Kata kunci: senam lansia, brain gym, kognitif. iii



dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari

PENGARUH TERAPI BRAIN GYM TERHADAP PENINGKATAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANJUT USIA DI POSYANDU LANJUT USIA DESA PUCANGAN KARTASURA NASKAH PUBLIKASI

I. PENDAHULUAN. sesuai kemampuannya (Darmajo, 2009).

PENGARUH SENAM OTAK TERHADAP KESEIMBANGAN DINAMIS PADA ANAK USIA 7-8 TAHUN DI SD NEGERI PABELAN 03 MENDUNGAN KARTASURA SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan untuk dapatbertahan hidup. (Nugroho,2008). struktur dan jumlah penduduk lanjut usia setelah RRC, India, dan Amerika

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkat hingga dua kali lipat pada tahun 2025 (Depkes, 2013). Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya (Padila, 2013). Pada tahun 2012, UHH penduduk dunia rata rata

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional dapat dilihat dari

I. PENDAHULUAN. hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain. Indonesia menurut survey Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2006

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) pada tahun 2010, dengan masalah kesehatan). Menurut Sumiati Ahmad Mohammad, masa

PENGARUH SENAM OTAK (BRAIN GYM) TERHADAP TINGKAT DEMENSIA PADA LANSIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di seluruh dunia saat ini terjadi transisi demografi dimana proporsi

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki, mengganti, dan

BAB I PENDAHULUAN. Jepang 129%, Jerman 66%, dan Swedia 33% (Depkes,2003). Indonesia termasuk salah satu negara Asia yang pertumbuhan penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa dihindari. Lanjut usia (lansia) menurut Undang-Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan disegala bidang selama ini sudah dilaksanakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya. Indonesia sebagai salah satu negara dengan tingkat perkembangan yang

KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH PELATIHAN TERHADAP PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG SENAM OTAK PADA TUNAGRAHITA RINGAN. Di SDLB C Pertiwi Ponorogo

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta * ABSTRAK

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: FENI TRI ANDANI

Arini*), Faridah Aini **), Heni Hirawati P ***)

BAB 1 PENDAHULUAN. (expressive) sehingga memudahkan proses mempelajari hal-hal baru, dan dapat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut penelitian Pratiwi (2010) menopause adalah. keluhan yang mungkin terjadi di masa menopause disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. usia lanjut di Indonesia diperkirakan antara tahun sebesar 414 %

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Sampel Penelitian. usia minimal 60 tahun yang telah memenuhi kriteria inklusi dan

NASKAH PUBLIKASI PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP AKTIVITAS SEHARI-HARI PADA LANSIA DI GRAHA WERDHA MARIE JOSEPH PONTIANAK

BAB 1 PENDAHULUAN. berkala, enyahkan asap rokok, rajin senam osteoporosis, diet sehat dan seimbang,

PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP PENINGKATAN KEBUGARAN FISIK PADA KELOMPOK LANSIA PEREMPUAN DI DESA DAUH PURI KAUH DENPASAR BARAT

PENGARUH SENAM HIPERTENSI LANSIA TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH LANSIA DENGAN HIPERTENSI DI PANTI WREDA DARMA BHAKTI KELURAHAN PAJANG SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. untuk diamati karena dari tahun ke tahun jumlahnya cenderung meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kondisi alam dan masyarakat yang sangat kompleks, menyebabkan

PENGARUH LATIHAN SENAM YOGA TERHADAP KUALITAS TIDUR PADA LANJUT USIA (LANSIA)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA 2016

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia terus mengalami pertumbuhan dan perkembangan sejak bayi,

PENGARUH SENAM OTAK TERHADAP DAYA INGAT PADA LANSIA DENGAN DIMENSIA DI DESA SIDOSARI KECAMATAN KESESI KABUPATEN PEKALONGAN

ABSTRAK PENGARUH AKTIVITAS FISIK SEDANG TERHADAP PENINGKATAN MEMORI JANGKA PENDEK

PENGARUH BRAIN GYM TERHADAP PENURUNAN TINGKAT STRES PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D IV FISIOTERAPI TINGKAT AKHIR

PENGARUH BRAIN GYM TERHADAP TINGKAT KOGNITIF LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA WARGA TAMA INDRALAYA TAHUN 2013

PENGARUH LOMPAT TALI (ROPE JUMP) TERHADAP KESEIMBANGAN DINAMIS PADA ANAK DI SDN LOSARI 153 SURAKARTA

SENAM LANSIA MENINGKATKAN KAPASITAS INSPIRASI PARU DI PANTI SOSIAL WERDHA A YOGYAKARTA

PENGARUH SENAM OTAK DENGAN FUNGSI KOGNITIF LANSIA DEMENSIA DI PANTI WREDHA DARMA BAKTI KASIH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. angka tersebut 54 tahun untuk wanita dan laki-laki 50,9 tahun. Pada tahun 1985

PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP KEBUGARAN LANJUT USIA DI POSYANDU LANJUT USIA TEGALSARI DAN POSYANDU LANJUT USIA LODALANG SISWODIPURAN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. dapat memngganggu aktivitas dalam kehidupan sehari-hari (Stanley and

PENGARUH SENAM OTAK TERHADAP KOORDINASI ANTARA MATA DAN TANGAN ANAK-ANAK TK AL-FIRDAUS MAJALENGKA

ABSTRAK PENGARUH PELAKSANAAN SENAM LANSIA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI PUSKESMAS KALUKU BODOA MAKASSAR TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. proses alami yang sudah ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa (Nugroho,

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PROSEDUR SENAM LANSIA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Lanjut usia (lansia) adalah perkembangan terakhir dari siklus kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis maupun psikologis. Segala yang dibutuhkan manusia untuk

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN AQUATIC DAN LAND PLYOMETRIC SQUAT JUMP TERHADAP TINGGI LONCATAN PEMAIN PEMULA BOLA VOLI

BAB.I PENDAHULUAN. biologis, fisiologis, psikososial, dan aspek rohani dari penuaan. Penuaan

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Randy Suwandi Yusuf, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai istilah bergesernya umur sebuah populasi menuju usia tua. (1)

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi komunikasi dan trasportasi dirasa memperpendek jarak dan

PERBEDAAN NORMALITAS TEKANAN DARAH PADA WANITA MIDDLE AGE YANG MENGIKUTI SENAM DAN TIDAK SENAM DI KELURAHAN BANDUNGREJOSARI MALANG ABSTRAK

SENAM TAI CHI TERHADAP FLEKSIBILITAS PUNGGUNG LANSIA

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN LANSIA MENGENAI SENAM LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI PERTIWI KOTA BANDUNG

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang digunakan yaitu tahun. Penelitian ini menggunakan. tiap panti tersebut mengalami hipertensi.

BAB I PENDAHULUAN. membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005). Sectio caesarea

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, dan tingkat pendapatan semakin meningkat. Salah satu penanda

PENGARUH LATIHAN PERNAPASAN DIAFRAGMA TERHADAP ARUS PUNCAK EKSPIRASI PADA ANAK YANG MEMPUNYAI HOBI RENANG USIA 9-15 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator keberhasilan pembangunan kesehatan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. lansia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu. Jumlah penduduk pada

BAB I PENDAHULUAN. lansia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu (Dinkes, 2011).

PENGARUH PEMBERIAN LATIHAN AEROBIC INTENSITAS RINGAN DAN SEDANG TERHADAP PENURUNAN KADAR KOLESTEROL DALAM DARAH DI AEROBIC AND FITNESS CENTER FORTUNA

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental. Dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Balai Kesehatan dan Olahraga untuk Lanjut Usia Di Solo. a. Balai. b. Kesehatan. c. Olahraga. d. Lanjut.

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit yang berkaitan dengan faktor penuaanpun meningkat, seiring

PENGARUH PELATIHAN INTERVAL TERHADAP DAYA TAHAN KARDIOVASKULAR DAN KECEPATAN

PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP KUALITAS TIDUR PADA LANSIA YANG INSOMNIA Famelia Yurintika 1, Febriana Sabrian 2, Yulia Irvani Dewi 3

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis (Maramis, 2009). Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan

PENGARUH SENAM OTAK (BRAIN GYM) TERHADAP FUNGSI KOGNITIF LANSIA DENGAN DIMENSIA DI UNIT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA WENING WARDOYO UNGARAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah meningkatnya usia harapan hidup (UHH) manusia. Indonesia. Hampir setiap tahunnya negara Indonesia selalu menempati

BAB I PENDAHULUAN. dapat terlepas dari aktivitas dan pekerjaan dalam kehidupan sehari-hari. Tuntutan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

ABSTRAK PERBANDINGAN EFEK KONSUMSI AKUADES DAN MINUMAN ISOTONIK TERHADAP FREKUENSI DENYUT NADI PADA PRIA DEWASA SETELAH TES LARI 12 MENIT

PENGARUH BABY SPA (SOLUS PER AQUA) TERHADAP PERTUMBUHAN BAYI USIA 3-4 BULAN NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH LATIHAN STATIC STRETCHING DAN LATIHAN RECIPROCAL INHIBITION UNTUK PENINGKATAN FLEKSIBILITAS OTOT HAMSTRING PADA PEMAIN FUTSAL

BAB I PENDAHULUAN. System) pada vertebrata dan banyak invertebrata lainnya.otak mengatur dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERBEDAAN LINGKUP GERAK SENDI FUNGSIONAL TRUNK PADA LANSIA DI POSYANDU ASOKA DAN POSYANDU JAGA RAGA VII

BAB I PENDAHULUAN. fisilogis organ tubuhnya (Wahyunita, 2010). Banyak kelainan atau penyakit

HUBUNGAN LAMANYA MENGIKUTI SENAM PERNAFASAN SINAR PUTIH DENGAN KESEIMBANGAN STATIK

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

PENGARUH SENAM OTAK TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF MAHASISWA PADA POKOK BAHASAN KONSEP GENDER MATA KULIAH KESEHATAN REPRODUKSI DAN KB

