5 BAB II TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Siahaan, Rumiris (2015) melakukan penelitian tentang : Analisis Pengendalian Internal Kas Masuk pada Rumah Sakit Universitas Prima Cabang Tibing Tinggi teknik analisis data menggunakan metode deskriptif kualitatif. Dari hasil penelitiannya menunjukan bahwa dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut sistem pengendalian internal pada Rumah Sakit Prima Indonesia Tebing Tinggi belum berjalan dengan baik menyebabkan ketidak efisienan yang dapat mengurangi terjadinya kehilangan data akibat dokumen-dokumen berupa kertas hilang dan kurang akurat, juga tidak adanya keramahtamahan antara karyawan, perawat kepada pasien yang berada disana oleh karena itu Rumah Sakit ini kurang diminati oleh masyarakat Tandri, Marchell, Julie J. Sondakh, dan Harijanto Sabijono (2015) melakukan penelitian tentang : Efektivitas Penerapan Sistem Pengendalian Intern terhadap Penerimaan dan Pengeluaran Kas di RSU Pancaran Kasih GMM Manado teknik analasis data menggunakan metode Data Primer dan Data Sekunder. Dari hasil penelitiannya menunjukan bahwa dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut Sistem Pengendalian Intern di RSU Pancaran Kasih GMM Manado yang diterapkan berdasarkan Peraturan Pemerintah No.60 Tahun 2008 tentang sistem Pengendalian Intern Pemerintah cukup efektif, hal ini karena masih terdapat bagian unsur-nsur sistem pengendalian intern pemerintah yang belom diterapkan.
6 Pakadang, Desi (2013) melakukan penelitian tentang : Evaluasi Penerapan Sistem Pengendalian Intern Penerimaan Kas pada Rumah Sakit Gunung Maria di Tomohon teknik analisis data menggunakan metode Desktiptif Kualitatif. Dari hasil penelitiannya menunjukan bahwa dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut Sistem Pengendalian Intern Penerimaan KasRumah Sakit Gunung Maria telah memadai sesuai dengan unsur-unsur Sistem Pengendalian Intern kecuali untuk Penilaian Resiko dan Pemantauan masih perlu di perhatikan. B. Teori dan Tinjauan Pustaka 1. Sistem Pengendalian Internal Pengertian Sistem menurut Mulyadi (2008:2) adalah: suatu sistem pada dasarnya adalah sekelompok unsur yang erat hubungannya satu dengan yang lainnya yang berfungsi bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu. Pengendalian internal menurut Susanto (2008:88) adalah pengendalian (control) meliputi semua metode, kebijakan dan prosedur organisasi yang menjamin keamanan harta kekayaan perusahaan, akurasi dan kelayakan data manajemen serta standar operasi manajemen lainnya. Menurut Krismiaji (2010:218) menyatakan Pengertian Pengendalian internal adalah rencana organisasi dan metode yang digunakan untuk menjaga atau melindungi aktiva dan menghasilkan informasi yang akurat dan dapat dipercaya. 2. Tujuan Sistem Pengendalian Internal Mulyadi (2008) menyebutkan bahwa sistem pengendalian intern meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk
7 menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijaksanaan manajemen. Dari definisi diatas dapat dilihat bahwa sistem pengendalian intern bertujuan untuk : a. Menjaga kekayaan organisasi b. Memeriksa ketelitian dan keandalan data akuntansi. c. Mendorong efisiensi operasional. d. Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen Menurut tujuannya, sistem pengendalian intern terbagi menjadi dua macam yaitu : 1. Pengendalian Intern Akuntansi, meliputi struktur orgnisasi, metode dan ukuran ukuran yang di koordinasikan terutama untuk menjaga kekayaan perusahaan dan mengecek keandalan data akuntansi. 2. Pengendalian Intern Administrasi, meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan terutama untuk mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen. 3. Unsur-Unsur Sistem Pengendalian Internal Mulyadi (2008:164) mengatakan unsur-unsur pengendalian internal meliputi: 1. Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tegas. Struktur organisasi merupakan krangka (framework) pembagian tanggung jawab fungsional kepada unit-unit organisasi yang dibentuk untuk melaksanakan
8 kegiatan pokok perusahaan, seperti pemisahan setiap fungsi untuk melaksanakan semua tahap suatu transaksi. 2. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang melindungi kekayaan, utang, pendapatan dan biaya. Dalam setiap organisasi harus dibuat sistem yang mengatur pembagian wewenang untuk otoritas atas terlaksanakannya setiap transaksi. Prosedur pencatatan yang baik akan menjamin data yang direkam tercatat kedalam catatan akuntansi dengan tingkat ketelitian dan keandalan (reliability) yang tinggi. Dengan demikian sistem otorisasi akan menjamin masukan yang dapat dipercaya bagi proses akuntansi. 3. Praktik yang sehat dalam menjalankan tugas dan fungsi setiap unit. Pembagian tanggung jawab fungsional dan sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang telah ditetapkan tidak akan terlaksana dengan baik jika tidak ditetapkan cara-cara untuk menjamin praktik yang sehat dalam pelaksanaannya. Adapun cara-cara yang umumnya ditempu oleh perusahaan dalam menciptakan praktik yang sehat adalah : a. Penggunaan formulir bernomor urut tercetak yang pemakainnya harus dipertanggung jawabkan oleh yang berwenang. b. Pemeriksaan mendadak (surprised audit) Pemeriksaan mendadak dilaksanakan tanpa pemberitahuan terlebih dahulu kepada pihak yang akan diperiksa, dengan jadwal yang tidak teratur.
