Fleet department harus diinformasikan, sebagaimana alur kerja yang ada. 1.13 Melaporkan luka, kematian, kecelakaan, insiden atau kerusakan lain dan pelanggaran lalu lintas kepada first line supervisor dan fleet administrator Sangat penting bagi siapa pun yang mengendarai kendaraan PMI yang terlibat dalam kecelakaan serius yang mungkin menyebabkan luka atau kematian untuk menginformasikan line supervisor dan orang lain yang disebutkan dalam alur pelaporan kecelakaan lokal dan SSMS dengan segera. Kerusakan material dan pelanggaran lalu lintas lainnya harus didokumentasikan dengan sesuai dan dilaporkan sesegera mungkin kepada line supervisor dan fleet department. 1.14 Mematuhi larangan penggunaan telepon selular saat mengoperasikan kendaraan kecuali panggilan dilakukan dengan perangkat bebas genggam Penggunaan telepon selular dilarang saat sedang mengoperasikan kendaraan. Pengecualian untuk larangan ini berlaku apabila menerima panggilan masuk menggunakan perangkat bebas genggam. Meskipun panggilan diterima dengan perangkat bebas genggam, panggilan tersebut harus dibuat sesingkat mungkin. Cara yang diperbolehkan dan paling aman untuk menggunakan telepon selular adalah apabila kendaraan sudah diparkir di posisi aman dan kendaraan tidak beroperasi. 1.15 Mematuhi larangan mengirim pesan saat mengoperasikan kendaraan Semua pengemudi harus menyadari bahwa penggunaan perangkat perpesanan dan email dilarang selama mengoperasikan kendaraan, kecuali nyawa pengemudi sedang terancam bahaya dan pesan tersebut ditujukan untuk memberitahu perusahaan, aparat keamanan atau kelompok monitoring GPS kendaraan. Pengemudi kendaraan PMI yang oleh supervisor terlihat atau dilaporkan mengirim pesan selagi mengemudikan kendaraan dapat dikenakan tindakan disipliner sesuai dengan prosedur lokal. Prosedur untuk itu bisa diperkenalkan berdasarkan rekomendasi dari tim keselamatan armada atas persetujuan HR dan kepala fungsi terkait. 1.16 Tidak melakukan aktivitas yang mungkin dapat mengalihkan konsentrasi selama kendaraan bergerak Berkonsentrasilah pada lalu lintas, pantau kemungkinan bahaya di depan dan sekitar (yang mendekat dari kedua sisi atau belakang) kendaraan, baik berupa kendaraan lain atau pejalan kaki, dan bersiap untuk menghindar dari kemungkinan bahaya tersebut. Karena pengemudi akan mempersiapkan rencana rute, aktivitas seperti membaca peta atau mengatur GPS tidak termasuk yang dilarang. Tentunya, makan dan/atau minum, mencoba mengoperasikan perangkat genggam seperti komputer genggam atau perangkat genggam lainnya selagi mengoperasikan kendaraan adalah beberapa aktivitas dan perilaku yang dilarang. Kendaraan disebut sebagai sedang beroperasi jika tidak sedang diparkir di tempat yang ditentukan dan/atau mesinnya menyala. 1.17 Mempraktikkan apa yang telah diajarkan melalui program keselamatan armada: terapkan prinsip berkendara defensif setiap waktu Halaman 5

Pengemudi menerapkan pelajaran yang diterima dari pelatihan Berkendara Defensif, umpan balik dari komentar berkendara dan informasi teknis lain yang telah diterima untuk meningkatkan kinerja berkendara yang aman dan defensif. 1.18 Menerapkan teknik berkendara ramah lingkungan yang direkomendasikan untuk mengurangi konsumsi bahan bakar dan emisi pembuangan kendaraan Menerapkan teknik yang diajarkan melalui modul e-pembelajaran berkendara ramah lingkungan atau kursus Berkendara Defensif yang melibatkan elemen kunci seperti menjaga tekanan ban yang tepat, tidak pernah meninggalkan mesin menyala tanpa digunakan, berkendara dengan gigi paling tinggi tanpa menunda mesin, memacu kecepatan dalam batas yang ditentukan, tidak menggunakan pendingin udara kecuali keadaan sangat panas, dll. 1.19 Memberikan umpan balik dan rekomendasi untuk mendukung Program Keselamatan Armada Keberhasilan Program Keselamatan Armada bergantung pada keterlibatan dan keikutsertaan semua karyawan, khususnya mereka yang mengoperasikan kendaraan perusahaan. Program tersebut hanya bisa berkembang dengan keterlibatan semua pengemudi dan umpan balikdan rekomendasi dari apa yang mereka alami selama menoperasikan kendaraan mereka. 1.20 Kendaraan harus digunakan hanya untuk tujuan yang sesuai dengan peruntukan, desain dan spesifikasinya PMI memilih kendaraan sesuai dengan peruntukannya dengan mempertimbangkan merek, model dan ukuran mesin. Oleh karenanya, demi menjaga keselamatan, keamanan dan kelayakan jalan kendaraan, sangat penting untuk menggunakannya sesuai dengan tujuan awal kendaraan tersebut dibeli. 1.21 Parkir kendaraan dengan benar di tempat yang aman dan ambil semua langkah keamanan dan keselamatan yang diperlukan untuk melindungi diri sendiri dan juga aset PMI. Sangat penting bagi semua operator untuk memarkir kendaraan di tempat yang aman dengan cara yang aman sehingga kendaraan tidak membahayakan keselamatan orang lain, pejalan kaki, pengendara sepeda, dan operator kendaraan lainnya. Ini berarti kendaraan yang diparkir tidak boleh menghalangi jalan keluar properti lainnya, lahan parkir, alat atau hidran pemadam kebakaran. Kendaraan yang diparkir juga tidak boleh menghalangi jalur kendaraan lainnya. 1.22 Setiap pengemudi bertanggung jawab atas keselamatan dan keamanan semua properti (milik pribadi dan bisnis) yang ada di dalam kendaraan perusahaan Setiap pengemudi kendaraan harus memastikan bahwa saat kendaraan diparkir dengan benar dan ditinggal, barang-barang di dalam kendaraan tidak menarik potensi kriminal dan tidak terlihat dari luar. Barang-barang berharga seperti koper, kaca mata hitam, laptop, produk PM, dll serta dokumen dan barang-barang lain yang mengandung informasi sensitif dan rahasia harus dibawa atau dikunci dalam bagasi kendaraan. Halaman 6

Halaman 7