PENGARUH TERAPI BRAIN GYM TERHADAP PENINGKATAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANJUT USIA DI POSYANDU LANJUT USIA DESA PUCANGAN KARTASURA SKRIPSI

PELAKSANAAN SENAM JANTUNG SEHAT UNTUK MENURUNKAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI PANTI SOSIAL TRESNA WHERDA KASIH SAYANG IBU BATUSANGKAR

BAB I PENDAHULUAN. 11,34% atau tercatat 28,8 juta orang, yang menyebakan jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. pencapain pembangunan di Indonesia. Peningkatan UHH ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. fungsi organ tubuh tetapi lansia tetap dapat menjalani hidup sehat. Salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. normalnya secara perlahan (Darmojo, 2009). Dalam proses tersebut akan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang yang memiliki angka harapan hidup penduduk semakin

BAB I PENDAHULUAN. wajar akan dialami semua orang. Menua adalah suatu proses menghilangnya

BAB I PENDAHULUAN. psikologik, dan sosial-ekonomi, serta spiritual (Nugroho, 2000).

Transkripsi:

PENGARUH SENAM LANSIA DENGAN BRAIN GYM TERHADAP PENINGKATAN KOGNITIF PADA LANSIA NASKAH BUBLIKASI DISUSUN UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN DALAM MENDAPAT GELAR SARJANA FISIOTERAPI Disusun Oleh : EKO SETYAWAN NIM. J120141063 PROGRAM STUDI FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015 1

ii

PENGARUH SENAM LANSIA DENGAN BRAIN GYM TERHADAP PENINGKATAN KOGNITIF PADA LANSIA EKO SETYAWAN Program Studi S1 Fisioterapi, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta Jln. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan, Kartasura, Surakarta Email: ekos4419@gmail.com Senam lansia disamping memiliki dampak positif terhadap peningkatan fungsi organ tubuh juga berpengaruh dalam meningkatkan imunitas dalam tubuh manusia setelah latihan teratur. Tingkat kebugaran dievaluasi dengan mengawasi kecepatan denyut jantung waktu istirahat, yaitu kecepatan denyut nadi sewaktu istirahat. Jadi supaya menjadi lebih bugar, kecepatan denyut jantung sewaktu istirahat harus menurun. Peningkatan daya kognitif dapat dilakukan dilakukan dengan Brain Gym. Brain Gym merupakan serangkaian latihan yang berbasis gerakan tubuh sederhana. Brain Gym merupakan latihan yang terangkai dari gerakan tubuh yang dinamis yang memungkinkan didapatkan keseimbangan aktivitas kedua belahan otak secara bersamaan. Metode yang digunakan dalam melakukan Brain Gym adalah Edu-K (Educational kinosiology) atau pelatihan gerakan yakni melakukan gerakan yang bisa merangsang seluruh bagian otak untuk bekerja. Metode ini mengaktifkan dua belah otak dan memadukan fungsi semua bagian otak untuk meningkatkan kemampuan kognitif. Hasil penelitian ini diperoleh 1) nilai probabilitas dibawah 0,05 (0,000 < 0,05) maka pelaksanaan senam lansia memiliki efek yang nyata dalam peningkatan fungsi kognitif sebelum (pre) dan sesudah (post) dilaksanakan senam lansia, hasil ini mampu membuktikan hipotesis ke-1 pada penelitian ini, 2) nilai probabilitas dibawah 0,05 (0,032 < 0,05) maka pelaksanaan brain gym memiliki efek yang nyata dalam peningkatan fungsi kognitif sebelum (pre) dan sesudah (post) dilaksanakan brain gym, hasil ini mampu membuktikan hipotesis ke-2 pada penelitian ini, dan 3) Nilai probabilitas diatas 0,05 (0,108 > 0,05) memberikan hasil Ho diterima, sehingga peningkatan fungsi kognitif pada kelompok senam lansia memiliki kesamaan dengan kelompok brain gym. Hasil penelitian ini membuktikan hipotesis ke-3 pada penelitian ini. Kata kunci: senam lansia, brain gym, kognitif. iii