9 c. Setiap transaksi tidak boleh dilaksanakan dari awal sampai akhir oleh satu orang atau satu unit organisasi, tanpa ada campur tangan dari yang lain, agar tercipta internal check yang baik dalam pelaksanaan tugasnya. d. Perputaran jabatan (job rotating). Perputaran jabatan yang diadakan secara rutin akan dapat menjaga independensi pejabat, memperluas wawasan pengetahuan yang mendalam, sehingga persekongkolan diantara karyawan dapat dihindari. e. Secara periodik diadakan pencatatan fisik kekayaan dengan catatannya. Untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan catatan akuntansinya, secara periodik harus diadakan pencocokan atau rekonsiliasi antara kekayaan fisik dengan catatan akuntansi yang bersangkutan dengan kekayan tersebut. f. Pembentukan unit organisasi yang bertugas untuk mengecek efektivitas unsurunsur sistem pengendalian intern yang lainnya. 4. Karyawan yang kompeten sesuai dengan tanggung jawabnya. a. seleksi calon karyawan berdasarkan persyaratan yang dituntut oleh pekerjaannya. b. pendidikan karyawan selama menjadi karyawan perusahaan, sesuai dengan tuntutan perkembangan pekerjaannya. Susanto (2008:96) mengatakan pengendalian internal memiliki lima komponen antara lain: 1. Lingkungan pengendalian
10 Lingkungan Pengendalian adalah pembentukan suasana organisasi serta memberi kesadaran tentang perlunya pengendalian bagi suatu organisasi ada beberapa faktor yang mempengaruhi lingkungan pengendalian: a. Integritas dan nilai etika. Integritas dan nilai-nilai etika merupakan produk dari standar etika dan sikap sebuah entitas, sebagaimana dengan seberapa baik hal tersebut dikomunikasikan dan diterapkan dalam praktiknya. Integritas dan nilai-nilai etika mencakup tindakan manajemen untuk menghilangkan atau mengurangi insentif dan godaan yang dapat mendorong personel untuk terlibat dalam perilaku yang tidak jujur, ilegal, atau tidak etis. Selainitu integritas dan nilai etika juga mencakup komunikasi mengenai nilai yang dianut entitas dan standar perilaku kepada setiap personel melalui pernyataan kebijakan, kode etik dan melalui contoh. b. Komitmen terhadap kompetensi. Kompetensi merupakan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan yang bertujuan mencapai tugas-tugas yang mendifinisikan tugas setiap orang. Komitmen terhadap kompetensi mencakup pertimbangan manajemen terhadap tingkat kompetensi untuk pekerjaan tertentu dan bagaimana tingkat kompetensi tersebut diterjemahkan ke dalam pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan. c. Partisipasi dewan direksi dan tim auditor
11 Keberadaan dewan direksi dan komisaris bagi tata kelola perusahaan yang baik karena tanggung jawab utama mereka adalah untuk meyakinkan bahwa manajemen telah melakukan pengendalian internal dan proses pelaporan keuangan yang tepat. Sebuah dewan komisaris yang efektif harus independen terhadap manajemen, dan anggota-anggotanya harus terus terlibat dalam dan mengkaji aktivitas manajemen. Meskipun dewan mendelegasikan tanggung jawab atas pengendalian internal kepada pada manajemen, namun dewan harus secara berkala menilai pengendalian tersebut. Selain itu, suatu dewan yang aktif dan objektif sering kali mampu mengurangi kemungkinan terjadinya pengabaian pengendalian yanag ada oleh manajemen. Untuk membantu dewan dalam melakukan pengawasan, dewan membentuk komite audit dengan tanggung jawab untuk melakukan pengawasan terhadap pelaporan keuangan. Komite audit juga bertanggung jawab untuk menjaga komunikasi yang telah berjalan dengan internal auditor meskipun eksternal auditor. Hal itu memungkinan auditor dan direksi untuk membahas hal-hal yang mungkin terkait dengan sesuatu seperti integritas atau tindakan manajemen. d. Filosofi dan gaya manajemen Manajemen, melalui aktivitas-aktivitas yang dilakukannya, memberikan sinyal yang sangat jelas kepada karyawan mengenai signifikasi pengendalian intern. e. Struktur organisasi Struktur organisasi suatu entitas mendefinisikan jalur tanggung jawab dan otoritas yang ada. Dengan memahami struktur organisasi klien, auditor dapat