FFECT OF THE BRAIN GYM GYMNASTICS ELDERLY COGNITIVE ON THE IMPROVEMENT OF ELDERLY EKO SETYAWAN S1 Physiotherapy Courses, Faculty Of Health Sciences Muhammadiyah Surakarta University Jln. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan, Kartasura, Surakarta Email: ekos4419@gmail.com Gymnastics elderly in addition to having a positive impact on the improvement of organ function was also influential in enhancing immunity in the human body after the regular exercise. Fitness level was evaluated by monitoring the heart rate breaks, ie pulse rate at rest. So in order to become fitter, heart rate at rest should be decreased. Improved cognitive power can be done be done with Brain Gym. Brain Gym is a series of exercises based on simple body movements. Brain Gym is an exercise that is strung from a dynamic body movements obtained the balance of the activities that allow both hemispheres simultaneously. The method used in doing Brain Gym is the Edu-K (Educational kinosiology) or training movements that perform movements that can stimulate the whole brain to work. These methods enable the two sides of the brain and combines all the functions of the brain to improve cognitive abilities. Results of this study showed 1) the probability value below 0.05 (0.000 < 0.05), the implementation of the elderly exercisers had a noticeable effect in improving cognitive function before (pre) and after (post) carried gymnastics elderly, this result was able to prove the hypothesis to-1 in this study, 2) the probability value below 0.05 (0.032 < 0.05), the implementation of the brain Gym has a noticeable effect in improving cognitive function before (pre) and after (post) carried brain Gym, this result is able to prove 2nd hypothesis in this study, and 3) the probability value above 0.05 (0.108 > 0.05) Ho acceptable results, thus increasing cognitive function in the elderly gymnastics group has similarities with the Brain Gym group. The research results prove the hypothesis to-3 in this study. Keywords: gymnastics elderly, Brain Gym, cognitive. iv

PENDAHULUAN Penduduk Lanjut usia dua tahun terakhir menglami peningkatan yang signifikan pada tahun 2007, jumlah penduduk lanjut usia sebesar 18,96 juta jiwa dan meningkat menjadi 20.547.541 pada tahun 2009. Jumlah ini termasuk terbesar keempat setelah China, India dan Jepang (Bureau, 2009). Proses penuaan penduduk tentunya berdampak pada berbagai aspek kehidupan, baik sosial, ekonomi, dan terutama kesehatan. Fungsi organ tubuh akan semakin menurun baik karena faktor alamiah maupun karena penyakit karena dengan semakin bertambahnya usia (Bureau, 2009). Usia makin bertambah, maka otak juga mulai menua. Proses menua adalah proses alamiah yang akan dialami semua makhluk hidup. Fenomena menua juga terjadi pada sel-sel otak. Pada usia 70 tahun, bagian otak yang rusak bisa mencapai 5-10 % pertahun, hal ini berakibat pada proses berfikir yang menjadi lamban, sulit berkonsentrasi dan kemampuan daya ingat menurun (Widianti, et al, 2010). Seiring dengan kemampuan menurunnya fungsi tubuh, senam lansia akan membantu tubuh tetap bugar dan segar karena melatih tulang tetap kuat, mendorong jantung bekerja optimal, dan membantu menghilangkan radikal bebas yang berkeliaran di dalam tubuh. Hal ini sesuai dengan konsep senam lansia adalah olahraga ringan yang mudah dilakukan dan tidak memberatkan, yang dapat diterapkan pada lansia (Widianti, et al, 2010). Senam lansia disamping memiliki dampak positif terhadap peningkatan fungsi organ tubuh juga berpengaruh dalam meningkatkan imunitas dalam tubuh manusia setelah latihan teratur. Tingkat kebugaran dievaluasi dengan mengawasi kecepatan denyut jantung waktu istirahat, yaitu kecepatan denyut nadi sewaktu istirahat. Jadi supaya menjadi lebih bugar, kecepatan denyut jantung sewaktu istirahat harus menurun (Powell, 2004). Peningkatan daya kognitif dapat dilakukan dilakukan dengan Brain Gym. Brain Gym merupakan serangkaian latihan yang berbasis gerakan tubuh sederhana. Brain Gym merupakan latihan yang terangkai dari gerakan tubuh yang dinamis yang memungkinkan didapatkan keseimbangan aktivitas kedua belahan otak 1

secara bersamaan. Metode yang digunakan dalam melakukan Brain Gym adalah Edu-K (Educational kinosiology) atau pelatihan gerakan yakni melakukan gerakan yang bisa merangsang seluruh bagian otak untuk bekerja. Metode ini mengaktifkan dua belah otak dan memadukan fungsi semua bagian otak untuk meningkatkan kemampuan kognitif (Festi, 2010). Penelitian Denisson (2006) dari lembaga Education Kinesiology Amerika Serikat, Senam otak berguna untuk melatih otak. Latihan otak akan membuat otak bekerja atau aktif. Otak seseorang yang aktif (suka berfikir) akan lebih sehat akan lebih sehat secara keseluruhan dari orang yang tidak mau atau jarang menggunakan otaknya. Pada teorinya sesuatu organ yang aktif akan memerlukan pasokan oksigen dan protein. Jika pasokan lacar maka ia bisa dikatakan organ tersebut sehat (Yanuarita, 2012). Dasar dari gerakan senam lansia dan brain gym sebenarnya hampir sama yaitu olahraga ringan yang mudah dan tidak memberatkan, senam lansia gerakan olah raga ini difokuskan untuk membantu tubuh lansia tetap bugar dan tetap segar, senam lansia mampu melatih tulang kuat, mendorong jantung bekerja optimal dan membantu menghilangkan radikal bebas,sedangkan senam brain gym merupakan latihan yang sederhana yang membantu mengoptimalkan fungsi segala macam pusat yang ada di otak manusia (Widianti, et. al., 2010). Penelitian tentang senam otak yang dilakukan oleh Sidarta (2003) memberikan kesimpulan bahwa senam otak pada orang dewasa sebanyak 2 kali seminggu selama 8 minggu ditemukan semua subyek mengalami kenaikan bermakna dalam tes kognitif termasuk didalamnya untuk mengukur fungsi memori jangka pendek,selanjutnya dalam penelitiannya menyataka bahwa senam yang melibatkan kerja otak dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap keseimbangannya (Herawati dan Wahyuni, 2004). Hasil studi pendahuluan di Posyandu Mawar Indah Banaran, Pabelan, Kartasura dengan wawancara dari 10 ibu lansia yang telah mengikuti senam lansia selama 1 bulan, didapatkan 6 orang yang mengatakan tubuhnya lebih segar dan belum mengalami kepikunan, dan sebanyak 4 orang belum merasakan perubahan dari senam lansia. 2

Dengan dasar latar belakang tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Senam Lansia dengan Brain Gym Terhadap peningkatan kognitif pada lansia. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui pengaruh senam lansia terhadap peningkatan kognitif pada lansia. 2. Mengetahui pengaruh brain gym terhadap peningkatan kognitif pada lansia. 3. Mengatahui perbedaan pengaruh senam lansia dan brain gym terhadap peningkatan kognitif pada lansia. METODE PENELITIAN Penelitian ini akan dilaksanakan di Posyandu Mawar Indah Banaran, Pabelan, Kartasura dan di Dukuh Suruh Desa Simo. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret - Mei 2015, dengan populasi sebesar 18 orang. Selanjutnya pada kelompok brain gym di Dukuh Suru Desa Simo sebesar 12 orang. Penelitian ini menggunakan pendekatan quasi exsperiment dengan menggunakan rancangan two group pre-post test with control group desain. Pengukuran dengan MMSE (orientasi, registrasi, Tekanan darah dan kalkulasi, menggingat kembali, bahasa, konstruksi) dilakukan sebelum responden diberikan perlakuan berupa senam lansia atau brain gym, selanjutnya diukur kembali 1 bulan ketika penelitian selesai. Teknik analisa data menggunakan SPSS Versi 17.0, data diuji dalam dua macam pengujian. Karena data non parametrik maka pertama, uji pengaruh dengan menggunakan wilcoxon. Kedua, uji beda pengaruh dengan menggunakan mann whitney test. Alasan penggunaan uji non parametrik, karena uji parametrik tidak bisa digunakan karena jumlah responden hanya 30 (18 orang lansia melakukan senam lansia dan 12 orang melakukan brain gym). HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Pengukuran Kognitif, Responden yang mengikuti senam lansia dan brain gym yang dijadikan sampel dalam penelitian ini berjumlah 30 responden (18 orang mengikuti senam lansia dan 12 orang mengikuti brain gym). Kriteria penelitian berupa data sebelum (pre) dan sesudah (post) senam lansia selanjutnya data sebelum (pre) dan sesudah (post) senam brain gym. 3

Pengukuran Kognitif Senam Lansia, Penilaian kognitif Senam Lansia yang dimaksud dalam penelitian ini dikategorikan kedalam kognitif normal dan gangguan kognitif ringan, selanjutnya diskripsi kognitif responden disajikan dalam tabel sebagai berikut. Tabel 1. Distribusi Kognitif Sebelum dan Sesudah Senam Lansia Berdasarkan tabel 1 diatas memperlihatkan bahwa tingkat kognitif responden yang sebelum mengikuti senam lansia yang paling dominan di gangguan ringan sebanyak 10 (55,6%), sebaliknya paling sedikit kategori normal sebanyak 8 (44,4%). Sedangkan tingkat kognitif responden setelah mengikuti senam lansia yang paling dominan kategori normal sebanyak 16 (88,9%), sebaliknya paling sedikit kategori gangguan kognitif ringan sebanyak 2 (11,1%). Perhitungan statistik untuk Pre Test untuk Senam Lansia diperoleh mean yang merupakan rata-rata dari suatu data observasi (populasi) tidak berkelompok (ungrouped data), merupakan nilai yang diperoleh dari penjumlahan semua data observasi dibagi dengan banyaknya data sebesar 24,22 mendekati rata-rata nilai median sebesar 25,00, sedangkan modus sebesar 20,00. Dengan nilai mean, median dan modus tersebut sebagaian besar lansia terdapat gangguan kognitif ringan. Kriteria Normal Gangguan ringan Mean 24,22 Median 25,00 Modus 20,00 Sumber : Data Primer diolah (2015) Sebelum Sesudah Frekuensi % Frekuensi % 8 44,4 16 88,9 10 55,6 2 11,1 Nilai Nilai 27,11 27,00 27,00 Perhitungan statistik untuk Pre Test untuk Senam Lansia diperoleh mean sebesar 27,11, median sebesar 27,00 dan modus sebesar 27,00. Dengan nilai mean, median dan modus tersebut sebagaian besar lansia masuk kategori normal. Pengukuran Kognitif Brain Gym, Penilaan kognitif Brain Gym yang dimaksud dalam penelitian ini dikategorikan kedalam kognitif normal dan 4