12 mempelajari manajemen dan elemen-elemen fungsional bisnis serta presepsi mengenai bagaimana pengendalian intern diterapkan. f. Pemberian wewenang dan tanggung jawab Dalam organisasi, setiap transaksi hanya terjadi atas dasar otorisasi dari pejabat yang memiliki wewenang untuk menyetujui terjadinya transaksi tersebut. Oleh karena itu dalam organisasi harus dibuat sistem yang mengatur pembagian wewenang dan tanggung jawab untuk otorisasi atas terlaksananya setiap transaksi. Dengan adanya pembagian wewenang ini akan mempermudah jika akan dilakukan audit trail, karena otorisasi membatasi aktivitas transaksi hanya pada orang-orang yang terpilih. Otorisasi mencegah terjadinya penyelewengan transaksi kepada orang lain. g. Kebijakan mengenai sumber daya manusia dan penerapannya Aspek pengendalian internal yang paling penting adalah personel. Karyawan yang tidak kompeten atau tidak jujur dapat merusak sistem, meskipun ada banyak pengendalian yang diterapkan. Karyawan yang jujur dan kompeten bisa juga dapat terganggu kinerjanya sebagai akibat dari perasaan bosan, tidak puas, ataupun masalah pribadi lainnya. Karena pentingnya sumber daya manusia bagi keberhasilan sebuah entitas (pengendalian), metode atau kebijakan untuk mengangkat, mengevaluasi, melatih, mempromosikan, dan memberi kompensasi kepada karyawan merupakan bagian yang penting dari pengendalian intern. 2. Penilaian Resiko a. Pengendalian aktivitas
13 Kebijakan prosedur yang dilakukan untuk memstikan bahwa aktivitas dalam mengatasi resiko pengendalian telah dilakukan dalam mencapai tujuan tertentu. b. Informasi dan komunikasi Susanto (2013:105) Informasi diperlukan oleh semua tingkatan manajemen organisasi untuk mengambil keputusan dan mengetahui kepatuhan terhadap kebijakan yang telah ditentukan. Informasi yang berkualitas diidentifikasi, diambil/diterima, diproses dan dilaporkan oleh sistem informasi. Komunikasi sudah tercakup dalam sistem informasi. Komunikasi terjadi pula dalam bentuk tindakan manajemen. Komunikasi harus dapat menyampaikan pesan dengan jelas dari manajemen bahwa karyawan harus melakukan pengendalian intern dengan serius c. Monitoring Hery (2013:93) aktivitas pengawasan atau pemantauan berhubungan dengan penilaian atas mutu pengendalian intern secara berkesinambungan (berkala) oleh manajemen untuk menentukan bahwa pengendalian telah berjalan sebagaimana yang diharapkan, dan dimodifikasi sesuai dengan perkembangan kondisi yang ada dalam perusahaan. 4. Ciri-ciri Pengendalian Internal Yang Efektif Akmal (2007:25) mengemukakan ciri-ciri Pengendalian internal yang efektif adalah: 1. Tujuannya jelas