gangguan kognitif ringan, selanjutnya diskripsi kognitif responden disajikan dalam tabel sebagai berikut. Tabel 2. Distribusi Kognitif Sebelum dan Sesudah Brain Gym Berdasarkan tabel 2 diatas memperlihatkan bahwa tingkat kognitif responden yang sebelum mengikuti brain gym yang paling dominan di gangguan ringan sebanyak 8 (66,7%), sebaliknya paling sedikit kategori normal sebanyak 4 (33,3%). Sedangkan tingkat kognitif responden sesudah mengikuti brain gym yang paling dominan kategori normal sebanyak 9 (75,0%), sebaliknya paling sedikit kategori gangguan kognitif ringan sebanyak 3 (25,0%). Perhitungan statistik untuk Pre Test untuk brain gym diperoleh mean sebesar 24,252 mendekati rata-rata nilai median sebesar 24.50, sedangkan modus sebesar 22,00. Dengan nilai mean, median dan modus tersebut sebagaian besar lansia terdapat gangguan kognitif ringan. Perhitungan statistik untuk Pre Test untuk brain gym diperoleh mean sebesar 26,00, median sebesar 27,00 dan modus sebesar 27,00. Dengan nilai mean, median dan modus tersebut sebagaian besar lansia masuk kategori normal. Hasil Uji Hipotesis, Uji hipotesis digunakan untuk menjawab persoalan atau rumusan masalah yang ada pada bab I sebelumnya sebagai berikut. Pengaruh senam lansia terhadap peningkatan kognitif pada lansia, pengaruh senam lansia terhadap peningkatan kognitif pada lansia dapat diselesaikan dengan uji berikut. Kriteria Normal Gangguan ringan Mean 24,25 Median 24,50 Modus 22,00 Sumber : Data Primer diolah (2015) Sebelum Sesudah Frekuensi % Frekuensi % 4 33,3 9 75,0 8 66,7 3 25,0 Nilai Nilai 26,00 27,00 27,00 Wilcoxon, selanjutnya di sajikan dalam tabel sebagai 5

6 Tabel 3. Hasil Uji Wilcoxon Kriteria Nilai Asymp. Sig Kesimpula (2 tiled) n Pre Post Senam Lansia 3,740 0,000 Ho ditolak Sumber : Data Primer diolah (2015) Tabel 3 terlihat hasil uji Wilcoxon pada kriteria pre-post senam lansia, pada kolom Asymp. Sig (2 tiled) adalah sebesar 0,000 disini didapatkan nilai probabilitas dibawah 0,05 (0,000< 0,05) maka dapat disimpulkan ada perbedaan sebelum (pre) dengan sesudah (post) melaksanakan senam lansia dalam peningkatan fungsi kognitif. Kondisi melatih lansia untuk melakukan aktifitas senam itu sendir secara rutin, ditambah dengan gerakan senam yang melatih konsentrasi menjadikan otak lansia dapat berpikir atau beraktifitas secara intelektual (Hanafi, 2014: 7). Senam mampu mengembalikan posisi dan kelenturan sistem saraf dan aliran darah. Senam mampu memaksimalkan supply oksigen ke otak, mampu menjaga sistem kesegaran tubuh serta sistem pembuangan energi negatif dari dalam tubuh. Senam lansia merupakan kombinasi dari gerakan otot dan teknik pernafasan. Teknik pernapasan yang dilakukan secara sadar dan menggunakan diafragma, memungkinkan abdomen terangkat perlahan dan dada mengembang penuh. Teknik pernapasan tersebut, mampu memberikan pijatan pada jantung yang menguntungkan akibat naik turunnya diafragma, membuka sumbatansumbatan dan memperlancar aliran darah ke jantung serta meningkatkan aliran darah ke seluruh tubuh. Senam lansia merangsang penurunan aktifitas saraf simpatis dan peningkatan aktifitas saraf para simpatis yang berpengaruh pada penurunan hormon adrenalin, norepinefrin dan katekolamin serta vasodilatasi pada pembuluh darah yang mengakibatkan transport oksigen ke seluruh tubuh terutama otak lancar sehingga dapat menurunkan tekanan darah dan nadi menjadi normal Pengaruh brain gym terhadap peningkatan kognitif pada lansia, Pengaruh brain gym terhadap peningkatan kognitif pada lansia dapat diselesaikan dengan uji Wilcoxon, selanjutnya di sajikan dalam tabel sebagai berikut.