14 Jika suatu pengendalian tidak dapat dimengerti, maka prosedur pengendalian tersebut tidak akan digunakan dan jika tidak mempunyai tujuan yang jelas, maka pengendalian tersebut tidak memiliki nilai. 2. Dibangun untuk tanggung jawab bersama. Suatu pengendalian internal harus dapat dimanfaatkan oleh seluruh pengguna atau oleh seluruh pihak yang berkaitan. 3. Biaya yang dikeluarkan dapat mencapai tujuan. Biaya yang dikeluarkan harus mencapai tujuan yang ditetapkan, namun biaya tersebut tidak boleh melebihi dari manfaat yang dihasilkannya. 4. Didokumentasikan. Proses dokumentasi yang baik adalah proses dokumentasi yang sederhana dan dapat dengan mudah dimengerti, serta jelas hubungannya dengan risiko pengendalian dan memberikan keyakinan kepada manajemen bahwa pengendalian internal ini berada pada tepatnya. 5. Dapat diuji dan review. Proses pengendalian dan manajemen dan dokumentasinya dapat diuji dan di review agar dapat disempurnakan atau dapat diperbaharui jika proses pengendalian internal yang dilakukan sudah tidak sesuai dengan kondisi pada saat pengendalian dilakukan. 5. Pengendalian Internal Penerimaan Kas Ikatan Akuntansi Indonesia (2009:22) menyatakan Kas terdiri dari saldo kas dan rekening giro. Setara kas adalah investasi yang sifatnya liquid berjangka pendek dan yang dengan cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi resiko perubahan nilai yang signifikan. Soemarso (2009:296) menyatakan Kas adalah
15 segala sesuatu (baik yang berbentuk uang atau bukan) yang dapat tersedia dengan segera dan diterima sebagai alat pelunasan kewajiban pada nilai nominalnya. Mulyadi (2011:455) berpendapat bahwa, berdasarkan sistem pengendalian intern yang baik, sistem penerimaan kas dari penjualan tunai mengharuskan : a. Penerimaan kas dalam bentuk tunai harus segera disetor ke bank dalam jumlah penuh dengan cara melibatkan pihak lain selain kasir untuk melakukan internal check. b. Penerimaan kas dari penjualan tunai dilakukan melalui transaksi kartu kredit, yang melibatkan bank penerbit kartu kredit dalam pencatatan transaksi penerimaan kas. 6. Sistem Akuntansi Penerimaan Kas Mulyadi (2008:455) mengatakan sistem penerimaan kas dari penjualan tunai harus: 1. Penerimaan kas dalam bentuk tunai harus segera disetor ke bank dalam jumlah penuh dengan cara melibatkan pihak lain selain kasir untuk melakukan internal check. 2. Penerimaan kas dari penjualan tunai dilakukan melalui transaksi kartu kredit, yang melibatkan bank penerbit kartu kredit dalam pencatatan penerimaan kas. Baridwan (2008:162) mengemukakan prosedur-prosedur pengawasan yang efektif harus: 1. Harus ditunjukkan dengan jelas fungsi-fungsi dalam penerimaan kas dan setiap penerimaan kas harus segera dicatat dan disetor ke bank.
16 2. Diadakan pemisahan fungsi antara pengurusan kas dan pencatatan kas. 3. Diadakan pengawasan yang ketat terhadap fungsi penerimaan dan pencatatan kas selain itu setiap hari harus dibuat laporan kas. Tujuan pengendalian internal kas menurut Baridwan (2008: 53) adalah sebagai barikut: 1. Menggunakan dana perusahaan secara efektif. 2. Menyediakan kas perusahaan yang cukup untuk keperluan operasional perusahaan. 3. Untuk memastikan bahwa pengeluaran kas hanya untuk tujuan yang diotorisasi. 4. Keandalan dalam pencatatan akuntansi. 5. Melindungi saldo kas dari penyelewengan, manipulasi dan pencurian 7. Pengertian kas dan Penerimaan Kas Kas mempunyai peranan yang sangat penting bagi perusahaan untuk mendukung pelaksanaan operasional organisasi.kas menjadi sangat penting artinya karena menggambarkan daya beli umum, dan dapat ditransfer segera kepada individu atau organisasi untuk memperoleh barang dan jasa yang mereka inginkan.uang kas merupakan pos yang paling aktif dalam neraca. Uang kas menyangkut sebagian besar dari transaksi-transaksi perusahaan, ini disebabkan karean sifat dari transaksi-transaksi perusahaan yang mencakup suatu harga dan kondisi-kondisi yang membutuhkan penyelesaian dengan menggunakan alat penukaran (Misbeta Yoanna : 2014).