Tabel 4. Hasil Uji Wilcoxon Kriteria Nilai Asymp. Sig Kesimpulan (2 tiled) Pre Post Brain Gym 3,850 0,032 Ho ditolak Sumber : Data Primer diolah (2015) Tabel 4 terlihat hasil uji Wilcoxon pada kriteria pre-post brain gym, pada kolom Asymp. Sig (2 tiled) adalah sebesar 0,032 disini didapatkan nilai probabilitas dibawah 0,05 (0,032< 0,05) maka dapat disimpulkan ada perbedaan sebelum (pre) dengan sesudah (post) melaksanakan brain gym dalam peningkatan fungsi kognitif. Hasil penelitian ini dapat mengindikasikan bahwa terdapat peningkatan fungsi kognitif pada lansia setelah melakukan Brain Gym. Dengan demikian Brain Gym yang dilakukan secara rutin dapat meningkatkan fungsi kognitif pada lansia. Markam (2005) mengemukakan bahwa pemeliharaan otak secara fungsional dapat dilakukan dengan berbagai proses belajar, di antaranya dengan belajar gerak, belajar mengingat, belajar merasakan dan sebagainya. Semua proses belajar tersebut akan selalu merangsang pusat-pusat otak (brain learning stimulation), yang di dalamnya terdapat pusat-pusat yang mengurus berbagai fungsi tubuh (Hanafi, 2014). Lanjut usia merupakan kelompok orang yang sedang mengalami suatu proses perubahan yang bertahap dalam jangka waktu beberapa dekade. Perubahan yang terjadi pada lansia adalah menurunnya fungsi kognitif yang dapat menyebabkan gangguan daya ingat atau dimensia. Tindakan untuk mencegah dan memperbaiki daya ingat salah satunya yaitu senam otak. Hal itu disebabkan karena senam otak dapat mengoptimalkan kerja otak kanan dan otak kiri, melepaskan otak dari ketegangan, dan mengurangi stres (Ardiyanto dan Prakoso, 2013: 1). Perbedaan pengaruh senam lansia dan brain gym terhadap peningkatan kognitif pada lansia, perbedaan pengaruh senam lansia dan brain gym terhadap 7

peningkatan kognitif pada lansia dapat diselesaikan dengan uji Mann-Witney, selanjutnya di sajikan dalam tabel sebagai berikut. Tabel 5. Hasil beda Pengaruh Senam Lansia dengan Brain Gym terhadap Peningkatan Kognitif pada Lansia dengan Uji Mann-Witney, Kriteria Nilai Asymp. Sig Kesimpulan (2 tiled) Senam lansia Brain Gym 1,605 0,108 Ho diterima Sumber : Data Primer diolah (2015) Pada kriteria senam lansia dengan brain gym, pada kolom Asymp. Sig (2 tiled) adalah sebesar 0,108 disini didapatkan nilai probabilitas diatas 0,05 (0,108 > 0,05) maka Ho diterima, kelompok senam lansia memiliki kesamaan dengan kelompok brain gym dalam peningkatan fungsi kognitif. Hasil ini memiliki kesamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Siti Rohana (2011: 33), bahwa senam lansia meningkatkan kemampuan kognitif lansia. Senam vitalisasi otak meningkatkan kemampuan kognitif lansia. Senam vitalisasi otak lebih efektif dibandingkan dengan senam lansia dalam meningkatkan kemampuan kognitif lansia. Pada hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu masa anak, masa dewasa dan masa tua. Tiga tahap ini berbeda baik secara biologis maupun psikologis. Perubahan yang lain adalah perubahan kognitif salah satunya dimensia.. Perubahan kognitif pada lansia merupakan bagian dari komponen kemampuan intelektual yang terganggu meliputi : daya ingat dan kemampuan berpikir, kemampuan berhitung, kemampuan berbahasa dan orientai geografis (Utari dan Syarifah, 2014). Menurut Hario Tilarso, (1988), Keuntungan utama senam ini adalah melatih fisik, fokusnya utama pada kekuatan tulang, melibatkan otot-otot besar dan latihannya ditambah beberapa bentuk permainan-permainan untuk meningkatkan koordinasi keseimbangan dan kelenturan. efek yang lain dengan senam lansia para peserta me-nyatakan bisa tidur lebih nyenyak, senam ini juga 8