17 Kas merupakan aset yang paling lancar dan hampir setiap transaksi dipengaruhi oleh kas.karena sifat kas yang liquid, maka mudah digelapkan, sehingga diperlukan pengendalian intern untuk mengelolahnya, dengan memisahkan fungsi-fungsi penyimpanan, pelaksanaan dan pencatatan (Desi Pakadang:2013) Baridwan (2008), menyatakan kas merupakan suatu alat pertukaran yang dapat diterima untuk pelunasan hutang, dan dapat diterima sebagai suatu setoran ke bank dengan jumlah sebesar nominalnya, juga simpanan dalam bank atau tempat-tempat lain yang dapat diambil sewaktu-waktu. Menurut Kieso, dkk (2002:380) kas yaitu aktiva yang paling likuid merupakan media pertukaran standar dan dasar pengukuran serta akuntansi untuk semua pos-pos lainnya. I.A.I (2009:22) menyatakan Kas terdiri dari saldo kas dan rekening giro.setara kas adalah investasi yang sifatnya liquid berjangka pendek dan yang dengan cepat dapat dijadikan kas dalam jumalah tertentu tanpa menghadapi resiko perubahan nilai yang signifikan. Soemarso (2009:296) menyatakan Kas adalah segala sesuatu (baik yang berbentuk uang atau bukan) yang dapat tersedia dengan segera dan diterima sebagai alat pelunasan kewajiban pada nilai nominalnya. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat dikatakan bahwa kas merupakan aktiva produktif, oleh karena itu harus dijaga supaya jumlah kas tidak terlalu besar sehingga tidak ada idle cash. Daya beli uang bisa berubah-ubaha mungkin naik
18 atau turun tetapi kenaikan atau penurunan daya beli ini tidak akan mengakibatkan penilaian kembali terhadap kas. Penerimaan kas dari suatu perusahaan berasal dari dua sumber utama, yaitu penerimaan kas secara tunai dan penerimaan kas dari piutang yang biasanya timbul akibat dari transaksi kredit..penerimaan kas secara tunai dapat berupa uang tunai, credit card slip, atau cek pribadi (personal check).penerimaan kas dari piutang dapat berupa cek atau giro bilyet. Sistem penerimaan kas secara tunai dapat dibagi menjadi tiga prosedur; a).over-the-counter sale, dimana perusahaan melakukan penyerahan barang dan menerima uang kas di tempat usaha; b). Cash on delivery sale, dimana perusahaan melakukan penyerahan barang dan menerima uang kas di tempat pelanggan/konsumen; c). Penerimaan melalui pihak ketiga, misalnya bank atau perusahaan penerbit kartu kredit. Sistem penerimaan kas dari piutang dapat dibagi menjadi tiga macam prosedur, yaitu melalui penegih, melalui pos, dan melalui lock-box collectionplan.(mulyadi, 1997). 8. Penggolongan Kas Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam PSAK No. 3 (2009:32), kas dapat digolongkan dalam dua golongan yaitu: 1. Cash in bank ( kas dalam bank) Kas dalam Bank yaitu sejumlah uang tunai milik perusahaan yang disimpan di bank dan setiap saat dapat diambil dan jika perusahaan membutuhkannya, dengan mengeluarkan cek atau giro.kas di bank lebih dititikberatkan pada usaha
19 untuk menyediakan informasi yang bermanfaat bagi manajemen untuk membuat perencanaan dan usaha yaitu usaha untuk melindungi kas dari kemungkinan terjadinya penyelewengan, pencurian, bencana alam, dan lain-lain.tetapi, semua kemungkinan yang menimbulkan kerugian tersebut tidak seluruhnya dapat dihindarkan, sehingga pencatatan transaksi penerimaan dan pengeluaran kas di bank dapat dimanipulasi. 2. Cash in hand (kas dalam perusahaan) Kas dalam perusahaan yaitu uang tunai yang ada dalam perusahaan yang dapat digunakan setiap saat oleh perusahaan sesuai dengan kebutuhannya. Kas dalam perusahaan meliputi dana kas kecil dan dana lain yang penggunaannya tidak teratur an pos-pos setiap cek dalam perjalanan wesel bank dan pos wesel.