dapat mnjaga pikiran tetap segar sehingga para peserta dapat mempertahankan ingatan makanya mereka tidak pikun terlebih mereka yang setiap hari latihan, otomatis sering menghafal gerakan dan otak bekerja terus secara beraturan (Siti Rohana, 2011: 33) PENUTUP Hasil penelitian diperoleh nilai probabilitas dibawah 0,05 (0,000 < 0,05) maka ada perbedaan sebelum (pre) dengan sesudah (post) melaksanakan senam lansia dalam peningkatan fungsi kognitif, hasil ini mampu membuktikan hipotesis ke-1 pada penelitian ini. Nilai probabilitas dibawah 0,05 (0,032 < 0,05) maka ada perbedaan sebelum (pre) dengan sesudah (post) melaksanakan brain gym dalam peningkatan fungsi kognitif, hasil ini mampu membuktikan hipotesis ke-2 pada penelitian ini. Nilai probabilitas diatas 0,05 (0,108 > 0,05), sehingga kelompok senam lansia memiliki kesamaan dengan kelompok brain gym dalam peningkatan fungsi kognitif. Hasil penelitian ini membuktikan hipotesis ke-3 pada penelitian ini. Saran pada penelitian ini adalah: a) Bagi institusi pendidikan, Hasil penelitian ini dapat dijadikan pijakan untuk penelitian bidang kesehatan khususnya terapi non farmakologi untuk meningkatkan fungsi kognitif pada lansia, b) Bagi kelompok senam lansia dan brain gym, Hendaknya pelayanan khusunya kegiatan senam lebih diperbanyak dengan meningkatkan ajakan atau promosi sehingga mencakup masyarakat yang lebih luas, seperti di posyandu lansia. Dengan meningkatkan penggunaan senam lansia atau brain gym sebagai salah satu upaya untuk mengatasi masalah penurunan gangguan kognitif sehingga dapat meningkatkan fungsi kognitif pada lansia di wilayahnya, c) Bagi lansia, Hendaknya lebih aktif dalam mengikuti senam lansia yang diadakan di lingkungannya sehingga keberadaan kelompok senam lansia dapat digunakan sebagai upaya mengatasi masalah penurunan fungsi kognitif yang biasa dialami oleh lansia, dan d) Bagi peneliti selanjutnya hendaknya memperhatikan faktor lain yang dapat mempengaruhi peningkatan fungsi kognitif pada lansia seperti makanan, pola tidur, stres emosional, lingkungan, nutrisi, dan lain-lain. 9

DAFTAR PUSTAKA Abdullah Hanafi, 2014. Pengaruh Terapi Brain Gym Terhadap Peningkatan Fungsi Kognitif Pada Lanjut Usia Di Posyandu Lanjut Usia Desa Pucangan Kartasura. Jurnal Ilmu Kesehatan. Surakarta: UMS Surakarta. Anggriyana Tri Widianti dan Atikah Proverawati, 2010. Senam Kesehatan, Dilengkapi Dengan Contoh Gambar. Jakarta: Mutia Media. Bereau, 2009. Global Health and Aging. National Institute of Health, US department of heald and human service. Festi, 2010. Pengaruh BrainGym terhadap fungsi Kognitif Lansia di Karang Wreda Peneleh Surabaya, Jurnal Fisioterapi. Surabaya: Universitas Muhammadiyah Surabaya Franc Andri Yanuarita, 2012. Memaksimalkan Otak Melalui Senam Otak (Brain Gym). Sukoharjo : Teranova Books. Guslinda, Yola Yolanda, Delvi Hamdayani, 2013. Pengaruh Senam Otak Terhadap Fungsi Kognitif Pada Lansia Dengan Dimensia Di Panti Sosial Tresna Werdha Sabai Nan Aluih Sicincin Padang Pariaman Tahun 2013, Jurnal Keperawatan. Padang: STIKes Mercubaktijaya Padang Ida Untari dan SitiSarifah, 2014. Efektifitas Senam Cegah Pikun Up Brain s Game Terhadap Peningkatan Daya Ingat Pada Lansia. Surakarta: STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta. Kartiko Heri Cahyono, 2012. Pengaruh Senam Lansia Terhadap Kualitas Tidur Pada Lansia Di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang, Jurnal Keperawatan. Semarang: STIKES Ngudi Waluyo Ungaran. Kholif Ardiyanto, dan Putra Aditya Prakoso, 2013. Pengaruh Senam Otak Terhadap Daya Ingat Pada Lansia Dengan Dimensia Di Desa Sidosari Kecamatan Kesesi Kabupaten Pekalongan. Pekalongan: Program Studi S1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan Lisnaini, 2010. Manfaat Senam Vitalisasi Otak untuk meningkatkan fungsi Kognisi Pada Usia Dewasa Muda. Jurnal Fisioterapi. Jakarta: Universitas Esa Unggul. Marhamah, 2009. Senam Vitalisasi Otak Dapat Meningkatkan Fungsi Kognitif Usia Dewasa Muda. Jurnal Fisoterapi. Jakarta : Universitas Kristen Indonesia. 10

Paul E. Dennison dan Sail Dennison, 2006, Brain Gym : Senam Otak. Jakarta: PT. Gramedia Widisarana Indonesia. Powell, 2000. Exercise in Health and Disease : Evaluation and Prescription for Prevention and Rehabilitation. 2nd. Ed.Saunders, Philadelphia Rekawati, E. (2004), Faktor-faktor Sosiodemografi yang berhubungan terjadinya kepikunan pada usia lanjut di Indonesia Berdasarkan Susenas Tahun 2001, Tesis Magister, Jakarta: FKM UI. Siti Rohana, 2011. Senam Vitalisasi Otak Lebih Meningkatkan Fungsi Kognitif Kelompok Lansia Daripada Senam Lansia Di Balai Perlindungan Sosial Propinsi Banten. Banten: Fisioterapi Klinik Pancoran Mas. Sormarmo Markam, 2005. Latihan Vitalisasi Otak. Jakarta: PT. Gramedia Widisarana Indonesia. Trisnowiyanto, Bambang. 2009. Instrument Pemeriksaan Fisioterapi dan Penelitian Kesehatan. Surakarta; Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Fisioterapi. 11